Anda di halaman 1dari 24

BUPATI NGADA

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN BUPATI NGADA


NOMOR 39 TAHUN 2017

TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS BAGI PEJABAT NEGARA,
PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH,
PEGAWAI NEGERI SIPIL, PEGAWAI TIDAK TETAP DAN TENAGA SIPIL
LAINNYA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN NGADA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI NGADA,
Menimbang : a. bahwa perjalanan dinas merupakan salah satu bentuk
kegiatan penugasan dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
kemasyarakatan, sehingga perlu diatur pelaksanaannya;
b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10 Ayat (5)
Peraturan Daerah Kabupaten Ngada Nomor 3 Tahun 2017
tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah,
mengamanatkan bahwa standar barang dan standar
kebutuhan ditetapkan oleh Bupati setelah berkoordinasi
dengan Perangkat Daerah terkait;
c. bahwa Peraturan Bupati Ngada Nomor 49 Tahun 2016
tentang Pedoman Pelaksanaan Perjalanan Dinas Bagi
Pejabat Negara, Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Tidak Tetap
dan Tenaga Sipil Lainnya Di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Ngada Tahun Anggaran 2017 dipandang
sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan dan kondisi saat
ini sehingga perlu diganti;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu
menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman
Pelaksanaan Perjalanan Dinas Bagi Pejabat Negara,
Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Tidak Tetap dan Tenaga
Sipil Lainnya di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Ngada;
Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah–daerah Tingkat II Dalam Wilayah
Daerah–daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan
Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 1655);
2. Undang–Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok–
pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana
telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 43 Tahun
1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974 tentang Pokok–pokok Kepegawaian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3890);
3. Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
4. Undang–Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang–Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4400);
6. Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
7. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang–
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara

-2 -
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5887);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 55 Tahun 2008
tentang Tata Cara Penatausahaan dan Penyusunan
Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Serta
Penyampaiannya;
14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012
tentang Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri Bagi
Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetap
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
678);
15. Peraturan Daerah Kabupaten Ngada Nomor 1 Tahun 2008
tentang Pokok–pokok Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2008 Nomor
1 Seri E Nomor 1);
16. Peraturan Daerah Kabupaten Ngada Nomor 3 Tahun 2017
tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran
Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2017 Nomor 3);

-3 -
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN


PERJALANAN DINAS BAGI PEJABAT NEGARA, PIMPINAN DAN
ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH, PEGAWAI
NEGERI SIPIL, PEGAWAI TIDAK TETAP DAN TENAGA SIPIL
LAINNYA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN NGADA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini, yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Ngada.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten
Ngada.
3. Bupati adalah Bupati Ngada.
4. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Ngada.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat
DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Ngada.
6. Pejabat Negara adalah Bupati Ngada dan Wakil Bupati Ngada.
7. Pimpinan dan Anggota DPRD adalah Pimpinan dan Anggota
DPRD Kabupaten Ngada.
8. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Ngada.
9. Asisten Sekretaris Daerah adalah Asisten Sekretaris Daerah
Kabupaten Ngada.
10. Pejabat Eselon II adalah Pejabat Eselon II Lingkup Pemerintah
Kabupaten Ngada.
11. Sekretaris DPRD adalah Sekretaris DPRD Kabupaten Ngada.
12. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang berwenang
menerbitkan dan menandatangani Surat Perintah Tugas dan
Surat Perjalanan Dinas.
13. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.
14. Istri atau suami adalah istri atau suami Bupati Ngada/Wakil
Bupati Ngada.
15. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah PNS
di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Ngada.
16. Calon Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat CPNS
adalah CPNS di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Ngada.
17. Pegawai Tidak Tetap adalah pegawai yang diangkat untuk jangka
waktu tertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan dan
pembangunan yang bersifat teknis profesional dan administrasi
sesuai dengan kebutuhan organisasi dalam kerangka sistem
kepegawaian, yang tidak berkedudukan sebagai pegawai negeri.

-4 -
18. Tenaga Sipil Lainnya adalah mereka yang bekerja pada organisasi
non pemerintah, seperti organisasi sosial politik, organisasi sosial
masyarakat dan sejenisnya, isteri atau suami Pejabat Negara
yang menjalankan tugas pemerintahan, isteri atau suami
dan/atau keluarga yang mendampingi Pegawai Negeri Sipil yang
mendapat izin pengobatan ke luar daerah dan masyarakat yang
kegiatannya dibiayai oleh APBD.
19. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya
disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Ngada.
20. Perjalanan dinas jabatan adalah perjalanan dinas melewati batas
Kabupaten Ngada dan/atau dalam daerah dari tempat
kedudukan semula ke tempat yang dituju, untuk melaksanakan
tugas dan kembali ke tempat kedudukan semula.
21. Perjalanan dinas pindah adalah perjalanan dinas dari tempat
kedudukan yang lama ke tempat kedudukan yang baru
berdasarkan surat keputusan pindah.
22. Perjalanan dinas dalam daerah adalah perjalanan dinas yang
dilakukan dalam wilayah Kabupaten Ngada.
23. Perjalanan dinas luar daerah adalah perjalanan dinas yang
dilakukan ke luar wilayah Kabupaten Ngada.
24. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat
yang mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan
dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
25. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA
adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh Pengguna Anggaran
untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat
mengakibatkan pengeluaran atas beban Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah.
26. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK
adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk mengendalikan
pelaksanaan perjalanan dinas dan/atau tindakan yang dapat
mengakibatkan pengeluaran atas beban Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah.
27. Surat Perintah Tugas yang selanjutnya disingkat SPT adalah
surat perintah kepada Pejabat Negara, Pimpinan dan Anggota
DPRD, Pegawai Negeri Sipil, tenaga Non PNS yang dikeluarkan
oleh pejabat yang berwenang sebagai dasar melakukan
perjalanan dinas.
28. Surat Perjalanan Dinas yang selanjutnya disebut SPD adalah
dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran dan Pejabat Pembuat Komitmen dalam
rangka pelaksanaan dan pengendalian perjalanan dinas.
29. Pelaksana SPD adalah Bupati, Wakil Bupati, Pimpinan dan
Anggota DPRD, Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Tidak Tetap dan

