Anda di halaman 1dari 22

BAB.

I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Masalah sampah bukan lagi sekadar masalah kebersihan dan
lingkungan saja, tetapi sudah menjadi masalah sosial yang berpotensi
konflik dan sudah menjadi polemik yang terjadi hampir di setiap
daerah di Indonesia. Sebagian besar kota di Indonesia baik kota besar
maupun kota kecil tidak memiliki penanganan sampah yang baik dan
hanya menggunakan sistem pengolahan yang kuno yakni kumpul –
angkut – buang. Juga terdapat sebuah pengetahuan klasik yang
akhirnya menjadi praktik pembuangan sampah secara terbuka pada
lokasi yang sudah ditentukan yang dikenal dengan sistem pembuangan
Terbuka atau Open Dumping. Praktik ini memiliki kelemahan dan
berakibat fatal terhadap lingkungan dan manusia disekitar lokasi
pembuangan seperti yang terjadi di beberapa daerah di pulau
Jawa.Apabila hal ini tidak dicermati secara baik maka konflik tidak
saja terjadi di pulau Jawa tetapi juga di daerah-daerah diluar pulau
Jawa.
Awalnya orang beranggapan bahwa yang penting punya lahan untuk
membuang sampah ( menumpuk ) saja, tapi seiring perjalanan waktu
lahan yang ada semakin hari semakin sempit sehingga permasalahan
berikut yang akan timbul yakni akan dibuang kemana lagi sampah-
sampah tersebut?
Apabila menggunakan menejemen pengelolaan yang baik tentu saja
semua ini tidak tergantung pada lahan yang tersedia, karena ada
beberapa alternatif pengelolaan sampah tanpa harus membuang dan
menumpuk sampah tersebut, salah satunya dengan menggunakan
prinsip 3R yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yakni
Reuse (memanfaatkan kembali), Reduce (mengurangi) dan (Recycle
daur ulang), selanjutnya sampah yang tidak bisa dimanfaatkan sama
sekali dibakar di Insinerator dan sisanya dibuang ke TPA.
Kegiatan manajemen pengelolaan persampahan di Kabupaten
Ngada yang selama ini dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup

Laporan Akhir Persampahan 1


Kabupaten Ngada telah cukup memberi arti dalam upaya penanganan
persampahan di Kota Bajawa dalam rangka mewujudkan kota Bajawa
yang bersih, indah dan rapih, yang tidak terlepas pula dari peran
tenaga kerja kontrak dan ketersediaan sarana prasarana yang masih
sangat terbatas.
Walaupun demikian, masih banyak terdapat persoalan dan
permasalan sampah yang harus diatasi dan dicari jalan keluar agar
dari waktu kewaktu sampah bukan lagi menjadi momok tapi berubah
menjadi sesuatu yang lebih bernilai ekonomis.

1.2. DASAR HUKUM, TUJUAN DAN MANFAAT DAN RUANG LINGKUP


A. Dasar Hukum
Dasar hukum pengelolaan sampah yang menjadi acuan sebagai
berikut :
1. Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia);
2. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5347);
4. Peraturan Daerah Kabupaten Ngada Nomor 11 Tahun 2016
tentang Pengelolaan Sampah;
5. SNI 19-3983-1995 tentang Spesifikasi Timbulan Sampah untuk
Kota Kecil dan Sedang di Indonesia;
6. SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional
Pengelolaan Sampah Perkotaan.

Laporan Akhir Persampahan 2


B. Tujuan dan Manfaat
Tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai bentuk
pertanggungjawaban Bidang Persampahan terhadap pelaksanaan
program dan kegiatan Bidang Persampahan pada Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Ngada.

Sedangkan manfaat penyusunan laporan ini adalah :


1. Umpan balik untuk perbaikan ke depan guna peningkatan
kinerja Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Ngada secara
khusus Bidang Persampahan;
2. Mengetahui dan menilai keberhasilan dan kegagalan dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab instansi

C. RUANG LINGKUP
Kecamatan Bajawa merupakan salah satu kecamatan dari
12 (dua belas) kecamatan yang ada di Kabupaten Ngada dengan
22 (dua puluh dua) kelurahan dan desa yang termasuk
didalamnya dengan pusat ibu kota adalah Bajawa. Terkait
pelayanan persampahan, mengingat keterbatasan sarana
prasarana dan tenaga kebersihan maka pelayanan persampahan
masih terbatas pada wilayah kota Bajawa dan wilayah-wilayah
seputar kota Bajawa.

