Anda di halaman 1dari 117

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dinamika kehidupan manusia membutuhkan kondisi fungsi


lingkungan yang baik. Kelestarian fungsi lingkungan yang dinamis dan
adanya interaksi antar komponen yang mendukung sistem lingkungan
sesuai daya dukungnya, memberikan kesempatan kepada manusia
untuk mengatur kehidupan yang menjamin kesejahteraan manusia.
Jika kesejahteraan manusia terjamin karena dukungan faktor
lingkungan, maka kelestarian fungsi lingkungan juga terjamin.
Hubungan timbal balik tersebut memberikan pemahaman bahwa
lingkungan dan kesejahteraan manusia yang baik, saling mendukung.
Manusia dalam kehidupannya, menyelenggarakan berbagai
aktivitas yang memunculkan bermacam sistem lingkungan binaan
dengan kompleksitas dinamika yang saling mempengaruhi. Dinamika
tersebut meliputi adanya sistem permukiman, kegiatan perdagangan,
transportasi, pendidikan, perkantoran, perindustrian, pariwisata,
peternakan, pertanian, perkebunan, pengairan, dan lain sebagainya.
Pada hampir semua kegiatan, baik yang alamiah (aktivitas ekologis
komponen sumberdaya alam) maupun buatan (aktivitas manusia),
akan menghasilkan sisa yang dapat berupa limbah dan salah satunya
dalam wujud sampah. Dalam kenyataannya, berkaitan dengan
sifatnya, sampah memberikan potensi mengganggu pada kehidupan
manusia.
Adanya pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi
pada pangan manusia dan gaya hidup masyarakat, telah meningkatkan
jumlah timbulan sampah, jenis, dan keragaman karakteristik sampah.
Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan
pokok pangan dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 I. 1


kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi juga memberikan kontribusi
yang besar terhadap kuantitas dan jenis sampah yang dihasilkan.
Bentuk sampah dapat digolongkan pada sampah organik maupun
anorganik. Semakin banyak jumlah penduduk, dinamika penduduk
dan beragam aktivitas manusia, maka sampah yang dihasilkan
semakin kompleks, beragam dan jumlah atau volumenya semakin
banyak. Hal tersebut terjadi pada sampah organic maupun an organik.
Sampah yang timbul, pada dasarnya tidak untuk dibiarkan begitu
saja, tetapi harus dikelola yang disebabkan oleh penghasil sampah.
Namun adanya kesalahan paradigma, sampah menjadi sumber masalah.
Paradigma yang mengatakan bahwa masalah sampah adalah urusan
pemerintah, pada dasarnya adalah salah besar, semestinya sampah
adalah urusan masyarakat. Keterlanjuran paradigma harus terpaksa
untuk dilanjutkan dengan kegiatan pengelolaan sampah yang dipimpin
oleh pemerintah. Terdapat teknis pengelolaan sampah yang baik. Pada
teknik pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, semestinya tidak
akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan
masyarakat maupun gangguan pada kelestarian fungsi lingkungan.
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses
alam yang berbentuk padat (Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah). Pengelolaan sampah yang dimaksudkan
adalah kegiatan sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang
meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Tujuan pengelolaan
sampah adalah untuk meningkatkan derajad kesehatan masyarakat dan
kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya.
Berdasar sudut pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah
dipandang baik jika sampah tersebut tidak menjadi media berkembang
biaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium
perantara menyebar luasnya penyakit. Syarat lainnya yang harus

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 I. 2


dipenuhi, yaitu tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak
menimbulkan bau (tidak mengganggu nilai estetis), tidak menimbulkan
kebakaran dan yang lainnya. Pada prinsipnya sampah harus dikelola,
karena adanya sampah dapat mengancam keberlanjutan keberadaan,
kehidupan dan kesejahteraan manusia.
Wilayah Kabupaten Banyumas secara astronomis terletak pada
garis bujur di antara 108º39'17" - 109º27'15" Bujur Timur (BT) dan
garis lintang antara 7º15'05" - 7º37'10" Lintang Selatan (LS).
Kabupaten Banyumas merupakan salah satu wilayah kabupaten di
Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayahnya sekitar 1.327,60 km2 atau
132.759,56 Ha yang merupakan 4,08% dari luas wilayah Provinsi Jawa
Tengah. Keadaan wilayah terdiri atas daratan darat dan pegunungan
dengan struktur pegunungan terdiri atas sebagian lembah Sungai
Serayu. Berbagai pemanfaatan lahan diselenggarakan oleh masyarakat
seperti untuk permukiman, pekarangan, pertanian lahan kering dan
lahan basah, dan juga dimanfaatkan untuk perkebunan dan hutan
rakyat dan hutan milik negara sebagai ekosistem tropis.
Penduduk Kabupaten Banyumas, berdasarkan Banyumas Dalam
Angka Tahun 2018 untuk tahun 2017 tercatat sebanyak 1.665.025
jiwa yang terdiri atas 832.021 jenis kelamin laki-laki dan 833.004
orang jenis kelamin perempuan. Fenomena lapangan menunjukkan
bahwa terdapat kondisi bahwa jenis kelamin mempengaruhi timbulan
atau produksi sampah yang disebabkan karena aktivitasnya.
Perempuan relatif, lebih banyak menghasilkan sampah seperti sampah
dari aktivitas rumah tangga. Di sisi lain, peningkatan jumlah penduduk
dan pertumbuhan ekonomi juga akan memberikan dampak terhadap
peningkatan resiko kerusakan lingkungan. Berkaitan dengan hal
tersebut maka mengetahui jumlah sampah dan potensi karakteristik
timbulan sampah dapat mengurangi resiko kerusakan lingkungan.

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 I. 3


Timbulan sampah harus dikelola dengan berbagai cara. Jika
sampah tidak dikelola, maka lingkungan berbagai ekosistem kehidupan
dan permukiman akan menerima dampak langsungnya. Kegitaan
pendataan laporan sampah harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018
perlu dilaksanakan untuk memperoleh dokumen di bidang
persampahan (timbulan sampah, komposisi sampah dan balance
sampah). Tujuannya sebagai bahan untuk mengevaluasi upaya
pengelolaan persampahan yang telah dilaksanakan sebelumnya dan
juga diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi
perencanaan selanjutnya dalam rangka pembangunan berkelanjutan.
Data laporan sangat diperlukan sebagai acuan perencanaan internal
maupun bagi pihak-pihak yang membutuhkan dari berbagai pihak
yang pada dasarnya untuk kepentingan pemerintah dan seluruh
komponen masyarakat.

1.2 MAKSUD, TUJUAN DAN MANFAAT KEGIATAN


1.2.1. Maksud Kegiatan
Maksud dilaksanakannya kegiatan adalah untuk mendapatkan
berbagai data yang berkaitan dengan persampahan di
Kabupaten Banyumas dalam rangka mendapatkan arahan pola
pengelolaan yang sesuai.
1.2.2. Tujuan Kegiatan
Tujuan dilaksanakannya kegiatan adalah untuk mengetahui
timbulan sampah, komposisi sampah dan permasalahan
persampahan di lapangan berdasarkan dinamika periodik
sampah harian di Kabupaten Banyumas pada Tahun 2018 serta
arahan kerja pengelolaan sampah dalam jangka pendek,
menengah maupun dalam jangka panjang.

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 I. 4


1.2.3. Manfaat Kegiatan
Manfaat kegiatan dari laporan periodik sampah harian adalah
sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi Pemerintah
Kabupaten Banyumas dalam pengambilan kebijakan
pengelolaan persampahan dalam jangka pendek, menengah
maupun dalam jangka panjang.

1.3 SASARAN
Sasaran laporan periodik sampah harian Kabupaten Banyumas
Tahun 2018 yang dituju adalah tersusunnya informasi volume sampah
harian di Kabupaten Banyumas Tahun 2018 dalam upaya
peningkatan kualitas lingkungan hidup khususnya dalam pengelolaan
persampahan di Kabupaten Banyumas untuk memberikan dukungan
pada keberlanjutan keberadaan, kehidupan dan kesejahteraan
masyarakat di wilayah Kabupaten Banyumas pada khususnya dan
masyarakat umum pada umumnya. Walaupun sampah merupakan
sesuatu yang mengganggu sanitasi, namun upaya pengelolaannya
justru akan membantu perekonomian masyarakat.

1.4 LOKASI KEGIATAN


Lokasi kegiatan adalah seluruh wilayah Kabupaten Banyumas
termasuk pengamatan pada beberapa Tempat Pembuangan sampah
Sementara (TPS) dan 2 (tiga) Tempat Pembuangan sampah Akhir (TPA)
yaitu TPA Kaliori, dan TPA Tipar Kidul, aktivitas masyarakat,
permukiman, pasar yang ada di seluruh wilayah Kabupaten dan
dinamika yang ada di masyarakat terkait permasalahan persampahan.

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 I. 5


1.5 DASAR HUKUM
Dalam usaha pengendalian dan penanggulangan dampak
lingkungan yang berkaitan dengan pengelolaan persampahan, terdapat
serangkaian peraturan perundangan, antara lain :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah
d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan
f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara
g. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi
h. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
i. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga
j. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2017
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
k. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012
tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuce dan Recycle Melalui
Bank Sampah.
l. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2013

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 I. 6


tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata
m. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor 53 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Program Adipura perubahan dari Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 06 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan
Program Adipura
n. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 20 tahun 2003
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Lintas Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.
o. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 6 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Sampah

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 I. 7


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SAMPAH
2.1.1. Pengertian Sampah
Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses
produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Sementara di
dalam Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia
atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat
organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai
yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.
Menurut Ruslinda (2006), komposisi sampah dipengaruhi oleh cuaca,
frekuensi pengumpulan sampah, musim, tingkat sosial ekonomi,
pendapatan per kapita masyarakat dan pengemasan produk. Jika
sampah tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai
estetika, vektor penyakit, dan timbulan pencemaran pada air tanah.
2.1.2. Jenis Sampah
Pada prinsipnya sampah dibagi sesuai dengan bentuknya dibagi
menjadi sampah padat, sampah cair, sampah dalam bentuk gas (fume,
smoke). Sampah padat menurut Dainur (1995) dapat dibagi menjadi
beberapa jenis yaitu :
a. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya
1) Sampah anorganik misalnya : logam-logam, pecahan kaca, dan
plastik
2) Sampah organik misalnya : sisa makanan, bangkai hewan, dan
kertas
b. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar
1) Mudah terbakar misalnya : plastik, kertas, kayu, kain
2) Tidak mudah terbakar misalnya : besi, baja, kaca, kaleng

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 II. 1


c. Berdasarkan dapat tidaknya membusuk
1) Mudah membusuk misalnya : sisa makanan, bangkai binatang
2) Tidak mudah membusuk misalnya : plastik, besi, kaca

2.1.3. Karakteristik Sampah


Karakteristik sampah menurut Mukono (2006) dapat diuraikan
atas :
a. Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri atas sisa-sisa potongan
hewan atau sayuran dari hasil pengolahan yang sebagian besar
terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk, lembab, dan
mengandung sejumlah air bebas.
b. Rubbish terdiri atas sampah yang dapat terbakar atau yang tidak
dapat terbakar yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat
perdagangan, kantor-kantor, tapi yang tidak termasuk garbage.
c. Ashes (abu) yaitu sisa-sisa pembakaran dari zat-zat yang mudah
terbakar baik di rumah, di kantor, industri.
d. Sampah jalanan (street sweeping) berasal dari pembersihan jalan
dan trotoar baik dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga
mesin yang terdiri atas kertas dan dedaunan.
e. Bangkai binatang (dead animal) yaitu bangkai binatang yang mati
karena alam, penyakit atau kecelakaan.
f. Houshold refuse yaitu sampah yang terdiri atas rubbish, garbage,
ashes, yang berasal dari perumahan.
g. Bangkai kendaraan (abandonded vehicles) yaitu bangkai- bangkai
mobil, truk, kereta api.
h. Sampah industri terdiri atas sampah padat yang berasal dari
kegiatan industri, pengolahan hasil bumi dan lainnya.
i. Demolition wastes yaitu sampah yang berasal dari pembongkaran
gedung.

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 II. 2


j. Construction wastes yaitu sampah yang berasal dari sisa
pembangunan, perbaikan dan pembaharuan gedung.
k. Sewage solid terdiri atas benda-benda kasar yang umumnya zat
organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat pengelolahan
air buangan.
l. Sampah khusus yaitu sampah yang memerlukan penanganan
khusus misalnya kaleng-kaleng cat, zat radiokatif.

2.2 SUMBER SAMPAH


Sampah dapat berasal dari beberapa sumber yaitu :
2.2.1. Sampah dari rumah tangga
Sampah rumah tangga biasanya berupa sisa pengolahan
makanan, perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus,
gelas, kain, sampah dari kebun atau halaman berupa seresah, dan
lain-lain.
2.2.2. Sampah dari kegiatan pertanian
Sampah dari kegiatan pertanian tergolong bahan organik, seperti
jerami dan sejenisnya. Sebagian besar sampah yang dihasilkan
selama musim panen dibakar atau dimanfaatkan untuk pupuk.
Untuk sampah bahan kimia seperti pestisida dan pupuk buatan
perlu perlakuan khusus agar tidak mencemari lungkungan.
Sampah pertanian lainnya adalah lembaran plastik penutup
tempat tanaman yang berfungsi untuk mengurangi penguapan dan
penghambat pertumbuhan gulma, namun plastiknya dapat didaur
ulang.
2.2.3. Sampah dari kegiatan perdagangan dan perkantoran
Sampah yang berasal dari daerah perdagangan seperti : toko,
pasar tradisional, warung, pasar swalayan yang terdiri atas
kardus, pembungkus, kertas, dan bahan organik termasuk
sampah makanan dan restoran. Sampah yang berasal dari

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 II. 3


lembaga pendidikan, kantor pemerintah dan swasta biasanya
terdiri atas kertas, alat tulis-menulis (bolpoint, pensil, spidol, dll),
toner foto copy, pita printer, kotak tinta printer, baterai, bahan
kimia dari laboratorium, pita mesin ketik, klise film, komputer
rusak, dan lain sebagainya. Agar tidak menimbulkan
permasalahan, sampah dari baterai bekas dan limbah bahan kimia
harus dikumpulkan secara terpisah dan harus memperoleh
perlakuan khusus karena berbahaya dan beracun.
2.2.4. Sampah dari kegiatan industri
Sampah yang berasal dari rangkaian proses produksi (bahan-
bahan kimia serpihan/ potongan bahan), perlakuan dan
pengemasan produk (kertas, kayu, plastik, kain/lap yang jenuh
dengan pelarut untuk pembersihan) merupakan sampah dari
aktivitas industri. Sampah industri yang berupa bahan kimia dan
seringkali beracun memerlukan perlakuan khusus sebelum
dibuang agar tidak mengganggu lingkungan.
2.2.5. Sampah dari sisa bangunan dan konstruksi gedung
Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran
gedung dapat berupa bahan organik maupun anorganik. Sampah
organik, misalnya: kayu, bambu, triplek, sedangkan sampah
anorganik, misalnya: semen, pasir, spesi, batu bata, ubin, besi dan
baja, kaca, dan kaleng.
2.2.6. Sampah yang berasal dari jalan raya
Sampah yang berasal dari pembersihan jalan umumnya terdiri
atas kertas, kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban,
onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik dan
sebagainya.

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 II. 4


2.2.7. Sampah yang berasal dari kegiatan pertambangan
Sampah yang berasal dari daerah pertambangan, jenisnya
tergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri misalnya
batu-batuan, tanah cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang),
dan sebagainya.
2.2.8. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan
Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan, berupa
kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa pakan, bangkai binatang, dan
sebagainya. Terdapat pula kantong bekas pakan dan lainnya.

2.3 TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA)


Tempat Pemrosesan Akhir sampah (TPA) merupakan tempat
sampah mencapai akhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di
sumber, pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan
pemrosesan sehingga tidak mengganggu lingkungan. TPA merupakan
tempat sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan
gangguan terhadap lingkungan. Berkaitan dengan hal tesebut
diperlukn penyediaan fasilitas dan perlakuan yang betul agar
keamanan proses dapat dicapai dengan baik. Banyak persepsi keliru
tentang TPA yang sering dianggapnya tempat pemrosesan sampah.
Kondisi tersebut menyebabkan banyak pemerintah kabupaten/kota
masih merasa sayang untuk mengalokasikan pendanaan bagi
penyediaan fasilitas TPA yang dirasakan kurang prioritas
dibandingakan dengan pembangunan sektor lain. Sementara pada
dasarnya sampah harus dikelola dengan baik agar tetap mendukung
kehidupan manusia, walaupun sampah juga berasal dari aktivitas
manusia.
Dalam jangka panjang atau masih memerlukan waktu tertentu,
sampah di TPA masih mengalami proses penguraian secara alamiah.
Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sementara yang lain

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 II. 5


lebih lambat, bahkan ada beberapa jenis yang sampai puluhan tahun
tidak berubah, misalnya plastik. Hal tersebut memberikan gambaran
bahwa setelah TPA selesai digunakan masih ada proses yang
berlangsung dan menghasilkan beberapa zat yang dapat mengganggu
lingkungan. Berkaitan dengan hal tersebut masih diperlukan
pengawasan terhadap TPA yang telah ditutup, agar tetap tidak
memberikan gangguan kehidupan masyarakat.
Dalam hal pemrosesan sampah atau TPA, dikenal beberapa metode
dalam pelaksanaannya yaitu :
1. Open Dumping
TPA dengan metode open dumping atau terbuka adalah menumpuk
sampah terus hingga tinggi tanpa dilapisi dengan lapisan geotekstil
dan saluran lindi. Pada sistem terbuka (open dumping), sampah
dibuang begitu saja dalam sebuah tempat pemrosesan akhir tanpa
ada perlakuan apapun. Berikut adalah dampak yang diakibatkan
oleh sistem Open Dumping:
a. Dampak bagi lingkungan
1) Lindi merupakan limbah cair yang berasal dari sampah
basah atau sampah organik yang terkena air hujan. Jika
lindi tersebut tidak ditata dengan baik, maka dapat
menyebar ke dalam tanah dan masuk ke aquifer air tanah
yang dapat menyebabkan pencemaran air tanah
2) Penyumbatan badan air
3) Cairan yang dihasilkan akibat proses penguraian (leachate)
dapat mencemari sumber air
4) Lahan yang luas akan tertutup oleh sampah dan tidak dapat
digunakan untuk tujuan lain
5) Gas yang dihasilkan dalam proses penguraian akan
terperangkap dalam tumpukan sampah dapat menimbulkan
ledakan jika mencapai kadar dan tekanan tertentu
Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 II. 6
6) Sungai dan pipa air minum mungkin teracuni karena
bereaksi dengan zat-zat atau polutan sampah
b. Dampak bagi manusia
1) Lindi mengandung zat-zat berbahaya bagi tubuh seperti
adanya kandungan Hg, H2S, tergantung jenis sampah yang
dibuang di TPA tersebut
2) Merupakan sumber dan tempat perkembangbiakan
organisme penyebar penyakit
2. Control Landfill
Controlled landfill adalah TPA sampah yang dalam pemilihan
lokasi maupun pengoperasiannya sudah mulai memperhatikan
Syarat Teknis (SK-SNI) mengenai TPA sampah. Untuk dapat
melaksanakan metodenya, diperlukan penyediaan beberapa
fasilitas, di antaranya :
a. Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan.
b. Saluran pengumpul air lindi (leachate) dan instalasi
pengolahannya.
c. Pos pengendalian operasional.
d. Fasilitas pengendalian gas metan
e. Alat berat
3. Sanitary Landfill
Merupakan lahan urug yang telah memperhatikan aspek sanitasi
lingkungan. Sampah diletakkan pada lokasi cekung, kemudian
sampah dihamparkan hingga merata, kemudian dipadatkan,
dilapisi dengan tanah penutup setiap harinya hingga akhir operasi
dan dipadatkan kembali setebal 10% -15% dari ketebalan lapisan
sampah untuk mencegah berkembangnya vektor penyakit,
penyebaran debu dan sampah ringan yang dapat mencemari
lingkungan. Pada bagian atas timbunan tanah penutup harian

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 II. 7


tersebut dapat dihamparkan lagi sampah yang kemudian ditimbun
lagi dengan tanah penutup harian. Demikian seterusnya hingga
terbentuk lapisan-lapisan sampah dan tanah. Bagian dasar
konstruksi sanitary landfill dibuat lapisan kedap air yang dilengkapi
dengan pipa pengumpul dan penyalur air lindi (leachate) yang
terbentuk dari proses penguraian sampah organik. Terdapat juga
saluran penyalur gas untuk mengolah gas metan yang dihasilkan
dari proses degradasi limbah organik.

Tabel 2.1. Kelebihan dan Kekurangan dari Pengoperasian


Lahan Urug (Damanhuri, 2004)
Skema
Kelebihan Kekurangan
Lahan Urug
1. Teknis pelaksanaan 1. Terjadi pencemaran udara
mudah. oleh gas, bau dan debu.
2. Personil lapangan 2. Pencemaran air tanah oleh
relatif sedikit. air lindi.
3. Biaya operasi dan 3. Resiko kebakaran cukup
perawatan yang relatif besar
Open
rendah. 4. Mendorong tumbuhnya
Dumping
sarang vektor penyakit (tikus,
lalat, nyamuk).
5. Mengurangi estetika
lingkungan.
6. Lahan tidak dapat digunakan
kembali.
1. Dampak 1. Operasi lapangan relatif lebih
negatif terhadap sulit.
lingkungan dapat 2. Biaya operasi dan perawatan
diperkecil. cukup besar.
Controlled
2. Lahan dapat digunakan 3. Memerlukan personalia
landfill
kembali setelah lapangan yang cukup terlatih.
dipakai.
3. Estetika lingk cukup
baik.
1. Timbulan gas metan 1. Aplikasi sistem pelapisan
dan air lindi terkontrol dasar (liner) yang rumit.
dengan baik sehingga 2. Aplikasi tanah penutup
Sanitary
tidak mencemari harian yang mahal.
Landfill
lingkungan. 3. Aplikasi sistem lapisan
2. Timbulan gas metan penutup akhir.
dapat dimanfaatkan 4. Biaya aplikasi pipa penyalur

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 II. 8


sbg sumber energi. gas metan dan instalasi
3. Stlh selesai pengkonversian gas metan
pemakaiannya, area menjadi sumber energi.
lahan urug dapat 5. Biaya aplikasi pipa
digunakan untuk pengumpul & penyalur air
berbagai keperluan lindi (leachate) dan intalasi
seperti areal parkir, pengolah air lindi.
lapangan golf, dan 6. Dengan meningkatnya
kebutuhan lain. populasi semakin sulit unt
4. Biaya Investasi lebih menentukan lahan.
rendah dibandingkan 7. Jika operasi tdk sesuai dpt
metode lain. berubah seperti metode open
5. Dapat menerima dumping.
berbagai tipe sampah. 8. Lahan dapat mengalami
6. Fleksibel terhadap penurunan dan memeerlukan
fluktuasi kuantitas perawatan yang periodik.
sampah. 9. Gas yang dihasilkan dapat
7. Lahan dapat digunakan meledak, misal metan, dan
kembali setelah berbahaya bila tidak dikelola
pemakaian. dengan baik.
Skema
Kelebihan Kekurangan
Lahan Urug

2.4 PENGELOLAAN SAMPAH


2.4.1. Arahan Kebijakan
Peraturan perundangan yang mengatur mengenai sampah di
Indonesia terdapat pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah. Dalam undang-undang tersebut
dijelaskan tugas pemerintah dalam hal pengelolaan sampah adalah
sebagai berikut :
a. Menumbuh-kembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam mengelolaan sampah.
b. Melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan, dan
penanganan sampah.
c. Memfasilitasi, mengembangkan dan melaksanakan upaya
pengurangan, penanganan, dan pemanfaatkan sampah.
d. Melaksanakan pengelolaan sampah dan menfasilitasi penyediaan
sarana dan prasarana pengelolaan sampah.

