Anda di halaman 1dari 32

OUTLINE RENCANA PROPOSAL PENELITIAN

NILAI EKONOMI DAN DAMPAK SOSIAL PENGELOLAAN SAMPAH


ANORGANIK MELALUI SISTEM BANK SAMPAH DALAM
MEREDUKSI TIMBULAN SAMPAH DI KOTA SEMARANG

Disusun oleh
Nana Jedy Darpawanto

MAGISTER ILMU LINGKUNGAN


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
Latar Belakang
Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh
pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola
dengan prosedur yang benar.(Panji Nugroho, 2013). Sementara berdasarkan UU No 18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah didefinisikan sebagai sisa dari aktivitas sehari-hari
manusia dan/atau proses alam yang berwujud padat. Dalam pengertian lain disebutkan bahwa
sampah merupakan semua limbah yang berwujud padat yang berasal dari aktivitas manusia
maupun hewan yang dibuang karena sudah tidak bermanfaat dan tidak bernilai.
Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi manusia terhadap
barang atau material yang gunakan sehari-hari, sehingga pengelolaan sampah tidak terlepas
dari pengelolaan gaya hidup masyarakat. Sampai saat ini permasalahan sampah belum
tertangani dengan baik terutama di perkotaan. Sampah telah menjadi permasalahan nasional
sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu sampai
ke hilir agar dapat memberikan manfaat secara ekonomi, artinya bahwa sampah merupakan
sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan sehingga memberikan
nilai tambah sesuai dengan asas nilai ekonomi yang tercantum dalam Undang-Undang No. 18
Tahun 2008.
Penumpukan sampah disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah volume
sampah yang sangat besar sehingga malebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan
sampah akhir (TPA). Pengelolaan sampah yang terjadi selama ini dirasakan tidak memberikan
dampak positif kepada lingkungan, dan kurangnya dukungan kebijakan dari pemerintah.
Menurut Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang (2018), dengan total jumlah penduduk
sebanyak 1,7 juta, timbulan sampah Kota Semarang setiap harinya yaitu 895,86 Ton/hari.
Peningkatan timbulan sampah kota rata-rata tiap tahunnya mencapai 1,5%, melebihi total
kapasitas penampung sampah yang tersedia. Hal ini mengakibatkan penumpukan sampah di
masing-masing TPS tidak terlayani sepenuhnya untuk diangkut ke TPA. Sisa timbulan sampah
tersebut terdiri dari sampah organik dan anorganik. Sampah organik meliputi sayur-mayur, sisa
makanan dan sampah anorganik meliputi plastik, anorganik dan lain lain. Dibandingkan
dengan sampah organik, sampah anorganik lebih susah terurai sehingga jika terjadinya sisa
timbulan akan mengakibatkan dampak buruk bagi lingkungan. Menurut Gelbert dkk dalam
(Faizah, 2008) dampak-dampak tersebut adalah dampak terhadap kesehatan dimana tempat
berkembang biak organisme yang dapat menimbulkan berbagai penyakit, meracuni hewan dan
tumbuhan yang dikonsumsi oleh manusia. Kemudian dampak terhadap lingkungan yaitu mati
atau punahnya flora dan fauna serta menyebabkan kerusakan pada unsur-unsur alam seperti
terumbu karang, tanah, perairan hingga lapisan ozon. Selanjutnya dampak terhadap sosial
ekonomi dapat menyebabkan bau busuk, pemandangan buruk yang sekaligus berdampak
negatif pada pariwisata serta bencana seperti banjir.

Sedangkan Darmono (2010) menyatakan bahwa beberapa dampak lainnya adalah


terjadinya pencemaran udara yang merusak lapisan ozon sehingga menimbulkan pemanasan
global; pencemaran air yang berupa pencemaran substansi kimia dan radioaktif yang
mengganggu fauna misalnya keracunan hingga terjadinya kerusakan genetik dan gangguan
reproduksi atau perkembangbiakan; dan perpindahan emisi anorganik yang mempengaruhi
kesehatan makhluk hidup.

Berdasarkan Permen LH Nomor 13 tahun 2012, pengelolaan sampah selama ini belum
menerapkan prinsip reduce, reuse, dan recycle sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan masyarakat dan lingkungan. Sehingga diperlukan pengelolaan sampah secara
komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat
bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan serta dapat mengubah perilaku masyarakat

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah


Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, dijelaskan bahwa kewajiban bagi
produsen untuk melakukan kegiatan 3R dengan cara menghasilkan produk yang menggunakan
kemasan yang mudah diurai oleh proses alam, yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin,
menggunakan bahan baku produksi yang dapat didaur ulang dan diguna ulang, dan/atau
menarik kembali sampah dari produk dan kemasan produk untuk didaur ulang dan diguna
ulang. Dengan adanya Bank Sampah, maka produsen dapat melakukan kerja sama dengan
Bank Sampah yang ada agar dapat mengolah sampah dari produk yang dihasilkannya sesuai
dengan amanat PP tersebut.

