Anda di halaman 1dari 17

AGRIKAN - Jurnal Agribisnis Perikanan

OPEN ACCES (E-ISSN 2598-8298, P-ISSN 1979-6072)


Vol. 15 No. 1: 165-181 URL: http://www.jurnal.ummu.ac.id/index.php/agrikan
Mei 2022
https://doi.org/10.52046/agrikan.v15i1.165-181
Peer-Reviewed 

Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Keberlanjutan Pengelolaan


Sampah melalui Bank Sampah

(Increasing Community Participation in Sustainable Waste Management through Waste


Banks)

Lydia Maria Ivakdalam 1 dan Risyart Alberth Far Far 2


1
Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Maluku Indonesia, Ambon, Indonesia.
Email: Ivakdlmlydia@gmail.com
2
Fakultas Pertanian Universitas Pattimura, Ambon, Indonesia. E-mail: alberth.farfar2013@gmail.com

Info Article:
Diterima: 12 April 2022 Abstrak. Pengelolaan sampah melalui bank sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi
Disetujui: 13 Mei 2022 masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. Pengelolaan sampah dapat berjalan baik jika ada
Dipublikasi: 14 Mei 2022 partisipasi dari berbagai pihak termasuk dari masyarakat. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji
menganalisis konsep sampah dan cara pengelolaan dan pengolahan sampah, menganalisis konsep sistem
Article type : dan mekanisme bank sampah dalam memberi manfaat ekonomi dan lingkungan, menganalisis faktor-faktor
 Riview Article apa saja yang berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui bank
Common Serv. Article
sampah. Hasil kajian menunjukkan bahwa pengelolaan sampah terdiri atas pengurangan sampah.
Research Article
Pengurangan sampah meliputi mengurangi timbunan sampah, mendaur ulang, dan pengelolaan kembali
Keyword:
sampah tersebut. Masyarakat sebagai penghasil sampah tergabung dalam bank sampah dan melakukan
Waste Bank, Participation, waste aktivitas pengumpulan, pemilahan, dan penabungan sampah anorganik bernilai ekonomi di bank sampah.
management Kemudian sampah dijual ke bandar sampah dan bank sampah mendapatkan uang dari penjualan yang
kemudian didepositkan ke tabungan masyarakat sesuai dengan harga beli sampah dari masyarakat. Faktor-
Korespondensi: faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui bank sampah
Risyart Alberth Far Far adalah karakteristik individu masyarakat bank sampah, dukungan lingkungan bank sampah dan persepsi
Universitas Pattimura masyarakat terhadap tata kelola Bank sampah.
Ambon, Indonesia
Abstract. Waste management through waste banks in an area will have an impact on the community and
Email: alberth.farfar2013@gmail.com the environment of the area itself. Waste management can run well if there is participation from various
parties, including the community. This paper aims to analyze the concept of waste and waste management
and processing methods, analyze the concept of waste bank systems and mechanisms in providing economic
Copyright© 2022
and environmental benefits, analyze what factors influence community participation in waste management
Lydia Maria Ivakdalam, Risyart
Alberth Far Far through waste banks. The results of the study show that waste management consists of reducing waste and
handling waste. Waste reduction includes reducing landfill waste, recycling, and re-managing the waste.
Communities as waste producers are incorporated in waste banks and carry out activities of collecting,
sorting, and saving economic value inorganic waste in waste banks. Then the waste is sold to the waste
dealer and the waste bank gets money from the sale which is then deposited into the community's savings
according to the purchase price of the waste from the community. Factors that influence community
participation in waste management through waste banks are the individual characteristics of the waste
bank community, environmental support for waste banks and public perceptions of waste bank governance.

I. PENDAHULUAN Permasalahan sampah sebagai isu global menjadi


Indonesia merupakan negara dengan jumlah fokus perhatian dunia termasuk Indonesia untuk
penduduk ke-4 terbesar di dunia. Pertambahan diselesaikan. Fokus perhatian tersebut dapat
jumlah penduduk berdampak langsung terhadap dilihat pada program Sustainable Development
jumlah sampah yang dihasilkan perhari. Tercatat Goals (SDGs) terkait lingkungan sebagai agenda
didunia Indonesia penghasil sampah plastik global 2030.
terbesar nomor dua setelah China yaitu sebesar Sampah sebagai barang buangan dianggap
187.2 juta ton/tahun. Data Statistik Lingkungan tidak memiliki nilai dan kegunaan. Padahal
Hidup menunjukkan, jumlah timbulan sampah di sampah masih memiliki nilai ekonomis apabila
Indonesia mencapai 65.2 juta ton/tahun dan dilakukan pemilahan dan pemrosesan dari
diproyeksikan akan mencapai 68 juta ton pada sumbernya. Peningkatan volume sampah
tahun 2019 yang di dalamnya terdapat 9.52 juta ton dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk,
sampah plastik yang sulit terurai (BPS 2018b). perubahan gaya hidup dan pola konsumsi, serta

165
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 15. No. 1 (Mei 2022)

peningkatan daya beli masyarakat (Wiyanti 2017). sampah. Peraturan pemerintah juga didukung
Saat ini hampir seluruh pengelolaan sampah di Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Indonesaia berakhir di TPA, menyebabkan beban Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 tentang
TPA menjadi sangat berat. Beban pengelolaan Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle
yang tidak diimbangi dengan kemampuan dalam melalui Bank Sampah, menjelaskan bahwa yang
aspek operasional dan teknis pengelolaan adalah dimaksud dengan bank sampah adalah tempat
salah satu kendala yang dihadapi dalam pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat
pengelolaan sampah. Dengan kapasitas lahan didaur ulang dan/atau diguna ulang yang
tempat pembuangan akhir yang semakin memiliki nilai ekonomi. Semua kegiatan dalam
menyempit, tentunya dibutuhkan metode sistem bank sampah dilakukan dari, oleh, dan
pengelolaan sampah yang terpadu antara untuk masyarakat. Bank Sampah merupakan
pemerintah, sektor privat, dan masyarakat dengan program dalam pengelolaan sampah dan
cara mengurangi volume sampah langsung dari lingkungan, serta pemberdayaan masyarakat.
sumbernya sehingga volume sampah yang Masalah mengenai pengelolaan sampah
diangkut menuju tempat pembuangan. Semakin tidak dapat diselesaikan oleh pemerintah atau satu
meningkatnya jumlah penduduk tidak diimbangi pihak saja. Namun dibutuhkannya suatu
dengan penambahan luas tempat pembuangan partisipasi dari warga setempat untuk bekerjasama
akhir menjadi salah satu penyebab terjadinya dalam menyelesaikan masalah pengelolaan
kerusakan dan pencemaran lingkungan. Salah satu sampah tersebut. Menurut Wardi (2011)
alternatif yang sudah dilakukan oleh pemerintah pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang
Indoensia untuk mengatasi masalah tentang sistematis dan berkesinambungan yang meliputi
sampah di berbagai daerah di Indonesia adalah pengurangan dan penanganan sampah. Oleh
bank sampah. karena itu, pengelolaan sampah bukan hanya
Pengelolaan sampah di berbagai daerah di menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga
Indonesia saat ini masih bergantung kepada mengharapkan partisipasi warga untuk terlibat
pemerintah. Salah satu upaya pemerintah dalam dalam pengelolaan sampah. Bank sampah
mengatasi permasalahan sampah adalah dengan diartikan sebagai wadah partisipasi masyarakat
mengesahkan Undang-Undang Pengelolaan dalam mengumpulkan, memilah, dan menabung
Sampah Nomor 18 Tahun 2008 tentang sampah yang masih bernilai ekonomi. Bank
Pengelolaan Sampah. Undang-Undang tersebut sampah berperan dalam mengubah paradigma
mengatur mengenai cara pengelolaan sampah masyarakat dalam mengelola sampah terutama
rumah tangga dengan menerapkan prinsip 3R, mengurangi dan memilah sampah, dan sebagai
yaitu kegiatan pengurangan timbulan sampah strategi untuk mengubah sampah menjadi manfaat
(reduce), pemanfaatan kembali sampah (reuse), dan finansial (Putra et al. 2018).
pendauran ulang sampah (recycle). Pemerintah Tujuan pengelolaan sampah dapat tercapai
Indonesia masih kurang berhasil mengatasi dengan baik ketika adanya partisipasi berbagai
permasalahan mengenai sampah, oleh karena itu pihak termasuk dari masyarakat. Pada dasarnya
digagas beberapa konsep pengelolaan sampah bank sampah merupakan suatu tempat untuk
salah satunya adalah pengelolaan sampah berbasis melakukan kegiatan pengelolaan sampah melalui
masyarakat. Konsep bank sampah menyadarkan proses pemberdayaan masyarakat. Pelayanan bank
masyarakat bahwa sampah memiliki nilai jual sampah sama seperti sistem yang ada di bank
yang dapat menghasilkan uang, sehingga konvensional pada umumnya. Dalam bank
masyarakat peduli untuk mengelolanya, mulai sampah terdapat nasabah, teller, termasuk buku
dari pengumpulan, pemilahan, hingga menjadikan tabungan sebagai media untuk menuliskan
sampah sebagai barang yang bisa digunakan besarnya jumlah tabungan. Pengelolaan sampah
kembali dan bernilai ekonomis (Aryenti 2011). melalui bank sampah menekankan pentingnya
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 warga memilah sampah mulai dari sumbernya
tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan dengan cara memisahkan sampah sesuai jenisnya.
Sampah Sejenis Rumah Tangga mengamanatkan Sistem tersebut sebagai suatu rekayasa sosial
perlunya perubahan paradigma mendasar (social engineering) untuk mengajak masyarakat
pengelolaan sampah yaitu dari paradigma memilah sampah yang dapat memberikan manfaat
kumpul-angkut-buang menjadi pengelolaan yang nyata berupa perubahan perilaku hidup bersih
bertumpu pada pengurangan dan penanganan

