Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL

PENGARUH PENGETAHUAN KESEHATAN LINGKUNGAN PARA


PEDAGANG TERHADAP KESADARAN PERILAKU PEMBUANGAN
SAMPAH DI PASAR MEKONGGA KABUPATEN KOLAKA

OLEH:

WIWIN AFRILIANTI
NIM. 201330650

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
KOLAKA
2023
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan manusia dengan segala aktivitasnya tidak terlepas dengan

adanya sampah, karena sampah merupakan hasil efek samping dari adanya

aktivitas manusia, hasil-hasil dari organisme ataupun hasil proses alamiah. Seiring

dengan perkembangan waktu, aktifitas yang dilakukan oleh manusia

menghasilkan banyak sampah dalam berbagai macam, seperti hasil-hasil produksi

dari berupa sampah rumah tangga maupun sampah berupa limbah pabrik yang

mengandsung zat-zat kimia seperti : Fluor, Clorida, Broida dan Iodida

(Wibisono, 2014). Sampah selalu timbul menjadi persoalan rumit dalam

masyarakat yang kurang memiliki kepekaan terhadap lingkungan.

Ketidakdisiplinan mengenai kebersihan dapat menciptakan suasana yang tidak

menyenangkan akibat timbunan sampah. Kondisi yang tidak menyenangkan ini

akan memunculkan bau tidak sedap, lalat berterbangan, dan gangguan berbagai

penyakit siap menghadang di depan mata dan peluang pencemaran lingkungan

disertai penurunan kualitas estetika pun akan menjadi santapan sehari-hari bagi

masyarakat (Anonim, 2018).

Bank Dunia dalam laporan yang berjudul “What a Waste: A Global

Review of Solid Waste Management”, mengungkapkan jumlah sampah padat di

kota-kota dunia akan terus naik sebesar 70% mulai tahun ini hingga tahun 2025,

dari 1,3 miliar ton per tahun menjadi 2,2 miliar ton per tahun. Mayoritas kenaikan

terjadi di kota-kota di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah sampah padat


2

yang diproduksi secara nasional mencapai 151.921 ton per hari. Hal itu berarti,

setiap penduduk Indonesia rata-rata membuang sampah padat sebesar 0,85 kg

setiap hari. Data Bank Dunia juga menyebutkan, dari total sampah yang

dihasilkan secara nasional, hanya 80% yang berhasil dikumpulkan. Sisa terbuang

mencemari lingkungan. Volume sampah di Indonesia sekitar 1 juta meter kubik

setiap hari, namun baru 42% di antaranya yang terangkut dan diolah dengan baik.

Jadi, sampah yang tidak diangkut setiap harinya sekitar 348.000 meter titik atau

sekitar 300.000 ton. (Irwanto, 2017).

Perilaku membuang sampah sembarangan ini, tidak mengenal tingkat

pendidikan maupun status sosial. Keberadaan sampah di kehidupan sehari-hari tak

lepas dari tangan manusia yang membuang sampah sembarangan, mereka

menganggap barang yang telah dipakai tidak memiliki kegunaan lagi dan

membuang dengan seenaknya sendiri. Kurang kesadaran akan pentingnya

kebersihan menjadi faktor yang paling dominan, di samping itu kepekaan

masyarakat terhadap lingkungan harus dipertanyakan. Mereka tidak mengetahui

bahaya apa yang akan terjadi apabila tidak dapat menjaga lingkungan sekitar.

Salah satu bentuk perilaku membuang sampah. Pada masyarakat adalah dengan

membuang sampah di sungai. Kondisi ini menyebabkan lingkungan di sekitar

tepi sungai terlihat sangat kotor akibat tumpukan sampah, lalat beterbangan,

banyak tikus dan nyamuk, bahkan menyebarkan aroma yang tidak sedap. (Putra &

Amaludin, 2019).

Sampah secara sederhana dapat diartikan sebagai segala barang padat yang

tidak terpakai lagi. Seringkali sampah menimbulkan masalah yang serius jika
3

tidak dikelola dengan tepat. Manajemen pengelolaan sampah yang kompleks

dengan multi tahapan; mulai dari sampah dihasilkan pada tingkatan rumah tangga,

sampah industri atau sampah agraris, pengumpulan sampah, transportasi sampah,

fasilitas-fasilitas pengelolaan sampah sampai pada Tempat Pembuangan Akhir

(TPA). Pengelolaan sampah yang tidak tepat akan menyebabkan permasalahan

kesehatan masyarakat.

Permasalahan kesehatan masyarakat yang sering dikunjungi oleh

masyarakat dan menungkinkan terjadinya penularan penyakit adalah pasar.

Permasalahan kesehatan masyarakat yang sering ditemukan di tempat-tempat

umum terutama pasar adalah masalah sampah. Pertumbuhan ekonomi serta

penduduk terus meningkat cenderung menimbulkan permasalahan yaitu kenaikan

volume sampah, terutama di negara yang berkembang (Dhokhikah, et al., 2015).

Akibat peningkatan volume sampah ini dapat berdampak buruk pada lingkungan,

risiko kesehatan, degradasi ekosistem, kontaminasi tanah dan air, dan juga

perilaku pembakaran sampah di tempat terbuka yang akhirnya menyebabkan

penurunan kualitas kehidupan, penurunan kualitas lingkungan tersebut dapat

terjadi karena kurangnya program pengelolaan yang efektif, peraturan serta

kebijakan yang tidak memadai (Verma et al., 2016).

