Anda di halaman 1dari 57

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Kota Semarang


Menurut Kota Semarang dalam Angka 2017, Kota Semarang terletak antara
garis 6050’-7010’ Lintang Selatan dan garis 109035’-110050’ Bujur Timur. Luas
wilayah Kota Semarang tercatat 373,70 Km2. Secara administratif Kota Semarang
berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang
Sebelah Timur : Kabupaten Demak
Sebelah Barat : Kabupaten Kendal

Laut Jawa

Gambar 4. 1 Wilayah Administrasi Kota Semarang


Kota Semarang dengan luas wilayah sebesar 373,67 km2 terdiri dari 16
kecamatan dan 177 kelurahan. Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah
kecamatan Mijen (57,55 km2 ), diikuti oleh kecamatan Gunungpati dengan luas
wilayahnya sebesar 54,11 km2, sedangkan kecamatan yang terkecil wilayahnya
adalah Kecamatan Semarang Selatan (5,93 km2 ). Luas daerah per Kecamatan di
Kota Semarang Tahun 2016 diberikan pada tabel 4.1 berikut

Tabel 4. 1
Luas Daerah Per Kecamatan di Kota Semarang Tahun 2016
Luas Daerah
No Kecamatan
(Km2)

1 Mijen 57,55

2 Gunungpati 54,11

3 Banyumanik 25,69

4 Gajahmungkur 9,07

5 Semarang Selatan 5,93

6 Candisari 6,54

7 Tembalang 44,20

8 Pedurungan 20,72

9 Genuk 27,39

10 Gayamsari 6,18

11 Semarang Timur 7,70

12 Semarang Utara 10,97

13 Semarang Tengah 6,14

14 Semarang Barat 21,74

15 Tugu 31,78

16 Ngalian 37,99

Sumber: Kota Semarang Dalam Angka, 2017


4.1.2 Kondisi Pengelolaan Sampah
Kota Semarang merupakan kota metropolitan yang berdasarkan hasil
pengambilan sampel yang dilakukan, berat sampah rata-rata dapat diperkirakan
dengan mengetahui berat sampah yang dihasilkan oleh masyarakat di setiap
kecamatan. Pengelolaan persampahan dapat dilihat pada berat sampah yang
diproduksi dengan yang terangkat. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan
berdasarkan pengambilan sampel sampah di lima kecamatan terpilih didapatkan
hasil berat sampah di Kota Semarang adalah 835.323,53 kg per hari. Mayoritas
sampah dibuang ke TPS-TPS yang ada di masing-masing kecamatan. Dinas
Lingkungan Hidup Kota Semarang mempekerjakan sejumlah pekerja untuk
mengangkut sampah baik dari rumah warga menuju TPS ataupun dari TPS menuju
TPA.
Selama perjalanan dari sumber timbulan sampah menuju landfill, terjadi
reduksi sampah yang dilakukan oleh warga dan juga pemulung. Warga yang
memilah sampahnya biasanya menjual sampah mereka ke lapak atau Bank Sampah.
Selain menjual yang biasa dilakukan untuk mengurangi sampah adalah dijadikan
kompos. Sampah yang tidak terolah akan di buang ke TPS. Sampah bisa dibuang
langsung oleh warga ke TPS terdekat atau diangkut oleh petugas dengan kewajiban
warga harus membayar biaya retribusi sampah. Selain warga pemulung juga
mempunyai peran dalam reduksi sampah. Pemulung mengambil sampah-sampah
yang masih mempunyai nilai ekonomi atau dapat dijual. Jenis sampah yang diambil
adalah plastik, kertas dan logam. Pemulung mengambil sampah di rumah-rumah
warga dan juga di TPS.

Sampah yang ada di pemulung kemudian dijual ke lapak atau pengepul.


Lapak atau pengepul skala kecil akan menjual ke lapak atau pengepul yang skalanya
lebih besar lagi. Selanjunya sampah dijual ke industri daur ulang yang mengolah
sampah menjadi bahan baku kembali.

Kondisi pengelolaan sampah logam di Kota Semarang dilakukan secara


individu, dimana warga dan pelaku daur ulang sampah logam yang akan memilah
dan mengelola sampah logam tersebut. Tidak ada petugas khusus dari Dinas
Lingkungan Hidup Kota Semarang yang bekerja memilah dan mengelola sampah
logam. Pada pengangkutan dan pewadahan sampah di TPS-TPS Kota Semarang
juga tidak tersedia tempat khusus pemilahan sehingga sampah logam masih
tercampur dalam satu wadah bersama sampah lainnya.

4.2 Analisis Timbulan dan Komposisi Sampah Kota Semarang


Sampah logam yang memiliki nilai ekonomi dapat dilihat dari besar timbulan
sampah di Kota Semarang. Semakin besar timbulan sampah di Kota Semarang
maka akan semakin besar juga sampah yang memiliki potensi nilai ekonomi.

4.2.1 Timbulan Sampah


Timbulan sampah Kota Semarang dapat diketahui dengan melakukan
pengambilan sampel timbulan secara langsung berdasarkan pada SNI 19-3964-
1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Sampel Timbulan dan
Komposisi Sampah. Dalam pengukuran timbulan sampah, yang dilakukan hanya
pengukuran berdasarkan berat sampah saja. Hal ini dikarenakan untuk mengetahui
reduksi timbulan sampah dengan adanya pelaku daur ulang sampah logam, satuan
sampah yang digunakan adalah dalam berat. Di pemulung, lapak ataupun industri
pengolahan logam proses jual beli sampah dilakukan berdasarkan berat sampah.
Lokasi yang dipilih sebagai tempat pengambilan sampel timbulan sampah
ditentukan berdasarkan pendekatan acak, terstratifikasi, dan proporsional agar
dapat merepresentasikan timbulan diseluruh Kota Semarang. Lokasi yang dipilih
yaitu Kecamatan Gajahmungkur, Tembalang, Gayamsari, Semarang Tengah dan
Tugu. Total timbulan sampah Kota Semarang didapat dari rata-rata timbulan
sampah (kg/orang atau unit/hari) pengambilan sampel di 5 kecamatan tersebut akan
dikali total penduduk/fasilitas umum yang ada di Kota Semarang.

Dari Tabel 4.2 tersebut dapat diketahui rata-rata timbulan sampah domestik
yaitu sebesar 0,401 kg/orang/hari. Timbulan sampah di Kota Semarang yang
dilakukan dalam penelitian ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Elanda Fikri (2015) dengan wilayah penelitian yang sama yaitu
di Kota Semarang yaitu sebesar 0,2 kg/orang/hari.
Hasil perhitungan timbulan sampah domestik di Kota Semarang, hampir
sama dengan penelitian yang dilakukan di Zarqa, Jordan. Penelitian yang dilakukan
oleh Mrayyan dan Hamdi (2006) di Jordan melaporkan bahwa timbulan sampah di
Zarqa mencapai 0,44 kg/orang.hari. Besar timbulan tersebut hampir sama/tidak
berbeda jauh dengan penelitian ini yang timbulan sampah domestiknya sebesar
0,401 kg/orang/hari.

Teori dan hasil penelitian menyatakan bahwa perbedaan jumlah timulan


sampah domestik di negara maju dan berkembang dipengaruhi beberapa faktor,
diantaranya adalah peningkatan jumlah penduduk (Al-Jarallah dan Aleisa, 2014),
pertumbuhan ekonomi (pendapatan) (Troschinetz dan Mihelcic, 2009), perubahan
gaya hidup (standar hidup tinggi) (Pokhrel dan Viraraghavan, 2005) dan perilaku
konsumtif ((Pokhrel dan Viraraghavan, 2005). Hal ini juga sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Damanhuri (2010) bahwa jumlah timbulan sampah
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jumlah penduduk dan peningkatannya,
tingkat hidup dan cara penanganan makanannya atau tingkat perekonomian
penduduknya.

Untuk rata-rata timbulan sampah non domestik berturut-turut yaitu SD


(12,271 kg/hari), SMP (20,751 kg/hari), SMA (25,491 kg/hari), Toko (3,521
kg/hari), Rumah Makan (7,827 kg/hari), Puskesmas (7,04 kg/hari), Rumah Sakit
(252,078 kg/hari) dan Rumah Sakit (236,956 kg/hari).
Tabel 4. 2
Rata-rata Timbulan Sampah Hasil Pengambilan Sampel

Timbulan di Lokasi Pengambilan Sampel Rata-rata

Timbulan
No Sumber Satuan Tembalang Gajahmungkur Semarang Tengah Tugu Gayamsari Sampah

I. Domestik

1 Pemukiman kg/orang/hari 0.391 0.440 0.388 0.427 0.361 0.401

II. Non Domestik

1 SD kg/unit/hari 14.283 13.575 13.290 12.178 7.758 12.217

2 SMP kg/unit/hari 21.828 26.693 22.760 20.051 12.421 20.751

3 SMA kg/unit/hari 22.966 21.272 37.448 25.850 19.918 25.491

4 Toko kg/unit/hari 3.168 3.730 3.371 3.679 3.660 3.521

5 Rumah Makan kg/unit/hari 8.084 13.107 8.063 6.329 3.550 7.827

6 Puskesmas kg/unit/hari 8.723 11.658 8.140 8.723 7.040 8.857

7 Rumah Sakit kg/unit/hari 207.988 244.669 276.529 259.590 271.613 252.078

8 Pasar kg/unit/hari 135.333 245.163 353.883 221.051 229.353 236.956


Dalam menentukan timbulan sampah total Kota Semarang diperlukan data
jumlah penduduk pada tahun 2018 serta jumlah fasilitas umum di Kota Semarang
pada tahun 2018. Namun, data sekunder yang didapat hanya data jumlah penduduk
tahun 2016 serta jumlah fasilitas umum di Kota Semarang tahun 2016 berdasarkan
data Badan Pusat Statistik Kota Semarang 2017. Oleh karena itu diperlukan
proyeksi jumlah penduduk dan jumlah fasilitas umum Kota Semarang tahun 2018
untuk menentukan total timbulan sampah Kota Semarang. Berdasarkan perhitungan
(terlampir), proyeksi jumlah penduduk dan fasilitas umum Kota Semarang dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 3
Rekapitulasi Proyeksi Jumlah Sumber Sampah di Kota Semarang
Proyeksi

No Sumber Satuan 2016 2017 2018

I. Domestik

1 Pemukiman jiwa 1729428 1757662 1785895

II. Non Domestik

1 SD unit 591 601 610

2 SMP unit 220 224 227

3 SMA unit 189 194 195

4 Toko unit 13234 13450 13666

5 Rumah Makan unit 4352 4423 4494

6 Puskesmas unit 37 38 38

7 Rumah Sakit unit 26 26 27

8 Pasar unit 47 48 49

Perhitungan proyeksi timbulan sampah non domestik terlampir. Sehingga


total timbulan sampah Kota Semarang dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4. 4
Total Timbulan Sampah Kota Semarang
Sumber Timbulan Timbulan Besar Timbulan Kota

No Sumber Satuan Jumlah Sumber Satuan Rata-rata Hasil Sampling (kg/hari)

I. Domestik

1 Pemukiman jiwa 1785895 kg/orang/hari 0.401 716143.90

II. Non Domestik

1 SD unit 610 kg/unit/hari 12.217 7452.37

2 SMP unit 227 kg/unit/hari 20.751 4710.48

3 SMA unit 195 kg/unit/hari 25.491 4970.75

4 Toko unit 13666 kg/unit/hari 3.521 48117.99

5 Rumah Makan unit 4494 kg/unit/hari 7.827 35174.54

6 Puskesmas unit 38 kg/unit/hari 8.857 336.57

7 Rumah Sakit unit 27 kg/unit/hari 252.078 6806.11

8 Pasar unit 49 kg/unit/hari 236.956 11610.84

Total Timbulan Sampah Kota Semarang 835323.53


Dari Tabel 4.4 tersebut dapat diketahui total timbulan sampah di Kota
Semarang dari setiap sumber sebesar 835.323,53 kg/hari. Total timbulan sampah
tersebut terdiri dari pemukiman 716.143,90 kg/hari, Sekolah Dasar 7.452,37
kg/hari, Sekolah Menengah Pertama 4.710,48 kg/hari, Sekolah Menengah Atas
4.970,75 kg/hari, Toko 48.117,99 kg/hari, Rumah Makan 35.174,54 kg/hari,
Puskesmas 336,57 kg/hari, Rumah Sakit 6.806,11 kg/hari dan Pasar 11.610,84
kg/hari.