166
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 15. No. 1 (Mei 2022)

dan belajar mengelola keuangan dalam bentuk menyebabkan pencemaran atau gangguan
tabungan. lingkungan (Wakkary et al. 2015). Menurut
Sampah yang ditimbulkan oleh masyarakat Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
harus dapat dikelola dengan baik, karena sumber Pengelolaan Sampah, disebutkan bahwa sampah
datangnya sampah adalah dari kegiatan konsumsi adalah sisa dari kegiatan sehari-hari manusia atau
maupun produksi masyarakat itu sendiri, dan proses alam yang berbentuk padat. Sampah yang
yang akan merasakan dampaknya pun adalah merupakan sisa dari kegiatan manusia harus
masyarakat. Bank sampah adalah salah satu dikelola agar tidak menimbulkan pencemaran
bentuk pengelolaan sampah yang berbasis lingkungan dan gangguan kesehatan. Sampah
masyarakat karena sudah ditangani langsung dari dapat berada pada fase materi padat, cair, dan gas.
sumbernya. Bank sampah digunakan sebagai Jika sampah berada pada fase cair dan gas maka
tempat untuk mengumpulkan sampah yang sudah sampah dikatakan sebagai emisi. Emisi ini yang
dipilah sesuai jenisnya. dapat menimbulkan polusi sehingga berbahaya
Utami (2008) menjelaskan bahwa manusia bagi lingkungan.
merupakan faktor utama dalam keberhasilan suatu Pemerintah daerah mengelola sampah
pengelolaan sampah. Keinginan masyarakat untuk berdasarkan jenis sampah yang berasal dari
berpartisipasi mulai dari pewadahan sampai sumbernya yang dapat digolongkan menjadi
pengolahan (daur ulang dan pengomposan) sampah kegiatan rumah tangga dan sampah
berpengaruh terhadap keberhasilan sistem komersial berbahaya (Damanhuri & Padmi 2019).
pengelolaan sampah. Keberhasilan pengelolaan Sampah berasal dari berbagai tempat yang
sampah terdapat pada pemilahan komposisi dari memiliki potensi, mulai dari pemukiman hingga
sampah tersebut oleh warga yang partisipatif tempat-tempat umum. Hadiwiyanto (1983)
dalam pengelolaan sampah. Paradigma menjelaskan bahwa didasarkan atas beberapa
pengelolaan sampah yang bertumpu pada kriteria, diantaranya berdasarkan asalnya, bentuk,
pendekatan akhir sudah saatnya diganti dengan lokasi, proses terjadinya, dan sifatnya.
paradigma baru pengelolaan sampah. Tujuan Penggolongan sampah penting diketahui untuk
kajian ini adalah (1). Menganalisis konsep sampah sebagai dasar dalam penanganan dan
dan cara pengelolaan dan pengolahan sampah. (2). pemanfaatannya.
Menganalisis konsep sistem dan mekanisme bank 1. Jenis - jenis sampah berdasarkan asalnya
sampah dalam memberi manfaat ekonomi dan Sampah dapat dijumpai di segala tempat dan
lingkungan. (3). Menganalisis faktor-faktor apa hampir di semua kegiatan. Berdasarkan asalnya,
saja yang berpengaruh terhadap partisipasi sampah dapat digolongkan sebagai berikut :
masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui a) Sampah dari hasil kegiatan rumah tangga,
bank sampah. asrama, rumah sakit, hotel, dan kantor.
b) Sampah dari hasil kegiatan
II. METODE PENELITIAN industri/pabrik.
Dalam penulisan paper ini, metodologi yang c) Sampah dari hasil kegiatan pertanian.
digunakan adalah telaah atau kajian pustaka dari Kegiatan pertanian meliputi perkebunan,
jurnal penelitian terdahulu. Pengalaman empiris kehutanan, perikanan, dan peternakan.
yang berkaitan dengan bank sampah sebagai salah Sampah dari kegiatan pertanian sering
satu alternatif yang dapat dilakukan dalam disebut limbah hasil pertanian.
mengatasi masalah pengelolaan sampah, dianalisis d) Sampah dari hasil perdagangan, misalnya
berdasarkan teori-teori yang terkait, kemudian dari pasar dan toko.
dideskripsikan secara sistematis. e) Sampah dari hasil pembangunan.
f) Sampah di jalan raya.
III. PEMBAHASAN 2. Jenis - jenis sampah berdasarkan bentuknya
3.1. Pengertian Sampah dan jenis-jenisnya Sampah yang berasal dari rumah makan
Sampah adalah sisa-sisa bahan yang pada umumnya merupakan sisa dari makanan, air
mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena cucian piring yang bentuknya berupa cairan atau
telah diambil bagian utamanya atau karena bubur. Sedangkan pabrik menghasilkan sampah
pengolahan dan sudah tidak ada manfaatnya bila berupa gas, uap air, debu, atau berupa padat.
ditinjau dari segi sosial ekonomis tidak ada Berdasarkan bentuknya ada tiga macam sampah
harganya, sedangkan dari segi lingkungan dapat yaitu :

167
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 15. No. 1 (Mei 2022)

a) Sampah padat : daun, kertas, kaleng, 1. Sampah rumah tangga


plastik Sampah rumah tangga merupakan sampah
b) Sampah cairan : limbah cairan dari pabrik yang dapat berbentuk padat, yang dihasilkan
atau air bekas pencucian dari aktivitas sehari-hari rumah tangga, namun
c) Sampah gas : kabon dioksida, ammonia, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik,
dan gas lainnya. misalnya sampah B3 (Bahan Berbahaya
3. Penggolongan sampah berdasarkan lokasinya Beracun) dan sampah yang terbentuk melalui
a) Sampah kota, yaitu sampah yang proses alam yang berasal dari lingkungan
terkumpul di kota besar. rumah tangga. Sampah yang dimaksud adalah
b) Sampah daerah, yaitu sampah yang sampah yang bersumber dari rumah atau
terkumpul di daerah – daerah diluar pemukiman.
perkotaan, misalnya desa atau 2. Sampah sejenis sampah rumah tangga
pemukiman. Sampah sejenis sampah rumah tangga
4. Jenis - jenis sampah berdasarkan proses merupakan sampah yang berasal dari sumber
terjadinya lain selain rumah tangga dan lingkungan
a) Sampah alami, yaitu sampah yang rumah tangga, seperti pasar, pusat
dihasilkan karean proses alami, misalnya perdagangan, kantor, sekolah, rumah sakit,
daun yang berguguran. rumah makan, hotel, terminal, pelabuhan,
b) Sampah non – alami, yaitu sampah yang industri, taman kota, dan lainnya.
dihasilkan dari kegiatan manusia. 3. Sampah spesifik
Menurut UU No.18 Tahun 2008 sampah Sampah spesifik yang dimaksud adalah
rumah tangga didefinisikan sebagai sampah yang sampah yang dihasilkan dari aktivitas rumah
berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga yang
tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik karena sifat dan volume sampah memerlukan
(sampah yang mengandung bahan beracun). perlakuan khusus, meliputi sampah yang
Sampah anorganik banyak ditemukan pada mengandung B3 (bahan berbahaya beracun),
sampah rumah dan hanya dapat diuraikan dalam seperti sampah medis, sampah akibat bencana,
waktu yang sangat lama. Sampah organik adalah puing bongkaran, dan sampah yang secara
sampah basah yang biasanya dihasilkan dari teknologi (sampah elektronik) yang belum
kegiatan dapur (rumah tangga) sedangkan sampah dapat diolah dan sampah yang timbul secara
anorganik adalah sampah kering seperti botol, periode.
kertas atau plastik. Gelbert et al. (1996) Berdasarkan penelitian Imah (2018)
mengelompokkan sampah menjadi: menjelaskan klasifikasi sampah yang ada di bank
a. Sampah organik terdiri atas bahan-bahan sampah terdiri dari 18 macam, yaitu kertas campur;
penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil kardus; botol plastik; aqua gelas bersih; gelas
dari alam atau dihasilkan dari kegiatan plastik putih; emberan campur; duplek/dus bekas
pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah obat, susu,dll; kaleng; alumunium; buku; botol
ini dengan mudah diuraikan dalam proses kaca; besi campur; kertas putih; plastik makanan,
alami. kresek, plastik kiloan; pembalut; tisu; dan organik.
b. Sampah anorganik berasal dari sumber daya Menurut Sudrajat (2015) sumber sampah yang
alam tak terbarui seperti mineral dan minyak terbanyak dari pemukiman dan pasar tradisional.
bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur,
bahan ini tidak terdapat di alam seperti pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif
plastik dan aluminium. Sebagian zat seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah
anorganik secara keseluruhan tidak dapat organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah
diuraikan oleh alam, sebagian lainnya hanya yang berasal dari pemukiman umumnya sangat
dapat diuraikan dalam waktu yang sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri
lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah dari sampah organik dan sisanya merupakan
tangga, misalnya berupa botol, botol plastik, sampah anorganik.
tas plastik, dan kaleng. Penjelasan pengertian sampah, jenis dan
Cara Pengelolaan Sampah menurut Undang- pengelolaan sampah di Indonesia menurut para
undang Nomor 18 Tahun 2008, jenis sampah yang ahli dan undang-undang. Dapat disimpulkan
diatur adalah: bahwa pengelolaan sampah merupakan kegiatan