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 II. 9


e. Mendorong dan menfasilitasi pengembangan hasil pemanfaatan
pengelolaan sampah.
f. Menfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang
pada masyarakat setempat untuk menangani dan mengurangi
sampah.
g. Melakukan kordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat dan
dunia usaha agar adanya keterpaduan dalam pengelolaan sampah.
Guna menjalankan tugas tersebut, pemerintah memberikan
wewenang kepada pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk
menyusun Peraturan Daerah (Perda) mengenai pengelolaan sampah.
Adanya perda pengelolaan sampah diharapkan lebih terperinci
menjelaskan kebijakan daerah dalam mengelolaan sampah, mulai dari
menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan
sampah, sampai dengan menyediakan sarana dan prasarana
pengelolaan sampah. Kebijakan pengelolaan sampah di tingkat daerah
perlu memberikan gambaran pengelolaan sampah dari mulai tingkat
rumah tangga, desa, kecamatan sampai dengan pengelolaan di tingkat
kabupaten. Pemberian insentif dan disinsentif terhadap pihak yang
berperan dalam pengelolaan sampah juga perlu diatur dan diterapkan,
untuk meningkatkan motivasi dalam pengelolaan sampah.
2.4.2. Penanganan Sampah di Tingkat Rumah Tangga
Pengelolaan sampah perlu melibatkan berbagai pihak, mulai dari
rumah tangga sampai lembaga pemerintahan daerah. Dalam skala
rumah tangga, pengelolaan sampah sangat penting karena rumah
tangga adalah sumber utama sampah. Hal-hal yang dapat dilakukan
dalam pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga antara lain sebagai
berikut :
a. Mengetahui jenis-jenis sampah
Secara umum, jenis sampah dibedakan menjadi 3, yaitu :

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 II. 10


1) Sampah organik, misalnya sisa makanan, kertas, kayu, dan
dedaunan (termasuk sampah halaman). Sampah organik dalam
sekala rumah tangga dapat dimanfaatkan kembali dengan cara
dibuat kompos.
2) Sampah anorganik, misalnya plastik bungkus makanan,
pecahan kaca, besi-besi sisa kendaraan dan lainnya. Sampah
anorganik untuk sekala rumah tangga dapat dimanfaatkan
kembali dengan cara disetorkan pada bank sampah sebagai
salah satu upaya perbaikan sanitasi. Namun beberapa
sampah sepertinya lebih tepat diarahkan ke TPA karena
sifatnya yang lebih berbahaya untuk pengelolaan tingkat
rumah tangga
3) Sampah daur ulang, misalnya botol minuman, kaleng soft
drink, dan botol plastik. Sampah daur ulang dapat
dimanfaatkan kembali dengan cara disetorkan pada bank
sampah yang dapat menambah pendapatan keluarga.
b. Menyediakan Sarana Prasarana sampah
1) Menyediakan pemilahan sampah untuk masing-masing jenis
sampah seperti di atas. Wadah tempat sampah pilah dapat dari
berbagai bahan seperti tong kaleng, plastik atau ban bekas.
2) Menyediakan komposter sederhana untuk membuat kompos
dari sampah organik. Kompos yang telah jadi dapat digunakan
sendiri atau diperjualkan kepada pihak yang membutuhkan
dan dapat merupakan masukan kas rumah tangga.
c. Sumber Dana
Sumber dana untuk pengelolaan sampah dalam sekala rumah
tangga, khususnya dalam penyediaan sarana prasarana dapat
berasal dari:
1) Iuran rumah tangga

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 II. 11


2) Desa
3) CSR dari perusahaan atau industri setempat
4) APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah)
2.4.3. Penanganan Sampah di Tingkat Desa/Kelurahan
a. Sumber Sampah
1) Rumah Tangga
Umumnya sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan
makanan, perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus,
gelas, kain dan lain-lain.
2) Lembaga Pendidikan seperti PAUD, TK, SD, Madrasah
Sampah yang berasal dari lembaga pendidikan biasanya
berupa kertas, alat tulis menulis (bolpoint, pensil, spidol) toner
foto copy, pita printer, kotak tinta printer, komputer rusak, dan
lain-lain.
3) Pasar Desa
Sampah dari tempat perdagangan atau pasar desa berupa
kardus, pembungkus, kertas dan termasuk sisa makanan.
4) Tempat Umum
Sampah yang berasal dari tempat umum seperti masjid,
mushola, balai kelurahan baik sampah organik maupun
anorganik.
5) Jalan
Sampah yang berasal dari penyapuan jalan dan pejalan kaki.
6) Taman
Sampah yang berasal dari taman berupa daun, rumput,
pangkasan tanaman, dan sampah yang berasal dari
pengunjung taman seperti bekas bungkus makanan, botol
minuman, dan sisa makanan.
7) Industri Rumah Tangga

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 II. 12


Sampah yang berasal dari seluruh rangkaian produksi (bahan-
bahan kimia, serpihan/potongan bahan), perlakuan dan
kemasan produksi (kertas, kayu, plastik, kain/lap yang jenuh
dengan pelarutan untuk pembersihan).
b. Proses Penanganan Sampah
1) Pemilahan
Masyarakat harus memilah terlebih dahulu sebelum
membuang sampah ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
Pemilahan bertujuan untuk memudahkan dalam penerapan
pengelolaan lanjutan. Pemilihaan sampah dibagi atau dipilah
menjadi 5 kelompok, yaitu sampah organik, sampah anorganik,
sampah daur ulang, sampah B3 dan sampah lainnya. Sampah
organik yang dihasilkan akan dikelola sendiri oleh masyarakat
menjadi pupuk kompos. Jika dirasa memberatkan maka
sebaiknya ada suatu unit pengelolaan khusus yang
menampung sampah organik untuk diubah menjadi kompos.
Sementara sampah yang dapat didaur ulang seperti sampah
plastik, kertas, dan logam disalurkan ke penampungan khusus
untuk di daur ulang oleh masyarakat. Sampah anorganik yang
tidak dapat di daur ulang dapat di masukan ke dalam tempat
penampungan sementara sebelum diangkut menuju Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA)
2) Pengangkutan
Sampah yang sudah dipilah di masing-masing rumah tangga
selanjutnya diangkut oleh petugas sampah desa yang dipilih
dari setiap RW masing-masing minimal 2 orang. Pengangkutan
dilakukan dengan menggunakan gerobak sampah bersekat
dengan 5 (lima) pemisah atau minimal 3 (tiga) pemisah yaitu
sampah organik, anorganik, dan daur ulang. Pengangkutan
sampah dari sumbernya (rumah tangga) dilakukan minimal 2
hari sekali. Sampah organik, anorganik dan sampah daur

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 II. 13


ulang dimasukan ke masing-masing bak di dalam gerobak,
kemudian sampah diangkut dan dipindahkan sesuai dengan
jenisnya ke TPS desa.
c. TPS Desa
TPS desa merupakan tempat penampungan sampah yang ada
di desa untuk menampung sampah sebelum diangkut menuju
TPA. TPS desa juga sebaiknya dilengkapi dengan
1) Ruang pemilahan, untuk mengantisipasi sampah yang belum
dilakukan pemilahan apabila ternyata masih ada masyarakat
yang belum melakukan pemilahan sampah di rumahnya atau
masih mencampur semua sampah yang dihasilkan di
rumahnya.
2) Komposter, untuk melakukan pembuatan kompos dari sampah
organik yang ada di TPS.
3) Gudang, untuk mengumpulkan sampah yang dapat didaur
ulang. Sampah tersebut nantinya akan di setor ke bank
sampah atau pengepul.
4) Tempat pemindahan sampah yang dilengkapi dengan landasan
container.
5) Luas lahan + 60 - 200 m2, tergantung fasilitas yang akan
dipenuhi.
d. Bank Sampah atau Pengepul
Bank sampah merupakan sistem pengelolaan sampah berbasis
rumah tangga dengan memberikan ganjaran berupa uang kepada
masyarakat yang berhasil memilah dan menyetorkan sampah.
Besarnya uang tergantung dari jenis sampah. Adanya bank
sampah, maka masyarakat menjadi terbiasa membuang sampah
lebih baik atau memberi istilah yang lebih tepat BUKAN
MEMBUANG SAMPAH TETAPI MENYIMPAN SAMPAH. Proses
pengumpulan sampah dimulai dari sumber rumah tangga sampai
masyarakat yang lebih luas. Setelah dipilah, sampah tersebut

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 II. 14


dikelola sesuai jenis sampah.
e. Regulasi di Tingkat Desa (Peraturan Desa / Perdes)
Peraturan desa diperlukan sebagai produksi kebijakan yang ada di
desa untuk mengatur pengelolaan sampah di tingkat perdesaan.
Peraturan tersebut merupakan peraturan yang mengatur secara
teknis pengelolaan sampah di desa, meliputi teknis tata cara
pengurangan sampah dengan konsep 3R (reduce, reuse, recycle),
pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan juga
tentang sanksi untuk pelanggarnya. Peraturan desa dapat sebagai
suatu peraturan tentang bentuk pengelolaan sampah melalui
Badan Usaha Milik Desa (Bumdes).
f. Lomba Rumah Sehat (award)
Lomba rumah sehat dapat dilakukan sebagai upaya pengelolaan
sampah karena akan adanya rumah sehat maka masyarakat akan
terpicu untuk mengelola kebersihan lingkungan. Lomba sebaiknya
dilakukan setiap tahun sekali, dapat diadakan sebagai lomba HUT
RI di setiap desa.
g. Sumber Dana
1) Iuran rumah tangga.
2) Besarnya iuran sesuai kesepakatan saat musyawarah warga.
Iuran rumah tangga digunakan untuk membiayai pengelolaan
sampah.
3) Anggaran desa.
4) Setiap desa diharuskan dapat mengalokasikan dana untuk
membiayai operasionalisasi pengelolaan sampah.
5) APBD atau retribusi/jasa pelayanan berdasarkan peraturan
daerah.
6) APBD atau retribusi/jasa pelayanan berdasarkan peraturan
daerah dapat digunakan sebagai sumber pembiayaan, biasanya
dialokasikan untuk pengelolaan dari TPS ke TPA.
7) Denda

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 II. 15


8) Sesuai dengan peraturan desa, ada denda yang didapat oleh
masyarakat yang melanggar peraturan desa yang disusun.
Denda yang terkumpul dapat dijadikan salah satu dana guna
dalam pengelolaan sampah di tingkat desa.
9) Corporate Social Responsibility (CSR).
10) Desa juga mendapatkan dana dari kemitraan pihak swasta
atau perusahaan. Biaya tersebut dapat digunakan sebagai
anggaran untuk melaksanakan CSR.
2.4.4. Kebijakan di Tingkat Kecamatan
a. Pengadaan Bank Sampah
b. Pengepul Kompos
c. Regulasi secara Vertikal
d. Memberikan Reward
e. Sumber Dana
2.4.5. Kebijakan di Tingkat Kabupaten
a. Sumber Sampah
1) Pasar Kecamatan dan Kota
Sampah yang berasal dari kegiatan di pasar berupa
sampah sisa sayuran, buah, ikan dan sebagai yang
bersifat organik dan sampah plastik pembungkus dan
sebagainya yang bersifat anorganik.
2) Jalan
Sampah yang berasal dari penyapuan jalan dan pejalan
kaki.
3) Perniagaan
Sampah yang berasal dari pertokoan dan usaha kuliner
berupa sisa-sisa bahan baku, pembungkus hasil
produksi, dan sebagainya.
4) Sekolahan (SD, SMP, SMA, SMK, dan Perguruan Tinggi)
Sampah yang berasal dari kegiatan administrasi sekolah

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 II. 16


dan kegiatan perkuliahan.
5) Tempat Umum
Sampah yang berasal dari tempat umum, seperti
terminal, stasiun kereta, dan lain sebagainya yang
berupa dedaunan, pemangkasan tanaman dan rumput,
sisa makanan pengunjung, botol minuman.
6) Industri
Sampah yang berasal dari kegiatan industri, baik
industri skala kecil maupun skala besar.
7) Lembaga/Instansi
Sampah yang berasal dari kegiatan perkantoran.
b. Sarana Prasarana
1) Penyediaan tempat sampah dengan pemisahan pada
masing-masing sumber sampah. Petugas dinas yang
terkait (Dinperindagkop, DCKTR, PU).
2) Truk sampah.
3) Membangun TPA yang sesuai dengan tata ruang,
AMDAL, SNI.
c. Regulasi
Peraturan daerah (kebijakan daerah yang secara vertikal
mencangkup kebijakan wilayah di bawahnya) tentang
pengelolaan sampah dan retribusi pelayanan sampah.
d. Award
Berupa penghargaan seperti, Kecamatan Sehat, Instansi
Sehat, Sekolah Sehat.
e. Sumber Dana
1) CSR dari perusahaan-perusahaan di daerah
kabupaten/kota dan sekitarnya sebagai wujud
kepedulian sosial dan lingkungan.

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 II. 17


2) Dana APBD yang dialokasikan untuk penanganan
sampah di Kabupaten/Kota.
Hal yang perlu dikembangkan adalah aplikasi dari peraturan
perundangan yang telah ada untuk dapat digunakan dan dimanfaatkan
di kalangan masyarakat sesuai arahan peraturan perundangannya.
Peraturan perundangan selain Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah yang membicarakan tentang beberapa hal
terkait sampah adalah :
 Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga
 Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 6 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Sampah
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012
tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuce dan Recycle Melalui
Bank Sampah.
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2013
tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata
 Revisi Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 6 Tahun 2014
tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adipura.
Implikasi yang harus dilakukan berkaitan dengan
diberlakukannya peraturan perundangan yang ada antara lain :
a. Perubahan paradigma tentang pengelolaan sampah, yakni
semestinya sampah itu bukan menjadi tanggung-jawab
pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama, bahkan lebih pada
tanggung-jawab masyarakat.
b. Pemerintah hanya mengadakan prasarana dan sarana terkait
sampah, pada hal-hal yang masyarakat tidak mampu seperti TPA,
TPST (atau TPS 3R), kendaraan berat pengangkut sampah,

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 II. 18


pertugas yang mengumpulkan sampah di jalan.
c. Setelah sampah dipilah menjadi 5 (jenis), bukannya dicampur lagi
di kendaraan pengangkut, tetapi justru atau bahkan tidak
diangkut oleh petugas pemerintah tetapi dikelola sendiri oleh
masyarakat penghasil sampah yakni sampah organik dijadikan
kompos, sampah daur ulang masuk ke Bank Sampah yang
dibentuk oleh masyarakat, dan sampah B3 serta sampah yang
tidak dapat dimanfaatkan, barulah diambil oleh petugas
pemerintah dan diangkut ke TPA. Melalui pola tersebut
masyarakat atau kelompok masyarakat akan mendapatkan
manfaat ekonomi dari pembuatan kompos dan pembentukan Bank
Sampah sedangkan di sisi lain umur TPA menjadi lebih lama.

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 II. 19


BAB III. METODE STUDI

3.1. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN


Peralatan yang digunakan dalam kegiatan penyusunan laporan
periodik sampah harian Kabupaten Banyumas 2018 adalah camera,
peralatan lapangan yang meliputi kantong plastik, timbangan, alat ukur,
dan sarung tangan yang digunakan untuk mendapatkan data primer
tentang sampah yang ada di masyarakat.

3.2. PELAKSANAAN
1. Mengamati perilaku pengelolaan sampah
Pengamatan sebagai data primer dilakukan langsung dilapangan
dengan mengamati perilaku pengelolaan sampah oleh masyarakat sejak
dari timbulan sampah hingga Tempat Pemrosesan Akhir sampah (TPA).
Pengamatan tersebut dilakukan di permukiman, kantor, sekolah, rumah
makan, pasar, terminal, Bank Sampah dan lainnya. Dilakukan pula
pengumpulan data sekunder dilakukan ke instansi yang mengelola
sampah.
2. Pengambilan sampel timbulan sampah

Pengambilan Rerata timbulan dan Besaran timbulan


contoh di komposisi sampah dan komposisi
permukiman, permukiman sampah

Gambar 3.1. Langkah pengambilan dan pengukuran contoh


timbulan sampah di Permukiman

3. Pengambilan sampel teknis pengelolaan sampah


Pengambilan sampel teknis pengelolaan sampah dilakukan dengan
menyebarkan kuesioner ke beberapa lokasi sampling, pada 3 (tiga)
wilayah ekosistem yakni ekosistem perkotaan, ekosistem perdesaan dan
ekosistem perbatasan antara perkotaan dan perdesaan. Untuk wilayah
perkotaan pada sebagian masyarakat di Kelurahan Karangpucung,
Kecamatan Purwokerto Selatan, untuk wilayah perbatasan di Desa
Pandak, Kecamatan Baturraden, sedangkan wilayah perdesaan di Desa
Karangpetir, Kecamatan Tambak.
Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 III. 1
3.3. CARA PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN
3.3.1. Lokasi Permukiman
a. Menentukan lokasi.
b. Menentukan jumlah tenaga pelaksana.
c. Menyiapkan peralatan.
d. Membagi kantong plastik yang sudah diberi tanda kepada sumber
sampah 1 hari sebelum dikumpulkan, dengan pemberian
penjelasan teknis pelaksanaannya.
e. Mencatat jumlah unit penghasil sampah permukiman.
f. Mengumpulkan kantong plastik yang sudah terisi sampah, pada
keesokan harinya di sore hari.
g. Mengangkut seluruh kantong plastik ke tempat pengukuran.
h. Mengukur dan mencatat volume sampah (Vs).
i. Menimbang dan mencatat berat sampah (Bs).
3.3.2. Lokasi Pasar, Jalan, Hotel, Restoran, dan Fasilitas umum
a. Menentukan lokasi contoh.
b. Menentukan jumlah tenaga pelaksana.
c. Menyiapkan peralatan.
d. Mencatat jumlah unit masing-masing penghasil sampah
e. Mengamati pemilahan pembuangan sampah

3.4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan
laporan periodik sampah harian adalah sebagai berikut :
a. Teknik pengumpulan data primer. Pelaksanaan pengumpulan data
primer dilakukan dengan cara survei lapangan dan menyebarkan
kuesioner, Data yang diperoleh adalah perkiraan produksi sampah
sekala rumah tangga dan informasi terkait dengan timbulan
sampah berdasarkan lokasi sampel yang terpilih.
b. Mendapatkan data produksi sampah skala rumah tangga yang
ditentukan dengan kriteria dan dipilih lokasi sebagai berikut;
1) Untuk masyarakat wilayah perkotaan terpilih

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 III. 2


2) Untuk masyarakat perbatasan antara wilayah perkotaan dan
perdesaan terpilih
3) Untuk masyarakat wilayah perdesaan terpilih
c. Teknik pengumpulan data primer lainnya dilakukan pada lokasi
penghasil sampah berupa sampel perkantoran, sekolah, pasar,
rumah makan, hotel, rumah sakit, dan lainnya. Data yang
diperoleh berupa volume atau besaran timbulan sampah per
satuan waktu, proses menghasilkan sampah dan teknik
pengelolaan sampah.
d. Teknik pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data sekunder
dilakukan dengan cara mencari data dari instansi terkait seperti
Dinas Lingkungan Hidup, TPA, UKP Persampahan, Bank Sampah,
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan lainnya.

