Anda di halaman 1dari 34

HUBUNGAN PERMASALAHAN SAMPAH DENGAN PENGETAHUAN

DAN SIKAP MASYARAKAT MENGENAI PEMILAHAN DAN


PENGELOLAAN SAMPAH DI KELURAHAN DAGO KECAMATAN
COBLONG, BANDUNG, JAWA BARAT

Disusun Oleh :

Desti Wijayanti, dr
Muhammad Zikri, dr
Puteri Fadillah Zahra, dr
Tiara Azhariadne, dr
Wulandari Ramadiyani, dR

Pendamping :
Wiwit Yuliawati Enden Wulung, dr

PUSKESMAS DAGO
KECAMATAN COBLONG, JAWA BARAT
2018
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Sampah merupakan suatu hal yang kotor dan mengeluarkan bau tidak
sedap serta dapat menimbulkan suatu sarang penyakit akibat dari bersarangnya
kuman-kuman dan virus. Sampah biasanya dihasilkan dari kegiatan atau aktivitas
manusia dalam kehidupan sehari-hari yang berasal dari rumah tangga, kawasan
komersial, kawasan industri, fasilitas sosial, fasilitas umum dan/atau fasilitas
lainnya, maka dari itu seiring dengan jumlah penduduk yang besar potensi untuk
menghasilkan sampah pun menjadi besar. Problematika sampah timbul karena
tidak seimbangnya produksi sampah dengan pengolahannya dan semakin
menurunnya daya dukung alam sebagai tempat pembuangan sampah. Salah satu
cara untuk meminimalisir bertambahnya volume sampah adalah dengan cara
melakukan proses pengelolaan sampah yang maksimal.
Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh
dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Bandung merupakan salah satu Kota di Indonesia dengan volume sampah yang
besar. Berdasarkan data dari PD Kebersihan Kota Bandung Tahun 2012, volume
timbulan sampah sebagai indikasi kualitas lingkungan hidup di Kota Bandung
periode Tahun 2008-2012, setiap tahunnya menghasilkan rata-rata sebesar
1.369.659 m3, dengan rata-rata pertambahan sebesar 17,29% setiap tahun atau
sebesar 81.394 m3/tahun, namun demikian volume sampah yang bisa diolah baru
sekitar 10%.
Data dari PD Kebersihan ini memperlihatkan pula bahwa setiap
penduduk berpotensi menghasilkan sampah sekitar 3 liter per hari, sehingga
dengan jumlah penduduk Kota Bandung sekitar 2,5 juta jiwa, beban sampah dapat
mencapai sekitar 7.500 m3/hari. Beban kualitas lingkungan hidup berupa sampah
ini memiliki konstribusi terbesar utama berasal dari rumah tangga yaitu sekitar
66% atau 4.952 m3. Kemudian sektor industri merupakan penghasil sampah yang
memiliki kontribusi terbesar kedua dengan produksi sampah sekitar 798,5 m 3 .
Besarnya volume sampah yang dihasilkan di Kota Bandung akibat dari banyaknya
jumlah penduduk yang bermukim di Kota Bandung serta banyaknya kunjungan
wisatawan baik wisatawan lokal maupun wisatawan asing ke Kota Bandung,
mengingat Kota Bandung sebagai kota yang maju dengan sarana dan prasarana
yang menunjang seperti sarana pendidikan, kesehatan, tempat bermain, obyek
wisata, tempat perbelanjaan yang lengkap, tempat perayaan-perayaan konser
musik dan parade band ditambah dengan kuliner yang khas menjadikan suatu
ketertarikan bagi masyarakat di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan banyaknya
masyarakat Indonesia yang ingin bermukim di Kota Bandung atau sekedar
berkunjung ke Kota Bandung untuk menikmati obyek-obyek wisata dan berbagai
hiburan di Kota Bandung, seiring dengan tidak berhentinya aktivitas masyarakat
menimbulkan volume sampah bertambah banyak.
Sampah-sampah sering terlihat menghiasi ruas-ruas jalan. Peristiwa ini
hampir terjadi di seluruh wilayah Kota Bandung. Timbunan sampah yang melebar
ke ruas jalan raya seringkali menyebabkan proses transportasi sedikit terganggu
dan mengganggu kenyamanan masyrakat. Bandung yang merupakan salah satu
kota jasa dan mempunyai nilai strategis dalam pariwisata dan pendidikan
masyarakat Indonesia diharapkan memberikan kondisi yang nyaman bagi setiap
masyarakat dan wisatawan yang berkunjung sesuai dengan slogannya yaitu
Bandung Bermartabat (Bersih, Makmur, Taat dan Bersahabat), namun pada
realitasnya kondisi Bandung pada saat ini tidak seperti yang diharapkan.
Permasalahan sampah di Kota Bandung tidak hanya dipengaruhi oleh banyaknya
penduduk yang bermukim di Kota Bandung tetapi dipengaruhi juga oleh
kebiasaan masyarakat. Untuk itu diperlukan kesadaran dari seluruh aspek baik
masyarakat maupun pemerintah untuk menjalankan perilaku hidup bersih dan
sehat khususnya dalam pengelolaan sampah.
Proses pengelolaan sampah yang optimal berpaku kepada beberapa
aspek-aspek penting seperti peran serta masyarakat, organisasi/kelembagaan,
peraturan, pembiayaan dan teknik operasional. Namun masih terdapat kendala
yang menghambat proses pengelolaan sampah menjadi kurang optimal yaitu
berkaitan dengan aspek-aspek pengelolaan sampah terutama mengenai
kelembagaan, teknik operasional dan peran serta masyarakat. Hal ini seperti yang
terjadi di Kecamatan Coblong. Kecamatan Coblong yang merupakan salah satu
Kecamatan di Kota Bandung yang terletak di bagian utara Bandung, Wilayah
Kecamatan Coblong meliputi luas 743,3 Ha dengan jumlah penduduk 101.738
jiwa dan 24.298 Kepala Keluarga, terdiri atas 6 Kelurahan yaitu Dago, Cipaganti,
Sadangserang, Lebakgede, Sekeloa dan Lebak Siliwangi serta memiliki 75
RT/RW.
Kecamatan Coblong digunakan untuk permukiman penduduk dengan
kegiatan ekonomi utama jasa perdagangan dan perkantoran, sehingga
menyebabkan banyaknya timbunan sampah yang mengganggu kenyamanan
masyarakat. Permasalahan pengelolaan sampah di Kecamatan Coblong juga
berhubungan PD. Kebersihan Kota Bandung meliputi proses penyapuan,
pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir sampah. Hal ini
berdampak pada pengelolaan sampah berkaitan dengan proses pengangkutan
sampah dari tempat-tempat pembuangan sampah sementara. Pengangkutan
sampah di Kecamatan Coblong terkadang tidak sesuai dengan jadwal
pengangkutan yang seharusnya dilakukan 2 hari sekali, namun pada realitasnya
pengangkutan sampah hanya dilakukan dalam waktu 3 sampai 4 hari sekali dan
seringkali sampah-sampah tidak tiap hari diangkut.
Berdasarkan hasil Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) Kelurahan
Dago Kecamatan Coblong pada Februari 2018 ditemukan masalah utama yang
diutarakan oleh masyarakat yaitu sampah yang menumpuk di lingkungan sekitar
pemukiman warga Kelurahan Dago. Menurut pemaparan warga, hal ini
disebabkan tingkat kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai cara
pemilahan dan pengelolaan sampah yaitu masih adanya warga yang enggan
membayar iuran sampah dan lebih memilih membuang sampah di selokan
dibandingkan membawa sampah tersebut langsung ke bank sampah. Selain itu hal
ini juga disebabkan karena kurang maksimalnya pelaksanaan program gorong
gorong bersih (gober).
Puskesmas sebagai pusat kesehatan primer mempunyai andil yang sangat
besar terhadap keberhasilan program penanggulangan masalah sampah. Banyak
kendala-kendala yang harus dihadapi oleh Puskesmas dalam pelaksanaan program
tersebut. Salah satu factor penunjang keberhasilan program ini adalah peran
petugas kesehatan, kader, dan masyarakat.
Kader dan petugas kesehatan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan
di tingkat Puskesmas tidak dipungkiri lagi mempunyai peran yang sangat besar.
Pengetahuan yang terbatas dan tingkat pendidikan kader yang rendah bagi kader
dan kurangnya informasi kesehatan bagi petugas kesehatan merupakan faktor
yang dapat menghambat program ini. Untuk itu perlu dilakukan suatu kegiatan
penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
mengenai pentingnya pemilahan dan pengelolaan sampah sehingga permasalahan
sampah di Kelurahan Dago dapat terurai.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui adakah hubungan permasalahan sampah dengan
pengetahuan masyarakat tentang pemilahan dan pengelolaan sampah
organik dan anorganik di Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, Kota
Bandung
2. Tujuan Khusus
a. Menjadikan pemilahan dan pengelolaan sampah organik dan
anorganik sebagai salah satu pemecahan masalah sampah di
Kelurahan Dago.
b. Memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang pemilahan dan pengelolaan sampah organik dan anorganik,
sehingga kedepannya masyarakat dapat memanfaatkan sampah
sebagai barang yang bernilai ekonomis.
1.3 Manfaat
1. Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat serta meningkatkan
kesadaran akan pentingnya perilaku masyarakat yang dapat menurunkan
permasalahan sampah di Kelurahan Dago.
2. Puskesmas
Mengurangi angka kejadian penyakit yang timbul akibat
permasalahan sampah di wilayah kerja puskesmas Dago dan peningkatan
perilaku masyarakat yang dapat memilah dan mengelola sampah organik
dan anorganik
3. Pribadi
Meningkatkan pengetahuan mengenai pemilahan dan pengelolaan
sampah organik dan anorganik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sampah