168
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 15. No. 1 (Mei 2022)

bertahap yang pada dasarnya dilakukan untuk b. Pengumpulan yaitu kegiatan memindahkan
mengolah sampah agar dapat diproses menjadi sampah dari sumber sampah ke Tempat
bentuk lain yang memberikan manfaat dan tidak Penampungan Sementara (TPS) atau tempat
berbahaya bagi lingkungan. Pengelolaan sampah pengolahan sampah terpadu (ITPS). Pada
pada kajian penulisan ini adalah kegiatan tahapan ini digunakan sarana bantuan
pengelolaan sampah yang dilakukan pada tingkat berupa tong sampah, bak sampah, peti
rumah tangga, berupa pengurangan pemakaian kemas sampah, gerobak dorong maupun
bahan yang sulit terurai, pemilahan sampah, (TPS atau dipo).
pemindahan sampah dari sumber sampah ke c. Pengangkutan yaitu kegiatan memindahkan
tempat penampungan sementara, pemanfaatan sampah dari sumber sampah, TPS atau
kembali sampah, serta kegiatan kebersihan seperti tempat pengolahan sampah terpadu.
gotong royong untuk kerja bakti di lingkungan d. Pengolahan hasil akhir yaitu kegiatan
tempat tinggal. mengubah bentuk, komposisi, karakteristik,
dan jumlah sampah agar dapat dilakukan
3.2. Pengelolaan dan Pengolahan Sampah proses pengolahan lebih lanjut,
Pengelolaan sampah terdiri atas dimanfaatkan atau dikembalikan pada alam
pengurangan sampah dan penanganan sampah. dan pemrosesan aktif kegiatan pengolahan
Pengurangan sampah meliputi mengurangi sampah atau residu hasil pengolahan
timbunan sampah, mendaur ulang, dan sebelumnya agar dapat dikembalikan ke
pengelolaan kembali sampah tersebut. Berbagai media lingkungan.
jenis sampah yang dihasilkan dari sumbernya Menurut Chandra (2006) menjelaskan
membuat potensi timbulan sampah sehingga pengelolaan sampah di suatu tempat akan
harus dikelola dengan baik. Menurut Damanhuri membawa pengaruh bagi masyarakat maupun
dan Padmi (2019), timbulan sampah adalah lingkungan yang tinggal dekat tempat tersebut.
banyaknya sampah yang dihasilkan dari sebuah Hal tersebut dapat berpengaruh positif. Pengaruh
kegiatan yang akan menentukan banyaknya positif dari pengelolaan sampah ini terhadap
sampah yang akan dikelola. Timbulan sampah masyarakat dan lingkungan, antara lain sampah
digunakan untuk menyusun perencanaan program dapat dijadikan pupuk, pakan ternak, menimbun
dan sistem pengelolaannya. Timbulan sampah rawa-rawa, menurunkan penyakit menular yang
dinyatakan dalam satuan berat (kg/orang/hari) berkaitan dengan sampah, serta menjadikan
atau volume (liter/orang/hari). lingkungan yang memiliki nilai estetika dan sehat.
Pengelolaan sampah merupakan kegiatan Teknis operasional sampah dapat dilakukan
yang memiliki beberapa proses yang berurutan, dengan sistem pengelolaan sampah yang terdiri
menyeluruh, dan berkesinambungan yang terdiri atas subsistem pengelolaan sampah (Damanhuri &
dari kegiatan dengan tujuan mengurangi dan Padmi 2019) adalah (1). Pewadahan yaitu kegiatan
menangani jumlah produksi sampah (Undang- menampung sampah dalam wadah dengan
undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan mempertimbangkan komposisi sampah. Adapun
Sampah). Kegiatan pengelolaan sampah yang wadah yang dimaksud seperti tempat sampah atau
dimaksud adalah: kontainer; (2). Pengumpulan yaitu kegiatan
mengumpulkan sampah dari sumbernya
3.2.1. Pengurangan sampah
kemudian diangkut ke tempat pengolahan sampah
Pengurangan sampah merupakan kegiatan
atau ke tempat pembuangan akhir (TPA) tanpa
untuk mengatasi timbulnya sampah sejak dari
melalui TPS. Kegiatan pengumpulan dilakukan
produsen sampah, yaitu pemukiman dan non
dengan menggunakan gerobak sampah, motor
pemukiman, menggunakan kembali sampah dari
sampah, pick up terbuka, dan truck; (3).
sumbernya atau di tempat pengolahan yang masih
Pemindahan, yaitu kegiatan memindahkan
dapat digunakan dan mendaur ulang sampah di
sampah di TPS dengan moda pengangkutan ke
sumbernya atau di tempat pengolahan.
TPA. Sarana pemindahan yang digunakan adalah
3.2.2. Penanganan sampah kontainer dan transfer depo; (4). Pengangkutan
Penanganan sampah merupakan tindakan yang terdiri atas pengangkutan langsung dan
penanganan sampah yang mencakup: pengangkutan tidak langsung. Pengangkutan
a. Pemilahan yang merupakan pengelompokan langsung sampah diangkut dari sumber langsung
dan pemisahan sampah menurut jenis dan menuju TPA tanpa melalui TPS, sedangkan pada
sifatnya.

169
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 15. No. 1 (Mei 2022)

pengangkutan tidak langsung yaitu sampah yang daerah setempat akan kesehatan lingkungan dan
telah terkumpul di TPS kemudian diolah di TPA. masyarakat.
Sarana pengangkutan yang digunakan seperti Penanganan sampah meliput penampungan
compactor truck, dump truck, dan amroll truck; (5). dan pemilahan, pengumpulan, pengangkutan,
5. Pengolahan yaitu kegiatan mengubah pengelolaan, dan pemrosesan akhir merupakan
karakteristik, komposisi, dan atau jumlah sampah; kegiatan yang dilakukan berulang. Kegiatan
(6). Penyingkiran atau pengurukan yaitu kegiatan pengolahan sampah harus di dukung oleh
pengembalian sampah hasil pengolahan sampah teknologi sehingga efisiensi dan efektifitas
ke media lingkungan secara aman dengan kegiatannya. Beberapa jenis teknologi yang dapat
menggunakan teknologi lahan pengurukan yang digunakan untuk proses pengolahan sampah
dilakukan di TPA. antara lain (Soma 2010):
Sistem saat ini pengelolaan sampah yang 1. Tempat pembuangan akhir sampah,
diterapkan di Indonesia masih bersifat Tempat pembuangan akhir sampah adalah
konvensional yaitu dengan cara mengumpulkan, upaya untuk memusnahkan sampah di tempat
menampung ke tempat penampungan sementara tertentu yang disebut tempat pembuangan
(TPS), dan membuang ke tempat penampungan akhir sampah (TPA). Beberapa metode dalam
akhir (TPA). Sistem pengelolaan yang masih pembuangan akhir di TPA yaitu open dumping,
konvensional ini kemudian menyebabkan controlled landfill, sanitary landfill, improved
terjadinya penumpukan sampah di rumah tangga, sanitary landfill, dan semi aerobic landfill.
TPS dan TPA. Oleh sebab itu, diperlukan konsep 2. Pembakar sampah (Insinerasi)
baru dalam pengelolaan sampah yang disebut Pembakaran sampah dengan menggunakan
dengan 3R, yaitu reduce, reuse, dan recycle. Reduce incinerator dapat mengurangi sampah hingga
berarti reduksi sampah atau mengurangi timbunan mencapai 75-80%. Incinerator dapat mencegah
sampah di lingkungan sumber atau bahkan pencemaran udara dengan syarat incinerator
sebelum sampah dihasilkan, reuse berarti tersebut harus beroperasi secara
menggunakan kembali bahan material agar tidak berkesinambungan selama enam atau tujuh
menjadi sampah, dan recycle berarti mendaur hari dalam seminggu dengan kondisi
ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna temperatur yang dikontrol dengan baik dan
menjadi bahan lain atau barang yang baru setelah adanya alat pengendali polusi udara hingga
melalui proses pengolahan. mencapai tingkat efisien. Keuntungan lain dari
Sudradjat (2015), mengemukakan sistem incinerator yaitu sisa pembakaran berupa abu
pengelolaan sampah di Indonesia ada dua macam, yang cukup kering dan dapat langsung dibuang
yaitu: urugan dan tumpukan. Sistem pertama ke TPA/landfill.
merupakan cara yang paling sederhana, yaitu 3. Pengomposan (composting)
sampah dibuang di lembah atau cekungan tanpa Pengomposan didefinisikan sebagai suatu
memberikan perlakuan. Urugan atau buang dan proses biokimia dimana bahan organik
pergi ini bisa dilakukan pada lokasi yang tepat, didekomposisi menjadi zat-zat seperti humus
yaitu bila tidak ada pemukiman di bawahnya, (kompos) oleh kelompok-kelompok
tidak menimbulkan polusi udara, polusi pada air mikroorganisme campuran dan berbeda-beda
sungai, longsor, atau penurunan estetika pada kondisi yang dikontrol.
lingkungan. Urugan merupakan sistem Selain tiga jenis teknologi tersebut,
pengelolaan sampah yang umum dilakukan untuk berkembang pula teknologi pengolahan sampah
suatu kota yang volume sampahnya tidak begitu menjadi biogas. Biogas didefinisikan sebagai gas
besar. Pengelolaan sampah yang kedua yaitu yang dilepaskan jika bahan-bahan organik (seperti
tumpukan. Sistem tersebut dilaksanakan secara kotoran hewan, kotoran manusia, jerami, sekam,
lengkap, sama dengan teknologi aerobik. Pada dan daun-daun hasil sortiran sayur) difermentasi
sistem tersebut dilengkapi dengan unit saluran air atau mengalami proses metanisasi. Biogas terdiri
buangan, pengolahan air buangan (leachate), dan dari campuran metana (50-75%), CO2 (25-45%),
pembakaran akses gas metan (flare). Sistem serta sejumlah kecil H2, N2, dan H2S. Dalam
tersebut banyak diterapkan di kota-kota besar. aplikasinya, biogas digunakan sebagai gas
Namun pada kenyataannya di lapangan model alternatif untuk memanaskan dan menghasilkan
tumpukan umumnya tidak lengkap, tergantung energi listrik. Biogas adalah gas yang mudah
dari kondisi keuangan dan kepedulian pejabat terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses

170
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 15. No. 1 (Mei 2022)

fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri- dengan tiga alasan, pertama, pengelolaan sampah
bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam selama ini belum menerapkan prinsip 3R. Kedua,
kondisi langka udara). Pada umumnya, semua pengelolaan sampah harus dilakukan secara
jenis bahan organik yang diproses untuk komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir
menghasilkan biogas, tetapi hanya bahan organik sehingga dapat memberikan manfaat secara
yang padat dan cair homogen, seperti kotoran urin ekonomi, sehat dan aman bagi lingkungan serta
hewan ternak yang cocok untuk sistem biogas mengubah perilaku warga. Ketiga, pemerintah
sederhana. Diperkirakan ada tiga jenis bahan baku bertugas meningkatkan kesadaran warga dalam
yang prospektif untuk dikembangkan sebagai pengelolaan sampah.
bahan baku biogas di Indonesia, antara lain Yayasan Unilever Indonesia (2013) dalam
kotoran hewan dan manusia, sampah organik, dan Buku Panduan Bank Sampah menjelaskan secara
limbah cair. rinci mengenai konsep bank sampah. Menurut
Oleh karena itu, sistem akan diintegrasikan Yayasan Unilever bank sampah adalah suatu
ke dalam sistem baru yaitu pengelolaan sampah sistem pengelolaan sampah kering secara kolektif
berbasis masyarakat untuk menutupi beberapa yang mendorong masyarakat untuk berperan
kelemahan dari sistem. Permasalahan ini dapat secara aktif di dalamnya. Sistem ini akan
diatasi dengan dilakukan sistem pengelolaan menampung, memilah dan menyalurkan, sampah
sampah berbasis masyarakat, karena masyarakat bernilai ekonomi pada pasar sehingga masyarakat
sebagai produsen sampah, dan masyarakat pula mendapat keuntungan ekonomi dari menabung
yang akan menikmati lingkungan bersih dan sampah. Sampah yang disetorkan sudah harus
higienis bila persoalan sampah bisa ditangani dipilah. Persyaratan ini mendorong nasabah untuk
secara baik. Menurut Purwanti et al. (2015) salah memisahkan dan mengelompokkan sampah. Jadi
satu usaha yang ditetapkan pemerintah untuk bank sampah akan menciptakan budaya baru agar
meningkatkan kepedulian pemerintah daerah masyarakat mau memilah sampah.
dalam pengelolaan sampah, yaitu dengan Untuk menjadi nasabah bank sampah,
mewajibkan Kota/Kabupaten untuk mengadopsi setiap nasabah mendaftarkan diri kepada
konsep Bank Sampah sebagai salah satu pengelola bank sampah. Pengelola akan mencatat
persyaratan dalam penilaian penghargaan nama nasabah dan setiap anggota akan diberi
lingkungan bagi Kota/Kabupaten yaitu Piala buku tabungan secara resmi. Bagi nasabah yang
Adipura. ingin menabung sampah, caranya adalah datang
Konsep bank sampah pertama kali ke bank sampah dengan membawa sampah.
dicetuskan oleh Bambang Suwerda yang Sampah yang akan ditabung tersebut harus sudah
berinisiatif untuk menyelamatkan lingkungan dipilah-pilah sesuai dengan jenisnya seperti
dari polusi yang ditimbulkan oleh sampah kertas, plastik, botol, kaleng, besi, alumunium dan
(Suwerda (2012). Bank sampah juga dapat lainnya pada wadah penampung terpisah. Sampah
diartikan sebagai salah satu bentuk penerapan yang akan ditabung harus dalam kondisi bersih
pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang dan kering. Petugas akan melakukan
merupakan penerapan dari Undang-Undang No. penimbangan, pencatatan, dan memasukkan
18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan sampah pada wadah yang telah disediakan.
Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Konsep bank sampah menyadarkan
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah masyarakat bahwa sampah memiliki nilai jual
Sejenis Rumah Tangga. Konsep dasar bank yang dapat menghasilkan uang, sehingga
sampah terdiri dari 5 M yang terdiri dari masyarakat peduli untuk mengelolanya, mulai
Mengurangi sampah, Memilah sampah, dari pengumpulan, pemilahan, hingga menjadikan
Memanfaatkan sampah, Mendaur ulang sampah, sampah sebagai barang yang bisa digunakan
dan Menabung sampah. kembali dan bernilai ekonomis (Aryenti, 2011).
Bank sampah didefinisikan sebagai tempat Hasil penelitian Asteria dan Heruman (2016)
pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat menyatakan bahwa bank sampah mengajarkan
di daur ulang atau diguna ulang dan memiliki masyarakat untuk memilah sampah,
nilai ekonomi. Berdasarkan peraturan Menteri menumbuhkan kesadaran masyarakat mengolah
Negara Lingkungan Hidup RI No. 13 tahun 2012 sampah secara bijak agar dapat mengurangi
tentang Pedoman Pelaksana Reduce, Reuse, dan sampah yang diangkut ke TPA (tempat
Recycle melalui bank sampah. Bank sampah hadir pembuangan akhir). Tujuan bank sampah adalah

171
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 15. No. 1 (Mei 2022)

untuk menangani pengolahan sampah di lokasi bank sampah, pengepul yang sudah
Indonesia dan menyadarkan masyarakat akan ditunjuk, sistem pengelompokan sampah, berat
lingkungan serta merubah paradigma masyarakat minimum sampah yang disetrokan, jadwal
mengenai sampah (Setyaningrum 2015). Sesuai pengangkutan, dan jangka waktu penarikan
dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan tabungan. (4). Pembentukan pengurus bank
Hidup Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2012 sampah harus terdiri atas manajer bank sampah,
Pasal 2 bahwa Bank Sampah adalah tempat bendahara, divisi administrasi, divisi
pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat penimbangan, pencatatan, dan pengepakan.
didaur ulang dan/atau diguna ulang yang Pengelolaan sampah berbasis bank sampah
memiliki nilai ekonomi. Bank Sampah merupakan berbasis bank memberikan banyak manfaat bagi
program dalam pengelolaan sampah dan masyarakat berupa kebersihan lingkungan,
lingkungan, serta pemberdayaan masyarakat. kesehatan hingga ekonomi. Berikut mekanisme
Konsep bank sampah tersebut terlihat jelas bahwa kerja bank sampah menurut Yayasan Unilever
pengelolaan sampah ini tidak dapat dilakukan Indonesia (2013).
hanya oleh satu pihak. Adanya partisipasi warga 1. Pemilahan sampah rumah tangga. Nasabah
untuk turut berperan dalam menggerakkan harus memilah sampah sebelum disetorkan ke
pengelolaan sampah merupakan hal yang penting bank sampah pemilahan sampah tergantung
demi keberlanjutan organisasi pengelola sampah. pada kesepakatan saat pembentukan bank
Melalui konsep tersebut sistem bank sampah sampah. Misalnya berdasarkan kategori
dapat dijadikan sebagai alat untuk melakukan sampah organik dan anorganik. Biasanya
rekayasa sosial sehingga terbentuk suatu tatanan sampah anorganik dipisahkan lagi berdasarkan
atau sistem pengelolaan sampah yang lebih baik jenis bahan: plastik, kertas, kaca dan lain-lain.
di masyarakat. Pengelompokan sampah akan memudahkan
proses penyaluran sampah. Apakah akan
3.3. Mekanisme Bank Sampah dan manfaat disampaikan ke pembuatan kompos, pabrik
ekonomi plastik atau industri rumah tangga. Dengan
Permen LH Republik Indonesia Nomor 13 sistem bank sampah, masyarakat secara tidak
tahun 2012, juga mengatur terkait persyaratan langsung telah membantu mengurangi
bank sampah, mekanisme kerja bank sampah, timbunan sampah ke tempat pembuangan
pelaksanaan bank sampah, dan tata cara akhir, sebab sebagian besar sampah yang telah
pelaksanaan bank sampah. Adanya pedoman di pilah akan dikirimkan ke bank akan
peraturan ini menjadikan bank sampah sebagai dimanfaatkan kembali, sehingga yang tersisa
bagian dalam pengelolaan berbasis komunitas dan dibuang menuju TPA hanya sampah yang
masyarakat. Pengelolaan bank sampah dilakukan tidak dapat bernilai ekonomi dan sampah B3.
secara independen di lingkungan perumahan dan 2. Penyetoran ke bank sampah. Waktu penyetoran
menjadikannya tempat penyimpanan sampah sampah telah disepakati sebelumnya. Misalnya
yang dua hari dalam sepekan setiap rabu dan sabtu.
kemudian sampah dijual sehingga Penjadwalan ini maksudnya untuk
masyarakat mendapatkan keuntungan ekonomi. menyamakan waktu nasabah menyetor dan
Mekanisme bank sampah, standarisasi bank pengangkutan ke pengepul. Hal ini bertujuan
sampah, musyawarah tentang bank sampah, supaya sampah tidak tertumpuk di lokasi bank
tentang cara pembentukan bank sampah menurut sampah.
Yayasan Unilever Indonesia (2013) sebagai berikut: 3. Penimbangan. Sampah yang sudah disetor ke
(1). Mekanisme Bank Sampah terdiri atas bank kemudian ditimbang. Berat sampah yang
pemilahan sampah, penyetoran, penimbangan, bisa disetorkan biasanya sudah ditentukan
pencatatan, dan pengangkutan. (2). Standarisasi pada kesepakatan sebelumnya misalnya
yang harus dimiliki agar bank sampah dapat minimum harus satu kilogram.
dijalankan terdiri atas sampah sudah dipilih dari 4. Pencatatan. Petugas akan mencatat jenis dan
rumah, adanyanya sarana pengumpulan sampah bobot sampah setelah penimbangan. Hasil
berupa glangsing atau plastik, pengurus bank pengukuran tersebut lalu dikonversi ke dalam
sampah, jadwal pengumpulan, sistem pencatatan, nilai rupiah dan kemudian ditulis ke dalam
dan kerjasama dengan pengepul. (3). Musyawarah buku tabungan. Pada sistem bank sampah
operasional bank sampah terdiri atas adanya tabungan biasanya bisa diambil setiap tiga