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 III. 3


BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH KEGIATAN

4.1. KONDISI GEOGRAFIS


Kabupaten Banyumas sebagai sebuah wilayah administrasi dari
Provinsi Jawa Tengah, berbatasan dengan wilayah lain :
a. Sebelah utara : Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang
b. Sebelah selatan : Kabupaten Cilacap
c. Sebelah barat : Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes Selatan
d. Sebelah timur : Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Kebumen dan
Kabupaten Banjarnegara.
Secara geografis, wilayah Kabupaten Banyumas terletak antara 1080
55’ BT (Bujur Timur) – 1090 30’ BT (Bujur Timur) dan 70 10’ LS (Lintang
Selatan) – 70 35’ LS (Lintang Selatan). Secara Administratif, Kabupaten
Banyumas terbagi dalam 27 kecamatan yang terdiri atas 30 kelurahan 301
desa. Total luas wilayah 133.759,91 ha. Wilayah Kabupaten Banyumas pada
jarak bentang terjauh dari barat ke timur adalah 96 Km dan dari utara ke
selatan adalah sejauh 46 Km. Nama kecamatan dan jumlah desa /
kelurahan tertera pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Nama Kecamatan dan Jumlah Desa / Kelurahan Tiap


Kecamatan di Kabupaten Banyumas

No Kecamatan Jumlah Kelurahan Jumlah Desa


1 Tambak - 12
2 Sumpiuh 3 11
3 Kemranjen - 15
4 Kebasen - 12
5 Rawalo - 9
6 Purwojati - 10
7 Jatilawang - 11
8 Wangon - 12
9 Lumbir - 10
10 Gumelar - 10
11 Ajibarang - 15
12 Pekuncen - 16

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 IV.1


No Kecamatan Jumlah Kelurahan Jumlah Desa
13 Cilongok - 20
14 Karanglewas - 13
15 Kedungbanteng - 14
16 Baturraden - 12
17 Purwokerto Barat 7 -
18 Purwokerto Selatan 7 -
19 Purwokerto Timur 6 -
20 Purwokerto Utara 7 -
21 Sumbang - 19
22 Kembaran - 16
23 Sokaraja - 18
24 Kalibagor - 12
25 Banyumas - 12
26 Somagede - 9
27 Patikraja - 13
JUmlah 30 301

4.2. TOPOGRAFI
Wilayah Kabupaten Banyumas lebih dari 45 % merupakan daerah
dataran yang tersebar di bagian tengah dan selatan serta membujur dari
barat ke timur dengan karakteristik topografi yang bervariasi berupa
dataran rendah, dataran tinggi dan perbukitan. Daerah dataran rendah
terutama berada di bagian selatan yang merupakan daerah pertanian,
selebihnya merupakan daerah dataran tinggi dan perbukitan di sebelah
utara yang merupakan kaki Gunung Slamet, dengan ketinggian sebagian
besar berada pada kisaran 25 - 100 meter di atas permukaan laut yaitu
42.310,3 Ha dan 100 - 500 meter di atas permukaan laut yaitu seluas
40.385,3 Ha, sisanya pada ketinggian lebih dari 500 meter di atas
permukaan laut.
Wilayah Kabupaten Banyumas berdasarkan ketinggian tempatnya
dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Dataran rendah dengan ketinggian 0 – 25 meter di atas
permukaan laut (dpl) mempunyai luas 26.724,4 Ha atau 23,13% dari

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 IV.2


luas wilayah Kabupaten Banyumas, meliputi Kecamatan Rawalo,
Kecamatan Jatilawang, Kecamatan Tambak, sebagian Kecamatan
Kalibagor, sebagian Kecamatan Karanglewas, sebagian Kecamatan
Kemranjen, sebagian Kecamatan Sokaraja dan sebagian Kecamatan
Sumpiuh.
b. Dataran perbukitan dengan ketinggian > 25 – 100 meter di atas
permukaan laut, mempunyai luas 42.310,30 Ha atau 31,87% dari luas
wilayah Kabupaten Banyumas, meliputi Kecamatan Kembaran,
Kecamatan Lumbir, Kecamatan Patikraja, Kecamatan Purwojati,
Kecamatan di Kota Purwokerto, Kecamatan Wangon, sebagian
Kecamatan Kalibagor, sebagian Kecamatan Somagede, Kecamatan
Kedungbanteng, sebagian Kecamatan Karanglewas, sebagian
Kecamatan Sumbang dan sebagian Kecamatan Sokaraja.
c. Dataran tinggi dengan ketinggian >100 – 500 meter di atas permukaan
laut mempunyai luas 30.385,3 Ha atau 30,42% dari luas Kabupaten
Banyumas, meliputi Kecamatan Ajibarang, Kecamatan Banyumas,
sebagian Kecamatan Baturraden, sebagian Kecamatan Somagede,
sebagian Kecamatan Pakuncen, dan sebagian Kecamatan Cilongok.
d. Dataran dengan ketinggian > 500 – 1.000 meter di atas permukaan laut
mempunyai luas 17.364,9 Ha atau 13,08% dari luas wilayah
Kabupaten Banyumas, meliputi sebagian Kecamatan Gumelar,
sebagian Kecamatan Kedungbanteng, sebagian Kecamatan Pekuncen,
sebagian Kecamatan Cilongok, sebagian Kecamatan Baturraden dan
sebagian Kecamatan Sumbang.
e. Dataran dengan ketinggian > 1.000 meter di atas permukaan laut
mempunyai luas 5.974,1 Ha atau 4,50% dari luas wilayah Kabupaten
Banyumas. Wilayah, meliputi sebagian Kecamatan Baturraden,
sebagian Kecamatan Cilongok, sebagian Kecamatan Pekuncen, dan
sebagian Kecamatan Sumbang.
Berdasarkan kemiringan tanahnya wilayah Kabupaten Banyumas
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Kemiringan 0 – 2 % meliputi areal seluas 42.629,09 Ha atau
32,11% dari luas Kabupaten Banyumas. Wilayah dengan kemiringan
tersebut meliputi Kecamatan Kota Purwokerto, Kecamatan Sokaraja,

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 IV.3


Kecamatan Kembaran, bagian selatan Kabupaten Banyumas antara
lain Kecamatan Tambak, Kecamatan Sumpiuh, Kecamatan Kemranjen,
Kecamatan Kebasen, Kecamatan Rawalo, Kecamatan Kalibagor bagian
Timur, sebagian Kecamatan Patikraja dan di sekitar sungai Serayu.
b. Kemiringan 2 – 8 % meliputi areal seluas 19.940,49 Ha atau 15,02 %
dari luas Kabupaten Banyumas. Wilayah dengan kemiringan tersebut
meliputi sebagian Kecamatan Pekuncen, Kecamatan Cilongok,
Kecamatan Karanglewas, Kecamatan Sumbang, Kecamatan Wangon
sebelah Selatan.
c. Kemiringan 8 – 15 % meliputi areal seluas 13.979,58 Ha atau
10,53 % dari luas wilayah Kabupaten Banyumas, meliputi Kecamatan
Ajibarang, Kecamatan Pekuncen, Kecamatan Cilongok, Kecamatan
Kalibagor.
d. Kemiringan 15 – 25 % meliputi areal seluas 16.820,64 Ha atau
12,67 % dari luas wilayah Kabupaten Banyumas, meliputi Kecamatan
Gumelar, Kecamatan Lumbir, Kecamatan Wangon bagian utara,
Kecamatan Pekuncen bagian barat dan Kecamatan Sumbang bagian
timur.
e. Kemiringan > 25 – 40 % meliputi areal seluas 13.740,61 Ha atau
10,35 % dari luas wilayah Kabupaten Banyumas, meliputi sebagian
wilayah Kecamatan Rawalo, Kecamatan Kemranjen, Kecamatan
Gumelar, Kecamatan Wangon, Kecamatan Baturraden dan Kecamatan
Kedungbanteng.
f. Kemiringan > 40 % meliputi areal seluas 25.649,15 Ha atau 19,32%
dari luas wilayah Kabupaten Banyumas. Kondisi pada wilayah tersebut
meliputi Lereng Gunung Merak, sebagian wilayah di Kecamatan
Sumpiuh, Kecamatan Tambak, Kecamatan Somagede.

4.3. PENGGUNAAN LAHAN


Penggunaan lahan untuk kegiatan tanah kering merupakan
penggunaan paling luas, yaitu seluas 100.452 Ha atau 75,66% dari
total wilayah di Kabupaten Banyumas, sedangkan penggunaan lahan
untuk kegiatan sawah hanya seluas 32.307 Ha atau 24,33% dari total
wilayah Kabupaten Banyumas. Lahan sawah beririgasi teknis seluas

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 IV.4


10.448 Ha (31,31% dari luas lahan sawah), irigasi setengah teknis seluas
4.752 Ha (19% dari luas lahan sawah), irigasi sederhana 7.570 Ha (15,32%
dari luas lahan sawah), irigasi desa seluas 3.140 Ha (12,11% dari luas
lahan sawah), dan irigasi tadah hujan 6.397 (20,42% dari luas lahan
sawah).
Kondisi dinamika perkembangan penggunaan lahan yang terjadi
memberikan informasi bahwa jenis penggunaan lahan yang sering
dan banyak mengalami perubahan lahan menjadi jenis penggunaan lahan
lain adalah lahan pertanian basah, lahan kering dan hutan. Terjadinya
proses perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi penggunaan
non pertanian khususnya di wilayah perkotaan, yang berubah untuk
dimanfaatkan sebagai perumahan, industri, perkantoran, dan lain-lain.
Kondisi tersebut memberikan indikasi terjadinya peralihan fungsi ruang
dari peruntukan agraris untuk penggunaan non agraris. Rincian
penggunaan lahan di Kabupaten dapat dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Luas Wilayah Kabupaten Banyumas Menurut Penggunaan Tahun
2017

N0 Penggunaan Tanah Luas (Ha) Keterangan


A Luas Sawah 32.307 24,33 %
1 Pengairan teknis 16.448
2 Pengairan setengah teknis 5.149
3 Pengairan setengah PU 7.570
4 Pengairan non PU 3.140
5 Sawah yang tidak diusahakan - Tidak ada
B Lahan Pertanian Bukan Sawah 52.062 39,22 %
1 Tegalan 27.520
2 Ladang / Huma 2.430
3 Perkembangan 9.684
4 Hutan rakyat 8.470
5 Tambak 43
6 Kolam 357
7 Lainnya 3.558
C Lahan Bukan Pertanian 48.390 36,45 %
1 Pekarangan 17.504
2 Hutan negara 26.910
3 Rawa-rawa 3
4 Lainnya (jalan, sungai dll) 3.973
Jumlah 132.759 100,00 %
Sumber : Banyumas Dalam Angka 2017

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 IV.5


4.4. KEPENDUDUKAN
Faktor kependudukan terutam jumlah penduduk dan distribusi
tempat tinggal penduduk sangat mempengaruhi kondisi persampahan.
Terkait hal tersebut mengetahui pola persebaran dan populasi penduduk
menjadi sangat penting. Berdasarkan pencatatan j u m l a h penduduk
tahun 2017, jumlah penduduk Kabupaten Banyumas tercatat sebanyak
1.665.025 jiwa yang terdiri dari 831.769 jiwa laki-laki dan 833.256 jiwa
perempuan. Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Banyumas tahun

2017 mencapai 1.243 jiwa/km2.

Tabel 4.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di


Kabupaten Banyumas Tahun 2017

Luas Wilayah Jumlah Kepadatan Penduduk


No. Kecamatan
(Ha) Penduduk Desa Km2
1 Lumbir 102,66 44416 4.334 428
2 Wangon 60,78 75995 6.002 1226
3 Jatilawang 48,16 59193 5.187 1207
4 Rawalo 49,64 47445 5.029 933
5 Kebasen 54 58161 4.643 1054

6 Kemranjen 60,71 66213 4.156 1057

7 Sumpiuh 60,01 51594 3.558 845


8 Tambak 52,03 42962 3.494 816

9 Somagede 40,11 33401 3.536 812

10 Kalibagor 35,73 48717 3.830 1323

11 Banyumas 38,09 46759 3.798 1214

12 Patikraja 43,23 54536 3.872 1209


13 Purwojati 37,86 32.035 3.079 830
14 Ajibarang 66,5 95.690 5.991 1.393
15 Gumelar 93,95 46.283 4.507 487

16 Pekuncen 92,7 66.430 4.026 706

17 Cilongok 105,34 118.366 5.440 1074

18 Karanglewas 32,5 64.220 4.400 1856

19 Kedungbanteng 60,22 55.123 3.647 879

20 Baturraden 45,53 52.211 3.923 1085

21 Sumbang 53,42 82.923 3.929 1466

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 IV.6


Luas Wilayah Jumlah Kepadatan Penduduk
No. Kecamatan
(Ha) Penduduk Desa Km2

22 Kembaran 25,92 81.897 4.509 2949

23 Sokaraja 29,92 85.552 4.270 2699

24 PWT Selatan 13,75 77.445 10.066 5356

25 PWT Barat 7,4 52.903 7.006 6871

26 PWT Timur 8,42 58.544 9.527 6874

27 PWT Utara 9,01 66.011 8.168 6777

Jumlah 1.327,59 1.665.025 4850 1.209


Sumber : Banyumas dalam Angka 2018

4.5. KONDISI PASAR DI KABUPATEN BANYUMAS


Pada umumnya pasar yang berkembang di Kabupaten Banyumas
adalah pasar tradisional, mengikuti budaya suku jawa sebagai pasar
tradisional. Namun telah berkembang pula pasar modern yang lokasinya di
Purwokerto (ibukota kabupaten) maupun di banyak wilayah kecamatan (di
ibukota kecamatan). Beberapa pasar tradisional mengikuti pola yang telah
berlangsung begitu lama, mengikuti hari pasaran hitungan budaya jawa
yakni Pon, Wage, Kliwon, Legi/Manis, dan Pahing, namun beberapa pasar
juga telah menerapkan hari pasar hitungan nasional yakni Senin, Selasa,
Rabu, Kamis, Jum’at, Sabtu dan Minggu. Di samping itu beberapa lokasi
pasar menyelenggarakan kombinasi walaupun ada juga pasar yang sudah
tidak mengikuti lagi. Harian pasar tradisional pada dasarnya tergantung dari
kebutuhan masyarakat konsumennya.
Pada beberapa lokasi terdapat pula pasar tradisional yang hadir hanya
pada waktu pagi saja, seteleh agak siang telah selesai, menggunakan tanah
atau lahan warga tanpa menyewa, hanya menggunakan saja. Pasar tersebut
sangat bersifat sosial yang menyediaakan komuditas yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Hal tersebut dapat berlangsung karena adanya rasa saling
membantu dan membutuhkan. Bagi yang berjualan sedang menyalurkan
usahanya untuk mendapatkan penghasilan, bagi pembeli mendapatkan
kebutuhannya, bagi pemilik lahan menyediakan lahan secara sosial.

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 IV.7


Tabel 4.4. Nama Kecamatan dan Pasar Tradisionalnya
No Kecamatan Nama Pasar Keterangan
1. Tambak Pasar Tambak Pasaran Selasa, Jum’at dan
Minggu
2. Sumpiuh Pasar Sumpiuh Pasaran Rabu dan Sabtu
3. Kemranjen Pasar Wijahan Pasaran Senin dan Kamis
Pasar Buntu Pasaran Wage dan Manis
4. Kebasen Pasar Wage Pasaran Setiap Hari
Pasar Gambarsari Pasaran Setiap Hari
5. Rawalo Pasar Rawalo Pasaran Setiap Hari
6. Purwojati Pasar Purwojati
Pasar Kaliputih
7. Jatilawang Pasar Jatilawang Pasaran Setiap Hari
Pasar Margasana
8. Wangon Pasar Wangon Pasaran Setiap Hari
9. Lumbir - -
10. Gumelar Pasar Wage (Pasar Pasaran Setiap Wage
Desa Cihonje)
Pasar Pahing (Pasar Pasaran Setiap Pahing
Desa Gumelar)
11. Ajibarang Pasar Ajibarang Pasaran Setiap Hari
12. Pekuncen Pasar Legok Pasaran Setiap Hari
13. Cilongok Pasar Cilongok Pasaran Setiap Hari
Pasar Desa Pernasidi
14. Karanglewas Pasar Pahing Pasaran Setiap Hari
15. Kedungbanteng Pasar Pasaran Setiap Hari
Kedungbanteng
16. Purwokerto Pasar Pon Pasaran Setiap Hari
Barat, Selatan, Pasar Wage
Timur, dan Pasar Kliwon
Utara Pasar Manis
Pasar Sarimulyo
Pasar Bancarkembar
17. Baturraden Pasar Rempoah Pasaran Setiap Hari
Pasar Cerme
Pasar Pamijen
18. Sumbang Pasar Kedungmalang Pasaran Setiap Hari
Pasar Tambaksogra
Pasar Kotayasa
Pasar Banaran
19. Kembaran Pasar Larangan Pasaran Setiap Hari
20. Sokaraja Pasar Sokaraja Pasaran Setiap Hari
21. Kalibagor - -
22. Banyumas Pasar Banyumas
23. Somagede Pasar Somagede
Pasar Sokawera
24. Patikraja Pasar Patikraja Pasaran Setiap Hari

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 IV.8


4.6. KONDISI PENGELOLAAN SAMPAH OLEH MASYARAKAT.
Sebagai sebuah lingkungan binaan dalam bentuk pasar baik yang
tradisional maupun modern, salah satu komponen yang melingkupi dari
hasil aktivitas pasar adalah adanya sampah, baik sampah organik maupun
anorganik. Dalam pengelolaan sampahnya, ke dua bentuk pasar tersebut
menunjukkan pola pengelolaan yang berbeda.
Pada hampir setiap pasar tradisional belum ada yang menerapkan
pemilahan sampah secara teratur, walaupun kadang-kadang terdapat lokasi
pasar yang menyediakan tempat sampah pemilahan. Namun demikian
semua pasar tradisional telah menyediakan TPS sebagai wadah
penampungan sampah sementara. Kondisi TPSnya memperlihatkan, tidak
ada TPS yang mempunyai bangunan sempurna. Beberapa indikator TPS
yang tidak sempurna antara lain keadaannya tidak dilengkapi penutup
sehingga jika hujan, sampah akan tercampur dengan air, menghasilkan bau
dan mengganggu aktivitas warga (seperti pasar Tambak dan Wijahan),
kondisi fisik bangunan telah rusak (seperti pasar Linggasari), fasilitas
pengolah lindi, tidak tersedia, beberapa lokasi tidak mudah untuk diangkut
dengan kendaraan menuju TPA karena melewati aktivitas pasar (seperti
pasar Purwojati) dan beberapa hal lainnya yang kurang mengarah pada
lokasi yang bersih dari pandangan sanitasi.
Proses pengolahan sampah selanjutnya, juga tidak dijumpai adanya
kegiatan pengomposan yang kontinyu dan terstruktur untuk mengelola
sampah organiknya maupun pembentukan Bank Sampah untuk mengelola
sampah an organiknya. Belum pula dijumpai aktivitas kerjasama antara
kegiatan pasar dan penyediaan pakan untuk ternak atau ikan, padahal
sampah organik pasar tradisional berpotensi sebagai sumber pakan yang
akan mengurangi aktivitas peternak untuk mencari hijauan pakan di lahan
terbuka. Mengamati hal tersebut, dapat dikatakan relatif tidak ada upaya
pengelolaan sampah di pasar tradisional, setelah sampah dihasilkan, maka
dikumpulkan di TPS, setelah beberapa hari yang telah ditentukan diangkut
untuk dibuang ke TPA. Banyaknya sampah yang diangkut oleh truk,
bervariasi tergantung keramaian pasar, jumlah timbulan interval waktu
pengangkutan sampah. Beberapa pasar sampahnya diangkut setiap hari,
namun terdapat beberapa pasar yang sampahnya diangkut 2- 3 hari sekali,

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 IV.9


dengan volume sampah 1 – lebih dari 5 truk untuk sekali angkutnya. Semua
sampah diangkut ke TPA baik organik maupun an organik secara tercampur
tidak ada kendaraan sampah yang mengangkut sampah antara sampah
organik dan an organik.
Pada pasar modern, dapat digolongkan pada modern kecil seperti
Indomart dan modern besar seperti Rita dan Moro. Pasar modern lebih
menghasilkan sampah an organik, namun pada pasar modern yang besar
juga menghasilkan sampah rumah tangga berupa sisa-sisa restoran. Proses
pengelolaannya menunjukkan adanya perbedaan.
Pada pasar modern baik besar maupun kecil, tidak dijumpai adanya
tempat sampah pemilahan berkaitan dengan produksi sampahnya adalah
sampah an organik. Sampah tersebut dikumpulkan dan diambil oleh pihak
tertentu untuk dimanfaatkan, sedangkan sampah sisa restoran juga terdapat
pihak-pihak yang mengambil dan memanfaatkannya untuk digunakan
kembali sebagai bahan pakan. Tindakan pengomposan tidak pernah
dilakukan oleh pihak pasar modern, sementara Bank Sampah juga tidak ada
pihak yang berupaya untuk menyelenggaraknnya, padahal Bank Sampah
sangat memungkinkan dapat berkembang di sekitar lokasi pasar modern,
namun seolah-olah menunggu kebijakan dari pemerintah. Berkaitan dengan
hal tersebut keterlibatan pihak pemerintah desa dalam upaya membangun
pengembangan Bank Sampah, menjadi ditunggu melalui pembuatan
peraturan desa tentang pengelolaan sampah.
Kondisi persampahan di perkantoran, menunjukkan pada tingkat
kebersihan yang baik. Tingkat kebersihan pada perkantoran di Kabupaten
Banyumas pada kondisi yang bersih baik kantor pemerintah maupun swasta.
Hal tersebut dapat dipahami karena semua individu warga masyarakat telah
memahami pentingnya kebersihan lingkungan sehingga menjaga lingkungan
yang bersih telah menjadi tindakan kebersamaan. Namun berkaitan dengan
pewadahan, belum semua kantor mempunyai tempat sampah terpilah,
padahal wilayah atau aktivitas perkantoran juga minimal menghasilkan
sampah organik dan an organik. Terlihat lebih didominasi oleh satu buah
wadah sampah, yang berisi sampah campuran.
Untuk TPSnya, tidak semua kantor mempunyai TPS. Sampah dari
wadah sampah dibuang ke TPS bagi kantor yang menyediakannya, diangkut

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 IV.10


oleh petugas dan dibuang ke TPS bersama, ada pula yang sampahnya
dibakar. Pembakaran sampah dapat dilakukan di TPS maupun di atas tanah.
Sampah yang dibakar dapat berupa semua jenis sampah yakni sampah
organik dan an organik yang dihasilkan dari aktivitas perkantoran. Sampah
organik yang terdapat di kantor dapat berasal dari seresah di halaman kantor
maupun sampah organik dari aktivitas pegawai kantor. Sementara sampah
an organiknya didominasi dari aktivitas kantor.
Beberapa kantor telah pernah mempunyai aktivitas Bank Sampah
untuk mengelola sampah an organiknya, namun secara umum tidak terdapat
Bank Sampah yang aktif disebabkan komitmen penyelenggaraan Bank
Sampah pada dasarnya belum muncul. Sementara itu perkantoran dari
kantor pemerintah semestinya dapat menjadi contoh penyelenggaraan Bank
Sampah yang dapat diikuti oleh masyarakat sekitarnya, nyatanya kondisi
tersebut belum muncul. Terdapat beberapa kantor yang masih ada Bank
Sampahnya, tetapi hanya tinggal sisa-sisa barang yang lalu dan tanpa
pengelola, bahkan menjadikan kondisinya kumuh.
Dalam pengelolaan sampah organik, kawasan perkantoran juga tidak
ada yang menyelenggarakan pengomposan secara terstruktur, teratur, rutin
dan adminstrasinya juga tidak ada. Berkaitan dengan hal tersebut, dari
kawasan perkantoran, belum ada upaya pengurangan sampah secara
signifikan yang harus dibawa ke TPA. Hampir semua sampah yang tidak
dibakar, dibawa ke TPA oleh petugas pengangkut. Terdapat beberapa kantor
yang masih mempunyai ember atau tempat pengomposan yang merupakan
bantuan dari Badan Lingkungan Hidup, tetapi ada yang tidak difungsikan
sama sekali, ada yang digunakan untuk bekas kegiatan pengomposan, tetapi
produksinya masih menumpuk, ada juga yang digunakan untuk tempat
sampah serta ada juga yang bersih, belum digunakan. Membuka kesadaran
untuk pengelolaan sampah merupakan hal yang sulit namun harus selalu
diupayakan. Semestinya Aparatur Sipil Negara harus dapat memberi contoh
kepada masyarakat termasuk dalam pengelolaan sampah.
Kondisi persampahan di banyak sekolah relatif dapat dikatakan lebih
baik dibanding di kawasan perkantoran. Hal tersebut terjadi diduga kawasan
sekolah adalah arena pendidikan, sehingga berkaitan dengan sampah juga
dimaknai sebagai bentuk mendidik terhadap peserta didik. Pada Sekolah

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 IV.11


Dasar (SD) pengelolaan persampahan dilakukan oleh pihak sekolah melalui
tenaga seperti pesuruh atau pihak guru yang mempunyai tugas tambahan
untuk mengelola sampah. Pada Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP) dan Atas
(SLTA), di samping tenaga dari sekolah juga dilibatkan siswa melalui
organisasi siswa yang terdapat di sekolah.
Secara umum tingkat kebersihan sekolah sudah baik, apalagi di
Kabupaten Banyumas, banyak sekolah telah mempunyai predikat sebagai
Sekolah Adiwiyata. Banyak sekolah telah mengelola sampahnya dengan baik
walaupun masih harus ditingkatkan. Pewadahan sampah dengan pemilahan
telah banyak dilakukan walaupun pada kondisi minimal yaitu 2 wadah setiap
lokasi tem[at sampah yaitu untuk sampah organik dan an organik, tetapi ada
juga sekolah yang sudah ada pemilahan hingga 3 (tiga) jenis sampah, 4
(empat) dan bahkan ada yang untuk 5 (lima) jenis sampah. Namun proses
pemilahannya masih harus ditingkatkan. Namun demikian pihak sekolah
telah berusaha maksimal untuk mengajarkan dan mengarahkan para siswa
untuk memilah sampah di wadahnya walaupun hasilnya belum maksimal.
Kondisi tersebut diduga akan terjadi dalam jangka panjang karena setiap
tahun terdapat anak didik yang telah diajarkan memilah sampah kemudian
selesai sekolahnya, di sisi lain terdapat peserta didik baru yang harus dilatih
dalam pengelolaan sampahnya. Hal tersebut akan berlangsung terus pada
proses pendidikan di sekolah.
Beberapa sekolah juga telah melanjutkan pemilahan sampahnya
menjadi kegiatan yang lebih bermanfaat, Sampah organik di beberapa
sekolah telah diolah menjadi kompos, namun proses dan pasca prosesnya
seperti pemanfaatan, pencatatan dan penjualan tidak berlangsung secara
kontinyu atau terus menerus. Hal tersebut juga terjadi pada Bank Sampah
yang mengelola sampah an organik. Tempat proses pembuatan kompos dan
Bank Sampahnya relatif sudah kurang terawat lagi. Pada dasarnya kegiatan
yang melibatkan peserta didik mamang berkaitan dengan aktivitas siswa
yang tidak dapat diharuskan karena kegiatan pengelolaan sampah hanya
merupakan ketrampilan dan kemauan, tidak ada kaitannya dengan nilai dari
mata pelajaran tertentu.
Beberapa sekolah baik di tingkat SD, SLTP dan SLTA juga telah
mengembangkan pembelajaran pembuatan karya siswa dari barang bekas