Pengembangan sistem bank sampah merupakan momentum awal membina kesadaran


kolektif masyarakat untuk memulai memilah, mendaur-ulang, dan memanfaatkan sampah
karena sampah mempunyai nilai jual yang cukup baik, sehingga pengelolaan sampah yang
berwawasan lingkungan menjadi budaya baru Indonesia (Kementerian Lingkungan Hidup,
2012).
Menurut Suryani (2014), sampah-sampah yang disetorkan ke bank sampah dibedakan
menjadi beberapa jenis, misalnya: sampah organik, seperti potongan sayuran atau sisa
masakan; mapun anorganik seperti plastik, besi, dan lainnya. Bank Sampah menetapkan harga
beli untuk masing-masing jenis sampah tersebut.
Sistem operasional Bank Sampah yang baik akan membantu pengelolaan sampah
menjadi lebih efisien sehingga jumlah sampah yang masuk ke Bank Sampah dapat bertambah.
Hal ini tentunya akan mempengaruhi banyaknya sampah yang tereduksi dan akan
menyebabkan timbulan sampah yang ada di lingkungan menjadi berkurang. Berkurangnya
jumlah sampah dapat membuat pengelolaan timbulan sampah kota menjadi lebih mudah,
seperti berkurangnya sampah yang masuk TPA sehingga lahan TPA memiliki umur yang lebih
panjang. Selain itu sampah yang belum mendapatkan pelayanan juga berkurang dan membuat
lingkungan lebih bersih dan tingkat kesehatan lingkungan menjadi lebih baik

Oleh karena itu, diperlukan tindakan untuk mengolah kembali sampah-sampah


anorganik tersebut untuk mengurangi dampah buruk bagi lingkungan. Salah satu tindakan yang
dilakukan adalah pengelolaan sampah-sampah anorganik melalui sistem bank sampah.

Nilai ekonomi adalah nilai sekarang netto (bersih) dari seluruh manfaat-manfaat
ekonomi dan biaya-biaya ekonomi di masa yang akan datang yang diharapkan dari suatu
investasi yang ada atau investasi yang menjanjikan (Sumadji, 2006). Potensi nilai ekonomi
sampah anorganik yang dimaksudkan adalah kemampuan sampah anorganik untuk mempunyai
nilai netto (bersih) yang diperoleh dari manfaat-manfaat sampah anorganik yang didapat dari
sebuah atau suatu investasi. Investasi yang dimaksudkan adalah usaha daur ulang sampah
anorganik. Dengan pengelolaan sampah anorganik melalui sistem bank sampah terjadi proses
perubahan dari sampah anorganik yang tidak berharga menjadi sampah anorganik yang
berdampak sosial positif dalam masyarakat dan memiliki nilai ekonomi. Nilai ekonomi sampah
anorganik dapat dilihat dari harga jual yang belum diolah, harga jual sampah anorganik yang
sudah diolah dan juga sampah anorganik yang dijadikan barang bermanfaat.

Apabila melihat potensi pemanfaatan hasil pengelolaan sampah anorganik melalui


sistem bank sampah, maka sebenarnya sampah anorganik tidak hanya merupakan sumber
masalah, tetapi juga memberikan peluang usaha, ekonomi dan berdampak sosial positif dalam
masyarakat.

Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi nilai ekonomi
dan dampak sosial pengelolaan sampah anorganik melalui sistem bank sampah di Kota
Semarang serta pengaruhnya terhadap pemanfaatan sampah tersebut.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas masalah-masalah dalam penelitian yang akan dilakukan
dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Timbulan sampah di Kota Semarang melebihi total kapasitas penampung sampah yang
tersedia sehingga terjadi penumpukan sampah di masing-masing TPS.
2. Pewadahan sampah Kota Semarang belum dilakukan secara terpisah sesuai jenisnya,
sehingga semua sampah tercampur dan menyulitkan dalam pengelolaan sampah
3. Kurang optimalnya pengelolaan sampah anorganik di Kota Semarang
4. Kurangnya pengetahuan warga Kota Semarang dalam pengelolaan sampah yang baik
dan benar serta kurangnya pengetahuan warga mengenai nilai ekonomi dari sampah
anorganik yang mereka hasilkan
Rumusan Masalah
Perumusan permasalahan yang diangkat dari penelitian ini diuraikan dengan pertanyaan –
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana alur pengelolaan sampah anorganik di Kota Semarang ?
2. Bagaimana potensi nilai ekonomi dan dampak sosial pengelolaan sampah anorganik di
Kota Semarang ?
3. Bagaimana sistem operasional bank sampah terhadap pengelolaan sampah anorganik
dalam mengurangi jumlah sampah di Kota Semarang ?
4. Bagaimana pengaruh bank sampah terhadap pengelolaan sampah anorganik di Kota
Semarang

Rumusan Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menentukan alur pengelolaan sampah anorganik di Kota Semarang
2. Menentukan potensi nilai ekonomi dan dampak sosial pengelolaan sampah anorganik
di Kota Semarang
3. Menentukan sistem operasional bank sampah terhadap pengelolaan sampah anorganik
dalam mengurangi jumlah sampah di Kota Semarang.
4. Menentukan pengaruh bank sampah terhadap pengelolaan sampah anorganik di Kota
Semarang

Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini, antara lain:
1. Wilayah yang akan diteliti adalah Kota Semarang, Jawa Tengah
2. Penelitian ini hanya terbatas pada timbulan sampah domestik Kota Semarang, sehingga
sampling hanya dilakukan pada TPS yang ada di Kota Semarang
3. Sampah yang akan diteliti dan seluruh pengambilan data baik data sekunder maupun
primer hanya bersumber dari Kota Semarang
4. Identifikasi potensi nilai ekonomi dan dampak sosial pengelolaan sampah anorganik
bersumber dari kondisi di Kota Semarang