172
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 15. No. 1 (Mei 2022)

bulan sekali. Tabungan bank sampah tergabung dalam bank sampah hingga ke industri
dimodifikasi menjadi beberapa jenis: tabungan daur ulang dan pasar daur ulang (Gambar 1).
hari raya, tabungan pendidikan, tabungan yang Masyarakat sebagai penghasil sampah tergabung
bersifat sosial untuk disalurkan melalui dalam bank sampah dan melakukan aktivitas
lembaga kemasyarakatan. Pada tahap ini pengumpulan, pemilahan, dan penabungan
nasabah akan merasakan keuntungan sistem sampah anorganik bernilai ekonomi di bank
bank sampah, dengan menyisihkan sedikit sampah. Kemudian sampah dijual ke bandar
demi sedikit tenaga untuk memilah sampah sampah dan bank sampah mendapatkan uang dari
masyarakat akan mendapat keuntungan berupa penjualan yang kemudian didepositokan ke
uang tabungan. Dengan sistem pengelolaan tabungan masyarakat sesuai dengan harga beli
sampah yang konvensional, masyarakat justru sampah dari masyarakat. Setelah dilakukan
harus mengeluarkan uang untuk membayar penanganan sampah di bandar seperti pemilahan
petugas kebersihan untuk mengelola lanjutan dan penggilingan untuk sampah plastik,
sampahnya. sampah akan dijual ke industri daur ulang untuk
5. Bank sampah sudah bekerjasama dengan dijadikan bubur (sampah kertas) maupun pelet
pengepul yang sudah ditunjuk dan disepakati. (sampah plastik). Terakhir, bubur dan pelet
Sehingga setelah sampah terkumpul, tersebut akan dijual ke pasar daur ulang di dalam
ditimbang dan dicatat langsung diangkut ke negeri maupun luar negeri. Sebagai nasabah,
tempat pengelolaan sampah berikutnya individu berkewajiban menampung sampah yang
sehingga sampah tidak menumpuk di lokasi kemudian akan menjadi nilai dalam rekening
bank sampah. Bank sampah ini bisa nasabah. Konsep bank sampah yang berlandaskan
berkembang menjadi sumber bahan baku partisipasi dari masyarakat sebagai nasabah dan
untuk sampah industri rumah tangga sekitar subjek utama penggerak program menyebabkan
lokasi bank. Jadi, pengolahan sampah bisa setiap bank sampah memiliki kebijakan yang
dilakukan oleh masyarakat yang menjadi berbeda-beda. Kebijakan atau peraturan tersebut
nasabah bank sehingga, masyarakat mendapat terkait jangka waktu dan minimal jumlah sampah
keuntungan ganda dari sistem bank sampah yang ditabung. Begitu pula dalam harga setiap
yaitu tabungan dan laba dari hasil penjualan jenis sampah, masing-masing bank sampah
produk dan bahan daur ulang. memiliki daftar harga yang berbeda. Sementara
Damanhuri (2010), menjelaskan gambaran hak nasabah dalam program bank sampah yakni
umum rantai nilai pelaku daur ulang sampah dari menarik uang dari rekening tabungan sampah.
bank sampah mulai dari masyarakat yang

Gambar 1. Ilustrasi mekanisme bank sampah secara umum (sumber; Damanhuri, 2015)
Setiap bank sampah memiliki kebijakan sampah melalui kegiatan 3R sebagai aktivitas
yang berbeda dalam menentukan waktu penarikan kunci bank sampah sehingga dapat berdampak
uang tabungan nasabah. Adanya bank sampah pada reduksi sampah yang terbuang ke TPA. Bank
diharapkan mampu mengatasi permasalahan sampah dikatakan sukses sebagai pengelola

173
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 15. No. 1 (Mei 2022)

sampah dimasyarakat apabila mencapai kriteria dapat dibuang langsung ke tanah karena plastik
sebagai berikut : berkurangnya jumlah sampah membutuhkan waktu yang lama untuk terurai.
yang terbuang ke TPA dan semakin bertambahnya Oleh karena itu, diperlukan proses mengolah
jumlah bank sampah yang berdiri di wilayah sampah plastik sehingga bisa dimanfaatkan
perkampungan/perumahan, serta jumlah kembali dan dapat mengurangi jumlahnya.
masyarakat yang menabung sampah di bank Manfaat ekonomi bank sampah ditandai dengan
sampah. konversi sampah dengan uang yang didepositokan
Masyarakat sebagai salah satu produsen pada tabungan sampah (Purba et al. 2014,
sampah utama, memiliki tanggung jawab besar Towolioe et al. 2016). Konversi tersebut terjadi
dalam pengelolaan sampah. Bentuk kepedulian karena adanya nilai ekonomi pada sampah yang
masyarakat untuk mengurangi jumlah sampah dapat didaur ulang. Sampah yang dapat didaur
adalah tindakan masyarakat terhadap pengelolaan ulang diantaranya kemasan plastik keras (botol,
sampah untuk menghasilkan nilai tambah salah gelas); kertas (HVS, majalah, buku tulis,
satunya dengan melakukan pengelolaan terhadap koran,buku); kardus; logam (paku, besi, tembaga);
sampah. Program daur ulang di Indonesia yang dan kemasan kaca (botol kaca) (Damanhuri 2010).
telah dilaksanakan sejak tahun 1986 baru dapat Aspek kelembagaan dapat berupa penyertaan
mencapai 1,8%. Kondisi ini belum cukup untuk norma, regulasi, dan pengetahuan-kultural yang
mengurangi laju pertumbuhan jumlah sampah mengatur tindakan individu dalam
yang akan meningkat lima kalinya pada tahun masyarakatnya. Partisipasi dapat menjadi salah
2020 (Oswari et al. 2012). satu analisis bagaimana pilar mengenai
Ditinjau dari segi ekonomi, pemanfaatan pengetahuan-kultural dimiliki oleh anggota
sampah kota mempunyai nilai ekonomis bila komunitas terwujud dalam perilaku (Scott, 2013).
sampah tersebut diolah menjadi barang yang Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap
berguna. Hal ini disebabkan karena adanya Partisipasi Nasabah Bank Sampah dalam
permintaan terhadap barang tersebut yang Pengelolaan Sampah. Masalah sampah yang terus
umumnya diperlukan oleh pihak lain dengan cara meningkat perlu dilakukan pengelolaan secara
mengelola kembali bahan-bahan bekas dari maksimal guna menekan volume dan dampak
sampah misalnya menjadi bahan baku industri negatif terhadap lingkungan. Pengelolaan sampah
atau barang kerajinan. Contoh pemanfaatan utamanya adalah pengelolaan lingkungan yang
sampah yang telah dilaksanakan secara umum di dalam pemanfaatannya untuk menjaga
dunia diantaranya menjadi barang yang berguna keseimbangan atau melestarikan fungsi
seperti membuat tas, baju, dan perlengkapan lingkungan. Pengelolaan sampah melalui bank
lainnya juga dapat membuat pupuk organik dari sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh
sampah-sampah tersebut. bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu
Bank sampah dianggap sebagai sebuah sendiri. Beberapa penelitian lain menyebutkan
strategi untuk membangun kepedulian warga partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah
terhadap sampah untuk mendapatkan manfaat di bank sampah terbukti mampu menurunkan
ekonomi langsung dari sampah. Bank sampah volume sampah yang dihasilkan rumah tangga
tidak dapat berdiri sendiri. Namun, harus (Suryani 2014, Shentika 2016).
diintegrasikan dengan gerakan 3R sehingga Partisipasi terjadi karena adanya motivasi
manfaat langsung yang dirasakan tidak hanya dari dalam diri individu sehingga jika ada stimulus
segi ekonomi, tetapi juga dari segi pembangunan maka respon setiap individu akan berbeda.
lingkungan yang bersih, hijau dan sehat. Mardikanto (2010) membagi bentuk partisipasi
Handayani et al. (2009) menjelaskan sampah menjadi empat bentuk yaitu: (1) partisipasi
memiliki nilai ekonomi yang berbeda-beda sesuai spontan didasarkan pada motivasi intrinsik seperti
dengan komposisi sampah masing-masing dan pemahaman, penghayatan, dan keyakinan
perlakuan sebelum penjualan. Jenis sampah seseorang, (2) partisipasi terinduksi berasal dari
organik yang dapat didaur ulang diantaranya motivasi luar atau lingkungan, (3) partisipasi
sampah sisa kegiatan rumah tangga yaitu sayuran tertekan oleh kebiasaan terjadi karena
dan buah-buahan yang dibuang dalam proses kemungkinan takut dikucilkan, dan (4) partisipasi
memasak. Jenis sampah anorganik yaitu sampah oleh peraturan dilakukan karena takut atau patuh
plastik, kertas, aluminium, kayu, sampah organik, pada hukum yang berlaku. Partisipasi masyarakat
ban bekas, dan lainnya. Sampah plastik tidak dikategorikan menjadi dua, yakni pertama, warga