Pasar yang kotor dan kumuh akan menjadi sumber penyebaran penyakit

bagi pedagang dan pembeli. Lingkungan pasar yang kotor dan kumuh akan

menyebabkan pembeli kurang nyaman dengan keadaan pasar sehingga enggan

berbelanja di pasar yang tidak bersih dan akan berdampak pada kerugian

pedagang. Sampah di lingkungan pasar yang tidak dikelola dengan baik menjadi
4

tempat berkembangbiaknya faktor penyebab penyakit, membuat pemandangan

menjadi tidak enak dipandang, dan menimbulkan bau yang tidak sedap (Hamdani,

2019). Sampah pasar memiliki karakteristik khas, volumenya besar, kadar air

yang tinggi, serta mudah membusuk pengelolaan sampah perlu dilakukan secara

tepat agar tercipta keadaan lingkungan pasar yang bersih dan sehat (S. Lestari,

2016). Penanganan masalah sampah di pasar membutuhkan partisipasi dari

pedagang karena masalah kebersihan lingkungan pasar bukan hanya tanggung

jawab pemerintah saja (Lampus & Sendow, 2017). Faktor-faktor yang

mempengaruhi partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah adalah

pengetahuan dan sikap pedagang yang ditunjukkan dengan perilaku atau

kebiasaan pengelolaan sampah di pasar (Dina et al., 2020).

Keadaan seperti itu tidak dapat dibiarkan begitu saja karena menurut UU

Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, menyebutkan bahwa sampah

merupakan permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan

secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat

secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat

mengubah perilaku masyarakat. Selain itu, hal lain yang penting untuk

diperhatikan, berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 2008 bahwa setiap orang berhak

mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan sampah secara baik dan berwawasan

lingkungan dari pemerintah daerah, atau pihak lain yang diberi tanggung jawab

untuk itu.

Berdasarkan pengamatan peneliti selama 1 minggu di Pasar Raya

Mekongga Kabupaten Kolaka banyak sampah berserakan di halaman pasar,


5

pekarangan pasar dan terlihat pedagang melakukan pembuangan sampah

sembarangan atau membuang sampah di sembarang tempat. Peneliti menemui 7

dari 10 pedagang yang tidak mengetahui tentang kesehatan lingkungan.

Berdasarkan data tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul Pengaruh pengetahuan kesehatan lingkungan para pedagang terhadap

pembuangan sampah sembarangan di Pasar Raya Mekongga, Kelurahan

Lamokato, Kecamatan Kolaka, Kabupatan Kolaka.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalah yang telah dijelaskan pada latar belakang

tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimana pengaruh pengetahuan kesehatan lingkungan para pedagang terhadap

kesadaran perilaku pembuangan sampah di Pasar Raya Mekongga

Kabupaten Kolaka.

1.3 Tujuan Penelitian

Dari permasalahan yang telah di rumuskan tersebut, yang menjadi tujuan

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh

pengetahuan kesehatan lingkungan terhadap pembuangan sampah sembarangan di

Pasar Raya Mekongga Kabupaten Kolaka.


6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan masalah

lingkungan hidup terutama dalam pengelolaan sampah dan dapat dijadikan bahan

masukan untuk proses penelitian yang akan dating berhubungan dengan perilaku

masyarakat dan pedagang dalam membuang sampah agar tercipta lingkungan

hidup yang sehat.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi masyarakat dan

pedagang di Pasar Raya Mekongga agar dapat lebih berperilaku peduli

dalam membuang sampah demi terciptanya lingkungan yan bersih dan

sehat. Serta mampu berpartisipasi mengoptimalkan kebijakan Pemerintah

dalam pengurangan dan pengelolaan sampah.

2. Bagi pengelola Pasar Raya Mekongga

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pengelola Pasar

Mekongga Raya Kolaka agar dapat lebih peduli akan pengelolaan sampah

yang terdapat di sekitar Pasar Raya Mekongga. Serta mampu berpartisipasi

mengoptimalkan kebijakan Pemerintah dalam pengurangan dan

pengelolaan sampah.

3. Bagi Pemerintah Setempat


7

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pemerintah

setempat sebagai bahan evaluasi dan melakukan pembenahan melalui

program kerja dalam mengatasi persoalan sampah demi menciptakan

lingkungan yang bersih dan sehat di Pasar Raya Mekongga Kolaka.


8

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Lingkungan

2.1.1 Pengertian Kesehatan Lingkungan

Untuk menciptakan kesehatan lingkungan, masyarakat perlu ada kesadaran

akan pentingnya kesehatan lingkungan yang baik jika ingin menciptakan

komunitas yang sehat dan bahagia. Apabila mereka mampu menjaga lingkungan

dengan baik secara tanggung jawab, munculnya banyak penyakit, yang umumnya

dikarenakan adanya lingkungan kotor, dapat dihindari.

Menurut, H.J. Mukono (2014), menyebutkan bahwa Ilmu Kesehatan

Lingkungan merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara

faktor kesehatan dan faktor lingkungan.

Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah

suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar

dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Sedangkan menurut HAKLI

(Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan lingkungan adalah

suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang

dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung terciptanya kualitas

hidup manusia yang sehat dan bahagia.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014

tentang kesehatan lingkungan, bahwa pengaturan kesehatan lingkungan bertujuan

untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik dari aspek fisik, kimia,
9

biologi, maupun social, yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya.