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 IV.12


atau sampah an organik menjadi karya yang mempunyai nilai ekonomi.
Karya tersebut telah dipajang di lemari khusus karya siswa yang dapat
dilihat oleh berbagai pihak baik siswa lainnya, guru, tamu bahkan wali siswa
yang dapat memberi tingkat kebanggaan tersendiri bagi pembuatnya.
Namun kegiatan tersebut relatif tidak terstruktur dengan baik, seringkali
hanya karena adanya moment tertentu dilaksanakan, jika tidak ada moment
menjadi kendor.
Untuk hotel yang terdapat di Kabupaten Banyumas, secara umum
telah bersih, namun pengelolaan sampah secara paripurna tidak ada yang
terlaksana yakni adanya pemilahan wadah sampah, penyediaan TPS, gerobag
sampah, pengomposan, aktivitas Bank Sampah dan administrasinya. Hal
tersebut dilakukan karena untuk menghindari bau yang terjadi di hotel dan
kemungkinan akan mengganggu kunjungan tamu hotel sehingga relatif
adanya sampah sesegera mungkin keluar dari hotel. Pihak hotel akan segera
bersedia membayar ongkos untuk mengangkut sampah dari kawasan hotel.
Sampah hotel tidak hanya berupa sampah organik dan an organik yang
kering saja, tetapi juga menghasilkan sampah organik dalam bentuk basah
berupa sisa makanan yang oleh pihak tertentu masih dapat dimanfaatkan
kembali seperti sebagai bahan pakan ikan.
Pada aktivitas rumah makan kondisi kebersihannya sudah baik,
semua rumah makan telah kelihatan bersih karena berkaitan dengan
harapan persepsi pengunjung. Agar pengunjung memberikan persepsi positif
berkaitan dengan kebersihan dan pengunjung bersedia berkunjung ke rumah
makan tersebut maka semua rumah makan telah menjadi bersih. Namun
pada masalah penyediaan wadah tempat sampah terpilah, tidak semua
rumah makan menyediakan. Dimungkinkan karena aktivitas rumah makan
dan pengunjung tidak menghasilkan sampah maka tidak disediakan tempat
sampah yang terpilah.
Akibat dari tidak tersedianya tempat sampah terpilah, tidak pula
diselenggarakan kegiatan pengomposan dan pembuatan Bank Sampah. Jika
rumah makan bersedia membentuk Bank Sampah maka pada dasarnya
dapat bekerjasama dengan pihak-pihak disekitar usaha rumah makan yang
menghasilkan sampah an organik. Namun hal tersebut tidak dilakukan.

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 IV.13


Jarang pula disediakan adanya TPS karena sampah yang berupa
sampah dapur setiap harinya langsung dibuang atau dimanfaatkan oleh
pihak ke tiga untuk digunakan kembali yang pada umumnya untuk pakan.
Pada kegiatan rumah sakit, yang lebih utama adalah adanya sampah
limbah medis yang telah dikelola dengan baik. Limbah medis baik padat
maupun cair oleh pihak rumah sakit telah dikelola baik secara mandiri
maupun bekerjasama dengan pihak ke tiga yang telah mempunyai izin
pengolahan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Pada beberapa rumah sakit telah menyediakan tempat sampah
terpilah, namun terdapat beberapa rumah sakit yang tidak atau belum
menyediakannya. Mestinya di ruang tunggu baik tunggu pasien maupun
tunggu pemeriksaan disediakan tempat sampah terpilah sekaligus dalam
upaya sosialisasi pengelolaan sampah pada sumber timbulan sampah.
Diapahami bahwa dalam dokumen lingkungan hidup yang dibuat pasti telah
tercantum penyediaan tempat sampah terpilah, namun beberapa rumah
sakit dan Puskesmas tidak mentaatinya.
TPS telah disediakan oleh rumah sakit dan Puskesmas, namun tidak
ada TPS yang terpilang antar jenis sampah. TPS ditempati sampah yang
akan diangkut keluar oleh petugas atau pihak yang diajak kerjasama. Lokasi
TPS pada umumnya telah menempati lokasi yang mudah diangkut oleh
kendaraan pengangkut.
Untuk kegiatan pengomposan dan pembentukan Bank Sampah, tidak
dijumpai adanya pihak yang menyelenggarakannya. Dimungkinkan Bank
Sampah dapat diselenggarakan untuk Puskesmas dan Rumah Sakit karena
banyak materi yang dapat diarahkan ke Bank Sampah sekaligus membina
lingkungan bersama masyarakat sekitarnya, namun harus hati-hati jangan
sampai tercampur dengan materi yang masih terkait dengan limbah B3.
Untuk terminal bus, juga terlihat telah bersih walaupun banyak
potensi sampah organik dalam bentuk dedaunan dari tanaman pohon dan
rerumputan yang tumbuh di area terminal bus. Dimungkinkan dedaunan
tersebut terdapat dalam jumlah yang banyak dalam setiap harinya, namun
tidak ada yang diarahkan untuk bahan pembuatan kompos. Semua dibuang
dan bahkan ada yang dibakar. Kondisi yang cukup disayangkan karena
potensi sumberdaya alam dibuang tanpa diolah menjadi bahan yang lebih

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 IV.14


bermanfaat untuk kehidupan manusia. Penyelenggaraannya dapat
melibatkan tenaga kerja dan mengurangi tingkat pengangguran juga
menambah pendapatan masyarakat.
Tempat sampah terpilah telah disediakan cukup banyak di seluruh
areal terminal, namun prosesnya belum maksimal baik. Walaupun hanya
terdiri atas 2 (dua) jenis sampah, pihak-pihak yang membuang sampah, tidak
sesuai dengan anjuran dalam membuangnya.
TPS telah tersedia yang berisi berbagai macam jenis sampah dari
aktivitas terminal dan diangkut ke TPA oleh petugas dari Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Banyumas. Pengangkutan dilakukan hampir setiap hari
sehingga lokasi TPS relatif bersih dari sampah. Bank Sampah tidak berjalan
dengan baik yang semestinya dapat digunakan sebagai lokasi sosialisasi.
Secara singkat, setasiun Kereta Api (KA) sebagai sarana atau wilayah
publik juga terdapat pada kondisi yang bersih. Telah menyediakan wadah
tempat sampah terpilah, dan telah mempunyai TPS tidak terpilah, namun
tidak menyelenggarakan pengomposan dan tidak membentuk Bank Sampah.
Hal yang sama secara singkat juga dapat digambarkan pada kondisi
taman di beberapa lokasi di Kota Purwokerto, bahwa taman telah terdapat
wadah tempat sampah terpilah, dilengkapi juga dengan TPS pada kondisi
yang cukup baik tetapi tidak terpilah dan tidak terdapat pembuatan kompos
dan tidak menyelenggarakan Bank Sampah
Untuk area pertokoan juga dapat digambarkan secara singkat, bahwa
pertokoan tidak menyediakan tempat sampah terpilah, namun jumlahnya
cukup banyak, tidak semua lokasi menyediakan TPS, sedangkan sampah
diangkut oleh petugas dibawa ke TPS yang dekat dengan lokasi pertokoan.
Berkaitan dengan hal tersebut, tidak ada pertokoan yang membuat kompos
dan menyelenggarakan Bank Sampah yang mengelola sampah an organik.
Untuk area permukiman, digambarkan secara singkat, bahwa secara
umum tidak menyediakan wadah tempat sampah terpilah, beberapa wilayah
mempunyai TPS yang dibangun oleh pemerintah atau warga masyarakat,
tetapi kondisinya tidak sesuai dengan rambu-rambu TPS yang baik. Sampah
diangkut oleh petugas dari rumah-rumah penghasil sampah ke TPS, dan
selanjutnya diangkut ke TPA oleh kendaraan dari Dinas Lingkungan Hidup.
Terdapat lokasi TPS yang setiap hari diangkut namun terdapat pula yang

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 IV.15


diangkut pada 2 – 3 hari sekali tergantung volume sampahnya. Beberapa
lokasi permukiman telah membuat kompos namun tidak kontinyu sehingga
produksinya tidak dapat diperhitungkan.
Beberapa lokasi juga telah menyelenggarakan Bank Sampah namun
tidak semua berjalan dengan lancar. Beberapa Bank Sampah telah berusaha
menyelenggarakan aktivitasnya seminggu sekali dengan tingkat pengurus
yang rajin baik secara berkelompok maupun individu. Belum terdapat Bank
Sampah yang maju seperti administrasinya menggunakan komputer, upaya
pengembangan Bank Sampah harus terus dilakukan karena pada dasarnya
pola Bank Sampah dapat menghasilkan wilayah atau kawasan yang sehat,
bersih dan bersahabat dengan potensi membantu ekonomi masyarakat
sangat memungkinkan, walaupun harus melibatkan banyak pihak.
Tabel 4.5. Matrik Ringkasan Pengelolaan Sampah pada Beberapa
Lokasi Kegiatan

No Lokasi Proses Pengelolaan Sampah


Pewadahan TPS Pengomposan Bank Sampah
1 Pasar Terpilah, Ada Tidak ada Tidak ada
jumlah sedikit
2 Kantor Beberapa Ada Tidak ada Tidak ada
terpilah
3 Sekolah Banyak Ada Ada, hanya Ada, hanya
terpilah beberapa beberapa
4 Hotel Tidak terpilah Ada Tidak ada Tidak ada

5 Rmah Makan Tidak terpilah Ada Tidak ada Tidak ada

6 Rumah Sakit Terpilah Ada Tidak ada Tidak ada


Jumlah sedikit
7 Terminal Terpilah Ada Tidak ada Tidak ada

8 Setasiun Terpilah Ada Tidak ada Tidak ada

9 Taman Terpilah Ada Tidak ada Tidak ada

10 Permukiman Beberapa Ada Ada, hanya Ada, hanya


terpilah beberapa beberapa

4.7. BANK SAMPAH DI KOTA PURWOKERTO


Lembaga Bank Sampah dikembangkan di berbagai wilayah di
Indonesia yang ditetapkan dengan aturan yang dibuat oleh pemerintah. Bank
Sampah juga dikembangkan di wilayah Kabupaten Banyumas terutama di
perkotaan yakni di Kota Purwokerto. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 Tentang

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 IV.16


Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle Melalui Bank Sampah,
telah berkembang paling tidak, lebih dari 10 Bank Sampah telah didirikan
dan bergarak aktiv baik yang mempunyai aktivitas rendah maupun yang
mempunyai aktivitas yang tinggi.
Pelaksanaan tentang Bank Sampah Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle Melalui Bank Sampah,
yang berisi mengenai :
a. Jam Kerja
Berbeda dengan bank konvensional, jam kerja bank sampah
sepenuhnya tergantung kepada kesepakatan pelaksana bank sampah
dan masyarakat sebagai penabung. Jumlah hari kerja bank sampah
dalam seminggu pun tergantung, dapat 2 hari, 3 hari, 5 hari, atau 7
hari tergantung ketersediaan waktu pengelola bank sampah yang
biasanya punya pekerjaan utama. Sebagai contoh, jam kerja Bank
Sampah Rejeki di Surabaya buka Jumat dan Sabtu pukul 15.00-17.00
serta Minggu pukul 09.00-17.00.
b. Penarikan Tabungan
Semua orang dapat menabung sampah di bank sampah. Setiap
sampah yang ditabung akan ditimbang dan dihargai sesuai harga
pasaran. Uangnya dapat langsung diambil penabung atau dicatat
dalam buku rekening yang dipersiapkan oleh bank. Berdasarkan
pengalaman, sebaiknya sampah yang ditabung tidak langsung
diuangkan namun ditabung dan dicatat dalam buku rekening, dan
baru dapat diambil paling cepat dalam 3 (tiga) bulan. Hal tersebut
penting dalam menghimpun dana yang cukup untuk dijadikan modal
dan mencegah budaya konsumtif.
c. Peminjaman Uang
Selain menabung sampah, dalam prakteknya bank sampah juga dapat
meminjamkan uang kepada penabung dengan sistem bagi hasil dan
harus dikembalikan dalam jangka waktu tertentu.
d. Buku Tabungan
Setiap sampah yang ditabung, ditimbang, dan dihargai sesuai harga
pasaran sampah kemudian dicatat dalam buku rekening (buku

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 IV.17


tabungan) sebagai buku tertulis jumlah sampah dan jumlah uang yang
dimiliki setiap penabung. Dalam setiap buku rekening tercantum kolom
kredit, debit, dan balans yang mencatat semua transaksi yang pernah
dilakukan. Untuk memudahkan sistem daministrasi, buku rekening
setiap RT atau RW dapat dibedakan warnanya.
e. Jasa Penjemputan Sampah
Sebagai bagian dari pelayanan, bank sampah dapat menyediakan
angkutan untuk menjemput sampah dari kampung ke kampung
diseluruh daerah layanan. Penabung cukup menelpon bank sampah
dan meletakan sampahnya di depan rumah, petugas bank sampah
akan menimbang, mencatat, dan mengangkut sampah tersebut.
f. Jenis Tabungan
Dalam prakteknya, pengelola bank sampah dapat melaksanakan dua
jenis tabungan, tabungan individu dan tabungan kolektif. Tabungan
individu terdiri dari: tabungan biasa, tabungan pendidikan, tabungan
lebaran, dan tabungan sosial. Tabungan biasa dapat ditarik setelah 3
bulan, tabungan pendidikan dapat ditarik setiap tahun ajaran baru
atau setiap bayar sumbangan pengembangan pendidikan (SPP),
sementara tebungan lebaran dapat diambil seminggu sebelum lebaran.
Tabungan kolektif biasanya ditujukan untuk keperluan kelompok
seperti kegiatan arisan, pengajian, dan pengurus masjid.
g. Jenis Sampah
Jenis sampah yang dapat ditabung di bank sampah dikelompokan
menjadi:
1. kertas, yang meliputi koran, majalah, kardus dan duplek;
2. plastik, yang meliputi plastik bening, botol plastik, dan plastik keras
lainnya; dan
3. logam, yang meliputi besi, aluminium, dan timah.
Bank sampah dapat menerima sampah jenis lain dari penabung
sepanjang mempunyai nilai ekonomi.
h. Penetapan Harga
Penetapan harga setiap jenis harga sampah meruupakan kesepakatan
pengurus bank sampah. Harga setiap jenis sampah bersifat fluktuatif
tergantung harga pasaran. Penetapan harga meliputi:

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 IV.18


1. Untuk perorangan yang menjual langsung sampah dan
mengharapkan uang tunai, harga yang ditetapkan merupakan harga
fluktuatif sesuai harga pasar;
2. Untuk penabung yang menjual secara kolektif dan sengaja untuk
ditabung, harga yang diberikan merupakan harga stabil tidak
tergantung pasar dan biasanya di atas harga pasar.
Cara tersebut ditempuh untuk memotivasi masyarakat agar memilah,
mengumpulkan, dan menabung sampah. Cara di atas juga merupakan
strategi subsidi silang untuk biaya operasional bank sampah.
i. Kondisi Sampah
Penabung didorong untuk menabung sampah dalam keadaan bersih
dan utuh, karena harga sampah dalam keadaan bersih dan utuh
memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Penjualan plastik dalam bentuk bijih plastik memiliki nilai ekonomi
yang lebih tinggi karena harga plastik dalam bentuk bijih plastik dapat
bernilai 3 (tiga) kali lebih tinggi dibanding dalam bentuk asli.
j. Berat Minimum
Agar timbangan sampah lebih efisien dan pencatatan buku rekening
lebih mudah, perlu diberlakukan syarat berat minimum untuk
menabung sampah, misalnya 1 kg untuk setiap jenis sampah, sehingga
penabung didorong untuk menyimpan terlebih dahulu tabungan
sampahnya di rumah sebelum mencapai berat minimum.
k. Wadah Sampah
Agar proses pemilahan sampah berjalan baik, penabung disyaratkan
untuk membawa 3 (tiga) kelompak besar sampah ke dalam 3 (tiga)
kantong yang berbeda meliputi:
1. Kantong pertama untuk plastik;
2. Kantong kedua untuk kertas; dan
3. Kantong ketiga untuk logam.
l. Sistem Bagi Hasil
Besaran sistem bagi hasil bank sampah tergantung pada hasil rapat
pengurus bank sampah. Hasil keputusan besarnya bagi hasil tersebut
kemudian disosialisasikan kepada semua penabung. Besaran bagi hasil
yang umum digunakan antara lain adalah 85 : 15 yaitu 85 % (delapan

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 IV.19


puluh lima persen) untuk penabung dan 15 % (lima belas persen)
untuk pelaksana bank sampah. Jatah 15% (lima belas persen) untuk
bank sampah digunakan untuk kegiatan operasional bank sampah
seperti pembuatan buku rekening, fotokopi, pembelian alat tulis, dan
pembelian perlengkapan pelaksanaan operasional bank sampah.
m. Pemberian Upah Karyawan
Pada dasarnya, tidak semua bank sampah dapat membayar upah
semua karyawannya karena sebagian bank sampah dijalankan
pengurus secara sukarela. Namun. Jika pengelolaan bank sampah
dijalankan secara baik dan profesional, pengelola bank sampah dapat
mendapatkan upah yang layak.

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 IV.20


BAB V. KONDISI PERSAMPAHAN DI KABUPATEN
BANYUMAS

5.1. ORGANISASI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN


Pengelolaan persampahan oleh pemerintah di Kabupaten Banyumas,
secara resmi di bawah pembinaan satu instansi tingkat dinas yakni Dinas
Lingkungan Hidup bertugas untuk mengelola sampah yang berasal dari
aktivitas masyarakat dan mengelola hingga TPA. Di bawah koordinasi Dinas
Lingkungan Hidup terdapat unit pertanggung jawaban UPT (Unit Pelaksana
Teknik) yang mengelola sampah yakni dari UPT Kota Purwokerto dan UPT
Wilayah Banyumas Timur (di Banyumas) dengan TPA Kaliori serta UKP
Wilayah Ajibarang dan Wangon. Fungsi UPT untuk mempermudah
pengelolaan sampah pada tiap zona pelayanan sampah atau dapat
dikatakan merupakan zoning persampahan di Kabupaten Banyumas.
Kegiatan pengelolaan sampah di Kabupaten Banyumas, bertanggung jawab
langsung kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup.
Adanya sampah yang terletak di kawasan wisata Baturraden beserta
sampah yang dihasilkan oleh hotel dikoordinir oleh Dinas Pemuda, Olah
Raga, Kebudayaan dan Pariwisata, sementara pengangkutannya oleh Dinas
Lingkungan Hidup.

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 1


UKP BANYUMAS UKP AJIBARANG UKP PURWOKERTO

Gambar 5.1 Bagan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 2


5.2. PRASARANA DAN SARANA
Sarana dan prasarana yang dimiliki DLH Kabupaten Bayumas pada
Bidang Kebersihan dan Pertanaman dalam pengelolaan persampahan antara
lain :
1. Truck
2. Wheel Loader
3. ArmRollTruck
4. Mobil
5. Motor Roda Tiga
6. Bulldozer
7. Excavator
8. Gerobak/ Becak Sampah
9. Kontainer
10. TPS
11. TPA
12. Transfer Dipo
13. IPLT
14. IPL
15. Tempat sampah sementara di Desa Windunegara, Kecamatan
Wangon, mulai Bulan Maret 2018.

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 3


Tabel 5.1. Data Sarana Prasarana DLH Kabupaten Banyumas Tahun 2018

UKP UKP UKP


No. SARPRAS JUMLAH KETERNGAN
PURWOKERTO AJIBARANG BANYUMAS
DUMP
1 14 7 3 24 Berfungsi
TRUCK

3 PICK UP 4 2 1 7 Berfungsi

4 RODA 3 1 12 1 14 Berfungsi

GEROBAK
5 - 2 15 17 Berfungsi
SAMPAH

JUMLAH 19 23 20 62 Berfungsi

Sumber: DLH Kabupaten Banyumas 2018

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 4


5.3. TIMBULAN SAMPAH

Timbulan sampah di Kabupaten Banyumas dapat dihitung berdasarkan


SNI 1995 tentang spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan sedang
di Indonesia. Berdasarkan SNI 1995, jumlah perkiraan timbulan sampah
untuk kota sedang yaitu 2,75 - 3,25 liter/orang/hari, sedangkan untuk kota
kecil yaitu sebesar 2,50 – 2,75 liter/orang/hari. Berdasarkan SNI tersebut,
maka perhitungan timbulan sampah di Kabupaten Banyumas berdasarkan
jumlah penduduk disajikan pada Tabel 5.2.
Berdasarkan data perhitungan timbulan sampah menurut SNI 1995
(Tabel 5.2.) didapatkan jumlah timbulan sampah di Kabupaten Banyumas
pada tahun 2017 sebanyak 4.267.068 liter/hari atau 4.267 m3/hari pada
jumlah penduduk sebanyak 1.665.025 jiwa. Jika dibuatkan perhitungan
histogram jumlah timbulan sampah Kabupaten Banyumas pada tahun 2017
mengalami peningkatan jumlah dibandingkan pada tahun 2016. Pada tahun
2017 Kabupaten Banyumas mengalami peningkatan jumlah timbulan
sampah yang cukup banyak. Hal tersebut dikarenakan pada Tahun 2017
Kabupaten Banyumas mengalami peningkatan jumlah penduduk. Jumlah
timbulan sampah didapat dari pendekatan jumlah penduduk, sedangkan
pada tahun 2017 Kabupaten Banyumas mengalami peningkatan jumlah
penduduk sehingga diikuti peningkatan jumlah timbulan sampah. Apabila
jumlah penduduk meningkat maka secara otomatis timbulan sampah akan
meningkat. Pada dasarnya peningkatan jumlah timbulan sampah setiap
tahun disebabkan karena penambahan jumlah penduduk, kompleksitas
dinamika kehidupan masyarakat yang menghasilkan sampah dan upaya
pengelolaan sampah setiap wilayah belum maksimal.