Rumusan Manfaat
Manfaat dilaksanakannya Studi Potensi Nilai Ekonomi Sampah Anorganik Dengan
Konsep Daur Ulang di Kota Semarang adalah:
1. Bagi IPTEK
Menjadi referensi penelitian ilmiah khususnya di bidang persampahan
2. Bagi Pemerintah
Sebagai masukan bagi pemerintah Kota Semarang dalam pengelolaan persampahan
dengan menempatkan daur ulang sampah anorganik, sehingga dapat mereduksi
timbulan sampah domestik di Kota Semarang
3. Bagi Masyarakat
Menambah wawasan masyarakat sehingga diharapkan dapat menjadi masukan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat akan kepedulian terharap lingkungan terutama
daur ulang sampah anorganik dan meningkatkan peran sertanya untuk mereduksi
sampah anorganik dalam pengelolaan sampah di Kotas Semarang.
1

METODOLOGI PENELITIAN

Tujuan Penelitian Secara Operasional


Tujuan operasional penelitian berfungsi untuk menerangkan tujuan
penelitian yang hendak dicapai serta memberikan gambaran langkah-langkah
dalam pengerjaan selanjutnya. Tujuan operasional ini meliputi:

Tabel 3. 1
Tujuan Operasional
No Tujuan Operasional Data yang dibutuhkan

1. Menganalisis Timbulan dan Komposisi 1. Data Timbulan Sampah


Sampah di Kota Semarang
2. Data Komposisi Sampah

2. Menganalisis Kondisi Eksisting Sistem 1. Kondisi Geografis


Pengelolaan Persampahan di Kota
2. Jumlah Penduduk
Semarang
3. Peta Administasi

4. Sarana dan Prasarana

5. Tingkat Pelayanan

3. Mengidentifikasi Sistem Operasional Sistem Operasional dari


Bank Sampah di Kota Semarang Sampel Bank Sampah di Kota
Semarang

4. Menganalisis Potensi Nilai Ekonomi 1. Data timbulan sampah


dan Dampak Sosial Pengelolaan anorganik Kota Semarang
Sampah Anorganik Melalui Sistenm
Bank Sampah
No Tujuan Operasional Data yang dibutuhkan

2. Data Harga Sampah


Anorganik Rata-rata Bank
Sampah di Kota Semarang
3. Data Harga Barang atau
Poduk Olahan Sampah
Anorganik Bank Sampah
di Kota Semarang

4. Mengidentifikasi pengaruh 1. Data Jenis Sampah yang


Pengelolaan Sampah Anorganik Masuk ke Bank Sampah
melalui Sistem Bank Sampah dalam 2. Data Jumlah Sampah yang
Mereduksi Timbulan Sampah di Kota Masuk ke Bank Sampah
Semarang 3. Alur Sampah Setelah dari
Bank Sampah

Alur Penelitian
Munculnya studi nilai ekonomi sampah anorganik di Kota Semarang
disebabkan karena bermula dari timbulan sampah kota yang dihasilkan di Kota
Semarang sudah melebihi kapasitas penampungannya, sehingga terdapat timbulan
sampah yang tidak mampu terlayani untuk dibawa dari TPS ke TPA. Apabila
kondisi dibiarkan begitu saja, maka akan menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan.
Adapun cara yang dapat dilakukan dalam mengurangi atau mereduksi
timbulan sampah yang dihasilkan, salah tau caranya yaitu pengelolaan melalui
sistem bank sampah. Hal yang diangkat dalam penelitian ini difokuskan pada
sampah anorganik, karena pada dasarnya sampah tersebut bisa didaur ulang
kembali dan memiliki potensi nilai ekonomi yang cukup tinggi dan akan berdampak
pada kehidupan sosial bermasyarakat. Hal tersebut yang mendasari munculnya ide
studi dalam penelitian ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui potensi nilai ekonomi dan dampak sosial sampah anorganik melalui
sistem bank sampah di Kota Semarang serta pengaruhnya terhadap pemanfaatan
sampah tersebut.
Agar mendapatkan hasil studi yang sistematis dan sesuai prosedur, langkah
selanjutnya adalah merumuskan masalah dan menetapkan tujuan. Studi literatur
(kajian pustaka) merupakan sebuah tahap setelah tujuan penelitian dilakukan.
Kemudian menentukan metodologi penelitian yang akan dilakukan untuk
mempermudah dalam melakukan penelitian ini. Selanjutnya dilakukan
pengumpulan data primer maupun sekunder yang telah ditentukan yang kemudian
diolah untuk mendapatkan hasil yang ingin dicapai. Langkah terakhir dalam
penelitian adalah menyimpulkan hasil penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat
mengetahui reduksi timbulan sampah setelah dilaksanakannya proses pengelolaan
sampah anorganik melalui sistem bank sampah dan diharapkan mampu mengetahui
potensi nilai ekonomi dan dampak sosial sampah anorganik di Kota Semarang.
II4

Mulai

Pembuatan Proposal
NILAI EKONOMI DAN DAMPAK SOSIAL PENGELOLAAN SAMPAH ANORGANIK
MELALUI SISTEM BANK SAMPAH DALAM MEREDUKSI TIMBULAN SAMPAH DI
KOTA SEMARANG

Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data Primer
Data Sekunder

Peta Lokasi, Data


Kuisioner: Kependudukan, Kondisi
Pengambilan sampel: Observasi langsung: Wawancara:
Demografi dan Monografi
Pengamatan langsung
- Data timbulan sampah - Penentuan responden Wilayah serta Gambaran
kondisi terkait - Penentuan narasuumber
Kota Semarang menggunakan rumus Umum Kota Semarang
pengelolaan sampah menggunakan metode
- Data timbulan sampah Slovin (100 Responden)
anorganik dengan bank purposive sampling
anorgaaik Kota - Penentuan responden Kondisi Eksisting
sampah di Kota Semarang (pemulung di TPS,
Semarang menggunakan metode Pengelolaan Persampahan
pemulung keliling
- Data timbulan sampah purposive sampling Kota Semarang
pemukiman, ,
yang masuk ke bank (pemulung di TPS,
masyarakat Kota
sampah pemulung keliling
Semarang pengelola Peraturan terkait
- Data harga sampah pemukiman, ,
bank sampah, nasabah Pengelolaan Persampahan
anorganik rata-rata masyarakat Kota
bank sampah)
bank sampah di Kota Semarang, pengelola
bank sampah, nasabah Daftar Bank Sampah di
Semarang
bank sampah) Kota Semarang

