Email : egirizky96@gmail.com
1. PENDAHULUAN
Sampah merupakan sisa limbah dari sebuah aktifitas kehidupan manusia sehari-hari,
dan konsekuensi dari sampah itu adalah terjadinya pencemaran lingkungan disekitar,
timbulnya bebagai macam penyakit yang ditimbulkan. Namun, sampah juga bisa menjadi
sumber rezeki dari segelintir orang yang bisa memanfaatkan limbah sampah tersebut.
Tetapi itu pun kalo kita bisa mengelola sampah itu dengan cara yang baik dan kreatif maka
sampah tersebut tidak akan menjadi limbah yang tidak bermanfaat. Banyak sekali orang-
orang yang mempunyai daya kreatifitas yang sangat tinggi mampu menjadikan limbah
tersebut menjadi sumber penghasilan yang lumayan. Karena, di dalam sampah tersebut
banyak sumber energi yang bisa dihasilkan dan sebenarnya mengelola sampah tidaklah
sulit, ketika kita melakukan kebiasaan negatif membuang sampah sembarangan dan mulai
untuk membuang sampah pada tempatnya sehingga kita sudah mulai terbiasa. Untuk
memulai kebisaan positif tersebut, kita harus mulai dari diri kita sendiri menjadi kepribadian
yang sehat dan bersih. Produksi sampah setiap hari semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah produk dan pola konsumsi masyarakat. Hal yang harus dilakukan
untuk mengatasi paningkatan volume sampah tersebut adalah dengan cara: mengurangi
volume sampah dari sumbernya melalui pemberdayaan masyarakat. Permasalahan dalam
partispasi masyarakat mengenai pengelolaan sampah adalah apa saja bentuk regulasi yang
terkait dengan pengelolaan sampah di lingkungan. (Sulistiyorini, Darwis, & Gutama, 2015)
Dan pada beberapa tahun belakangan ini Kota Bandung menghadapi musibah
sampah. Selain menyebabkan kotor dan tidak sehat bagi kehidupan masyarakat sekitar,
sudah banyak juga orang yang menjadi korban dari sampah ini. Persoalan sampah di Kota
Bandung seakan tidak pernah berhenti dan belum ada ujung dari permasalahan ini. Upaya
pemerintah di mulai dari tingkat kota, dan kabupaten hingga provinsi hanya untuk mengatasi
1
sampah terus berlanjut. Beragam program yang dicanangkan oleh pemerintah tingkat kota
guna untuk membersihkan nama Bandung dari sebutan “kota sampah” terus dilakukan.
Persoalan sampah di Kota Kembang selalu menjadi sorotan berbagai pihak. Setelah
longsornya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah beberapa waktu lalu, limbah
domestik rumah tangga ini menjadi bahan diskusi menarik oleh beberapa kalangan.
Memang, selain menimbulkan korban jiwa, kerugian material, dan juga berdampak buruk
pada lingkungan sekitar. Sampah ini membuat julukan Kota Kembang berubah menjadi
“Bandung Lautan Sampah”.
Alasan utama tidak kunjung terselesaikannya masalah ini adalah lemahnya daya
kelola masyarakat terhadap sampah di lingkungan mereka. Perlu adanya kesadaran dari
masyarakat sekitar untuk mulai bergerak dan menyelesaikan permasalahan sampah hingga
ke akarnya. Terdapat beberapa faktor penyebab belum terselesaikannya permasalahan
sampah di Kota Bandung sebagai salah satu kota besar di Indonesia. Salah satunya adalah
karena kurangnya kesadaran masyarakat yang minim akan pengelolaan sampah yang baik.
Penanganan dari pemerintah yang masih terbatas juga menjadi faktor penyebab belum
terselesaikannya permasalahan sampah ini.2
1
http://pdkebersihan.bandung.go.id
2
T.Q, Dewi. (2007). Penanganan dan Pengolahan Sampah. Jakarta: Penebar Suwadaya.