1.3 GAMBARAN UMUM


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Sampah
Menurut Slamet (2004) sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan
taraf hidup masyarakat.
Beberapa faktor yang penting antara lain :
a. Jumlah Penduduk Dapat dipahami dengan mudah bahwa
semakin banyak penduduk semakin banyak pula sampahnya.
Pengelolaan sampah pun berpacu dengan laju pertambahan
penduduk.

Laporan Akhir Persampahan 3


b. Keadaan sosial ekonomi Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi
masyarakat, semakin banyak jumlah perkapita sampah yang
dibuang. Kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak
dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung
pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta
kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan.
Kenaikan kesejahteraan ini pun akan meningkatkan kegiatan
konstruksi dan pembaharuan bangunan- bangunan, transportasi
pun bertambah, dan produk pertanian, industri dan lain-lain akan
bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis
sampah.
c. Kemajuan Teknologi Kemajuan teknologi akan menambah jumlah
maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang
semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang
semakin beragam pula.
d. Tingkat pendidikan Menurut Hermawan (2005) Untuk
meningkatkan mutu lingkungan, pendidikan mempunyai peranan
penting karena melalui pendidikan, manusia makin mengetahui
dan sadar akan bahaya limbah rumah tangga terhadap
lingkungan, terutama bahaya pencemaran terhadap kesehatan
manusia dan dengan pendidikan dapat ditanamkan berpikir kritis,
kreatif dan rasional. Semakin tinggi tingkat pendidikan selayaknya
semakin tinggi kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam
pengelolaan sampah.

Data Ngada Dalam Angka Tahun 2020 menunjukan bahwa jumlah


penduduk Kabupaten Ngada sebanyak 163.217 jiwa yang tersebar
di 12 Kecamatan. Kepadatan penduduk rata-rata di kabupaten
ngada adalah 100,69 jiwa perkm2. Secara khusus di Kecamatan
Bajawa sebagai pusat pemerintahan yang terdiri dari 22 Kelurahan
dan Desa dengan penduduk sejumlah 37.697 jiwa dan kepadatan
penduduk sekitar 301,88 jiwa per km2. Luas Wilayah administratif
Kecamatan Bajawa 137, 36 km2 sedangkan luas wilayah yang

Laporan Akhir Persampahan 4


mendapat pelayanan kebersihan 78,33 km2. Dari gambaran di atas
terlihat bahwa jangkauan pelayanan persampahan belum
mencakup seluruh wilayah Kabupaten Ngada dan masih terbatas
pada wilayah Kecamatan Bajawa dan sebagian Kecamatan Golewa
Barat. Di Kecamatan Bajawapun belum seluruh wilayah terlayani
namun masih terbatas di pusat kota dan wilayah-wilayah seputar
kota Bajawa.
Data Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Ngada menunjukan
bahwa timbulan sampah yang ada di Kabupaten Ngada mencapai
408,04 m3/hari dan secara khusus di wilayah pelayanan (9
kelurahan dan 5 desa ) mencapai 76,35 m3/hari dengan
kemampuan pengangkutan sampah dari TPS menuju TPA sebesar
76 m3/hari Jumlah sampah yang tersisa atau tidak teranggkut ke
TPA sebesar 0,35 m3/hari. Sehingga jika ditotalkan dalam sebulan
(30 hari) maka jumlah sampah yang berserakan dan tidak
terangkut ke TPA mencapai 10 m3/bulan. Hal ini menunjukan
bahwa bahwa sarana dan prasarana pendukung serta petugas
kebersihan yang ada dalam pengelolaan persampahan tersebut
belum memcukupi untuk kebutuhan daerah disamping peran serta
aktif dan prilaku masyarakat yang belum sadar sampah.
Jumlah tenaga kebersihan yang ada sebanyak 66 orang yang
tersebar dalam 4 wilayah kerja yakni di Penata TPU di Tempat
Pemakaman Umum (TPU) Wolobaja sebanyak 3 orang, Penata
Taman di Taman Kota sebanyak 5 orang, Petugas Penyapu Jalan
di jalan- jalan protokol kota Bajawa sebanyak 21 orang, pengemudi
truk sampah serta pembantunya sebanyak 5 orang, Pengemudi
Truk Armroll serta pembantunya sebanyak 4 orang dan
pengendara kendaraan Roda 3 serta pembantunya sebanyak 8
orang, Pengelola TPA Naru sebanyak 5 orang.