A
D
A
D

Tahap Pengolahan dan


Analisis Data

Tahap Analisis Kondisi Tahap Analisis Tahap Analisis Sistem Tahap Perhitungan Timbulan
Eksisting Sistem Berdasarkan Kuisioner: Operasional Bank Sampah Sampah:
Pengelolaan Sampah di - Dalam analisis kuisioner di Kota Semarang: 1. Berat Sampah (kg/unit/hari)
Kota Semarang: digunakan dalam poin untuk 1. Wilayah pelayanan Bank 2. Persentase komposisi sampah
Sampah anorganik
1. Presentase Pelayanan masing-masing jawaban yang 2. Manajemen yang diterapkan 3. Jumlah unit masing-masing lokasi
2. Teknik Operasional diajukan kepada masyarakat Bank Sampah 4. Metode pengukuran timbulan sampah:
3. Jenis dan Kapasitas sampah yang - Sampah terkumpul diukur sesuai
3. Peraturan Kota Semarang. diterima Bank Sampah
4. Kelembagaan SNI 19-3964-1994 dan ditimbang
4. Proses pengolahan sampah di
Bank Sampah beratnya, kemudian dipisahkan
5. Peran Serta Masyarakat berdasarkan kompoen komposisi
5. Pihak yang membeli/menjual
6. Timbulan Sampah Kota sampah dari dan/atau ke Bank sampah anorganik dan ditimbang
Sampah beratnya dalam satuan kilogram
Semarang

B D
B D

Tahap Proyeksi Tahap Proyeksi Pola Tahap Perhitungan Nilai Ekonomi Sampah Anorganik:
Pertumbuhan Penduduk: Konsumsi Masyarakat: 1. Rekapitulasi komposisi sampah dari tiap sumbernya
1. Metode Aritmatik - Pola konsumsi masyarakat dapat 2. Identifikasi sampah anorganik dengan cara pemilahan
2. Metode Geometrik ditentukan berdasarkan besarnya 3. Melakukan survey ke tempat proyek konstruksi
3. Metode Eksponensial angka PDRB (Pendapatan 4. Melakukan ke tempat pengepul
Domestik Regional Bruto) per 5. Prediksi kuantitas dan menghitung nilai ekonomi materi daur ulang
kapit harga konstan. a. Nilai ekonomi sampah anorganik yang dihitung berdasarkan sampah
anorganik yang tidak diolah (langsung dijual). Nilai ekonomi dilihat
berdasarkan harga bank sampah di Kota Semarang.
b. Nilai ekonomi sampah anorganik yang dihitung berdasarkan sampah
anorganik yang diolah. Nilai ekonomi dilihat berdasarkan harga jual dari
hasil pembuatan daur ulang anorganik di bank sampah.
6. Identifikasi potensi bank sampah.
a. Melihat nilai ekonomi bank sampah di Kota Semarang.
b. Mengetahui pemasaran sampah anorganik bagi masyarakat

C D
C
D

Tahap Perhitungan Reduksi Sampah Tahap Analisis Alur Pengelolaan Sampah


dengan Sistem Bank Sampah: Anorganik di Kota Semarang:
- Setelah mengetahui jumlah sampah anorganik - Berdasarkan pengumpulan data baik secara primer Validasi
yang dapat didaur ulang, kemudian menghitung maupun sekunder mengenai proses pemulung Hasil
Analisis
reduksi jumlah sampah yang dihasilkan oleh melakukan aktivitasnya setiap hari, maka akan
Kota Semarang. Persentase reduksi sampah didapat atau dibuat alur proses pemulung di Kota
dengan daur ulang sampah anorganik : = Semarang dari mulai memulung sampah
(Jumlah sampah anorganik yang dapat didaur anorganik hingga sampah tersebut didaur ulang
ulang : jumlah sampah total) x 100% dipihak lainnya. Serta membuat deskripsi
mengenai harga sampah anorganik dan rata-rata
pendapatan para pemulung di Kota Semarang
setiap harinya.
-
Hasil Penelitian:

1. Menentukan reduksi timbulan sampah di Kota Semarang


2. Menentukan nilai ekonomi dan dampak sosial pengelolaan sampah ano0rganik melalui sistem bank
Kesimpulan dan sampah di Kota Semarang
Rekomendasi
3. Menentukan sistem operasional bank sampah di Kota Semarang
4. Menentukan pengaruh Pengelolaan Sampah Anorganik melalui Sistem Bank Sampah dalam Mereduksi
Timbulan Sampah di Kota Semarang

Gambar Alur Penelitian


8

Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini dibutuhkan 2 jenis data yakni data primer dan data
sekunder. Pengumpulan kedua jenis data tersebut dilakukan dengan cara:

Data Primer
Data primer merupakan data atau keterangan yang diperoleh di lapangan
yang kemudian diolah dan dievaluasi secara deskriptif dan dianalisa untuk
mendapatkan data-data sekunder. Data-data primer yang dibutuhkan dalam
penelitian ini yaitu harga sampah anorganik dan harga daur ulang sampah
anorganik yang didapat melalui survei, dokumentasi, wawancara dan pengisian
kuesioner. Selain itu data primer yang dibutuhkan lainnya yaitu data berat dan
volume serta komposisi sampah Kota Semarang yang didapat melalui sampling di
tiap TPS Kota Semarang.
Teknik Sampling
Pengukuran timbulan dan komposisi sampah dilakukan sesuai dengan SNI
19-3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan
Komposisi Sampah. Selain itu sampling timbulan sampah juga menggunakan
metode pengukuran timbulan sampah kota di TPS berdasarkan penelitian Enri
Damanhuri, 2007. Teknik sampling tersebut meliputi:
Lokasi
Lokasi pengambilan contoh timbulan sampah dilakukan di Kota Semarang.
9

Gambar Peta Administrasi Kota Semarang


10

Alat Pengambilan Sampel


Dalam melakukan sampling sampah, terdapat beberapa alat yang harus
dipersiapkan seperti :
Tabel 3. 2
Alat Sampling
No. Nama Alat Fungsi Gambar

1. Sarung Tangan untuk melindungi


tangan dari luka dan
bakteri saat
mengambil sampel
sampah.

2. Kantong untuk mengumpulkan


Plastik/Trashbag atau mengambil
sampah dari lokasi
sampling untuk
dibawa ketempat
pengukuran sampah

3. Sekop untuk membantu


mengambil sampel
sampah untuk
dimasukkan ke dalam
kantong plastik /
trashbag / kotak
pengambilan sampel

4. Timbangan untuk menimbang


atau mengukur berat
sampah
No. Nama Alat Fungsi Gambar

5. Masker untuk mencegah bau


dan virus penyakit
akibat timbulan
sampah

Cara Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel timbulan sampah dilakukan di sumber sampah, yaitu di
perumahan dan non perumahan yang terdapat di Kota Semarang selama 8 hari
berturur-turut. Adapun pemilihan lokasi sampling di Kota Semarang tersebut
dipilih berdasarkan kondisi geografis, karakteristik wilayah, tingkat kepadatan
penduduk, fasilitas dan sarana prasarana wilayah serta tingkat kesejahteraan
masyarakat pada setiap kecamatan di Kota Semarang. Untuk menentukan lokasi
pengambilan sampel dilakukan melalui pendekatan, seperti pendekatan acak,
terstratifikasi, dan proporsional. Penentuan titik sampel harus tersebar di beberapa
wilayah, sehingga hasil yang didapatkan dapat merepresentasikan jumlah timbulan
dan komposisi timbulan sampah di seluruh kota.
a. Penentuan Jumlah Sampel
Jumlah sampel jiwa dan kepala keluarga berdasarkan rumus :
S = Cd√𝑃𝑠 ……………………………………………………....…(3.1)
Keterangan :
S = jumlah sampel (jiwa)
Cd = koefisien perumahan
Ps = Populasi (jiwa)

𝑆
K= ……………………………………………………….............(3.2)
𝑁

Keterangan :
K = jumlah sampel (KK)
N = jumlah jiwa per keluarga = 5 jiwa

Contoh penentuan jumlah sampel domestik di Kecamatan Gajahmungkur


Ps = 59.960 jiwa
Cd = 1 N=5
S = 1 √59.960
S = 245 jiwa
K = 245/5 = 49 KK

Dengan proporsi kriteria perumahan sebagai berikut :


Proporsi jumlah KK rumah non permanen = 30% x 49 KK = 15 KK
Proporsi jumlah KK rumah semi permanen = 45% x 49 KK = 22 KK
Proporsi jumlah KK rumah permanen = 25% x 49 KK = 12 KK

Jumlah sampel bangunan non perumahan dihitung berdasarkan rumus


S = Cd √𝑇𝑠……………………………………………………....…(3.3)
Keterangan :
S = jumlah sampel (jiwa)
Cd = koefisien bangunan non perumahan = 1
Ts = jumlah bangunan non perumahan

Contoh perhitungan sampel bangunan non perumahan di Kecamatan


Gajahmungkur adalah sebagai berikut.
1). Sekolah
a). Sekolah Dasar
Jumlah = 21, maka jumlah sampel = √21 = 5 unit
Sampel yang diambil di Kecamatan Gajahmungkur adalah 5 unit
(dianggap sudah mewakili)
b). Sekolah Menengah Pertama
Jumlah = 8, maka jumlah sampel = √8 = 3 unit
Sampel yang diambil di Kecamatan Gajahmungkur adalah 3 unit
(dianggap sudah mewakili)
c). Sekolah Menengah Atas
Jumlah = 11, maka jumlah sampel = √11 = 4 unit
Sampel yang diambil di Kecamatan Gajahmungkur adalah 4 unit
(dianggap sudah mewakili)

2). Toko
T = jumlah toko
Cd = 1
Ts = jumlah toko per 6.000 penduduk
T = Cd √𝑇𝑠
59.960
T =1√
6000 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔

T = 3 toko
Sampel yang diambil di Kecamatan Gajahmungkur adalah 3 unit
(dianggap sudah mewakili)

3). Rumah Makan


Jumlah = 156, maka jumlah sampel = √156 = 12 unit
Sampel yang diambil di Kecamatan Gajahmungkut adalah 12 unit
(dianggap sudah mewakili)

4). Fasilitas Kesehatan


a). Puskesmas
Jumlah = 1, maka jumlah sampel = √1 = 1 unit
Sampel yang diambil di Kecamatan Gajahmungkur adalah 1 unit
(dianggap sudah mewakili)
b). Rumah Sakit
Jumlah = 2, maka jumlah sampel = √2 = 1 unit
Sampel yang diambil di Kecamatan Gajahmungkur adalah 1 unit
(dianggap sudah mewakili)

5). Pasar
Jumlah = 1, maka jumlah sampel = √1 = 1 unit
Sampel yang diambil di Kecamatan Gajahmungkur adalah 1 unit
(dianggap sudah mewakili)

Setelah didapat hasil perhitungan ,jumlah responden akan dibagi


berdasarkan persentase jumlah penduduk, dan jumlah unit yang ada di tiap
Kecamatan.
15

b. Frekuensi Pengambilan Sampel


Berdasarkan SNI 19-3964-1994 pengambilan sampel dilakukan dalam
delapan hari berturut-turut pada lokasi yang sama.