Dari beberapa pengertian kesehatan lingkungan di atas dapat disimpulkan

bahwa, kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu

menopang keseimbangan ekologis yang dinamis antara manusia dan lingkungan

untuk mendukung tercapainya realitas hidup manusia yang sehat, sejahtera, dan

bahagia.

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Lingkungan

Keseimbangan lingkungan dapat menjadi rusak, artinya lingkungan tidak

menjadi seimbang jika terjadi perubahan yang melebihi daya dukung dan daya

lentingnya. Perubahan lingkungan dapat terjadi karena alam maupun manusia.

Perubahan lingkungan yang disebabkan oleh manusia dan berakibat pada

alam misalnya:

1. Penebangan dan perburuan liar

2. Keigatan pembangunan

3. Pembuangan limbah dan sampah

4. Pemanfaatan hewan dan tumbuhan secara berlebihan

Pernyataan yang diucapkan Menkes tersebut berdasarkan pada Teori H.L.

Blum yang menyebutkan bahwa derajat kesehatan ditentukan oleh 40% faktor

lingkungan, 30% faktor perilaku, 20% faktor pelayanan kesehatan, dan 10%

faktor genetika (keturunan).


10

Dengan kata lain, faktor lingkungan yang dalam hal ini seperti menjaga

kebersihan lingkungan dan sanitasi harus baik, menjadi faktor penentu tertinggi

dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Namun yang terjadi di masyarakat saat ini, dalam meningkatkan derajat

kesehatan justru lebih tinggi pada pelayanan kesehatan. Artinya banyak

masyarakat yang dilakukan pengobatan atau kuratif di fasilitas kesehatan tapi

kebersihan lingkungan kurang diperhatikan. Hal tersebut dimaksudkan bahwa

peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui faktor

lingkungan untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan.

2.2 Perilaku Pedagang

2.2.1 Pengertian Perilaku Pedagang

Sikap sudah sejak lama menjadi salah satu konsep yang dianggap penting

dalam berbagai ilmu sosial pada umumnya. Untuk merumuskan pengertian yang

jelas mengenai konsep sikap, berbagai kajian mendalam telah dilakukan oleh

beberapa para ahli. Kajian mendalam mengenai sikap ini dilakukan untuk

menjelaskan proses terbentuknya sikap, proses perubahan sikap dan pengertian

dari sikap.

Menurut Albara (2016), perilaku berarti kelakuan, perbuatan, sikap,

tingkah, dan pedagang adalah seseorang yang menjual, mengganti, dan

menukarkan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Pengertian perilaku pedagang

tersusun dari dua kata, yaitu kata perilaku dan pedagang. Perilaku adalah suatu
11

sifat yang ada dalam diri manusia. Perilaku manusia sederhananya di dorong oleh

motif tertentu.

Menurut Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood (2018),

menurut mereka perilaku adalah suatu bentuk 0evaluasi atau reaksi perasaan.

Berarti sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau

memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak

(unfavorable) pada objek tersebut.

Menurut Anies (2016), pengertian perdagangan atau jual beli secara

Bahasa (lughatan) berasal dari Bahasa arab al-bai’, al-tijarah, al-mubadalah

artinya mengambil, memberikan sesuatu atau barter. Secara istilah (syariah) ulama

fikih dan pakar mendefinisikan secara berbeda-beda bergantung pada sudut

pandangnya masing-masing.

Menurut Gufron (2020), Pedagang adalah bagian dari bisnis yang berjalan

sebagai penengah (distribusi) suatu barangyang dihasilkan dari sector ekonomi,

yaitu sector pertanian, sector industry dan sector jasa yang dibutuhkan dan

diperlukan oleh manusia atau masyarakat untuk dapat dimanfaatkan oleh

konsumen. Secara logis dengan adanya kegiatan ini akan dapat memberikan

manfaat bagi masyarakat.

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pedagang

Ada beberapa factor yang dapat mendorng perubahan sikap pedagang ke

arah positif dank e arah negatif, yaitu diantaranya adalah:

1. Faktor-faktor yang mendorong ke arah negatif:


12

a. Tidak memberikan keuntungan atau harapan untuk masa depan.

b. Adanya penolakan terhadap stimulus tersebut.

c. Stimulus yang diberikan tidak menarik bagi individu yang

bersangkutan.

2. Faktor-faktor yang mendorong ke arah positif:

a. Stimulus mengandung keuntungan atau harapan untuk masa depan.

b. Adanya penerimaan terhadap stimulus tersebut.

c. Stimulus yang diberikan menarik bagi individu yang bersangkutan.

d. Adanya imbalan atau hukuman dalam stimulus yang diberikan.

Berdasarkan informasi tersebut maka dapat dijelaskan bahwa sikap dapat

terjadi melalui suatu stimulus yang diberikan sehingga dapat mempengaruhi

reaksi tertentu dari individu. Reaksi tertentu ini dapat juga didorong oleh

hukuman atau imbalan terhadap individu tersebut. Selain dari hukuman atau

imbalan, sikap juga dapat diperoleh dari faktor komunikasi seseorang dalam

meyakinkan dan memberi stimulus awal.

Dari penjelasan faktor pembentuk sikap tersebut, dapat diketahui bahwa

sikap bukanlah pembawaan yang melekat pada diri seseorang sejak lahir.

Melainkan, sikap merupakan hal yang dipelajari oleh individu sehingga individu

tersebut mendapatkan pengetahuan dan dibentuk melalui pengalaman-pengalaman

yang dialami oleh individu tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, maka sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan

pengetahuan dan pengalaman individu yang bersangkutan. Selain dari faktor


13

pengetahuan dan pengalaman, sikap juga memiliki faktor motivasi dan perasaan.

Dari faktor-faktor itulah akan tercipta respon seseorang dalam menghadapi suatu

objek tertentu yang dihadapi individu tersebut.

2.3 Partisipasi Pedagang dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan

Setiap manusia dalam kehidupannya memiliki perannya masingmasing

dalam suatu hal, perannya ini bisa dikarenakan keinginan individu itu sendiri

untuk bergerak maupun karena dorongan atau perintah dari luar yang membuat

indvidu itu bergerak. Bentuk gerak manusia dalam menjaga kebersihan

lingkungan juga merupakan salah satu bentuk partisipasi dalam menjaga

kebersihan lingkungan.

Masalah partisipasi umumnya didefinisikan dalam hubungannya dengan

kemampuan seseorang berpartisipasi pada suatu kegiatan. Partisipasi yang

mencakup kesediaan seseorang untuk berpartisipasi secara aktif dapat dilakukan

dengan memberikan sumbangan baik ide, tenaga, atau modal terhadap kegiatan

yang dilakukan.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, partisipasi berarti berperan serta,

ikut dalam suatu kegiatan. Kata partisipasi sebenarnya berasal dari bahasa latin

“participation” yang berarti mengambil bagian. Kata “participation” berasal dari

kata kerja “partisipare” yang berarti ikut serta. Dengan demikian, partisipasi

mengandung pengertian aktif, yakni adanya kegiatan atau aktivitas.

Penjelasan mengenai partisipasi telah didefinisikan dalam berbagai

pengertian. Seperti yang dijelaskan menurut Diharna, bahwa partisipasi adalah


14

keterlibatan seseorang secara sadar terhadap pihak lain dalam suatu kegiatan.

Berdasarkan pengertian partisipasi menurut Diharna tersebut, dapat dipahami

bahwa partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan yang

ada dengan maksud membantu orang lain dalam kegiatan tersebut. Membantu

disini dalam realisasinya dapat diidentifikasikan dalam bentuk dana, material,

tenaga, dan mental atau pikiran.

Sementara pengertian lain dari partisipasi juga diungkapkan oleh Keith

Davis, yang menyatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan

emosional orang-orang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk

memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok dan bertanggung jawab dalam

pencapaian tujuan.

Berdasarkan pengertian partisipasi yang yang dijelaskan oleh Keith Davis

tersebut, dapat diartikan bahwa partisipasi didasari oleh faktor kemauan seseorang

yang pada akhirnya akan mendorong orang tersebut untuk melakukan kontribusi

dalam mencapai tujuan dan individu tersebut juga ikut dalam pertanggungjawaban

dalam pencapaian tujuan tersebut. Selanjutnya, pengertian mengenai partisipasi

juga dijelaskan secara sederhana oleh Jnababrata Bhattacharyya (1990) yang

mengartikan partisipasi sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama.

Berdasarkan pengertian Parker tersebut, dapat dipahami bahwa partisipasi

merupakan cara seseorang untuk ikut terlibat dalam suatu kegiatan. Ikut terlibat

disini bisa dalam suatu perbuatan maupun pemberian ide atau gagasan dan modal.
15

Berdasarkan pengertian partisipasi yang dijelaskan tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa partisipasi merupakan suatu bentuk keterlibatan yang

dilakukan indvidu maupun kelompok dalam bentuk berupa tenaga, pikiran

ataupun materi yang didorong atau didasari oleh keinginan individu atau

kelompok itu untuk mencapai tujuan bersama.

Selain menguraikan pengertian partisipasi, Diharna juga menuliskan karakteristik

partisipasi. adapun karakteristik partisipasi menurut Diharna dapat adalah seperti

berikut:

a. Adanya keterlibatan mental dan emosional selain hanya aktivitas fisik.

b. Situasi kelompok yang dapat memotivasi orang-orang untuk memberikan

kontribusinya, mereka yang terlibat mempunyai kesempatan untuk

menyalurkan inisiatif atau kreatifitasnya dalam pencapaian tujuan.

c. Partisipasi mendorong orang yang terlibat untuk menerima tanggung

jawab dan mempunyai keinginan untuk mewujudkan keberhasilan tujuan.

Berdasarkan karakteristik partisipasi yang dijelaskan oleh Diharna

tersebut, dapat diketahui bahwa partisipasi melibatkan mental seperti keinginan

untuk berkontribusi pada awal melakukan partisipasi dan faktor emosional seperti

rasa senang sesudah berpartisipasi. Selain dari faktor itu dorongan dari kelompok

juga mendukung seseorang berpartisipasi dan pada akhirnya orang tersebut

terdorong untuk menerima tanggung jawab dalam pencapaian tujuan kegiatan.


16

Dalam melakukan partisipasi, seseorang bisa melakukan kontribusi dalam

berbagai wujud partisipasi. Wujud partisipasi ini bermacam-macam, umumnya

ada tiga wujud partisipasi, yaitu:

1. Partisipasi berupa pikiran/ide/gagasan

2. Partisipasi berupa tenaga

3. Partisipasi berupa modal

Masyarakat sebagai pelaku partisipasi bisa memilih untuk ikut

berpartisipai dalam suatu kegiatan atau tidak berpartisipasi. Menurut Goldsmith

dan Blustain, masyarakat dapat tergerak untuk berpartisipasi jika:

1. Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah terkenal atau

organisasi yang sudah ada ditengah-tengah masyarakat yang

bersangkutan

2. Partisipasi itu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat

3. Manfaat yang diperoleh dapat memenuhi kepentingan masyarakat

4. Terjamin adanya kontrol yang dilakukan oleh masyarakat dalam

pengambilan suatu keputusan.

Partisipasi seseorang dalam suatu kegiatan dapat ditentukan oleh

perilakunya. Perilaku seseorang yang menghasilkan partisipasi didasari oleh

keinginan orang tersebut untuk memperolah kebutuhannya. Tinggi rendahnya

partisipasi seseorang dapat dipengaruhi oleh harapan dan kemauan untuk

mendapatkan sesuatu yang diinginkannya dalam kegiatan partisipasi.


17

Partisipasi dapat dilakukan oleh individu maupun kelompok. Individu atau

kelompok ini salah satunya adalah pedagang. Salah satu tempat pedagang dapat

berpartisipasi yaitu di lingkungan pasar. Secara umum diketahui pasar adalah

tempat pedagang menjual barang dagangan mereka. Sedangkan pengertian

lingkungan dalam Ensiklopedia Indonesia, lingkungan adalah segala sesuatu yang

ada di luar suatu organisme.

Partisipasi pedagang yang dilakukan di lingkungan pasar dapat berupa

menjaga kebersihan lingkungan pasar. Partisipasi pedagang menjaga kebersihan

lingkungan pasar pada dasarnya dilakukan untuk mencapai tujuan yaitu

kebersihan lingkungan pasar.

Untuk membuat lingkungan pasar terjaga kebersihannya diperlukan usaha

menjaga kebersihan lingkungan yang bisa dilakukan melalui partisipasi pedagang

dalam pemeliharan kebersihan dan pengelolaan sampah. Dalam pemeliharaan

kebersihan dan pengelolaan sampah, pedagang mempunyai hak dan kewajiban

untuk berpartisipasi. Hal ini jelas disebutkan dalam Undang-Undang Republik

Indonesia no 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah yang bertuliskan sebagai

berikut;

Pasal 11 ayat 1

Setiap orang berhak berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan,

penyelenggaraan, dan pengawasan di bidang pengelolaan sampah.

Pasal 12 ayat 1
18

Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sejenis sampah

rumahtangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang

berwawasan lingkungan.

Pengertian sampah menurut Undang-undang Republik Indonesia no 18

tahun 2008 tentang pengelolaan sampah yang menjelaskan pengertian sampah

adalah sisa kegiatan sehari-hari menusia atau proses alam yang berbentuk padat.

Sampah-sampah tersebut jika tidak ditangani dengan baik akan

menimbulkan penumpukan sampah yang berlebihan dan bisa berdampak terhadap

lingkungan. Terlebih lagi sampah yang menumpuk dapat menyebabkan efek baik

secara langsung maupun secara tidak langsung. Dampak sampah secara langsung

sampah bisa menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu secara tidak langsung

itu juga dapat memancing berbagai serangga atau hewan penyebar penyakit yang

dapat hinggap di makanan sehingga mengurangi kesehatan makanan serta

pemandangan menjadi tidak enak dipandang dan mengurangi kenyamanan

berbelanja bila terjadi penumpukan sampah yang berlebihan sehingga

menurunkan minat pembeli untuk membeli dagangan.

Berdasarkan masalah kebersihan yang ditimbulkan oleh sampah di atas,

maka partisipasi pedagang dalam menjaga kebersihan lingkungan pasar sangat

dibutuhkan. Usaha partisipasi menjaga kebersihan lingkungan pasar ini

seharusnya bisa dilakukan oleh para pedagang itu sendiri.

Pedagang memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kebersihan

lingkungan dari sampah-sampah. Partisipasi pedagang dalam menjaga kebersihan


19

lingkungan pasar inilah dapat menciptakan lingkungan pasar yang kebersihannya

terjaga. Menurut Daryanto dalam menangani sampah dapat meliputi hal-hal

sebagai berikut;

a) Pengumpulan

Pengumpulan sampah adalah kegiatan mengambil dan memindahkan

sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementaran.

b) Pemisahan

Pemisahan adalah kegiatan mengelompokkan dan memisahkan sampah

sesuai dengan jenis sampahnya yaitu organik dan non organik.

c) Pembakaran

Pembakaran sampah adalah kegiatan yang dilakukan untuk menghilangkan

atau mengurangi sampah. Proses pembakaran sebaiknya diatur agar tidak

mengganggu lingkungan sekitar.

d) Pembuangan

Pembuangan sampah adalah kegiatan dibuangnya sampah ke tempat

pembuangan, lokasi pembuangan harus diperhatikan dengan baik agar

tidak mengganggu;

e) Pengomposan Sampah

Pengomposan sampah adalah kegiatan pengurangan sampah dengan

pengalihannya menjadi barang yang memiliki nilai guna lain.

Penanganan sampah merupakan masalah yang komplek, untuk itu tidak

cukup dengan mengandalkan tanggung jawab pemerintah saja, tetapi merupakan

tanggung jawab seluruh masyarakat. Peran serta masyarakat dalam hal ini
20

pedagang dapat berupa tidak membuang sampah di sembarang tempat melainkan

membuang sampah pada tempatnya, ikut andil dalam pembayaran retribusi

sampah, gotong royong dalam kebersihan, saling mengingatkan, dan menyediakan

sarana kebersihan jika mampu.

2.4 Penelitian Relevan

Berdasarkan hasil penelusuran pustaka, peneliti tidak menemukan studi

atau penelitian-penelitian yang sama persis dengan yang peneliti lakukan. Namun

terdapat beberapa penelitian terkait variabel yang ingin diteliti. ada dua sumber

penelitian yang ditemukan dan digunakan oleh peneliti yaitu :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ana Dwi Rohmawati dengan judul

“Hubungan Pengetahuan Pedagang Tentang Kesehatan Lingkungan

Dengan Partisipasinya Dalam Penanganan Sampah”. Penelitian ini

dilakukan di Pasar Induk Kramatjati Jakarta Timur. penelitian ini

ditujukan untuk menjelaskan hubungan dari pengetahuan yang dimiliki

pedagang pasar dalam hal ini pedang buah, sayuran, ikan dan daging

dalam menjaga kesehatan lingkungan di Pasar Induk Kramatjati

Jakarta Timur. Penelitian ini berjenis kuantitatif dengan menggunakan

metode deskriptif dengan pendekatan statistik tehnik analisis

korelasional. Hasil penelitian yang diperoleh di Pasar Raya Mekongga

Kolaka menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian Ana Dwi

yaitu saling menjaga dan melestarikan kesehatan lingkungan di Pasar.


21

2. Penelitian Risky Nuri Amelia dengan judul “Sikap Masyarakat

Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Bantargebang”. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Ciketing Udik,

Kelurahan Cikiwul, dan Kelurahan Sumur Batu Kecamatan

Bantargebang Kota Bekasi. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui

sikap masyarakat sekitar terhadap keberadaan TPA Bantargebang.

Hasil analisis data menyatakan bahwa eksternalitas positif

menyebabkan meningkatnya sarana dan prasarana wilayah, terciptanya

peningkatan pendapatan dan lapangan pekerjaan, sedangkan

eksternalitas negatif mengakibatkan air tercemar, tumpukan sampah

membuat udara menjadi tidak baik untuk dihirup serta gangguan

kesehatan. Selanjutnya, diperoleh nilai rata-rata WTA yang diinginkan

responden sebesar Rp. 497.540,98/KK/bulan dan nilai total WTA

untuk Kelurahan Ciketing Udik sebesar Rp. 339.707.547.537,54 per

tahun. Implikasi penelitian ini adalah upaya untuk mengurangi

tumpukan sampah yang berada di TPST Bantargebang, pemerintah

dapat melakukan sosialisasi mengenai pentingnya pemilahan dan

pemanfaatan sampah serta menghimbau kepada masyarakat untuk

melakukan pemilahan sampah terlebih dahulu sebelum sampah

tersebut dibuang dan diangkut sehingga dapat membantu dalam

pengelolaan sampah di TPST Bantargebang.

3. Penelitian Oleh Muhammad Ali dan Putu Indra Christiawan Dengan

judul penelitian “Tingkat Partisipasi Pedagang Dalam Pengelolaan


22

Sampah Pasar Tradisional di Kota Singaraja”. Hasil penelitian

menujukkan bahwa karakteristik sampah secara umum dominan

sampah organic (66%), dan sampah anorganik juga cukup besar

(>24%). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi

pedagang dalam pengelolaan sampah pasar tradisional di Kota

Singaraja terdiri dari faktor internal meliputi (pendidikan, pendapatan,

kepedulian terhadap sampah, pengetahuan tentang sampah), sementara

pengetahuan tentang sampah (Jenis sampah) tidak mempengaruhi

tingkat partisipasi, dan faktor eksternal meliputi (peraturan, bimbingan

dan penyuluhan, dan fasilitas), sementara kondisi lingkungan (kondisi

drainase) tidak mempengaruhi tingkat partisipasi.

4. Penelitian Oleh Tri Yuniarti, Dkk dengan judul “Pengaruh

Pengetahuan Kesehatan Lingkungan Terhadap Pembuangan Sampah

Sembarangan”. Hasil penelitian adalah tingkat pengetahuan warga

tentang kesehatan lingkungan berada pada tingkatan cukup sebanyak

68%. 90,2% warga membuang sampah sembarangan. Perilaku

membuang sampah ke sungai masih dilakukan masyarakat dengan

alasan bahwa sampa yang dibuang ke sungai akan terbawa oleh air

yang mengalir sehingga tidak berdampak banjir.

5. Penelitian Oleh Matius Paundanan dan Sutriani dengan judul Hubungan

Pengetahuan dan Sikap dengan Partisipasi Pedagang dalam Pengelolaan

Sampah di Pasar Labean Kecamatan Balaesang Kabupaten Donggala”. Hasil

penelitian menunjukkan, bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan

partisipasi pedagang, dengan nilai p-value = 0,013 (p-value ≤ 0,05), sikap


23

pedagang dengan partisipasi pedagang, dengan nilai p-velue = 0,046 (p-value

≤ 0,05). Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan yang bermakna

antara pengetahuan dan sikap dengan partisipasi pedagang dalam pengelolaan

sampah di Pasar Labean Kecamatan Balaesang Kabupaten Donggala

Sulawesi Tengah.