Sampah merupakan merupakan limbah yang bersifat padat terdiri dari
zat organic dan zat anorganik yang dihasilkan dari setiap aktivitas manusia.
Sampah dianggap tidak berguna lagi sehingga harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan (SNI 19-
2454-1991). Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
menyatakan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau dari
proses alam yang berbentuk padat. Secara fisik, sampah mengandung material
yang sama seperti yang ditemukan dalam produk baru namun nilai kegunaannya
sudah berkurang.

2.2 Sumber, Jenis, dan Komposisi Sampah


Dalam melaksanakan pengelolaan sampah, perlu diketahui sumber
sampah, jenis sampah dan komposisi sampah untuk mengetahui karakteristik
sampah secara umum sehingga dapat direncanakan pengelolaan sampah yang
tepat.

2.2.1 Sumber Sampah


Sumber sampah pada suatu komunitas dapat dikelompokan menjadi
beberapa kategori, yaitu (Tchobanoglous, 1993):

1. Sampah dari permukiman atau domestik.


Sampah ini merupakan sampah yang dihasilkan dari kegiatan rumah
tangga, dari rumah maupun apartemen. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain
sisa makanan, kertas, kardus, plastik, tekstil, kulit, sampah kebun, kayu, kaca,
logam, barang bekas rumah tangga, baterai, limbah berbahaya, dan sebagainya.
2. Sampah dari daerah perdagangan atau komersial
Sampah ini terdiri dari sampah hasil aktivitas komersial, misalnya toko,
restoran, pasar, bangunan kantor, hotel, motel, bengkel dan sebagainya. Sampah
yang dihasilkan seperti pada permukiman, yaitu kertas, plastik, kayu, sisa
makanan, unsur logam dan limbah.

3. Sampah institusional
Sampah ini terdiri atas sampah hasil aktivitas institusi seperti sekolah,
rumah sakit, pusat pemerintahan, universitas, penjara, kantor polisi dan
sebagainya. Umumnya jenis sampah yang dihasilkan seperti pada daerah
komersial.