2
sekitar 60-65% dari total jumlah sampah yang dihasilkan, sisanya dibuang ke sungai,
dibuang sembarangan, atau ditimbun ke dalam tanah.3
Alasan utama tidak kunjung terselesaikannya masalah ini adalah lemahnya daya
kelola masyarakat terhadap sampah di lingkungan mereka. Perlu adanya kesadaran dari
masyarakat sekitar untuk mulai bergerak dan menyelesaikan permasalahan sampah hingga
ke akarnya. Terdapat beberapa faktor penyebab belum terselesaikannya permasalahan
sampah di Kota Bandung sebagai salah satu kota besar di Indonesia. Salah satunya adalah
karena kurangnya kesadaran masyarakat yang minim akan pengelolaan sampah yang baik.
Penanganan dari pemerintah yang masih terbatas juga menjadi faktor penyebab belum
terselesaikannya permasalahan sampah ini.4
Dari gambar diatas sudah terlihat jelas, bahwa komposisi rata-rata sampah di Kota
Bandung terdiri dari 0,2% logam, 57% organik, 7,4% kain, 10,6% kertas, 0,1% B3, 18,5%
plastik/karet, serta 6,2% lain-lain.Artinya, bahwa produksi sampah di Kota Bandung hampir
tiap harinyadidominasi oleh sampah organik yang berasal dari limbah rumah tangga, pasar,
pertokoan, dll.
3
http://pdkebersihan.bandung.go.id
4
T.Q, Dewi. (2007). Penanganan dan Pengolahan Sampah. Jakarta: Penebar Suwadaya.
3
(Sumber : PD kebersihan Kota Bandung)
Dari data yang tertera di atas, terlihat bahwa sampah yang dihasilkan di Kota
Bandung persentasenya cukup tinggi dibanding kabupaten/kota lainnnya yang ada disekitar
wilayah Bandung. Mengingat wilayah Kota Bandung cenderung lebih kecil dari wilayah
lainnya.
1.2 Tujuan
Tujuan umum tentang pembuatan artikel ini adalah bagaimana pembaca mampu
mengetahui tentang masalah sampah dan solusi mengatasi sampah tersebut. Serta agar
selalu ingat akan bahaya yang ditimbulkan oleh sampah dan harus selalu menjaga
kebersihan lingkungan termasuk lingkungan sekolah, lingkungan kampus, tempat umum
maupun lingkungan masyarakat serta tidak membuang sampah sembarangan.
4
2. PENJELASAN
a. Reduce, yaitu meminimalisasi barang atau material yang kita gunakan. Sehingga,
semakin sedikit barang yang kita pergunakan maka semakin sedikit sampah yang
dihasilkan.
b. Reuse, yaitu memilah barang-barang yang masih dapat dipakai kembali. Hal ini
tentu dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum menjadi sampah.
Prinsip ini juga menganjurkan kita untuk tidak memakai barang-barang yang hanya
dapat digunakan sekali pakai.
c. Recycle, yaitu pendaur-ulangan barang-barang yang sudah tidak berguna lagi. Kita
dapat melakukan ini di rumah sendiri dengan menerapkan prinsip-prinsip yang
sederhana dalam pengolahan sampah.
d. Replace, yaitu dengan menggganti barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan
barang yang memiliki frekuensi penggunaan yang lebih tinggi. Dalam hal ini kita
juga harus memilih barang-barang yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, ketika
kita sedang berbelanja, alangkah baiknya kantong kresek itu kita ganti dengan
keranjang belanja atau diganti dengan menggunakan kantong yang ramah
lingkungan, sehingga selain mengurangi sampah kita juga dapat berkontribusi dalam
memelihara lingkungan.(Selomo, Birawida, Mallongi, & Muammar, 2016)
Perda ini membahas tentang ketertiban, kebersihan dan keindahan (K3) di Kota
Bandung. Perda tersebut mengatur tentang ketertiban jalan, fasilitas umum, jalur hijau,
lingkungan, sungai, saluran air, sumber air, penghuni bangunan, tunasosial, anak jalanan,
udara, dan sampah, dengan denda yang di dalamnya menggunakan pengertian biaya
penegakan hukum. Contohnya, bila kita sedang berkendara menggunakan mobil memasuki
wilayah Kota Bandung dan di dalam mobil tersebut tidak ada tong sampah, makakita bisa
dikenakan sanksi denda Rp. 250.000,00 - 500.000,00 rb atau ada seseorang yang dengan
sengaja membuang sampah sembarangan (ke sungai) pelakunya bisa dikenakan sanksi
denda hingga Rp.50.000.000,00 juta. Sanksi tersebut berlaku kepada semua orang yang
memasuki wilayah Kota Bandung.