Timbulan sampah terbanyak berasal dari pemukiman, hal ini dikarenakan


rumah merupakan salah satu sumber utama penghasil sampah. Sedangkan timbulan
sampah terbanyak pada non domestik terdapat pada pasar, hal ini dikarenakan pasar
merupakan salah satu pusat perdagangan dan sosialisasi masyarakat dalam suatu
wilayah.

Menurut data sekunder Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang pada


tahun 2017, total timbulan sampah Kota Semarang yaitu sebesar 856,76 ton/hari.
Sedangkan berdasarkan hasil pengukuran sampel didapat 835,32 ton/hari,
perbedaan total timbulan ini diakibatkan tidak semua fasilitas umum dilakukan
pengukuran timbulan sampah. Data sekunder timbulan sampah milik Dinas
Lingkungan Hidup Kota Semarang terdapat beberapa lokasi yang tidak dijadikan
titik pengambilan sampel seperti hotel, industri, poliklinik dan kantor sehingga total
timbulan sampah hasil pengukuran lebih kecil dibandingkan data timbulan sampah
milik Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang.

4.2.2 Komposisi Sampah


Komposisi sampah Kota Semarang dapat diketahui dengan melakukan
pemilahan sampah berdasarkan hasil pengambilan sampel timbulan secara
langsung berdasarkan pada SNI 19-3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan
Pengukuran Sampel Timbulan dan Komposisi Sampah. Timbulan sampah yang
telah didapat akan dipilah berdasarkan jenisnya yaitu sampah plastik, kertas, logam,
organik dan sampah lainnya (karet, kaca, kayu dan lain-lain).
Tabel 4. 5
Komposisi Timbulan Sampah Kota Semarang

Sumber Timbulan Timbulan Rata-rata Hasil Pengambilan Sampel Besar Komposisi Timbulan Sampah
No Sumber Satuan Jumlah Sumber Satuan Plastik Kertas Logam Organik Lainnya Satuan Plastik Kertas Logam Organik Lainnya
I. Domestik
1 Pemukiman jiwa 1785895 kg/orang/hari 0.08 0.04 0.04 0.22 0.02 kg/hari 151024.83 72116.94 65277.58 391690.03 36029.51
II. Non Domestik
1 SD unit 610 kg/unit/hari 6.48 1.23 0.49 3.68 0.33 kg/hari 3953.74 752.39 300.86 2242.28 202.93
2 SMP unit 227 kg/unit/hari 10.68 1.60 0.85 7.15 0.47 kg/hari 2425.19 363.09 192.77 1623.02 106.32
3 SMA unit 195 kg/unit/hari 11.96 2.76 0.85 9.38 0.54 kg/hari 2332.80 538.44 166.25 1828.17 105.02
4 Toko unit 13666 kg/unit/hari 0.91 0.90 0.36 1.10 0.25 kg/hari 12394.21 12324.74 4865.38 15065.06 3474.87
5 Rumah Makan unit 4494 kg/unit/hari 1.04 0.67 0.30 5.62 0.19 kg/hari 4673.43 3024.41 1366.11 25247.82 861.87
6 Puskesmas unit 38 kg/unit/hari 2.25 1.04 1.11 3.80 0.65 kg/hari 85.56 39.35 42.30 144.48 24.86
7 Rumah Sakit unit 27 kg/unit/hari 47.53 20.52 12.10 166.91 5.02 kg/hari 1283.22 553.99 326.57 4506.68 135.64
8 Pasar unit 49 kg/unit/hari 33.09 39.56 6.24 152.48 5.58 kg/hari 1621.26 1938.55 305.91 7471.50 273.64
Total Komposisi Timbulan Sampah Kota Semarang kg/hari 179794.23 91651.90 72843.72 449819.03 41214.66
4,93%

21,52%

10,97% Plastik
53,85%
Kertas
Logam
8,72% Organik
Lainnya

Gambar 4. 2 Diagram Komposisi Timbulan Sampah Kota Semarang

Berdasarkan Tabel 4.5 dan Gambar 4.2 dapat kita ketahui komposisi timbulan
sampah Kota Semarang yang terbesar adalah sampah organik sebesar 449.819,03 kg/hari
(53,85%), sampah organik tersebut terdiri atas daun-daun, sisa makanan, ranting pohon
dan sebagainya. Sedangkan komposisi timbulan sampah Kota Semarang yang terkecil
adalah sampah jenis lainnya sebesar 41214,66 kg/hari (4,93%), sampah jenis lainnya ini
terdiri atas karet, kaca, kayu dan sebagainya diluar sampah plastik, kertas, logam dan
organik.

Dalam menentukan nilai ekonomi sampah logam perlu diketahui komposisi


sampah logam Kota Semarang, berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 besar timbulan
sampah logam Kota Semarang sebesar 72.643,72 kg/hari (8,72%), dimana jika
diperhitungkan dengan jumlah penduduk di Kota Semarang sebesar 0,041 kg/jiwa/hari.
Sampah logam ini akan bagi lagi berdasarkan jenis sampah logam yang ada di Kota
Semarang. Jenis sampah logam yang ada di Kota Semarang terdiri dari tembaga,
kuningan, besi, baja, kaleng, alumunium kaleng, alumunium panci dan seng.
Tabel 4.8
Jenis Logam
No. Jenis Logam Gambar

1. Tembaga

Sumber: id.aliexpress.com

2. Kuningan

Sumber: id.aliexpress.com

3. Besi

Sumber: islampos.com

4. Baja

Sumber:
kawatlas.jayamanunggal.com

5. Kaleng

Sumber: travel.tribunnews.com
Tabel 4.8 (Lanjutan)
No. Jenis Logam Gambar

6. Alumunium
Kaleng

Sumber: yahomey.com

7. Alumunium Panci

Sumber: tokopedia.com

8. Seng

Sumber: kcnwarehouse.com

Berdasarkan Tabel 4.8 dan Gambar 4.3 dapat kita ketahui komposisi sampah
logam jenis Besi sebesar 40.808,3 kilogram (56,02%) atau sebesar 0,023 kg/jiwa/hari.
Jenis sampah logam merupakan jenis timbulan yang paling besar. Besarnya timbulan
sampah logam jenis besi dikarenakan banyaknya buangan produk yang menggunakan
besi baik dari domestik maupun non domestik yang berupa besi-besi sisa konstruksi
maupun besi-besi lainnya. Timbulan sampah logam yang cukup besar juga yaitu jenis
alumunium kaleng 7.208.96 kilogram (12,03%) atau sebesar 0,004 kg/jiwa/hari. Besarnya
timbulan sampah jenis ini diakibatkan dari buangan kaleng minuman yang dijual oleh
warung/toko, minimarket, rumah makan dan fasilitas umum lainnya. Sedangkan
komposisi jenis sampah logam terkecil yaitu sampah jenis tembaga sebesar 939,55
kilogram (1,29%) atau sebesar 0,0053 kg/jiwa/hari dan kuningan sebesar 427,75 kilogram
(0,59%) atau sebesar 0,0002 kg/jiwa/hari. Kecilnya timbulan sampah jenis tembaga dan
kuningan dikarenakan sangat sedikit adanya pembuangan sampah jenis ini, sehingga
sampah jenis ini jumlahnya tidak sebesar jenis sampah yang lain disamping karena
memang sulit untuk mencari jenis sampah logam ini.

Tabel 4. 9
Komposisi Setiap Jenis Sampah Logam Kota Semarang
Total Timbulan Tiap Jenis Logam Kota Persentase
Jenis Sampah Semarang (%)
(kg/hari)
Tembaga 939,55 1,29

Kuningan 427,75 0,59

Besi 40.808,30 56,02

Baja stainless 5.242,54 7,20

Kaleng 8.760,65 12,03

Alumunium Kaleng 7.208,96 9,90

Alumunium Panci 2.755,46 3,78

Seng 6.700,51 9,20

Jumlah Timbulan Sampah Logam 72.643,72

Besar Timbulan Sampah Logam 0,041 kg/jiwa/hari


Tembaga
Kuningan
Besi
9% 1%
1%
4% Baja stainless
10%
Alumunium Kaleng
Kaleng
12% 56%
Alumunium Panci
7%
Seng

Gambar 4. 3 Diagram Komposisi Setiap Jenis Sampah Logam


Kota Semarang

4.3 Proyeksi Penduduk Kota Semarang 2019-2028


Perkembangan penduduk merupakan faktor yang memegang peranan penting
dalam menentukan timbulan sampah di Kota Semarang. Dalam proyeksi penduduk untuk
tahun-tahun mendatang maka diperlukan suatu metode pendekatan yang diperlujkan
sesuai dengan karakteristik daerah yang ada. Analisis proyeksi penduduk dapat dilakukan
dengan beberapa metode yakni metode aritmatik, geometrik dan eksponensial. Untuk
menentukan metode yang tepat dalam memproyeksikan jumlah penduduk dilakukan
dengan cara membandingkan nilai regresi linear dari tiap-tiap metode dalam perhitungan
pertumbuhan penduduk 5 tahun sebelumnya (2013-2017). Nilai regresi yang paling
mendekati 1 (satu) atau yang paling besar menunjukkan bahwa perhitungan pertumbuhan
penduduk tahun 2018-2028 akan menggunakan cara tersebut.
Tabel 4.10
Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Semarang
Aritmatik Geometrik Eksponensial
No Tahun
Jml Pddk % Prtumb. Jml Pddk % Prtumb. Jml Pddk % Prtumb.

1. 2012 1.616.494 - 1.616.494 - 1.616.494 -

2. 2013 1.644.374 1,72 1.644.374 1,72 1.644.374 1,72

3. 2014 1.672.994 1,74 1.672.994 1,74 1.672.994 1,74

4. 2015 1.701.114 1,68 1.701.114 1,68 1.701.114 1,68

5. 2016 1.729.428 1,66 1.729.428 1,66 1.729.428 1,66

6. 2017 1.757.662 1,63 1.758.873 1,70 1.759.080 1,71

7. 2018 1.785.895 1,61 1.788.820 1,70 1.789.240 1,71

8. 2019 1.814.129 1,58 1.819.277 1,70 1.819.917 1,71

9. 2020 1.842.362 1,56 1.850.252 1,70 1.851.120 1,71

10. 2021 1.870.596 1,53 1.881.755 1,70 1.882.858 1,71

11. 2022 1.898.829 1,51 1.913.794 1,70 1.915.140 1,71

12. 2023 1.927.063 1,49 1.946.379 1,70 1.947.976 1,71

13 2024 1.955.296 1,47 1.979.518 1,70 1.981.374 1,71

14. 2025 1.983.530 1,44 2.013.221 1,70 2.015.346 1,71

15. 2026 2.011.763 1,42 2.047.499 1,70 2.049.899 1,71

16. 2027 2.039.997 1,40 2.082.360 1,70 2.085.046 1,71

17. 2028 2.068.230 1,38 2.117.814 1,70 2.120.794 1,71

Regresi R² = 1 R² = 0,9999 R² = 0,999

Persamaan Y = 28234X – 6E+07 Y = 6E+07ln(X) – Y = 2E+06e0,02718


4E+08
Dari tabel yang telah diperlihatkan dari ketiga metode di atas, dapat diketahui
bahwa proyeksi menggunakan metode Aritmatik dengan nilai korelasinya adalah R = 1.
Hal tersebut menunjukkan proyeksi jumlah penduduk yang paling mendekati nyata.
Sehingga dalam proyeksi pertumbuhan 12 tahun mendatang menggunakan metode
aritmatik. Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran A1.