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 5


Tabel 5.2. Jumlah Timbulan Sampah Per Kecamatan Tahun 2017
Berdasarkan SNI

Jumlah SNI, Jmlh Timbulan


No Kecamatan
Penduduk 1995 Sampah (m3/hari)
1 Lumbir* 44.416 2,5 111.040,0
2 Wangon** 75.995 2,6 189.987,5
3 Jatilawang* 59.193 2,5 147.982,5
4 Rawalo* 47.445 2,5 118.612,5
5 Kebasen* 58.161 2,5 145.402,5
6 Kemranjen* 66.213 2,5 165.532,5
7 Sumpiuh** 51.594 2,6 134.144,4
8 Tambak* 42.962 2,5 107.405,0
9 Somagede* 33.401 2,5 83.502,5
10 Kalibagor* 48.717 2,5 121.792,5
11 Banyumas** 46.759 2,6 121.573,4
12 Patikraja* 54.536 2,5 136.340,0
13 Purwojati* 32.035 2,5 80.087,5
14 Ajibarang** 95.690 2,6 248.794,0
15 Gumelar* 46.283 2,5 115.707,5
16 Pekuncen* 66.430 2,5 166.075,0
17 Cilongok* 118.366 2,5 295.915,0
18 Karanglewas* 64.220 2,5 160.550,0
19 Kedungbanteng* 55.123 2,5 137.807,5
20 Baturraden** 52.211 2,6 135.748,6
21 Sumbang* 82.923 2,5 207.307,5
22 Kembaran* 81.897 2,5 204.742,5
23 Sokaraja** 85.552 2,6 222.435,2
24 Purwokerto Selatan*** 77.445 2,75 212.973,8
25 Purwokerto Barat*** 52.903 2,75 145.483,3
26 Purwokerto Timur*** 58.544 2,75 160.996,0
27 Purwokerto Utara*** 66.011 2,75 181.530,3
Total 40.780,1 1.665.025 4.267.068,1
Sumber; Data Primer (Jumlah Penduduk: BPS 2018)
* = Wilayah perdesaan
** = Wilayah perbatasan perkotaan dan perdesaan
*** = Wilayah perkotaan

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 6


Gambar 5.2. Rekapitulasi Jumlah Timbulan Sampah di Kabupaten
Banyumas berdasarkan Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan (Berdasarkan
Perhitungan SNI)

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 7


Berdasarkan data perhitungan timbulan sampah setiap Kecamatan di
Kabupaten Banyumas pada tahun 2014 hingga 2017. Histogram
menggambarkan pada setiap tahun secara umum jumlah timbulan
sampah mengalami kenaikan. Kecamatan Cilongok dan Kecamatan
Ajibarang merupakan kecamatan yang memiliki jumlah timbulan sampah
tertinggi setiap tahun. Jumlah timbulan sampah didapat dari pendekatan
jumlah penduduk berdasarkan SNI (1995), sehingga apabila jumlah
penduduk meningkat maka jumlah timbulan sampah juga akan
meningkat.
Hasil perhitungan timbulan sampah tahun 2017 setiap Kecamatan di
Kabupaten Banyumas tertinggi pada Kecamatan Cilongok yaitu sebesar
239.225 liter/hari atau 672 m3/hari. Kecamatan Cilongok merupakan
Kecamatan terluas di Kabupaten Banyumas (Kabupaten Banyumas dalam
Angka 2018). Timbulan sampah terendah terdapat di Kecamatan Purwajati
yaitu sebesar 80087,5 liter/hari atau 79 m3/hari.

Gambar 5.3. Gambaran Timbulan Sampah Berdasarkan SNI

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 8


Tabel 5.3. Jumlah Timbulan Sampah Harian Berdasarkan Hasil Survei

Jumlah Pengkali Jumlah Timbulan


No Kecamatan
KK (Survei) Sampah (Kg/Hari)
1 Lumbir* 13.154 1,12 14.732
2 Wangon** 21.186 1,24 26.271
3 Jatilawang* 16.654 1,12 18.652
4 Rawalo* 13.974 1,12 15.651
5 Kebasen* 16.205 1,12 18.150
6 Kemranjen* 18.567 1,12 20.795
7 Sumpiuh** 15.070 1,24 18.686
8 Tambak* 12.795 1,12 14.330
9 Somagede* 9.302 1,12 10.418
10 Kalibagor* 13.039 1,12 14.604
11 Banyumas** 12.618 1,24 15.646
12 Patikraja* 14.593 1,12 16.344
13 Purwojati* 9.763 1,12 10.935
14 Ajibarang** 25.230 1,24 31.285
15 Gumelar* 14.262 1,12 15.973
16 Pekuncen* 18.001 1,12 20.161
17 Cilongok* 31.863 1,12 35.687
18 Karanglewas* 16.514 1,12 18.496
19 Kedungbanteng* 13.874 1,12 15.539
20 Baturraden** 13.186 1,24 16.351
21 Sumbang* 20.650 1,12 23.128
22 Kembaran* 21.761 1,12 24.372
23 Sokaraja** 22.022 1,24 27.307
24 Purwokerto Selatan*** 19.860 1,28 25.421
25 Purwokerto Barat*** 13.565 1,28 17.363
26 Purwokerto Timur*** 14.821 1,28 18.971
27 Purwokerto Utara*** 23.981 1,28 30.696
Total 456.510 535.965
Keterangan :
* = Wilayah perdesaan
** = Wilayah perbatasan perdesaan dan perkotaan
*** = Wilayah perkotaan

Perhitungan timbulan sampah berdasarkan hasil survei bahwa jika di


perdesaan produksi sampah sebanyak 1,12 kg per Kepala Keluarga per
hari, sedangkan pada wilayah perbatasan 2,24 kg sedangkan pada wilayah

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 9


perkotaan sebanyak 2,28 per Kepala Keluarga (KK) per hari. Berdasarkan
hal tersebut dapat dilihat bahwa produksi / timbulan sampah masyarakat
perkotaan lebih banyak dibanding di daerah perbatasan maupun
perdesaan. Jika diamati juga bahwa sampah an organik lebih banyak
diproduksi oleh masyarakat wilayah perkotaan dibanding perdesaan.
Timbulan sampah yang ada pada ketiga wilayah pelayanan sampah
dari Dinas Lingkungan Hidup tidak semuanya dapat terangkut ke TPA
karena beberapa kendala antara lain : keterbatasan sumberdaya baik
berupa armada pengangkutan, tenaga kerja dan adanya sampah yang
masih dapat dimanfaatkan oleh pihak lain. Sampah yang tidak terangkut
ke TPA sebagian dikelola oleh masyarakat, dengan berbagai cara antara
lain dibakar, dibuang ke sungai, namun terdapat masyarakat yang
menjadikan sampah untuk dibuat kompos, belum signifikan untuk
mengurangi jumlah sampah yang ada.
Beberapa lokasi timbulan sampah terlihat pada kisaran produksi
sampah seperti tertera pada Tabel 5.4. yang memperlihatkan bahwa
variasi timbulan sampah sangat menyolok dari yang sedikit hingga banyak
sekali.
Tabel 5.4. Kisaran Timbulan Sampah pada Beberapa Lokasi
No Lokasi Jumlah Timulan Sampah Keterangan
1 Pasar 2 – 6 m3 hingga 8 ton Per hari
2 Kantor 0,5 – 3 m3 Per hari
3 Sekolah 1 – 3 m3 Per hari
4 Hotel 0,5 – 2 m3 Per 1 – 2 hari
5 Rumah Sakit 0,5 - 2 m3 Per 1 – 2 hari
6 Terminal 1 – 3 m3 Per hari
7 Stasiun 1 – 2 m3 Per hari
8 Taman 2 – 4 m3 Per hari
9 Pasar Modern 1 – 3 m3 Per hari

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 10


Sebagian sampah yang masuk ke TPA dimanfaatkan oleh para
pemulung untuk dijual ke pengepul berupa sampah plastik, logam dan
kertas sebagai bahan baku daur ulang. Berkaitan dengan hal tersebut,
pada dasarnya sampah walaupun masih bermanfaat bagi orang tertentu
(pemulung) untuk dikumpulkan, dijual kembali dan jadi uang. Bagi
pemulung merupakan mata pencaharian yang murah, mudah dalam
melakukannya, namun disisi lain menghasilkan kondisi sampah menjadi
bersih. Mata pencaharian tersebut terpandang menjadi mata pencaharian
yang kurang manusiawi.

5.4. KOMPOSISI SAMPAH


Komposisi sampah di Kabupaten Banyumas tahun 2014-2017
berdasarkan data yang terkumpul pada Dinas Lingkungan Hidup,
disajikan pada Gambar 5.4.

Gambar 5.4. Komposisi Sampah Kabupaten Banyumas

Berdasarkan Gambar 5.4 memperlihatkan adanya perbedaan


komposisi sampah dalam setiap tahunnya. Terlihat sangat menonjol

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 11


persentase sampah anorganiknya yang berkaitan dengan dinamika atau
pola hidup masyarakat. Persentase sampah organik pada tahun 2017
menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tahun 2017 dengan
menurunnya sampah organik dan diikuti meningkatnya sampah kertas
dan plastik. Peningkatan komposisi sampah akan berdampak negative,
peningkatan cukup tinggi pada sampah plastik menunjukkan adanya
ketergantungan masyarakat pada plastik yang sangat tinggi, sedangkan di
sisi lain plastik merupakan materi yang sulit untuk didegradasi atau
didekomposisi menjadi bahan yang lebih bermanfaat. Plastik menjadi
pilihan dalam pemenuhan kebutuhan manusia, disebabkan adanya
kemudahan dalam pemanfaatannya. Dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kebutuhan manusia yang disebabkan tingkat kepraktisannya yang tinggi.
Disamping sampah plastik, sampah kertas juga cukup menonjol
dalam komposisi sampah di tahun 2017 yang disebabkan adanya
penggunaan yang banyak dari bahan tersebut. Seperti plastik, bahan dari
kain dan kertas juga mudah praktis dalam penggunaannya. Di samping
itu kertas juga semakin banyak menjadi sampah akibat semakin banyak
masyarakat menggunakannya.
Pada perkembangan upaya pengelolaan sampah dengan
pemanfaatan kembali sampah yang dapat digunakan, semestinya sampah
dari plastik, kain, kertas dan sejenisnya, dapat digunakan kembali melalui
mekanisme Bank Sampah. Mengamati kondisi komposisi sampah bahwa
Bank Sampah belum menjadi solusi penuh dalam pengelolaan sampah an
organik. Sementara beberapa unit atau lembaga Bank Sampah yang telah
berjalan, pada dasarnya menunjukkan komuditas sampah dari plastik,
kertas dan kain menjadi bagian yang dikelola oleh Bank Sampah dan
memberikan hasil ekonomi yang bermanfaat untuk masyarakat. Jika Bank
Sampah sudah dapat berkembang maka sampah tersebut dapat
terkurangi masuk ke TPA untuk digunakan kembali oleh masyarakat.
Dalam upaya pengelolaan secara lebih baik atau bahkan lebih sempurna,

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 12


adanya Bank Sampah merupakan pilihat final yang dapat terus
disosialisasikan di masyarakat dalam upaya pengelolaan sampah di
sumber sampah dan menjadikan solusi pengelolaan sampah mandiri.
Pengamatan pada beberapa bank sampah terlihat bahwa sampah
plastik dan kardus serta botol mendominasi bertumpuk di gudang yang
telah mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA karena dari Bank
Sampah, plastik tersebut dapat dijual ke pengepul sampah.

5.5. MANAJEMEN PERSAMPAHAN


Manajemen persampahan Kabupaten Banyumas di bawah
tanggungjawab 3 UKP dari Dinas Lingkungan Hidup yaitu UKP Ajibarang
untuk Kabupaten Banyumas bagian Barat, UKP Banyumas untuk wilayah
Kabupaten Banyumas bagian Timur dan UKP Purwokerto untuk
Kabupaten Banyumas bagian Kota Purwokerto (Gambar 5.5.).

Gambar 5.4. Kantor UKP Kabupaten Banyumas

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 13


Untuk pengololaan sampah diawali dengan pewadahan, dilanjutkan
pemindahan dan pengangkutan serta pengelolaan di Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA).

1. Pewadahan
Sampah, sebelum dikelola, pertama kalinya materi sampah akan
singgah di suatu tempat yang disebut tempat sampah atau wadah sampah.
Individu atau setiap pribadi dalam masyarakat yang kesehariannya
menyelenggarakan aktivitas, akan menghasilkan sampah yang akan
dibuang ke wadah sampah. Individu atau pribadi dalam masyarakat telah
membuang sampah melalui berbagai cara. Sampah dibuang ke wadah
tempat sampah yang meliputi berbagai bentuk yakni dalam bentuk galian
tanah, wadah atau tempat yang berasal dari berbagai bahan seperti plastik,
anyaman bambu, ban mobil bekas, kaleng, drum, tembok dan lain
sebagainya sesuai kondisi masing-masing.

Gambar 5.5. Sarana pengumpulan sampah sebelum dimasukkan ke


wadah

Galian tanah sebagai bentuk wadah, merupakan cara lama yang masih
dikembangkan oleh masyarakat. Dampak positif dan negatif bentuk
tersebut, bagaimanapun juga telah membantu dalam pengurangi volume
sampah. Walaupun demikian, bentuk sampah tersebut akan dapat
terdegradasi langsung menghasilkan bentuk akhir kembali ke tanah.
Namun pada materi yang tidak mampu didekomposisi oleh alam, akan
tetap terwujud seperti semula dan justru akan berpengaruh negatif
terhadap struktur dan tekstur tanah, sehingga tetap saja harus

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 14


diperhatikan sampah yang masuk ke galian sampah tersebut dan
dampaknya diperhatikan. Sampah organik sangat bagus jika dibuang
tempat wadah galian dalam tanah.
Berbagai bentuk tempat sampah di atas terdapat di wilayah perdesaan
dan perkotaan. Kondisi berbagai tempat sampah, terdapat pada bermacam
kondisi yakni dari rusak hingga layak dipakai, sehingga beberapa tempat
sampah ada yang berfungsi dengan baik maupun tidak berfungsi. Bagi
warga masyarakat yang tidak membuang sampahnya pada tempat sampah
milik sendiri menunjukkan bahwa setiap aktivitas yang menghasilkan
sampah telah tidak membuangnya secara sembarangan, tetapi terarah
pada tempat sampah, sehingga jumlah tempat sampah yang benyak
tersebar di banyak tempat dan pada semua kondisi merupakan sarana
yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Gambar 5.6. Berbagai Tempat Sampah dan Kondisinya yang


Digunakan oleh Masyarakat

Dapat disampaikan bahwa tempat sampah telah terdapat dibanyak


lokasi, tidak hanya di permukiman, tetapi terdapat pula di berbagai fasilitas
umum seperti sekolah, kantor, warung makan, Pedagang Kali Lima (PKL),
pasar, tepi jalan, terminal, stasiun, wilayah pertokoan, hotel dan lain

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 15


sebagainya. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa tempat sampah telah
menjadi kebutuhan masyarakat yang disebabkan dinamika kehidupan
masyarakat Kabupaten Banyumas pada khususnya dan masyarakat luas
pada umumnya telah sangat dinamis dan semakin kompleks, setiap saat
dan setiap kegiatan dapat menghasilkan sampah, sehingga membutuhkan
tempat sampah. Adanya tempat sampah yang banyak telah membantu
dinamika masyarakat. Namun dirasa tempat sampah tetap masih kurang
karena luasnya pergerakan manusia dan dinamikanya.
Diperhatikan dari teknis penempatan lokasi tempat sampah adalah
ditempat seseorang berdiri, begitu orang tersebut akan membuang sampah
langsung dapat menemukan tempat sampah. Kegiatan pasar dengan
pedagangnya, juga telah menyediakan wadah sampah pada setiap petak
dagangannya. Bentuk wadah sampahnya bermacam-macam, sejak dari
keranjang dari anyaman bambu, ban bekas, ember bekas dan lainnya.
Secara umum para pedagang yang berjualan di pasar telah menyiapkan
tempat sampah masing-masing.
Banyak lokasi di jalan terutama perkotaan seperti Kota Purwokerto dan
ibukota kecamatan telah tersedia pula tempat sampah yang lokasinya di
tepi jalan, diantaranya disediakan oleh pemerintah. Bahkan tempat sampah
tersebut beberapa diantaranya merupakan tempat sampah terpilah minimal
untuk 2 (dua) jenis sampah yakni sampah organik dan an organik.
Beberapa aktivitas masyarakat berupa hotel, juga telah menyediakan
tempat sampah, ada yang tidak terpilah namun ada juga yang sudah
menyediakan tempat sampah terpilah. Tempat sampah tersebut merupakan
tempat sampah untuk menampung sampah sementara yang pada waktu
tertentu akan dikumpulkan pada lokasi yang lebih besar semacam TPS.
Perkantoran baik kantor swasta maupun pemerintah, juga telah
menyediakan wadah sampah untuk pengunjung yang mempunyai
keperluan pelayanan dan para pegawainya. Tempat sampah pada
umumnya ditempatkan di dekat pintu maupun di tempat ruang tunggu

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 16


pelayanan. Walaupun relatif jumlahnya sedikit, namun telah memenuhi
kebutuhan sebagai tempat untuk menempatkan sampah. Pada dasarnya
lokasi tempat sampah adalah pada tempat yang pada saat warga atau
pribadi membutuhkan akan membuang sampah, maka sepanjang mata
memandang, menengok ke kanan atau ke kiri atau ke depan, langsung
menemukan lokasi tempat sampah, sehingga banyaknya tempat sampah,
tergantung dari seluk beluk ruangan tempat berdirinya seseorang dan akan
membuang sampah.
Beberapa toko dan pertokoan juga telah menyediakan tempat
sampah, namun kondisinya relatif seadanya, terlihat kurang serius.
Seandainya terdapat tempat sampah yang cukup bagus, merupakan tempat
sampah dari partisipasi pihak tertentu dalam rangka promosi kegiatannya
atau dari stimulan pemerintah, sehingga pemilik toko dan pertokoan
seyogyanya lebih berpartisipasi untuk menyediakan tempat sampah yang
lebih bagus dan dapat menampung timbulan sampah yang ada.
Materi pewadahan sampah yang digunakan oleh masyarakat,
kecuali pada galian tanah, merupakan wadah sampah sementara yang
nantinya sampah akan diangkut ke TPS (Tempat Penampungan Sampah
Sementara). Wadah yang digunakan ada yang telah mengikuti pola
pemilahan sampah, namun sebagian besar tidak menggunakan pola
pemilahan sampah seperti untuk sampah organik dan an organik. Bahkan
terdapat indikasi bahwa wadah sampah yang terpilah masih pada taraf
pengenalan. Walaupun undang-undang yang ada telah disusun untuk
dilaksanakan sejak tahun 2008, namun masih pada taraf sosialisasi untuk
membentuk budaya pemilahan sampah. Hal tersebut dapat diamati dari
tempat sampah pemilahan sampah hanya terdapat di Kota Purwokerto
sebagai kota yang telah memperoleh Penghargaan Piala Adipura sejak
tahun 2014 dan beberapa lokasi yang dimotori oleh pemerintah
kecamatan, belum diikuti secara swadaya oleh masyarakat. Tempat
sampah pemilahannyapun masih didominasi oleh stimulan yang

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 17


disediakan oleh pemerintah melalui Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Banyumas dan pemerintah kecamatan dalam rangka kegiatan ADIBUANA
BHAKTI di Kabupaten Banyumas. Walaupun pemerintah kabupaten telah
mensosialisasikan penggunaan sistem pewadahan sampah dengan
pemilahan, namun dirasa masyarakat belum sadar betul untuk
mengikutinya. Padahal sebagai kota yang telah memperolah penghargaan
Piala Adipura, semestinya telah mengarah pada budaya seluruh
masyarakatnya, namun baru segelintir warga masyarakat yang telah
mengikuti dan hal tersebut dirasa cukup baik dibanding tidak ada.
Kondisi diatas dapat pula diamati bahwa walaupun pemerintah kabupaten
telah menempatkan tempat sampah terpilah antara sampah organik dan
anorganik serta sampah lainnya, namun masyarakat dalam membuang
sampahnya belum menyelenggarakan proses pembuangan sampah sesuai
dengan wadahnya, tidak memperhatikan tempatnya, tidak memperhatikan
jenis sampahnya. Pada tempat sampah telah tertulis untuk tempat sampah
organik, pada beberapa tempat sampah tetap diisi sampah an organik dan
sebaliknya, kondisi tersebut menunjukkan masih seperti yang terdahulu
atau belum terdapat perubahan yang signifikan.
Untuk penempatan tempat sampah terpilah menjadi 4 (empat) atau
bahkan jenis sampah telah disosialisasikan cukup gencar yang ditempatkan
pada tempat-tempat strategis, antara lain : jalan-jalan protokol, sekolah,
taman yang banyak dikunjungi warga masyarakat dan lain sebagainya,
namun demikian untuk menjadi budaya proses pemilahan sampah yang
baik masih perlu waktu. Pada dasarnya pengelolaan pewadahan sampah
menjadi urusan warga masyarakat sendiri yang dikoordinasi oleh lembaga
yang ada di masyarakat seperti RT, PKK, Karang Taruna maupun
perseorangan baik di perkotaan maupun di perdesaan. Jika anak diajarkan
pemilahan sampah dilokasi sekolah namun belum menjadi pembelajaran
setelah diluar sekolah.
Materi sampah yang berasal dari masyarakat yang telah terpilah

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 18


dikumpulkan dalam tempat sampah oleh petugas ke TPS terdekat.
Diharapkan TPS nyapun terpilah, namun jumlah TPS terpilah masih dapat
dihitung dengan jari, yang sering kali memberi persepsi pada masyarakat
bahwa himbauan memilah sampah pada sumbernya ternyata tidak
dilanjutkan dengan penyediaan sarana TPS yang terpilah juga yang
semestinya diselenggarakan oleh pemerintah. Namun pada dasarnya
tidaklah demikian seperti anggapan masyarakat. Setelah sampah dipilah
di sumbernya oleh masyarakat, selanjutnya diolah oleh masyarakat sesuai
jenis sampahnya.
Sampah yang terpilah pada wadahnya, untuk sampah organic
selanjutnya dibuat kompos, untuk sampah anorganik disetorkan ke bank
sampah dan untuk sampah lainnnya barulah dibawa ke TPS yang
selanjutnya dikirim ke TPA atau TPST. Kegiatan seperti diatas semestinya
dilaksanakan oleh pada penghasil sampah. Melalui pola tersebut umur
TPA menjadi lebih panjang, masyarakat sibuk membuat kompos dan giat
mengelola dinamika bank sampah serta selanjutnya akan tercipta kondisi
lingkungan yang bersih, sehat dan dinamis.
Pada pengelolaan pengangkutan sampah oleh masyarakat sendiri,
pada beberapa lokasi, pemerintah memberikan atau menyediakan
bantuan alat persampahan seperti gerobak dan becak sampah, namun
bantuan tersebut sifatnya stimulan, warga masyarakat lain yang mampu
semestinya menyediakan gerobag dan becak pengangkut sampah sendiri
secara swadaya kelompok, sehingga tidak semua lokasi terdapat becak
atau gerobak sampah. Dimungkinkan gerobak atau becak sampah
tersebut terdapat pada lokasi yang intensitas sampahnya tinggi dan
timbulan sampahnya besar, seperti di permukiman yang padat
penduduknya. Peraturan perundangan mengisyaratkan sampah setelah
terkumpul terpilah selanjutnya diolah. Sekali lagi pengolahan untuk
sampah organik, dapat dibuat kompos, pakan ternak ruminansia, sumber
energi dengan teknologi biogas, penghasil pupuk cair yang dapat untuk