5
Perda ini dibuat agar masyarakat lebih sadar akan ketertiban terhadap peraturan,
kebersihan Kota Bandung dan tentang keindahan agar masyarakat bisa lebih nyaman
menikmati suasana yang paripurna di Kota Bandung.5
5
Surakusumah, Wahyu.(2007).Permasalahan sampah Kota Bandung dan alternatif solusinya. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
6
Proyek PLTSa ini diprakarsai oleh PT.Bandung Raya Indah Lestari (BRIL), serta
masih mencari dan menyeleksi para investor yang cocok untuk memiliki teknologi kelas
dunia dalam pengelolaan limbah sampah yang ramah lingkungan ini. Karena proses seleksi
investor ini tidak boleh gegabah dan kriteria ini disesuaikan juga dengan kondisi sampah
yang ada dan lingkungan Kota Bandung sendiri. Proyek ini digadang-gadang bisa
mengelola sampah sekitar 700 ton/hari, dimana Pemerintah Kota Bandung telah
menyediakan lahan seluas hampir 20 hektar, 5 hektar untuk pabrik dan sisanya untuk lahan
penghijauan.
Tujuan dari proyek PLTSa ini ialah untuk mengkonversi sampah menjadi energi.
Pada dasarnya ada dua alternatif proses pengolahan sampah menjadi energi, yaitu proses
biologis yang menghasilkan gas-bio dan proses thermal yang menghasilkan panas. Untuk
PLTSa Gedebage sendiri menggunakan proses thermal sebagai proses konversinya,
dimana proses thermal menghasilkan panas yang dapat digunakan untuk membangkitkan
steam yang kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin uap yang dihubungkan
dengan generator listrik, sehingga tidak lagi tergantung kepada salah satu Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) yang ada di wilayah luar Kota Bandung.
PLTSa harus dipahami berbeda dengan TPA. Kalo TPA hanya berfungsi sebagai
tempat pembuangan akhir saja tidak menghilangkan sampah tersebut, sedangkan PLTSa
memusnahkan sekaligus menghilangkan sampah tersebut. PLTSa merupakan pengelolaan
sampah yang ramah lingkungan, maka kebijakan pengelolaan sampah di Kota Bandung
tidak bisa dipisahkan dari upaya membangun lingkungan hidup yang baik dan berkualitas.
Siapapun yang menghuni dan beraktifitas di Kota Bandung bisa merasakan kenyamanan
yang paripurna, bebas dari gangguan sampah. Hal ini disebabkan karena tidak adanya
ruang untuk pembuangan akhir (landfill). Dan solusinya, sampah harus dimusnahkan. Maka
6
http://pdkebersihan.bandung.go.id
7
dari itu, keberadaan PLTSa sangat diperlukan di Kota Bandung. Sebab, PLTSa dengan
pembakaran langsung memusnahkan sampah dengan cepat dan efektif dan menghasilkan
listrik yang hasil penjualannya dapat digunakan untuk menutupi sebagian biaya
operasional.(Monice & Perinov, 2016)
Hal itu juga berlaku untuk pembuatan kompos, terlebih teknologi pembuatan kompos
yang paling modern, paling cepat memerlukan waktu kurang lebih 15 hari. Itu artinya,
memerlukan lahan tetap untuk menampungsemua sampah yang terkumpul selama 16 hari.