Cara Pengukuran Timbulan Sampah


Menurut SNI 19-3964-1994, pengukuran berat dan volume sampel sampah
baik dari lokasi perumahan dan non perumahan (toko, warung makan dan sekolah)
dilakukan dengan cara:
a) Menentukan lokasi pengambilan sampel yang akan dijadikan sebagai titik
sampel dengan pendekatan, seperti pendekatan acak, terstratifikasi, dan
proporsional. Penentuan titik sampel harus tersebar di beberapa bagian,
sehingga hasil yang didapatkan dapat merepresentasikan jumlah timbulan
dan komposisi timbulan sampah di seluruh kota
b) Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan
c) Membagikan kantong plastik/trashbag yang sudah diberi tanda kepada
sumber sampah sehari sebelum sampah dikumpulkan
d) Mencatat jumlah unit masing-masing penghasil sampah
e) Mengumpulkan kantong plastik/trashbag yang sudah terisi sampah
f) Mengangkut seluruh kantong plastik ke tempat pengukuran
g) Menimbang kantong plastik/trashbag yang sudah terisi sampah, lalu
mencatat beratnya dalam satuan kilogram
h) Memilah sampah berdasarkan komponen sampah anorganik
i) Menimbang dan mencatat berat sampah anorganik dalam satuan kilogram
j) Menghitung komponen komposisi sampah anorganik

Menurut SNI 19-3964-1994, pengukuran berat sampel sampah baik dari


lokasi non perumahan (pasar, dan fasilitas kesehatan) dilakukan dengan cara:
a. Menentukan lokasi pengambilan sampel yang akan dijadikan sebagai titik
sampel dengan pendekatan, seperti pendekatan, seperti pendekatan acak,
terstratifikasi, dan proporsional. Penentuan titik sampel harus tersebar di
beberapa bagian, sehingga hasil yang didapatkan dapat merepresentasikan
jumlah timbulan dan komposisi timbulan sampah di seluruh kota
b. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan
c. Mencatat jumlah unit masing-masing penghasil sampah
d. Mengambil sampah yang akan diukur dan memasukkan sampah yang akan
diukur kedalam kantong plastik/trashbag
e. Menimbang dan mencatat berat sampah dalam satuan kilogram
f. Memilah sampah berdasarkan komponen komposisi sampah anorganik
g. Menimbang dan mencatat berat sampah anorganik dalam satuan kilogram
Kuesioner
Kuesioner dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan baik
tertulis maupun tidak tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Metode ini
cocok untuk jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah luas. Dalam
membuat kuesioner perlu memperhatikan prinsip penulisan (isi, bahasa, tipe,
jumlah pertanyaan dan lain-lain) dan pengukuran serta penampilan fisik. Dalam
penelitian ini, kuisioner dibuat dengan menggunakan pertanyaan terbuka dan
tetutup (open and closed question)

1. Perhitungan Jumlah Responden


Jumlah responden ditentukan dengan metode probability sampling , yang
teknik menentukan jumlah responden untuk pengisian kuesioner yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel (Sekaran, 2010). Kota Semarang memiliki 460.686 KK dengan jumlah KK
di masing-masing kecamatan berbeda. Oleh karena itu menggunakan persentase
berdasarkan jumlah KK yang ada di tiap Kecamatan untuk menentukan pembagian
jumlah responden. Jumlah kepala keluarga Kota Semarang dapat dilihat pada
Tabel 3.8 berikut ini.
Jumlah responden dapat dihitung dengan rumus Slovin, dimana penggunaan
formulasi ini sangat tepat karena digunakan untuk mengukur proporsi dari sebuah
populasi (Sevilla, 1990) dan applicable untuk menghitung jumlah sampel dalam
populasi yang cukup besar (Rivera and Rivera, 2007). Perhitungan jumlah sampel
dengan formula Slovin sebagai berikut:

𝑁
𝑛= ................................................................................................... (12)
𝑁(𝑑)2 +1

Keterangan :

n = Sampel

N = populasi

d = derajat kebebasan (misal : 0,1;0,05;0,01)

Kota Semarang memiliki populasi 460.686 KK maka jumlah responden


adalah :

𝑁 460.686
𝑛= = = 99 ≈ 100 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛
𝑁(𝑑)2 + 1 460.686 (0,1)2 + 1

Setelah didapat hasil perhitungan ,jumlah responden akan dibagi


berdasarkan persentase jumlah KK yang ada di tiap Kelurahan

Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui informasi secara pasti mengenai
hal-hal yang ingin diteliti dari narasumber. Alat-alat wawancara yang dipakai
antara lain:
1. Buku Catatan: berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber
data. Dapat juga menggunakan notebook.
2. Perekam suara: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau
pembicaraan
3. Kamera: berfungsi untuk mengambil gambar narasumber saat melakukan
pembicaraan. Dengan adanya foto ini maka dapat meningkatkan keabsahan
penelitian akan lebih terjamin karena betul-betul melakukan pengambilan
data.