2.5 Kerangka Pikir

Kebersihan lingkungan pasar merupakan masalah yang harus ditangani

dengan serius, karena dengan kurang bersihnya lingkungan pasar dapat

mempengaruhi kesehatan lingkungan itu sendiri dan dapat mengurangi minat

pembeli yang dapat berpengaruh dalam penurunan pemasukan pedagang pasar.

Karena itu kebersihan lingkungan perlu untuk dijaga salah satunya oleh pedagang

pasar sendiri dengan cara berpartisipasi dalam menjaga kebersihan lingkungan

pasar.

Penanganan sampah di Pasar Mekongga Kolaka dapat dilakukan oleh

pedagang pasar diantaranya dengan berpartisipasi dalam menjaga kebersihan

lingkungan pasar, seperti tidak membuang sampah sembarangan. Jika melihat

sampah berserakan maka diambil dan dibuang pada tempat yang tersedia,

membayar retribusi sampah tepat waktu, mengajak orang lain untuk menjaga

kebersihan lingkungan pasar, menegur orang lain yang membuang sampah di

lingkungan pasar.

Jika sikap pedagang dalam kebersihan lingkungan seperti dijabarkan di

atas, maka partisipasi dalam menjaga kebersihan lingkungan pasar juga dapat

dipertanggung jawabkan. Namun jika sikap pedagang yang terlihat tidak seperti
24

yang dijelaskan di atas, maka partisipasi menjaga kebersihan pasar kurang dapat

dipertanggung jawabkan.

Sikap pedagang yang diduga memberikan partisipasi positif dalam mejaga

kebersihan lingkungan pasar antara lain: ketika para pedagang hendak membuang

sampah hendaknya dibuang di tempat yang tersedia, bentuk partisipasi lainnya

adalah bahwa usai berjualan seharusnya membersihkan kembali kios

dagangannya, dan saat melihat tempat dagangannya kurang bersih ada dorongan

dari pedagang yang bersangkutan tersebut untuk membersihkannya sehingga

tindakan membersihkan dari para pedagang juga merupakan bentuk lain dari

partisipasi dalam menjaga kebersihan lingkungan pasar.

Pedagang pasar yang berpartisipasi positif dalam menjaga kebersihan

lingkungan pasar diduga memiliki sikap positif terhadap kebersihan lingkungan,

sehingga pada akhirnya lingkungan pasar terjaga kebersihannya.

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat dibuat bagan hubungan

sikap pedagang terhadap kebersihan lingkungan dengan partisipasi dalam menjaga

kebersihan lingkungan di Pasar Mekongga Kabupaten Kolaka seperti, di bawah

ini:
Sikap Pedangan Terhadap Partisipasi Menjaga
Kebersihan Lingkungan Kebersihan Lingkungan Pasar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir


25

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode

kualitatif merupakan metode yang dilakukan dengan menganalisis dan memahami

lebih dalam mengenai makna beberapa individu maupun kelompok dianggap

sebagai masalah kemanusiaan atau masalah sosial (Creswall, 2015). Penelitian

kualitatif ini menggunakan metode penelitian eksplorasi, eksplorasi merupakan

jenis penelitian awal dari suatu penelitian yang sifatnya sangat luas. Dalam

penelitian eksplorasi menjadi sangat penting dikarenakan akan menghasilkan

landasan yang kuat bagi penelitian selanjutnya.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif untuk

dapat memahami fenomena dalam konteks sosial secara alamiah yang

menggambarkan permasalahan sosial terhadap pembuangan sampah sembarangan

di pasar raya mekongga kolaka. Dalam penelitian kualitatif peneliti menganalisis

dan setelah itu melaporkan fenomena dalam suatu hasil analisa dalam penelitian.

3.2 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di lokasi atau objek

penelitian ini berada di “Pasar Raya Mekongga Kolaka” Kel. Lamokato, Kec.

Kolaka, Kab. Kolaka. Daerah sekitar pasar raya mekongga kolaka memiliki

kontribusi yang sangat besar sebagai daerah yang dapat meningkatkan

perkonomian kota.
26

Alasan peneliti mengambil lokasi ini Karena obyek penelitian ini terdapat

banyak sampah berserakan yang dimana banyak pelaku yang membuang sampah

sembarangan.

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian

3.3 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah purposive sampling.

Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan cara

menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga

diharapkan dapat menjawab permasalahan dalam penelitian


27

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Wawancara

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara sebagai

pengumpulan data untuk penelitian. Wawancara adalah suatu pola khusus dari

sebuah interaksi yang dimulai secara lisan untuk suatu tujuan tertentu dan di

fokuskan pada daerah konten yang spesifik dengan suatu proses eliminasi dari

bahan-bahan yang tidak ada hubungannya secara berkelanjutan.

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

semistruktur dalam penelitian. Wawancara semistruktur atau wawancara bebas

terpimpin adalah wawancara untuk menemukan permasalahan secara terbuka dan

memberikan pertanyaan yang bebas kepada narasumber yang dapat disesuaikan

dengan situasi dan kondisi yang ada namun tidak keluar dari pokok permasalahan.