4. Sampah konstruksi atau pembongkaran bangunan


Sampah ini terdiri dari sampah hasil aktivitas konstruksi seperti lokasi
pembangunan konstruksi, perbaikan jalan, pembangunan jembatan, pembangunan
gedung, dan sebagainya. Jenis sampah yang dominan dihasilkan adalah sampah
kayu, baja, beton, semen dan puing-puing besi.

5. Sampah fasilitas umum


Sampah ini terdiri dari sampah hasil aktivitas pelayanan umum seperti area
rekreasi, pembersihan jalan, parkir, pantai, gunung, dan sebagainya yang
menghasilkan sampah daun-daun dan sampah yang umumnya ditemukan pada
lokasi rekreasi.

6. Sampah instalasi pengolahan


Sampah ini terdiri dari sampah hasil instalasi pengolahan misalnya
instalasi pengolahan air limbah, instalasi pengolahan air bersih, dan limbah
industri yang sampahnya biasanya berupa lumpur sisa ataupun limbah buangan
yang telah diolah.

7. Sampah industri
Sampah ini terdiri dari sampah hasil aktivitas pabrik, konstruksi, industri
berat, industri ringan, instalasi kimia, pusat pembangkit tenaga listrik, dan
sebagainya yang menghasilkan limbah industri yang telah diproses. Selain itu,
sampah non industri hasil aktivitas manusia dalam kawasan industri yang
sampahnya sama dengan sampah permukiman juga termasuk ke dalam sampah
yang bersumber dari industri.

8. Sampah pertanian dan peternakan


Sampah ini terdiri dari sampah hasil aktivitas pertanian seperti ladang,
sawah, kebun dan sebagainya yang menghasilkan sampah organik pertanian dan
peternakan seperti sisa sayur-sayuran, sisa buah-buahan, kotoran hewan, sisa
makanan hewan dan sampah yang beracun dari hasil pemakaian pestisida.

2.2.2 Jenis Sampah


Sampah dapat dikelompokan berdasarkan beberapa parameter, yaitu (Damanhuri,
2010):
1. Sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya.
a. Sampah anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk,
misalnya: logam/besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya.
b. Sampah organik
Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk,
misalnya: sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya.

2. Sampah berdasarkan cara penanganan dan pengolahan


a. Sampah organik mudah membusuk (garbage)
b. Sampah organik tak membusuk (rubbish)
c. Sampah mudah terbakar (combustible)
d. Sampah tidak mudah terbakar (non combustible)
e. Sampah sisa abu pembakaran (ashes)
f. Sampah bangkai binatang (dead animal)
g. Sampah sapuan jalan (street sweeping)
h. Sampah buangan sisa konstruksi (demolition waste)

2.2.3 Komposisi Sampah


Komposisi sampah dinyatakan sebagai % berat (biasanya berat basah) atau
% volume (basah) dari kertas, kayu, kulit, karet, plastik, logam, kaca, kain,
makanan dan lain-lain. Komposisi atau bahan penyusun sampah penting untuk
diketahui karena berguna untuk menentukan metode dan sarana yang diperlukan
untuk pengelolaan sampah agar lebih efisien. Tabel 2.1. menggambarkan tipikal
komposisi sampah di perkotaan.

Tabel 2.1 Komposisi sampah perkotaan


No Kategori Sampah % Berat % Volume
1. Kertas dan bahan kertas 32,98 62,61
2. Kayu/produk dari kayu 0,38 0,15
3. Plastik, kulit, dan 6,84 9,06
produk karet
4. Kain dan produk tekstil 6,36 5,1
5. Gelas 16,06 5,31
6. Logam 10,74 9,12
7. Bahan batu, pasir 0,26 0,07
8. Sampah organik 26,38 8,58
Sumber: Damanhuri, 2010

Hirarki pengelolaan sampah dari yang tertinggi hingga terendah adalah


(Tchobanoglous, 1993):
1. Pencegahan (prevention)
Pencegahan sampah dapat dilakukan dengan mengurangi pola konsumsi
berlebihan, menggunakan produk dengan sistem sewa

2. Minimasi
Minimasi sampah dapat dilakukan dengan cara menggunakan produk
dengan kemasan yang dapat digunakan ulang, menggunakan produk sistem refill
dan memilah sampah daur ulang.

3. Pemanfaatan kembali (reuse)


Sampah dapat dimanfaatkan kembali dengan cara memanfaatkan barang
bekas untuk fungsi sama atau berbeda , menyumbangkan barang bekas kepada
pihak yang dapat memanfaatkannya.

4. Daur ulang (recycling)


Daur ulang merupakan kegiatan mengubah bentuk dan sifat sampah
melalui proses biologi, fisik dan kimiawi menjadi produk baru, misalnya sampah
organik diolah menjadi kompos, sampah plastik diolah menjadi pelet.

5. Perolehan energi (energy recovery)


Sampah dapat diolah menjadi energi melalui proses biologi, fisik, maupun
kimiawi, misalnya pembuatan briket sampah dan produksi biogas.

6. Pembuangan akhir
Tingkat hirarki terendah dalam penanganan sampah konvensional adalah
pembuangan akhir. Pada hirarki ini, sampah dianggap tidak memiliki nilai dan
harus dibuang atau dimusnahkan. Apabila kegiatan pengelolaan sampah berfokus
pada hirarki yang lebih tinggi, maka biaya yang dibutuhkan akan semakin rendah.
Jumlah sampah yang setiap tahun semakin meningkat membuat pengolahan
sampah perlu difokuskan pada hirarki yang lebih tinggi, yaitu pada kegiatan 3R
(reduce, reuse, recycle).
2.3 Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah merupakan salah satu proses penanganan sampah
mulai dari sumber atau tempat pewadahan penampungan sampah sampai ke
Tempat Penampungan Sementara (TPS). TPS yang digunakan biasanya container
kapasitas 10 m3, 6 m3, 1 m3, transfer depo, bak pasangan batu bata, drum bekas
volume 200 liter dan lain-lain. Pengambilan sampah dilakukan tiap periodisasi
tertentu berdasarkan waktu pembusukan yaitu kurang lebih setelah berumur 2
hingga 3 hari sehingga pengumpulan sampah dilakukan maksimal 3 hari sekali.
Secara operasional, pengumpulan sampah dapat dilakukan secara langsung
maupun secara tidak langsung.