4.4 Proyeksi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Semarang 2019-2028
Pola konsumsi masyarakat dapat ditentukan berdasarkan besarnya PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto) perkapita dari PDRB atas dasar harga konstan. Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) memberikan pengaruh terhadap jumlah sampah yang
dihasilkan suatu daerah. Oleh karena itu, PDRB perlu di prediksi sehingga kita
mengetahui jumlah sampah yang akan diolah selama tahun perencanaan.

Tabel 4.11
Proyeksi PDRB Kota Semarang
Aritmatik Geometrik Eksponensial

No Tahun Jml PDRB Jml PDRB Jml PDRB


% Prtumb. % PDRB % Pertumb.
(Rp) (Rp) (Rp)

1. 2012 61.707.237 - 61.707.237 - 61.707.237 -

2. 2013 66.152.204 7,20 66.152.204 7,20 66.152.204 7,20

3. 2014 72.988.610 10,33 72.988.610 10,33 72.988.610 10,33

4. 2015 78.890.739 8,09 78.890.739 8,09 78.890.739 8,09

5. 2016 84.417.320 7,01 84.417.320 7,01 84.417.320 7,01

6. 2017 90.094.840 6,73 91.303.537 8,16 91.594.625 8,50

7. 2018 95.772.361 6,30 98.751.487 8,16 99.382.157 8,50

8. 2019 101.449.882 5,93 106.806.993 8,16 107.831.798 8,50

9. 2020 107.127.403 5,60 115.519.614 8,16 116.999.842 8,50

10. 2021 112.804.923 5,30 124.942.955 8,16 126.947.369 8,50

11. 2022 118.482.444 5,03 135.134.991 8,16 137.740.652 8,50


Tabel 4.11 (Lanjutan)
12. 2023 124.159.965 4,79 146.158.426 8,16 149.451.598 8,50

13 2024 129.837.485 4,57 158.081.082 8,16 162.158.229 8,50

14. 2025 135.515.006 4,37 170.976.311 8,16 175.945.200 8,50

15. 2026 141.192.527 4,19 184.923.450 8,16 190.904.362 8,50

16. 2027 146.870.047 4,02 200.008.305 8,16 207.135.378 8,50

17. 2028 152.547.568 3,87 216.323.685 8,16 224.746.383 8,50

Regresi R² = 1 R² = 0,9999 R² = 0,999

Persamaan Y = 6E+60x – 1E+10 Y = 1E+10ln(X) – 9E+10 Y = 6E+07e0,0803x

Dari tabel yang telah diperlihatkan oleh ketiga metode di atas, dapat diketahui
bahwa proyeksi menggunakan metode Aritmatik dengan nilai korelasinya adalah R = 1.
Metode tersebut digunakan untuk mencegah peningkatan nilai PDRB yang terallu besar
hingga akhir tahun proyeksi, karena peningkatan PDRB ini dapat menyebabkan kenaikan
timbulan ke angka yang terlalu besar. Sehingga dalam proyeksi pertumbuhan 12 tahun
mendatang menggunkan metode aritmatrik. Untuk perhitungan selengkapnya terdapat
pada lampiran A2

4.5 Proyeksi Timbulan Sampah Kota Semarang 2019-2028

4.5.1 Proyeksi Timbulan Sampah Total Kota Semarang 2018-2028


Timbulan sampah dibagi menjadi 2, timbulan sampah domestik dan timbulan
sampah non domestik.

Untuk memproyeksikan timbulan sampah, perlu diketahui timbulan sampah


tahun-tahun sebelumnya. Timbulan/Kapita untuk kota besar berdasarkan SNI 19-3964-
1994 adalah 2-2,5 L/orang/hari atau setara dengan 0,4-0,5 kg/orang/hari, sehingga
diambil timbulan/kapita sebesar 0,45 kg/orang/hari

Berdasarkan analisa, timbulan sampah domestik yang dihitung berdasarkan


proporsi berat mengalami tren kenaikan di setiap tahunnya. Hal tersebut menunjukkan
adanya korelasi pertambahan penduduk di Kota Semarang dengan produksi sampah yang
dihasilkan. Korelasi tersebut menandakan bahwa dengan mengetahui jumlah timbulan
sampah kota merupakan hal yang sangat fundamental dalam menyusun rencana sistem
pengelolaan sampah kota (Manaf, 2009).

Jika dikorelasikan antara jumlah penduduk dan produksi sampah Kota Semarang
dengan timbulan domestik 0,401 kg/orang/hari, maka produksi sampah domestik Kota
Semarang pada tahun 2023 minimal mencapai 1.101,46 ton/hari dan 1.473,17 ton/hari
pada tahun 2028. Dengan demikian menandakan bahwa jumlah penduduk merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi produksi sampah domestik kota.

Pernyataan lain menunjukkan hal yang berbeda, bahwa tidak selamanya tingginya
jumlah penduduk berkaitan dengan produksi sampah domestik yang dihasilkan pada
suatu kota. Salah satu contohnya di Kota Zarqa (Jordan) yang menghasilkan sampah
setiap tahunnya mencapai 402 ton/hari (2002) padahal jumlah penduduk di tahun tersebut
hanya menapai 770.800 (Mrayyan dan Hamdi, 2006). Apabila dibandingkan produksi
sampah domestik tersebut dengan Kota Semarang di tahun yang sama, ternyata
produksinya hanya mencapai 286,591 ton/hari, padahal jumlah penduduknya sudah
mencapai 1.432.954 jiwa.

Berdasarkan uraian dan analisa tersebut dapat dilihat bahwa selain peningkatan
jumlah penduduk, ada faktor lain yang ikut mempengaruhi. Salah satunya adalah
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat berdampak pada peningkatan
pendapatan perkapita, yang korelasinya akan berpengaruh terhadap gaya hidup,
kebiasaan dan tingkat konsumsi. Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi di Indonesia
ditunjukkan oleh angka PDRB atas dasar harga konstan 2000, yang merupakan salah satu
indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan. Pada tahun 2016, PDRB Kota
Semarang naik menjadi Rp 84.417.319 dari 78.890.738 di tahun 2015. Hal tersebut
menandakan bahwa daerah semakin mampu menggali potensi ekonomi yang ada,
sehingga diharapkan akan semakin naik angka PDRB-nya. Jika dilihat laju pertumbuhan
PDRB perkapita Kota Semarang, maka terjadi peningkatan pada beberapa tahun dan
peningkatan terbesar untuk 5 tahun terakhir terjadi pada tahun 2014 sebesar 8,09 % (BPS
Kota Semarang, 2017).
Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa unsur-unsur yang mempengaruhi
jumlah timbulan sampah di Kota Semarang adalah pertumbuhan penduduk dan
peningkatan status sosial ekonomi. Hal tersebut yang kemudian memicu perubahan gaya
hidup seseorang dengan berperilaku konsumtif, dan akan berdampah pada peningkatan
timbulan dan produksi sampah domestik kota.

Tabel 4.12
Rekapitulasi Proyeksi Timbulan Sampah Domestik Kota Semarang

Selain timbulan sampah domestik, timbulan sampah non domestik juga perlu di
proyeksikan. Proyeksi timbulan sampah non domestik di dapat dari proyeksi fasilitas
yang dimiliki wilayah perencanaan. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran
A3. Hasil proyeksi timbulan sampah domestik dan non domestik dapat dilihat pada tabel
4.13 sebagai berikut :

Tabel 4.13
Proyeksi Timbulan Sampah Domestik dan Non Domestik Kota Semarang
2018-2028
Timbulan
Timbulan
Sampah
Sampah Total
Tahun Non Akumulasi
Domestik (kg/hari)
Domestik
(kg/hari)
(kg/hari)

2018 716,144 119,2 835,324 835,324


Tabel 4.13 (Lanjutan)
Timbulan
Timbulan
Sampah
Sampah Total
Tahun Non Akumulasi
Domestik (kg/hari)
Domestik
(kg/hari)
(kg/hari)

2019 793,763 121,1 914,827 1750,151

2020 872,006 122,9 994,954 2745,105

2021 949,271 124,8 1074,103 3819,208

2022 1.025,713 126,7 1152,429 4971,637

2023 1.101,462 128,6 1230,062 6201,699

2024 1.176,628 130,5 1307,113 7508,812

2025 1.251,307 132,4 1383,675 8892,487

2026 1.325,578 134,3 1459,831 10352,318

2027 1.399,512 143,1 1542,616 11894,934

2028 1.473,168 145,8 1618,960 13513,894

4.6 Proyeksi Timbulan Sampah Logam Kota Semarang 2018-2028


Sama halnya dengan Timbulan Sampah Total Kota Semarang, timbulan sampah
logam dibagi menjadi 2, timbulan sampah domestik dan timbulan sampah non domestik.

Untuk menghitung timbulan sampah logam diasumsikan berat sampah logam tiap
tahunnya yaitu 8,72% dari timbulan sampah total Kota Semarang sesuai dengan hasil
sampling yang telah dilakukan.

Tabel 4.14
Proyeksi Timbulan Sampah Logam Domestik dan Non Domestik Kota Semarang
2018-2028
Timbulan Timbulan
Sampah Sampah Non Total Total Sampah Logam
Tahun
Domestik Domestik (ton/hari) (ton/hari)
(ton/hari) (ton/hari)

2018 716,144 119,2 835,324 72,84


Tabel 4.14 (Lanjutan)
Timbulan Timbulan
Sampah Sampah Non Total Total Sampah Logam
Tahun
Domestik Domestik (ton/hari) (ton/hari)
(ton/hari) (ton/hari)

2019 793,763 121,1 914,827 79,77

2020 872,006 122,9 994,954 86,76

2021 949,271 124,8 1.074,103 93,66

2022 1025,713 126,716 1152,429 100,49

2023 1101,462 128,600 1230,062 107,26

2024 1176,628 130,484 1307,113 113,98

2025 1251,307 132,369 1383,675 120,66

2026 1325,578 134,253 1459,831 127,30

2027 1399,512 143,105 1542,616 134,52

2028 1473,168 145,792 1618,960 141,17

4.7 Analisis Nilai Ekonomi Sampah Logam

4.7.1 Masyarakat
Masyarakat merupakan salah satu pelaku usaha daur ulang sampah logam dari
langsung dari sumber sampah, Masyarakat dapat disebut sebagai pelaku daur ulang
apabila masyarakat tersebut melakukan pemilahan sampah yang dapat didaur ulang di
rumah masing-masing. Umumnya sampah yang dipilah adalah sampah domestik sehari-
hari yang memiliki nilai ekonomi. Nilai ekonomi sampah berdasarkan harga masyarakat
yaitu nilai jual sampah logam dari masyarakat ke tukang rosok keliling. Karena
berdasarkan hasil survei dan wawancara, masyarakat Kota Semarang menjual sampah
logam yang bernilai ekonomi kepada tukang rosok keliling. Selain mudah, menjual
sampah bernilai ekonomi kepada tukang rosok keliling tidak memerlukan waktu dan
tenaga lebih untuk mencari lapak kecil. Harga sampah logam yang dijual dari masyarakat
kepada tukang rosok keliling sudah terpatok dalam satu harga. Harga sampah logam
berdasarkan harga masyarakat dapat dilihat pada Tabel 4.15.
Nilai ekonomi sampah logam pada masyarakat dapat ditentukan melalui jumlah
sampah logam yang dikelola oleh masyarakat dikalikan dengan harga setiap jenis sampah
logam berdasarkan harga masyarakat. Perhitungan lengkap jumlah sampah logam yang
dikelola oleh masyarakat terlampir. Total nilai ekonomi sampah logam yang dikelola oleh
masyaakat Kota Semarang setiap harinya sebesar Rp 197.672.353,-. Rekapitulasi nilai
ekonomi setiap jenis sampah logam yang dikelola oleh masyarakat dapat dilihat pada
Tabel 4.15.