174
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 15. No. 1 (Mei 2022)

komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah hasil –hasil penelitian adalah lokasi penelitian dan
dipikirkan atau dirancang oleh orang lain dan tujuan yang diteliti. Berdasarkan beberapa studi
dikontrol oleh orang lain. Kedua, partisipasi literatur terkait hasil-hasil penelitian yang telah
masyarakat merupakan proses pembentukan dilakukan ditemukan beberapa faktor yang
kekuatan untuk keluar dari masalah mereka mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam
sendiri. pengelolaan sampah melalui bank sampah. Faktor-
Slamet (2003) membagi partisipasi menjadi 5 faktor tersebut adalah karakteristik individu
jenis yaitu: (1) ikut memberi input proses nasabah bank sampah, dukungan lingkungan
pembangunan, menerima imbalan atas input bank sampah dan persepsi masyarakat terhadap
tersebut, dan ikut menikmati hasilnya, (2) ikut tata kelola Bank sampah. Penjelasan faktor-faktor
memberi input dan ikut menikmati hasilnya, (3) tersebut sebagai berikut.
ikut memberi input dan dan menerima imbalan
tanpa menikmati hasil pembangunan secara 3.4. Karakteristik Nasabah Bank Sampah
langsung, (4) menikmati atau memanfaatkan hasil Partisipasi yang dilakukan masyarakat
pembangunan tanpa ikut memberi input, (5) dalam pengelolaan sampah tidak terlepas dari
memberi input tanpa menerima imbalan dan tidak karakteristik individu maupun pengaruh
menikmati hasilnya. Syarat-syarat tumbuhnya dukungan lingkungan terhadap bank sampah.
partisipasi dikelompokkan menjadi tiga yaitu Karakteristik individu responden merupakan
adanya kesempatan untuk membangun faktor internal dari masing-masing responden
kesempatan dalam pembangunan, adanya yang menjadi nasabah Bank Sampah. Mardikanto
kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan, (2010) mengatakan bahwa karakteristik individu
dan adanya kemauan untuk berpartisipasi. adalah sifat yang dimiliki seseorang dan
Partisipasi masyarakat dalam konteks pengelolaan berhubungan dengan aspek kehidupan dan
sampah dapat berupa pemilahan berdasarkan jenis lingkungannya seperti umur, jenis kelamin,
sampah, yaitu sampah organik dan sampah jabatan, status sosial, dan agama. Karakteristik
anorganik menuju proses pewadahan, atau individu dalam kajian ini adalah umur,tingkat
melalui pembuatan kompos berbasis keluarga dan pendidikan dan pendapatan.
membatasi penggunaan barang yang tidak mudah Umur dapat menentukan kemampuan
terurai (Yolarita 2011). seseorang dalam beraktivitas. Hasil penelitian
Konsep partisipasi dapat diukur melalui Muntazah (2015) dan Sudrajat (2015) menyebutkan
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan serta tahap bahwa umur memiliki pengaruh dengan
pemanfaatan. Jika dilihat dari sudut pandang partisipasi masyarakat. Hal ini menunjukkan
pengolahan sampah, partisipasi masyarakat tidak bahwa semakin tua umur seseorang maka tingkat
hanya dilihat dari keikutsertaan dalam mengelola partisipasinya semakin tinggi. Hasil penelitian
sampah tetapi masyarakat harus menjadi bagian Tanod et al. (2014) yang menunjukkan hasil bahwa
organisasi atau kelembagaan yang berperan dalam umur berpengaruh terhadap partisipasi
merencanakan sistem pengelolaan sampah yang masyarakat dalam pengelolaan sampah. Umur
baik (Candra 2012). Bank sampah dapat bertahan tersebut menjadi salah satu faktor yang diduga
dan berjalan apabila dikelola oleh anggota yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat
kreatif dan inovatif, serta memiliki jiwa dalam pengelolaan sampah melalui bank sampah.
kewirausahaan sehingga dapat meningkatkan Suryani (2014) mengatakan bahwa
pendapatan masyarakat yang menjadi nasabah pendidikan mempengaruhi tingkat partisipasi
bank sampah. Bank sampah dapat dijadikan individu pada setiap tahapan suatu kegiatan,
sebagai sarana dalam mempercepat gerakan individu berpendidikan tinggi lebih banyak
penghijauan, sarana pendidikan gemar menabung terlibat dalam proses perencanaan dan
bagi masyarakat dan anak-anak. Metode Bank pelaksanaan suatu kegiatan, individu
Sampah juga berfungsi untuk meningkatkan berpendidikan tinggi lebih banyak terlibat dalam
partisipasi masyarakat agar lebih fokus terhadap proses perencanaan dan pelaksanaan suatu
kebersihan (Suryani 2014). kegiatan. Tingkat pendidikan masyarakat
Penelitian mengenai bank sampah dari segi berhubungan dengan tingkat partisipasi
sosial, ekonomi dan lingkungan telah banyak masyarakat dalam pengelolaan sampah. Penelitian
dilakukan oleh berbagai pihak, baik akademisi yang dilakukan oleh dan Mulyadi et al. (2010)
maupun dinas terkait. Hal yang membedakan menunjukkan bahwa tingkat pendidikan sangat

175
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 15. No. 1 (Mei 2022)

berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat 3.5. Dukungan Lingkungan terhadap Bank


dalam mengelola sampah. Semakin tinggi Sampah
pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat Dukungan lingkungan adalah keadaan yang
mengenai pengelolaan sampah, maka akan mempengaruhi seseorang yang berasal dari luar
semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat diri. Kegiatan Partisipasi masyarakat dalam
karena masyarakat semakin sadar akan pentingnya pengelolaan sampah dipengaruhi oleh berbagai
kebersihan lingkungan di tempat mereka tinggal. faktor eksternal yaitu: fisik, alam, lingkungan
Hasil penelitian Riswan et al. (2011), pengetahuan sosial termasuk kebijakan dan program
masyarakat mengenai pengelolaan sampah akan pemerintah. Berdasarkan penelusuran hasil
menentukan tingkat partisipasi masyarakat dalam penelitian dan literatur disimpulkan beberapa
mengelola sampah untuk menjaga kebersihan variabel eksternal berupa dukungan lingkungan
lingkungannya. Undang-Undang nomor 20 tahun yang mempengaruhi partisipasi individu dalam
2003 tentang sistem pendidikan nasional pengelolaan sampah antara lain:
menyebutkan bahwa jenjang pendidikan formal Tingkat dukungan tokoh masyarakat
terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan mempengaruhi partisipasi dalam pengelolaan
menengah, dan pendidikan tinggi. Penelitian oleh sampah. Tokoh masyarakat adalah pemimpin
Nurjannah dan Fitriasari (2016) menunjukkan informal seperti tokoh adat, tokoh agama, kader
bahwa tingkat pendidikan nonformal posyandu, ketua RT/RW, dan lainnya. Pemimpin
berhubungan dengan partisipasi masyarakat informal menurut Soekanto (2002) adalah orang
dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Oleh yang mampu mempengaruhi kondisi dan perilaku
karena itu, intensitas pendidikan formal dan masyarakat karena memiliki kualitas dan tidak
nonformal menjadi salah satu variabel yang diangkat secara formal sebagai pemimpin. Jadi
berhubungan dengan tingkat partisipasi tingkat dukungan tokoh masyarakat adalah usaha
masyarakat untuk keberlanjutan pengelolaan yang dilakukan tokoh masyarakat agar masyarakat
sampah melalui bank sampah. melakukan kegiatan pengelolaan sampah
Pendapatan merupakan penghasilan tetap (menabung). Menurut Sawerah et al. (2016) tokoh
yang diperoleh keluarga selama satu bulan yang masyarakat berperan menyebarluaskan informasi
dinyatakan dalam rupiah. Tingkat pendapatan ini yang diperlukan masyarakat dan memberi
membedakan golongan ekonomi rumah tangga dukungan sosial berupa himbauan. Rogers dan
masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Hasil Shoemaker (1971) mengemukakan bahwa ciri yang
penelitian Yuliastusi et al. (2013) menunjukkan dimiliki seorang pemimpin informal yang
bahwa pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan mempengaruhi adopsi inovasi adalah: banyak
masyarakat berpengaruh pada tingkat berhubungan dengan media massa, kosmopolit,
partisipasinya terhadap pengelolaan sampah. sering berhubungan dengan agen pembaharu,
Aktivitas memilah dan menabung sampah di bank partisipasi sosial besar, status sosial ekonomi
sampah dapat meningkatkan pendapatan rumah tinggi, lebih inovatif dari pengikutnya. Hasil
tangga karena rumah tangga mendapatkan penelitian Handayani (2008) mengungkapkan
pendapatan dari bank sampah tersebut bahwa tokoh masyarakat berperan menggerakkan
(Qodriyatun 2014). Penelitian ini dilakukan di masyarakat dalam aktivitas peningkatan kualitas
Bank Sampah Malang. Selain mendapatkan lingkungan hidup. Hasil penelitian Yolarita (2011),
pendapatan dari bank sampah, bank sampah pun menjelaskan bahwa tokoh masyarakat memiliki
dapat mengurangi pengangguran dan jumlah peran dalam memberikan informasi dan motivasi
sampah di sekitar lingkungan dapat berkurang. dalam menerapkan prinsip 3R dalam pengelolaan
Penelitian Muntazah (2015) juga menunjukkan sampah.
dengan aktivitas menabung di bank sampah, Tingkat ketersediaan informasi sering
masyarakat mendapatkan pendapatan dan dapat dihubungkan dengan pengetahuan yang telah
digunakan untuk membayar listrik. Semakin diterima seseorang dan disimpan dalam bentuk
banyak sampah yang ditabung, semakin banyak fisik atau seperti buku, leaflet, file, koran, gambar,
pula pendapatan yang didapat. suara, website, dan media elektronik. Informasi
memberikan interpretasi pada data dan
mengurangi ketidakpastian tentang sesuatu
(Leeuwis 2004). Jadi tingkat ketersediaan informasi
dalam penelitian ini adalah ketersediaan sumber