1. Sistem tidak langsung


Pada sistem ini sebelum diangkut ke TPA, sampah dikumpulkan dulu
untuk kemudian diangkut ke TPS yang dapat berfungsi sebagai pemrosesan
sampah skala kawasan untuk mengurangi jumlah sampah yang akan diangkut ke
TPA. Di daerah permukiman yang sebagian besar dihuni oleh masyarakat
berpendapatan rendah dengan kondisi jalan permukiman yang sempit,
pengumpulan sampah dilakukan menggunakan gerobak sampah dengan volume
rata-rata 1 m3 lalu diangkut ke TPS. Sampah dari pasar dan hasil sapuan jalan
biasanya dikumpul dalam container atau TPS dekat pasar lalu diangkut
menggunakan truk ke TPA.

2. Sistem langsung
a. Pengumpulan individu langsung

Pada sistem ini proses pengumpulan dan pengangkutan sampah dilakukan


bersamaan. Pengumpulan dilakukan oleh petugas kebersihan dari wadah-wadah
samaph rumah kemudian dimuat ke kendaraan untuk langsung dibawa ke TPA.
Alat pengumpul dan pengangkut sampah menuju TPA berupa truk standar atau
dump truck. Daerah yang dilayani dengan sistem ini adalah daerah permukiman
teratur dan daerah perkotaan yang sulit untuk menempatkan transfer dipo atau
container angkut karena kondisi, sifat daerah maupun standar kesehatan
masyarakat dan standar kenyamanan masyarakat cukup tinggi.

Persyaratan yang perlu diperhatikan dalam sistem ini adalah:


- Kondisi topografi yang menyebabkan alat pengumpul non mesi sulit beroperasi
- Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak menunggu pemakai jalan lainnya
- Kondisi dan jumlah alat memadai
- Jumlah timbulan sampah > 3 m3/hari

b. Pengumpul komunal langsung


Pada sistem ini sampah dari masing-masing titik wadah komunal
dikumpulkan lalu diangkut langsung ke TPA. Persyaratan yang perlu diperhatikan
adalah:

- Alat angkut terbatas


- Kemampuan pengendalian personil dan peralatan terbatas
- Alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah
- Peran serta masyarakat cukup tinggi

Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan lokasi mudah


dijangkau oleh alat angkut
- Untuk permukiman tidak teratur
2.4 Pemindahan Sampah

Pemindahan sampah adalah kegiatan memindahkan sampah hasil


pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat pembuangan
akhir (Departemen Pekerjaan Umum, 2002). Operasi pemindahan dan
pegangkutan diperlukan apabila jarak angkut ke pusat pemrosesan (TPA) sangat
jauh sehingga pengangkutan dari sumber ke TPA dinilai tidak ekonomis. Tempat
penampungan atau pembuangan sementara (TPS) merupakan istilah yang lebih
popular bagi sarana pemindahan dibandingkan dengan istilah transfer depo.
Persyaratan TPS/transfer depo yang ramah lingkungan adalah:

1. Bentuk fisik tertutup dan terawat


2. TPS dapat berupa pool gerobak atau pool kontainer
3. Sampah tidak berserakan dan bertumpuk di luar TPS atau kontainer

Tipe pemindahan sampah menggunakan transfer depo antara lain menggunakan:


1. Transfer tipe I dengan luas lebih dari 200 m2 yang merupakan tempat
peralatan pengumpul dan pengangkutan sebelum pemindahan serta sebagai
kantor dan bengkel sederhana.
2. Transfer tipe II dengan luas 60-200 m2 yang merupakan tempat pertemuan
peralatan pengumpul dan pengangkutan sebelum tempat pemindahan dan
merupakan tempat parker gerobak atau beca sampah.
3. Transfer tipe III dengan luas 10 – 20 m2 yang merupakan tempat
pertemuan gerobak dan container (6-10 m3) serta merupakan lokasi
penempatan container komunal (1-10m3).