-5 -
Tenaga Sipil Lainnya.
30. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD selanjutnya disingkat
DPA SKPD adalah Dokumen Pelaksanaan Anggaran pada setiap
SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Ngada.
31. Biaya Transportasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk
membayar alat angkut yang digunakan dari tempat kedudukan
sampai tempat tujuan keberangkatan dan kepulangan.
32. Lumpsum adalah suatu jumlah uang yang telah dihitung terlebih
dahulu (pre-calculated amount) dan dibayarkan sekaligus.
33. Biaya Riil adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan bukti
pengeluaran yang sah.
34. Rencana Biaya Perjalanan Dinas adalah rincian kebutuhan biaya
yang akan dikeluarkan pada saat melakukan perjalanan dinas.
35. Perhitungan Rampung adalah perhitungan biaya perjalanan
dinas yang dihitung sesuai kebutuhan riil berdasarkan ketentuan
yang berlaku.
36. Tempat kedudukan adalah lokasi Perangkat Daerah pelaksana
perjalanan dinas.
37. Tempat Tujuan adalah tempat yang menjadi tujuan perjalanan
dinas.
38. Tempat Tujuan Pindah adalah tempat/kota tujuan pindah.
39. Wilayah Kerja adalah wilayah kerja dalam menjalan tugas.
40. Pengumandahan (Datasering) adalah penugasan sementara
waktu.
41. Uang representasi adalah tambahan uang saku kepada Pejabat
Negara, Pimpinan dan Anggota DPRD, Sekretaris Daerah dan
Pejabat Eselon IIB.
42. Biaya sewa kendaraan dalam kota tempat tujuan adalah biaya
yang diberikan untuk sewa kendaraan dalam kota tempat tujuan
untuk perjalanan dinas luar daerah bagi Pejabat Negara dan
Pimpinan DPRD.
43. Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat UP adalah uang
muka kerja dalam jumlah tertentu yang diberikan kepada
Bendahara Pengeluaran untuk membiayai kegiatan operasional
hari kerja, yang tidak dapat dilakukan melalui mekanisme
pembayaran langsung.

BAB II
RUANG LINGKUP PERJALANAN DINAS
Pasal 2
(1) Ruang Lingkup Peraturan Bupati ini meliputi:
a. Prinsip perjalanan dinas;
b. Penggolongan dan maksud perjalanan dinas;
c. Kewenangan menetapkan SPT dan SPD;
d. Biaya perjalanan dinas;
e. Pelaksanaan dan prosedur pembayaran biaya perjalanan
dinas;

-6 -
f. Perjalanan dinas pindah;
g. Pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas;
h. Larangan dan ganti rugi; dan
i. Pengendalian internal;
(2) Perjalanan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan oleh :
a. Bupati dan Wakil Bupati;
b. Pimpinan dan Anggota DPRD;
c. PNS dan CPNS;
d. Pegawai Tidak Tetap; dan
e. Tenaga Sipil Lainnya.

BAB III
PRINSIP PERJALANAN DINAS
Pasal 3
Perjalanan Dinas dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip
sebagai berikut :
a. selektif, yaitu hanya dilakukan untuk kepentingan yang sangat
tinggi dan prioritas yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pemerintahan;
b. ketersediaan anggaran dan kesesuaian dengan pencapaian
kinerja Perangkat Daerah;
c. efisiensi penggunaan belanja daerah dengan memperhatikan
frekuensi dan jumlah hari yang dibatasi; dan
d. akuntabilitas pemberian perintah pelaksanaan perjalanan dinas
dan pembebanan biaya perjalanan dinas.

BAB IV
PENGGOLONGAN DAN MAKSUD PERJALANAN DINAS
Pasal 4
(1) Perjalanan dinas digolongkan menjadi :
a. Perjalanan dinas jabatan; dan
b. Perjalanan dinas pindah.
(2) Perjalanan dinas jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a merupakan perjalanan dinas dari tempat kedudukan ke
tempat yang dituju dan kembali ke tempat kedudukan semula.
(3) Perjalanan dinas pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b merupakan perjalanan pindah/alih tugas dari tempat
kedudukan dalam wilayah Daerah ke tempat yang dituju untuk
menduduki jabatan baru di dalam atau di luar negeri.
(4) Perjalanan dinas jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri dari :
a. Perjalanan dinas dalam daerah; dan
b. Perjalanan dinas luar daerah.
(5) Perjalanan Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a
yaitu perjalanan dinas ketempat tujuan:

-7 -
a. dengan jarak dari tempat kedudukan sampai 6 (enam)
kilometer, tidak menginap serta dari Kecamatan ke Desa;
b. dengan jarak dari tempat kedudukan lebih dari 6 (enam)
kilometer;
(6) Perjalanan Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b
yaitu perjalanan dinas keluar daerah di dalam wilayah Negara
Republik Indonesia dan/atau di luar Negara Republik Indonesia.

Pasal 5
Perjalanan dinas dilakukan dalam rangka :
a. melaksanaan tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan tertentu;
b. mengikuti rapat, evaluasi, seminar, bimbingan teknis, sosialisasi,
work shop dan pendidikan dan/atau pelatihan;
c. pengumandahan (Detasering);
d. melaksanakan tugas untuk menempuh ujian dinas/ujian jabatan
yang diadakan di luar tempat kedudukan;
e. mengikuti pendidikan dinas di luar tempat kedudukan;
f. menghadap Majelis Penguji Kesehatan Pegawai Negeri atau
menghadap seorang dokter penguji kesehatan yang ditunjuk yang
berada di luar tempat kedudukan untuk mendapatkan surat
keterangan dokter tentang kesehatannya guna kepentingan
jabatan;
g. memperoleh pengobatan di luar tempat kedudukan berdasarkan
surat keterangan dokter karena mendapat cedera pada waktu
melaksanakan tugas;
h. menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman jenazah Pejabat
Negara/Pimpinan dan Anggota DPRD/Pegawai Negeri Sipil yang
meninggal dunia dalam melakukan perjalanan dinas; dan
i. menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman jenazah Pejabat
Negara/Pimpinan dan Anggota DPRD/Pegawai Negeri Sipil yang
meninggal dunia dari tempat kedudukan yang terakhir ke kota
tempat pemakaman.