176
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 15. No. 1 (Mei 2022)

informasi mengenai kegiatan pengelolaan sampah. 3.6. Persepsi masyarakat terhadap pengelolaan
Menurut Soekarwati (2002) sumber informasi Bank Sampah
sangat mempengaruhi adopsi inovasi. Cangara Persepsi merupakan salah satu aspek
(2000) mengatakan bahwa sumber informasi dapat psikologis yang penting bagi manusia dalam
diklasifikasikan: (1) media massa: majalah merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di
pertanian, koran, siaran radio, dan TV, (2) sumber sekitarnya. Menurut Baron dan Byrne (2004)
informal: tetangga petani dan teman, kelompok Persepsi merupakan suatu proses yang didasari
usaha, kelompok profesi, dan kelompok sosial, (3) oleh penginderaan terhadap suatu obyek, yang
sumber komersial: hubungan petani dengan diorganisasikan, diinterpretasikan dan diberi
pedagang dan dealer, demonstrator, dan buletin kesan/arti sehingga individu dapat menentukan
komersial, dan (4) sumber agen pemerintah: reaksi terhadap objek tersebut. Persepsi perlu
buletin, pertemuan, dan hubungan petani atau diketahui untuk melihat manfaat yang dirasakan
peternak dengan penyuluh dan ahli. oleh masyarakat dari adanya pengelolaan sampah
Sarana dan prasarana dalam pengelolaan yang dilakukan oleh bank sampah. Persepsi
sampah berkaitan dengan fasilitas yang ada yang masyarakat perlu diteliti untuk mengetahui
berguna untuk membantu proses pengelolaan tingkat kepedulian masyarakat terhadap
sampah. Contohnya adalah tong sampah yang lingkungan sekitar. Manfaat yang dirasakan oleh
memisahkan sampah organik dan sampah masyarakat dapat dilihat dari berbagai aspek,
anorganik ataupun fasilitas pengangkutan sampah yaitu aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek
rutin oleh petugas. Penelitian yang dilakukan oleh lingkungan.
Yolarita (2011) menunjukkan bahwa minimnya Persepsi pada dasarnya menyangkut proses
sarana dan prasarana pengelolaan sampah informasi pada diri seseorang dalam hubungannya
merupakan salah satu faktor yang membuat dengan objek stimulus. Dengan demikian persepsi
kurangnya partisipasi masyarakat dalam merupakan gambaran arti atau interpretasi yang
membuang sampah pada tempatnya. Tingkat bersifat subjektif, Artinya persepsi sangat
ketersediaan sarana prasarana berhubungan bergantung pada kemampuan dan keadaan diri
dengan partisipasi masyarakat dalam penyelesaian yang bersangkutan. Persepsi adalah proses
sampah secara langsung maupun tidak langsung. mengorganisasikan dan memberikan arti terhadap
Apabila jumlah tong sampah tidak tersedia atau informasi yang diterima melalui panca indera
kurang memadai, maka membuat individu sehingga seseorang mampu mengidentifikasi
membuang sampah sembarangan. Terkait hal objek dan situasi di sekitarnya atau
tersebut penelitian Wibisono dan Dewi (2014) lingkungannya (Dahama & Bhatnagar 1980).
menemukan hasil bahwa kurangnya sarana Persepsi terbentuk oleh pengetahuan, pendidikan,
prasarana seperti tempat sampah di pinggir jalan dan pengalaman seseorang terhadap simbol-
menjadikan masyarakat tidak berpartisipasi aktif simbol, pesan, atau informasi yang diterima.
membuang sampah pada tempatnya. Perilaku Persepsi dapat diartikan sebagai pengalaman
membuang sampah sembarangan tersebut tidak tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan
ada hubungannya dengan status sosial ataupun yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
tingkat pendidikan. Tingkat ketersediaan sarana dan menafsirkan pesan (Rakhmat 2002).
prasarana merupakan alat pendukung dalam Persepsi masyarakat terhadap tata kelola
partisipasi masyarakat melaksanakan kegiatan bank sampah sangat penting untuk melihat
bank sampah. Tingkat dukungan pemerintah dan produktivitas kerja dari pengelola bank sampah.
swasta berperan penting terhadap partisipasi Persepsi yang dihasilkan setiap orang dapat
nasabah dalam pengelolaan sampah. Hasil berbeda untuk stimuli yang sama. Perbedaan
penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi et al. persepsi bisa terjadi karena terdapat prinsip dasar
(2010) membuktikan bahwa peran serta dalam proses pembentukan persepsi, yaitu: (1)
pemerintah daerah mempunyai hubungan yang perspektif perilaku, merupakan tingkah laku
kuat dengan pengelolaan sampah di Kota manusia dari hasil belajar meniru perilaku orang
Tembilahan. lain dengan mengamati atau hasil observasi (2)
perspektif kognitif, merupakan perilaku sosial
yang melibatkan proses mental dan pengetahuan
(3) perspektif struktural, merupakan
kebiasaan/perilaku individu yang direfleksikan

177
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 15. No. 1 (Mei 2022)

melalui kebiasaan masyarakat atau struktur sosial melakukan pemilahan sampah secara mandiri di
(4) perspektif interaksionis, mengungkapkan rumah tangga. Sampah yang telah dipilah
bahwa perilaku tidak selalu dipengaruhi oleh kemudian dijual ke bank sampah. Pengelolaan
lingkungan atau struktur sosial tetapi manusia sampah mampu mempengaruhi interaksi sosial
juga telah membantu menciptakan budaya antar warga karena adanya penyetoran sampah ke
tersebut (5) interaksi simbolik, mengungkapkan pengelolaan sampah di tingkat RT atau RW dan
bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh kegiatan sosialisasi lainnya. Pemilahan sampah
simbol yang dikeluarkan orang lain, demikian sebelum dibuang ke tempat sampah yang akan
juga perilaku orang lain tersebut (6) diangkut petugas sampah dapat mengurangi
postmodernism, mengungkapkan bahwa sampah yang berserakan di jalan akibat kucing
kepribadian dapat menjadi gaya hidup (7) atau pengangkutan yang terlambat. Adanya
pernyataan harapan, adalah pembentukan pengelolaan sampah memberikan manfaat
harapan-harapan atas dirinya sendiri dan diri kesehatan bagi masyarakat sekitar. Tidak ada
anggota lain, sesuai dengan tugas-tugas yang timbunan sampah tentu meningkatkan nilai
relevan dengan kemampuan mereka, dan harapan- estetik dan kebersihan lingkungan serta
harapan tersebut mempengaruhi gaya interaksi di mengurangi datangnya hewan pembawa penyakit
antara anggota kelompok (8) identitas adalah dari sampah. Hal ini sejalan dengan penelitian
menyangkut identitas sosial tertentu, mis: baik Yuliastuti et al. (2013) yang mengungkapkan
atau jahat, menyenangkan atau tidak bahwa kemauan masyarakat yang tinggi mampu
menyenangkan dll, dan (9) peran, mengungkapkan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
bahwa perilaku ditentukan oleh peran sosial pengelolaan sampah.
(Baron & Byrne 2004). Bank sampah sebagai suatu inovasi dalam
Pengelolaan sampah yang tumbuh dan pengelolaan sampah secara cepat diharapkan
berkembang saat ini sebagai hasil dari partisipasi dapat diterima oleh masyarakat khususnya ibu
masyarakat yang menginginkan adanya perbaikan rumah tangga yang dalam kesehariannya paling
kualitas lingkungan dan peningkatan kualitas dekat berhubungan dengan sampah rumah tangga.
hidup dan sosial. Hasil penelitian Ankesa et al. Keberadaan bank sampah menunjukkan manfaat
(2016) tentang partisipasi kelompok perempuan positif tidak hanya terkait perubahan paradigma
peduli lingkungan dalam penanganan sampah dari membuang menjadi mengelola sampah tapi
menunjukkan hasil bahwa kemauan dan juga pada aspek lain seperti lingkungan,
kemampuan kelompok wanita untuk mengolah kesehatan, ekonomi, sosial bahkan perubahan
limbah adalah faktor yang meningkatkan perilaku masyarakat yang lebih baik. Pengelolaan
partisipasi. Selanjutnya penelitian Permanasari sampah melalui bank sampah tidak akan ada dan
dan Damanhuri (2012) menunjukkan hasil bahwa bertahan ketika masyarakat tidak mau
sistem pengelolaan sampah melalui bank sampah berpartisipasi dalam semua kegiatan yang ada di
dapat diterima dengan baik oleh masyarakat kota bank sampah. Tanpa adanya partisipasi
Bandung. Bank sampah di Kota Bandung dapat masyarakat, maka diduga keberadaan bahkan
mereduksi sampah sebesar 0,417 kg/org/hari. keberlangsungan pengelolaan sampah di bank
Bentuk sosialisasi bank sampah banyak dilakukan sampah tidak akan pernah tercapai. Persepsi
melalui perkumpulan ibu-ibu seperti arisan dan masyarakat mengenai pengelolaan sampah harus
pengajian. terus ditumbuhkembangkan secara berkelanjutan
Persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sehingga perilaku menjaga lingkungan yang
sampah melalui bank sampah mendapatkan bersih dan sehat terus dipelihara.
respon positif. masyarakat merasakan manfaat
ekonomi dari penyerapan tenaga kerja. Hal IV. PENUTUP
tersebut karena pengelolaan sampah dibutuhkan Sampah adalah sisa-sisa bahan yang
tenaga kerja dalam pengangkutan sampah, mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena
pencatatan, dan pengurus bank sampah. telah diambil bagian utamanya atau karena
Masyarakat sudah mengetahui manfaat bank pengolahan dan sudah tidak ada manfaatnya bila
sampah tapi belum berminat menjadi nasabah. ditinjau dari segi sosial ekonomis tidak ada
Manfaat yang dirasakan langsung oleh nasabah harganya, sedangkan dari segi lingkungan dapat
yaitu memberikan tambahan pendapatan bagi menyebabkan pencemaran atau gangguan
rumah tangga. sudah memiliki kesadaran untuk lingkungan. Pengelolaan sampah terdiri atas

178
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 15. No. 1 (Mei 2022)

pengurangan sampah dan penanganan sampah. di bank sampah. Kemudian sampah dijual ke
Pengurangan sampah meliputi mengurangi bandar sampah dan bank sampah mendapatkan
timbunan sampah, mendaur ulang, dan uang dari penjualan yang kemudian
pengelolaan kembali sampah tersebut. Bank didepositokan ke tabungan masyarakat sesuai
sampah didefinisikan sebagai tempat pemilahan dengan harga beli sampah dari masyarakat. Faktor-
dan pengumpulan sampah yang dapat di daur faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi
ulang atau diguna ulang dan memiliki nilai masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui
ekonomi. Masyarakat sebagai penghasil sampah bank sampah adalah karakteristik individu
tergabung dalam bank sampah dan melakukan masyarakat bank sampah, dukungan lingkungan
aktivitas pengumpulan, pemilahan, dan bank sampah dan persepsi masyarakat terhadap
penabungan sampah anorganik bernilai ekonomi tata kelola Bank sampah.