2.5 Pengangkutan Sampah


Pengangkutan sampah adalah tahap membawa sampah langsung dari
sumber sampah dengan sistem pengumpulan individual langsung atau
pengumpulan melalui sistem pemindahan menuju TPA. Pada pola pengangkutan
dengan sistem pengumpulan langsung, kendaraan dari pool menuju titik sumber
sampah lalu mengambil samaph dari setiap titik sumber sampah sampai penuh
kemudian diangkut ke TPA. Setelah truk dikosongkan, truk mengambil sampah di
lokasi lainnya dan seterusnya sesuai dengan jumlah ritase yang telah ditetapkan.
Untuk mengangkut sampah dari TPS ke TPA digunakan truk sejenis tripper/dump
truck, arm roll truck dan jenis compactor truck.
2.6 Pengetahuan dan sikap
Pengetahuan, sikap, dan perilaku Benyamin Bloom membagi perilaku
manusia menjadi 3 domain sesuai dengan tujuan pendidikan. Bloom menyebutkan
3 ranah yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangannya, teori
Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni
pengetahuan, sikap, dan praktik/tindakan.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terbentuk setelah seseorang
melakukan pengeinderaan terhadap suatu obyek tertentu. Terdapat beberapa
tingkatan dari pengetahuan yakni:
1) Tahu. Tahu diartikan hanya sebagai memanggil memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Tahu merupakan tingkatan
pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi. Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi dalam
dilakukan dalam beberapa hal seperti penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, dan prinsip.
4) Analisis. Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan
dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen
komponen yang terdapat dalam suatu masalah. Salah satu tanda seseorang
sudah mencapai tahap ini adalah orang tersebut mampu membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, atau membuat diagram terhadap suatu
obyek.
5) Sintesis. Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Secara lebih sederhana, sintesis adalah kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6) Evaluasi. Evaluasi adalah kemampuan seseorang untuk melakukan
penilaian terhadap obyek tertentu. Penilaian tersebut didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau yang telah ada sebelumnya.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sedangkan menurut Newcomb, sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sehingga berdasarkan pengertian diatas, sikap bersifat
tertutup dan merupakan predisposisi perilaku seseorang terhadap suatu stimulus.
Terdapat beberapa tingkatan sikap yakni:
1) Menerima. Menerima diartikan bahwa seorang mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan.
2) Menanggapi. Menanggapi diartikan apabila seseorang memberikan
jawaban atau tanggapan terhadap obyek yang dihadapkan.
3) Menghargai. Menghargai diartikan seseorang memberikan nilai yang
positif terhadap suatu objek seperti mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah.
4) Bertanggung jawab. Seseorang pada tingkatan ini harus berani mengambil
risiko apabila ada orang lain yang mencemooh ataupun risiko lainnya.
Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati dari luar.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Diagram Tulang Ikan Penyebab Masalah

Rendahnya
MAN ketaatan MONEY METHOD
masyarakat
terhadap PHBS

Rendahnya Kurang jelasnya


tingkat prosedur
Rendahnya ekonomi pembuangan,
tingkat masyarakat pemilahan dan
pendidikan pengelolaan
Kurangnya
masyarakat sampah
jumlah tenaga
kesehatan yang
memberikan
Keterbatasan
penyuluhan
dana
mengenai Tingginya Angka
puskesmas
pemilahan dan
pengelolaan Tumpukan Sampah
sampah

Terbatasnya waktu Belum


untuk tenaga maksimalnya
kesehatan pemanfaatan
memberikan bank sampah
Kurangnya
penyuluhan
pengetahuan
tentang pemilahan
masyarakat tentang
dan pengelolaan
pemilahan dan
sampah
pengelolaan
sampah

MINUTE MATERIAL INFORMATION

Gambar 3.1 Diagram Tulang Ikan

Berdasarkan diagram tulang ikan di atas, dapat diidentifikasi beberapa


penyebab masalah yang berperan terhadap permasalahn sampah di wilayah
kerja Puskesmas Dago. Penyebab masalah dikelompokkan menjadi enam
kelompok sebab, yaitu :
1. Man
Dari segi manusia, didapatkan permasalahan yaitu kurangnya tenaga
kesehatan yang dapat memberikan penyuluhan sehingga menyebabkan
masyarakat kurang paham mengenai pemilahan dan pengelolaan sampah
yang baik dan benar. Kurangnya kemauan masyarakat untuk
menggalakkan PHBS juga menjadi salah satu faktor tingginya jumlah
sampah yang tercecer baik di selokan maupun di sungai. Rendahnya
tingkat pendidikan masyarakat pun memegang peranan penting dalam
masalah ini.
2. Money
. Rendahnya tingkat ekonomi masyarakat menjadikan salah satu
penyebab kurangnya fasilitas yang dapat mewadahi masyarakat dalam
melakukan pemilahan sampah dan pengelolaan sampah setempat.
3. Method
Prosedur yang belum jelas mengenai pemilahan dan pengelolaan sampah
sehingga tidak semua masyarakat menjalani program bank sampah.
4. Minute
Permasalahan dari segi waktu adalah karena tidak terdapatnya waktu
secara khusus untuk memberikan penyuluhan dan menjalankan program
secara rutin mengenai pemilahan dan pengolahan sampah. Tidak
terdapatnya waktu atau jadwal khusus untuk melakukan evaluasi dan
pemantauan khusus terhadap masyarakat mengenai perlakuan sampah
juga menyebabkan banyaknya sampah yang tertumpuk di sungai dan
selokan.
5. Material
Bank sampah yang sudah ada di beberapa RW Kelurahan Dago
tidak mencukupi kapasitas pembuangan sampah warga.
6. Information
Permasalahan yang ditemukan yaitu kurangnya informasi dan
pengetahuan masyarakat secara umum mengenai pemilahan sampah
organik dan non organik serta PHBS.

B. Penetapan Prioritas Pemecahan Masalah


Setelah diketahui faktor penyebab masalah, kemudian dibuat alternatif
pemecahan untuk mengatasi faktor penyebab tersebut sebagai berikut:

Tabel 3.1. Alternatif Pemecahan Masalah


Masalah Penyebab Alternatif pemecahan masalah
Kurangnya  Keterbatasan jumlah petugas  Menambah jumlah petugas.
pengetahuan warga pemberi penyuluhan.  Memberikan penyuluhan pada
mengenai pemilahan  Keterbatasan waktu yang kader atau tokoh masyarakat di
dan pengelolaan dimiliki petugas untuk Puskesmas, untuk kemudian
sampah serta PHBS memberi penyuluhan. disampaikan kepada warganya.
 Tidak adanya dana khusus  Merangkul pihak swasta untuk
untuk penyuluhan mengenai pendanaan program bank
pemilahan dan pengelolaan sampah dan pelaksanaan PHBS.
sampah
Rendahnya ketaatan  Sikap warga yang acuh tak  Memberikan penilaian berkala
warga terhadap PHBS acuh terhadap kebersihan dan terhadap ketaatan warga
terutama mengenai kesehatan lingkungan terhadap pembuangan sampah
sampah dan PHBS
 Memberikan reward kepada
kelompok warga yang berhasil
melaksanakan pemilahan dan
pengolahan sampah serta PHBS
Tidak berjalannya  Keterbatasan jumlah petugas  Menggalakkan kembali
program bank sampah  Kurangnya minat dan program bank sampah dengan
di setiap RW kesadaran warga akan penyuluhan
pentingnya bank sampah
Alternatif pemecahan masalah di atas apabila dilaksanakan dengan tepat
diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan. Namun, untuk melaksanakan
pemecahan masalah tersebut secara bersamaan akan sangat sulit. Untuk itu
perlu dipilih prioritas pemecahan masalah yang paling sesuai untuk
Puskesmas Dago. Oleh karena itu, dilakukan scoring dengan metode
matrikulasi sebagai berikut:

Tabel 3.2 Matrikulasi Alternatif Pemecahan Masalah


No. Alternatif E B KU KR O D PS KP Total
Intervensi
1 Penyuluhan pemilahan 5 5 4 2 3 4 5 5 33
dan pengelolaan
sampah
2 Penambahan jumlah 4 1 4 3 3 4 5 1 25
petugas
3 Pelaksanaan lomba 4 1 3 3 3 3 3 3 22
kreatifitas pengelolaan
sampah organik dan
non organik
4 Penggalakan program 4 1 3 4 3 3 5 3 26
pemilahan sampah
dengan memfasilitasi
pemisahan tempat
sampah organik dan
non organik

Keterangan:
E : Efektivitas
B : Biaya yang diperlukan
KU : Keuntungan
KR : Kerugian
O : Onset yang diharapkan
D : Durasi yang diharapkan
PS : Penerimaan sosial
KP : Komitmen politis
Kriteria: 1 = Sangat rendah, 2 = Rendah, 3 = sedang, 4 = tinggi, 5 = sangat tinggi

Berdasarkan matriks di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian


penyuluhan mengenai pemilahan dan pengolahan sampah kepada masyarakat
merupakan prioritas utama dalam alternatif pemecahan masalah.
Untuk mengetahui berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
rencana melakukan pemberian penyuluhan mengenai pemilahan dan
pengelolaan sampah kepada masyarakat dilakukan analisis SWOT sebagai
berikut:

Tabel 3.3 Analisis SWOT Puskesmas Dago


Kekuatan (S) Kelemahan (W)
SW  Sudah adanya beberapa RW yang  Kurangnya petugas kesehatan
mengadakan bank sampah dalam memberikan penyuluhan
sehingga dapat memotivasi RW mengenai pemilahan dan
lain untuk menggalakkan program pengelolaan sampah
OT bank sampah  Kurangnya dana dan waktu yang
diperlukan untuk melakukan
penyuluhan
Peluang (O) Strategi SO Strategi WO
 Adanya kader puskesmas di  Pelaksanaan penyuluhan pemilahan  Menghadirkan pembicara khusus
setiap wilayah kerja dan program sampah kepada kader yang ahli dalam bidang sampah
 posyandu, dan balai desa  Memanfaatkan kegiatan di  Memberikan pembekalan dan
masih berfungsi kelurahan, posyandu dan balai desa pelatihan bagi para kader
 Tokoh mayarakat masih untuk melakukan sosialisasi  Meningkatkan jumlah kader
menjadi panutan perbaikan strategi dalam  Meningkatkan hubungan
 Letak Puskesmas tidak pelaksanaan program kerjasama dengan tokoh
terpencil masyarakat setempat guna
membantu menyampaikan
pengetahuan mengenai pemilahan
dan pengolahan sampah
 Melakukan kerjasama dengan
pihak swasta untuk pelaksanaan
program bank sampah
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
 Minimnya pengetahuan  Melaksanakan penyuluhan  Adanya pemberdayaan tokoh-
masyarakat tentang pemilahan dan pengelolaan sampah tokoh masyarakat dalam
pemilahan dan pengelolaan di tempat paling strategis yaitu memberikan informasi pemilahan
sampah kantor kelurahan dan pengelolaan sampah
 Keengganan masyarakat  Melakukan evaluasi setelah
untuk mensukseskan penyuluhan memberikan reward
program bank sampah terhadap warga setelah selesai
penyuluhan
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Jumlah peserta yang diikutkan dalam penelitian ini adalah 24 orang, dengan
kriteria sebagai berikut:

Tabel 4.1 Jenis Kelamin


Pria Wanita
2 22

Jumlah peserta wanita lebih banyak karena kuesioner dibagikan kepada kader
perwakilan setiap RW.

Tabel 4.2 Distribusi Peserta dalam memilih tempat membuang sampah


Kantong sampah Kantong sampah Sembarang
tertutup terbuka tempat
17 7 0

Tabel 4.3 Pendapat peserta tentang pengertian sampah


Semua benda C dan D
Semua benda yang Semua benda Semua benda yang
yang harus benar
tidak disenangi bekas tidak terpakai lagi
dibuang
0 2 4 2 16

Tabel 4.4 Penyakit yang timbul ketika membuang sampah sembarangan


Sakit Mata Diare dan DBD Cacingan
0 22 2
Tabel 4.5 Dampak yang terjadi ketika membuang sampah di selokan
Menyebabkan
Membuat saluran
Dimarahi pak dukuh kotoran dimana-
tersumbat
mana
0 1 23

Tabel 4.6. Termasuk sampah layak jual


Bungkusan
Botol plastik Daun kering
makanan

22 0 2

Tabel 4.7. Tidak termasuk sampah layak kerajinan


Bungkus Bungkus Bungkus Botol Semua
detergen pewangi kopi plastik benar

0 0 0 0 24

Tabel 4.8. Cara mengelola sampah dengan teknik meminimalkan


Memanfaatkan halaman Memanfaatkan kaleng
Memanfaatkan
sebaliknya kertas untuk bekas untuk membuat
kertas bekas
menulis pot tanaman
2 3 19