Tabel 4.15
Jenis Sampah Logam dan Harga pada Masyarakat
Berdasarkan
Sampah Logam Harga Nilai
Dikelola
Jenis Sampah Masyarakat Masyarakat Ekonomi
(Kg/hari) (Rp/Kg) (Rp/hari)

Tembaga 0,000 55.000 Rp -

Kuningan 191,870 35.000 Rp 6.715.451

Besi 30.705 4.000 Rp 122.820.817

Baja stainless 3.634,292 3.000 Rp 10.902.876

Kaleng 2.619,794 2.500 Rp 6.549.485

Alumunium Kaleng 3.234 10.000 Rp 32.336.620

Alumunium Panci 1.236 11.000 Rp 13.595.901

Seng 5.939,004 800 Rp 4.751.203

Total Rp 197.672.353

4.7.2 Pemulung
Pemulung merupakan salah satu subjek yang berperan penting dalam pengelolaan
persampahan sebuah kota. Bekerja sebagai pencari dan pengambil sampah yang masih
bernilai ekonomi menjadikan pemulung sebagai pelaku daur ulang sampah dalam
pengurangan timbulan sampah kota. Di wilayah Kota Semarang, dapat membedakan
pemulung berdasarkan wilayah pekerjaannya; menjadi 3 jenis, yaitu;
4.7.2.1 Pemulung Keliling/Pemukiman
Pemulung keliling adalah pemulung yang mencari sampah logam di beberapa
wilayah dengan cara mengelilingi suatu pemukiman ataupun fasilitas umum di sebuah
kota. Sampah yang diambil nantinya akan dipilah berdasarkan jenisnya setelah itu dijual
langsung ke lapak jual beli sampah logam. Pemulung jenis ini umumnya bekerja secara
individu tanpa bekerjasama dengan pemulung lain, jenis sampah logam yang diambil
seperti kaleng, alumunium kaleng, alumunium panci, besi, baja stainless dan logam
lainnya. Berikut merupakan alur pemulung keliling/pemukiman yang ada di Kota
Semarang.

Pemulung keliling ini memulai pekerjaannya pada pagi hari sekitar pukul 07.00
WIB, kemudian pemulung akan keliling baik ke fasilitas umum maupun ke pemukiman
untuk mencari sampah logam langsung dari sumbernya. Selain mencari sampah logam
dari sumbernya, pemulung keliling ini juga mengambil sampah logam yang berserakan
di sepanjang jalan yang dilaluinya. Setelah itu pemulung akan kembali ke rumah pukul
20.00 WIB, lebih lama waktu mencari sampah logam dan lebih banyak wilayah yang
dituju tentunya akan lebih banyak sampah logam yang didapat oleh pemulung. Saat di
rumah / di tempat tinggal, pemulung akan memilah dan membersihkan sampah logam
yang didapat berdasarkan jenisnya. Setelah itu, keesokan harinya sebelum memulai
pekerjaannya lagi pemulung akan menuju lapak kecil dahulu untuk menjual hasil sampah
logam yang ia dapat kemarin.
Pemukiman

Rumah Rumah
Lapak
Pemulung Pemulung

Fasilitas Umum

Gambar 4. 4 Alur Pemulung Keliling/Pemukiman


Harga sampah logam yang didapat oleh pemulung keliling/pemukiman ini hampir
sama dengan harga sampah logam yang didapat oleh tukang rosok, karena sampah logam
yang didapat masih dalam kondisi baik dan bersih. Berdasarkan hasil survei dan
wawancara kepada pemulung keliling/pemukiman di setiap kecamatan di Kota Semarang,
pendapatan rata-rata pemulung keliling/pemukiman tiap bulannya sebesar Rp.
1.500.000,- sampai Rp. 2.000.000,- (pendapatan tersebut sudah termasuk dari hasil
penjualan sampah kertas dan plastik).

Nilai ekonomi sampah logam pada pemulung keliling dapat ditentukan melalui
jumlah sampah logam yang dikelola oleh pemulung keliling dikalikan dengan harga
setiap jenis sampah logam berdasarkan harga pemulung keliling.. Perhitungan lengkap
jumlah sampah logam yang dikelola oleh pemulung keliling terlampir. Total nilai
ekonomi sampah logam yang dikelola oleh pemulung keliling di Kota Semarang setiap
harinya sebesar Rp 189.087.694,-. Menurut hasil wawancara dengan Anggota Ikatan
Pemulung Indonesia Koordinator Wilayah Kota Semarang, total pemulung keliling di
Kota Semarang yang terdata mencapai 2.584 orang. Jika nilai ekonomi sampah logam
dibagi dengan jumlah pemulung yang terdata di Kota Semarang, didapatkan penghasilan
rata-rata tiap pemulung dalam satu hari yaitu Rp.73.176,-. Penghasilan tersebut
merupakan hasil penjualan sampah logam di Kota Semarang dari pemulung keliling
kepada lapak kecil.

Rekapitulasi nilai ekonomi setiap jenis sampah plastik yang dikelola oleh
pemulung keliling dalam kondisi bersih dapat dilihat pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16
Jenis Sampah Logam dan Harga pada Pemulung

Sampah Logam
Berdasarkan
Pemulung Nilai Ekonomi
Jenis Sampah Harga Pemulung
Keliling (Rp/hari)
Keliling (Rp/Kg)
(Kg/hari)

Tembaga 940,481 59.000 Rp 55.488.622

Kuningan 236,299 37.000 Rp 8.743.136

Besi 10.143,528 4.200 Rp 42.602.830

Baja stainless 1.613,442 3.400 Rp 5.485.704

Kaleng 6.149,541 2.800 Rp 17.218.701

Alumunium Kaleng 3.982,443 10.400 Rp 41.417.389


Tabel 4.15 (Lanjutan)
Sampah Logam
Berdasarkan
Pemulung Nilai Ekonomi
Jenis Sampah Harga Pemulung
Keliling (Rp/hari)
Keliling (Rp/Kg)
(Kg/hari)

Alumunium Panci 1.522,195 11.500 Rp 17.505.265

Seng 695,970 900 Rp 626.369

Total Rp 189.087.694

4.7.2.2 Pemulung di Tempat Penampungan Sementara (TPS)


Pemulung TPS adalah pemulung yang mencari sampah logam di area TPS,
umumnya setiap TPS sudah memiliki pemulung tetapnya masing-masing sehingga jika
ada pemulung dari TPS lain yang ingin mengambil sampah di TPS berbeda maka tidak
akan bisa/diperbolehkan. Pemulung di TPS cenderung bekerja secara tim untuk
mendapatkan hasil sampah yang bernilai ekonomi secara maksimal. Terdapat dua jenis
pemulung di TPS, yang pertama yaitu pemulung di TPS yang membangun gubuk tempat
tinggal di dekat TPS tersebut, hal ini dikarenakan pemulung tersebut berasal dari luar
daerah sehingga membangun gubuk didekat TPS akan memudahkan pemulung dalam
bekerja mencari sampah bernilai ekoomi. Jenis pemulung di TPS yang kedua yaitu
pemulung yang tinggalnya jauh dari TPS, hal ini dikarenakan pemulung tersebut
merupakan warga asli daerah setempat sehingga setelah mengambil sampah yang bernilai
ekonomi di TPS pemulung tersebut akan kembali ke rumahnya. Berikut merupakan alur
pemulung di TPS setiap harinya.

Rumah TPS Lapak Besar


Pemulung

Gambar 4. 5 Alur Pemulung TPS


Pemulung di TPS memulai aktivitasnya pukul 07.00 WIB dari rumah dan
langsung menuju tempat penampungan sementara sampah, di TPS pemulung akan
menunggu truk dan gerobak-gerobak sampah yang membuang sampah di TPS. Nantinya
sampah-sampah tersebut akan dipilah sesuai dengan jenis dan nilai ekonominya, timbulan
logam yang ada di TPS jumlahnya tergolong sangat kecil. Pemulung TPS lebih memilih
untuk tidak mencari sampah logam yang ada di TPS dan lebih fokus untuk mencari
sampah jenis kertas dan plastik. Hal ini terjadi karena jenis sampah logam sudah diambil
oleh pemulung keliling atau dijual langsung oleh warga.

Pemulung di TPS menyelesaikan pekerjaannya pada pukul 17.00 WIB untuk


memastikan bahwa tidak ada lagi sampah yang masuk ke TPS dari gerobak maupun truk
sampah. Berdasarkan hasil survei dan wawancara kepada pemulung TPS di setiap
kecamatan di Kota Semarang, pendapatan rata-rata pemulung TPS tiap bulannya sebesar
Rp. 2.000.000,- sampai Rp. 2.500.000,- (pendapatan tersebut hasil dari penjualan sampah
kertas dan plastik).

4.7.2.3 Pemulung di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)


Pemulung jenis ini adalah pemulung yang mancari sampah logam di Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang. Sampah logam yang masuk ke TPA
merupakan sisa sampah logam yang terangkut dari semua Tempat Penampungan
Sementara (TPS) di Kota Semarang, Oleh karena itu, jumlah timbulan sampah logam
yang ada di TPA jumlahnya sangat sedikit dan jarang sekali ditemukan.

Berdasarkan survei dan wawancara, pemulung di Tempat Pemrosesan Akhir


Jatibarang umumnya bekerja secara individu. Pemulung TPA lebih memilih untuk
mengambil sampah jenis kertas dan plastik dibandingkan mencari jenis logam. Hal ini
dikarenakan timbulan sampah logam yang masuk ke TPA jumlahnya sangat kecil. Para
pemulung akan mencari sampah plastik dan kertas di TPA sejak pagi hari sekitar pukul
07.00 WIB hingga sore hari pukul 18.00 WIB. Saat pagi hari pemulung di TPA akan
mencari sampah yang terdapat di landfill sambil menunggu truk-truk sampah datang dari
TPS-TPS. Pemulung akan mencari sampah di TPA hingga pukul 17.00 WIB setelah itu
akan kembali ke rumah. Saat dirumah pemulung akan memilah dan membersihkan
sampah yang mereka ambil bersama keluarga ataupun kerabat pemulung tersebut.
Keesokan harinya atau beberapa hari kemudian sampah yang sudah dikumpulkan, dipilah
dan dibersihkan akan di jual ke lapak/pengepul yang berada di dekat TPA Jatibarang.
Dalam menjual sampahnya ke pengepul/lapak, sampah yang dikumpulkan oleh pemulung
harus dengan jumlah yang banyak setidaknya 1 mobil pick-up dapat terpenuhi. Hal ini
maksudkan untuk menghemat biaya transportasi yang dikeluarkan oleh lapak, karena
dalam sistem jual beli sampah, lapak/pengepul yang akan mengambil sampah yang
dibelinya dari pemulung di TPA. Harga jual sampah kertas dan plastik dari pemulung di
TPA ke pengepul/lapak lebih rendah harganya dibandingkan sampah yang dijual dari
pemulung TPS atau pemulung keliling ke pengepul/lapak, hal ini dikarenakan penjualan
sampah yang dilakukan pemulung TPA tidak diberi harga berdasarkan per satuan
kilogram melainkan per satu mobil pick up sehingga menjadikan nilai ekonomi sampah
di TPA menjadi rendah. Harga sampah di TPA yang murah tersebut pendapatan
pemulung di TPA rata-rata sekitar Rp. 1.200.000,- sampai Rp. 2.000.000,- per bulannya
(pendapatan tersebut hasil dari penjualan sampah kertas dan plastik). Berikut merupakan
skema alur pemulung di TPA Jatibarang.

Rumah TPA Rumah Lapak


Pemulung Pemulung

Gambar 4. 6 Alur Pemulung di TPA

4.7.3 Tukang Rosok Keliling


Tukang rosok keliling merupakan pelaku usaha daur ulang sampah logam hasil
perpaduan antara pemulung dan lapak jual beli sampah. Hal ini dikarenakan tukang rosok
keliling bekerja setiap harinya dengan cara mengelilingi pemukiman warga untuk
membeli sampah logam atau barang bekas lainnya yang nantinya sampah tersebut akan
dijual kembali kepada lapak kecil ataupun besar. Tukang rosok keliling menggunakan
gerobak dan sepeda atau gerobak dan sepeda motornya untuk membawa barang
bekas/rosok yang dibelilinya. Harga sampah logam pada tukang rosok lebih rendah jika
dibandingkan dengan harga sampah logam pada lapak, namun tukang rosok ini dapat
memudahkan warga apabila terdapat warga yang ingin menjual sampah logam/barang
bekasnya karena warga tidak perlu mencari lapak jual beli sampah logam/barang bekas.

Di Kota Semarang mayoritas masyarakat yang melakukan pemilahan terhadap


sampah logamnya akan menjualnya ke tukang rosok keliling. Sehingga, jumlah sampah
logam yang dikelola oleh tukang rosok keliling sama dengan jumlah sampah logam yang
dikelola oleh masyarakat. Harga sampah logam berdasarkan harga tukang rosok keliling
merupakan harga jual sampah logam dari tukang rosok keliling ke lapak kecil. Tukang
rosok keliling umumnya menjual sampah logam bernilai ekonomi ke lapak kecil karena
jumlah sampah logam yang didapatkan setiap harinya langsung dijual, sehingga kuantitas
sampah yang dijual sedikit dan tidak mencukupi batas minimal penjualan ke lapak besar.

Harga jual sampah logam dari tukang rosok keliling ke lapak kecil, hampir sama
dengan harga jual sampah logam pemulung keliling. Harga setiap jenis sampah logam
berdasarkan harga tukang rosok keliling dapat dilihat pada Tabel 4.17. Total nilai
ekonomi sampah logam yang dikelola oleh tukang rosok keliling di Kota Semarang setiap
harinya sebesar Rp 220.150.236,-. Rekapitulasi nilai ekonomi sampah logam berdasarkan
harga tukang rosok keliling dapat dilihat pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17
Jenis Sampah Logam dan Harga pada Tukang Rosok

Berdasarkan
Jenis Sampah Sampah Logam Harga Rosok
Rosok Keliling Keliling Nilai Ekonomi
(Kg/hari) (Rp/Kg) (Rp/hari)

Tembaga 0,000 60.000 Rp -

Kuningan 191,870 38.000 Rp 7.291.061

Besi 30.705 4.500 Rp 138.173.419

Baja stainless 3.634,292 3.500 Rp 12.720.022

Kaleng 2.619,794 3.000 Rp 7.859.382

Alumunium Kaleng 3.234 10.500 Rp 33.953.451

Alumunium Panci 1.236 11.500 Rp 14.213.896

Seng 5.939,004 1.000 Rp 5.939.004

Total Rp 220.150.236

4.7.4 Lapak
Lapak atau pengepul merupakan salah satu jaringan dari daur ulang, dan
merupakan perantara tingkat pertama yang akan menyalurkan bahan-bahan daur ulang
dalam jumlah yang besar perjenis komoditi dan dala kondisi yang relatif bersih ke
perantara berikutnya (BPPT, 2005).
Untuk membukan usaha lapak jual beli sampah logam, setidaknya seseorang
harus dapat melakukan perhitungan yang paling sederhana. Hal ini disebabkan karena
lingkup pekerjaan lapak meliputi penerimaan barang bekas dari pemulung, penilaian dan
penafsiran harga hasil pulungan, penimbangan, pembayaran, penimbunan, pemisahan,
pencucian, pengepakan dan pengiriman. Sebuah lapak umumnya akan dibantu oleh
beberapa pegawai yang dibayar harian untuk membantu pekerjaan-pekerjaan tersebut
(BPPT, 2005). Lapak dibedakan menjadi 2 yaitu lapak kecil dan lapak besar.

4.7.4.1 Lapak Kecil


Lapak kecil di Kota Semarang merupakan tempat jual beli sampah yang bernilai
ekonomi dalam skala kecil. Lapak ini akan membeli sampah bernilai ekonomi dari
pemulung ataupun warga. Rata-rata lapak kecil di Kota Semarang tidak terikat kontrak
dengan pemulung, hanya sebatas kerjasama saja. Sampah yang dibeli dari pemulung
nantinya akan dibersihkan dan dipilah ulang di lapak kecil untuk meningkatkan nilai
ekonomi dari sampah tersebut. Karena pada umumnya pemulung menjual sampah logam
ke lapak dalam keadaan sampah yang masih kotor. Lapak kecil ini akan menjual kembali
sampah yang didapatkan dari pemulung ke lapak besar. Untuk menjual sampah logam
dari lapak kecil ke pabrik pengolahan daur ulang logam secara langsung tidak dapat
dilakukan. Hal ini dikarenakan pabrik hanya menerima lapak-lapak besar yang sudah
memenuhi standar pabrik tersebut, sehingga setiap lapak besar yang menjual sampah
logamnya ke pabrik secara langsung umumnya memiliki kartu tanda anggota dari pabrik
pengolahan daur ulang logam tersebut.

Sampah logam yang dikelola oleh lapak kecil merupakan jumlah sampah logam
yang berasal dari pemulung keliling dan tukang rosok keliling. Harga sampah logam
berdasarkan harga lapak kecil merupakan harga jual sampah logam dari lapak kecil ke
lapak besar.

Harga setiap jenis sampah logam berdasarkan harga lapak kecil dapat dilihat
pada Tabel 4.18. Nilai ekonomi sampah logam yang dikelola oleh lapak kecil dalam
kondisi sampah bersih di Kota Semarang setiap harinya sebesar Rp 452.981.108,-.
Rekapitulasi nilai ekonomi sampah logam berdasarkan harga lapak kecil dapat dilihat
pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18
Jenis Sampah Logam dan Harga pada Lapak Kecil

Sampah Logam Berdasarkan


Kondisi Bersih Harga Lapak Nilai Ekonomi
Jenis Sampah
Pemulung TPS Kecil TPS (Rp/hari)
(Kg/hari) (Rp/Kg)

Tembaga 940,481 60.500 Rp 56.899.349

Kuningan 428,169 40.500 Rp 17.340.926

Besi 40.848,733 5.000 Rp 204.243.676

Baja stainless 5.247,734 4.200 Rp 22.040.484

Kaleng 8.769,335 3.500 Rp 30.692.656

Alumunium
Kaleng 7.216,105 11.000 Rp 79.377.136

Alumunium Panci 2.758,186 12.000 Rp 33.098.256

Seng 6.634,973 1.400 Rp 9.288.957

Total Rp 452.981.108

4.7.4.2 Lapak Besar


Lapak besar di Kota Semarang merupakan tempat jual beli sampah yang bernilai
ekonomi dalam skala besar. Lapak ini akan membeli sampah bernilai ekonomi dari
pemulung ataupun lapak kecil. Rata-rata lapak besar di Kota Semarang tidak terikat
kontrak dengan pemulung ataupun lapak kecil, hanya sebatas kerjasama saja. Sampah
yang dibeli dari pemulung ataupun lapak kecil adalah sampah yang sudah bersih dan
terpilah saja. Lapak besar ini membeli sampah logam dalam jumlah besar yang dihitung
berdasarkan satuan kilogram, namun tetap ada lapak besar yang memberi toleransi kepada
pemulung jika ingin menjual sampah logam dengan skala yang kecil.

Lapak besar ini akan menjual kembali sampah yang didapatkan dari pemulung
atau lapak kecil ke pabrik pengolahan daur ulang logam. Untuk menjual sampah logam
dari lapak besar ke pabrik pengolahan daur ulang logam secara langsung harus
menggunakan kartu tanda anggota dari pabrik pengolahan daur ulang logam tersebut.
Pabrik hanya akan membeli jumlah sampah logam dari lapak besar dalam jumlah besar
hal ini dilakukan untuk menghemat biaya pengelolaan dan juga transportasi dalam
pengiriman material daur ulang sampah logam. Untuk di Kota Semarang, lapak besar
akan mengirimkan sampah logamnya ke PT Inti General Yaja Steel atau dikirimkan ke
pabrik daur logam yang ada di luar Kota Semarang yang sudah menjadi langganan para
masing-masing lapak.

Total sampah logam yang dikelola oleh lapak besar merupakan jumlah dari
sampah logam yang berasal dari lapak-lapak kecil. Hal ini berarti lapak besar mengelola
seluruh sampah logam yang memiliki nilai ekonomi di Kota Semarang. Harga setiap jenis
sampah logam dan rekapitulasi berdasarkan harga lapak besar dapat dilihat pada Tabel
4.19.

Tabel 4.19
Jenis Sampah Logam dan Harga pada Lapak Besar

Sampah Logam Berdasarkan Harga


Nilai Ekonomi
Jenis Sampah Pemulung TPA Lapak Besar
(Rp/hari)
(Kg/hari) (Rp/Kg)

Tembaga 940,481 65.000 Rp 61.131.532

Kuningan 428,169 45.000 Rp 19.267.696

Besi 40.848,733 6.000 Rp 245.092.411

Baja stainless 5.247,734 4.500 Rp 23.614.804

Kaleng 8.769,335 4.000 Rp 35.077.321

Alumunium Kaleng 7.216,105 14.000 Rp 101.025.446

Alumunium Panci 2.758,186 14.000 Rp 38.614.631

Seng 6.634,973 2.500 Rp 16.587.423

Total Rp 540.410.912

4.7.5 Industri Pengolahan Daur Ulang Sampah Logam


Industri daur ulang logam yang menajdi fokus penelitian yaitu PT. Inti General
Yaja Steel yang terletak di Jalan Jrakah Raya, Tugu, Kota Semarang. Pabrk tersebut
menghasilkan produk besi beton dan besi siku yang berasal dari logam-logam bekas
sebagai bahan bakunya yang didapatkan dengan cara membeli material (sampah logam)
yang berasal dari lapak besar.

Dari tabel 4.20 dapat diketahui harga dari sampah logam, untuk sampah logam
yang bernilai paling tinggi yaitu kuningan sebesar Rp.65.000,- per kilonya hal ini
dikarenakan sampah kuningan paling sulit ditemukan dan jarang dibuang sehingga
memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Sedangkan harga sampah logam terendah pada lapak
besar yaitu jenis seng dengan harga sebesar Rp 2.500,- per kilo, sampah jenis ini bernilai
paling rendah dikarenakan jarang sekali bagi para warga yang menjual sampah jenis ini
dan biasanya sampah jenis seng digunakan kembali sebagai penutup proyek konstruksi.