Laporan Akhir Persampahan 5


Sarana dan Prasarana persampahan di Kabupaten Ngada tahun
2020 sebagai berikut :
1. Truck Armroll : 2 unit
2. Truk Sampah : 1 unit
3. Kendaraan Roda Tiga : 4 unit
4. Bak Armroll : 16 unit
5. Mesin Potong Rumput : 3 unit

Jika kita mengacu pada SNI 03-3242-1994 tentang Tata Cara


Pengelolaan Sampah Di Pemukiman dimana disebutkan bahwa
kemampuan pelayanan kendaraan truck sampah dengan kapasitas
kendaraan 7 - 10 m 3 adalah sebanyak 10.000 jiwa, maka dengan
jumlah penduduk Kecamatan Bajawa sebesar 37.697 jiwa maka
seharusnya kendaraan Dump Truck yang dibutuhkan sebanyak
minimal 3-4 unit.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Sampah Kenyataan


yang ada saat ini, sampah menjadi sulit dikelola oleh karena
berbagai hal :
1. Pesatnya perkembangan teknologi, lebih cepat dari kemampuan
masyarakat untuk mengelola dan memahami masalah
persampahan
2. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat yang tidak disertai
dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan
3. Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan dan konstruksi di
segala bidang termasuk bidang persampahan
4. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar,
menimbulkan pencemaran air, udara dan tanah, sehingga juga
memper-banyak populasi vector pembawa penyakit seperti lalat
dan tikus
5. Kegagalan dalam daur ulang maupun pemanfaatan kembali
barang bekas juga ketidakmampuan masyarakat dalam
memelihara barangnya sehingga cepat rusak, Ataupun produk

Laporan Akhir Persampahan 6


manufaktur yang sangat rendah mutunya, sehingga cepat
menjadi sampah
6. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai Tempat
Tembuangan Akhir (TPA) sampah, selain tanah serta formasi
tanah yang tidak cocok bagi pembuangan sampah juga terjadi
kompetisi yang semakin rumit akan penggunaan tanah
7. Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa
daerahnya dipakai sebagai tempat pembuangan sampah
8. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan
9. Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk,
karena cuaca yang semakin panas

Laporan Akhir Persampahan 7


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGELOLAAN PERSAMPAHAN


Saat ini, pada umumnya sampah kota Bajawa di buang ke TPA
Naru dan sebagian kecil dibuang ke lingkungan sekitar rumahnya.
Sedangkan sampah di wilayah pedesaan umumnya dibuang ke
lingkungan.
Lokasi TPA di Kabupaten Ngada terletak di Desa Naru Kecamatan
Bajawa dengan luas sekitar 4,9 hektar.
Kapasitas TPA per hari yakni 70,55 m3/hari dan kapasitas TPA per
tahun yakni 25.749,72 m3/tahun.
TPA tersebut dilengkapi fasilitas yang standar untuk sebuah
TPA. Sarana dan prasarana di dalam TPA seperti : pos jaga, kantor,
hangar, alat berat eksavator, pipa pembuangan gas metan, instalasi
pengolahan limbah cair, insenerator, mesin pellet organik. Cara proses
pengolahan sampah di TPA secara controlled landfill, dimana
sampahyang tealh diangkut, dibuang ke sell TPA, kemudian diratakan
oleh eksavator, kemudian dilakukan penimbunan tanah, diratakan lagi
oleh eksavator.
Budaya konsumerisme saat ini mempunyai andil besar dalam
peningkatan jenis dan kwalitas sampah.
Di erah globalisasi para pelaku usaha dan pebisnis bersaing sekeras
mungkin untuk memasarkan produknya , tidak hanya itu tapi mereka
memiliki strategi bisnis dengan mengemas produknya dengan kemasan
yang menarik konsumen. Bervariasinya kemasan produk tersebut
menimbulkan peningkatan jenis dan kwalitas sampah.
Secara umum pengelolaan sampah diperkotaan dilakukan melalui 3
tahapan kegiatan yakni : Pengumpulan, Pengangkutan dan
Pembuangan akhir.
1. Tahap Pengumpulan diartikan sebagai pengelolaan sampah dari
tempat asalnya sampai ketempat pembuangan sementara sebelum
menuju tahapan berikutnya. Pada tahapan ini digunakan sarana

Laporan Akhir Persampahan 8


bantuan berupa tong sampah, bak sampah, peti kemas, gerobak
dorong dan lain-lain. Untuk melakukan pengumpulan umumnya
melibatkan sejumlah tenaga yang mengumpulkan sampah setiap
periode waktu tertentu.
2. Tahap Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan sarana
bantuan berupa alat transportasi tertentu menuju tempat
pemrosesan akhir . Pada tahapan ini juga melibatkan tenaga yang
pada periode waktu tertentu mengangkut sampah dari tempat
pembuangan sampah sementara ke TPA.
3. Pada tahap Pembuangan Akhir sampah akan mengalami
pemrosesan baik secara fisik, kimia maupun biologis sedemikian
hingga tuntas penyelesaian seluruh proses.

Di Kabupaten Ngada, pengelolaan sampah dilakukan sama seperti


tahapan yang digambarkan di atas dan pada tahap terakhir sampah
dibuang ke Lokasi TPA Naru Kecamatan Bajawa yang berjarak kurang
lebih 6 Km dari pusat kota Bajawa. Walaupun demikian masih juga
terdapat penanganan sampah yang tidak benar yakni : dibuang ke
saluran air, dibakar, ditumpuk dipinggir jalan, dibuang ke kebun
dibelakang rumah dan sebagainya.
Penanganan sampah di TPA Naru Kecamatan Bajawa
menerapkan metode controlled landfill yaitu sampah dibuang pada
areal lahan yang luas dan kemudian ditutup dengan tanah sehingga
lahan ini menjadi lapisan-lapisan yang tersusun bergantian oleh tanah
dan sampah.
Sistem ini merupakan gabungan sistem pengalihan open dumping dan
sanitary landfill yakni dengan penutupan sampah dengan lapisan
tanah yang dipadatkan atau setelah mencapai periode tertentu.
Lahan controlled landfill, ini dinyatakan aman serta dapat digunakan
kembali untuk perumahan atau tempat aktifitas lainnya setelah
ditutup kurang lebih 30 tahun. Metode pembuangan sampah seperti
ini dianggap yang berwawasan lingkungan karena tidak menyebabkan
bau. Hanya saja aplikasi metode pembuangan sampah di TPA yang

Laporan Akhir Persampahan 9


betul-betul sesuai aturannya, jarang sekali dilakukan. Hal ini
disebabkan oleh kendala biaya yang besar untuk penyediaan alat berat
dan oprasionalnya. Denganmetode ini, akan berhadapan dengan daya
tampung maksimum dari lahan yang digunakan. Jika lahan TPA-nya
sudah penuh maka harus dicara lahan baru untuk pengganti lahan
yang telah penuh tadi; dan begitu seterusnya.
Biaya pengelolaan persampahan dalam kota Bajawa bersumber dari
APBD II dengan biaya sebesar Rp. 2.092.390.270,-

Berdasarkan potret pengelolaan sampah yang ada sekarang ini,


beberapa indikasi permasalahan muncul yang disebabkan oleh :
1. Sampah yang bercampur antara basah dan kering, sehingga sangat
sulit untuk dimanfaatkan kembali. Meskipun sampah basah bisa
dibuat kompos, tetapi jika telah bercampur dengan sampah
berbahaya seperti batu baterai, pembalut wanita, atau jenis jenis
kimia lainnya maka kualitas kompos yang dihasilkan akan rendah.
2. Akibat tidak adanya partisipasi masyarakat maka petugas
kebersihan yang dikerahkan oleh pemerintah kota menjadi tidak
berimbang antara jumlah petugas dengan jumlah sampah yang
harus ditangani.
3. Kapasitas TPA yang terbatas, sementara jumlah sampah setiap hari
terus menerus masuk ke TPA dan hanya sebagian kecil saja yang
dapat direduksi oleh pemulung. Pada suatu saat TPA akan tidak
sanggup lagi menampung sampah kota yang dibuang oleh
masyarakat. Ketika TPA tidak beroperasi dalam beberapa hari saja,
maka dapat dibayangkan bagaimana sampah kota akan menumpuk
dan tersebar dimana-mana.
4. Biaya operasional pengangkutan sampah dari TPS menuju TPA yang
terus menerus meningkat seiring dengan kenaikan harga bahan
bakar dan ditambah lagi perlunya biaya operasional untuk merawat
armada-armada pengangkut sampah.
5. Tidak ada masyarakat yang mau jika lingkungannya dijadikan
sebagai tempat pembuangan sampah. Ditambah lagi pada era

Laporan Akhir Persampahan 10


otonomi daerah kesulitan mencari lahan di luar wilayah
administrasinya.