BAB V
KEWENANGAN MENETAPKAN SPT DAN SPD
Pasal 6
(1) Pelaksanaan perjalanan dinas oleh pelaksana perjalanan dinas
sesuai SPT dan SPD yang ditetapkan oleh pejabat berwenang.
(2) SPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh:
a. Perjalanan dinas dalam daerah:
1. Bupati dan/atau Wakil Bupati untuk perjalanan dinas yang
dilakukan oleh Bupati dan/atau Wakil Bupati dan Sekretaris
Daerah;
2. Pimpinan DPRD untuk perjalanan dinas yang dilakukan oleh
Pimpinan dan Anggota DPRD;

-8 -
3. Sekretaris Daerah untuk perjalanan dinas yang dilakukan
oleh Pejabat Eselon II sebagai pimpinan perangkat daerah
dan Pejabat Eselon III pada Sekretariat Daerah;
4. Asisten Sekretaris Daerah yang membawahi dan
mengkoordinasikan untuk perjalanan dinas yang dilakukan
oleh Pejabat Eselon IV, Staf, Pegawai Tidak Tetap dan Tenaga
Sipil Lainnya pada Sekretariat Daerah; dan
5. Pimpinan Perangkat Daerah untuk perjalanan dinas yang
dilakukan oleh Pejabat Eselon III, Pejabat Eselon IV, Staf,
Pegawai Tidak Tetap dan Tenaga Sipil Lainnya pada
Perangkat Daerah masing-masing;
b. Perjalanan dinas luar daerah:
1. Bupati dan/atau Wakil Bupati untuk perjalanan dinas yang
dilakukan oleh Bupati dan/atau Wakil Bupati, Sekretaris
Daerah dan Pejabat Eselon II;
2. Pimpinan DPRD untuk perjalanan dinas yang dilakukan oleh
Pimpinan dan Anggota DPRD;
3. Sekretaris Daerah untuk perjalanan dinas yang dilakukan
oleh Pejabat Eselon III pada Sekretariat Daerah dan Pejabat
Eselon II apabila Bupati dan/atau Wakil Bupati berhalangan;
dan
4. Pimpinan Perangkat Daerah untuk perjalanan dinas yang
dilakukan oleh Pejabat Eselon III, Pejabat Eselon IV, Staf,
Pegawai Tidak Tetap dan Tenaga Sipil Lainnya pada
Perangkat Daerah masing-masing.
(3) SPT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a angka 3 dan
huruf b angka 3 dapat diterbitkan oleh Asisten Sekretaris
Daerah yang membawahi dan mengkoordinasikan Perangkat
Daerah apabila Bupati, Wakil Bupati dan Sekretaris Daerah
berhalangan.
(4) Kewenangan menetapkan SPT sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat didelegasikan kepada pejabat yang ditunjuk dengan
surat pendelegasian tertulis.
(5) SPT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya
mencantumkan hal-hal sebagai berikut:
a. dasar tugas;
b. pemberi perintah tugas;
c. pelaksana tugas;
d. maksud tugas; dan
e. tempat pelaksanaan tugas.
(6) Bentuk SPT sebagaimana dimaksud pada ayat (5) sesuai format
tercantum dalam Lampiran I dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
(7) SPT sebagaimana dimaksud pada ayat (6) menjadi dasar
penerbitan dan penetapan SPD.
(8) SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (7) ditetapkan oleh:

-9 -
a. Perjalanan dinas dalam daerah:
1. Bupati dan/atau Wakil Bupati untuk perjalanan dinas yang
dilakukan oleh Bupati dan/atau Wakil Bupati;
2. Pimpinan DPRD untuk perjalanan dinas yang dilakukan
oleh Pimpinan dan Anggota DPRD;
3. Sekretaris Daerah untuk perjalanan dinas yang dilakukan
oleh Sekretaris Daerah dan Pejabat Eselon II pada
Sekretariat Daerah;
4. Pimpinan Perangkat Daerah untuk perjalanan dinas yang
dilakukan oleh Pejabat Eselon II, Pejabat Eselon III dan
Pejabat Eselon IV, Staf, Pegawai Tidak Tetap dan Tenaga
Sipil Lainnya pada Perangkat Daerah masing-masing;
5. Kepala Bagian pada Sekretariat Daerah untuk perjalanan
dinas yang dilakukan oleh Pejabat Eselon III, Pejabat Eselon
IV, Staf, Pegawai Tidak Tetap dan Tenaga Sipil Lainnya pada
Bagian masing-masing; dan
6. Kepala UPTD/Kepala Sekolah untuk Pejabat Non Struktural
dan Pegawai Tidak Tetap pada UPTD/Unit Pendidikan
masing-masing.
b. Perjalanan dinas luar daerah:
1. Bupati dan/atau Wakil Bupati untuk perjalanan dinas yang
dilakukan oleh Bupati dan/atau Wakil Bupati dan
Sekretaris Daerah;
2. Pimpinan DPRD untuk perjalanan dinas yang dilakukan
oleh Pimpinan dan Anggota DPRD;
3. Sekretaris Daerah untuk perjalanan dinas yang dilakukan
oleh Sekretaris Daerah apabila Bupati dan/atau Wakil
Bupati berhalangan, Pejabat Eselon II dan Pejabat Eselon
III pada Sekretariat Daerah;
4. Asisten yang membawahi dan mengkoordinasikan untuk
perjalanan dinas yang dilakukan oleh Pejabat Eselon IV,
Staf, Pegawai Tidak Tetap dan Tenaga Sipil Lainnya pada
lingkup Sekretariat Daerah; dan
5. Pimpinan Perangkat Daerah untuk perjalanan dinas yang
dilakukan oleh Pejabat Eselon II, Pejabat Eselon III dan
Pejabat Eselon IV, Staf, Pegawai Tidak Tetap dan Tenaga
Sipil Lainnya pada Perangkat Daerah masing-masing.
(9) SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dapat diterbitkan
oleh Asisten Sekretaris Daerah yang membawahi dan
mengkoordinasikan Perangkat Daerah apabila Sekretaris
Daerah berhalangan.
(10) SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (9) sekurang-kurangnya
mencantumkan hal-hal sebagai berikut:
a. pemberi tugas;
b. pelaksana tugas;
c. maksud tugas;
d. alat angkutan yang dipergunakan;