Tabel 4.20
Harga Beli Sampah Logam Pada Industri Daur Ulang Sampah Logam
HARGA SAMPAH LOGAM PADA
LAPAK BESAR

Harga
Jenis Sampah / kg

Logam (Rp)

Tembaga 65.000

Kuningan 45.000

Besi 6.000

Baja stainless 4.500

Kaleng 4.000

Alumunium kaleng 14.000

Alumunium panci 14.000

Seng 2.500

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sampah logam yang sudah di daur ulang
oleh PT. Inti General Yaja Steel dapat dijadikan produk yaitu berupa besi beton dan besi
siku dengan klasifikasi harga sesuai dengan tabel 4.21.
Tabel 4.21
Nilai Ekonomi Sampah Logam Kota Semarang Berdasarkan
Harga Industri Daur Ulang Logam
Harga
Hasil Produk Daur Ulang Besi Satuan
(Rp/kg)
Per batang
Besi Beton 10 mm Full SNI 58.000
(12 m)

Besi Beton 10 mm Full SNI Per meter 5.000

Per batang
Besi Beton 9 mm Full SNI 50.000
(12 m)

Besi Beton 9 mm Full SNI Per meter 4.500

Per batang
Besi Beton 8 mm Full SNI 35.500
(12 m)

Besi Beton 8 mm Full SNI Per meter 3.000

Per batang
Besi Siku 2 cm x 2 cm 42.500
(6m)

Per batang
Besi Siku 3 cm x 3 cm 50.500
(6m)

Per batang
Besi Siku 4 cm x 4 cm 55.500
(6m)

Per batang
Besi Siku 5 cm x 5 cm 162.500
(6m)

Per batang
Besi Siku 6 cm x 6 cm 407.500
(6m)

Per batang
Besi Siku 7 cm x 7 cm 507.500
(6m)

4.7.6 Perbandingan Harga pada Pemulung, Lapak Kecil, Lapak Besar, Tukang
Rosok dan Industri Pengolahan Daur Ulang Sampah Logam
Nilai ekonomi sampah logam pada setiap pelaku usaha daur ulang sampah logam
tentu berbeda, dari nilai ekonomi tersebut dapat diketahui besar peningkatan nilai
ekonomi sampah logam pada setiap pelaku usaha daur ulang sampah logam.
Perbandingan dan besar peningkatan nilai ekonomi pada setiap pelaku usaha daur ulang
sampah logam dapat dilihat pada tabel 4.22
Berdasarkan Tabel 4.22 dapat diketahui peningkatan harga dari harga masyarakat
ke tukang rosok rata-rata sebesar 8,11%, dimana peningkatan tertinggi yaitu pada jenis
logam seng sebesar Rp 200,- (20%). Sedangkan peningkatan harga terendah terdapat pada
sampah logam jenis alumunium panci sebesar Rp 500,- (4,35%). Peningkatan harga dari
pemulung ke lapak kecil rata-rata sebesar 6,44 %, dimana peningkatan tertinggi yaitu
pada jenis logam seng sebesar Rp 500,- (35,71%). Sedangkan peningkatan harga terendah
terdapat pada sampah logam jenis tembaga sebesar Rp 1500,- (2,48%). Peningkatan harga
dari lapak kecil ke lapak besar rata-rata sebesar 10,9 %, dimana peningkatan tertinggi
yaitu pada jenis logam seng sebesar Rp 1.100,- (44%). Sedangkan peningkatan harga
terendah terdapat pada sampah logam jenis baja stainless sebesar Rp 300,- (6,67%).

Berdasarkan Tabel 4.23 dapat diketahui peningkatan nilai ekonomi dari


masyarakat ke tukang rosok sebesar Rp 22.477.883,- (10,21%), dimana peningkatan
tertinggi yaitu pada jenis logam seng sebesar Rp 1.187.801,- (20%). Sedangkan nilai
ekonomi terendah terdapat pada sampah logam jenis tembaga sebesar 0%, hal ini
dikarenakan masyarakat tidak memilah sampah logam jenis tembaga. Peningkatan nilai
ekonomi dari pemulung ke lapak kecil sebesar Rp 263.893.423,- (58,26%), dimana
peningkatan tertinggi yaitu pada jenis seng sebesar Rp 8.662.588 (93,26%). Sedangkan
peningkatan nilai ekonomi terendah terdapat pada sampah logam jenis tembaga sebesar
Rp 1.400.727,- (2,48%). Peningkatan nilai ekonomi dari lapak kecil ke lapak besar
sebesar Rp 87.429.825,- (16,18 %), dimana peningkatan tertinggi yaitu pada logam seng
sebesar Rp 7.298.466,- (44%.) Sedangkan peningkatan nilai ekonomi terendah terdapat
pada sampah logam jenis baja stainless sebesar Rp 1.574.320,- (6,67%).
Tabel 4. 22
Perbandingan Harga Sampah Logam Berdasarkan Harga Pemulung, Tukang Rosok, Lapak Kecil dan Lapak Besar

Jenis Sampah Masyarakat T.Rosok Peningkatan Pemulung Lapak Kecil Peningkatan Lapak Besar Peningkatan
Logam (Rp/kg) (Rp/kg) (%) (Rp/kg) (Rp/kg) (%) (Rp/kg) (%)

Tembaga 55.000 60.000 8,33 59.000 60.500 2,48 65.000 6,92

Kuningan 35.000 38.000 7,89 37.000 40.500 8,64 45.000 10,00

Besi 4.000 4.500 11,11 4.200 5.000 16,00 6.000 16,67

Baja stainless 3.000 3.500 14,29 3.400 4.200 19,05 4.500 6,67

Kaleng 2.500 3.000 16,67 2.800 3.500 20,00 4.000 12,50

Alumunium Kaleng 10.000 10.500 4,76 10.400 11.000 5,45 14.000 21,43

Alumunium Panci 11.000 11.500 4,35 11.500 12.000 4,17 14.000 14,29

Seng 800 1.000 20,00 900 1.400 35,71 2.500 44,00

Total 121.300 132.000 8,11 129.200 138.100 6,44 155.000 10,90


Tabel 4. 23
Perbandingan Nilai Ekonomi Sampah Logam Berdasarkan Harga Pemulung, Tukang Rosok, Lapak Kecil dan Lapak Besar

Jenis Sampah Masyarakat T.Rosok Peningkatan Pemulung Lapak Kecil Peningkatan Lapak Besar Peningkatan
Logam (Rp/hari) (Rp/hari) (%) (Rp/hari) (Rp/hari) (%) (Rp/hari) (%)

Tembaga Rp - Rp - 0,00 Rp 55.488.622 Rp 56.899.349 2,48 Rp 61.131.532 6,92

Kuningan Rp 6.715.451 Rp 7.291.061 7,89 Rp 8.743.136 Rp 17.340.926 49,58 Rp 19.267.696 10,00

Besi Rp 122.820.817 Rp 138.173.419 11,11 Rp 42.602.830 Rp 204.243.676 79,14 Rp 245.092.411 16,67

Baja stainless Rp 10.902.876 Rp 12.720.022 14,29 Rp 5.485.704 Rp 22.040.484 75,11 Rp 23.614.804 6,67

Kaleng Rp 6.549.485 Rp 7.859.382 16,67 Rp 17.218.701 Rp 30.692.656 43,90 Rp 35.077.321 12,50

Alumunium
Kaleng Rp 32.336.620 Rp 33.953.451 4,76 Rp 41.417.389 Rp 79.377.136 47,82 Rp 101.025.446 21,43

Alumunium Panci Rp 13.595.901 Rp 14.213.896 4,35 Rp 17.505.265 Rp 33.098.256 47,11 Rp 38.614.631 14,29

Seng Rp 4.751.203 Rp 5.939.004 20,00 Rp 626.369 Rp 9.288.957 93,26 Rp 16.587.423 44,00

Total Rp 197.672.353 Rp 220.150.236 10,21 Rp 189.088.016 Rp 452.981.439 58,26 Rp 540.411.264 16,18


4.7.7 Prediksi Nilai Ekonomi Sampah Logam Kota Semarang Tahun 2018-
2028
Prediksi nilai ekonomi seluruh sampah logam yang laku dijual di Kota
Semarang didapatkan dari proyeksi timbulan sampah logam yang laku dijual
dibandingkan dengan nilai ekonomi seluruh sampah logam Kota Semarang pada
setiap tahunnya.

Nilai ekonomi tersebut merupakan asumsi apabila seluruh sampah logam


yang laku dijual di Kota Semarang 100% dikelola oleh pelaku daur ulang sampah
logam dan harga setiap jenis sampah logam tiap tahunnya sama.

Dari Tabel 4.24 didapatkan nilai ekonomi sampah logam Kota Semarang
dalam 5 tahun yaitu pada tahun 2023 mengalami peningkatan nilai ekonomi sebesar
Rp 93.411.631,- pada masyarakat, Rp 89.354.883,- pada pemulung, Rp
104.003.732,- pada tukang rosok keliling, Rp 214.059.799,- pada lapak kecil dan
Rp 205.150.837,- pada lapak besar. Dari semua peningkatan nilai ekonomi di tiap
pelaku daur ulang sampah logam, didapatkan peningkatan nilai ekonomi sebesar
47,26% dari tahun 2018 ke tahun 2023.

Dari Tabel 4.24 didapatkan nilai ekonomi sampah logam Kota Semarang
dalam 10 tahun yaitu pada tahun 2028 mengalami peningkatan nilai ekonomi
sebesar Rp 185.441.065,- pada masyarakat, Rp 177.387.898,- pada pemulung, Rp
206.528.094,- pada tukang rosok keliling, Rp 424.952.500,- pada lapak kecil dan
Rp 506.972.467,- pada lapak besar. Dari semua peningkatan nilai ekonomi di tiap
pelaku daur ulang sampah logam, didapatkan peningkatan nilai ekonomi sebesar
93,81% dari tahun 2018 ke tahun 2028.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa nilai ekonomi sampah logam


untuk tiap pelaku daur ulang sampah logam akan meningkat terus tiap tahunnya.
Namun dapat dilihat juga bahwa harga dan timbulan sampah logam yang ada dari
tiap jenis sampah logam dapat berubah sewaktu-waktu.
Tabel 4. 24
Prediksi Nilai Ekonomi Sampah Logam Kota Semarang Tahun 2018 - 2028

Timbulan Nilai Ekonomi Berdasarkan Harga Setiap Pelaku Daur Ulang


Sampah
Tahun Masyarakat Pemulung Rosok Keliling Lapak Kecil Lapak Besar
Logam
(kg/hari) (Rp./hari) (Rp./hari) (Rp./hari) (Rp./hari) (Rp./hari)

2018 72840,21 Rp 197.672.353 Rp 189.087.694 Rp 220.150.236 Rp 452.981.108 Rp 540.410.912

2019 79772,93 Rp 216.486.219 Rp 207.084.498 Rp 241.103.480 Rp 496.094.502 Rp 591.845.614

2020 86759,98 Rp 235.447.560 Rp 225.222.372 Rp 262.220.968 Rp 539.545.843 Rp 643.683.492

2021 93661,79 Rp 254.177.543 Rp 243.138.935 Rp 283.080.791 Rp 582.467.013 Rp 694.888.868

2022 100491,82 Rp 272.712.749 Rp 260.869.181 Rp 303.723.687 Rp 624.941.836 Rp 745.561.749

2023 107261,43 Rp 291.083.984 Rp 278.442.577 Rp 324.183.968 Rp 667.040.907 Rp 795.786.355

2024 113980,25 Rp 309.317.379 Rp 295.884.119 Rp 344.490.734 Rp 708.824.107 Rp 845.634.123

2025 120656,49 Rp 327.435.242 Rp 313.215.146 Rp 364.668.830 Rp 750.342.557 Rp 895.166.042

2026 127297,22 Rp 345.456.730 Rp 330.453.983 Rp 384.739.592 Rp 791.640.155 Rp 944.434.482

2027 134516,14 Rp 365.047.278 Rp 349.193.739 Rp 406.557.836 Rp 836.533.373 Rp 997.992.532

2028 141173,32 Rp 383.113.419 Rp 366.475.290 Rp 426.678.329 Rp 877.933.297 Rp 1.047.383.048

4.8 Analisis Timbulan Sampah Logam Proyek Konstruksi Kota Semarang

4.8.1 Proyek Konstruksi Gedung Parkir Balaikota Semarang


Proyek konstruksi Gedung Parkir Balaikota dilaksanakan oleh PT.
TIGAMAS General Contractor. Pembangunan ini berada dalam wilayah Kantor
Balaikota Semarang
Gambar 4. 7 Proyek Konstruksi Gedung Parkir Balaikota Semarang
Dalam proyek konstruksi Gedung Parkir Balaikota Semarang menghasilkan
sampah logam 14,78 kg/hari, namun jumlah tersebut fluktuatif atau tidak menentu.
Sampah logam yang dihasilkan yaitu jenis besi dan seng. Sampah besi dan seng
dihasilkan dari sisa kegiatan konstruksi yang dilakukan.