Dari semua pertimbangan tersebut PLTSa merupakan salah satu solusi yang mampu
menjawab permasalahan ini. Selain mampu mengurangi jumlah sampah, kebutuhan
masyarakat akan listrik juga bisa terpenuhi. Peran serta masyarakat dapat optimal bila
masyarakat itu sendiri bisa mengelola sampah dirumah masing-masing dengan cara
mengemas sampah dan memisahkan antara sampah basah dan kering atau sampah
organik dan an-organik, sehingga petugas dari PD kebersihan Kota Bandung dapat lebih
efisien dalam mengolah sampah.
8
3. KESIMPULAN
Masalah sampah yang terjadi di Kota Bandung sekarang ini harusnya dapat
terselesaikan dengan cepat dan tidak berlarut-larut. Koordinasi antara pemerintah daerah
kota/kabupaten dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat harus semakin intensif dilakukan,
harus adanya keterpaduan sistem pengelolaan sampah terpadu di kawasan metropolitan
Bandung, sehingga dapat menjadi solusi dari permasalahan sampah yang terjadi saat ini.
Agar semua kebijakan Pemerintah Kota Bandung dapat berjalan lancar dan sukses
dalam menangani permasalahan sampah tersebut, perlu adanya dukungan dan partisipasi
dari masyarakat dan semua pihak. Percuma saja bila semua kebijakan tersebut dibuat
sebagus mungkin, tapi didalamnya tidak ada respon atau peran aktif dari masyarakat dan
semua pihak. Sebenarnya, pemerintah Kota Bandung sudah bekerja keras dalam
menangani permasalahan ini. Sudah banyak sekali kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh
Pemerintah Kota Bandung, mulai dari menerapkan prinsip 4R (Reduce, Reuse, Recycle,
Replace), menerapkan Perda No.11 tahun 2005 tentang ketertiban, kebersihan dan
keindahan (K3) dan menerapkan sanksi denda, hingga rencana pembangunan mega proyek
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) untuk membenahi sampah tersebut dan
menjadi solusi terbaik dalam penanganan permasalahan ini. Semua itu dilakukan agar
masyarakat Kota Bandung khususnya dan para wisatawan dapat menikmati suasana Kota
Bandung dengan tenang, senang, sejuk tanpa adanya gangguan dari bau sampah.
Namun sekali lagi, semua itu harus ada respon dan peran aktif dari masyarakat serta
berbagai pihak, agar semua kebijakan Pemerintah Kota Bandung tersebut dapat terealisasi
demi kenyamanan masyarakat. Perlu adanya dukungan dan kesadaran dari masyarakat
Kota Bandung agar tidak lagi membuang sampah sembarangan. Sehingga, Kota Bandung
bisa terbebas dari permasalahan sampah yang sudah menghantui dari beberapa tahun
belakangan ini, dan Kota Bandung bisa dijuluki kembali sebagai “Kota Kembang” bukan lagi
“lautan sampah”.
9
DAFTAR PUSTAKA
Journal :
Monice, & Perinov. (2016). Analisis Potensi Sampah Sebagai Bahan Baku Pembangkit
Listrik Tenaga Sampah (Pltsa) Di Pekanbaru. Jurnal Sain, Energi, Teknologi & Industri,
1(1), 9–16. Retrieved from https://ejurnal.unilak.ac.id/index.php/SainETIn
Selomo, M., Birawida, A. B., Mallongi, A., & Muammar, M. (2016). Bank Sampah Sebagai
Salah Satu Solusi Penanganan Sampah Di Kota Makassar. Media Kesehatan
Masyarakat Indonesia, 12(4), 232–240. https://doi.org/10.30597/MKMI.V12I4.1543
Sulistiyorini, N. R., Darwis, R. S., & Gutama, A. S. (2015). Partisipasi Masyarakat Dalam
Pengelolaan Sampah Di. Share Social Work, 5(1), 71–80.
Website :
http://bplhbandung.com
http://pdkebersihan.bandung.go.id
10