BAB IV
GAMBARAN UMUM
Ketinggian Jumlah
No Kecamatan 0-10 10 – 20 >20 mdpl
mdpl mdpl
1. Wringinanom 0,00 6.254,00 0,00 6.262,00
2. Driyorejo 0,00 5.130,00 0,00 5.130,00
3. Kedamean 6.588,00 0,00 0,00 6.596,00
4. Menganti 6.196,00 0,00 0,00 6.367,00
5. Cerme 6.126,00 0,00 0,00 6.126,00
6. Benjeng 0,00 6.862,00 0,00 6.871,00
7. Balongpanggang 7.167,00 0,00 0,00 7.167,00
8. Duduksampeyan 7.440,00 0,00 0,00 7.449,00
9. Kebomas 2.966,00 0,00 0,00 3.433,00
10 Gresik 524,00 0,00 0,00 799,00
.
11 Manyar 8.287,00 0,00 0,00 8.671,00
.
12 Bungah 8.022,00 0,00 0,00 7.936,00
.
13 Sidayu 4.521,00 0,00 0,00 4.521,00
.
14 Dukun 5.909,00 0,00 0,00 5.909,00
.
15 Panceng 0,00 0,00 6.318,00 6.259,00
.
16 Ujungpangkah 9.470,00 0,00 0,00 10.406,00
.
17 Sangkapura 11.872,00 0,00 0,00 11.872,00
.
18 Tambak 7.755,00 0,00 0,00 7.739,00
.
Total 92.843,00 18.256,00 6.318,00 119.513,00
Persentase 79.08 15,54 5,38 100.00
Sumber: RTRW Kabupaten Gresik, 2010-2030
Distribusi wilayah di Kabupaten Gresik berdasarkan ketinggian dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Wilayah dengan ketinggian 0-10 mdpl seluas ± 92.843,00 ha atau sekitar 79,08%
dari seluruh luas wilayah Kabupaten Gresik.
b. Wilayah dengan ketinggian 10-20 mdpl mempunyai luas ± 18.246,00 ha atau
sekitar 15,54 % .
c. Ketinggian diatas 20 mdpl mempunyai luas ± 6.318,00 ha atau sekitar 5,38%.
Kondisi topografi pada Kabupaten Gresik bervariasi pada kemiringan 0-2%, 3-
15%, dan 16-40% serta lebih dari 40 %. Sebagian besar mempunyai kemiringan 0 -
2% mempunyai luas ± 94.613,00 ha atau sekitar 80,59%, sedangkan wilayah yang
mempunyai kemiringan lebih dari 40 % lebih sedikit ± 1.072,23 ha atau sekitar
0,91%.
3. Kondisi Hidrologi
Keadaan permukaan air tanah di Kabupaten Gresik pada umumnya relatif dalam,
hanya daerah-daerah tertentu di sekitar sungai atau rawa-rawa saja yang mempunyai
pemukaan air tanah agak dangkal. Pola aliran sungai di Kabupaten Gresik
memperlihatkan wilayah Gresik merupakan daerah muara Sungai Bengawan Solo dan
Kali Lamong dan juga dilalui oleh Kali Surabaya di Wilayah Selatan. Sungai-sungai
ini memiliki sifat aliran dan kandungan unsur hara yang berbeda. Sungai Bengawan
Solo mempunyai debit air yang cukup tinggi dengan membawa sedimen lebih banyak
dibandingkan dengan Kali Lamong, sehingga pendangkalan di Sungai Bengawan Solo
lebih cepat. Dengan adanya peristiwa tersebut mengakibatkan timbulnya tanah-tanah
oloran yang seringkali oleh penduduk dimanfaatkan untuk lahan perikanan. Selain
dialiri oleh sungai-sungai tersebut diatas keadaan hidrologi Kabupaten Gresik juga
ditentukan oleh adanya waduk, embung, mata air, pompa air dan sumur bor.
4. Kondisi Klimatologi
Wilayah Kabupaten Gresik mempunyai kondisi iklim yang hampir sama. Iklim
Kabupaten Gresik termasuk tropis dengan temperatur rata-rata 28,5°C dan
kelembaban udara rata-rata 2.245 mm per tahun. Temperatur minimum terjadi pada
bulan Juli sedangkan temperatur tertinggi terjadi pada bulan Oktober. Radiasi
matahari terbesar 84 % terjadi pada bulan Maret, kecepatan angin berkisar antara 4-6
per detik dengan arah rata-rata ke Selatan. Iklim daerah Kabupaten Gresik dibedakan
menjadi:
a. Musim kering terjadi pada bulan Juni sampai dengan Bulan September.
b. Musim penghujan basah terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan
Maret.
c. Musim peralihan dari musim kemarau sampai musim penghujan terjadi pada
bulan
Oktober dan November.
d. Musim peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau terjadi pada bulan
April dan Mei.
B. Kondisi Fisik Binaan
Kondisi fisik binaan Kabupaten Gresik terdiri atas kondisi tata guna lahan serta
persebaran sarana yang ada. Berikut adalah penjelasan dari kondisi fisik binaan di Kabupaten
Gresik, yaitu sebagai berikut.
1. Tata Guna Lahan
Tata guna lahan dalah pola pemanfaatan dan penggunaan lahan pada suatu wilayah.
Berdasarkan data sekunder yang di dapat dari Kabupaten Gresik Dalam Angka 2019,
lahan yan ada di Kabupaten Gresik secara umum adalah sebagai berikut.
Tabel 4.3 Tata Guna Lahan Kabupaten Gresik
Penggunaan Lahan
Kecamatan Pertanian
Bukan Pertanian Total Luas
Sawah (Ha) Bukan Sawah
(Ha) Lahan (Ha)
(Ha)
Balongpanggan
4.270,0 560,0 1.558,0 6.388,0
g
belajar mengajar di yang ada di Kabupaten Gresik, sedangkan sarana kesehatan yang
tersedia di Kabupaten Gresik ini digunakan untuk memberikan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat yang ada di Kabupaten Gresik. Berikut merupakan data sarana
pendidikan yang ada di Kabupaten Gresik.
a. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan adalah tempat yang digunakan oleh masyarakat yang ada di
Kabupaten Gresik untuk mendapatkan serta bertukar suatu ilmu pengetahuan.
Kabupaten Gresik memiliki beberapa sarana dengan berbagai tingkatan. Berikut
merupakan data-data jumlah sarana pendidikan yang ada di Kabupaten Gresik.
masyarakat yang ada di Kabupaten Gresik terjaga dan terjamin. Kabupaten Gresik
memiliki beberapa jenis sarana kesehatan yaitu rumah sakit, puskesmas, posyandu,
serta poliklinik. Berikut merupakan jumlah sarana kesehatan yang ada di
Kabupaten Gresik.
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa jumlah sarana kesehatan yang ada di
Kabupaten Gresik dibagi menjadi 4 jenis yaitu rumah sakit, puskesmas, posyandu
serta poliklinik. Jenis sarana kesehatan terbanyak di Kabupaten Gresik yaitu
Posyandu dengan jumlah 1517 unit. Selain itu jumlah poliklinik yang ada di
Kabupaten Gresik berjumlah 73 unit. Sedangkan, rumah sakit memiliki jumlah
paling sedikit yaitu sebanyak 18 unit.
c. Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan yang ada di Kabupaten Gresik terdiri atas masjid, langgar,
gereja, pura serta vihara. Berikut merupakan jumlah dari masing-masing jenis
sarana peribadatan yang ada di Kabupaten Gresik.
Tabel 4.6 Persebaran Sarana Peribadatan di Kabupaten Gresik
Tempat Ibadah (unit)
No. Kecamatan Pur Jumlah
Masjid Langgar Gereja Vihara
a
1. Wringinanom 102 228 1 0 0 331
2. Driyorejo 85 299 6 0 0 390
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk dengan
luas wilayah, pada jangka waktu yang telah ditentukan (BPS, 2010). Kepadatan
penduduk dihitung untuk mengetahui tingkat kepadatan di beberapa kecamatan di
Kabupaten Gresik. Berikut merupakan tingkat kepadatan penduduk berdasarkan
jumlah dan persebaran penduduk Kabupaten Gresik tahun 2018:
Bangkalan merupakan daerah dengan dataran rendah yang memiliki ketinggia 2-100
meter di atas permukaan laut. Secara astronomis Kabupaten Bangkalan terletak antara
6º 51’-70º 11’ Lintang Selatan dan antara 1120º 40’−1130º 08’ Bujur Timur. Batas–
batas wilayah Kabupaten Bangkalan menurut [ CITATION Bad18 \l 1033 ] sebagai
berikut:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Selat Madura
Sebelah Timur : Kabupaten Sampang
Sebelah Barat : Selat Madura
Kabupaten Bangkalan memiliki luas wilayah sebesar 1.260,14 km 2 atau sekitar 2,6%
dari luas total Provinsi Jawa Timur yang memiliki luas 47.799,75 km 2. Kabupaten
Bangkalan terbagi menjadi delapan belas kecamatan. Sepuluh kecamatan diantaranya
berbatasan langsung dengan laut. Kecamatan Socah, Labang, Kamal, Kwanyar, dan
Modung berbatasan langsung dengan Selat Madura di sebelah selatan. Kemudian di
sebelah utara Kecamatan Bangkalan, Klampis, Sepulu, Arosbaya dan Tanjung Bumi
berbatasan dengan Laut Jawa. Untuk kecamatan yang tidak berbatasan langsung
dengan laut seperti Kecamatan Tanjung Bumi, Kokop, Konang, Blega, dan Modung,
merupakan perbatasan wilayah Kabupaten Bangkalan dengan Kabupaten Sampang di
sebelah timur. Tabel 4.11 berisi terkait luas wilayah tiap kecamatan yang ada di
Kabupaten Bangkalan 2017.
Tabel 4.11 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Bangkalan Tahun 2017
No
Kecamatan Luas Wilayah (km2)
.
1. Kamal 4.140
2. Labang 3.523
3. Kwanyar 4.781
4. Modung 7.879
5. Blega 9.282
6. Konang 8.109
7. Galis 12.056
8. Tanah Merah 6.856
9. Tragah 3.9.58
10. Socah 5.382
11. Bangkalan 3.502
12. Burneh 6.610
13. Arosbaya 4.246
14. Geger 12.331
15. Kokop 12.575
16. Tanjung Bumi 6.749
17. Sepulu 7.325
18. Klampis 6.710
Jumlah 126.014
3. Geologi
Kabupaten Bangkalan terletak di paling barat dari Pulau Madura. Kabupaten
Bangkalan terdiri dari empat macam batuan, yaitu alluvium, pleistosin fase sedimen,
pleiosin fase gamping dan meiosin fase sedimen. Berdasarkan jenis tanahnya,
Kabupaten Bangkalan terbagi menjadi dua kelompok, yaitu zonal dan azonal. Tanah
zonal meliputi jenis tanah alluvial, regosol dan litosol. Sementara, tanah azonal
meliputi jenis tanah grumusol dan mediteran.
4. Klimatologi
Kabupaten Bangkalan mengalami pergantian antara musim hujan dan musim kemarau
setiap tahunnya. Rata-rata curah hujan selama satu tahun pada tahun 2017 sebesar
126,35 mm3. Bulan November sampai dengan April merupakan bulan dengan curah
hujan yang tinggi [ CITATION Bad18 \l 1033 ]. Suhu udara yang terjadi di Kabupaten
Bangkalan rata–rata 23ºC-32ºC, dengan kecepatan hembusan angin pelan timur 4–14
Km/jam. Untuk kelembapan relatif Kabupaten Bangkalan sekitar 64–81%
5. Hidrologi
Kondisi Hidrologi di Kabupaten Bangkalan dipengaruhi oleh adanya sungai dan
sumber air. Wilayah Kabupaten Bangkalan dilalalui oleh beberapa sungai. Berikut
Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah Kabupaten Bangkalan.
Tabel 4.13 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Bangkalan Tahun 2012
Kecamatan Nama DAS Luas (Ha)
Kamal DAS Gulung 1.290
DAS Kebun 1.230
DAS Telang 6.090
Labang DAS Gladang Cuna 1.950
Kwanyar DAS Jangjang 3.030
DAS Kolpoh 9.690
Modung DAS Nangger 1.290
DAS Lekesepat 3.930
DAS Sbr. Kolla 3.090
DAS Sikecil 3.990
DAS Jangklompang 4.260
Blega Jangklompang
DAS Lekesenga 1.890
DAS Cetek 1.650
DAS Blega 5.970
DAS Konyak 3.150
DAS Pandean 5.970
Konang DAS Jantu 1.290
DAS Sambiyan 3.090
DAS Rampasan 4.230
DAS Konang 4.290
DAS Gubugan 3.330
DAS Bancelok 1.290
DAS Naden 7.290
DAS Sawahdalem 2.430
DAS Karangnata 810
Galis DAS Pandean 5.970
DAS Jangklompang 4.260
DAS Jangmarang 1.350
DAS Lembungselor 2.910
DAS Tlagah 2.130
DAS Bancelot 3.630
DAS Olbek 4.890
DAS Labisani 1.890
Tanah Merah DAS Pacentan 3.318
DAS Babusong 1.950
DAS Pangeleyan 1.290
DAS Mortengah 1.530
DAS Seresi 3.090
DAS Sbr. Pettong 1.950
No Koperas
Kecamatan Pasar Rumah Makan Hotel
. i
11. Bangkalan 14 22 185 7
12. Burneh 9 16 41 -
13. Arosbaya 3 8 39 -
14. Geger 7 6 28 -
15. Kokop - 2 31 -
16. Tanjung
7 10 39 -
Bumi
17. Sepulu 12 6 33 -
18. Klampis - 8 36 -
Total 94 129 786 7
Sumber: Kabupaten Bangkalan Dalam Angka 2018
Berdasarkan Tabel 4.16 di atas dapat dilihat jumlah sarana yang ada di
Kabupaten Bangkalan. Sarana dengan jumlah terbanyak adalah Koperasi
sebanyak 786 unit dan yang paling sedikit hotel dengan jumlah 7.
d. Sarana Industri dan Pergudangan
Sarana Industri dan Pergudangan di Kabupaten Bangkalan terbagi menjadi
industri formal dan industri non formal. Berikut adalah jumlah sarana industri dan
pergudangan yang ada di Kabupaten Bangkalan.
Tabel 4.17 Sarana Industri dan Pergudangan di Kabupaten Bangkalan
Industri Formal Industri
Kabupaten Bangkalan
Besar Menengah Kecil Mikro informal
Jumlah 4 11 189 283 4575
Sumber: Kabupaten Bangkalan Dalam Angka 2018
Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana industri dan pergudangan di
Kabupaten Bangkalan terbagi menjadi dua jenis yakni sarana industri formal dan
informal. Industri Formal sendiri dibagi lagi ke dalam Industri Besar, menengah,
kecil, dan mikro. Jumlah paling banyak yakni sarana industri Informal dengan
jumlah 4575 unit dan yang paling sedikit industri besar dengan jumlah 4 unit.
2. Kondisi Prasarana
a. Kawasan Rawan Bencana
Kawasan rawan bencana merupakan kawasan yang diindikasikan sebagai
kawasan yang sering terjadi bencana. Kabupaten Bangkalan terdapat dua jenis
kawasan rawan bencana, yaitu rawan bencana longsor dan rawan bencana banjir.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2009 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Bangkalan 2009-2029, kawasan rawan bencana di
Kabupaten Bangkalan dijelaskan sebagai berikut
b. Kawasan Rawan Longsor
Daerah yang rawan terhadap longsor di Kabupaten Bangkalan meliputi wilayah
perbukitan dengan prosentase terbesar terdapat pada daerah perbukitan karena
memiliki kelerengan yang lebih tinggi dan sangat rentan terhadap longsor
khususnya disekitar Kecamatan Blega dan Kecamatan Konang.
c. Kawasan Rawan Banjir
Kawasan rawan banjir di Kabupaten Bangkalan berada di sekitar aliran sungai
seperti di Kecamatan Arosbaya dan Induk Ibukota Kecamatan Blega. Sedangkan
di Kecamatan Burneh banjir terjadi karena kepadatan pemukiman menyebabkan
sistem drainase yang buruk. Beberapa penyebab terjadinya banjir antara lain
disebabkan oleh semakin berkurangnya kawasan resapan air, dan semakin
rusaknya hutan dan kawasan konservasi di wilayah hulu
C. Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Bangkalan pada tahun 2017 sejumlah 962.773 jiwa.
Informasi ini dapat dilihat pada Kecamatan dalam Angka Kabupaten Bangkalan pada tahun
2018. Jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Bangkalan pada tahun 2017 didapat dari hasil
perhitungan proyeksi penduduk tahun 2010-2017, dengan data dasar sensus penduduk pada
tahun 2010. Kabupaten Bangkalan mengalami kenaikan jumlah penduduk rata-rata 0,88%
setiap tahunnya. Tabel 4.18 berisi mengenai jumlah penduduk yang ada di Kabupaten
Bangkalan pada tahun 2013–2017.
Tabel 4.18 Jumlah Penduduk Kabupaten Bangkalan berdasarkan Kecamatan Tahun 2013-2017
Jumlah Penduduk (Jiwa)
No. Kecamatan
2013 2014 2015 2016 2017
1. Kamal 47.501 48.051 48.511 48.969 49.410
2. Labang 34.451 34.142 34.296 34.445 34.579
3. Kwanyar 43.165 42.732 42.913 43.090 43.246
4. Modung 45.416 44.402 44.453 44..500 44.525
5. Blega 53.822 52.451 52.471 52.484 52.473
6. Konang 46.550 48.250 49.004 49.762 50.510
7. Galis 75.171 75.659 76.289 76.914 77.509
8. Tanah Merah 58.722 57.940 58.137 58.329 58.494
9. Tragah 27.500 27.616 27.830 28.042 28.243
10. Socah 54.749 54.712 55.071 55.425 55.756
11. Bangkalan 79.091 82.396 83.784 85.187 86.574
12. Burneh 57.733 58.848 59.522 60.197 60.851
13. Arosbaya 41.566 41.796 42.134 42.469 42.788
14. Geger 64.883 66.204 66.978 67.754 68.506
15. Kokop 66.718 69.781 71.028 72.287 73.535
16. Tanjung Bumi 50.319 51.247 51.823 52.399 52.957
17. Sepulu 40.141 39.882 40.086 40.287 40.469
18. Klampis 49.999 49.712 49.975 50.233 50.469
Jumlah 937.497 945.821 954.305 962.773 970.894
Sumber: Kabupaten Bangkalan Dalam Angka 2014-2018
Kecamatan Bangkalan merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk yang
paling banyak di Kabupaten Bangkalan setiap tahunnya. Pada tahun 2017 jumlah penduduk
yang ada di Kecamatan Bangkalan sejumlah 86.574 atau 8,9% dari total jumlah penduduk
yang ada di Kabupaten Bangkalan. Sedangkan untuk kecamatan dengan jumlah penduduk
yang paling sedikit adalah Kecamatan Tragah yang memiliki penduduk sejumlah 28.243atau
2,9% dari total penduduk Kabupaten Bangkalan pada tahun 2017. Setiap tahunnya Kabupaten
Bangkalan mengalami kenaikan jumlah penduduk, kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2014
dengan jumlah kenaikan sebesar 8.484 jiwa atau 0,9% dari tahun sebelumnya.
1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk Kabupaten Bangkalan pada tahun 2017 sejumlah 970.894 jiwa.
Jumlah total penduduk yang ada memiliki rincian 463.789 laki–laki dan 507.105
perempuan dengan perbandingan rasio jumlah kelamin 91. Penjelasan terkait jumlah
penduduk berdasarkan jenis kelamin dan sex ratio setiap kecamatan dijelaskan pada
Tabel 4.19
ii. Anak sungai di luar permukiman antara lain Anak Sungai Budduh, Anak
Sungai Pocong dan Anak Sungai Jambu ditetapkan kawasan perlindungan
minimum 50 meter di kiri dan kanan sungai
iii. Anak sungai di kawasan permukiman antara lain yang terdapat di Kecamatan
Bangkalan, Arosbaya, Blega, Konang dan Tanjung Bumi ditetapkan kawasan
perlindungan minimum 15 meter di kiri dan kanan sungai
d) Kawasan sempadan pantai
Kawasan sempadan pantai ditetapkan 100 meter dari pasang tertinggi dan
dilarang mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas
pantai
e) Kawasan sempadan hutan bakau/mangrove
i. Kegiatan budidaya harus disesuaikan dengan karakteristik setempat dan
mendukung fungsi lindung
ii. Koefisien dasar suatu jenis kegiatan budidaya terhadap luas hutan bakau
ditetapkan maksimum 30%
2) Kawasan Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
Kawasan pelestarian alam dan cagar budaya Kabupaten Bangkalan menurut
RTRW Kabupaten Bangkalan 2009-2029 adalah sebagai berikut:
a) Kawasan pelestarian
Wanawisata Gunung Geger, Kecamatan Geger dengan luas 30,2 ha
b) Kawasan cagar budaya nongedung
i. Makam Aer Mata Ratu Ebuh, Kecamatan Arosbaya seluas 560 m2.
ii. Makam Syaichona Kholil, Kecamatan Bangkalan seluas 300 m2.
iii. Makam Agung, Kecamatan Arosbaya seluas 350 m2.
c) Kawasan cagar budaya bangunan gedung
i. Kelenteng Eng An Bio, Kecamatan Bangkalan seluas 435 m2.
ii. Menara Mercusuar, Kecamatan Socah seluas 200 m2.
iii. Benteng Kolonial, Kecamatan Socah seluas 10.000 m2.
3) Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Bangkalan menurut RTRW
Kabupaten Bangkalan 2009–029 adalah sebagai berikut:
a) Kawasan rawan longsor, meliputi:
i. Kecamatan Blega
3. Geologi
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Surabaya Tahun 2016 -2021
menjelaskan struktur tanah di Surabaya terdiri dari tanah aluvial, hasil endapan sungai
dan pantai, dan di bagian barat terdapat perbukitan yang mengandung kapur tinggi.
Jenis batuan yang ada terdiri dari 4 jenis yang pada dasarnya merupakan tanah liat
atau unit-unit pasir. Sedangkan jenis tanah, sebagian besar berupa tanah alluvial,
selebihnya tanah dengan kadar kapur yang tinggi (daerah perbukitan).
4. Kondisi Iklim
Pada Kota Surabaya Dalam Angka (2018) menyebutkan bahwa Kota Surabaya
mengenal dua musim yaitu musim hujan dan kemarau. Data Klimatologi diperoleh
dari tiga sumber yang berbeda yaitu Stasiun Meteorologi dan Geofisika Perak I, Perak
II dan Juanda. Ketiga Stasiun ini mempunyai kepentingan yang berbeda, dan
diharapkan dapat memberikan informasi klimatologi yang saling melengkapi untuk
wilayah Kota Surabaya. Curah hujan rata-rata pada stasiun Perak I yaitu 190,5 mm,
Perak II yaitu 171,7 mm, dan Juanda yaitu 193 mm. Kelembaban rata-rata di ketiga
stasiun untuk stasiun Perak I yaitu 76,8, Perak II yaitu 76%, dan Juanda yaitu 76,8%.
Suhu udara rata-ratanya untuk stasiun Perak I yaitu 28,7º C, stasiun Perak II yaitu
28,8º C, dan Juanda yaitu 28,1º C.
5. Hidrologi
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Surabaya Tahun 2016-2021
menjelaskan bahwa Kota Surabaya terletak di hilir sebuah Daerah Aliran Sungai
(DAS) Brantas yang bermuara di Selat Madura. Beberapa sungai besar yang berasal
dari hulu mengalir melintasi Kota Surabaya, yaitu Kali Surabaya, Kali Mas, Kali
Jagir, dan Kali Lamong. Sebagai daerah hilir, Kota Surabaya sehingga dengan
sendirinya. Kota Surabaya merupakan daerah limpahan debit air dari sungai yang
melintas sehingga rawan banjir pada musim penghujan.
B. Kondisi Fisik Binaan
Kondisi fisik binaan merupakan salah satu kondisi yang dapat menggambarkan Kota
Surabaya. Kondisi Fisik Binaan menjelaskan tentang guna lahan dan sarana yang terdapat di
Kota Surabaya. Berikut merupakan penjelasan kondisi fisik binaan Kota Surabaya.
a. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan merupakan sarana yang penting untuk melakukan kegiatan
belajar-mengajar, agar pencapaian pendidikan dapat berjalan lancar dan teratur.
SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan, dijelaskan bahwa dasar penyediaan sarana pendidikan
mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok
lingkungan yang ada. Sarana Pendidikan yang terdapat di Kota Surabaya
memiliki beragam tingkatan mulai taman kanak-kanak hingga sekolah menengah
atas. Berikut merupakan tabel mengenai persebaran sarana pendidikan yang
terdapat di Kota Surabaya.
Tabel 4.22 Jumlah Sarana Pendidikan di Kota Surabaya Tahun 2017
No Kecamatan TK SD SMP MTs SM SMK MA
A
1 Tegalsari 45 31 12 3 1
2 Genteng 43 17 12 11 6
3 Bubutan 56 29 8 1 3
4 Simokerto 49 20 10 2 4 2 2
5 Pabean Cantikan 21 15 7 8 3 3 3
6 Semampir 65 36 18 1 4 4
7 Krembangan 52 32 17 6 7 3
8 Kenjeran 62 23 14 1 2 2
9 Bulak 15 13 6 8 1 1
10 Tambaksari 96 42 21 3 8 5 1
11 Gubeng 73 25 14 7 11
12 Rungkut 69 21 9 2 3 1 2
13 Tenggilis Mejoyo 30 17 7 2
14 Gunung Anyar 33 13 6 2
15 Sukolilo 58 33 17 1 10 8
16 Mulyorejo 52 25 16 7 3
17 Sawahan 72 44 14 2 7 8
18 Wonokromo 74 35 19 2 7 8 1
19 Karangpilang 37 12 9 3 3
20 Dukuh Pakis 40 23 11 1 4 1
21 Wiyung 42 15 11 2
22 Wonocolo 31 19 10 1 7 5 1
23 Gayungan 27 14 6 1 4 2 1
24 Jambangan 20 6 7 1 3 3
25 Tandes 55 21 13 2 3 3 2
26 Sukomanunggal 51 29 16 2 4 7 1
27 Asemrowo 20 8 3 2 1 1 1
28 Benowo 39 12 3 2 2 1 1
29 Pakal 41 14 7 2 3 1 1
30 Lakrsantri 31 21 12 2 5 2
31 Sambikerep 29 15 14 2 6 3 1
Jumlah 1428 159 349 46 134 103 18
Sumber: Kota Surabaya Dalam Angka, (2018)
Total sarana pendidikan yang terdapat di Kota Surabaya sebayak 2237 unit.
Tabel 4.22 di atas menunjukkan bahwa sarana pendidikan paling banyak yaitu
Kependudukan atau demografi merupakan studi ilmiah terkait jumlah, struktur dan
perkembangan manusia. Sebagaimana dikemukakan oleh Lisnawati (2016),
karakteristik penduduk diperlukan dalam proses perencanaan pembangunan suatu
daerah. Hal ini dikarenakan penduduk merupakan sasaran dari suatu proses
pembangunan daerah. Kondisi kependudukan di Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur
dapat dilihat melalui pertumbuhan penduduk, jumlah dan persebaran penduduk dan
kepadatan penduduk sebagai salah satu pertimbangan dalam perencanaan
a. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk merupakan suatu perubahan dari jumlah penduduk, baik
bertambah mau berkurang di suatu daerah yang dapat dimanfaatkan menjadi salah
satu modal pembangunan (Rochaida, 2016). Perhitungan pertumbuhan penduduk
dapat dihitung dengan mengetahui jumlah dan persebaran penduduk time series
dengan minimal rentang 5 (lima) tahun. Berikut merupakan jumlah dan persebaran
penduduk Kabupaten Sidoarjo berdasarkan masing-masing kecamatan dari tahun
2018:
Tabel 4.25 Jumlah Penduduk Kota Surabaya Tahun 2018
Jumlah Penduduk ( Jiwa)
Kecamatan
2018
Tegalsari 85.606
Genteng 46.548
Bubutan 84.465
Simokerto 79.319
Pabean Cantikan 69.423
Samampir 151.429
Krembangan 106.664
Kanjeran 163.438
Bulak 37.214
Tambaksari 204.805
Gubeng 128.127
Rungkut 121.084
Tenggilis
72.467
Mejoyo
Gunung Anyar 62.120
Sukolilo 119.873
Mulyorejo 94.728
Sawahan 170.605
Wonokromo 133.211
Karang Pilang 72.469
Dukuh Pakis 64.249
Wiyung 67.987
Wonocolo 80.276
Gayungan 42.717
Jambangan 46.430
Tandes 103.084
Sukomnanggal 100.612
Asemrowo 42.704
Benowo 54.133
Pakal 47.404
Sambikarep 61.101
Total 2.605.742
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya (2019)
Jumlah penduduk Kota Surabaya tahun 2018 2.605.742 itu perhitungn dari tahun
2010 yang tidak ada perbahuruan hingga 2018, maka jumlah penduduk yang ada di
Kota Surabaya sama dari tahun 2010 sampai 2019
Jumlah penduduk merupakan banyaknya penduduk yang menetap dan berdomisili
di suatu wilayah tertentu. Persebaran penduduk di Kota Surabaya, Provinsi Jawa
Timur bertujuan untuk melihat persebaran penduduk di beberapa kecamatan.
Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya Tahun
2018, berikut merupakan jumlah penduduk Kota Surabaya tahun 2018 berdasarkan
kecamatan:
Tabel 4.26 Jumlah dan Persebaran Penduduk Kabupaten Surabaya Tahun 2018
Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
Tegalsari 41.962 43.644 85.606
Genteng 22.610 23.938 46.548
Bubutan 41.632 42.833 84.465
Simokerto 38.868 40.451 79.319
Pabean Cantikan 34.953 34.470 69.423
Semampir 76.529 74.900 151.429
Krembangan 53.048 53.616 106.664
Kenjeran 82.626 80.812 163.438
Bulak 18.760 18.454 37.214
Tambaksari 101.353 103.452 204.805
Gubeng 61.105 67.022 128.127
Rungkut 59.464 61.620 121.084
Tenggilis Mejoyo 36.733 35.734 72.467
Gunung Anyar 31.103 31.017 62.120
Sukolilo 59.868 60.005 119.873
Mulyorejo 45.028 49.700 94.728
Sawahan 83.719 86.886 170.605
Wonokromo 64.837 68.374 133.211
Karangpilang 36.822 35.647 72.469
Dukuh Pakis 31.288 32.961 64.249
Wiyung 33.165 34.822 67.987
Wonocolo 39.572 40.704 80.276
Gayungan 20.404 22.313 42.717
Jambangan 23.200 23.230 46.430
Tandes 51.871 51.213 103.084
Sukomanunggal 49.764 50.848 100.612
Asemrowo 21.818 20.886 42.704
Benowo 26.829 27.304 54.133
Pakal 23.897 23.507 47.404
Lakarsantri 24.841 26.354 51.195
Sambikerep 30.172 30.929 61.101
Jumlah 1.367.841 1.397.646 2.765.487
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya (2018)
Gambar 4.1 Grafik Jumlah dan Persebaran Penduduk Kota Surabaya Tahun 2018
Sumber: Disdukcapil Kota Surabaya (2019)
Tabel 4.26 dan Gambar 4.1 merupakan gambaran jumlah dan persebaran penduduk
Kota Surabaya tahun 2019 yang dapat dilihat bahwa jumlah penduduk tertinggi
berada pada Kecamatan Tambaksari dengan jumlah 204.805 jiwa. Sedangkan, jumlah
penduduk terendah berada pada Kecamatan Bulak dengan jumlah 37.214 jiwa.
Sehingga, pemenuhan kebutuhan akan komuter dapat lebih dipertimbangkan atau
difokuskan pada kecamatan-kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk yang
tinggi.
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas
wilayah, pada jangka waktu yang telah ditentukan (BPS, 2010). Kepadatan penduduk
dihitung untuk mengetahui tingkat kepadatan di beberapa kecamatan di Kota
Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Berikut merupakan tingkat kepadatan penduduk
berdasarkan jumlah dan persebaran penduduk Kota Surabaya tahun 2018:
Tabel 4.27 Kepadatan Penduduk Kota Surabaya Tahun 2018
Luas Kepadatan
Total Penduduk
Kecamatan Wilayah(km2) Penduduk
a b C=a/b
Tegalsari 85 606 4,29 19 955
Genteng 46 548 4,05 11 493
Bubutan 84 465 3,86 21 882
Simokerto 79 319 2,59 30 625
Pabean Cantikan 69 423 6,80 10 209
Semampir 151 429 8,76 17 286
Luas Kepadatan
Total Penduduk
Kecamatan Wilayah(km2) Penduduk
a b C=a/b
Krembangan 106 664 8,34 12 789
Kenjeran 163 438 7,77 21 034
Bulak 37 214 6,72 5 538
Tambaksari 204 805 8,99 22 781
Gubeng 128 127 7,99 16 036
Rungkut 121 084 21,08 5 744
Tenggilis Mejoyo 72 467 5,52 13 128
Gunung Anyar 62 120 9,71 6 398
Sukolilo 119 873 23,68 5 062
Mulyorejo 94 728 14,21 6 666
Sawahan 170 605 6,93 24 618
Wonokromo 133 211 8,47 15 727
Karang Pilang 72 469 9,23 7 851
Dukuh Pakis 64 249 9,94 6 464
Wiyung 67 987 12,46 5 456
Wonocolo 80 276 6,77 11 858
Gayungan 42 717 6,07 7 037
Jambangan 46 430 4,19 11 081
Tandes 103 084 11,07 9 312
Sukomanunggal 100 612 9,23 10 901
Asemrowo 42 704 15,44 2 766
Lakarsantri 54 133 23,73 2 281
Benowo 47 404 22,07 2 148
Pakal 51 195 18,99 2 696
Sambikerep 61 101 23,68 2 580
Jumlah 2 765 487 326,81 8 462
Sumber: Hasil Perhitungan (2019)
Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dilihat melalui tabel berikut bahwa kepadatan
tertinggi berada pada Kecamatan Sawahan dengan tingkat kepadatan sebesar 24.618
jiwa/km2. Kemudian, diikuti dengan Kecamatan Kecamatan Tambaksari dengan
tingkat kepadatan sebesar 22 781jiwa/km2
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa Kabupaten Sidoarjo memiliki luas
wilayah sebesar 714,243 km2 yang terbagi ke dalam 18 kecamatan. Kecamatan Jabon
memiliki luas wilayah terbesar yaitu 80,998 km2. Sementara itu, Kecamatan
Gedangan memiliki luas wilayah terkecil yaitu 24,058 km2. Ibukota Kabupaten
Sidoarjo terletak di Kecamatan Sidoarjo. Berikut merupakan jarak dari masing-
masing ibukota kecamatan ke Kecamatan Sidoarjo yang merupakan ibukota
Kabupaten Sidoarjo.
Tabel 4.29 Jarak Kecamatan ke Ibukota
No Kecamatan Jarak ke Ibukota Kabupaten (Km)
1 Kecamatan Sidoarjo 0
2 Kecamatan Buduran 5
3 Kecamatan Candi 6
4 Kecamatan Porong 14
5 Kecamatan Krembung 29
6 Kecamatan Tulangan 13
7 Kecamatan Tanggulangin 9
8 Kecamatan Jabon 21
9 Kecamatan Krian 22
10 Kecamatan Balongbendo 26
11 Kecematan Wonoayu 9
12 Kecamatan Tarik 33
13 Kecamatan Prambon 27
14 Kecamatan Taman 20
15 Kecamatan Waru 19
16 Kecamatan Gedangan 9
17 Kecamatan Sedati 14
18 Kecamatan Sukodono 12
Sumber: Kabupaten Sidoarjo Dalam Angka (2018)
2. Kondisi Topografi
Kabupaten Sidoarjo merupakan dataran delta dengan ketinggian antar 0 s/d 25 mdpl.
Daerah yang memiliki ketinggian 0-3 mdpl dengan luas 19.006 Ha (29,99%)
merupakan daerah tambak yang berada di wilayah bagian timur. Sedangkan di bagian
tengah merupakan daerah yang berair tawar dengan ketinggian 3-10 mdpl yang
didominasi oleh daerah permukiman, perdagangan dan pemerintahan dengan
presentase luas 40,81 %. Dan wilayah bagian barat dengan ketinggian 10-25 meter
dari permukaan laut merupakan daerah pertanian yang meliputi 29,20% total luas
3. Kondisi Klimatologi
Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah dengan dua musim yaitu musim penghujan
dan musim kemarau. Pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober arus angin berasal
dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air sehingga mengakibatkan musim
kemarau. Pada bulan November sampai bulan Mei arus angin yang berasal dari Asia
dan Samudra Pasifik mengandung banyak uap air yang mengakibatkan terjadinya
musim penghujan. Rata-rata suhu udara dan curah hujan di Kabupaten Sidoarjo
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.31 Suhu Terendah dan Tertinggi Tiap Bulan di Kabupaten Sidoarjo
N
Bulan Suhu Terendah (oC) Suhu Tertinggi (oC)
o
1 Januari 25 32
2 Februari 24 31
3 Maret 25 31
4 April 25 31
5 Mei 25 31
6 Juni 24 31
7 Juli 23 30
8 Agustus 23 31
9 September 23 32
10 Oktober 25 33
N
Bulan Suhu Terendah (oC) Suhu Tertinggi (oC)
o
11 November 25 33
12 Desember 25 32
Sumber: National Oceanic and Atmospheric Administration (2019)
4. Kondisi Geologi
Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi, komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik,
sejarah, dan proses pembentukannya. Penyebaran batuan di daerah Sidoarjo
merupakan dataran aluvium. Sedangkan batuan volkanik dan batuan sedimen
tersingkap masing-masing di bagian selatan dan utara. Dari penyebaran batuan
tersebut menunjukan batuan-batuan yang tersingkap dari tua ke muda adalah sebagai
berikut: Formasi Pucangan, Formasi Kabuh, Formasi Jombang Endapan Vulkanik
Gunung Arjono Purba, Endapan Volkanik Muda Gunung Penanngungan, dan
Endapan Aluvial. Formasi Puncang yang merupakan formasi tertua tersingkap di
bagian utara, membentuk antiklin Pulungan. Formasi ini terdiri atas dua fasies, yaitu
fasies lempung dan fasies volkanik. Formasi Puncangan fasies lempung merupakan
pula sebagai Formasi Lidah terdiri atas batu lempung berwarna abu-abu kehitanaman
dengan sisipan lempung pasiran. Formasi ini berumur Pliosen. Sedangkan
menyatakan fasies atau formasi ini berumur Plistosen Bawah. Formasi Pucangan
fasies volkanik atau Formasi Pucangan di bagian bawah terdiri dari batu pasir tufaan,
berlapis baik, bersisipan konglomerat dan batu lempung, kaya akan fosil moluska. Di
bagian atas terdiri atas batu pasir berlapis baik.Formasi kabuh tersusun atas batu pasir
tufaan, batu lempung tufaan dan konglongmerat. Batu pasir tufaan berwarna kelabu
muda, berbutir kasar-sedang, setempat kerikilan. Batu lempung kelabu coklat, berfosil
foram dan cangkang moluska. Batuan volkanik Gunung Arjuno Purba tersusun atas
breksi, tufaan. Breksi coklat mempunyai fragmen andesit hingga basal dan tufa coklat
kekuningan berbutir pasir kasar-halus. Batuan volkanik muda Gunung Penanggungan
tersingkap di kaki Gunung Penanggungan tersusun atas breksi volkanik, lava, tufa.
Endapan aluvial tersebar di bagian utara, membentuk endapan delta yang dikenal
sebagai Delta Brantas. Endapan Delta Brantas tersusun oleh lempung pasiran, pasir
abu-abu, dan kerikil. Batuan volkanik Gunung Arjuno Purba tersusun atas breksi dan
tufa. Breksi coklat mempunyai fragmen andesit hingga basal dan coklat kekuningan
berbutir pasir kasar-halus. Berikut merupakan luas wilayah kecamatan berdasarkan
lapisan batuan secara umum:
Tabel 4.33 Luas Wilayah Menurut Kecamatan Berdasarkan Lapisan Batuan (Ha)
N Alluvium (Ha) Jumlah (Ha)
Kecamatan Plistosen(Ha)
o
1 Kecamatan Sidoarjo 42 6.214 6.256
2 Kecamatan Buduran 1.469 2.633,5 4.102,5
3 Kecamatan Candi 0 40,67 4.066,75
4 Kecamatan Porong 0 29,82 2.982,25
5 Kecamatan Krembung 0 29,55 2.955
6 Kecamatan Tulangan 0 31,21 3.120,5
7 Kecamatan Tanggulangin 0 32,29 3.229
8 Kecamatan Jabon 0 81 8.099,75
9 Kecamatan Krian 0 32,5 3.250
10 Kecamatan Balongbendo 0 31,4 3.140
11 Kecematan Wonoayu 0 33,92 3.392
12 Kecamatan Tarik 0 36,06 3.606
13 Kecamatan Prambon 0 34,23 3.422,5
14 Kecamatan Taman 448 2.705,5 3.153,5
15 Kecamatan Waru 384 2.648 3.032
16 Kecamatan Gedangan 38 2.367,75 2.405,75
17 Kecamatan Sedati 355 7.588 7.943
18 Kecamatan Sukodono 0 32,68 3.267,75
Sumber: Kabupaten Sidoarjo Dalam Angka (2018)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Sidoarjo,
1998, wilayah timur Sidoarjo (sekitar pantai) mempunyai jenis tanah aluvial hidromorf,
yang dicirikan oleh air tanah dangkal. Tanah ini merupakan hasil endapan muara
sungai, sehingga bertekstur lempung berlumpur. Di bagian tengah terdapat dua jenis
tanah, yakni aluvial kelabu yang bertekstur dominan lempung bercampur dengan pasir
(lempung berpasir), dan asosiasi aluvial kelabu dan coklat keabuan dengan bahan
induk endapan lanau dan pasir atau disebut lanau berpasir. Sedangkan di sebelah barat
terdapat grumosol kelabu tua, dengan tekstur pasir berlempung, yang merupakan hasil
endapan pesisir Sungai Porong dan Sungai Mas. Pembagian tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.34 Luas Wilayah Menurut Kecamatan Berdasarkan Lapisan Tanah
Alluvial
Alluvial Alluvial Grumosol
N Coklat Jumlah
Kecamatan Kelabu Hidromort Kelabu
o Kuning (Ha)
(Ha) (Ha) Tua (Ha)
(Ha)
1 Kecamatan Sidoarjo 2.966,11 0 3.289,89 0 6.256
2 Kecamatan Buduran 1.480,02 0 1.853,22 769,26 4.102,5
3 Kecamatan Candi 1.552,88 0 2.513,87 0 4.066,75
4 Kecamatan Porong 2.083,07 0 899,18 0 2.982,25
5 Kecamatan Krembung 2.500,95 454,05 0 0 2.955
6 Kecamatan Tulangan 3.120,5 0 0 0 3.120,5
7 Kecamatan Tanggulangin 1.564,77 0 1.664,23 0 3.229
8 Kecamatan Jabon 2.580,2 0 5.519,55 0 8.099,75
9 Kecamatan Krian 3.250 0 0 0 3.250
10 Kecamatan Balongbendo 3.140 2.795,55 0 0 3.140
11 Kecematan Wonoayu 3.392 0 0 0 3.392
12 Kecamatan Tarik 2.618,93 987,07 0 0 3.606
13 Kecamatan Prambon 2.688,94 733,56 0 0 3.422,5
14 Kecamatan Taman 3.153,5 0 0 0 3.153,5
15 Kecamatan Waru 2.020,67 0 1.011,33 0 3.032
16 Kecamatan Gedangan 2.304,31 0 0 101,44 2.405,75
17 Kecamatan Sedati 3.333,04 0 4.609,96 0 7.943
18 Kecamatan Sukodono 3.267,75 0 0 0 3.267,75
Sumber: Kabupaten Sidoarjo Dalam Angka (2019)
5. Kondisi Hidrologi
Sistem hidrologi di Kabupaten Sidoarjo terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu sistem hidrologi
alami dan sistem hidrologi buatan. Sistem hidrologi alami terdiri dari sungai, sumur
dan air tanah. Sedangkan sistem hidrologi buatan yaitu drainase. Kabupaten Sidoarjo
dilewati satu sungai yaitu Sungai Porong yang memiliki volume air yang besar
dengan warna air yang kekuning-kuningan. Sungai ini dimanfaatkan penduduk di
sekitarnya untuk mencuci, mandi dan pembuangan. Selain itu air sungai di Kabupaten
Sidoarjo juga dimanfaatkan PDAM Delta Tirta sebagai sumber air bersih.
Secara hidrogeologi, Kabupaten Sidoarjo mempunyai empat kelompok lapisan
penyimpan air tanah (akuifer) yaitu: air tanah dengan produktifitas tinggi, air tanah
dengan produktifitas sedang, air tanah dengan produktifitas kecil dan daerah air tanah
langka. Hal tersebut telah dipaparkan dalam RTRW Kabupaten Sidoarjo tahun 2009-
2029. Kondisi air di kabupaten ini memiliki dua jenis rasa air yaitu air asin dan air
tawar. Air yang berasa asin berada di 8 Kecamatan dengan luasan sebesar 16.312,69
Ha. Sedangkan air yang berasa murni tawar berlokasi di 10 kecamatan di Kabupaten
Sidoarjo.
B. Kondisi Fisik Binaan
Kondisi fisik binaan Kabupaten Sidoarjo terdiri dari kondisi tata guna lahan dan
persebaran sarana. Berikut ini merupakan dari kondisi fisik binaan Kabupaten Sidoarjo,
adalah sebagai berikut
1. Tata Guna Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Sidoarjo antara lain pertanian, perkebunan,
peternakan, perikanan, dan penggunaan lainnya.
Berdasarkan Tabel 4.35, dapat dilihat bahwa guna lahan lain-lain seperti
permukiman, industry, dan lain-lain merupakan guna lahan yang paling luas. Sebesar 46,55%
luas dari Kabupaten Sidoarjo merupakan guna lahan lain-lain. Sedangkan guna lahan terbesar
kedua ialah guna lahan sawah sebesar 29,72%. Penggunan lahan terkecil adalah pekarangan
sebesar 76 Ha atau sekitar 0,001 % dari keseluruhan Kabupaten Sidoarjo.
2. Persebaran Sarana
Sarana berperan penting dalam kehidupan permukiman di suatu wilayah, salah
satunya di Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan Kabupaten Sidoarjo Dalam Angka 2019,
terdapat beberapa sarana yang ada di Kabupaten Sidoarjo antara lain sarana
pendidikan, sarana kesehatan, dan sarana peribadatan. Berikut data jumlah sarana-
sarana yang ada di Kabupaten Sidoarjo.
a. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar
mengajar, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, agar pencapaian tujuan
pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien. Berdasarkan
SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Linkungan Perumahan di
Perkotaan, dasar penyediaan sarana pendidikan ini juga mempertimbangkan
pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada.
Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan atau blok yang
nantinya terbentuk sesuai konteks lingkungannya. Penempatan penyediaan
fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan area layanan terkait dengan
kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.
Terdapat beberapa sarana pendidikan dengan beragam tingkatan yang ada di
Kabupaten Sidoarjo mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah
kejuruan. Berikut data-data terkait jumlah sarana pendidikan yang ada di
Kabupaten Sidoarjo.
Tabel 4.36 Sarana Pendidikan di Kabupaten Sidoarjo
N Kecamatan TK SD SD SLTP SLTP SMU SMU SMK SMK
o Negeri Swast Negeri Swast Neger Swasta Neger Swasta
a a i i
1 Sidoarjo 92 35 18 6 21 4 12 1 15
2 Buduran 42 19 2 3 6 1 2 3 3
3 Candi 57 26 4 3 5 - 1 - 1
4 Porong 25 22 3 3 7 1 5 - 4
5 Krembung 29 26 4 2 3 1 - - 4
6 Tulangan 46 31 4 1 6 - 2 - 8
7 Tanggulangi 34 22 6 2 6 - 2 - 2
n
5.00
5.00
4.29
3.96 4.00
4.00
3.00
3.00 2.42 2.44 2.50
2.00
2.00 1.54
1.00
1.00
0.00
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-rata
-1.00
-1.71
-2.00
-3.12
-3.00
-4.00
Gambar 4.2 Grafik Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sidoarjo Tahun 2012-2019
Sumber: Hasil Perhitungan (2019)
Berdasarkan tabel dan grafik di atas diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan penduduk
di Kabupaten Sidoarjo sebesar 1,54%. Pertumbuhan penduduk menunjukkan
pertambahan yang konstan, namun pada tahun 2017, jumlah penduduk di Kabupaten
Sidoarjo telah mencapai ambang batas. Hal ini ditunjukkan melalui penurunan jumlah
penduduk yang terjadi pada tahun 2018 dan 2019. Sehingga, perhitungan
pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur dapat menjadi
pertimbangan dalam perencanaan komuter di dalam Kabupaten Sidoarjo maupun
keluar Kabupaten Sidoarjo.
b. Jumlah dan Persebaran Penduduk
Jumlah penduduk merupakan banyaknya penduduk yang menetap dan berdomisili
di suatu wilayah tertentu. Persebaran penduduk di Kabupaten Sidoarjo, Provinsi
Jawa Timur bertujua untuk melihat persebaran penduduk di beberapa kecamatan.
Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sidoarjo
Tahun 2019, berikut merupakan jumlah penduduk Kabupaten Sidoarjo tahun
2019 berdasarkan kecamatan:
Tabel 4.41 Jumlah dan Persebaran Penduduk Kabupaten Sidoarjo Tahun 2019
Laki-laki Perempua Jumlah Penduduk
Kecamatan
(jiwa) n (jiwa) (jiwa)
Sidoarjo 113.309 43.834 157.143
Buduran 54.249 53.086 107.335
Candi 84.048 83.050 167.098
Porong 43.186 42.562 85.748
Krembung 37.477 37.738 75.215
Tulangan 53.608 52.939 106.547
Tanggulangi
53.650 52.696 106.346
n
300,000
250,000 240,158
234,206
200,000
167,098
157,143
150,000 138,886 134,194 131,307
107,335 106,346
106,547 110,741
100,000 85,748 89,897 84,539
75,215 79,729 71,721
60,906
50,000
Gambar 4.3 Grafik Jumlah dan Persebaran Penduduk Kabupaten Sidoarjo Tahun 2019
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sidoarjo (2019)
Tabel 4.41 dan Gambar 4.3 merupakan gambaran jumlah dan persebaran
penduduk Kabupaten Sidoarjo tahun 2019 yang dapat dilihat bahwa jumlah
penduduk tertinggi berada pada Kecamatan Waru dengan jumlah 240.158 jiwa.
Sedangkan, jumlah penduduk terendah berada pada Kecamatan Krembung
dengan jumlah 75.215 jiwa. Sehingga, pemenuhan kebutuhan akan komuter dapat
lebih dipertimbangkan atau difokuskan pada kecamatan-kecamatan yang
mempunyai jumlah penduduk yang tinggi.
c. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk dengan
luas wilayah, pada jangka waktu yang telah ditentukan (BPS, 2010). Kepadatan
penduduk dihitung untuk mengetahui tingkat kepadatan di beberapa kecamatan di
Peta 4. 8 Peta Orientasi Wilayah Metropolitan Surabaya terhadap Provinsi Jawa Timur
4.2
Status
Nama Jalan Fungsi Jalan Kecamatan
Jalan
Raya Damo Kota Arteri Primer Bubutan
Raya Bubutan Kota Arteri Primer Bubutan
Raya Bubutan Kota Arteri Primer Bubutan
Bubutan Kota Arteri Primer Bubutan
Semarang Kota Arteri Primer Bubutan
Semarang Kota Arteri Primer Bubutan
Mayjend Sungkono Kota Arteri Primer Dukuh Pakis
A.Yani Nasional Arteri Primer Gayungan
A.Yani Nasional Arteri Primer Gayungan
Kusuma Bangsa Nasional Arteri Primer Genteng
Gubeng Pojok Nasional Arteri Primer Genteng
Tunjungan Kota Arteri Primer Genteng
Tunjungan Kota Arteri Primer Genteng
Tunjungan Kota Arteri Primer Genteng
Pemuda Kota Arteri Primer Genteng
Pemuda Kota Arteri Primer Genteng
Pemuda Kota Arteri Primer Genteng
Panglima Sudirman Kota Arteri Primer Genteng
Ngaglik Kota Arteri Primer Genteng
Kalianyar, Jagalan Kota Arteri Primer Genteng
Blauran Kota Arteri Primer Genteng
Basuki Rahmat Kota Arteri Primer Genteng
Basuki Rahmat Kota Arteri Primer Genteng
Basuki Rahmat Kota Arteri Sekunder Genteng
Basuki Rahmat Kota Arteri Sekunder Genteng
Yos Sudarso Kota Arteri Sekunder Genteng
Walikota Mustajab Kota Arteri Sekunder Genteng
Walikota Mustajab Kota Arteri Sekunder Genteng
Panglima Sudirman Kota Arteri Sekunder Genteng
sulawesi kertajaya Nasional Arteri Sekunder Gubeng
sulawesi Nasional Arteri Sekunder Gubeng
Raya Gubeng Nasional Arteri Sekunder Gubeng
raya gubeng Nasional Arteri Sekunder Gubeng
Ngagel jaya selatan Nasional Arteri Sekunder Gubeng
Ngagel jaya selatan Nasional Arteri Sekunder Gubeng
Gubeng Nasional Arteri Sekunder Gubeng
Menur Kota Arteri Sekunder Gubeng
Menur Kota Arteri Sekunder Gubeng
Kertajaya Kota Arteri Sekunder Gubeng
Karang Menjangan Kota Arteri Sekunder Gubeng
Gubeng Pojok Kota Arteri Sekunder Gubeng
Anggrek Kota Arteri Sekunder Karangpilang
mastrip Provinsi Arteri Sekunder Karangpilang
mastrip Provinsi Arteri Sekunder Karangpilang
mastrip Provinsi Arteri Sekunder Karangpilang
Demak Nasional Arteri Sekunder Krembangan
Veteran, Merapi Kota Arteri Sekunder Krembangan
Indrapura Kota Arteri Sekunder Krembangan
Rajawali Kota Arteri Sekunder Krembangan
Gresik Nasional Arteri Sekunder Krembengan
Rajawali Kota Arteri Sekunder Krembengan
Kenjeran Kota Arteri Sekunder Mulyorejo
Manyar Kutoarjo Kota Arteri Sekunder Mulyorejo
Manyar Kota Arteri Sekunder Mulyorejo
TJ perak timur, barat Nasional Arteri Sekunder Pabean Cantian
Status
Nama Jalan Fungsi Jalan Kecamatan
Jalan
TJ perak timur, barat Nasional Arteri Sekunder Pabean Cantian
TJ perak timur, barat Nasional Arteri Sekunder Pabean Cantian
sisingamangaraja Nasional Arteri Sekunder Pabean Cantian
Kembang Jepun Kota Arteri Sekunder Pabean Cantian
Kembang Jepun Kota Arteri Sekunder Pabean Cantian
Jagalan Kota Arteri Sekunder Pabean Cantikan
Pasar Kembang Nasional Arteri Sekunder Sawahan
Greges, Kalianak,
Nasional Arteri Sekunder Sawahan
Gresik
Arjuno Nasional Arteri Sekunder Sawahan
Arjuno Nasional Arteri Sekunder Sawahan
Banyu Urip Kota Arteri Sekunder Sawahan
Banyu Urip Kota Arteri Sekunder Sawahan
sidorame, sidotopo lor Nasional Arteri Sekunder Semampir
Danakarya Nasional Arteri Sekunder Semampir
Dana Karya -
Nasional Arteri Sekunder Semampir
Sidorame
Kenjeran Kota Arteri Sekunder Simokerto
Kapasan Kota Arteri Sekunder Simokerto
Kapasan Kota Arteri Sekunder Simokerto
Manyar Kota Arteri Sekunder Sukolilo
Kenjeran Kota Arteri Sekunder Tambaksari
Kapas Krampung Kota Arteri Sekunder Tambaksari
Kapas Krampung Kota Arteri Sekunder Tambaksari
Embong Malang Kota Arteri Sekunder Tegal Sari
Raya Diponegoro Nasional Arteri Sekunder Tegalsari
Raya Diponegoro Nasional Arteri Sekunder Tegalsari
sulawesi Nasional Arteri Sekunder Tegalsari
Raya Diponegoro Nasional Arteri Sekunder Tegalsari
Urip Sumoharjo Kota Arteri Sekunder Tegalsari
Urip Sumoharjo Kota Arteri Sekunder Tegalsari
Kedungdoro Kota Arteri Sekunder Tegalsari
Kedungdoro Kota Arteri Sekunder Tegalsari
Jemur Handayani Kota Arteri Sekunder Tenggilis Mejoyo
Panjang Jiwo Kota Arteri Sekunder Tenggiris Mejoyo
Raya menganti Provinsi Arteri Sekunder Wiyung
raya menganti Provinsi Arteri Sekunder Wiyung
mastrip Provinsi Arteri Sekunder Wiyung
A. Yani Nasional Arteri Sekunder Wonocolo
A. Yani Nasional Arteri Sekunder Wonocolo
Margomulyo Kota Arteri Sekunder Wonocolo
Margomulyo Kota Kolektor Primer Wonocolo
Jemur Sari, Prapen Kota Kolektor Primer Wonocolo
Jemur Handayani Kota Kolektor Primer Wonocolo
Raya Wonokromo Nasional Kolektor Primer Wonokromo
Raya Wonokromo Nasional Kolektor Primer Wonokromo
Raya Diponegoro Nasional Kolektor Primer Wonokromo
Raya Diponegoro Nasional Kolektor Primer Wonokromo
Raya Diponegoro Nasional Kolektor Primer Wonokromo
Ngagel Nasional Kolektor Primer Wonokromo
Ngagel Nasional Kolektor Primer Wonokromo
Ngagel Nasional Kolektor Primer Wonokromo
Nagel, Jaya Selatan,
Nasional Kolektor Primer Wonokromo
Bung Tomo
Bung Tomo Nasional Kolektor Sekunder Wonokromo
Status
Nama Jalan Fungsi Jalan Kecamatan
Jalan
Raya Damo Kota Kolektor Sekunder Wonokromo
Raya Damo Kota Kolektor Sekunder Wonokromo
Mayjend Sungkono Kota Kolektor Sekunder Wonokromo
Kutai Kota Kolektor Sekunder Wonokromo
Joyoboyo Kota Kolektor Sekunder Wonokromo
Bengawan Kota Kolektor Sekunder Wonokromo
Bengawan Kota Kolektor Sekunder Wonokromo
Aditya Warman Kota Kolektor Sekunder Wonokromo
Joyoboyo Provinsi Kolektor Sekunder Wonokromo
Jagir Wonokromo Kota Kolektor Sekunder Wonokromo
Jagir Wonokromo Kota Kolektor Sekunder Wonokromo
Indragiri Kota Kolektor Sekunder Wonokromo
Karang Gantung Kota Kolektor Sekunder
Sumber : Masterplan Transportasi Kota Surabaya 2017
Zona Internal
No Jumlah
Zona Wilayah (Kecamatan) Luas (km2)
Zona Penduduk (Jiwa)
37 Sidoarjo Gedangan 24,058 134.194
38 Bangkalan Kamal 4.140 49.410
Bangkalan Labang 3.523 34.579
Sumber: Tratalok Kota Surabaya (2019)
PERENCANAAN TRANPORTASI
WILAYAH METROPOLITAN SURABAYA
PRASARANA JALAN
STUDIO PERENCANAAN TRANSPORTASI 2019
Peta 4.10 Peta Deliniasi Wilayah
4.4
1. Pengembangan jalan menanggal tanjung perak yang terintegrasi dengan jalan lingkar
luar timur (RTRW Kota Surabaya Tahun 2014-2034).
2. Peningkatan Tol Waru-Tendes-Perak (Surabaya-Gempol) (RTRW Kota Surabaya
Tahun 2014-2034).
3. Peningkatan Tol Dupak-Gresik (RTRW Kota Surabaya Tahun 2014-2034).
4. Pembangunan Tol Surabaya-Mojokerto (RTRW Kota Surabaya Tahun 2014-2034).
5. Pengembangan jaringan jalan secara berhirarki dengan mengutamakan peningkatan
akses yang setara antara koridor utara-selatan dan koridor timur-barat (RTRW Kota
Surabaya Tahun 2014-2034).
6. Pengembangan angkutan massal perkotaan berbasis jalan yang terintegrasi dengan
moda transportasi lainnya (RTRW Kota Surabaya Tahun 2014-2034).
7. Pengembangan dan peningkatkan kualitas prasarana dan sarana bagi moda
transportasi kendaraan tidak bermotor yang terintegrasi dan pengembangan jaringan
jalan dan kawasan fungsional kota (RTRW Kota Surabaya Tahun 2014-2034).
8. Kota Surabaya memiliki sistem jaringan jalan dengan bentuk semi grid, dengan pusat-
pusat pertumbuhan primer dan sekunder terbesar berada di pinggir kota yaitu berada
di koridor utara dan selatan serta timur dan barat kota (RPJMD Kota Surabaya Tahun
2016-2021).
9. Pengembangan jaringan jalan arteri yang menghubungkan antar pusat utama kota
dengan pusat kota di kabupaten yang berbatasan langsung kota (RPJMD Kota
Surabaya Tahun 2016-2021).
10. Persentase panjang jalan kondisi baik di Kota Surabaya dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 persentase Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kota Surabaya Tahun 2016-2021 panjang jalan kondisi
baik adalah sebesar 97,033 %, dan pada tahun 2015 sebesar 98,637 %.
4.4.2 Kabupaten Sidoarjo
Berdasarkan Dokumen Renstra Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo Tahun 2016-
2021, terdapat beberapa isu -isu strategis dan rencana terkait jaringan transportasi di
Kabupaten Sidoarjo yaitu:
1. Berada pada jalur strategis sebagai penyangga ibukota provinsi Jawa Timur (dekat
dengan Bandara Internasional Juanda, Pelabuhan Tanjung Perak, terminal peti
kemas).
e. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Desa Tanah Merah Laok- Tanah
Merah Dajjah.
f. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Desa Karanganyar-Pandaan
g. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Desa Pandaan-Duwekbuter-Alas
Kokon
h. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Desa Galis-Banyubunih.
i. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Desa Pakan Dajjah-Lantek Barat-
Lantek Timur
j. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Desa pakan kranggan timur-galis-
paterongan
k. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Desa Pandan Lajeng-Karang Duwek-
Arosbaya.
l. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Desa Arosbaya-Geger-Kokop
m. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Desa Katol Barat-Durin Barat-
Konang.
n. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Desa Sorpah- Petong Jangkar- Tanah
Merah Dajjah
o. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Desa Landak-Batangan-Binoh
p. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Desa Binoh-Panggalangan-Tunjung.
q. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Desa Dabung -Lerpak-Lantek Timur.
r. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Desa Tlokoh-Genteng-Konang.
s. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Desa Galis-Pekandan-Brangkasdajah-
Modung.
t. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Desa Tragah-Tambin-Bajeman-
Katentang-Kwanyar Barat.
u. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Desa Masaran-Jl.Halim
Perdanakusuma.
v. Jaringan jalan frontage di sepanjang jalan koridor akses Suramadu dari Labang-
Bumeh.