Gambar 4. 8 Sampah Logam Gedung Parkir Balaikota Semarang


Sampah logam yang dihasilkan dari kegiatan konstruksi Gedung Parkir
Balaikota tidak dibuang, melainkan dikumpulkan terlebih dahulu hingga proyek
berakhir yang kemudian dilakukan penjualan untuk sampah logam tersebut.
Sampah logam ini dijual oleh pihak kontraktor pelaksa proyek Gedung Parkir
Balaikota Semarang yaitu PT. TIGAMAS General Contractor.
Gambar 4. 9 Sampah Logam Gedung Parkir Balaikota Semarang

4.8.2 Proyek Konstruksi Gedung Penunjang Pelayanan RSUP. Karyadi


Proyek konstruksi Gedung Penunjang Pelayanan RSUP. Karyadi
dilaksanakan oleh PT. Sinar Cerah Sempurna. Pembangunan ini berada dalam
wilayah RSUP Karyadi Semarang.

Gambar 4. 10 Proyek Konstruksi Gedung Penunjang Pelayanan RSUP.


Karyadi
Dalam proyek konstruksi Gedung Penunjang Pelayanan RSUP. Karyadi
Semarang menghasilkan sampah logam 14,41 kg/hari, namun jumlah tersebut
fluktuatif atau tidak menentu. Sampah logam yang dihasilkan yaitu jenis besi dan
seng. Sampah besi dan seng dihasilkan dari sisa kegiatan konstruksi yang
dilakukan.
Gambar 4. 11 Sampah Logam Gedung Penunjang Pelayanan RSUP. Karyadi
Sampah logam yang dihasilkan dari kegiatan konstruksi Gedung Penunjang
Pelayanan RSUP. Karyadi tidak dibuang, melainkan dikumpulkan terlebih dahulu
hingga proyek berakhir yang kemudian dilakukan penjualan untuk sampah logam
tersebut. Sampah logam ini dijual oleh pihak kontraktor pelaksa proyek Gedung
Parkir Balaikota Semarang yaitu PT. Sinar Cerah Sempurna.

Gambar 4. 12 Sampah Logam Gedung Penunjang Pelayanan RSUP.


Karyadi

4.8.3 Proyek Konstruksi Lippo Mall Semarang


Proyek konstruksi Lippo Mall Semarang dilaksanakan oleh PT. PP Gedung.
Pembangunan ini berada di Jalan Setiabudi Semarang.
Gambar 4. 13 Proyek Konstruksi Lippo Mall Semarang
Dalam proyek konstruksi Lippo Mall Semarang menghasilkan sampah logam
19,78 kg/hari, namun jumlah tersebut fluktuatif atau tidak menentu. Sampah logam
yang dihasilkan yaitu jenis besi dan seng. Sampah besi dan seng dihasilkan dari sisa
kegiatan konstruksi yang dilakukan.

Gambar 4. 14 Sampah Logam Lippo Mall Semarang


Sampah logam yang dihasilkan dari kegiatan konstruksi Gedung Parkir
Balaikota tidak dibuang, melainkan ditimbun disuatu lokasi tanpa ada pengolahan
terlebih dahulu. Penimbunan sampah logam tersebut dilakukan oleh pengelola dari
Lippo Mall Semarang.
Gambar 4. 15 Sampah Logam Lippo Mall Semarang

4.8.4 Proyek Konstruksi Rumah Susun Sewa Wilayah Jawa Tengah


Proyek konstruksi Rumah Susun Sewa Wilayah Jawa Tengah dilaksanakan
oleh PT. Abipraya. Pembangunan ini berada dalam wilayah Balai Besar Wilayah
Sungai Pemali Juwana Semarang.

Gambar 4. 16 Proyek Konstruksi Rumah Susun Sewa Wilayah Jawa Tengah


Dalam proyek konstruksi Rumah Susun Sewa Wilayah Jawa Tengah
menghasilkan sampah logam 8,61 kg/hari, namun jumlah tersebut fluktuatif atau
tidak menentu. Sampah logam yang dihasilkan yaitu jenis besi. Sampah logam bisa
muncul dikarenakan dalam pemesanan besi bertulang ini terdapat pehitungan waste
factor sebesar 3%, hal ini dilakukan agar besi yang dibutuhkan cukup dan tidak
mengakibatkan sampah logam jenis besi yang berlebih.
Gambar 4. 17 Sampah Logam Rumah Susun Sewa Wilayah Jawa Tengah
Sampah logam yang dihasilkan dari kegiatan konstruksi Rumah Susun Sewa
Wilayah Jawa Tengah tidak dibuang, melainkan dikumpulkan terlebih dahulu
hingga proyek berakhir yang kemudian dilakukan penjualan untuk sampah logam
tersebut. Sampah logam ini dijual oleh pihak kontraktor pelaksa proyek Rumah
Susun Sewa Wilayah Jawa Tengah yaitu PT. Abipraya.

4.9 Alur Perdagangan Sampah Logam di Kota Semarang


Seluruh timbulan sampah logam yang tedapat di Kota Semarang memiliki
nilai ekonomi. Timbulan sampah logam dapat dikelola oleh warga, pemulung
keliling, pemulung TPS, pemulung TPA, lapak kecil dan lapak besar.

Dalam alur perdagangan sampah logam eksisting di Kota Semarang yang


sesuai dengan gambar 4.18, untuk warga dapat menjual sampah logamnya secara
langsung kepada tukang rosok keliling maupun lapak kecil. Antara tukang rosok
dan lapak kecil memiliki harga beli yang berbeda sesuai dengan kebijakan masing-
masing pelaku daur ulang sampah logam.

Tukang rosok keliling mencari sampah logam dengan membeli sampah yang
dihasilkan oleh warga. Hal ini tentu memudahkan warga untuk menjual sampah
logamnya. Sampah logam yang dibeli oleh tukang rosok pada umumnya dijual
kepada lapak kecil atau besar.
Alur selanjutnya yaitu dilakukan oleh pemulung. Untuk pemulung dibagi
menjadi tiga bagian yaitu pemulung keliling, pemulung TPS dan pemulung TPA.
Pemulung keliling mengambil sampah logam hasil dari pembuangan yang
dilakukan oleh warga, yang kemudian melakukan penjualan sampah logam kepada
lapak kecil. Kemudian untuk pemulung TPS melakukan pengambilan sampah di
TPS yang sudah mereka tentukan. Timbulan sampah logam yang ada di TPS
tergolong kecil dikarenakan sudah dikelola terlebih dahulu oleh warga maupun
diambil oleh para pemulung keliling. Sampah logam yang paling sering muncul di
TPS adalah sampah logam jenis alumunium kaleng. Sementara untuk pemulung TP
tidak fokus untuk mengambil sampah logam yang ada di TPA mengingat timbulan
sampah logam yang ada di TPA sangat kecil bahkan sulit untuk ditemukan. Sampah
logam yang dapat ditemukan di TPA yaitu sampah logam jenis alumunium kaleng.

Setelah melalui pemulung dan tukang rosok, sampah logam kemudian


dikelola oleh lapak dimana terdapat lapak kecil dan lapak besar. Lapak kecil
merupakan lapak yang membeli sampah logam dari pemulung dan tukang rosok.
Pada umumnya lapak kecil bersedia membeli sampah logam dengan jumlah
minimal 1 kilogram per jenis logam, namun terdapat juga lapak kecil yang
menerima untuk membeli sampah logam dibawah 1 kilogram untuk beberapa jenis
sampah logam yang bernilai ekonomi tinggi seperti kuningan, tembaga, alumunium
kaleng dan besi. Lapak kecil kemudian menjual sampah logam yang sebelumnya
sudah dikelola terlebih dahulu kepada lapak besar. Pelaku daur ulang sampah logam
selanjutnya yaitu lapak besar. Lapak besar menerima sampah logam dari lapak
kecil. Sampah logam yang masuk ke lapak besar kemudian dijual kepada industri
daur ulang logam.

Alur perdagangan yang terakhir yaitu dilakukan oleh industri daur ulang
logam, dimana industri ini membeli sampah logam yang berasal dari lapak besar.
Sampah logam digunakan oleh industri daur ulang logam sebagai bahan dasar
pembuatan kembali produk logam yaitu besi maupun baja tulangan untuk keperluan
konstruksi.
Pemulung
Keliling

Warga

Industri
Tukang Rosok Lapak Kecil Lapak Besar Pengolahan
Sampah Logam

Sumber Sampah Pemulung TPS


Logam baik Bernilai
Domestik Ekonomi
maupun Pemulung TPA

Non Domestk

Pemulung
Lapak Kecil Lapak Besar
Rp 189.087.694
Rp 452.981.108 Rp 540.410.912
Nilai Sumber Sampah Masyarakat
Ekonomi
Rp 375.582.909 Rp 197.672.532

Tukang Rosok

Rp 220.150.236
Gambar 4. 18 Skenario
48

4.10 Peran Serta Masyarakat Dalam Usaha Daur Ulang Sampah Logam
Masyarakat merupakan subjek yang berperan penting dalam pengelolaan
sampah suatu wilayah. Salah satu cara termudah yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan pemisahan sampah berdasarkan jenisnya untuk memudahkan
dalam proses pengelolaan sampah tersebut, seperti pengolahan sampah dengan
konsep daur ulang.

Berdasarkan data hasil kuesioner dan wawancara mengenai perilaku dalam


pengelolaan sampah, dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat setiap
harinya akan menghasilkan sampah sampai maksimal 2-5 kantong sampah per hari.
Dalam sampah yang setiap hari dihasilkan oleh masyarakat, tentu terdapat berbagai
jenis sampah yang masih memilki nilai ekonomi. Oleh karena itu dilakukan
wawancara kepada responden mengenai minat masyarakat dalam melakukan
pemilahan sampah tersebut.

Dapat diketahui dari 100 responden hasil perhitungan Slovin (kuisioner


terlampir) yang menjadi target wawancara, 60 responden (60%) cukup tertarik dan
35 responden (35%) tertarik dalam melakukan pemilahan sampah yang masih
memiliki nilai ekonomi (dijual), seperti kertas, logam dan plastik. Sampah yang
dipilah tersebut merupakan jenis-jenis sampah yang dapat didaur ulang. Sementara
5 responden (5%) tidak tertarik dalam melakukan pemilahan sampah dikarenakan
tidak mau repot untuk memilah sampahnya.

Berdasarkan hasil wawancara di dapatkan data sebesar 56 responden (56%)


Kota Semarang diwakili oleh responden belum melakukan daur ulang dan sebesar
37 responden (37%) kadang-kadang melakukan daur ulang. Sebagian masyarakat
yang melakukan daur ulang, mereka akan mengumpulkan berbagai jenis sampah
yang dapat didaur ulang, untuk kemudian dijual kepada lapak di area sekitar tempat
tinggal mereka, sehingga dari lapak tersebut sampah dapat diolah dengan proses
tertentu sehingga menghasilkan produk baru yang memilki nilai guna dan ekonomi
yang tinggi. Alasan masyarakat dalam menjual sampah yang termasuk dalam
material daur ulang tersebut adalah dengan menjual sampah tersebut masyarakat
mendapatkan uang tambahan dari hasil penjualan dan mencegah adanya
penumpukan sampah di area sekitar tempat tinggal mereka. Berikut merupakan
diagram mengenai jenis sampah yang sering dijual masyarakat

Dalam berperan serta terhadap daur ulang sampah, sistem pengumpulan


barang daur ulang yang akan paling diminati oleh masyarakat dapat diketahui
berdasarkan diagram berikut.