2.2 Timbulan Sampah


Sampah adalah bahan terbuang atau dibuang yang berasal dari
aktivitas manusia maupun alam yang dinilai tidak memiliki nilai
ekonomis. Sampah Kota Bajawa berasal dari rumah tangga, pasar,
perkantoran, rumah sakit, puskesmas, hotel, pertanian, rumah makan,
dan lain-lain. Jumlah sampah domestik di Kota Kepahiang cenderung
meningkat setiap tahun, karena beberapa hal berikut ini :
1. Pola konsumsi masyarakat yang belum berw aw asan lingkungan,
seperti penggunaan kemasan (berupa kertas, kantong plastic,
kaleng dan lainnya) yang bersifat non-biodegradable masih tinggi.
2. Peningkatan jumlah timbulan sampah tidak didukung oleh
pengadaan sarana dan prasarana yang memenuhi persyaratan
teknis.
3. Kurang memadainya pengelolaan sampah di tempat pembuangan
akhir.
4. Belum ada kebijakan yang bersifat menyeluruh dan konsisten
dalam pengelolaan sampah kota dan desa.
5. Petunjuk teknis dalam pengelolaan sampah kota masih belum dapat
diimplementasikan, hal ini dapat dilihat dari belum adanya rencana
induk dalam pengelolaan sampah.
6. Terbatasnya anggaran pengelolaan sampah serta tidak adanya
investasi dalam mendukung pengelolaan sampah kota.
Soedrajat, (2006) menjelaskan bahwa volume sampah yang dihasilkan
per orang per hari sekitar 0,5 kg. Jadi untuk Kota Bajawa yang
berjumlah sekitar 37.697 jiwa akan menghasilkan sampah sebanyak
18.845 kg atau sekitar 18,85 ton per hari; berarti Kabupaten Ngada
yang jumlah penduduknya 163.217 akan menghasilkan sampah
sebanyak 81.609 kg atau sekitar 81,61 ton per hari. Jika sampah yang
dibuang ke TPA 18,85 ton per hari, berarti ada sekitar 62,96 ton
sampah di Kabupaten Ngada yang dibuang ke lingkungan warganya.

Laporan Akhir Persampahan 11


Menurut SNI, 19-3964-1994a, Berat dapat mengukur timbulan
secara langung, dan apabila menggunakan volume sebagai metode
penentuan, maka harus diperhatikan kembali derajat kepadatannya,
atau berat spesifik sampah penyimpanan.
Dikutip dari Standar Nasional Indonesia nomor 19-2454-2002 Tahun
2002, timbulan sampah ialah banyaknya sampah yang timbul dari
masyarakat dalam satuan volume atau berat per kapita perhari, atau
perluas bangunan, atau perpanjang jalan (SNI 19-2454-2002).
Timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah yang
dihasilkan dari jenis sumber sampah di wilayah tertentu per satuan
waktu dan diukur komposisinya.
Timbulan sampah dinyatakan sebagai :
Satuan berat: kg/o/hari, kg/m2/hari, kg/bed/hari dan sebagainya.
Satuan volume: L/o/hari, L/m2/hari, L/bed/hari dan sebagainya.

Sumber Timbulan Sampah


Menurut SNI nomor 19-3983-1995, timbulan sampah terbagi atas dua
bagian besar, yaitu sumber timbulan non-perumahan dan sumber
timbulan perumahan. Dari dua sumber timbulan tersebut, dapat dibagi
lagi menjadi spesifikasi timbulan sampah dimaksudkan untuk sebagai
pegangan bagi perencana dan pengelolaan sampah dikota :
a. Sumber sampah non-perumahan: pasar, toko, sekolah, kantor,
tempat ibadah, hotel, restoran, industri, jalan, rumah sakit dan
fasilitas umum lainnya
b. Sumber sampah perumahan : rumah non-permanen, rumah semi
permanen, rumah permanen.

Laporan Akhir Persampahan 12


Besar Timbulan Sampah
Besar timbulan sampah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
berdasarkan klasifikasi kota dan komponen-komponen sumber
sampah (SNI, 19-3983-1995 Tahun 1995).

Tabel 1. Besarnya timbulan sampah berdasarkan klasifikasi kota


SATUAN
N
KLASIFIKASI KOTA VOLUME BERAT
O
(L/orang/hari) (KC/orang/hari)
1 Kota Sedang 2,75 – 3,25 0,70 – 0,80
2 Kota Kecil 2,5 - 2,75 0,625 0,70

2.3 Sampah Terangkut


Pengelolaan sampah di Kota Bajawa diproses di TPA Naru dengan
sistem controlled landfill dimana timbulan sampah harian yang
terkumpul di kota diangkut ke tempat pemrosesan akhir (TPA) tanpa
pengelolaan 3 R (reduce, reuse, recycle) pada sumbernya. Timbulan
sampah ini setiap hari diangkut ke TPA, jumlah sampah yang
terangkut setiap hari 76 m3/hari. Hal ini berarti sampah yang masih
tertumpuk dan belum terangkut setiap harinya sekitar 0,35 m3/hari.
Tidak terangkutnya sampah kota ini ke TPA karena beberapa hal
berikut :
1. Rendahnya kesadaran masyarakat dan sektor swasta membuang
sampah ke dalam tempat sampah yang telah tersedia
2. Sedikitnya tenaga operasional lapangan, seperti kurangnya tenaga
kerja pengangkut/pengumpul sampah
3. Belum cukupnya sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang
tersedia di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Ngada
Bila kondisi ini tidak diatasi, akan terjadi tumpukan-tumpukan
sampah di wilayah kota. Tumpukan sampah yang tidak terangkut ini
berakibat pada menurunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat.
Hal ini diindikasikan antara lain oleh : timbul bau yang tidak sedap,
tercemarnya air tanah oleh air lindi, berkembang biaknya lalat dan
nyamuk. Kondisi ini berakibat pada kesehatan masyarakat karena

Laporan Akhir Persampahan 13


berjangkitnya berbagai penyakit seperti : diare, malaria, sesak napas,
kulit gatal-gatal, dan lain-lain.

2.4 Data Penanganan Persampahan


1. Luas Wilayah Kabupaten :
a. Luas Administratif :
Tabel 2. Luas Administratif Kabupaten
No Kecamatan Jumlah Luas

Penduduk Wilayah

(jiwa) (km2)
1 Aimere 10.452 92,5
2 Jerebuu 7.003 64,9
3 Inerie 6,994 77,36
4 Bajawa 41.305 133,3
5 Golewa 21.058 78,13
6 Golewa Selatan 9,828 98
7 Golewa Barat 10.380 74,59
8 Bajawa Utara 11.281 167,38
9 Soa 14.333 91,14
10 Riung 14.832 327,97
11 Riung Barat 9.092 312,49
12 Wolomeze 6.659 103,19
TOTAL 163.217 1.620,95

b. Luas Wilayah yang mendapat pelayanan kebersihan: Kecamatan


Bajawa dengan 15 Kelurahan/Desa
Tabel 3. Luas Wilayah yang mendapat Pelayanan Kebersihan
No Kelurahan Jumlah Luas
Penduduk Wilayah
(jiwa) (km2)

1 Bajawa 2.841 5,46

2 Faobata 2,544 6,75

3 Tanalodu 2.937 0,72

4 Kisanata 1.521 0,15

Laporan Akhir Persampahan 14


5 Jawameze 1.515 1,56

6 Trikora 2.850 0,30

7 Ngedukelu 2.578 0,32

8 Lebijaga 3.170 0,33

9 Susu 2.403 20

10 Beja 736 30,31

11 Bomari 1.487 4,43

12 Ubedolumolo 1.491 8,12

13 Naru 2.023 8,74

14 Borani 898 7,40

15 Turekisa 1.545 8,40

TOTAL 30.539 78,33

c. Luas Wilayah yang belum mendapat pelayanan kebersihan : 11


Kecamatan selain Kecamatan Bajawa
Tabel. 4 Luas Wilayah yang belum mendapat Pelayanan
Kebersihan
No Kecamatan Jumlah Luas
Penduduk Wilayah
(jiwa) (km2)

1 Aimere 10.452 92,5

2 Jerebuu 7.003 64,9

3 Inerie 6,994 77,36

4 Golewa 21.058 78,13

Laporan Akhir Persampahan 15


5 Golewa Selatan 9,828 98

6 Golewa Barat 10.380 74,59

7 Bajawa Utara 11.281 167,38

8 Soa 14.333 91,14

9 Riung 14.832 327,97

10 Riung Barat 9.092 312,49

11 Wolomeze 6.659 103,19

TOTAL 121.912 1487,65

d. Data Timbulan Sampah Per Hari di Kabupaten Ngada


Table 5. Data Timbulan Sampah Kabupaten
PRODUKSI
SAMPAH
JUMLAH TIMBULAN
N (liter/orang/hari)
KECAMATAN PENDUDUK SAMPAH
O Dikalikan dengan
(jiwa) (m3/hari)
satuan timbulan

sampah : 2,5 l/o/h


1 Aimere 10.452 26.130 26,13

2 Jerebuu 7.003 17.508 17,51

3 Inerie 6,994 17.485 17,49

4 Bajawa 41.305 103.263 103,26

5 Golewa 21.058 52.645 52,65

6 Golewa Selatan 9,828 24.570 24,57

7 Golewa Barat 10.380 25.950 25,95

8 Bajawa Utara 11.281 28.203 28,20

9 Soa 14.333 35.833 35,83

10 Riung 14.832 37.080 37,08

Laporan Akhir Persampahan 16


11 Riung Barat 9.092 22.730 22,73

12 Wolomeze 6.659 16.648 16,65

Total 163.217 408.043 408,04

e. Data Timbulan Sampah Per Hari Pada Area Pelayanan Di


Kecamatan Bajawa
Tabel.6 Data Timbulan Sampah Kota Bajawa
N KELURAHAN/DESA JUMLAH PRODUKSI TIMBULAN
O PENDUDUK SAMPAH SAMPAH
(jiwa) (liter/orang/hari) (m3/hari)
Dikalikan dengan
satuan timbulan
sampah : 2,5 l/o/h
1 Bajawa 2.841 7.103 7,10

2 Faobata 2,544 6.360 6,36

3 Tanalodu 2.937 7.343 7,34

4 Kisanata 1.521 3.803 3,80

5 Jawameze 1.515 3.788 3,79

6 Trikora 2.850 7.125 7,13

7 Ngedukelu 2.578 6.445 6,45

8 Lebijaga 3.170 7.925 7,93

9 Susu 2.403 6.008 6,01

10 Beja 736 3.718 3,72

11 Bomari 1.487 3.728 3,73

12 Ubedolumolo 1.491 5.058 5,06

13 Naru 2.023 2.245 2,25

14 Borani 898 1.840 1,84

Laporan Akhir Persampahan 17


15 Turekisa 1.545 3.863 3,86

Total 30.539 76.348 76,35

Keterangan berdasarkan SNI 19-3983-1995 untuk kota kecil


dengan satuan timbulan sampah sebesar 2,5 liter/orang/hari

f. Data Volume Sampah Terangkut


Tabel 7. Data Volume Sampah Terangkut
NO KENDARAAN JUMLH KAPASITAS JUMLAH
RIT BAK (m3) SAMPAH
TERANGKUT
(m3)
A Kendaraan
1. Truk Armroll 10 6 60
2. Truk Sampah 2 8 16
12 76
B Jumlah sampah yang tidak terangkut per hari :
76,35 m3 – 76 m3 =0,35 m3
C Rasio angkutan pengelolaan sampah = 12 kali/hari

2.5 MODEL PENANGANAN SAMPAH KEDEPAN


Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan
sampah termasuk menetapkan regulasi untuk mengatur prilaku
manusia terkait sampah. Dalam UU RI No. 18 Tahun 2008, dikatakan
bahwa permasalahan sampah mencakup banyak aspek, oleh karena
itu pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan
terintegrasi dengan inovasi‐inovasi baru yang lebih memadai ditinjau
dari segala aspek, baik itu aspek sosial, aspek ekonomi maupun aspek
teknis dari hulu sampai ke hilir agar memberikan manfaat secara
ekonomi, sehat bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku
masyarakat, artinya penanganan sampah perlu dilakukan sejak dari
sumbernya.

Laporan Akhir Persampahan 18


Sampah adalah bagian dari kehidupan, kita tidak mungkin
membersihkan atau meniadakan 100 % sampah, oleh karena itu perlu
dicari solusi atau jalan keluar agar sampah tidak menumpuk dan
menjadi ancaman bagi kehidupan manusia.
Pengolahan sampah dengan konsep 3R (Reuse, Reduce dan Recyle)
merupakan metode yang sangat dianjurkan karena dalam prosesnya
terjadi pengurangan sampah mulai dari sumber sampah.
Pengelolaan sampah dengan konsep 3R ini bertujuan untuk
mengurangi sampah sejak dari sumbernya, mengurangi pencemaran
lingkungan, memberikan manfaat kepada masyarakat, serta dapat
mengubah perilaku masyarakat terhadap sampah. Konsep 3R ini
sebenarnya sangat sederhana dan mudah dilaksanakan, tetapi sulit
implementasinya. Karena keberhasilan konsep 3R ini sangat
ditentukan oleh partisipasi masyarakat dengan mengubah perilakunya
yang pada umumnya dipengaruhi oleh karakter sosial budaya dan
karakter sosial ekonomi yang mewarnai kehidupan masyarakat. Untuk
itu, diperlukan perubahan paradigma dalam pengelolaan sampah
mulai dari sekarang. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan
sampah adalah salah satu faktor kunci untuk menanggulangi
persoalan sampah perkotaan.

2. 6 PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAH TERKAIT PERSAMPAHAN


Tugas Pemerintah Daerah terdiri atas :
a. Menumbuh kembangkan dan meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam pengelolaan sampah.
b. Melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan dan
penanganan sampah.
c. Memfasilitasi, mengembangkan dan melaksanakan upaya
pengurangan, penanganan dan pemanfaatan sampah.
d. Melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan
sarana dan prasarana pengelolaan sampah.
e. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil
pengolahan sampah.

Laporan Akhir Persampahan 19


f. Memfasilitasi penerapak teknologi spesifik lokal yang berkembang
pada masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani
sampah.
g. Melakukan koordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat dan
dunia usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan
sampah.

Tugas Camat dalam pengelolaan sampah dan kebersihan adalah:


a. Mensosialisasikan secara lebih luas kepada masyarakat tentang
Peraturan Daerah Kabupaten Ngada Nomor 11 tahun 2016
tentang Pengelolaan Sampah dan sosialisasi dalam kaitan dengan
kebersihanan dan Keindahan kota
b. Membantu melakukan pemetaan dan pemantauan lingkungan
terhadap produksi sampah dilingkungan masyarakat.
c. Melakukan koordinasi dengan dinas instansi terkait dalam
penanganan dan pengangkutan sampah.
d. Melakukan pengelolaan kebersihan di lingkungan kecamatan dan
kelurahan.

Tugas Lurah dalam pengelolaan sampah dan kebersihan adalah:


a. Melakukan pengelolaan kebersihan di lingkungan di wilayah
kelurahan.
b. Menggerakan dan mengaktifkan peran RT/RW dalam menjaga
kebersihan
c. Menggerakan dan memotifasi masyarakat untuk menghidupkan
kembali Hari Jumad sebagai Jumad Bersih.

Laporan Akhir Persampahan 20


BAB III
PENUTUP

3.1 PENUTUP
Sampah adalah bagian dari kehidupan manusia, kita tidak
mungkin bisa meniadakan atau membersihkan sampah 100 persen.
Kunci sukses keberhasilan pengolahan sampah terletak pada peran
serta aktif masyarakat beserta seluruh elemen yang ada.
Besarnya timbunan sampah yang tidak dapat ditangani tersebut
akan menyebabkan berbagai permasalahan baik langsung maupun
tidak langsung bagi masyarakat. Dampak langsung dari penanganan
sampah yang kurang bijaksana diantaranya adalah berbagai penyakit
menular maupun penyakit kulit serta gangguan pernafasan,
sedangkan dampak tidak langsungnya diantaranya adalah bahaya
banjir yang disebabkan oleh terhambatnya arus air karena terhalang
timbunan sampah yang dibuang ke salura iar/got/sungai.
Keterlibatan semua pihak dalam upaya mengurangi sampah
menjadikan program atau konsep 3 R dapat berjalan dengan baik.
Disamping peraturan-peraturan yang telah dibuat, bagaimana
merubah prilaku dan cara kita mengatasi sampah merupakan hal yang
lebih penting agar sampah tidak sampai menjadi bencana yang
merugikan masyarakat.

3.2 SARAN

Laporan Akhir Persampahan 21


Laporan Akhir Persampahan 22

Anda mungkin juga menyukai