REFERENSI

Ankesa H, Amanah S, Asngari PS. 2016. Partisipasi kelompok perempuan peduli lingkungan dalam
penanganan sampah di Sub DAS Cikapundung, Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan. 12 (2):105-113.
Aryenti. 2011. Peningkatan peran serta masyarakat melalui gerakan menabung pada bank sampah di
Kelurahan Babakan Surabaya, Kiaracondong, Bandung. Jurnal Permukiman. 6(1) : 40-46.
Asteria D, Heruman H. 2016. Bank sampah sebagai alternatif strategi pengelolaan sampah berbasis
masyarakat di Tasikmalaya. Jurnal Manusia dan Lingkungan. 23(1):136-141.
Baron R.A, Byrne, D. (2004). Psikologi Sosial.Edisi ke-10. Jakarta [ID]. Erlangga.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2018b. Statistik Lingkungan Hidup Indonesia. Jakarta (ID): BPS.
Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta (ID): EGC.
Dahama OP, Bhatnagar OP. 1980. Educational and Communication for Development. New Delhi: Oxford
and Ibh Publishing Co.
Damanhuri E. 2010. Informal collectors of recyclable waste and used goods in Indonesia. Di dalam:
Kojima M, editor. 3R Policies for Southeast and East Asia. ERIA Research Project Report 2009.
10: 71-101.
Damanhuri E, Padmi T. 2019. Pengelolaan Sampah Terpadu Edisi Kedua. Bandung (ID): ITB Press.
Gelbert M, Prihanto D, Suprihatin A. 1996. Buku Panduan Pendidikan Lingkungan Hidup. Konsep
Pendidikan Lingkungan Hidup dan ”Wall Chart”. Malang (ID): VEDC.
Hadiwiyoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta (ID): Yayasan Idayu.
Handayani DS, Budisulistiorini SH, Nuraini MR. 2009. Kajian Nilai Ekonomi Penerapan Konsep Daur
Ulang pada TPA Jatibarang Semarang. Jurnal Presipitasi. 7(2) : 35-44.
Imah LK. 2018. Penyuluhan 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Replace) dan Kegunaan Bank Sampah Sebagai
Langkah Menciptakan Lingkungan yang Bersih dan Ekonomis di Desa Mojowuku Kabupaten
Gresik. Jurnal Pengabdian Masyarakat.3(1): 17-25.
Leeuwis C. 2004. Komunikasi untuk Inovasi Pedesaan. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Mardikanto T. 2010. Komunikasi Pembangunan. Surakarta (ID): UNS Press.
Mulyadi, A, Siregar SH, Saam Z. 2010. Perilaku masyarakat dan peran serta pemerintah daerah dalam
pengelolaan sampah di Kota Tembilahan. Jurnal Ilmu Lingkungan.2(3):147-162.
Muntazah S. 2015. Pengelolaan bank sampah sebagai upaya pemberdayaan masyarakat di Bank Sampah
Bintang Mangrove Kelurahan Gunung Anyar Surabaya. E-Journal UNESA. 4(1)1-13.
Nurjannah D, Fitriasari F. 2016. Analisis pengaruh Bank Sampah Malang (BSM) terhadap pendapatan
Masyarakat Kota Malang. Business Management Journal. 12(1). 53-70.
Oswari T, Suryanto DA, Susilowati D. 2006. Potensi Nilai Ekonomis Pengelolaan Sampah di Kota Depok.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 11(2) : 59-69.
[PERMEN] Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012
[PERMEN] Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012
[PERMEN] Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014.
PT Unilever Indonesia Tbk. 2013. Buku Panduan Sistem Bank Sampah Unilever dan 10 Kisah Sukses.
Jakarta (ID) : PT Unilever Indonesia Tbk.

179
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 15. No. 1 (Mei 2022)

Purba HD, Meidiana C, Adrianto DW. 2014. Waste Management Scenario through Community Based
Waste Bank: A Case Study of Kepanjen District, Malang Regency, Indonesia. International
Journal of Environmental Science and Development. 5(2): 212-216.
Purwanti WS, Sunartono, Haryono BS. 2015. Perencanaan bank sampah dalam rangka pemberdayaan
masyarakat di Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. Jurnal Reformasi. 5(1):149-159.
Rakhmat, J. 2002. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Jakarta (ID): Remaja Rosdakarya.
Riswan, Sunoko HR, Hadiyarto A. 2011. Pengelolaan sampah rumah tangga di Kecamatan Daha Selatan.
Jurnal Ilmu Lingkungan. 9 (1): 31-39.
Rogers EM, Shoemaker FF. 1971. Communication of Innovation: A Cross Cultural Approach. New York
(US): A Division of The Macmillan Company.
Sawerah S., Muljono P, Tjitropranoto P. 2016. Partisipasi masyarakat dalam pencegahan kebakaran lahan
gambut di Kab Mempawah Kalbar. Jurnal Penyuluhan. 12 (1): 89-102.
Scott, W. R. D. (2013). Institutions and Organizations_ Ideas, Interests, and Identities. SAGE Publication
Ltd.
Setyaningrum I. 2015. Karakteristik peningkatan pengelolaan sampah oleh masyarakat melalui bank
sampah. Jurnal Teknik PWK. 4 (2): 185-196.
Shentika PA. 2016. Pengelolaan Bank Sampah di Kota Probolinggo. Jurnal Ekonomi dan Studi
Pembangunan. 8(1): 33-42.
Slamet M. 2001. Paradigma baru penyuluhan pertanian di era otonomi daerah. Makalah Seminar.
Tasikmalaya, Jawa Barat. PERHIPTANI.
Soekanto S. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada.
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Jakarta (ID): UI Press.
Soma S. 2010. Pengantar Ilmu Teknik Lingkungan Seri : Pengelolaan Sampah Perkotaan. Bogor (ID) : IPB
Press.
Sudrajat. 2015. Mengelola Sampah Kota. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Suwerda B. 2012. Bank Sampah (Kajian Teori dan Penerapan). Yogyakarta [ID]: Pustaka Rihana.
Suryani AS. 2014. Peran bank sampah dalam efektivitas pengelolaan sampah (studi kasus Bank Sampah
Malang). Jurnal Aspirasi. 5(1):71-84.
Suryani. S, Wijayanti DR. 2014. Waste Bank as Community-based Environmental Governance: A Lesson
Learned from Surabaya. Procedia - Social and Behavioral Sciences 184 ( 2015 ) 171 – 179.
Tanod ST, Rengkung MM, Rondobala L. 2014. Partisipasi masyarakat Kec. Madidir terhadap program
pengelolaan sampah Kota Bitung. Sabua. 6 (3): 263-272. ISSN 2085-7020.
Towolioe S, Permana AS, Aziz NA, Ho CS, Pampanga DG. 2016. The Rukun Warga-Based 3Rs and Waste
Bank as Sustainable Solid Waste Management Strategy. Journal of Malaysian Institute of
Planners. 4: 181-196.
Utami, D.B. 2008. Reformulasi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pada Sumbernya Berbasis
Masyarakat. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[UU] Undang-Undang. 2008. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah.
[UU] Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
[UU] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Lingkungan Hidup.
Wardi I Nyoman. 2011. Pengelolaan Sampah berbasis sosial budaya: Upaya mengatasi masalah
lingkungan di Bali. Bumi Lestari Journal of Environment. 11(1) 167-177.
Wibisono AF, Dewi P. 2014. Sosialisasi bahaya membuang sampah sembarangan dan menentukan lokasi
TPA di Dusun Deles Desa Jogoyasan Kec Ngablak. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Seri
Pengabdian Masyarakat.3(1): 21-27.
Wiyanti A. 2017. Kebijakan fiskal dan pembiayaan dalam pengelolaan sampah berkelanjutan di
Indonesia. Di dalam: Parjiono, Samosir AP, Sujai, editor. Kebijakan Fiskal, Perubahan Iklim,
dan Keberlanjutan Pembangunan. Jakarta(ID): PT Gramedia Pustaka Utama. 191-224.
Qodriyatun Nurhayati Sri 2014,. Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Pengelolaan Sampah
Berdasarkan Uu No. 18 Tahun 2008. Jurnal Masalah-Masalah Sosial. 5(1):21-33.

180
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 15. No. 1 (Mei 2022)

Yolarita E. 2011. Pengelolaan Sampah Dengan Prinsip 3R Di Kota Solok [Tesis]. Bandung (ID):
Universitas Padjadjaran.
Yuliastuti IAN, Yasa INM, Jember IM. 2013. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di
Kabupaten Badung. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 2(6):374-393.
Wakkary MZ, Pangeman PA, Rengkung LR. 2015 Analisis kelayakan tempat pemrosesan akhir sampah
Airmadidi Bawah, Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal ASE. 11(3A): 33-34.

181

Anda mungkin juga menyukai