Dalam wawancara peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa

yang dikemukakan kepada narasumber (Sugiyono, 2015). Peneliti membutuhkan

metode wawancara ini untuk menguatkan kognisi dan asumsi subjek yang diteliti.

3.4.2 Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti

melakukan pengamtan secara langsung ke objek peneliti untuk melihat dekat

kegiatan yang dilakukan. Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana

peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat

dari dekat kegiatan yang dilakukan Riduwan (2004). Observasi atau pengamatan

sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu
28

ataupun proes terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi

yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan (Sudjana, 2014).

Observasi dalam penelitian ini menggunakan observasi nonpartisipan.

Observasi nonpartisipan merupakan suatu proses pengamatan observer tanpa ikut

dalam kehidupan orang yang diobservasi dan secara terpisah berkedudukan

sebagai pengamat. Observasi penelitian ini untuk mendapatkan data yang

mendalam dan tidak sampai pada tingkat makna (nilai-nilai dibalik perilaku yang

tampak, yang terucapkan dan yang tertulis). Dalam observasi peneliti segera

mencatat perilaku yang muncul untuk dapat memberikan keabsahan pada

fenomena yang sedang diteliti. Fenomena tersebut seperti : Gerak tubuh, perilaku,

mimik wajah, serta respon saat menjawab pertanyaan.

3.5 Teknik Analisis Data

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menfokuskan pada

paparan kalimat, sehingga lebih mampu memahami kondisi psikologi manusia

yang komplek (dipengaruhi oleh banyak fakta) yang tidak cukup, apabila hanya

diukur dengan menggunakan skala saja. Hal ini terutama didasari oleh asumsi

bahwa manusia merupakan animal symbolicum (makhluk simbolis) yang mencari

makna dalam hidupnya. Sehingga penelitian ini memerlukan peran kualitatif guna

melihat manusia secara total.

Tujuan analisis data kualitatif agar peneliti mendapatkan makna hubungan

variabel-variabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang

dirumuskan dalam penelitian. Hubungan antar semantis sangat penting karena


29

dalam analisis kualitatif, peneliti tidak menggunakan angka-angka seperti pada

analisis kuantitatif. Prinsip pokok teknik analisis data kualitatif ialah mengolah

dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur,

terstruktur dan mempunyai makna.

Menurut Miles, Huberman & Saldana (2014), terdapat tiga teknik analisis

data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses

ini berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum

data benar-benar terkumpul. Teknik analisis data kualitatif sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif.

Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian

rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak perlu diartikan

sebagai kuantifikasi data.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif.

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga

memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data

kualitatif berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik,

jaringan dan bagan.


30

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis data

kualitatif. Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk

mengambil tindakan.

Dari penjelasan-penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa ada yang

mengutarakan memfokuskan pada kalimat dan ada juga yang menjelaskan

mengenai makna variabel dalam sesuatu.


31

DAFTAR PUSTAKA

Alvina, A. & Hamdani, D. 2019. Proses Pembuatan Tempe Tradisional. Jurnal

Pangan Halal, 1(1), 9-12.

Anonim. 2018. Bumi Dalam Kantong Plastik. Penerbit : Sekretariat jenderal

kementerian keuangan. Jakarta.

Dhokhikah, Y., Trihadiningrum, Y. and Sunaryo, S. 2015. ‘Community

participation in household solid waste reduction in Surabaya, Indonesia’,

Resources, Conservation and Recycling, 102, pp. 153–162.

Dina, L., Hilal, N. & Subagiyo, A. 2020. ‘Analisis faktor yang berhubungan

dengan perilaku pedagang dalam pengelolaan sampah di Pasar Segamas

Kabupaten Purbalingga’, Buletin Keslingmas,vol.39, no.2, pp.102-110.

Irwanto. 2017. Sampah Indonesia Rata-rata Naik Satu Juta Ton per Tahun,

terdapat di https://www.merdeka.com/peristiwa/sampah-indonesia-rata-rata-

naik-satu-juta-tonper-tahun.html, diakses 8 Maret 2023.

Kris Wibosono. 2014. Pengarus Process dan Physical Evidence Terhadap

Customer Satisfaction, Jurnal MIX. Vol. 4, No. 2, Diakses 8 Maret 2023.

Lampus. Y, Wangke. W. M, & Sendow. M. M. 2017. Partisipasi Pedagang dalam

Pengelolaan Sampah. Jurnal Agri-SosioEkonomiUnsrat, ISSn 1907-4298,

Vol. 13, No. 2A.


32

Mukono, H.J. 2014. Pencemaran udara dalam ruangan: Berorientasi kesehatan

masyarakat. Surabaya: Airlangga University Press.


33

Putra, A dan Amaludin, LO. 2019. Perilaku Masyarakat Dalam membuang

Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Wali Kecamatan Watopute,Jurnal

penelitian Pendidikan Geografi, Volume 4 Nomor 2 April 2019, hal ; 92.

Sinta Lestari. 2016. Perilaku Pedagang Dalam Membuang Sampah Di Kawasan

Bandar Jaya Kecamatan Tebangii Besar Kabupaten Lampung Tengah.

Skripsi. Lampung. Universitas Lampung.

Verma D, Singh AN, dan AKPS, 2016. Use of Garbage Enzyme. International

Journal of Scientific Resarch and Review, 07(07): 210–205.

LAMPIRAN
34

Dokumentasi
35

Anda mungkin juga menyukai