- 10 -
e. tempat kedudukan dan tujuan pelaksanaan tugas;
f. waktu pelaksanaan tugas;
g. pengikut; dan
h. pembebanan anggaran;
(11) Pengikut sebagaimana dimaksud pada ayat (10) huruf g adalah
pelaksana perjalanan dinas yang ditetapkan pejabat berwenang
dalam SPT, yaitu:
a. Istri atau suami pelaksana tugas yang mendampingi
pelaksana tugas yang karena jabatan harus didampingi
dalam pelaksanaan perjalanan dinas jabatan; dan
b. Pejabat Eselon III, Pejabat Eselon IV, Pejabat Fungsional,
Staf, Pegawai Tidak Tetap dan Tenaga Sipil Lainnya pada
Perangkat Daerah sebagai pelaksana tugas, yang
melakukan perjalanan dinas sebagai satu kesatuan tim
kerja dengan maksud, alat angkutan, tempat kedudukan
dan tujuan, waktu pelaksanaan tugas yang sama.
(12) Pengendalian pelaksanaan perjalanan dinas dilaksanakan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen yang ditunjuk oleh PA/KPA
dan/atau dilaksanakan oleh PA/KPA yang sekaligus bertindak
sebagai PPK.
(13) Kewenangan pengendalian dilaksanakan dengan:
a. mengesahkan tanggal berangkat;
b. memeriksa keabsahan pengesahan di tempat tujuan
pelaksanaan tugas dan waktu pelaksanaan tugas; dan
c. mengesahkan tanggal tiba di tempat kedudukan.
(14) Bentuk SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (10) dan ayat
(13) sesuai format tercantum dalam Lampiran II dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Bupati ini.
(15) Dalam hal pejabat berwenang akan melakukan perjalanan
dinas, SPT dan SPD ditandatangani oleh:
a. atasan langsung sepanjang pejabat berwenang berada pada
satu tempat kedudukan yang sama dengan atasan
langsung; dan
b. dirinya sendiri dalam hal pejabat tersebut merupakan
pejabat tertinggi pada tempat kedudukannya.
(12) Pelaksanaan perjalanan dinas dalam daerah yang dilakukan
pada hari Senin sesuai hari kerja dilakukan setelah mengikuti
apel kekuatan kecuali perjalanan dinas ke Kecamatan Riung
dan Kecamatan Riung Barat.
(13) Dalam hal pengawas sekolah, kepala sekolah, guru, dan unsur
staf pada Sekolah-sekolah negeri yang melakukan perjalanan
dinas dalam wilayah Kabupaten Ngada yang dibiayai dari
APBD, maka SPT dan SPD ditandatangani oleh Kepala Sekolah
masing-masing sebagai KPA.
(14) Dalam hal pengawas sekolah, kepala sekolah, guru dan unsur
staf pada Sekolah-sekolah negeri yang melakukan perjalanan

- 11 -
dinas ke luar wilayah Kabupaten Ngada yang dibiayai dari
APBD, maka SPT dan SPD ditandatangani oleh Kepala Dinas
yang melaksanakan tugas pokok dan fungsi di bidang
pendidikan atau pejabat yang mewakili berdasarkan surat
penunjukan.

BAB VI
BIAYA PERJALANAN DINAS
Bagian Kesatu
Komponen Biaya Perjalanan Dinas
Pasal 7
(1) Perjalanan dinas jabatan terdiri atas komponen-komponen
sebagai berikut :
a. uang harian;
b. uang representasi;
c. uang sewa kendaraan atau uang taksi kota;
d. biaya penginapan;
e. biaya transportasi; dan
f. biaya pemetian dan angkutan jenazah.
(2) Uang harian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. uang makan;
b. uang transportasi lokal; dan
c. uang saku.
(3) Uang representasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
diberikan kepada Bupati, Wakil Bupati, Pimpinan dan Anggota
DPRD, Sekretaris Daerah, dan Pejabat Eselon II lainnya.
(4) Uang sewa kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c diberikan kepada Bupati, Wakil Bupati dan Pimpinan DPRD
untuk perjalanan dinas luar daerah dalam Provinsi NTT dan luar
Provinsi NTT yang digunakan untuk biaya kendaraan dari tempat
kedudukan ke bandar udara/pelabuhan/terminal/stasiun
tempat keberangkatan dan dari bandar udara/
pelabuhan/terminal/stasiun tempat kedatangan ke penginapan
serta transportasi lokal.
(5) Uang taksi kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
diberikan kepada Sekretaris Daerah, Anggota DPRD, Pegawai
Negeri Sipil, Pegawai Tidak Tetap dan Tenaga Sipil Lainnya untuk
perjalanan dinas luar daerah dalam Provinsi NTT dan luar
Provinsi NTT, yang digunakan untuk biaya kendaraan dari tempat
kedudukan ke bandar udara/pelabuhan/terminal/stasiun
tempat keberangkatan dan dari bandar udara/
pelabuhan/terminal/stasiun tempat kedatangan ke penginapan.
(6) Apabila melakukan perjalanan dinas menggunakan kendaraan
dinas, maka uang sewa kendaraan dan uang taksi kota tidak
dibayar.

- 12 -
(7) Biaya penginapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
merupakan biaya yang diberikan untuk menginap di hotel
dan/atau di tempat penginapan lainnya.
(8) Biaya transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
terdiri atas:
a. Perjalanan dinas dalam daerah yakni biaya transportasi dari
tempat kedudukan sampai tempat tujuan dan sebaliknya dan
merupakan bagian dari uang harian sebagaimana dimaksud
pada ayat (2).
b. Perjalanan dinas luar daerah:
1. biaya yang digunakan dari tempat tujuan keberangkatan
dan kepulangan termasuk biaya tiket, airport tax, boarding
pass dari bandar udara/terminal bus/stasiun/pelabuhan
keberangkatan dan kepulangan; dan
2. retribusi yang dipungut di bandar udara/terminal
bus/stasiun/pelabuhan keberangkatan dan kepulangan;
dan
(5) Khusus untuk keperluan mengantar/menjemput jenazah, selain
biaya sebaimana diatur pada ayat (1) dan ayat (2) pelaksana SPD
diberikan biaya pemetian dan angkutan jenazah sebagai biaya
bagi penjemput dan/atau pengantar dalam rangka
pengruktian/pengurusan pemetian dan angkutan jenazah bagi
Pejabat Negara, Pimpinan dan Anggota DPRD, Pegawai Negeri
Sipil, Pegawai Tidak Tetap Dan Tenaga Sipil Lainnya yang
meninggal saat melaksanakan perjalanan dinas.
(6) Besaran uang harian dan uang representasi perjalanan dinas
dalam daerah tercantum dalam Lampiran III.A dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
(7) Besaran uang harian, uang sewa kendaraan, uang taksi kota,
biaya penginapan, biaya transportasi dan uang representasi
perjalanan dinas luar daerah dalam Provinsi NTT tercantum
dalam Lampiran III.B dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
(8) Besaran uang harian, uang sewa kendaraan, uang taksi kota,
biaya penginapan, biaya transportasi dan uang representasi
perjalanan dinas luar daerah luar Provinsi NTT tercantum dalam
Lampiran III.C dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Bupati ini.
(9) Besaran biaya pemetian dan angkutan jenazah tercantum dalam
Lampiran IV dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.