Tabel 4.9. Yang tidak termasuk cara mengelola sampah dengan cara
memanfaatkan
Memanfaatkan gelas Menghindari
Baju bekas bisa
plastik untuk tempat tas plastik pada
diberikan orang lain
pembibitan tanaman saat berbelanja

0 8 16
Tabel 4.10 Cara mengelola sampah dengan teknik daur ulang
Mengelola sampah
Memperbaiki
organik menjadi Vulkanisir ban
sepatu yang rusak
kompos

23 1 0

Tabel 4.11 Tidak termasuk cara mengelola sampah dengan teknik daur ulang
Mengolah gabus Styrofoam Mengolah/memanfaatkan Baju bekas bisa
menjadi pot tanaman, kaca menjadi aneka diberikan kepada
batako bentuk benda seni orang lain

1 0 23

Tabel 4.12 Distribusi sikap mengubur barang-barang dan kaleng bekas jika
keberadaannya sudah sangat mengganggu kebersihan lingkungan
Kurang Tidak
Setuju
setuju Setuju

17 1 6

Tabel 4.13 Distribusi sikap Setiap rumah tangga tidak harus mempunyai tempat
untuk pembuangan sampah
Kurang Tidak
Setuju
setuju Setuju

1 0 23

Tabel 4.14 Distribusi sikap Sampah yang masih bisa dipakai tidak dibuang akan
tetapi memanfaatkan kembali
Kurang Tidak
Setuju
setuju Setuju
23 2 0

Tabel 4.15 Distribusi sikap Setiap rumah tangga tidak harus melakukan
pemisahan sampah
Kurang Tidak
Setuju
setuju Setuju

1 4 19

Tabel 4.16 Distribusi sikap Sampah dimanfaatkan kembali sehingga bernilai


positif untuk hal tertentu
Kurang Tidak
Setuju
setuju Setuju

24 0 0

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:


1. Mayoritas peserta penyuluhan yang mengikuti penelitian ini adalah wanita
yang merupakan perwakilan kader dari setiap RW yang ada di Kelurahan
Dago
2. Sebagian besar peserta sudah mengetahui pengertian sampah dan tempat
untuk membuang sampah yang tepat.
3. Sebagian besar peserta sudah mengetahui penyakit dampak lingkungan yang
timbul akibat membuang sampah sembarangan.
4. Seluruh peserta sudah mengetahui jenis sampah yang layak jual dan layak
kerajinan.
5. Sebagian besar peserta sudah mengetahui teknik pengolahan sampah
anorganik dengan cara reduce, reuse dan recycle
6. Seluruh peserta setuju bahwa sampah dapat dimanfaatkan kembali sehingga
bernilai positif untuk hal-hal tertentu.
BAB V
PLAN OF ACTION

Usulan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mengurai masalah timbunan


sampah di sekitar lingkungan warga dengan memberikan penyuluhan mengenai
pemilahan dan pengelolaan sampah kepada masyarakat. Bentuk penyuluhan
dapat diberikan secara variatif dan terintegrasi agar masyarakat tidak merasa
bosan dan dapat meningkatkan efektivitas penyampaian informasi. Kegiatan
kedua adalah dengan melatih kader-kader dan tokoh masyarakat di desa untuk
membantu dalam memberikan penyuluhan. Adapun rinciannya adalah sebagai
berikut:

A. Tujuan
1. Mengetahui adakah hubungan permasalahan sampah dengan
pengetahuan masyarakat tentang pemilahan dan pengelolaan sampah
organik dan anorganik di Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, Kota
Bandung
2. Menjadikan pemilahan dan pengelolaan sampah organik dan anorganik
sebagai salah satu pemecahan masalah sampah di Kelurahan Dago.
3. Memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang pemilahan dan pengelolaan sampah organik dan anorganik,
sehingga kedepannya masyarakat dapat memanfaatkan sampah sebagai
barang yang bernilai ekonomis.

B. Sasaran
Masyarakat di Kelurahan Dago yang berdasarkan hasil MMD memiliki
permasalahan utama yaitu masalah sampah.

C. Metode
1. Penyuluhan tentang pemilahan dan pengelolaan sampah dalam bentuk:
a. Presentasi secara langsung dengan LCD.
b. Pembagian print-out berisi tentang cara pemilahan dan pengelolaan
sampah serta cara bercocok tanam secara organik.
2. Evaluasi hasil penyuluhan
a. Evaluasi tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat sebelum dan
sesudah penyuluhan dengan pengisian kuisioner..
b. Evaluasi berkala mengenai PHBS melalui kegiatan SWD-MMD.

D. Materi
1. Memberikan penyuluhan kepada kader-kader dan tokoh masyarakat
mengenai cara pemilahan dan pengolaan sampah serta cara bercocok
tanam secara organik.

E. Pelaksana
1. Petugas Puskesmas Dago yang bekerja sama dengan program lain,
seperti Promkes, Kesling dan lain-lain.
2. Petugas puskesmas yang bekerja sama dengan kader dan tokoh
masyarakat desa.

F. Waktu dan lokasi


1. Lokasi : Aula Kantor Kelurahan Dago
2. Waktu : Pertemuan desa atau sesuai dengan waktu yang telah
dijadwalkan/disepakati.

G. Biaya
Biaya diperoleh dari Biaya Operasional Kesehatan.
BAB VI
HASIL KEGIATAN

Hari/Tanggal : Sabtu, 15 September 2018


Waktu : 08.00 – 11.30 WIB
Tempat : Aula Kelurahan Dago
Topik : Pemilahan dan Pengolahan sampah organik dan anorganik
Peserta : Kader perwakilan dari tiap RW dan perwakilan karang
taruna Kelurahan Dago
Jumlah Peserta : Penyuluhan ± 24 orang

A. Persiapan
Sebelum melakukan penyuluhan, selain berkoordinasi dengan team
puskesmas, dilakukan pula koordinasi dengan kader dan perwakilan karang
taruna Kelurahan Dago mengenai rencana pelaksanaan penyuluhan mengenai
permasalahan sampah. Kegiatan penyuluhan ini merupakan tindak lanjut dari
hasil SMD dan MMD Kelurahan Dago yang dilaksanakan pada tanggal 6
Februari 2018. Persiapan lain yang dilakukan yaitu menyiapkan materi
presentasi berupa power point, dan menyiapkan tempat.