1. Sasaran Wawancara
Dalam pemenuhan kebutuhan data yang berasal dari pelaku pengelolaan
sampah, dilakukan pemilihan narasumber menggunakan metode purposive
sampling

Rekapitulasi Kebutuhan Data Primer


Berikut merupakan rekapitulasi kebutuhan data primer yang dibutuhkan
dalam melakukan penelitian ini:

Tabel
Rekapitulasi Kebutuhan Data Primer
No. Kebutuhan Data Teknik Alat
Pengumpulan Data

1. Data timbulan sampah Kota Sampling timbulan Sarung tangan, trash


Semarang sampah bag, timbangan, sekop,
meteran dan kotak
sampling 500 L

2. Data timbulan sampah anorganik Sampling timbulan Sarung tangan, trash


Kota Semarang sampah bag, timbangan, sekop,
meteran dan kotak
sampling 500 L

Jumlah dan jenis sampah yang Survei, Kuesioner Perekam suara, alat tulis
masuk ke Bank Sampah dan Wawancara dan kamera
19

No. Kebutuhan Data Teknik Alat


Pengumpulan Data

Sistem operasional Bank Wawancara Perekam suara, alat tulis


Sampah dan kamera

Pihak pembeli sampah dari Bank Wawancara Perekam suara dan alat
Sampah tulis

4. Data Harga Sampah Anorganik Survei, wawancara, Kuisioner, kamera


Rata-rata Bank Sampah di Kota pengisian kuisioner
Semarang dan dokumentasi

5. Data Harga Barang atau Produk Survei, wawancara, Kuisioner, kamera


Olahan Sampah Anorganik di pengisian kuisioner
Kota Semarang dan dokumentasi

Peran serta masyarakat dalam Survei dan Kuesioner dan Kamera


pengelolaan sampah dan Kuesioner
pengetahuan mengenai Bank
Sampah

Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur ataupun dokumentasi
perusahaan. Data tersebut diperoleh dengan menggunakan metode literatur, yakni
metode pengambilan data yang dilakukan dengan mempelajari literatur-literatur
terkait untuk digunakan sebagai bahan pedoman dalam pembahasan objek studi.
Metode ini dilakukan agar memperoleh dasar orientasi teori dalam pembahasan
suatu masalah. Data sekunder yang dibutuhkan sebagai berikut :
Tabel
Data Sekunder
No Kebutuhan Data Sumber Data Teknik Alat
Pengumpulan
Data

1. Data Kependudukan Dinas Mengakses Laptop dan


Kota Semarang Kependudukan internet untuk Internet
dan Catatan mendapat data
Sipil Kota di BPS Kota
Semarang Semarang

2. Peta Lokasi, Kondisi Bappeda Kota Dokumentasi Flashdisk,


Demografi dan Semarang Cetak
Monografi Wilayah Buku,
serta Gambaran Kamera
Umum Kota
Semarang

2. Kondisi Eksisting Dokumen Dinas Dokumentasi Flashdisk,


Pengelolaan Lingkungan Cetak
Persampahan Kota Hidup Kota Buku,
Semarang seperti: Semarang Kamera

a. Presentase
Pelayanan

b. Alur Pengangkutan

c. Teknik Operasional

d. Peraturan

e. Kelembagaan

f. Peran Serta
Masyarakat

g. Pemeliharaan

h. Timbulan Sampah
Kota Semarang
No Kebutuhan Data Sumber Data Teknik Alat
Pengumpulan
Data

Struktur organisasi,
tugas dan fungsi Dinas
Lingkungan Hidup
Kota Semarang

Dokumen Dinas
Peraturan Daerah Kota Flashdisk,
3 Lingkungan
Semarang tenatang Dokumentasi Cetak
Hidup Kota
Pengelolaan Sampah Buku
Semarang

Peraturan Daerah Kota Dokumen Dinas


4 Semarang No 6 Tahun Lingkungan
Dokumentasi Flashdisk
2012 Tentang Hidup Kota
Penglolaan Sampah Semarang

SNI 19-3964-1994
Dokumen Dinas
Tata Cara Teknik
5 Lingkungan
Operasional Dokumentasi Flashdisk
Hidup Kota
Pengelolaan Sampah
Semarang
Perkotaan

Dokumen Dinas
UU RI No 18 Tahun
6 Lingkungan
2008 Tentang Dokumentasi Flashdisk
Hidup Kota
Pengelolaan Sampah
Semarang

Daftar Bank Sampah Dokumen Dinas Dokumentasi Flashdisk


di Kota Semarang Lingkungan
7
Hidup Kota
Semarang

Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Data-data yang didapatkan dari tiap teknik operasional diolah dan
dievaluasi secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif melalui uraian kalimat,
penjelasan, serta keterangan hitungan berdasarkan pada teori dan literatur. Ada
beberapa teknik pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini seperti,

Tahap Perhitungan Timbulan dan Komposisi Sampah


Perhitungan contoh timbulan sampah harus mengikuti ketentuan sebagai
berikut.

1). Berat sampah : kg/(unit/jiwa)/hari


Perhitungan berat sampel timbulan sampah adalah sebagai berikut.
𝐵𝑠
Berat sampel timbulan sampah = ……………………………… (3.5)
𝑢

Keterangan
Bs = berat sampah yang diukur (kg)
u = jumlah unit penghasil sampah (jiwa)
2). Satuan yang digunakan dalam pengukuran komposisi sampah adalah %
basah/asal. Persentase komposisi sampah anorganik
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ
= x 100% ……………………………….. (3.6)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ

3). Jumlah unit masing-masing lokasi pengambilan contoh timbulan, yaitu


jumlah jiwa per keluarga
4). Metode pengukuran contoh timbulan sampah, yaitu :
a). Sampah terkumpul ditimbang beratnya
b). kemudian dipisahkan berdasarkan kompoen komposisi sampah dan
ditimbang beratnya

Tahap Perhitungan Proyeksi Pertumbuhan Penduduk


Proyeksi penduduk dapat dihitung berdasarkan pendekatan metode
aritmaatik, geometrik dan eksponensial. Berikut adalah penjelasan dari kedua
metode tersebut.

1. Metode Aritmatik
Pn = Po + rn ……………………………........…...................... (3.7)

Keterangan :
Pn = jumlah penduduk pada tahun n

Po = jumlah penduduk awal

n = tahun penduduk yang akan dihitung

r = tingkat pertumbuhan penduduk

2. Metode Geometrik
Pn = Po (1 + 𝑟)𝑛 ……………………………...............…(3.8)

n log (1+r) = log Pn – log Po ……………………................……(3.9)

Keterangan :

Pn = jumlah penduduk pada tahun n

Po = jumlah penduduk awal

n = tahun penduduk yang akan dihitung

r = tingkat pertumbuhan penduduk

3. Metode Eksponensial
Pn = Po 𝑒 𝑟𝑛 …………………………………..........................…(3.11)
rn log e = log Pn – log Po…………………………….….................…(3.12)
Keterangan :
Pn = jumlah penduduk pada tahun n
Po = jumlah penduduk awal
n = tahun penduduk yang akan dihitung
r = tingkat pertumbuhan penduduk
e = 2,71828
Tahap Perhitungan Pola Konsumsi Masyarakat
Pola konsumsi masyarakat dapat ditentukan berdasarkan besarnya angka
PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) per kapit harga konstan. Pertumbuhan
ekonomi disamping berdampak pada peningkatan pendapatan daerah, juga dapat
meningkatkan potensi perekonomian daerah, dimana nilai PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto) akan semakin membesar. Proyeksi PDRB dapat
ditentukan dengan metode aritmatik, geometrik dan eksponensial yang juga
dipergunakan untuk menghitung pertumbuhan penduduk.

Tahap Perhitungan Proyeksi Timbulan Sampah


Perhitungan timbulan sampah didapatkan dari hasil pengambilan sampel
yang telah dilakukan, kemudian diproyeksikan hingga tahun 2028. Besarnya
timbulan sampah suatu kota ditentukan oleh beberapa faktor antara lain
pertumbuhan penduduk, produk domestik regional bruto dan pertumbuhan fasilitas
umum tiap tahunnya.

Tahap Identifikasi Sistem Operasional Bank Sampah


Identifikasi operasional Bank Sampah dari tiap Bank Sampah yang ada di
Kota Semarang. Hal-hal yang diidentifikasi berupa:
a. Wilayah pelayanan dari Bank Sampah itu sendiri.
b. Manajemen yang diterapkan oleh Bank Sampah.
c. Jenis sampah yang dapat diterima oleh Bank Sampah.
d. Pihak dimana Bank Sampah menjual hasil sampah yang masuk.
e. Proses pengolahan sampah yang dilakukan di Bank Sampah.

Tahap Rekapitulasi Jumlah dan Komposisi Sampah di Bank Sampah


Rekapitulasi dilakukan terhadap masing-masing komposisi sampah yang
diterima oleh Bank Sampah. Data dari rekapitulasi ini berupa berat sampah,
sehingga dari rekapitulasi yang didapat bisa digunakan untuk mengetahui jumlah
keseluruhan sampah yang diterima oleh Bank Sampah dan dapat digunakan untuk
data perhitungan reduksi sampah oleh Bank Sampah di Kota Semarang.
Tahap Perhitungan dan Analisis Nilai Ekonomi Sampah Anorganik
1. Rekapitulasi komposisi sampah dari tiap sumber untuk mengetahui
kuantitas sampah anorganik.
2. Identifikasi sampah anorganik dengan cara pemilahan untuk mengetahui
jenis-jenis sampah anorganik yang bisa dijual ataupun tidak berdasarkan
klasifikasi pemulung.
3. Rekapitulasi hasil kuesioner nilai ekonomi sampah anorganik dari
pemulung dan pengepul diolah menggunakan Microsoft Excel, sedangkan
hasil wawancara dan analisa diolah secara deskriptif kualitatif dan
kuantitatif.
4. Melakukan survei ke bank sampah.
5. Prediksi kuantitas dan menghitung nilai ekonomi materi daur ulang
a. Nilai ekonomi sampah anorganik yang dihitung berdasarkan sampah
anorganik yang tidak diolah (langsung dijual). Nilai ekonomi dilihat
berdasarkan harga pemulung dan harga lapak di Kota Semarang.
b. Nilai ekonomi sampah anorganik yang dihitung berdasarkan sampah
anorganik yang diolah.

Tahap Perhitungan Reduksi Sampah


Tahap perhitungan reduksi sampah ini dimaksudkan untuk mengetahui
berapa besar pengurangan sampah anorganik yang ada di Kota Semarang apabila
seluruh sampah anorganik yang masih memiliki nilai ekonomi didaur ulang dan
dimanfaatkan. Dalam menghitung prosentase reduksi sampah anorganik ini harus
diketahui jumlah timbulan sampah Kota Semarang dan jumlah timbulan sampah
anorganik yang dapat didaur ulang di Kota Semarang.

Prosentase reduksi sampah dengan daur ulang sampah anorganik :

= (Jumlah sampah anorganik yang dapat diaur ulang : jumlah sampah total) x 100%
.

Anda mungkin juga menyukai