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 19


menyuburkan tanah, sedangkan pada sampah an organik, dapat di daur
ulang atau dijual melalui Bank Sampah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekaligus mengurangi tingkat pencemaran
lingkungan
2. Pemindahan dan Pengangkutan
Sampah yang telah terkumpul di pewadahan dipindahkan dan
diangkut ke TPS yang berbentuk bangunan tembok, kontainer dan
kontainer amroll. Terdapat TPS 3R (TPST) yang terdapat di depan kantor
Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Di samping itu terdapat pula TPS
3R yang terletak di Kelurahan Tanjung dan Kelurahan Purwonegoro, Kota
Purwokerto. Ke tiga TPST tersebut dikelola berkerjasama dengan KSM
(Kelompok Swadaya Masyarakat). Dimungkinkan dapat dibangun TPS 3R
/ TPST di lokasi yang lain yang dikelola lebih profesional sekaligus
membentuk Bank Sampah agar sampah dari masyarakat dapat lebih
tuntas pengelolaan untuk mendapatkan manfaat lebih baik berbentuk
Hanggar yang telah direncanakan oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas,
tersebar di seluruh wilayah kabupaten.
Beberapa sarana untuk pemindahan dan pengangkutan sampah
berupa dump truck dan armroll truck transfer depo, semi transfer depo,
dump truck, armroll truck, pick-up zebra, feel truck. Sarana
pemindahan telah ditempatkan secara menyebar pada beberapa lokasi
yang dirasa cukup strategis dan meminimalkan gangguan di wilayah
Kabupaten Banyumas.
Proses pemindahan dan pengangkutan sampah di pasar dilakukan
oleh petugas tertentu dari lokasi dagangan pedagang, diangkut ke TPS yang
terdapat di pasar. Belum dijumpai adanya perlakuan sampah mulai dari
pemilahan hingga perlakuan lanjutan, terutama sampah organik yang
timbulannya banyak di semua pasar dapat diolah dengan dibuat kompos,
pakan ternak ruminansia, penghasil biogas dan pupuk cair. Kondisi
tersebut merupakan potensi yang belum digali dari barang buangan

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 20


sampah organik dan sisa sayuran untuk dibuat barang yang lebih
bermanfaat untuk mendukung kehidupan manusia. Selanjutnya diangkut
oleh kendaraan dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas ke
TPA sesuai dengan jarak terdekat pasar yang ada. Keluhan diperoleh
adalah bahwa sampah tidak setiap hari diambil oleh petugas sehingga pada
beberapa tempat menyebabkan bau tidak sedap dan berserakan.
Beberapa TPST di sekitar Kota Purwokerto yaitu TPST Tanjung, TPST
Berkoh dan Purwonegoro. TPST tersebut sangat membantu pengumpulan
sampah dari masyarakat untuk selanjutnya diangkut ke TPA Kaliori.
Adanya TPST diharapkan adanya pemilahan sampah organik dan
anorganik yang masih dapat dimanfaatkan kembali. Sebagai contoh
sampah organik yang dapat dibuat kompos. Setiap TPST di Kota
Purwokerto juga memproduksi kompos. Selain limbah organik, TPST juga
memilah limbah anorganik yang masih dapat dimanfaatkan. TPST di
Wilayah Ajibarang yaitu TPST Tipar juga berperan penting dalam
penanganan sampah di Wilayah Banyumas bagian Barat. TPST Tipar
merupakan TPST terbesar dibandingkan TPST yang ada Kabupaten
Banyumas dan diarahkan akan berbentuk Hanggar yang mengelola sampah
lebih baik dan selanjutnya akan diserahkan kepada masyarakat melalui
pembentukan KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat).
Berikut kondisi TPST Tipar;
a. TPST Tiparkidul : Open Dumping
Sampah yang terangkut diletakkan di tanah yang telah tersedia
kemudian diratakan secara manual oleh petugas.
a. Kondisi Fisik TPST Tiparkidul
Tempat Penampungan Sampah Sementara Terpadu sampah Tiparkidul
berada di Desa Tiparkidul, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten
Banyumas dengan luas lokasi 1,8 Ha, memiliki daya tampung sekitar
0,5 juta meter kubik. Hingga tahun 2025, masih dimanfaatkan untuk
menampung sampah terutama sampah yang berasal dari wilayah

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 21


Kabupaten Banyumas bagian Barat. TPST Tiparkidul mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
1. Waktu Rencana : 2025
2. Luas area terpakai : ± 1,8 Ha
3. Jarak dari pusat kota : 5 km (dari Ajibarang)
4. Jarak dari permukiman : 100 m
5. Jarak dari badan air : 150 m
6. Metode pengolahan : open dumping
Sebagai catatan bahwa TPST Tiparkidul telah dilengkapi dengan
Hanggar dan telah berfungsi atau beroperasi untuk memilah sampah.
Sampah organik dapat diarahkan ke tempat pengomposan, sampah
plastik, kertas, kardus dan sampah an organik lainnya dapat
dikumpulkan untuk dijual. Residu yang dihasilkan barulah masuk ke
TPST yang terdapat di belakang Hanggar.

Gambar 5.8. Sebagian Kondisi Hanggar di Tiparkidul

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 22


Keberadaan Hanggar selain di Tiparkidul, juga diarahkan pada
beberapa lokasi yang telah disiapkan antara lain tertera pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Lokasi dan Kapasitas TPST
No Lokasi Luas (m2) Kapasitas Keterangan
1 TPST Purwonegoro 500 3 ton/hari
2 TPST Tanjung 500 3 ton/hari
3 TPST Berkoh 500 3 ton/hari
4 TPST Purwokerto Wetan 500 3 ton/hari
5 TPST Semampir 500 3 ton/hari
6 TPST Karangwangkal 500 3 ton/hari
7 TPST Sumpiuh 500 3 ton/hari
8 TPST Tiparkidul 1.200 10 ton / hari Hanggar
9 TPST Kecamatan Wangon Hanggar
Desa Banteran
10 TPST Kecamatan Patikra Hanggar
ja Desa Kedungrandu
11 TPST Kecamatan Sum Hanggar
piuh Desa Kradenan
12 TPST Kecamatan Sum Hanggar
bang Desa Karangcegak

3. Tempat Pemrosesan Akhir Sampah


Pada dasarnya pengadaan TPA dan pengelolaannya terdapat hal
yang positif dan negatif yang akan diterima oleh semua pihak yang
berkaitan dengan TPA. Konsep adanya Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Sampah pada dasarnya adalah konsep yang tidak ekonomis dan
pemborosan di banyak aspek dalam kegiatan pengelolaan sampah. Jika
diamati dari upaya konservasi sumberdaya alam secara alamiah yang telah
dilaksanakan pada masyarakat tradisional, sampah dapat dikelola secara
individu atau kelompok kecil yang tidak perlu melibatkan pemerintah.
Konsep TPA telah melibatkan atau mengambil anggaran pemerintah
yang tinggi yang pada dasarnya diperoleh atau berasal dari pajak dan
lainnya yang tidak terkait dengan anggota masyarakat penghasil sampah.

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 23


Sementara masyarakat penghasil sampah didominasi masyarakat
perkotaan sedangkan anggaran berkaitan dengan TPA ditanggung oleh
seluruh warga kabupaten berkaitan dengan APBD. Masyarakat penghasil
sampah adalah masyarakat perkotaan atau sampah yang ditimbulkan oleh
aktivitas masyarakat perkotaan, dalam sistem pengelolaannya
menyebabkan adanya TPA. Semestinya kegiatan TPA biayanya hanya
ditanggung oleh masyarakat perkotaan penghasil sampah saja. Namun
pada kenyataannya pengelolaan sampah sejak dari pengadaan TPA hingga
operasionalnya dibiayai oleh Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah
(APBD), yang didalamnya termasuk hak masyarakat perdesaan yang
ternyata tidak terlalu membuang sampahnya ke TPA dan tidak menerima
manfaat TPA.
Pada kegiatan pengelolaan sampah secara garis besarnya, sejak
dari sumber sampah hingga ke TPA, memerlukan keterlibatan semua
komponen masyarakat baik penghasil sampah, pengelola maupun yang
memanfaatan adanya sampah. Kegiatan pengelolaan dapat dilihat dari
aspek pengawasan dan pengendalian. Tujuan dari pengawasan dan
pengendalian dampak sampah adalah terpantaunya kondisi dan dampak
dari pembuangan dan pembrosesan sampah serta terkendalinya dampak
tersebut sehingga dapat mengurangi resiko atau bahaya terhadap
lingkungan maupun kesehatan masyarakat.
Walaupun dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah telah ada anjuran bahwa sampah dikelola di
sumbernya, namun pada kenyataannya masih membutuhkan lokasi
pemrosesan akhir sampah. Jika sampah telah dapat dikelola pada sumber
penghasil sampah, maka banyak manfaat dapat diperoleh, antara lain
dapat mengurangi tingkat pengangguran. Lokasi pemrosesan akhir sampah
yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas pada lokasi yaitu
TPA Kaliori. Berikut disajikan kondisi dan metode pengelolaan sampah
pada TPA Kaliori, yaitu:

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 24


TPA Kaliori : Open Dumping - Controlled landfill
Sampah yang terangkut dari TPS, diletakkan di tanah zona aktif yang
telah disediakan kemudian diratakan dengan buldozer, setelah 3 bulan
ditimbun dengan tanah.
Kondisi Fisik TPA Kaliori
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah Kaliori, terletak di Desa
Kaliori, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas dengan luas
lokasi 4,7 Ha, memiliki daya tampung sekitar 1,4 juta meter kubik.
Hingga tahun 2018 masih digunakan atau masih dimanfaatkan untuk
membuang sampah terutama sampah yang berasal dari Kota
Purwokerto dan sekitarnya serta dari wilayah Kabupaten Banyumas
sebelah timur.
TPA Kaliori mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a) Waktu Rencana : Mulai digunakan 1993 sampai sekarang
b) Luas area terpakai : ± 3,5 Ha
c) Jarak dari pusat kota : 20 km (dari Purwokerto)
d) Jarak dari permukiman : 100 m
e) Jarak dari badan air : 250 m
f) Metode pengolahan : Controlled landfil
Tabel 5.6. Inventarisasi Perlengkapan UPT Kaliori
No. Nama Bidang Barang Jumlah
1 Tanah 4,7 Ha
2 Rumah Jaga 1 unit
3 MCK 1 Unit
4 Tenaga 21 orang
5 Alat Berat:
Bulldozer 2 unit
Excavator Backhoe 1 unit
6 Garasi 1
7 Gudang 1
8 Pengkompos 1 unit
9 Kantor 1
Sumber: DLH Kabupaten Banyumas, 2018

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 25


Gambar 5.7. Kondisi Lapangan TPA Kaliori
Untuk prasarana dan sarana di TPA Kaliori dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Kantor
TPA Kaliori memiliki 1 (satu) buah kantor yang representatifm
dilengkapi dengan sarana perpustakaan yang dapat digunakan
untuk bahan bacaan pengunjung atau pigak-pihak yang berkaitan

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 26


dengan TPA Kaliori. Berdiri sejak 2011 dan berfungsi sebagai
tempat untuk mengkoordinasikan TPA Kaliori, terletak di depan
lokasi TPA. Keberadaan kantor TPA, dibutuhkan untuk
menyimpan berbagai informasi terkait dengan sampah di Kota
Purwokerto dan sekitarnya.

Gambar 5.8 Kantor TPA Kaliori dengan Fasilitas Perpustakaan


2. Rumah Jaga
Rumah jaga ditempati oleh petugas yang mengelola bulldozer dan
juga sebagai rumah tinggal oleh petugas agar dapat pula
mengawasi dan menjaga berbagai sarana terkait dengan TPA
3. Garasi
Fasilitas garasi terletak di samping bawah rumah jaga, yang
digunakan untuk menyimpan alat berat seperti bulldozer,
berjumlah satu buah.

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 27


4. Zona Penyangga / Buffer Zone
Di TPA Kaliori terdapat zona penyangga alami berupa pepohonan
yang berada di sekitar wilayah TPA.
Berkaitan dengan potensi akan berakhirnya masa pemanfaatan
TPA Kaliori di tahun 2018, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Banyumas dibantu oleh pemilik lahan bernama Wastam pada
lahan seluas 29 Ha terletak di Desa Windunegara, Kecamatan
Wangon, Kabupaten Banyumas dapat dimanfaatkan untuk
menimbun sampah. Untuk sementara sampah dari Kota
Purwokerto diangkut ke Desa Windunegara untuk ditimbun dan
digunakan untuk penyubur tanah pada lahan milik Bapak
Wastam. Jumlah sampah yang ditimbun setiap harinya 37 truk
sementara yang dibawa ke TPA Kaliori hanya 17 truk. Mengamati
hal tersebut, warga bernama Wastam sangat berjasa pada
permasalahan persampahan di Kabupaten Banyumas. Namun
jika telah menjadi penuh, maka telah menjadi kewajiban bagi
Pemerintah Kabupaten untuk mendapatkan lokasi TPA secara
permanen.
Sampah terangkut ke TPA Kaliori pada tahun 2017 mengalami
penurunan dibanding tahun sebelumnya yang naik tajam. Tahun 2015
sampah terangkut yaitu sebesar 30.252 m3/tahun sedangkan tahun 2016
yaitu sebesar 182.057 m3/tahun. Pada tahun 2017 sampah yang dibuang
ke TPA Kaliori sebanyak 179.375 m3/tahun. Terjadi penurunan karena
adanya pengalihan pengangkutan sampah ke lokasi yang lain.

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 28


Gambar 5.9. Histogram Sampah Terangkut (Per Tahun dan Per Hari)

Gambar 5.10. Jumlah Timbunan Sampah (liter/Hari) dan Jumlah


Penduduk Kabupaten Banyumas

Gambar 5.11. Jumlah Timbunan Sampah (liter/Hari) dan Jumlah


Penduduk Kabupaten Banyumas

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 V. 29


BAB VI. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1 SUMBER SAMPAH


1. Timbulan Sampah
Timbulan sampah dihitung atau diukur dengan menggunakan
metode sampling sampah. Pengukuran timbulan sampah dilaksanakan
untuk mendapatkan nilai volume dan berat sampah pada periode
waktu tertentu. Wilayah dengan tingkat berkepadatan penduduk yang
rendah, maka volume dan berat timbulan sampah dapat lebih rendah
dari wilayah berkepadatan sedang dan tinggi, begitu pula sebaliknya.
Pada kenyataan di lapangan memperlihatkan bahwa hasil
perhitungan timbulan sampah tidak dapat digunakan untuk
menghitung akumulasi timbulan sampah. Hasil perhitungan sampel
akan diperoleh besarnya timbulan sampah per kapita. Jika dikalikan
atau dikaitkan dengan banyaknya penduduk/ jumlah penduduk yang
tercatat, maka tidak akan ditemukan jumlah sampah sesungguhnya
karena dalam data jumlah penduduk, hanya tercatat jumlah penduduk
yang tercatat di kantor desa atau kelurahan, sementara akibat adanya
dinamika penduduk diantaranya mobilisasi penduduk maka setiap hari
atau setiap minggu atau setiap bulan atau bahkan tahunan, terdapat
migrasi penduduk yang tidak tercatat. Migrasi tersebut terdapat
migrasi masuk dan migrasi keluar. Sebuah angka jumlah penduduk
tidak tertera angka migrasinya.
Migrasi datang akan menambahkan timbulan sampah pada
jumlah tertentu sementara migrasi pergi akan mengurangi timbulan
sampah pada jumlah tertentu pula. Besarnya migrasi masuk dan
migrasi pergi pada wilayah tertentu, tidak sama pada satuan waktu.
Hal tersebut belum terhitung pula pada lokasi konsentrasi penduduk
pada tempat tertentu seperti sekolah, kantor, pasar, dan lain
sebagainya. Berkaitan dengan hal tersebut, timbulan sampah
Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 1
sesungguhnya tidak dapat diperhitungkan secara pasti. Angka
timbulan sampah yang dimungkinkan dapat diperhitungkan adalah
pada banyaknya sampah pada suatu wilayah tertentu dari sebuah
komunitas permukiman.
Hasil perhitungan timbulan sampah yang ada di Kabupaten
Banyumas, berdasarkan jumlah penduduk dan konstanta yang telah
ditentukan berdasarkan SNI pada perkiraan sekitar 4.226 m3/hari,
sementara yang dapat terangkut untuk dibuang ke TPA sebanyak
491,44 m3/hari. Kondisi yang perlu dicermati adalah sampah yang
tidak terangkut ke TPA. Jumlah sampah yang tidak terangkut berarti
3.734,56 m3/hari atau 88 persen, sedangkan yang terangkut hanya 12
persen. Jika yang terjadi adalah sampah dikelola pada sumbernya
dengan cara dikomposkan atau dijual, merupakan kondisi yang ideal.
Sampah organik menjadi kompos, sementara sampah an organik di
daur ulang. Jika hal tersebut yang muncul maka akan terdapat arah
alur sampah yakni ke TPA, kompos dan daur ulang. Terdapat potensi
pemanfaatan lain dari sampah organik yakni sebagai pakan dan
sumber energi, sementara yang an organik masuk ke Bank Sampah.
Jika kondisi ideal di atas dapat terwujud akan dapat meningkatkan
nilai manfaat sampah dari dinamika kehidupan manusia. Perlu
diketahui pula bahwa teknis pembakaran sampah tidak diperkenankan
oleh perundangan.

2. Hasil Pengukuran Timbulan Sampah


Perhitungan timbulan sampah dimaksudkan untuk mendapatkan

volume timbulan sampah dalam satuan m3/hari, berat timbulan


sampah dalam satuan kg/hari, unit volume timbulan sampah dalam
satuan /orang/hari dan unit berat timbulan sampah dalam satuan
kg/orang/hari.

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 2


Hasil perhitungan unit volume atau berat timbulan sampah dapat
digunakan untuk memprediksikan potensi bobot dan volume timbulan
sampah di Kabupaten Banyumas. Kegunaan lain adalah untuk
memberikan masukan kepada pengambil keputusan dalam
perencanaan pengelolaan persampahan yang berbasis pengelolaan
lingkungan hidup di Kabupaten Banyumas.
Tabel 6.1. Lokasi Pengambilan sampel dan Produksi Sampah
Harian.

No. Golongan Lokasi Kecamatan Sampah (kg) Jumlah


Organik Anorganik (kg)
1 Kota Kel. PWT 0,78 0,50 1,280
Karangpu Selatan 60,94% 39,06% 100 %
cung
2 Pebatasan Ds.Sokar Sokaraja 0,83 0,41 1,240
Kota-Desa aja Kulon 66,94% 33,06% 100%
3 Desa Desa Tambak 0,89 0,23 1,120
Karangpe 79,46% 20,54% 100 %
tir
Rataan - - 0,833 0,38 1,213
68,67% 31,33% 100
Sumber; Data Primer
Hasil perhitungan unit timbulan sampah di Kabupaten Banyumas
per hari berdasarkan jumlah penduduk tahun 2017 adalah 4.226
m3/hari m3/hari, sehingga diperoleh timbulan sampah selama tahun
2017 sebanyak 365 hari x 4.226 m3/hari yaitu 1.542.490 m3 per tahun
dalam satuan volume di Kabupaten Banyumas tahun 2017. Sementara
hasil uji coba di lapangan (Tabel 5.3.) menunjukkan bahwa setiap
kepala keluarga rata-rata menghasilkan sampah 1,213 kg per hari,
rata-rata menghasilkan sampah organik dan anorganik sebesar 0,833
kg per hari atau 68,67 persen dan 0,38 kg per hari atau 31,33 persen.
Berikut jumlah timbulan sampah berdasarkan hasil survei tersaji pada
Tabel 5.3.

Tabel 5.3 menunjukkan jumlah timbulan sampah setiap

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 3


kecamatan berdasarkan penggolongan kota, perbatasan kota-desa dan
desa. Jumlah timbulan sampah yaitu sebesar 534.157 kg/hari. Bila
dibandingkan dengan perhitungan berdasarkan SNI 1995, hasil survei
lebih rendah yaitu 534.157 kg/hari sedangkan berdasarkan SNI yaitu
sebesar 4.226 m3/hari. Berdasarkan jumlah timbulan sampah masing-
masing perhitungan, persentase sampah yang terangkut yaitu sebesar
12 % (SNI, 1995). Namun perbedaan angka didasarkan pada volume
dan berat sehingga tidak dapat diperbandingkan. Diketahui bahwa 1
kg sampah setara dengan 5,89 liter sampah. Berdasarkan perhitungan
tersebut maka jika dijadikan data berat terdapat yang SNI sebesar
534.157 x 5,89 = 3.119.476,88 liter kg per hari = 3.119 m3 atau jika
dijadikan volume hasil survei menjadi sebanyak 717.536,163 kg/hari.
Untuk keperluan perhitungan timbulan sampah secara akurat dan
aktual, maka perhitungan timbulan sampah di Kabupaten Banyumas
digunakan unit berat dan volume timbulan sampahberdasarkan lokasi
sampling yang dipilih. Unit berat dan volume timbulan sampah yang
dihasilkan dari kepadatan rendah, maka dapat digunakan untuk
kondisi lokal dan spesifik. Berkaitan dengan timbulan sampah dan
keberadaan sampah, terdapat kondisi sampah yang terdapat
dibeberapa tempat rongsok atau pengelola sampah yang didaur ulang
(Tabel 6.2).
Tabel 6.2 menunjukkan beberapa kegiatan masyarakat yang
mengelola rongsok. Fenomena rongsok atau barang bekas merupakan
materi yang berkaitan dengan sampah. Sampah dari barang bekas
tersebut pada dasarnya dapat masuk ke TPA namun oleh warga
masyarakat yang melihat peluang bisnis, barang tersebut dapat
dikelola untuk menjadikannya sebuah mata pencaharian. Hasil
penelusuran memperlihatkan bahwa barang bekas diata dapat berasal
dari wilayah Kabupaten Banyumas namun ada juga yang didatangkan

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 4


dari luar Kabupaten Banyumas.Walaupun demikian tidak dapat
disebutka bahwa Kabupaten Banyumas menjadi tempat sampah bagi
wilayah lainnya. Hal tersebut hanya berkaitan dengan dinamika usaha
dari sebagian masyrakat saja.
Tabel 6.2 tadi memberikan gambaran sebagian dari usaha
msyarakat mengumpulkan sebagian jumlah barang logam, kertas,
plastik, aki bekas dan lainnya pada berat dan waktu tertentu.

6.2. KOMPOSISI SAMPAH

Pengetahuan tentang timbulan sampah, terkait juga dengan


informasi komposisinya, karena aspek komposisi sampah diperlukan
dalam rangka pengelolaan untuk pemanfaatan sampah. Komposisi
sampah diukur dengan maksud untuk mendapatkan informasi material
balance berdasarkan nilai timbulan sampah baik dalam satuan berat
maupun volume. Informasi material balance digunakan untuk
mengetahui jumlah bahan organik dan an-organik. Berdasarkan
jumlah bahan organik dan an-organik yang diketahui, maka informasi
tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan metode
pengelolaan dan pengolahan sampah yang tepat. Tabel 6.4 dapat
diketengahkan komposisi sampah Kabupaten Banyumas tahun 2018.
Berdasarkan T a b e l 6 . 4 didapat bahwa jenis sampah organik pada
TPA Kaliori memiliki prosentase di atas 60% dalam volume, sedangkan
jenis sampah kertas dan plastik memiliki prosentase volume antara
10%-25%. Untuk jenis sampah kaca, karet, stereofoam, dan kain
memiliki prosentase volume di bawah10%.

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 5


Tabel 6.2. Beberapa Lokasi Pengelola Barang Bekas sebagai Materi Sampah
Jumlah
Rincian Jumlah Sampah (kg/bln)
Total
Nama
Nama Tahun Sampah
No Rumah/Gaudang Alamat Lain-
Pemilik Berdiri Logam Kertas Plastik Aki Yang
Rongsok/BarangBekas lain Dikelola
(kg/bln)
1 UD. Air Emas Kutasari Baturaden Sutrisno 2004 32000 50000 3000 150 500 85650
Jln. Margantara
2 UD. Berkah Purwokerto Sutaji 1998 2000 12000 2000 1000 250 17250
3 UD. Untung Lancar Taman Sari Untung 1998 8000 500 1500 8000 250 18250
4 UD. Kunto Bojongsari Kunto 2015 1000 300 500 100 200 2100
5 UD. Suseno Bojongsari Suseno 2008 10000 10000
6 UD. Rejeki Moto Karangklesem Muhadi 1984 8000 500 1500 8000 250 18250
7 UD. Hendri Krangrau Hendri 2007 1000 10000 11000
8 UD. Hame Sokaraja Kulon Hame 2000 1000 24000 1000 1000 27000
9 UD. Hadi Karang Nanas Hadi 2007 3000 2000 1000 50 200 6250
10 UD. Udi Karang Nanas Udi 2012 6000 6000
Jln. Gunung Tugel
11 UD. Limbah Mulia Purwokerto Sikun 1993 33000 50000 3000 150 500 86650
JUMLAH 89.000 139.300 38.500 18.450 3.150 288.400
Sumber; DLH Kabupaten Banyumas

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 6


Berdasarkan dapat dibuat rangking persentase komposisi sampah
di Kabupaten Banyumas tahun 2018, yaitu:
1). Jenis sampah organik memiliki prosentase komposisi terbesar
dengan nilai 52,88 % dalam satuan volume.
2). Jenis sampah plastik dan kertas memiliki nilai persentase antara
26,08 % dan 11,24 % dalam satuan volume. Urutan ke dua dan ke
tiga, yaitu jenis sampah plastik dan sampah kertas.
3). Jenis sampah kaca memiliki nilai persentase sebesar 3,86 % dalam
satuan volume.
4). Jenis sampah lain-lain yang terdiri atas sampah karet, logam, kayu
dan kain memiliki nilai persentase komposisi yang lebih kecil dalam
satuan volume.
Tabel 6.3 Komposisi Sampah(Volume) Kabupaten Banyumas
Tahun 2017 di TPA Kaliori

Jenis Sampah TPA Kaliori (dalam m3)


Kertas 11,24
Kayu 0,63
Kain-Kain 0,76
Kulit 0,66
Metal/Logam 2,66
Gelas / Kaca 3,86
Organik 52,88
Lain-Lain 1,23
Plastik 26,08

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas 2017

6.4. PENGELOLAAN SAMPAH


Banyaknya sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Kabupaten
Banyumas dari berbagai sumber seperti permukiman, pasar, sekolah,
kantor, pertokoan dan aktivitas lainnya telah berusaha untuk dikelola
oleh pemerintah kabupaten. Walaupun pada dasarnya sampah bukan
menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi menjadi tanggung jawab

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 7


bersama antara pemerintah dan masyarakat, namun terlihat bahwa
seolah-olah urusan sampah menjadi beban pemerintah kabupaten.
Berkaitan dengan beban pemerintah tersebut, pemerintah Kabupaten
Banyumas telah berusaha untuk mengelola sampah sesuai dengan
kemampuannya yakni mengangkut sampah dari sumbernya ke TPA
(Tempat Pemrosesan Akhir sampah), namun berhubung tingginya
timbulan sampah, belum semua sampah terangkut ke TPA oleh
kendaraan pengangkut sampak milik pemerintah kabupaten maupun
dari hasil swadaya masyarakat. Akibat yang terjadi antara lain sampah
yang tidak terangkut menghasilkan dampak yang diterima oleh
masyarakat yakni bau dan ketidak nyamanan dalam aktivitasnya.
Sebagian sampah bahkan ada yang dibuang oleh masyarakat ke sungai
atau tepi jembatan untuk jatuh ke sungai.
Berkaitan dengan potensi dampak negatif yang akan ditimbulkan
akibat sampah yang tidak terangkut, maka untuk tetap mendukung
keberlanjutan keberadaan, kehidupan,dan kesejahteraan manusia,
sampah harus dikelola. Pengelolaan sampah harus dari sumbernya dan
harus melibatkan masyarakat. Sampah dikelola dari sumbernya antara
lain dengan menyediakan tempat sampah yang baik, yang banyak dan
dipilah antara sampah organik dan an organik serta sampah jenis
lainnya. Pada tempat sampah yang baik, dimaksudkan tempat sampah
yang kuat, tidak mudah rusak, terdapat tutupnya dan operasional
tempat sampahnya mudah. Pada jumlah tempat sampah yang banyak
menghasilkan kondisi bahwa masyarakat mudah untuk mendapatkan
tempat penampungan sampah yang terdekat sehingga tidak membuang
sampah sembarangan. Pada upaya pemilahan sampah, dimaksudkan
agar adanya kegiatan lanjutan menjadi lebih mudah. Sampah organik
yang terpilah dengan memisahkan dengan sampah an organik,
menyebabkan proses lanjutan yakni pembuatan kompos menjadi lebih

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 8


mudah pelaksanaannya, sedangkan sampah an organiknya dapat
dilakukan daur ulang yang lebih cepat dan juga lebih mudah.
Sampah dikelola pada sumbernya, dimaksudkan bahwa upaya
pengolahan sampah yang paling mudah adalah pada sumber lokasi
sampah, bukan pada tempat yang lokasinya jauh dari sumber sampah,
karena akan memerlukan sarana tambahan seperti alat pengangkutan
sampah dan potensi bau yang tersebar lebih luas. Salah satu upaya
pengelolaan sampah pada sumbernya adalah dengan membuat unit
pengomposan sampah organik, sedangkan untuk sampah an-organik
dapat dilakukan aktivitas daur ulang atau penampungan sampah
dengan menjalankan bank sampah. Lokasi pengomposan pada
sumbernya, dapat dilakukan dengan dekat permukiman, pasar,
sekolah, kantor dan lain sebagainya. Unit pengomposan dapat besar
maupun kecil tergantung volume timbulan sampah. Terdapat berbagai
alat dan cara pelaksanaan pengomposan, tergantung kesepakatan yang
diambil oleh komunitas penghasil sampah.
Lembaga Bank Sampah pada dasarnya telah dapat mengurangi
sampah yang ada di masyarakat atau bahkan yang masuk ke TPA.
Beberapa Bank Sampah yang ada di Purwokerto adalah :
1). Bank Sampah Sumber Berkah beralamat di Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas
2). Bank Sampah Mawar Merkah beralamat di Kelurahan
Rejasari
3). Bank Sampah Berkah beralamat di Kelurahan Sumampir
4). Bank Sampah PAS beralamat di Kelurahan Arcawinangun
5). Bank Sampah Bintang Sembilan beralamat di Kelurahan
Berkoh
6). Bank Sampah Soka Satria beralamat di Kelurahan
Sokanegara

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 9


Pengelolaan sampah harus melibatkan masyarakat penghasil
sampah agar masyarakat memahami bahwa urusan sampah bukan
hanya tanggung jawab pemerintah tetapi sebagian besar lebih kepada
tanggung jawab masyarakat. Arti dari urusan sampah menjadi
tanggung jawab masyarakat antara lain masyarakat harus
menyediakan sendiri tempat penampungan sampah, TPS (Tempat
Penampungan sampah Sementara) dan upaya pengelolaan serta
pengolahan sampah dari sumbernya. Beberapa Bank Sampah di
Kabupaten Banyumas (Tabel 6.4; Tabel 6.5; Tabel 6.6 dan Gambar 6.1);

Tabel 6.4. Data Nama Bank Sampah Di Kabupaten Banyumas Tahun


2017 pada OPD Dinas

JUMLAH KETUA
NO NAMA BANK SAMPAH BANK BANK SK KET
SAMPAH SAMPAH
I OPD DINAS JAJARAN KABUPATEN
1 Sekretaris DPRD 1
2 Sekretaris Daerah 1
3 Dinas PMPPTSP 1
4 Dinas Perumahan & Permukiman 1
5 Dinas Lingkungan Hidup 1
6 Dindukcapil 1
7 Dinpertan 1
8 Dinporabudpar 1
9 Dinas Komunikasi & Informatika 1
10 Dinkanak 1
11 Dinas Tenaga Kerja Koperasi 1
12 Dinas Pekerjaan Umum 1
13 Dinas PPKBP3A 1
14 Dinas Perindag 1
15 Dinas Perhubungan 1
16 Satpol PP 1
17 Dinsospermades 1

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 10


18 Dinas Arsip & Perpusda 1
19 BPBD 1
20 Bapedalitbang 1
21 BKD 1
22 Inspektorat 1
23 BPBD 1
24 Kantor Kesbangpol 1
25 RSUD Banyumas 1
26 RSUD Ajibarang 1
27 Dinas Kesehatan 1
Sumber;Dinas Lingkungan Hidup
TABEL 6.5.OPD WILAYAH KECAMATAN

NAMA
JUMLAH BANK
NO OPD KETUA BANK SAMPAH SK KET
SAMPAH
WILAYAH

Sekolah Lanjutan Pertama


1. SMP Negeri IX 1
II KECAMATAN PURWOKERTO TIMUR 1
A Kelurahan
1 Kranji 1
2 Sokanegara 1
3 Arcawinangun 1
4 Purwokerto Wetan 1
5 Purwokerto Lor 1
6 Mersi 1
B Puskesmas
1 Puskesmas Kec. Timur I 1
2 Puskesmas Kec. Timur II 1
3 BKM Ibu dan Anak Kartini 1
C. Unit Pendidikan Kecamatan ( UPK ) 1
Jumlah PNS / Non PNS Guru SD
Sekolah Dasar
1 SD N 1 Kranji 1
2 SD N 2 Kranji 1
3 SD N 3 Kranji 1
4 SD N 1 Sokanegara 1

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 11


5 SD N 2 Sokanegara 1
6 SD N 3 Sokanegara 1
7 SD N 4 Sokanegara 1
8 SD N 5 Sokanegara 1
9 SD N 1 Arcawinangun 1
10 SD N 2 Arcawinangun 1
11 SD N 3 Arcawinangun 1
12 SD N Purwokerto Wetan 1 1
13 SD N Purwokerto Wetan 2 1
14 SD N Purwokerto Lor 1 1
Sumber;Dinas Lingkungan Hidup

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 12


Tabel 6.6. Daftar Nominatif Bank Sampah di Wilayah Banyumas Barat
NO NAMA LEMBAGA ALAMAT KECAMATAN PENGURUS
UNIT PENGELOLA
DESA KARANG BAWANG
1 SAMPAH DESA AJIBARANG JARIM
KECAMATAN AJIBARANG
KARANG BAWANG

BANK SAMPAH PKH


DESA PANCURENDANG
2 RW 2 DESA AJIBARANG DARMINI
KECAMATAN AJIBARANG
PANCURENDANG

BANK SAMPAH PKH


DESA PANCURENDANG
3 RW 3 DESA AJIBARANG NANI
KECAMATAN AJIBARANG
PANCURENDANG

BANK SAMPAH PKH


DESA PANCURENDANG
4 RW 4 DESA AJIBARANG AKE
KECAMATAN AJIBARANG
PANCURENDANG

BANK SAMPAH PKH


DESA PANCURENDANG
5 RW 5 DESA AJIBARANG ROMLAH
KECAMATAN AJIBARANG
PANCURENDANG

BANK SAMPAH PKH


DESA PANCURENDANG
6 RW 6 DESA AJIBARANG SUPRIATI
KECAMATAN AJIBARANG
PANCURENDANG

SELENGKAPNYA DILAMPIRAN 4

Sumber;Dinas Lingkungan Hidup

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 13


Berdasarkan hasil survei dan data dari Dinas Lingkungan Hidup di
Kabupaten Banyumas tercatat Bank Sampah sebanyak 1.112 (pada tahun
2016). Jumlah tersebut terdiri atas Bank Sampah yang ada di OPD Dinas
Kabupaten Banyumas, OPD Wilayah Kecamatan dan berada di masyarakat
Bank Sampah di Kabupaten Banyumas masih selalu perlu pembinaan pihak
terkait agar tetap berjalan sesuai mestinya. Keberadaan Bank Sampah dalam
pengelolaan persampahan mempunyai peranan yang sangat penting. Adanya
Bank Sampah akan menambah intensitas pengelolaan dalam pemilahan, dan
pemanfaatan kembali sampah yang masih dapat ditingkatkan kegunaannya,
sehingga akan mengurangi volume jumlah timbulan sampah yang masuk
atau terbawa ke TPA.

Gambar 6.1. Kondisi Lapangan Beberapa Bank Sampah di


Kabupaten Banyumas

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 14


Beberapa bank sampah mengolah sampah organik dan
menghasilkan kompos. Kompos tersebut sangat bermanfaat untuk
masyarakat maupun instansi di Kabupaten Banyumas. Pemesanan
kompos cukup tinggi pada setiap Bank Sampah. Kompos dapat berupa
padatan maupun cair, salah satu contoh bank sampah yang
menghasilkan kompos cair yaitu Bank Sampah Adipati yang berada di
Mersi.
Kompos yang dihasilkan pada bank sampah umumnya dapat
dikatakan bukan berasal dari sampah yang semestinya akan dibawa ke
TPA, tetapi merupakan sampah yang pada dasarnya dapat ditimbun ke
dalam tanah. Jadi belum sampai mendapatkan manfaat maksimal
sampah yang terdapat di wadah sampah organik, yang ternyata belum
diarahkan menjadi kompos.Berkaitan dengan fenomena tersebut
kegiatan pengomposan harus digalakkan kembali pada lokasi sumber
timbulan sampah yang berasal dari sampah yang terdapat pada wadah
sampah organik yang seharusnya berisi seperti sayur-sayur, potongan
daun pembungkus, dan sejenisnya, bukan dari seresah.Berkaitan
dengan hal tersebut belum dapat diperhitungkan berapa sampah
organic yang dapat dijadikan kompos oleh warga masyarakat.
Untuk memberikan pengingatan, motivasi dan langkah terus
menerus dalam upaya pengelolaan dan pengolahan sampah, dapat
dilakukan monitoring pengelolaan sampah dari tingkat yang paling
rendah seperti Rukun Tetangga (RT). Data dari tingkat RT
diakumulasikan menjadi tingkat Rukun Warga (RW), data dari tingkat
RW diakumulasikan menjadi tingkat desa atau kelurahan, data dari
tingkat desa/ kelurahan diakumulasikan menjadi tingkat kecamatan,
dan selanjutnya data dari tingkat kecamatan diakumulasikan menjadi
tingkat kabupaten.

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 15


6.5. KONDISI LAPANGAN
1. Pasar tradisional
Pasar merupakan salah satu lokasi sumber timbulan sampah.
Terdapat pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional
merupakan pasar yang terdapat di masyarakat sebagai salah satu
produk budaya yang berkembang dan telah berjalan sejak jaman
dahulu. Pada umumnya bentuk pasar tradisional adalah berdiri satu
lantai dengan beberapa fasilitas seadanya sehingga kondisinya menjadi
kotor, tidak teratur, tidak bersih dan secara umum dikatakan kumuh.
Beberapa kota beranggapan bahwa pasar tradisional yang kumuh
disebabkan karena dikelola dan didominasi oleh rakyat kecil, sehingga
telah banyak dirubah menjadi pasar yang menurut beberapa pihak
menjadi lebih baik, dibangun kembali bahkan beberapa lagi menjadi
pasar modern dengan meninggalkan sifat tradisional yang telah
berjalan sejak lama. Akibat yang terjadi antara lain pedagang lama
tidak mampu lagi berjualan dipasar karena harga sewa atau pasar
menjadi lebih mahal sementara kondisi ekonomi pedagang tidak
mampu. Pedagang yang telah bergelut di pasar bertahun-tahun harus
meninggalkan pasar dengan hati galau. Dampak lainnya adalah budaya
tradisional yang lekat dengan sifat masyarakat juga menjadi hilang.
Budaya tradisional dari sebuah pasar tradisional semestinya
tidak perlu dirubah dan diganti dengan kondisi yang belum tentu
sesuai dengan akar budaya masyarakat setempat yang menyebabkan
masyarakat harus merubah sikap budayanya. Pasar tradisional
semestinya tidak perlu diganti tetapi ditata kembali untuk
menghilangkan kesan kumuh. Bahkan tidak tertutup kemungkinan
sebuah pasar tradisional dapat menjadi aset wisata jika ditata menjadi
sebuah pasar yang bersih, menarik dan nyaman bagi konsumen.

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 16


Keberadaan pasar telah memberikan layanan pemenuhan
kebutuhan yang baik bagi warga sebuah kota. Hal tersebut dapat
diamati dari konsumen yang datang baik dari warga dalam kota
maupun dari luar kota. Banyaknya konsumen dari luar kota
menunjukkan pasar tradisionalpun pada dasarnya mempunyai daya
tarik bagi konsumen. Berbagai aspek daya tarik telah menunjukkan
bahwa pasar tradisional terutama terkait dengan barang yang
diperdagangkan telah dapat memenuhi kebutuhan konsumennya.
Disamping itu, pasar yang tersedia juga telah dapat memenuhi
kebutuhan bagi warga pendatang yang bermaksud untuk bertandang
di kota.
Adanya pasar, bagi warga kota, disamping dapat memberikan
kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan, juga dapat memberikan
berbagai macam dampak yang timbul. Dampak tersebut diantaranya
adalah kemacetan lalulintas, sampah dan limbah pasar lainnya yang
telah disebut sebagai kekumuhan sebuah pasar tradisional. Pada
sampah yang timbul akibat adanya pasar tradisional juga merupakan
masalah tersendiri. Sampah pasar akibat beroperasinya sebuah pasar,
menghasilkan sampah dengan volume besar, yang didominasi oleh
sampah organik.
Banyak pasar tidak mengelola sampahnya dengan baik, sehingga
menyebabkan adanya gangguan terhadap aktivitas masyarakat.
Kondisi tersebut antara lain dalam membuat TPS yang seadanya, tidak
ada tutupnya, sampah berserakan di sekitar TPS dan lainnya.
Beberapa TPS berada berdekatan dengan permukiman. sampah tidak
diambil setiap hari karena hari pasaran tidak setiap hari, sehingga
menimbulkan bau tidak sedap dan mengganggu kenyamanan warga.
Berbagai fasilitas yang diterima warga dengan adanya pasar,
semestinya diimbangi dengan pola manajemen yang baik terhadap

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 17


potensi limbah yang muncul. Sampah pasar tradisional, paling tidak
telah dapat diatasi dengan pembuangan sampah ke TPA, tetapi
semestinya sampah bukan dibuang namun akan lebih baik jika dapat
dikelola di salah satu bagian dari pasar untuk dibuat kompos.
Adanya pengolahan sampah dari sumbernya di pasar tradisional,
akan memberikan kesan yang baik dari masyarakat dan
menghilangkan kesan pasar yang kumuh, bahkan sangat
memungkinkan dapat menjadi aset wisata. Sampah organik yang
sudah dipilah oleh pedagang dari sampah lainnya dapat dipergunakan
sebagai sumber bahan pakan hijauan. Kerjasama antara peternak
dengan pedagang akan mendapatkan manfaat bagi semua pihak.
Pedagang menyiapkan sampah organiknya, peternak mengambilnya ke
pasar, tidak perlu merumput lagi, kebutuhan ternak akan hijauan
pakan tercukupi. Ketersediaan hijauan pakan, terjamin karena
aktivitas pasar berlangsung setiap hari.
Pengelolaan sampah dapat dilakukan pula dengan penggunaan
teknologi untuk menghasilkan biogas yakni teknologi Biogreen, yang
menghasilkan biogas, pupuk cair dan dapat digunakan oleh
masyarakat sekitar pasar. Jika hal tersebut dapat menjadi wacana
maka pasar tradisional harus dapat dipertahankan keberadaannya dan
ketradisionalannya dengan menata pedagangnya, menjaga kebersihan
seluruh areal pasar, tidak terdapat sampah yang berserakan, tidak ada
tempat yang menggenang air, tidak ada bau busuk, ditambah dengan
penanaman pohon peneduh dan penghijauan pada tempat yang
memungkinkan, tempat parkir yang luas dan nyaman serta petugas
yang ramah, menjaga kebersihan drainase, kamar mandi yang bersih,
terang / tidak gelap dan bau wewangian sehingga pedagang dan
komsumen menjadi nyaman berlama-lama di pasar, tidak segera
meninggalkan pasar untuk segera keluar dari pasar dan dapat membeli

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 18


barang yang banyak. Jika hal tersebut dapat terwujud maka pedagang
juga senang, sehat dan bergairah serta semua pihak juga ikut
diuntungkan.

2. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah menjadi masalah di banyak tempat, bahkan
sampah sempat dijadikan komuditas untuk kepentingan tertentu.
Meski setiap hari manusia selalu menghasilkan sampah, manusia pula
yang paling menghindari sampah. Sampah dikelola dengan konsep
buang begitu saja (open dumping), buang bakar (dengan incenerator
atau dibakar begitu saja), gali tutup (sanitary landfill), ternyata tidak
memberikan solusi yang baik, terlebih jika pelaksanaannya tidak
disiplin.
Adanya pengelolaan sampah sejak dari timbulan sampah hingga
akhir, tidak ada yang semakin baik, justru masyarakat semakin
menjauh dari sampah. Pada kondisi tersebut menjadi sebuah
kenyataan bahwa warga menolak kehadiran TPA (Tempat Pemrosesan
Akhir Sampah). Sementara beberapa jenis sampah seperti sampah
organik, plastik, atau kaleng-kaleng yang sulit terurai perlu mendapat
perhatian untuk di daur ulang. Dalam konteks tersebut perlu
didapatkan solusi penanganan sampah yang tepat, yang mampu
mengeliminir menumpuknya timbunan sampah.
Pada umumnya jenis dan komposisi sampah di perkotaan terdiri
atas sampah organik sebanyak 52,88%, sampah kertas dan plastik
masing-masing 11,24 % dan 26,08 %, kaca dan logam masing-masing
3,86 % dan 2,66% dari total sampah yang diproduksi setiap harinya,
menunjukkan bahwa sampah semakin harus dikelola dengan baik,
atau bahkan harus ada cara untuk penanganan yang lebih baik.
Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang pesat di

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 19


daerah perkotaan mengakibatkan daerah permukiman semakin luas
dan padat. Peningkatan aktivitas manusia, lebih lanjut menyebabkan
bertambahnya sampah. Faktor yang mempengaruhi jumlah sampah
selain aktivitas penduduk antara lain jumlah atau kepadatan
penduduk, sistem pengelolaan sampah, keadaan geografi, musim dan
waktu, kebiasaan penduduk, teknologi, serta tingkat sosial ekonomi.
Dampak sosial yang timbul akibat pembuangan atau
penimbunan sampah belum banyak mengubah pandangan para
pengambil kebijakan dan operatornya. Apabila sampah tidak dikelola
dengan baik, selain menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan
kumuh juga dapat menyebabkan pendangkalan sungai yang akan
berakibat timbulnya bencana banjir karena ternyata banyak sampah
yang dibuang ke sungai. Selain itu, akan muncul pula masalah
kesehatan akibat adanya sampah dan tentunya terjadinya pencemaran
lingkungan. Seyogyanya, apabila masalah sampah ditangani dengan
baik dan profesional, maka kondisi lingkungan menjadi lebih bersih
dan sehat, juga dapat mendatangkan lapangan kerja baru dan
menambah pendapatan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, tentunya diperlukan upaya
penerapan teknologi pengolahan sampah sejak dini sehingga sampah
sisa yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir dapat dikurangi
dan pencemaran lingkungan dapat ditekan. Langkah pengomposan
sampah organik merupakan tindakan yang dapat mengurangi volume
sampah sekaligus dapat bermanfaat dan membuka lapangan kerja.

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 20


Beberapa kondisi pasar dan TPST setiap pasar antara lain;
Pasar Ajibarang

Keterangan ; Pengambilan sampah setiap hari Sampah dibuang ke


TPST Tipar

Pasar Banyumas

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 21


Keterangan ;
 Sampah pasar di angkut setiap hari dari TPS ke TPA menggunakan
mobil sampah
 Tidak ada tempat sampah di lingkungan pasar
 Area depan pasar digunakan sebagai TPS

Pasar Cermai

Keterangan;
 Sampah pasar di angkut setiap hari dari TPS ke TPA
 Tidak ada tempat sampah di lingkungan pasar
 Area depan pasar digunakan sebagai TPS
 Sampah di sekitar pasar di bersihkan 2 kali dalam 1 hari

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 22


Pasar Cilongok

Keterangan;
 Sampah pasar di angkut setiap hari kecuali hari kamis dari TPS ke
TPA

Pasar Kalisalak

Keterangan;
 Sampah pasar dibakar di TPS
 Tidak ada tempat sampah di lingkungan pasar
 Sampah di amgkut ke tps setiap jam 11

Pasar Gambarsari (Kebasen)

Keterangan;
 Pasar sedang di renovasi
 Setiap kios pedagang menyediakan tempat sampah sendiri
 TPS berada 100 meter dari pasar
 Sampah di angkut ke tps setiap jam 10
 Sampah dari TPS di angkut Setiap hari

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 23


Pasar Kedung Malang

Keterangan;
 Tidak ada tempat sampah di lingkungan pasar
 Sampah di angkut ke tps setiap jam 10

Pasar Kemukusan

Keterangan;
 Sampah dari TPS ke TPA di angkut 1 minggu sekali
 Sampah pasar di bersihkan dan di angkut ke TPS setiap jam 11
 Tidak ada tempat sampah di lingkungan pasar

Pasar Kliwon

Keterangan;
 Terdapat beberapa tempat sampah di lingkungan pasar namun tidak
di pergunakan dengan maksimal
 TPS berupa gerobak sampah dan kotak sampah kecil yang berada di
depan pasar
 Pasar di bersihkan setiap jam 2 siang

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 24


Pasar Larangan

Keterangan;
 Terdapat beberapa tempat sampah
 Pasar terlihat bersih
 Sampah di TPS di angkut seminggu sekali, jika sudah penuh sebelum
di angkut terkadang di bakar

Pasar Manis

Keterangan;
 Pasar terlihat nyaman dan bersih
 Sudah terdapat tempat sampah di setiap sudut pasar

Pasar Pahing

Keterangan;
 Pasar sementara di pindah 100 meter ke utara dikarenakan sedang
renovasi
 Sampah di TPS di ambil sekitar ½ bulan sekali paling lama
 Sampah di TPS banyak bukan dari sampah pasar
 melainkan warga sekitar yang membuang sampah juga di TPS pasar

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 25


Pasar Patikraja

Keterangan;
 TPS berada jauh dari pasar
 Sampah dari pasar di bersihkan dan di angkut sekitar jam 1
 Sampah sayuran di biarkan di buang di area pasar

Pasar Pon

Keterangan;
 Tidak terdapat tempat sampah di lingkugan pasar
 Sampah di dalam pasar akan di angkut ke TPS setiap jam 12 siang
 Kemudian akan di angkut Ke TPA jam 9 malam setiap harinya

Pasar Rawalo

Keterangan;
 Sampah di TPS setiap 2 hari sekali di ambil
 TPS menggunakan ruko tidak terpakai
 Sudah di buatkan TPS khusus untuk pasar namun tidak berkenan
karena jauh dari pasar

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 26


Pasar Rempoah

Keterangan;
Sampah di ambil setiap hari sesudah pasaran

Pasar Sinom (Kedung Banteng)

Keterangan;
 TPS berada sekitar 200 meter dari pasar
 Setiap hari setelah pasaran sampah di angkut ke TPS
 Kemudian setiap 1 minggu sekali sampah di angkut ke TPA

Pasar Sokaraja

Keterangan;
 Lahan kosong di gunakan sebagai TPS
 Setiap harinya di ambil
 kurangnya kepedulian pedagang untuk membuang sampah pada
tempatnya sehingga terlihat kotor

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 27


Pasar Sokawera (Somagede)

Keterangan;
 tidak tersedianya tempat sampah di lingkugan pasar sehingga
pedagang membuang sampah kedepan atau sekitar kios
 sampah di bersihkan setiap jam 12 dan di angkut ke TPA seminggu
sekali

Pasar Somagede

Keterangan;
 Pasar berupa ruko sehingga pedagang sayur berdagang di depan ruko
ruko yang ada
 Sampah di bakar

Pasar Tambaksogra

Keterangan;
 Sampah di TPS di ambil tidak tentu harinya, paling lama 1 minggu
sekali
 Sampah pasar di bersihkan jam 11 siang

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 28


Pasar Wage

Keterangan;
 Pedagang menyediakan tempat sampah sendiri berupa keranjang
bambu
 Sampah di TPS di angkut tidak menentu harinya pling lama 3 hari
sekali

Laporan Periodik Sampah Harian Kabupaten Banyumas Tahun 2018 VI. 29


BAB VII. ARAHAN PENGELOLAAN SAMPAH

7.1 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN SAMPAH


Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97
Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
dan kondisi persampahan di Kabupaten Banyumas maka Kabupaten
Banyumas perlu membuat kebijakan dan strategi daerah pengelolaan
sampah. Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu adanya upaya
untuk merubah kondisi persampahan di Kabupaten Banyumas agar
menjadi lebih baik lagi. Penyusunan kebijakan dan strategi tersebut
juga didasarkan pada beberapa perundangan antara lain :
1. Undang-undang Republik Indnesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah
2. Undang-undang Republik Indnesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse Dan
Recycle Melalui Bank Sampah
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor 53 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Program Adipura perubahan dari Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 06 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan
Program Adipura
Arahan dari Undang undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah pada Pasal 9 ayat (1) menyatakan bahwa dalam
menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintah kabupaten

Laporan Periodik Sampah HarianKabupaten BanyumasTahun 2018 VII. 1


mempunyai wewenang menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan
sampah, namun mesih mendasarkan pada kebijakan dan strategi
nasional dan provinsi. Dalam kebijakan dan strategi nasional
berdasarkan pada Peraturan Presiden, sementara untuk provinsi belum
menyusunnya. Turunan perundangan yakni Peraturan Pemerintah
Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, pada Pasal 4 ayat (3) juga
menyebutkan bahwa pemerintah kabupaten diwajibkan untuk
menyusun dan menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan
sampah daerah kabupaten yang juga mendasarkan nasional dan
provinsi, sedangkan pada Pasal 8 ayat (1) menyatakan bahwa kebijakan
dan strategi daerah kabupaten ditetapkan melalui peraturan bupati.
Sementara itu arahan dari Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, pada Pasal 7 ayat
(6) menyatakan penyusunan dan menetapkan kebijakan dan strategi
pengelolaan sampah kabupaten berdasarkan pada kebijaksanaan dan
strategi daerah tingkat provinsi. Dalam peraturan presiden
menyebutkan pengertian Kebijakan dan Strategi Daerah Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
(Jakstrada) adalah arah kebijakan dan strategi dalam pengurangan dan
penangan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
tangga tingkat daerah yang terpadu dan berkelanjutan (Perpres No
97/2017, Pasal 1).

Sampah Rumah Tangga adalah sampah yang berasal dari


kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan
sampah spesifik yakni yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun (B3), limbah B3, akibat bencana, puing bangunan, yang secara
secara teknologi belum dapat diolah dan timbulnya tidak secara

Laporan Periodik Sampah HarianKabupaten BanyumasTahun 2018 VII. 2


periodik, sedangkan sampah sejenis sampah rumah tangga adalah
sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial, industri,
khusus, fasilitas sosial – umum dan atau fasilitas lainnya
Kebijakan dan strategi daerah pengelolaan sampah memuat arah
kebijakan pengurangan dan penanganan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis sampah rumah tangga tingkat daerah dan strategi,
program dan target pengurangan dan penanganan sampah rumah
tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga tingkat daerah
Dalam pengurangan sampah dilakukan melalui :
- Pembatasan timbulan ampah
- Pendauran ulang sampah
- Pemanfaatan kembali sampah
Dalam penanganan sampah dilakukan melalui :
- Pemilahan
- Pengumpulan
- Pengangkutan
- Pengolahan
- Pemrosesan akhir
Dalam target pengurangan dan penanganan sampah, maka
secara nasional dan daerah kabupaten termasuk Kabupaten
Banyumas, target pengurangan sampah sebesar 30 persen pada tahun
2025 dibanding saat kini (tahun 2018), sementar target penangan
sampah pada tahun 2025 sebesar 70 persen dibanding saat kini (tahun
2018). Jika didasarkan pada hasil survei pada tahun 2018 yang
memperlihatkan bahwa rataan produksi sampah per Kepala Keluarga
sebesar 1,213 kg per hari atau 7,14457 liter atau 1,786 liter per kapita,
maka pada tahun 2025 harus dapat mengadakan pengurangan
produksi atau timbulan sampah menjadi 0,849 kg per Kepala Keluarga
atau sebanyak 5,0 liter atau 1,25 liter per kapita. Besaran tersebut

Laporan Periodik Sampah HarianKabupaten BanyumasTahun 2018 VII. 3


dapat dicapai jika disosialisasikan daradigma baru pengelolaan sampah
yakni sampah bukan menjadi urusan pemerintah tetapi menjadi
urusan seluruh masyarakat penghasil sampah. Sampah harus dapat
dikelola di sumber timbulan sampah. Sampah tidak boleh keluar dari
wilayah RT (Rukun Tetangga) atau jika terpaksa keluar dari RT maka
tidak boleh keluar dari wilayah RW (Rukun Warga), seandainya
terpaksa keluar dari RW, maka tidak boleh keluar dari wilayah desa
atau kelurahan, seandainya terpaksan keluar dari desa atau
kecamatan maka sampah tersebut tidak boleh keluar dari wilayah
kecamatan. Batas terluar peredaran sampah adalah wilayah
kecamatan. Pejabat camat harus dapat mengelola sampah yang
dihasilkan oleh warganya atau warga masyarakat yang mempunyai
kegiatan di wilayah kecamatan yang bersangkutan. Jika hal tersebut
tidak dilaksanakan, maka akan sulit mengelola sampah, jika pola
penanganan sampah masih seperti kondisi tahun aktual (tahun 2018)
maka target kebijakan dan strategi pengelolaan sampah di Kabupaten
Banyumas sulit tercapai.

7.2 PARADIGMA BARU PENGELOLAAN SAMPAH


Melalui komitmen Bupati Banyumas, dan semua pejabat serta
pimpinan lembaga, partai politik, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
semua camat kepala desa dan kepala kelurahan, semua pimpinan
lembaga baik pemerintah maupun swasta, baik formal maupun non
formal, dibuatlah dibuatlah janji bersama komitmen untuk
mengadakan aksi pengelolaan sampah. Setelah komitmen terwujud
dilanjutkan dengan partisipasi semua pihak dan semua elemen
masyarakat serta semua warga untuk pelaksanaan pengelolaan
sampah. Berdasarkan hal tersebut, maka kata kuncinya adalah
komitmen dan partisipasi semua pihak, yang mengarah pada wilayah

Laporan Periodik Sampah HarianKabupaten BanyumasTahun 2018 VII. 4


Kabupaten Banyumas tidak perlu memiliki TPA (Tempat Pemrosesan
Akhir) sampah, sampah akan habis di masing-masing wilayah
penghasil atau produsen sampah. Sampah akan habis dikelola oleh
setiap wilayah kecamatan. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Banyumas tanpa menunggu arahan dari Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan, membuat buku panduan teknis tentang
pengelolaan sampah berbasis masyarakat secara mandiri. Buku
tersebut menjadi panduan dalam sosialisasi pengelolaan sampah
dengan paradigma baru.
Langkah langkah yang harus ditempuh antara lain :
1. Dikoordinir oleh camat, setiap desa / kelurahan membuat peraturan
desa / kelurahan tentang pengelolaan sampah secara mandiri.
Dalam peraturan tersebut diatur bagaimana cara masyarakat :
a). menghasilkan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
sampah rumah tangga yang benar
b). membuang atau menyimpan sampah
c). memberi sanksi bagi pelanggarnya
d). mengatur besarnya imbalan yang harus dikeluarkan bagi warga
masyarakat yang tidak mengelola sendiri sampahnya
e). membuat kerja sama dengan pihak ketiga
f). mengatur kekayaan hasil pengelolaan sampah
g). mengatur prasarana dan sarana dalam pengelolaan sampah
h). dan lainnya yang mendukung dalam pengelololaan sampah
secara mandiri
2, Membentuk KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) pengelola sampah
3. Membentuk Badan Usaha Milik Desa / Kelurahan yang berbasis
pada pengelolaan sampah.
4. Menggunakan tanah milik desa / kelurahan
5. Beberapa desa / kelurahan dapat bergabung

Laporan Periodik Sampah HarianKabupaten BanyumasTahun 2018 VII. 5


6. Dapat memanfaatkan dana desa / dana kelurahan
7. Setiap desa / beberapa desa dalam kecamatan memiliki sarana :
a). Tempat Sampah Terpilah, pada setiap unit penghasil sampah
b). TPS (Tempat Pengumpulan Sampah Sementara) pada setiap RT /
RW yang terpilah
c). TPST (Tempat Pengumpulan Sampah Sementara Terpadu) atau
Hanggar
d). Gerobag Sampah, setiap RT mempunyai gerobag sampah minimal
satu buah sampah organik, satu buah untuk sampah an organik
e). Bank Sampah dg semua sarana dan operasionalnya, jika
memungkinkan sampai sistem komputer.
f). Tempat pengomposan, dapat menggunakan tanah desa /
kelurahan
g). Petugas yang mengelola semuanya, seandainya setiap desa ada
40 petugas, maka seluruh kabupaten akan terserap tenaga kerja
sebanyak minimal 12.000 orang (ada 300 desa dan kelurahan).
Telah mengurangi pengangguran, menambah pemanfaatan
tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Melalui pola pengelolaan sampah di atas, dengan adanya
partisipasi aktif dari seluruh komponen masyarakat, maka arahan
kebijakan dan strategi pengelolaan sampah daerah dengan program
penanganan sampah sebanyak 70 persen pada tahun 2025, dapat
terlewati karena sampah akan terkelola sebanyak 80 – 100 persen.
Dinas Lingkungan Hidup selaku lembaga yang salah satu tupoksinya
berkaitan dengan kebersihan dan sampah berperan para pengawasan
dan evaluasi, tidak lagi mengurusi teknis sampah.
Agar pola program pengelolaan sampah secara mandiri pada
masyarakat cepat sukses, peran seluruh aparatur sipil negara (ASN)
untuk memberi contoh, sangat penting dengan pelaporan berjenjang.

Laporan Periodik Sampah HarianKabupaten BanyumasTahun 2018 VII. 6


Untuk program berjangka dapat diuraikan secara sederhana
sebagai berikut :
1. Program jangka pendek (1 – 2 tahun)
a. Bupati membuat Peraturan Bupati sebagai induk kegiatan
tentang pengelolaan sampah berbasis masyarakat,
sampah bukan lagi menjadi urusan pemerintah atau
pemerintah tidak ikut terlibat dalam pengelolaan sampah
kecuali dalam hal regulasi, pengawasan dan pembinaan.
b. Dinas Lingkungan Hidup membuat buku teknis tentang
pengelolaan sampah secara mandiri atau berbasis
kegiatan masyarakat dan disosialisasikan serta
disebarkan ke seluruh instansi, lembaga, sekolah, pasar
dan lain sebagainya. Dapat pula disebarkan melalui media
massa secara bertahap.
c. Berdasarkan buku teknis pengelolaan sampah, setiap
desa membuat peraturan desa (Perdes) dan setiap
kelurahan membuat musyawarah kelurahan (Muskel)
tentang pengelolaan sampah secara mandiri yang memuat
segala hal berkaitan dengan sampah yang mengarah
bahwa sampah yang dihasilkan oleh wilayah desa atau
kelurahan tidak ada yang keluar dari wilayah tersebut,
namun habis atau selesai dikelola dengan betul dan
benar.
2. Program jangka menengah (tahun ke 2 – 3)
a) Pemerintah Kabupaten melalui perangkat yang ada
melakukan monitoring tentang pembentukan perdes atau
muskel, pembentukan badan usaha milik desa (Bumdes),
pengelolaan sampahnya. Mengadakan pembinaan bagi
yang belum lancar atau sempurna.

Laporan Periodik Sampah HarianKabupaten BanyumasTahun 2018 VII. 7


b) Setiap lembaga sejak dari RT , RW, desa / kelurahan
membuat laporan secara berjenjang ke Bupati dan
laporan tersebut diumumkan secara terbuka untuk
melihat tingkat pelaksanaannya.
c) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas
bekerjasama dengan berbagai pihak menyalurkan produk
kompos yang dihasilkan oleh Bumdes terutama untuk
kegiatan pertanian tanaman pangan seperti padi di sawah
dan lain sebagainya.
d) Sebagai percontohan atau demonstrasi, semua lahan
milik pemerintah seperti bengkok, diwajibkan
menggunakan kompos sebagai pupuknya.
e) Membangun kemitraan dengan lembaga penelitian untuk
pengembangan penelitian penggunaan kompos untuk
berbagai tanaman.
3. Program jangka panjang (tahun ke 3 – dan seterusnya)
a) Membina wilayah yang belum sempurna dalam
pelaksanaan pengelolaan sampah secara mandiri berbasis
masyarakat.
b) Memberikan penghargaan bagi wilayah yang telah dapat
melaksanakan pengelolaan sampah secara baik.
Penghargaan diberikan dalam bentuk pengumuman,
prasarana dan sarana pengelolaan sampah, piagam
penghargaan dan lain sebagainya. TPA sudah tidak ada
diganti dengan tempat pengumpulan residu sampah (TPR)
yang akan dapat ditimbun di suatu tempat yang aman.

Laporan Periodik Sampah HarianKabupaten BanyumasTahun 2018 VII. 8


BAB VIII. KESIMPULAN DANREKOMENDASI

8.1 KESIMPULAN
Berdasarkan data yang didapat dan pembahasan yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Timbulan sampah harian di Kabupaten Banyumas berdasarkan
jumlah penduduk dan konstanta yang telah ditentukan sebesar =
4.226.288/hari atau 4.226 m3/hari. Timbulan sampah yang dapat
diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir sampah (TPA) atas fasilitas
dari Dinas Lingkungan Hidup, serta dari masyarakat sebanyak
491,44 m3 /hari atau sekitar 12 persen. Sebagian besar timbulan
sampah tidak terbawa ke TPA. TPA di Kabupaten Banyumas yakni
di TPA Kaliori untuk wilayah Banyumas Timur.
2. Komposisi sampah rata-rata di Kabupaten Banyumas adalah:
1. Kertas = 11,24%
2. Kayu = 0,63%
3. Kain = 0,76%
4. Karet/Kulit = 0,66%
5. Plastik = 26,08%
6. Metal/Logam = 2,66%
7. Gelas/Kaca = 3,86%
8. Organik = 52,88%
9. Lain – Lain = 1,23%

3. Pada umumnya dapat dikatakan kegiatan pengelolaan sampah


dapat dikatakan rendah sejak dari pemilahan sampah hingga pada
pengelolaan sampah pasca pembuangan sampah. Aktivitas
pemilahan rendah walaupun tempat sampahnya telah terpilah,
pengomposan dapat dikatakan tidak terlihat nyata, hanya bekasnya
saja, Bank Sampah banyak yang telah bermunculan, tetapi banyak
pula yang tidak mempunyai aktivitas. Berkaitan dengan hal
tersebut timbulan sampah relatif tidak terkurangi.

Laporan Periodik Sampah HarianKabupaten BanyumasTahun 2018 VIII. 1


8.2 REKOMENDASI
1. Berkaitan dengan semakin tingginya persentase komposisi plastik
pada sampah, maka perlu ada regulasi penggunaan plastik dalam
kehidupan sehari-hari yang berpotensi menjadi sampah.
2. Arah ke depan untuk wilayah Kabupaten Banyumas ke arah tanpa
memiliki TPA, sehingga sampah dikelola dan habis di sumber
sampahnya. Berkaitan dengan hal tersebut perlu dikembangkan
paradigm baru pengelolaan sampah bahwa sampah menjadi urusan
masyarakat penghasil sampah. Sampah dikelola pada sumber
timbulan sampah maksimal tingkat kecamatan. Setiap desa /
kelurahan harus mengelola sampahnya sendiri tanpa keterlibatan
pemerintah. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas hanya
membina dan mengawasi saja. Untuk menuju ke arah tanpa TPA,
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas, segera membuat
buku teknis pengelolaan sampah dan disebarkan ke seluruh
komponen masyarakat.
3. Sampah organik pada komposisi yang lebih dari 50 %, perlu segera
ditingkatkan kemanfaatannya antara lain pengomposan dan
lainnya. Kegiatan pengomposan dilakukan di TPS dan di sumber
sampah lainnya, sedangkan pengelolaan sampah pasar dilakukan
dengan dibuat biogas yang dapat dimanfaatkan oleh warga yang
rumahnya dekat pasar, pupuk cairnya dapat untuk memupuk
tanaman dan kerjasama dengan peternak sebagai sumber pakan
untuk ternak ruminansia pada semua pasar yang terdapat di
Kabupaten Banyumas.

Laporan Periodik Sampah HarianKabupaten BanyumasTahun 2018 VIII. 2

Anda mungkin juga menyukai