B. Pelaksanaan
Acara penyuluhan mengenai Pemilahan dan Pengolahan sampah organik
dan anorganik dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 15 September 2018
bertempat di Aula Kantor Kelurahan Dago. Acara ini dimulai pukul 09.00
hingga 11.30 diikuti oleh ± 24 perwakilan kader dan karang taruna di
Kelurahan Dago.
Kegiatan penyuluhan dibuka oleh dr. Desti (Dokter Internsip Puskesmas
Dago) dan penyuluhan disampaikan oleh perwakilan dari Komunitas 1000
kebun. Dilakukan juga pembagian kuesioner pre-penyuluhan ke kader dan
perwakilan karang taruna untuk menilai sejauh mana pengetahuan warga
mengenai pemilahan dan pengolahan sampah organik dan anorganik, yang
nantinya digunakan juga untuk evaluasi hasil dalam menilai tingkat
pengetahuan mengenai pemilahan dan pengolahan sampah organik dan
anorganik post penyuluhan.
Acara dilanjutkan dengan penyampaian isi penyuluhan menggunakan
media power point dan LCD, yang isinya antara lain :
1. Pengertian sampah
2. Jenis-jenis sampah
3. Pemilahan dan pengolahan sampah organik
4. Cara bertanam secara organik
Selama proses penyuluhan, seluruh peserta tampak antusias dan
kooperatif. Dibuktikan pula setelah penyuluhan, beberapa peserta penyuluhan
mengajukan pertanyaan mengenai pemilahan dan pengolahan sampah organik
dan anorganik serta cara bertanam organik. Setelah selesai penyuluhan,
dibagian lagi kuesioner untuk mengevaluasi hasil penyuluhan terhadap
tingkat pengetahuan warga mengenai pemilahan dan pengolahan sampah
organik dan anorganik.

C. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta hadir dalam penyuluhan berjumlah ± 24 orang dari total 26
orang yang diundang pada acara ini. Hal ini membuktikan bahwa
tidak semua peserta yang diundang mengikuti penyuluhan,
disebabkan karena beberapa peserta memiliki kesibukan lain yang
tidak bisa ditinggalkan. Namun untuk menyiasati hal tersebut,
setelah selesai melakukan penyuluhan, kami juga memberikan
informasi bahwa print-out materi penyuluhan dapat diambil di
Puskesmas untuk kemudian disebarkan kepada warga disekitar
tempat tinggalnya.
b. Peran team Puskesmas Dago dan Dokter Internsip Puskesmas Dago
sebagai pelaksana acara telah sesuai dengan peran dan tugas masing-
masing
c. Perlengkapan alat dan media yang digunakan juga sudah lengkap
sesuai yang direncanakan, yaitu presentasi power point, LCD,
pengeras suara dan laptop. Penggunaan bahasa dan cara
penyampaian materi telah disesuaikan sehingga lebih mudah
dipahami oleh peserta
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan berlangsung hari Sabtu tanggal 15
September 2018, dimulai tepat waktu pukul 09.00 dan berakhir
pukul 11.30
b. Kegiatan berjalan lancar sesuai dengan recana dan kontrak yang
telah disepakati
c. Seluruh peserta penyuluhan tampak antusias selama kegiatan, penuh
perhatian dan aktif mengajukan pertanyaan
d. Seluruh peserta mengikuti rangkaian acara penyuluhan hingga akhir
acara ditutup
3. Evaluasi Hasil
Pengetahuan warga mengenai pemilahan dan pengolahan sampah
meningkat. Hal ini dibuktikan dengan kuesioner pre dan post
penyuluhan, didapatkan peningkatan hasil.
BAB VII
PENUTUP

A. Simpulan
Kelurahan Dago merupakan salah satu kelurahan di wilayah kerja
Puskesmas Dago yang memiliki permasalahan utama berupa masalah sampah
yang menumpuk di sekitar lingkungan warga. Oleh karena itu, dilakukan
identifikasi penyebab masalah dengan metode diagram tulang ikan.
Berdasarkan daftar penyebab masalah, dilakukan scoring dengan metode
matrikulasi untuk menentukan prioritas masalah. Dari scoring tersebut, dapat
ditarik kesimpulan bahwa pemberian penyuluhan mengenai cara pemilahan
dan pengelolaan sampah kepada masyarakat merupakan prioritas utama
dalam alternatif pemecahan masalah untuk menambah pengetahuan dan
menggerakkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah
yang dapat dimulai dari skala rumah tangga.
Dengan adanya alternatif pemecahan masalah di atas, diharapkan mampu
mengurai masalah sampah di Kelurahan Dago.

B. Saran
1. Memaksimalkan peran kader dan tokoh masyarakat dalam rangka
memberikan pengetahuan kepada masyarakat. Misalnya dengan
melakukan penyuluhan secara rutin pada kegiatan kemasyarakatan
(arisan, posyandu, kumpulan remaja, dan lain-lain)
2. Menggandeng tokoh masyarakat dan perangkat desa dalam rangka
melakukan pemeriksaan dan penilaian berkala terhadap ketaatan warga
kepada PHBS.
3. Menggerakkan partisipasi masyarakat. Sebagai contoh kegiatan Gerakan
Pungutan Sampah untuk mengurangi timbunan sampah di sekitar
lingkungan masyarakat Kelurahan Dago.
4. Puskesmas sebaiknya bekerjasama dengan lintas sektor seperti aparat
kelurahan, tokoh masyarakat dan LSM agar program pengelolaan sampah
dapat terus berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai