Anda di halaman 1dari 114

Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

BAB II
PROFIL SANITASI SAAT INI

2.1 Gambaran Wilayah


A. Kondisi Geografis, Topografis Dan Geohidrologi
Kondisi Geografis
Kabupaten Gresik terletak di sebelah Barat Laut dari Ibu kota Propinsi Jawa
Timur (Surabaya) dengan luas 1.191,25 kilometer persegi dengan panjang Pantai
140 kilometer persegi. Secara geografis, wilayah Kabupaten Gresik terletak antara
112o 113o Bujur Timur dan 7o 8o Lintang Selatan.

Kondisi Topografi
Topografi Kabupaten Gresik wilayahnya bergelombang merupakan dataran
rendah dengan ketinggian 2 12 meter di atas permukaan air laut kecuali
Kecamatan Panceng yang mempunyai ketinggian 25 meter di atas permukaan air
laut, yakni pada zona utara (Pegunungan Batur Kapur) dan zona selatan sebagian
perbukitan. Hanya zona Perkotaan relatif datar karena berupa pertambakan dan
pertanian, meliputi wilayah Kecamatan Manyar, Gresik, Kebomas, dan Duduk
Sampeyan. Elevasi wilayah Kabupaten Gresik bervariasi pada kawasan pantai,
pegunungan dan pada zona Perbukitan.

Kondisi Geohidrologi
Kondisi hidrologi kabupaten Gresik dapat dilihat dari jumlah rata-rata curah
hujan, sebagaimana ditampilkan pada Tabel 2.1. Pada Tabel 2.1 dapat diketahui
bahwa curah hujan rata-rata Kabupaten Gresik tiap tahunnya dari tahun 2009
sampai dengan tahun 2013 berkisar 107,5 - 183,70 mm.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-1
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Tabel 2.1. Jumlah Curah Hujan Rata-rata Menurut Bulan (mm)


Rata rata Curah Hujan
No. BULAN
2009 2010 2011 2012 2013
1 Januari/January 241,30 277,90 216,90 394,70 343,70
2 Pebruari/Pebruary 348,80 262,10 187,00 161,70 201,10
3 Maret/March 295,10 288,70 292,40 208,70 262,80
4 April/April 125,70 230,90 192,10 85,90 197,20
5 Mei/May 117,30 178,50 118,50 127,60 206,70
6 Juni/June 32,10 77,80 12,00 49,10 128,00
7 Juli/July - 125,10 - - 91,70
8 Agustus/August - 51,50 - - 35,00
9 September/September - 102,60 - - -
10 Oktober/October - 184,40 64,80 11,60 15,06
11 Nopember/November 53,70 169,10 215,30 62,90 161,80
12 Desember/December 76,50 256,20 282,50 220,90 350,30
Jumlah 1290,50 2204,80 1581,50 1323,10 1993,36
Rata-Rata 107,50 183,70 131,80 110,30 166,10
Sumber : Gresik Dalam Angka 2014

B. Kondisi Administratif Kabupaten Gresik


Secara administrasi pemerintahan, wilayah Kabupaten Gresik terdiri dari 18
kecamatan, 330 Desa, dan 26 Kelurahan. Peta wilayah Kabupaten Gresik seperti
yang ditampilkan pada Gambar 2.1. Pada Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa hampir
sepertiga bagian dari wilayah Kabupaten Gresik merupakan daerah pesisir pantai,
yaitu sepanjang Kecamatan Kebomas, sebagian Kecamatan Gresik, Kecamatan
Manyar, Kecamatan Bungah dan Kecamatan Ujungpangkah. Sedangkan Kecamatan
Sangkapura dan Kecamatan Tambak berada di Pulau Bawean. Luas wilayah tiap
Kecamatan di tiap Kecamatan disajikan pada Tabel 2.2. Pada Tabel 2.2, diketahui
bahwa Luas wilayah Kabupaten Gresik sebesar 119.084 Ha.

Sebagaimana daerah-daerah lain, Kabupaten Gresik juga berdekatan dengan


kabupaten/kota yang tergabung dalam Gerbangkertasusila, yaitu Gresik, Bangkalan,
Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan. Adapun batas-batas wilayah
Kabupaten Gresik sebagai berikut :
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Selat Madura
Sebelah Selatan : Kab. Sidoarjo Kab.Mojokerto Kota Surabaya
Sebelah Barat : Kab. Lamongan

Tabel 2.2. Tabel Nama dan Luas Wilayah per-Kecamatan serta Jumlah Kelurahan/Desa

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-2
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Luas Wilayah
Jumlah Administrasi Terbangun
Nama
Kelurahan (%) thd
Kecamatan
/Desa total (%) thd luas
(Ha) (Ha)
adminis- administrasi
trasi
Wringinanom 16 6262 5,26 1.526 24,37
Driyorejo 16 5.129 4,31 2.175 42,41
Kedamean 15 6.595 5,54 772 11,71
Menganti 22 6.873 5,77 1.088 15,83
Cerme 25 7.173 6,02 683 9,52
Benjeng 23 6.126 5,14 554 9,04
Balongpanggang 25 6.388 5,36 612 9,58
Duduksampeyan 23 7.429 6,24 217 2,92
Kebomas 21 3.006 2,52 470 15,64
Gresik 21 555 0,47 105 18,92
Manyar 23 9.542 8,01 1.257 13,17
Bungah 22 7.944 6,67 388 4,88
Sidayu 21 4.713 3,96 188 3,99
Dukun 26 5.909 4,96 407 6,89
Panceng 14 6.259 5,26 129 2,06
Ujungpangkah 13 9.482 7,96 112 1,18
Sangkapura 17 11.872 9,97 1.841 15,51
Tambak 13 7.827 6,57 564 7,21
TOTAL 356 119.084 100 13.088 10,99
Sumber : Gresik Dalam Angka 2014 dan analisa Pokja Sanitasi Gresik

Wilayah kajian SSK tersebut dapat dilihat pada Peta yang disajikan pada Gambar
2.2. Wilayah kajian Strategi Sanitasi Kabupaten ini meliputi seluruh wilayah
administrasi Kabupaten Gresik yang terdiri dari 18 kecamatan dan 356
desa/kelurahan. Wilayah kajian dijelaskan pada peta 2.2 yang terdiri dari peta
administrasi dan Peta tata guna lahan sehingga diketahui penggunaan lahan dari
seluruh wilayah di Kabupaten Gresik.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-3
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Gambar 2.1. Peta Orientasi Kabupaten Gresik

SSK Kab. Gresik 2015

Sumber : RTRW Kab. Gresik Tahun 2010-2030

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-4
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Gambar 2.2. Peta Wilayah Kajian SSK Kabupaten Gresik

PPSP
Pemutakhiran SSK 2015

Sumber : RTRW Kab. Gresik Tahun 2010-2030

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-5
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Sumber : RTRW Kab. Gresik Tahun 2010-2030

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-6
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

C. Kependudukan

Dari hasil registrasi penduduk menunjukkan bahwa jumlah penduduk


Kabupaten Gresik pada tahun 2013 sebesar 1.324.777 jiwa, sebagaimana yang
ditampilkan pada Tabel 2.3. Pada Tabel 2.3 dapat diketahui bahwa dari total jumlah
penduduk tersebut, 667.568 jiwa penduduk laki-laki dan 657.209 jiwa penduduk
perempuan. Jumlah penduduk tersebut berada pada 364.104 keluarga. Dengan
luas wilayah 1.191,25 km2 dan jumlah penduduk yang mengalami rata-rata
kenaikan selama 5 tahun terakhir sebesar 2,01 persen dibanding tahun sebelumnya.
Untuk penghitungan proyeksi 5 tahun mendatang menggunakan pertumbuhan
jumlah penduduk perkecamatan, hasi proyeksi jumlah penduduk dan jumlah Kepala
Keluarga lima tahun ke depan seperti yang disajikan pada Tabel 2.4 dan 2.5.
Kepadatan penduduk Kabupaten Gresik tahun in dan lima tahun ke depan dapat
dilihat pada Tabel 2.6. Pada Tabel 2.6 dapat diketahui bahwa pada tahun ini,
Kabupaten Gresik mempunyai kepadatan penduduk sebesar 1.112 jiwa/km2 atau
11,12 jiwa/ha. Secara total pada tahun 2013 penduduk laki-laki jumlahnya lebih
banyak dibandingkan penduduk perempuan. Hal ini dapat dilihat dari angka rasio
jenis kelamin pada tahun 2013 kabupaten Gresik mempunyai angka rasio jenis
kelamin sebesar 102 persen. Ini berarti dari 100 jiwa penduduk perempuan terdapat
102 jiwa penduduk laki-laki.

Tabel 2.3. Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2013


No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Wringinanom 36.647 35.946 72.593
2 Driyorejo 52.306 51.428 103.734
3 Kedamean 31.294 30.955 62.249
4 Menganti 61.064 59.817 120.881
5 Cerme 39.464 39.516 78.980
6 Benjeng 33.466 33.234 66.700
7 Balongpanggang 29.839 29.857 59.696
8 Duduksampeyan 25.892 25.943 51.835
9 Kebomas 52.220 50.631 102.851
10 Gresik 46.939 46.388 93.327
11 Manyar 56.018 54.121 110.139
12 Bungah 33.699 33.448 67.147
13 Sidayu 21.928 21.530 43.458
14 Dukun 34.805 34.142 68.947
15 Panceng 26.426 26.000 52.426

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-7
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah


16 Ujungpangkah 25.559 25.414 50.973
17 Sangkapura 38.586 38.154 76.740
18 Tambak 21.416 20.685 42.101
Kabupaten Gresik 667.568 657.209 1.324.777
Sumber : Gresik Dalam Angka 2014

Pada tabel 2.4 dapat diketahui jumlah penduduk wilayah perkotaan dan
perdesaan saat ini dan proyeksi 5 tahun mendatang perkecamatan, dimana jumlah
penduduk perkotaan saat ini (tahun 2015) yang terbesar ada di kecamatan Manyar
yaitu 115.217 jiwa dan terkecil ada di kecamatan Sidayu yaitu 556 jiwa, jumlah
penduduk perdesaan terbesar ada di kecamatan Menganti yaitu 112.913 jiwa, dan
terkecil ada di 3 kecamatan yaitu Gresik, Manyar dan Kebomas yaitu 0 jiwa hal ini
terjadi karena seluruh desa/kelurahan 3 kecamatan tersebut merupakan wilayah
perkotaan, secara total jumlah penduduk terbesar saat ini ada di kecamatan
Menganti sebesar 122.277 jiwa. Proyeksi penduduk 5 tahun mendatang (tahun
2020), dimana jumlah penduduk perkotaan yang terbesar ada di kecamatan Manyar
yaitu 128.965 jiwa dan terkecil ada di kecamatan Sidayu yaitu 601 jiwa, jumlah
penduduk perdesaan terbesar ada di kecamatan Menganti yaitu 126.509 jiwa,
secara total jumlah penduduk terbesar saat ini ada di kecamatan Menganti sebesar
137.001 jiwa.
Pada tabel 2.5 dapat diketahui jumlah keluarga wilayah perkotaan dan
perdesaan saat ini dan proyeksi 5 tahun mendatang perkecamatan, dimana jumlah
keluarga perkotaan saat ini (tahun 2015) yang terbesar ada di kecamatan Manyar
yaitu 28.804 KK dan terkecil ada di kecamatan Sidayu yaitu 139 KK, jumlah keluarga
perdesaan terbesar ada di kecamatan Menganti yaitu 28.228 KK, dan terkecil ada di
3 kecamatan yaitu Gresik, Manyar dan Kebomas yaitu 0 KK hal ini terjadi karena
seluruh desa/kelurahan 3 kecamatan tersebut merupakan wilayah perkotaan, secara
total jumlah keluarga terbesar saat ini ada di kecamatan Menganti sebesar 30.569
KK. Proyeksi penduduk 5 tahun mendatang (tahun 2020), dimana jumlah keluarga
perkotaan yang terbesar ada di kecamatan Manyar yaitu 32.241 KK dan terkecil ada
di kecamatan Sidayu yaitu 150 KK, jumlah keluarga perdesaan terbesar ada di
kecamatan Menganti yaitu 31.627 KK, secara total jumlah keluarga terbesar saat ini
ada di kecamatan Menganti sebesar 34.250 KK.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-8
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Tabel 2.4. Jumlah penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
Jumlah Penduduk
Nama (orang)
Kecamat Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Total
an Tahun Tahun Tahun
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Wringin- 6.3 6 6 6. 7.0 7 70.7 72.4 74.2 76.1 78.03 79.97 77. 79. 80. 83.0 85.0 87.19
anom 85 .544 .707 874 45 .221 20 81 86 36 1 4 105 025 993 10 77 5
29.9 30 31 31. 32.5 33 76.5 78.1 79.8 81.5 83.24 85.01 106. 108. 111. 113.3 115.8 118.27
Driyorejo
32 .570 .221 886 65 .259 11 40 05 05 1 4 443 710 026 91 06 2
6.28 6.40 6.52 6.9 58.30 59.39 60.50 61.6 62.79 63.96 64.5 65.8 67.0 68.28 69.5 70.86
Kedamean 6.649 6.773
9 7 7 00 6 7 7 39 1 6 96 04 34 8 65 6
9.36 9.5 9.8 10.02 10.25 10.4 112.91 115.51 118.16 120.8 123.66 126.50 122.27 125.0 127.9 130.91 133.9 137.00
Menganti
5 80 00 6 6 92 3 0 6 84 4 9 7 90 67 0 21 1
11.17 11.5 11.9 12.37 12.79 13.2 73.37 75.91 78.53 81.2 84.06 86.97 84.5 87.4 90.4 93.62 96.8 100.21
Cerme
1 57 57 1 9 42 3 1 8 55 7 6 43 69 95 6 66 7
4.25 4.33 4.41 4.49 4.5 4.67 62.38 63.57 66.0 67.28 68.57 66.6 67.9 69.2 70.52 71.8 73.24
Benjeng 64.78
1 2 5 9 85 2 1 3 24 5 1 32 04 01 3 70 3
7
Balong- 5.7 5 5 5. 6.0 6 55.4 56.1 56.9 57.6 58.37 59.12 61. 62. 62. 63.6 64.4 65.25
panggang 56 .829 .904 980 56 .134 80 90 10 38 6 3 236 020 814 18 32 7
Duduk- 3.4 3 3 3. 3.7 3 50.4 51.2 51.9 52.7 53.55 54.35 53. 54. 55. 56.4 57.2 58.12
sampeyan 93 .545 .598 652 07 .763 60 17 85 65 6 9 952 762 583 17 63 2
110.88 113.70 122.59 108.1 110.88 113.70
Kebomas 108.142 116.593 119.555 - - 116.593 119.555 122.591
9 5 1 - - - 42 9 5
95.95 96.84 95.07 95.95 96.84
Gresik 95.070 97.747 98.656 99.574 - - 97.747 98.656 99.574
4 7 - - - 0 4 7
117.84 120.53 128.96 115.2 117.84 120.53
Manyar 115.217 123.279 126.090 - - 123.279 126.090 128.965
4 1 5 - - - 17 4 1
7.6 7 7 8. 8.2 8 62.1 63.1 64.2 65.2 66.38 67.49 69. 70. 72. 73.3 74.6 75.85
Bungah
91 .820 .950 083 18 .355 31 68 23 96 6 5 822 988 173 79 04 0
5 5 43.4 44.0 44.7 45.4 46.21 46.94 43. 44. 45. 46.0 46.8 47.54
Sidayu
56 564 573 582 92 601 03 89 85 93 2 2 959 653 359 75 03 3
8.4 8 8 8. 9.0 9 62.9 64.0 65.2 66.5 67.75 69.02 71. 72. 74. 75.4 76.8 78.26
Dukun
27 .584 .745 908 75 .245 16 92 91 12 6 3 343 677 036 20 31 7
7.2 7 7 7. 7.7 7 46.2 47.0 47.7 48.5 49.30 50.09 53. 54. 55. 56.1 57.0 57.97
Panceng
87 .403 .522 642 64 .889 69 09 61 25 2 0 555 412 283 67 66 9
Ujung- 6.6 6 6 6. 7.1 7 45.7 46.6 47.5 48.4 49.36 50.32 52. 53. 54. 55.4 56.4 57.58
pangkah 04 .732 .861 994 29 .266 35 18 17 34 9 2 339 349 379 28 98 8
Sangka- 7.2 7 7 7. 7.8 8 52.3 53.4 54.6 55.8 57.08 58.33 59. 60. 62. 63.5 64.9 66.39
pura 31 .389 .551 717 86 .058 45 91 63 60 3 3 576 880 214 76 69 1