Pasal 8
Komponen dan rincian biaya perjalanan dinas sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

- 13 -
Bagian Kedua
Klasifikasi Perjalanan Dinas
Pasal 9
(1) Klasifikasi perjalanan dinas ditentukan sebagai berikut :
a. tingkat A untuk Bupati, Wakil Bupati dan Pimpinan DPRD;
b. tingkat B untuk Sekretaris Daerah dan Anggota DPRD;
c. tingkat C untuk Pejabat Eselon IIB;
d. tingkat D untuk Pejabat Eselon III, PNS Golongan IV dan istri
atau suami Bupati/Wakil Bupati;
e. tingkat E untuk Pejabat Eselon IV dan PNS Golongan III; dan
f. tingkat F untuk PNS Golongan II, Golongan I, Pegawai Tidak
Tetap, Tenaga Sipil Lainnya.
(2) Pihak lain yang melakukan perjalanan dinas untuk kepentingan
daerah, diklasifikasikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Penggolongan terhadap pihak lain sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditentukan oleh pejabat yang menetapkan SPT dan SPD
setelah mempertimbangkan aspek kepatutan, tingkat pendidikan
dan tugas yang bersangkutan.

Bagian Ketiga
Ketentuan Pemberian Biaya Perjalanan Dinas
Pasal 10
Pemberian uang harian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(1) huruf a dibayarkan secara lumpsum sesuai jumlah hari perjalanan
dinas atau OH.

Pasal 11
Pemberian uang representasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1) huruf b dibayar secara lumpsum sesuai jumlah hari
perjalanan dinas atau OH.

Pasal 12
(1) Pemberian uang sewa kendaraan sebagaimana dimaksud pada
Pasal 7 ayat (1) huruf c dibayarkan secara lumpsum sesuai jumlah
hari perjalanan dinas atau OH.
(2) Pemberian uang taksi kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1) huruf c dibayarkan sesuai biaya riil sesuai jumlah kali
perjalanan dinas atau OK.

Pasal 13
Pemberian biaya penginapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (7) huruf d berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
a. biaya penginapan dibayarkan secara riil atau at cost dengan
memperhatikan rincian batas tertinggi sebagaiman tercantum
dalam Lampiran III.B dan Lampiran III.C;

- 14 -
b. pelaksana perjalanan dinas yang bertugas mendampingi Bupati
dan Wakil Bupati menggunakan acuan yang sama dengan pejabat
negara yang didampingi; dan
c. dalam hal pelaksana perjalanan dinas tidak menggunakan biaya
penginapan, maka biaya penginapan diberikan sebesar 30% (tiga
puluh persen) dari tarif hotel di tempat tujuan sesuai dengan batas
tertinggi.

Pasal 14
(1) Pemberian biaya transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 ayat (1) huruf e dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. biaya transportasi luar daerah dibayarkan sesuai biaya riil atau
at cost;
b. moda transportasi bagi pelaksana perjalanan dinas luar daerah
harus sesuai dengan rincian batas tertinggi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III.B dan Lampiran III.C;
c. untuk pelaksana perjalanan dinas yang bertugas mendampingi
Bupati dan Wakil Bupati moda transportasi sama dengan
pejabat negara yang didampingi; dan
d. dalam menentukan penggunaan moda transportasi luar daerah,
PA/KPA dan PPK harus memperhatikan efisiensi keuangan,
urgensitas dan efektifitas pelaksanaan kegiatan.
(2) Fasilitas moda transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran VI dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Pasal 15
Pemberian biaya pemetian dan angkutan jenazah sebagaimana
dimaksud pada Pasal 7 ayat (1) huruf f berdasarkan ketentuan sebagai
berikut:
a. biaya pemetian dan angkutan jenazah dibayarkan secara sesuai
biaya riil atau at cost;
b. diberikan selama-lamanya 3 hari di tempat penjemputan jenazah
dan selama-lamanya 3 hari di tempat pemakaman jenazah dalam
hal jenazah tersebut tidak dimakamkan di tempat kedudukan
almarhum/almarhumah yang bersangkutan; dan
c. dalam menentukan penggunaan moda transportasi pengangkutan
jenazah dari dan/atau ke tempat kedudukan almarhum/
almarhumah, PA/KPA dan PPK harus memperhatikan efisiensi
keuangan, urgensitas dan efektifitas pelaksanaan kegiatan.

Pasal 16
(1) Biaya perjalanan dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf b ditanggung oleh panitia penyelenggara.
(2) Dalam hal biaya perjalanan dinas ditanggung oleh panitia
penyelenggara, pelaksana perjalanan dinas diberikan uang harian

- 15 -
dan biaya penginapan untuk 1 (satu) hari sebelum kegiatan dan 1
(satu) hari setelah pelaksanaan kegiatan.
(3) Dalam hal biaya perjalanan dinas tidak ditanggung oleh panitia
penyelenggara, biaya perjalanan dinas dimaksud dibebankan pada
DPA Perangkat Daerah pelaksana perjalanan dinas.
(4) Panitia penyelenggara menyampaikan pemberitahuan mengenai
pembebanan biaya perjalanan dinas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) dalam surat/undangan mengikut rapat,
seminar, bimbingan teknis, sosialisasi, work shop, pendidikan dan
pelatihan dan/atau sejenisnya.

Pasal 17
(1) Dalam hal jumlah hari perjalanan dinas melebihi dari yang
ditetapkan dalam SPT/SPD yang tidak disebabkan oleh
kesalahan/kelalaian pelaksana perjalanan dinas, dapat diberikan
tambahan uang harian, uang sewa kendaraan atau uang taksi kota
dan biaya penginapan.
(2) Tambahan uang harian, uang sewa kendaraan atau uang taksi
kota dan biaya penginapan sebagaimana dimaksud pada pada ayat
(1) dapat dimintakan secara tertulis kepada Pengguna Anggaran
untuk mendapatkan persetujuan dengan melampirkan dokumen
berupa:
a. surat keterangan kesalahan/kelalaian dari Syah Bandar/Kepala
Bandara dan/atau perusahaan jasa transportasi lainnya; dan /
atau
b. surat keterangan perpanjangan tugas dari pemberi tugas dari
pejabat yang menetapkan SPT.
(3) Berdasarkan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
PA/KPA dan PPK membayar biaya tambahan uang harian, uang
sewa kendaraan atau uang taksi kota dan biaya penginapan
kepada pelaksana tugas yang bersangkutan.
(4) Dalam hal jumlah hari perjalanan dinas kurang dari jumlah hari
yang ditetapkan dalam SPT dan SPD, pelaksana perjalanan dinas
harus mengembalikan kelebihan uang harian, uang sewa
kendaraan atau uang taksi kota, biaya penginapan dan biaya
transportasi yang telah diterimanya kepada PPK.
(5) Dalam hal kondisi tertentu yang menyebabkan fluktuasi biaya
transportasi melebihi pagu yang ditetapkan yang mengakibatkan
pelaksana perjalanan dinas harus menanggung kelebihan biaya
transportasi (tiket), maka bendahara dengan persetujuan PA/KPA
dan PPK berkewajiban membayar kelebihan biaya tersebut sesuai
bukti riil yang diajukan pelaksana perjalanan dinas.

Pasal 18
(1) Standar biaya dan jenis fasilitas sebagaimana diatur dalam
Peraturan Bupati ini sebagai batas tertinggi.

- 16 -
(2) Untuk kegiatan perjalanan dinas yang tidak menggunakan jenis
fasilitas dan standar biaya sebagaimana diatur dalam Peraturan
Bupati ini lebih rendah tingkatannya, sifatnya menguntungkan/
tidak merugikan daerah diperbolehkan.

BAB VII
PELAKSANAAN DAN PROSEDUR
PEMBAYARAN BIAYA PERJALANAN DINAS
Bagian Kesatu
Pengajuan Biaya Perjalanan Dinas
Pasal 19
(1) Biaya perjalanan dinas beserta rinciannya dialokasikan dalam DPA
Perangkat Daerah.
(2) Biaya perjalanan dinas dapat dibayarkan sebelum atau sesudah
perjalanan dinas dilaksanakan.

Pasal 20
(1) Pembayaran biaya perjalanan dinas dilakukan melalui mekanisme
pengajuan:
a. Uang persediaan;
b. Ganti Uang Persediaan;
c. Tambahan Uang Persediaan; dan
d. Pembayaran langsung.
(2) Permintaan biaya perjalanan dinas dengan mekanisme
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan oleh
Bendahara Pengeluaran.
(3) Bendahara Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memberikan uang muka kepada pelaksana perjalanan dinas.
(4) Pembayaran uang muka sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
berdasarkan persetujuan pemberian uang muka dari PA/KPA
dengan melampirkan dokumen:
a. SPT;
b. SPD;
c. kuitansi tanda terima uang muka; dan
d. komponen dan rincian biaya perjalanan dinas.

Pasal 21
Tata cara pengajuan tagihan kepada PA/KPA, pengajuan Surat
Permintaan Pembayaran, penerbitan Surat Perintah Membayar oleh
Pejabat Penandatanganan Surat Perintah Membayar dan penerbitan
Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) oleh Bendahara Umum
Daerah sesuai Ketentuan Peraturan Perundang-undangan tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah.

- 17 -
Bagian Kedua
Lamanya Perjalanan Dinas
Pasal 22
(1) Lamanya perjalanan dinas semata-mata untuk kepentingan
jabatan dalam waktu sesingkat-singkatnya.
(2) Lamanya waktu pelaksanaan perjalanan dinas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf b mengikuti lamanya pelaksanaan
kegiatan dan ditambah 1 (satu) hari sebelum dan 1 (satu) hari
sesudah pelaksanaan kegiatan.
(3) Perjalanan dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c
dilaksanakan paling lama 90 (sembilan puluh) hari.
(4) Pelaksanaan perjalanan dinas untuk kegiatan pengawasan oleh
Inspektorat Kabupaten, waktu perjalanan dinas mengikuti
lamanya pelaksanaan pemeriksaan di lokasi atau tempat pada
setiap obyek pemeriksaan.

Pasal 23
(1) Waktu perjalanan dinas yang ditetapkan dalam SPT dan SPD oleh
pejabat berwenang ditentukan menurut kebutuhan, sifat dan jenis
perjalanan dinas.
(2) Waktu perjalanan dinas yang ditetapkan dalam SPT dan SPD dapat
dilaksanakan paling lama:
a. 2 (dua) hari untuk perjalanan dinas dalam wilayah Kabupaten
Ngada yang bertujuan untuk monitoring, pengawasan,
peninjauan dan perjalanan dinas untuk mendampingi
Bupati/Wakil Bupati atau pejabat yang mewakili ke wilayah
Kecamatan dan Desa;
b. 3 (tiga) hari untuk perjalanan dinas ke luar wilayah Kabupaten
Ngada dalam Provinsi Nusa Tenggara Timur pada sedaratan
Pulau Flores dan Lembata;
c. untuk ke ibu kota provinsi, kabupaten sedataran Pulau Sumba,
kabupaten sedataran Pulau Timor, Kabupaten Sabu Raijua,
Kabupaten Alor dan Kabupaten Rote Ndao waktu perjalanan
dinas ditetapkan sebagai berikut :
1. Kegiatan konsultasi dan mengantar laporan, serta kegiatan
bimbingan teknis, sosialisasi dan workshop yang kegiatannya
1 (satu) hari, maka lama perjalanan dinas 3 hari.
2. Kegiatan rapat koordinasi, evaluasi, seminar, bimtek,
sosialisasi, workshop, survey dan studi banding yang
kegiatannya lebih dari 1 (satu) hari, maka lama perjalanan
dinas 4 hari.
d. untuk ke ibu kota negara dan provinsi lainnya waktu perjalanan
dinas ditetapkan sebagai berikut :
1. Kegiatan konsultasi, mengantar proposal dan mengantar
laporan, serta kegiatan bimbingan teknis, sosialisasi dan
workshop yang kegiatannya 1 (satu) hari, maka lama
perjalanan dinas 4 hari.

- 18 -
2. Kegiatan rapat koordinasi, evaluasi, seminar, bimbingan
teknis, sosialisasi, workshop, survey dan studi banding yang
kegiatannya lebih dari 1 (satu) hari, maka lama perjalanan
dinas 6 hari.
(3) Waktu perjalanan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c dan huruf d dikecualikan untuk tingkat perjalanan dinas
A dan B, dengan ketentuan:
a. untuk ke ibu kota provinsi, kabupaten sedataran Pulau Sumba,
kabupaten sedataran Pulau Timor, Kabupaten Sabu Raijua,
Kabupaten Alor dan Kabupaten Rote Ndao waktu paling lama 5
(lima) hari; dan
b. untuk ke ibu kota negara dan provinsi lainnya waktu paling lama
7 (tujuh) hari.
(4) Apabila lamanya perjalanan dinas terjadi di luar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka pembayaran
komponen-komponen biaya perjalanan dinas diatur sebagai
berikut :
a. perjalanan dinas yang memerlukan waktu 7 (tujuh) sampai
dengan 14 (empat belas) hari, dibayar penuh;
b. perjalanan dinas yang memerlukan waktu 14 (empat belas)
sampai dengan 24 (dua puluh empat) hari, dibayar 75 % dari
standar biaya tertinggi; dan
c. perjalanan dinas yang memerlukan waktu 24 (dua puluh empat)
sampai dengan 30 (tiga puluh) hari, dibayar 50 % dari standar
biaya tertinggi.
(5) Untuk tingkat perjalanan dinas A dan B, apabila lamanya
perjalanan dinas terjadi di luar ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), maka pembayaran komponen-komponen biaya
perjalanan dinas diatur sebagai berikut :
a. perjalanan dinas yang memerlukan waktu 8 (delapan) sampai
dengan 14 (empat belas) hari, dibayar penuh;
b. perjalanan dinas yang memerlukan waktu 14 (empat belas)
sampai dengan 24 (dua puluh empat) hari, dibayar 75 % dari
standar biaya tertinggi; dan
c. perjalanan dinas yang memerlukan waktu 24 (dua puluh empat)
sampai dengan 30 (tiga puluh) hari, dibayar 50 % dari standar
biaya tertinggi.
(6) Khusus untuk perjalanan dinas yang dilaksanakan oleh
pengemudi kendaraan dinas untuk mengantar pejabat/tamu,
diatur sebagai berikut :
a. 2 (dua) hari untuk ke Kabupaten Manggarai Timur, Kabupaten
Manggarai, Kabupaten Nagekeo dan Kabupaten Ende; dan
b. 3 (tiga) hari untuk ke Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten
Sikka, Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata.

- 19 -
Pasal 24
(1) Dalam hal terjadi pembatalan pelaksanaan perjalanan dinas diluar
kehendak pelaksana perjalanan dinas, biaya pembatalan
dibebankan pada DPA Perangkat Daerah.
(2) Dokumen pembebanan pembatalan biaya perjalanan dinas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. surat pernyataan pembatalan tugas perjalanan dinas jabatan
dari pejabat yang menetapkan SPT; dan
b. surat pernyataan pembebanan pembatalan tugas perjalanan
dinas jabatan disertai tanda bukti besaran pengembalian uang
harian, uang representasi, uang sewa kendaraan atau uang taksi
kota, biaya penginapan dan biaya transportasi dari perusahaan
jasa transportasi dan/atau biaya penginapan disahkan oleh PA/
KPA.
(3) Biaya pembatalan perjalanan dinas yang dibebankan pada DPA
Perangkat Daerah terdiri dari uang harian, biaya penginapan dan
biaya transportasi.
(4) Pembebanan biaya pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah
dikeluarkan oleh pelaksana perjalanan dinas.
(5) Format Surat Pernyataan Pembatalan Tugas Perjalanan Dinas
Jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a tercantum
dalam Lampiran VII dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Bupati ini.
(6) Biaya pembatalan yang dibebankan pada DPA Perangkat Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dicantumkan dalam
Surat Pernyataan Pembebanan Pembatalan Tugas Perjalanan
Dinas Jabatan sesuai format tercantum dalam Lampiran VIII dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati
ini.

Bagian Ketiga
Alat Angkutan
Pasal 25
(1) Alat Angkutan yang dapat digunakan dalam pelaksanaan
perjalanan dinas yaitu pesawat udara, kapal laut, bus, kereta api
dan alat angkut lainnya.
(2) Pejabat yang berwenang dapat memilih jenis alat angkutan yang
paling efisien dan patut digunakan oleh pelaksana SPD yang
melakukan perjalanan dinas sesuai klasifikasi alat angkutan yang
dipilih tidak diperkenankan melebihi standar sebagaimana
tercantum dalam Lampiran VI dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
(3) Perjalanan dinas wajib menggunakan alat angkut sesuai yang
ditetapkan dalam SPD, kecuali terjadi kondisi yang tidak
memungkinkan dapat menggunakan alat angkut selain yang
ditetapkan dalam SPD.

- 20 -
BAB VIII
PERJALANAN DINAS PINDAH
Pasal 26
(1) Biaya perjalanan dinas pindah dapat diberikan kepada Pegawai
Negeri Sipil yang dipindahkan dari tempat kedudukan semula ke
kota/tempat kedudukan baru untuk kepentingan dinas.
(2) Pemberian biaya perjalanan dinas pindah dilengkapi dengan
dokumen-dokumen:
a. salinan Keputusan Pindah Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan;
b. Surat Penugasan pada tempat tugas yang baru; dan
c. Surat Keterangan Pimpinan Perangkat Daerah pada tempat
tugas yang baru.
(3) Biaya perjalanan dinas pindah dapat dianggarkan dalam DPA
Perangkat Daerah.
(4) Besarnya biaya perjalanan dinas pindah disesuaikan dengan
kemampuan keuangan daerah.

BAB IX
PERTANGGUNGJAWABAN BIAYA PERJALANAN DINAS
Bagian Kesatu
Pelaksana
Pasal 27
(1) Pelaksana perjalanan dinas mempertanggungjawabkan
pelaksanaan perjalanan dinas jabatan kepada Pejabat Penetap SPT
berupa laporan perjalanan dinas dan biaya perjalanan dinas
kepada PA/KPA paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah perjalanan
dinas dilaksanakan.
(2) Pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan melampirkan dokumen:
a. SPT yang sah dan telah ditandatangani dari pejabat berwenang;
b. SPD yang telah ditandatangani Pejabat Pemberi Perintah, PPK
dan pejabat di tempat pelaksanaan perjalanan dinas atau pihak
terkait yang menjadi tempat tujuan perjalanan dinas;
c. bukti pembayaran yang sah untuk sewa kendaraan berupa
kuitansi atau bukti pembayaran lainnya yang dikeluarkan oleh
badan usaha yang bergerak di bidang jasa penyewaan
kendaraan;
d. bukti pembayaran yang sah untuk biaya taksi kota dari tempat
kedudukan ke tempat tujuan dan sebaliknya oleh badan usaha
yang bergerak di bidang jasa penyewaan kendaraan;
e. bukti pembayaran hotel atau tempat menginap lainnya yang
dikeluarkan oleh hotel/penginapan/penyedia jasa penginapan;
f. bukti tiket pesawat, boarding pass, airport tax, retribusi dan
bukti pembayaran moda transportasi lainnya;
g. untuk perjalanan dinas yang menggunakan jasa event
organiser, selain melampirkan bukti pembelian tiket dan bukti

- 21 -
pembayaran hotel, diwajibkan pula melampirkan
kontrak/perjanjian kerjasama; dan
h. dalam hal bukti pengeluaran transportasi dan/atau
penginapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c,
huruf d, huruf e dan huruf f tidak diperoleh atau hilang, maka
pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas dapat
menggunakan daftar pengeluaran riil sesuai format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
(3) Pertanggungjawaban biaya pemetiaan dan angkutan jenazah
dengan melampirkan dokumen:
a. Surat permintaan tertulis atau pernyataan pejabat berwenang
tentang pembebanan biaya perjalanan dinas bagi pejabat
negara, pimpinan dan anggota DPRD, Pegawai Negeri Sipil,
Pegawai Tidak Tetap Dan Tenaga Sipil Lainnya yang meninggal
saat melaksanakan perjalanan dinas sebagaimana tercantum
dalam Lampiran X dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini;
b. bukti pembayaran biaya peti dari tempat pembelian;
c. bukti pembayaran pesawat udara, kapal laut, bus, kereta api
dan alat angkut lainnya oleh badan usaha yang bergerak di
bidang jasa penyewaan angkutan jenazah; dan
d. dalam hal bukti pengeluaran biaya pemetian dan angkutan
jenazah sebagaimana dimaksud pada huruf b dan huruf c tidak
diperoleh atau hilang maka pertanggungjawaban dapat
menggunakan kuitansi pembayaran untuk biaya pemetian dan
angkutan jenazah yang ditandatangani ahli waris.
(4) Pertanggungjawaban pelaksana perjalanan dinas yang meninggal
saat melaksanakan perjalanan dinas, dengan melampirkan
dokumen:
a. SPT yang sah dan telah ditandatangani dari pejabat berwenang;
b. SPD yang telah ditandatangani Pejabat Pemberi Perintah, PPK
dan pejabat di tempat pelaksanaan perjalanan dinas atau pihak
terkait yang menjadi tempat tujuan perjalanan dinas;
c. bukti pembayaran yang sah untuk sewa kendaraan berupa
kuitansi atau bukti pembayaran lainnya yang dikeluarkan oleh
badan usaha yang bergerak di bidang jasa penyewaan
kendaraan;
d. bukti pembayaran yang sah untuk biaya taksi kota dari tempat
kedudukan ke tempat tujuan dan sebaliknya oleh badan usaha
yang bergerak di bidang jasa penyewaan kendaraan;
e. bukti pembayaran hotel atau tempat menginap lainnya yang
dikeluarkan oleh hotel/penginapan/penyedia jasa penginapan;
f. bukti tiket pesawat, boarding pass, airport tax, retribusi dan
bukti pembayaran moda transportasi lainnya; dan

- 22 -
g. dalam hal dokumen sebagaimana dimaksud pada huruf a,
huruf b, huruf c, huruf d, huruf e dan huruf f tidak diperoleh
atau hilang maka pertanggungjawaban dapat menggunakan:
1. Surat pernyataan pejabat berwenang tentang pembebanan
biaya perjalanan dinas bagi pejabat negara, pimpinan dan
anggota DPRD, Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Tidak Tetap
Dan Tenaga Sipil Lainnya yang meninggal saat
melaksanakan perjalanan dinas sebagaimana tercantum
dalam Lampiran XI dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini; dan
2. Format Daftar Pengeluaran Riil yang dapat
dipertanggungjawabkan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XII dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Bupati ini.

Bagian Kedua
PPK, PA/KPA dan Bendahara Pengeluaran
Pasal 28
(1) Tugas dan wewenang PPK sebagai berikut:
a. memeriksa keabsahan bukti perjalanan dinas;
b. menilai kesesuaian dan kewajaran atas biaya-biaya yang
tercantum dalam daftar pengeluaran;
c. melakukan perhitungan rampung seluruh bukti pengeluaran
biaya perjalanan dinas; dan
d. mengesahkan SPD dan perhitungan SPD Rampung.
(2) Tugas dan wewenang PA/KPA yaitu memberikan persetujuan
pembayaran atas bukti pengeluaran biaya perjalanan dinas yang
disahkan dan diperhitungkan PPK sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
(3) Tugas dan wewenang bendahara pengeluaran yaitu melakukan
pembayaran biaya perjalanan dinas atas persetujuan PA/KPA
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagai pertanggungjawaban
SPP-SPM-SP2D UP/GU/TU dan/atau LS.

BAB X
LARANGAN DAN GANTI RUGI
Pasal 29
(1) Bupati, Wakil Bupati, Pimpinan dan Anggota DPRD, PNS dan
CPNS, Pegawai Tidak Tetap, Tenaga Sipil Lainnya dan pihak lain
dilarang menerima biaya perjalanan dinas rangkap (dua kali atau
lebih) untuk perjalanan dinas yang dilakukan dalam waktu yang
sama.
(2) Pihak-pihak yang melakukan pemalsuan dokumen, menaikan dari
harga sebenarnya (mark up) dan/atau perjalanan dinas rangkap
(dua kali atau lebih) dalam pertanggungjawaban perjalanan dinas
yang mengakibatkan kerugian daerah, bertanggungjawab

- 23 -
sepenuhnya atas seluruh tindakan yang dilakukan sesuai
Perundang-undangan yang berlaku.

BAB XI
PENGENDALIAN INTERNAL
Pasal 30
(1) Pimpinan Perangkat Daerah menyelenggarakan pengendalian
internal terhadap pelaksanaan perjalanan dinas.
(2) Pengendalian internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai
Ketentuan Perundang-undangan yang berlaku.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 31
Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan Bupati Ngada
Nomor 49 Tahun 2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Perjalanan
Dinas Bagi Pejabat Negara, Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Tidak Tetap dan Tenaga
Sipil Lainnya Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Ngada Tahun
Anggaran 2017 (Berita Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2016 Nomor
49), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 32
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Kabupaten Ngada.

Ditetapkan di Bajawa
pada tanggal 7 November 2017
BUPATI NGADA,

TTD.

MARIANUS SAE

Diundangkan di Bajawa
pada tanggal 7 November 2017
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN NGADA,

TTD.

MEDA MOSES

BERITA DAERAH KABUPATEN NGADA TAHUN 2017 NOMOR 40

- 24 -

Anda mungkin juga menyukai