Menempatkan barang daur ulang


di tempat sampah yang nantnya
akan disortir oleh pemulung
1%
0% keliling
Mengumpulkan dan menjual
9% barang daur ulang ke pemulung
keliling
43%
Membawa dan menjual barang
daur ulang ke lapak
47%

Mendapat intensif karena telah


melakukan daur ulang

Lainnya

Gambar 4.19 Sistem Pengumpulan Barang Daur Ulang yang akan Dipilih
oleh Masyarakat
Berdasarkan data hasil kuesioner dan wawancara, apabila masyarakat akan
berperan serta dalam kegiatan daur ulang, sistem pengumpulan barang daur ulang
yang dipilih yaitu, 53 dari 100 responden (43%) menempatkan barang daur ulang
di tempat sampah yang nantinya akan disortir oleh pemulung. Kemudian 47
responden (47%) mengumpulkan dan menjual barang daur ulang kepada pemulung
kelilng. Dari 9 responden (9%) memilih untuk membawa dan menjual barang daur
ulang kepada lapak, dan 1 responden (1%) memilih untuk mendapat intensif karena
telah melakukan daur ulang
Dari hasil ini dapat diketahui bahwa masyarakat Kota Semarang masih
kurang berminat mengelola sampah yang dapat didaur ulang atau bahkan
masyarakat masih tidak mengetahui besarnya nilai ekonomi dari sampah yang dapat
didaur ulang tersebut. Sehingga masyarakat belum memiliki minat untuk
mengumpulkan sampah yang dapat didaur ulang dan nantinya akan dijual ke lapak.

4.11 Pengaruh Daur Ulang Sampah Logam Terhadap Reduksi Timbulan


Sampah Kota Semarang
Dengan adanya nilai ekonomi sampah logam di Kota Semarang tentu akan
akan menurunkan timbulan sampah yang ada di Kota Semarang, dengan catatan
setiap sampah logam yang bernilai ekonomi akan dikelola baik oleh warga,
pemulung, tukang rosok, lapak maupun industri. Berikut merupakan persentase
reduksi timbulan sampah Kota Semarang apabila seluruh sampah logam yang
bernilai ekonomi dikelola.

 Timbulan Sampah di Kota Semarang = 835.323,53 kg/hari


 Timbulan Sampah Logam di Kota Semarang = 72.843,72 kg/hari
 Sampah Logam yang Laku Dijual = 72.843,72 kg/hari
 Reduksi Timbulan Sampah
= Sampah Logam yang Laku Dijual X 100%
Total Timbulan Sampah Kota Semarang
= 72.843,72 kg/hari X 100%
835.323,53 kg/hari

= 8,72 %

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa pengelolaan sampah logam yang
bernilai ekonomi di Kota Semarang dapat menurunkan jumlah timbulan sampah
Kota Semarang sebesar 8,72 %.
4.12 Rekomendasi Penelitian
Rekomendasi yang akan dibuat dan diusulkan dalam penelitian merupakan
review dan analisis dari hasil penelitian yang telah dilakukan, baik berdasarkan data
primer maupun sekunder yang telah diolah sebelumnya. Faktor-faktor yang
menjadi dasar dalam membuat rekomendasi tidak terlepas dari kajian akademik dan
kajian regulasi.

4.12.1 Kajian Akademik


Pada kajian akademik, rekomendasi yang bisa diberikan untuk pengelolaan
sampah khususnya logam di Kota Semarang kedepannya yaitu perlu adanya
pemilahan sampah anorganik khususnya logam di unit TPST, memang idealnya
dilakukan di rumah tangga. Tetapi bukan berarti pemilahan sampah tidak dilakukan
di rumah tangga. Program-program terkait sosialisasi/penyuluhan di rumah tangga
tetap dilakukan, hanya saja proporsinya tidak terlalu besar, artinya pemilahan di
TPST dan di rumah tangga dilakukan secara bersamaan.

Menurut data Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang (2014), di


Kota Semarang terdapat 16 TPST dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Indira Febriyanti (2017) bahwa TPST yang ada di Kota Semarang tidak aktif
sebagai mana mestinya. Maka dari itu perlu adanya pembangunan dan pengaktifan
Tempat Pembuangan Sampah Terpadu di setiap Kelurahan di Kota Semarang, serta
dibutuhkan adanya pendampingan dalam pengelolaan sampah secara 3R (reuse,
reduce, recycle) oleh pihak Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang. Keberadaan
TPST di Kota Semarang harus diaktifkan kembali dan dibangun dengan sistem per
Kelurahan, dimana penampungan sampah dan pengolahan sampah dilakukan di
satu tempat sehingga keberadaan TPST dengan jumlah yang banyak ini dapat
memberikan dampak yang positif untuk merekdusi timbulan sampah yang ada di
Kota Semarang

Dengan adanya keberadaan TPST memudahkan dalam pemilahan sampah


khususnya sampah logam, hal ini juga memberikan dampak positif bagi pemulung
maupun tukang rosok untuk lebih efektif dan efisien dalam pencarian dan
pemilahan sampah logam.

Adapun beberapa tahapan yang harus dipersiapkan dalam perancangan


TPST, yaitu:

1. Analisis Keseimbangan Material


- Mengetahui jumlah sampah yang masuk ke lokasi pengolahan termasuk
komposisi dan karakteristik sampah
- Langkah ini bertujuan untuk membuat keseimbangan materila guna
mengtahui proses pengolahan yang akan dilakukan serta berapa produk
yang dihasilkan dan residu yang dihasikan. Langkah ini juga merupakan
langkah awal untuk menentukan prakiraan luas lahan serta kebutuhan
peralatan bagi sistem di TPST
2. Identifikasi Seluruh Kemungkinan Pemanfaatan Material
- Mengetahui karakteristik sampah dan pemanfaatannya untuk bisa
mengembangkan diagram alir proses pemanfaatan keseimbangan material.
3. Perhitungan Akumulasi Sampah
- Menentukan dan menghitung jumlah akumulasi dari sampah, berapa
sampah yang alan ditangani di TPST dan laju akumulasi dengan pentapan
waktu pengoperasian dari TPST.
4. Perhitungan Material Loading Rate
- Perhitungan jumlah pekerja dan alat yang dibutuhkan serta jam kerja dan
waktu pengoperasian dari peralatan yang digunakan di dalam TPST. Pekerja
TPST berasal dari pemulung maupun tukang rosok yang akan didata oleh
Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang.
Gambar 4.20 Para Pemulung Memilah Sampah di TPST
Sumber: jawapos.com
5. Layout dan Denah
- Tata letak di dalam lokasi TPST agar mempermudah pelaksanaan pekerjaan

Gambar 4.21 Contoh Denah TPST


Sumber: jawapos.com

Gambar 4.21 Contoh Desain TPST


Sumber: jawapos.com
Perkiraan lahan yang dibutuhkan dalam pembangunan TPST yaitu
minimal seluas 400 m2, dimana idelanya TPST mampu dibangun dengan total
luas bangunan sebesar 820 m2. Dengan total luas bangunan tersebut, terdapat
beberapa unit bangunan penunjang yang ada di TPST yaitu:
 Pintu Masuk
 Bangunan Pengumpulan
 Bangunan Bank Sampah
 Bangunan Kantor
 Rak Penyimpan
 Pintu Masuk Area Pengelolaan
 Tempat Pencacahan
 Tempat Pemilahan Sampah
 Bak Komposting
 Tempat Pengemasan dan Penyimpanan Kompos
 Pintu Keluar
 Tempat Pembuangan Residu

4.12.2 Kajian Regulasi dan Kelembagaan


Pada kajian regulasi, mengacu pada Undang-Undang No.18 Tahun 2018
tentang Pengelolaan Sampah. Sesuai dengan peraturan tersebut, sudah tercantum
langkah dalam pengelolaan sampah guna mereduksi timbulan sampah Kota
Semarang yaitu dengan pengurangan dan penanganan sampah.

Dalam usaha pengurangan sampah sesuai dengan peraturan tersebut yaitu


meiliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah dan/atau
pemanfaatan kembali sampah. Hal ini sudah sesuai dengan hasil dari penelitian ini
dimana sudah ada pelaku daur ulang sampah maupun pemanfaatan kembali sampah
oleh beberapa pihak diantaranya pemulung, tukang rosok, lapak kecil, lapak besar
dan industri daur ulang sampah logam.

Hal yang bisa rekomendasikan dalam rangka pengurangan sampah yang


disesuaikan dengan peraturan tersebut yaitu perlu adanya partisipasi lebih dari
Pemerintah Kota Semarang pada umumnya dan Dinas Lingkungan Hidup pada
khususnya dalam menetapkan target pengurangan sampah dengan pembuatan
timeline secara bertahap dalam janga waktu tertentu, agar sebagai stakeholder bisa
melakukan fungsi evaluasi atau pemantauan dalam rangka pengurangan sampah
untuk mereduksi timbulan sampah di Kota Semarang.

Langkah selanjutnya yaitu penanganan sampah, rekomendasi yang bisa


diberikan untuk penanganan sampah jika disesuaikan dengan peraturan tersebut
yaitu perlu dilaksanakanya pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan
pemindahan sampah dari sumber sampah ke TPST dalam keadaan sudah terpilah
oleh masyarakat telebih dahulu.

Hal yang bisa direkomdasikan lagi yaitu, perlu adanya penambahan regulasi
tentang petugas pengelolaan sampah yang ada di TPST, yaitu pihak Dinas
Lingkungan Hidup Kota Semarang bisa bekerjasama dengan Komunitas Pemulung
Indonesia Regional Semarang mendata seluruh pemulung yang ada di Kota
Semarang. Dalam hal ini, pemulung-pemulng yang sudah didata, dipekerjakan
sebagai petugas pemilahan sampah di TPST dan diberi insentif sesuai dengan
kesepakatan atau peraturan baru yang berlaku nantinya. Dari sampah yang sudah
dipilah, dilakukan pembagian jumlah sampah untuk dijual oleh para pemulung dan
dijual oleh pihak pengelola TPST sebagai pemasukan untuk operasional maupun
kas.

Pemerintah perlu membuat regulasi baru terkait harga jual beli sampah
anorganik khususnya sampah logam dengan penyamarataan harga untuk pemulung
dan tukang rosok, kemudian harga untuk lapak kecil dan lapak besar, agar alur
perdagangan lebih efektif dan efisien

Berdasarkan usulan yang telah diuraikan sebelumnya, pada sistem


pengelolaan sampah juga perlu diupayakan pengendalian dan pengawasan.
Mekanisme tersebut dilakukan melalui pemerintag dan dibantu oleh
pengurus/penanggung jawab TPST yang telag ditunjuk oleh kelurahan unutk
melakukan monitoring dan supervisi. Hal tersebut dilakukan agar program yang
sudah menjadi kebijakan pemerintah dapat berjalan sesuai yang diharapkan.
Penanggung jawab TPST melaporkan hasil kegiatan monitoring dan supervisinya
kepada pemerintah melalui mekanisme yang sudah ditentukan. Pengelola
melakukan kegiatan pengendalian dan pengawasan kegiatan pengelolaan sampah
agar sesuai dengan mekanisme yang sudah ditentukan. Penanggung jawab TPST
membuat laporan rutin, yang akan di sampaikan ke pemerintah dan masyarakat
sesuai mekanisme. Laporan rutin ke masyarakat dapat dilaksanakan bersamaan
dengan pertemuan rutin warga, seperti pertemuan di tingkat RT.

Tahap evaluasi, pemerintah dapat melakukan evalyasi berdasarkan laporan


yang diterima dari penanggung jawab TPST, juga masukan dari masyarakat.
Evaluasi dilakukan untuk menyempurnakan kebijakan yang sudah dibuat agar
efektif dan efisien. Setelah mencapai tujuan dan target secara kuantitatif dan
kualitatif, alur skenario terbaik yang disarankan dapat diperluas dan diadopsi untuk
daerah-daerah perkotaan laing di Indonesia dalam rangka merekduksi timbulan
sampah perkotaan khususnya jenis logam dengan konsep daur ulang.
1

Anda mungkin juga menyukai