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-9
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

5.1 5 5 5. 5.5 5 32.3 32.9 33.4 33.9 34.52 35.08 37. 38. 38. 39.3 40.0 40.67
Tambak
63 .246 .330 416 03 .592 92 14 44 82 9 5 555 160 774 98 33 7
Sumber : Gresik Dalam Angka 2014 dan Analisa Pokja Sanitasi Gresik

Tabel 2.5. Jumlah Kepala Keluarga Saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
Jumlah Kepala Keluarga (KK)
Nama Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Total
Kecamat
Tahun Tahun Tahun
-an
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Wringin-
1.596 1.636 1.677 1.719 1.761 1.805 7.680 8.120 18.571 19.034 19.508 19.994 19.276 19.756 20.248 20.752 21.269 21.799
anom
Driyorejo 7.483 7.642 7.805 7.971 8.141 8.315 19.128 19.535 19.951 20.376 20.810 21.253 26.611 27.178 27.756 28.348 28.951 29.568
Kedamean 1.572 1.602 1.632 1.662 1.693 1.725 14.577 14.849 15.127 15.410 15.698 15.991 16.149 16.451 16.759 17.072 17.391 17.716
Menganti 2.341 2.395 2.450 2.506 2.564 2.623 28.228 28.877 29.542 30.221 30.916 31.627 30.569 31.272 31.992 32.727 33.480 34.250
Cerme 2.793 2.889 2.989 3.093 3.200 3.310 18.343 18.978 19.635 20.314 21.017 21.744 21.136 21.867 22.624 23.407 24.216 25.054
Benjeng 1.063 1.083 1.104 1.125 1.146 1.168 15.595 15.893 16.197 16.506 16.821 17.143 16.658 16.976 17.300 17.631 17.968 18.311
Balongpang- 1.4 1.4 1.4 1.49 1.5 13.8 14. 14. 14.4 14.5 14.7 15.3 15.5 15.7 15.9 16.1 16.3
1.514
gang 39 57 76 5 33 70 048 227 09 94 81 09 05 03 04 08 14
Duduk- 8 9 9 92 9 12.6 12. 12. 13.1 13.3 13.5 13.4 13.6 13.8 14.1 14.3 14.5
sampeyan 873 86 00 13 7 41 15 804 996 91 89 90 88 90 96 04 16 30
Kebomas 27.035 27.722 28.426 29.148 29.889 30.648 - - - - - 27.035 27.722 28.426 29.148 29.889 30.648
Gresik 23.768 23.989 24.212 24.437 24.664 24.893 - - - - - 23.768 23.989 24.212 24.437 24.664 24.893
Manyar 28.804 29.461 30.133 30.820 31.523 32.241 - - - - - 28.804 29.461 30.133 30.820 31.523 32.241
Bungah 1.923 1.955 1.988 2.021 2.055 2.089 15.533 15.792 16.056 16.324 16.596 16.874 17.455 17.747 18.043 18.345 18.651 18.963
Sidayu 139 141 143 146 148 150 10.851 11.022 11.196 11.373 11.553 11.736 10.990 11.163 11.340 11.519 11.701 11.886
2.1 2.1 2.1 2.22 2.3 15.7 16. 16. 16.6 16.9 17.2 17.8 18.1 18.5 18.8 19.2 19.5
Dukun 2.269
07 46 86 7 11 29 023 323 28 39 56 36 69 09 55 08 67
1.8 1.8 1.8 1.91 1.9 11.5 11. 11. 12.1 12.3 12.5 13.3 13.6 13.8 14.0 14.2 14.4
Panceng 1.941
22 51 80 1 72 67 752 940 31 25 23 89 03 21 42 67 95
Ujung- 1.6 1.6 1.7 1.74 1.8 11.4 11. 11. 12.1 12.3 12.5 13.0 13.3 13.5 13.8 14.1 14.3
1.782
pangkah 51 83 15 8 17 34 654 879 09 42 81 85 37 95 57 25 97
1.8 1.8 1.8 1.92 2.0 13.0 13. 13. 13.9 14.2 14.5 14.8 15.2 15.5 15.8 16.2 16.5
Sangkapura 1.971
08 47 88 9 15 86 373 666 65 71 83 94 20 53 94 42 98

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-10
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

1.2 1.3 1.3 1.35 1.3 1.3 8.0 8. 8. 8.4 8.6 8.7 9.3 9.5 9.6 9.8 10.0 10.1
Tambak
91 11 33 4 76 98 98 228 361 96 32 71 89 40 94 50 08 69
Sumber : Gresik Dalam Angka 2014 dan Analisa Pokja Sanitasi Gresik

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-11
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Tabel 2.6. Tingkat pertumbuhan penduduk dan kepadatan saat ini


(berdasarkan luas terbangun) dan proyeksinya untuk 5 tahun

Tingkat Pertumbuhan (%) Kepadatan Penduduk (org/Ha)


Nama
Kecamatan Tahun Tahun
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Wringinanom 2,49 2,49 2,49 2,49 2,49 2,49 51 52 53 54 56 57
Driyorejo 2,13 2,13 2,13 2,13 2,13 2,13 49 50 51 52 53 54
Kedamean 1,87 1,87 1,87 1,87 1,87 1,87 84 85 87 88 90 92
Menganti 2,30 2,30 2,30 2,30 2,30 2,30 112 115 118 120 123 126
Cerme 3,46 3,46 3,46 3,46 3,46 3,46 124 128 132 137 142 147
Benjeng 1,91 1,91 1,91 1,91 1,91 1,91 120 123 125 127 130 132
Balongpanggang 1,28 1,28 1,28 1,28 1,28 1,28 100 101 103 104 105 107
Duduksampeyan 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50 249 252 256 260 264 268
Kebomas 2,54 2,54 2,54 2,54 2,54 2,54 230 236 242 248 254 261
Gresik 0,93 0,93 0,93 0,93 0,93 0,93 905 914 922 931 940 948
Manyar 2,28 2,28 2,28 2,28 2,28 2,28 92 94 96 98 100 103
Bungah 1,67 1,67 1,67 1,67 1,67 1,67 180 183 186 189 192 195
Sidayu 1,58 1,58 1,58 1,58 1,58 1,58 234 238 241 245 249 253
Dukun 1,87 1,87 1,87 1,87 1,87 1,87 175 179 182 185 189 192
Panceng 1,60 1,60 1,60 1,60 1,60 1,60 415 422 429 435 442 449
Ujungpangkah 1,93 1,93 1,93 1,93 1,93 1,93 467 476 486 495 504 514
Sangkapura 2,19 2,19 2,19 2,19 2,19 2,19 32 33 34 35 35 36
Tambak 1,61 1,61 1,61 1,61 1,61 1,61 67 68 69 70 71 72
Sumber : Gresik Dalam Angka 2014 dan Analisa Pokja Sanitasi Gresik

Pada tabel 2.6. dapat diketahui tingkat pertumbuhan dan kepadatan penduduk
perkecamatan dimana tingkat pertumbuhan penduduk terbesar pada kecamatan
Cerme sebesar 3,46% dan yang terkecil adalah kecamatan Gresik sebesar 0,93%.
Kepadatan penduduk terbesar saat ini (tahun 2015) pada kecamatan Gresik sebesar
905 orang/Ha, yang terkecil pada kecamatan Sangkapura sebesar 33 orang/Ha.

D. Pendidikan
BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI
II-12
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Jumlah sekolah negeri dan swasta pada berbagai tingkatan sekolah di


Kabupaten disajikan pada Tabel 2.7. Dari Tabel 2.7 diketahui bahwa jumlah
lembaga sekolah dasar tahun 2013 ialah 445 buah, sedangkan jumlah murid
seluruhnya sebanyak 77.494 siswa, dengan jumlah terbanyak pada kelompok umur
7 12 tahun yaitu 69.843 siswa atau sebesar 90,13 persen. Jumlah lembaga
sekolah menengah yaitu 101 buah untuk SMP dan 49 untuk SMA. Untuk lembaga
SMP jumlah muridnya ialah 31.742 siswa sedangkan untuk lembaga SMA muridnya
sejumlah 13.586 siswa.

Tabel 2.7. Jumlah Sekolah Negeri dan Swasta pada Berbagai Tingkatan
Sekolah di Kabupaten Gresik Tahun 2013

SD SLTP SLTA
KECAMATAN
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
Wringinanom 23 3 2 4 1
Driyorejo 26 10 1 6 1 4
Kedamean 21 1 2 1 1
Menganti 26 7 2 8 1 3
Cerme 25 2 2 3 1 3
Benjeng 25 3 2 4 2
Balongpanggang 26 4 3 3 1 2
Duduksampeyan 16 1 2 1
Kebomas 20 5 2 4 1 1
Gresik 15 8 4 7 1 5
Manyar 16 4 2 6 1 1
Bungah 19 1 1 8 3
Sidayu 14 2 4 1 1 2
Dukun 20 2 1 1 3
Panceng 16 1 1 3 1
Ujungpangkah 16 2 1 2 3
Sangkapura 36 1 2 2 1 2
Tambak 29 1 1 2 1
Jumlah 389 56 33 68 11 38
Sumber: Gresik Dalam Angka, Tahun 2014

E. Kesehatan
Data RSUD Kabupaten Gresik pada tahun 2013 menunjukkan bahwa jumlah
penderita kelainan refraksi merupakan penderita rawat jalan terbesar (3920 jiwa).
Penderita terbanyak pada golongan umur 25 44 tahun (2.404 jiwa). Berikutnya
terbesar kedua adalah Kecelakaan dan rudapaksa (3.356 jiwa) dengan penderita
terbanyak pada golongan umur 25 44 tahun. Penderita terbesar ketiga adalah

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-13
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

penderita infeksi akut lain pernafasan atas (2.228 jiwa) dan penderita terbanyak
pada golongan umur 25 44 tahun (602 jiwa). Jumlah fasilitas kesehatan menurut
kepemilikan ditampilkan pada Tabel 2.8. Pada Tabel 2.8 diketahui jumlah posyandu
paripurna tahun 2013 sebanyak 1.279 buah dan jumlah posyandu non sebanyak
187 buah.

Tabel 2.8. Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Kepemilikan


di Kabupaten Gresik

PEMILIKAN
No. RUMAH SAKIT

PEMERINTAH SWASTA
1 Rumah Sakit Umum 1 7
2 Tempat Tidur Rumah Sakit Umum 210 240
3 Rumah Sakit Khusus Jiwa - -
4 Rumah Bersalin -
5 Tempat Tidur Rumah Bersalin -
6 Rumah Sakit Ibu dan Anak - 1
7 Tempat Tidur RS Ibu dan Anak - 60
8 Puskesmas 32 -
9 Puskesmas dengan Tempat Tidur - -
10 Puskesmas dengan Tempat Tidur 12 -
11 Puskesmas Pembantu 77 -
12 Pabrik Obat Tradisional - -
13 Lab. Kesehatan 1 18
14 Praktek Dokter Swasta - 560
15 Sekolah Kesehatan 1 2
16 Optikal - 20
17 Apotek - 132
18 Toko Obat berizin - 20
19 Gudang farmasi 1
20 Industri Kecil Obat Tradisional - 7
21 Industri Obat Tradisional - 1
22 Pabrik Obat - 1
23 Toko Obat belum berizin - -
Sumber : Gresik Dalam Angka 2014

F. Sosial masyarakat

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-14
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Untuk menghitung tingkat kesejahteraan, Badan Koordinasi Keluarga


Berencana Nasional (BKKBN) melakukan program yang disebut sebagai Pendataan
Keluarga setiap setahun sekali yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh
data dasar kependudukan dan keluarga dalam rangka program pembangunan dan
pengentasan kemiskinan. Data kemiskinan dilakukan lewat pentahapan keluarga
sejahtera yang dibagi menjadi lima tahap, yaitu: Keluarga Pra Sejahtera (sangat
miskin), Keluarga Sejahtera I (miskin), Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera
III, Keluarga Sejahtera III plus.
Sekitar 56% keluarga di Indonesia masih berada dalam tingkat Pra Sejahtera
dan Sejahtera I. Mereka belum tergolong miskin, tetapi baru bisa memenuhi
kebutuhan fisik minimal. Pada kondisi tersebut, mereka mudah sekali jatuh menjadi
miskin.
Dalam Program Pembangunan Keluarga Sejahtera BKKBN, Keluarga Pra
Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I lebih tepat disebut sebagai Keluarga Tertinggal,
karena yang disebut sebagai Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga yang belum
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, belum mampu melaksanakan ibadah
berdasarkan agamanya masing-masing, memenuhi kebutuhan makan minimal dua
kali sehari, pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian,
memiliki rumah yang bagian lantainya bukan dari tanah, dan belum mampu untuk
berobat disarana kesehatan modern.

Pada hakekatnya indikator pendataan Keluarga Sejahtera menggunakan


perumusan konsep "Keluarga Sejahtera" yang lebih luas daripada sekedar definisi
kemakmuran atau kebahagiaan. Undang-Undang No. 10 tahun 1992 menyebutkan
bahwa Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras
dan seimbang antar anggota, serta antara keluarga dengan masyarakat dan
lingkungannya.
Kriteria yang ditetapkan BPS (Badan Pusat Statistik) tentang garis kemiskinan
ialah kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan makan 2.100 kalori
perhari perkapita. Masalah kemiskinan dan pengangguran merupakan salah satu
faktor penghambat pembangunan pada suatu daerah. Dengan adanya penduduk
miskin pada suatu wilayah, akan berdampak pada adanya penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS).
Jumlah keluarga miskin per Kecamatan di Kabupaten Gresik seperti yang
ditampilkan pada Tabel 2.9. Dari Tabel 2.9 diketahui jumlah keluarga miskin di 16
BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI
II-15
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Kecamatan di atas 2.000 KK sedangkan 2 Kecamatan lainnya jumlah keluarga


miskin sebesar 733 KK (Kecamatan Kebomas) dan 590 (Kecamatan Gresik).

Tabel 2.9. Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan

Jumlah keluarga Miskin


Nama Kecamatan
(KK)
Wringinanom 3.437
Driyorejo 2.273
Kedamean 3.629
Menganti 2.899
Cerme 3.705
Benjeng 4.207
Balongpanggang 3.462
Duduksampeyan 3.010
Kebomas 733
Gresik 590
Manyar 1.741
Bungah 2.821
Sidayu 1.876
Dukun 3.729
Panceng 2.116
Ujungpangkah 2.580
Sangkapura 3.354
Tambak 1.633
Sumber : Gresik Dalam Angka 2014 dan Analisa Pokja Sanitasi Gresik

G. Perekonomian

Sruktur Ekonomi
Pada tahun 2013 sektor yang memiliki peranan terbesar dalam pembentukan
PDRB Kabupaten Gresik ialah sektor Industri, yaitu sebesar 49,95 persen, kemudian
disusul sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 24,01 kemudian yang
ketiga ialah sektor Pertanian yang mencapai 8,65 persen. Ketiga sektor ini secara
bersama-sama menguasai lebih dari 80 persen perekonomian di Kabupaten Gresik.
Tingginya peranan sektor Industri merupakan hal yang wajar karena di kabupaten
Gresik terdapat tidak kurang dari 402 industri besar/sedang. Dengan demikian
sektor Industri merupakan sektor yang diharapkan mampu menggerakkan roda
perekonomian di Kabupaten Gresik, karena sektor ini disamping menyerap banyak
tenaga kerja juga menggerakkan perkembangan sektor-sektor yang lain. Tingginya
peranan sektor industri dalam pembentukan PDRB Kabupaten Gresik juga

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-16
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

mengakibatkan Kabupaten Gresik masuk dalam kategori daerah Industri di Jawa


Timur.

Sektor lain yang menduduki peringkat dua dalam perekonomian Kabupaten Gresik
ialah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang pada tahun 2013 menyumbang
24,01 persen atau sedikit lebih tinggi dibanding dengan tahun 2012 yang hanya
23,23 persen. Walaupun Kabupaten Gresik merupakan daerah Industri namun
dengan wilayah yang luas yang meliputi daerah pedesaan dengan masyarakat yang
hidup sebagai petani menyebabkan sektor Pertanian juga menjadi tumpuan hidup
sebagian besar masyarakat Kabupaten Gresik. Sumbangan sektor Pertanian pada
tahun 2013 ialah sebesar 8,65 persen, angka ini sedikit lebih rendah jika
dibandingkan dengan tahun 2012 yang mencapai 8,88 persen.

Pertumbuhan Ekonomi
Data pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gresik ditampilkan pada Tabel 2.10.
Berdasarkan data pada Tabel 2.10 dapat diketahui bahwa selama tahun 2013
perekonomian Kabupaten Gresik sedikit mengalami perlambatan dibanding dengan
tahun 2002. Tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gresik ialah sebesar
7,43 persen kemudian sedikit mengalami perlambatan pada tahun 2013 sehingga
hanya tumbuh 7,14 persen. Perlambatan ini isebabkan oleh melambatnya
pertumbuhan sector pertambangan dan energy, sector pertanian, sektor Listrik, Gas
dan Air Bersih, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, serta sektor Pengangkutan
dan Komunikasi. Kemudian sektor-sektor yang mengalami peningkatan ialah sektor
Pertanian, sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Konstruksi, sektor
Keuangan, Persewaan dan sektor Jasajasa.

Pendapatan Perkapita
Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Gresik atas dasar
harga konstan tahun 2010-2013 disajikan pada Tabel 2.11. Pendapatan perkapita
yang diukur dengan PDRB dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun dapat
digunakan untuk melihat tingkat kemakmuran suatu daerah. Biasanya makin
meningkat angka PDRB perkapita maka kemakmuran juga diharapkan makin tinggi.
Di tahun 2009 rata-rata pendapatan per kapita kabupaten Gresik kalau dihitung
berdasarkan PDRB atas harga berlaku ialah sebesar 26.405.432,61 rupiah,
sedangkan kalau dihitung berdasarkan PDRB atas harga konstan 2000 nilainya

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-17
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

sebesar 12.597.366,28 rupiah. Berdasarkan data pada Tabel 2.11 dapat diketahui
bahwa apabila dibandingkan dengan PDRB perka-pita tahun 2008 maka telah terjadi
kenaikan sebesar 11,27 persen kalau dihitung berdasarkan PDRB atas harga berlaku
dan 4,43 persen kalau dihitung berdasarkan PDRB atas harga konstan 2000.

Tabel 2.10. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Gresik (Persen)

Sektor/Sub Sektor 2009 2010 2011 2012 2013


Pertanian 2,99 3,03 2,73
Pertambangan dan
12,07 12,46 4,95
Penggalian
Industri Pengolahan 5,97 5,99 6,95
Listrik, Gas dan Air
9,69 9,76 9,44
Bersih
Konstruksi 9,60 9,65 9,67
Perdagangan, Hotel
11,35 11,07 9,31
dan Restoran
Pengangkutan dan
7,57 7,22 6,73
Komunikasi
Keuangan, Persewaan
7,05 7,44 7,20
dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa 6,95 6,95 6,74
Sumber : Gresik Dalam Angka 2014

Tabel 2.11. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2000 (Juta Rupiah) 2010 2014
2009
Sektor/ Sub Sektor 2010 2011 2012 2013
1. Pertanian 1390.617,37 1.433.000,45 1.476.439,92 1.521.138,97 1.562.702,69
2. Pertambangan dan 888.620,11 727.832,01 815.686,86 917.298,89 962.710,15
Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 8.088.033,25 8.541.389,59 9.051.121,19 9.593.602,10 10.260.563,20
5. Konstruksi 305.487,68 335.271,24 367.769,94 403.660,60 441.750,223
6. Perdagangan, Hotel dan 191.775,33 207.945,17 227.909,77 249.903,06 274.068,68
Restoran 3.238.439,96 3.589.995,21 3.997.479,74 4.439.999,44 4.853.190,55
7. Pengangkutan dan
Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan dan 528.241,57 567.951,22 610.944,20 655.042,81 699.118,63
Jasa Perusahaan
9. Jasa-jasa 576.316,81 609.221,57 652.141,33 700.669,01 751.112,03

769.714,59 824.231,80 881.550,95 942.846,74 1.006.839,58


Jumlah 15.977.246,67 16.836.838,26 18.081.043,90 19.424.161,63 20.811.653,46
Sumber: Gresik Dalam Angka 2014

H. Institusi Dan Organisasi Kabupaten

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-18
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Secara institusi dan organisasi pemerintahan Kabupaten Gresik terdiri atas


11 Dinas dan 11 Lembaga Teknis daerah. Dasar keberadaan dinas yang ada di
Kabupaten Gresik adalah Peraturan Daerah No 2 Tahun 2008 tentang
Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan dan Tugas Dinas-Dinas Daerah,
dimana didalam Peraturan Daerah ini dinas-dinas yang ada di lingkungan Kabupaten
Gresik adalah:
a. Dinas Pendidikan;
b. Dinas Kesehatan;
c. Dinas Pekerjaan Umum;
d. Dinas Tenaga Kerja;
e. Dinas Perhubungan;
f. Dinas Kependudukan, Catatan Sipil dan Sosial
g. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga;
h. Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdanganan;
i. Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan;
j. Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan;
k. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah;
Sedangkan berdasar pada Peraturan Daerah No 2 tahun 2008 tentang
Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan dan Tugas Lembaga Teknis Daerah,
maka Lembaga Teknis Daerah yang ada di Kabupaten Gresik terdiri dari:

a. Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah;


b. Inspektorat Kabupaten;
c. Badan Kepegawaian Daerah;
d. Badan Penanaman Modal dan Perizinan;
e. Badan Lingkungan Hidup;
f. Rumah Sakit Umum Daerah ;
g. Kantor Pemberdayaan Masyarakat;
h. Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat;
i. Kantor Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan ;
j. Kantor Perpustakaan dan Arsip;
k. Kantor Ketahanan Pangan;

I. Tata Ruang Wilayah

Kebijakan dan strategi struktur pemanfaatan ruang wilayah terdiri atas


pengembangan sistem pusat permukiman perdesaan, sistem pusat
permukiman perkotaan, penetapan fungsi kawasan perdesaan dan kawasan

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-19
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

perkotaan, dan arahan sistem prasarana wilayah. Peta Pusat Pengembangan


Kawasan Kabupaten Gresik disajikan pada Gambar 2.3. Berikut adalah
penjelasan dari Peta 2.3:

Kebijakan dan Strategi Sistem Perkotaan

A. Pusat kegiatan kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud meliputi:


a. Pusat Kegiatan Nasional di Kabupaten diarahkan di PKN Gerbangkertosusila;
dan
b. PPK diarahkan di IKK Kebomas, IKK Gresik, IKK Wringinanom, IKK
Driyorejo, IKK Menganti, IKK Cerme, IKK Manyar dan IKK Bungah, IKK
Kedamean, IKK Benjeng, IKK Balongpanggang, IKK Duduksampeyan, IKK
Sidayu, IKK Dukun, IKK Panceng, IKK Ujungpangkah, IKK Sangkapura, dan
IKK Tambak;

B. Sistem perdesaan sebagaimana dimaksud diarahkan pada Pusat Pengembangan


Lingkungan (PPL). PPL diarahkan pada desa dengan dengan pusat permukiman
yang berfungsi untuk melayani kegiatan antar desa; dan PPL sebagaimana
dimaksud meliputi:
a. PPL Ngipik dan PPL Sidokumpul di Kecamatan Gresik;
b. PPL Randuagung, PPL Prambangan, PPL Segoro Madu, dan PPL Singosari di
Kecamatan Kebomas;
c. PPL Peganden, PPL Manyarejo, dan PPL Sembayat di Kecamatan Manyar ;
d. PPL Pandanan, PPL Sumari, PPL Ambeng Ambeng Watangrejo, dan PPL
Wadak Kidul di Kecamatan Duduksampeyan;
e. PPL Banjarsari, PPL Sumampir, PPL Morowudi, dan Kambingan di Kecamatan
Cerme;
f. PPL Bedanten, PPL Sukowati, PPL Kemangi, PPL Mojopuro Wetan, dan PPL
Tanjung Widoro, di Kecamatan Bungah;
g. PPL Mriyunan, PPL Randuboto, PPL Golokan, dan PPL Wadeng di Kecamatan
Sidayu;
h. PPL Pangkahkulon, PPL Pangkahwetan, dan PPL Tanjangawan di Kecamatan
Ujung Pangkah;
i. PPL Sumurber, PPL Campurejo, dan PPL Wotan di Kecamatan Panceng ;
j. PPL Mentaras, PPL Padang Bandung, dan PPL Babakbawo Kecamatan
Dukun;
k. PPL Metatu, PPL Bulang Kulon, dan PPL Kedungrukem di Kecamatan
Benjeng;
l. PPL Ngasin, PPL Klotok, PPL Kedungsumber, PPL Karangsemanding, dan PPL
Dapet di Kecamatan Balongpanggang;
m. PPL Randupandangan, PPL Laban, PPL Putatlor, PPL Domas, PPL Kepatihan,
dan PPL Pelemwatu di Kecamatan Menganti;
BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI
II-20
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

n. PPL Slempit dan PPL Lampah di Kecamatan Kedamean;


o. PPL Pasinan Lemah Putih, PPL Sumberame, PPL Sembung, dan PPL
Kesamben Kulon di Kecamatan Wringinanom;
p. PPL Bambe, PPL Krikilan, PPL Sumput, dan PPL Karangandong di
Kecamatan Driyorejo;
q. PPL Teluk Jati Dawang dan PPL Kepuh Teluk di Kecamatan Tambak; dan
r. PPL Sidogedungbatu, PPL Lebak, dan PPL Sungaiteluk di Kecamatan
Sangkapura.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-21
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Gambar 2.3 Pusat Pengembangan Kawasan

Sumber : RTRW Kabupaten Gresik 2010-2030

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-22
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Tutupan Lahan Kabupaten Gresik

Penggunaan tanah faktual di wilayah perencanaan dapat dibedakan


menjadi: perumahan, tanah belum terbangun (tanah kering, sawah, tambak),
perdagangan dan jasa, industri pergudangan, ruang terbuka hijau dan makam,
serta fasilitas umum. Selanjutnya penggunaan tanah eksisting di wilayah Kabupaten
Gresik dapat dilihat pada Tabel 2.12. Berdasarkan data pada Tabel 2.12 dapat
diketahui bahwa sebagian besar wilayah di Kabupaten Gresik merupakan tanah
sawah (31,14%) dan tanah kering (24,84%) sebagaimana terlihat pada Gambar
2.4.

Tabel 2.12. Tutupan Lahan Eksisting Kabupaten Gresik Tahun 2013

Tanah Tanah Tanah Bang/Peka Hutan Lain-


No Kecamatan Jumlah
Sawah Tambak Kering rangan Negara Lain

1 Wringinanom 2373,92 0 2379,6 1377,98 0 130,2 6261,7


2 Driyorejo 1639,59 0 1025,06 2174,99 0 263,08 5129,72
3 Kedamean 3343,4 0 2244,2 766,5 0 241,2 6595,3
4 Menganti 2851,73 10,72 1400,33 434,12 0 230,4 6871,34
5 Cerme 2666,2 3303,5 50,9 680,5 0 471,5 7172,6
6 Benjeng 3918,24 187 863,76 548,56 0 402,44 6128,28
7 Balongpanggang 4089,89 9,5 1211,05 582,19 0 495,94 6388,57
8 Duduksampeyan 1565,08 5168,795 62,497 217,138 0 415,89 7429,4
9 Kebomas 228 532 782 483 0 981 3006
10 Gresik 0 0 10,5 438,36 0 105,43 554,29
11 Manyar 356,26 5829,11 966,30 1257,06 0 1133,76 9542,49
12 Bungah 1027,95 3507,96 1638,73 387,78 0 1381,02 7943,44
13 Sidayu 1069,61 1439,29 1153,72 171,02 0 879,74 4713,38
14 Dukun 3740,72 0 1477,98 400,92 0 289,63 5909,25
15 Panceng 1545 44,4 3163,7 128,5 1012 365,5 6259,1
16 Ujungpangkah 874,79 3964,46 3275,12 112,29 0 1255,64 9482,3
17 Sangkapura 1906 39 4238 1871 1758 2060 11872
18 Tambak 1296 0 2249,14 564,48 944,64 2822,74 7870
Jumlah 34.136,120 18.206,625 27.226,287 11.339,328 3.714,640 12.791,350 109.586,670
Prosentase 31,14 16,61 24,84 10,34 3,38 11,67 100

Sumber: Kabupaten Gresik Dalam Angka 2014

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-23
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Gambar 2.4. Peta Tutupan Lahan Wilayah Kabupaten Gresik

Sumber : RTRW Kabupaten Gresik 2010-2030

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-24
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana


Wilayah

A. Kebijakan pengembangan sistem jaringan sumber daya air, meliputi :


a. pengembangan jaringan sumberdaya air lintas kabupaten dan kota;
b. pengembangan wilayah sungai kabupaten, termasuk waduk dan embung
pada wilayah kabupaten;
c. penyediaan, pengembangan dan peningkatan pelayanan irigasi;
d. penyediaan dan pengembangan jaringan air baku untuk air bersih;
e. penyediaan, pengembangan dan peningkatan pelayanan air bersih bagi
kelompok pengguna; dan
f. pengendalian banjir di wilayah-wilayah rawan banjir.

Strategi pengembangan jaringan sumberdaya air lintas kabupaten dan kota,


meliputi :
a. melakukan koordinasi dengan kabupaten dan kota lain dalam pemanfaatan
jaringan sumberdaya air lintas kabupaten dan kota yang menjadi wewenang
dan tanggung jawab Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi.
b. Melakukan koordinasi dengan kabupaten dan kota lain dalam pemeliharaan
jaringan sumberdaya air lintas kabupaten dan kota yang menjadi wewenang
dan tanggung jawab Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi.

Strategi pengembangan wilayah sungai kabupaten, termasuk waduk dan embung


pada wilayah kabupaten, meliputi :
a. menambah penampungan air pada musim hujan untuk dimanfaatkan pada
musim kemarau dengan melakukan normalisasi waduk-waduk dan embung
dengan memanfaatkan cekungan-cekungan yang ada; dan
b. melakukan rekayasa daerah tangkapan air untuk memperoleh resapan air ke
dalam tanah sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk mempengaruhi siklus
hidrologi air tanah.

Strategi penyediaan, pengembangan dan peningkatan pelayanan irigasi, meliputi:


a. melakukan interkoneksi antar jaringan irigasi, sehingga dapat memanfaatkan
sumber air pada jaringan tertentu yang berlebih;
b. melindungi saluran irigasi dan Daerah Aliran Sungai (DAS);
c. mencegah pendangkalan saluran irigasi melalui normalisasi jaringan;
d. membangun jaringan irigasi sampai ke tingkat kuarter sekaligus membangun
dan memperbaiki pintu-pintu air;
e. membangun prasarana irigasi penunjang jaringan irigasi primer; dan

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-25
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

f. meningkatkan manajemen pengelolaan sarana dan prasarana pengairan dan


kerja sama antar institusi terkait.

Strategi penyediaan dan pengembangan jaringan air baku untuk air bersih,
meliputi :
a. meningkatkan dan mengembangkan sistem Instalasi Pengolahan Air Bersih
(IPA) di masing-masing kawasan yang mempunyai potensi air baku untuk
sumber air;
b. memanfaatkan air dari jaringan irigasi primer dengan debit besar dan kualitas
air sedang, untuk keperluan irigasi, perikanan, dan air baku bagi penyediaan
air bersih perkotaan dan perdesaan.
c. memanfaatkan air di sejumlah mata air di kawasan perbukitan yang kondisi
tutupan lahannya terpelihara dengan baik dengan tetap mempertimbangkan
debit yang aman bagi kelestarian mata air dan bagi kawasan di bawahnya.
d. memanfaatkan air tanah dalam dengan potensi yang mencukupi dengan
perijinan dan pengawasan oleh instansi yang berwenang.

Strategi penyediaan, pengembangan dan peningkatan pelayanan air bersih bagi


kelompok pengguna, meliputi :
a. menggunakan sumber air yang telah ada dan telah memenuhi syarat air
bersih, dan apabila perlu debit pemakaian sumber air yang ada dapat
ditambah.
b. menerapkan pendistribusian air bersih dengan sistem gravitasi dan sistem
perpompaan yang disesuaikan dengan karakteristik wilayah.

Strategi pengendalian banjir di wilayah-wilayah yang terdampak banjir, meliputi :


a. melakukan koordinasi dengan kabupaten dan kota lain dalam pengendalian
banjir;
b. mengendalikan banjir dengan pembangunan infrastruktur pengendali banjir;
c. melakukan konservasi tanah dan air di Daerah Aliran Sungai (DAS);
d. menata ruang di Daerah Aliran Sungai (DAS); dan
e. menumbuhkan partisipasi masyarakat yang didukung adanya penegakan
hukum.

B. Kebijakan dan strategi pengembangan prasarana sistem pengelolaan lingkungan,


meliputi :
a. pengelolaan sistem jaringan persampahan yang ramah lingkungan;

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-26
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

b. pengoptimalan sistem sanitasi lingkungan yang sudah ada dan


pengembangan sistem sanitasi individual dan komunal yang diarahkan pada
sistem publik;
c. penyediaan dan peningkatan pelayanan air bersih; dan
d. pengelolaan sistem drainase sebagai solusi pengendalian banjir.

Strategi pengelolaan sistem jaringan persampahan yang ramah lingkungan,


meliputi :
a. mengidentifikasi lokasi pembuangan akhir yang sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan wilayah;
b. membuat zona penyangga di sekeliling kawasan Tempat Pemrosesan Akhir

(TPA);
c. membatasi penggunaan lahan untuk budidaya atau permukiman baru pada
kawasan disekitar TPA;
d. meningkatkan teknologi pengkomposan sampah organik, teknologi daur ulang

sampah non organik, teknologi pembakaran sampah dengan incinerator serta


teknologi sanitary landfill;
e. meningkatkan dan menguatkan kapasitas kelembagaan pengelolaan
persampahan;
f. meningkatkan dan menerapkan sistem 3R dalam upaya mengurangi volume
sampah;
g. mengembangkan kemitraan dengan swasta dan kerjasama dengan kabupaten

dan kota sekitarnya yang berkaitan dalam pemrosesan sampah dan


penyediaan TPA Terpadu Regional;
h. meningkatkan capaian pelayanan persampahan di perkotaan dan perdesaan;
i. mengembangkan teknologi lingkungan dan kelembagaan yang mampu

menekan atau menghemat pemanfaatan konsumsi sumberdaya alam;


j. pemrosesan sampah dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan;
k. meningkatkan kinerja pengoperasian sistem pengangkutan sampah, dan
sistem pengelolaan TPA dengan meningkatkan peran serta masyarakat dan
swasta; dan
l. menerapkan prinsip pemulihan biaya dalam pengelolaan sampah.

Strategi pengoptimalan sistem sanitasi lingkungan yang sudah ada dan


pengembangan sistem sanitasi individual dan komunal yang diarahkan pada
sistem publik, meliputi :
a. mengembangkan, meningkatkan, dan menangani sanitasi lingkungan untuk
permukiman, produksi, jasa, dan kegiatan sosial ekonomi lainnya dengan

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-27
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

fasilitas sanitasi sistem individual dan sistem komunal di wilayah perkotaan


dan perdesaan; dan
b. mengembangkan, meningkatkan, dan menangani sistem pengolahan limbah
bahan beracun dan berbahaya.
c. melakukan monitoring dan pengawasan terhadap limbah cair yang di buang
ke badan air melalui inventarisasi jenis limbah.

Strategi penyediaan dan peningkatan pelayanan air bersih, meliputi :


a. menata dan menangani zona pelayanan air bersih di kawasan eksisting
maupun wilayah pengembangan permukiman dan pusat-pusat pertumbuhan;
b. mengembangkan, meningkatkan dan menata sistem pelayanan air bersih
perkotaan yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM); dan
c. mengembangkan, meningkatkan dan menata sistem pelayanan air bersih
sederhana di perdesaan yang belum terjangkau Himpunan Penduduk Pemakai
Air Minum (HIPPAM).
Strategi pengelolaan sistem drainase sebagai solusi pengendalian banjir, meliputi
:
a. menata kawasan permukiman sebagai daerah resapan dengan pengaturan
Koefisien Dasar Ba
b. ngunan (KDB).
c. melakukan penanganan saluran primer melalui program kali bersih,
normalisasi, dan perawatan lainnya.
d. melakukan pembangunan sistem drainase yang terpadu dengan
pembangunan prasarana kota lainnya, yang mendukung rencana
pengembangan wilayah sehingga sistem drainase dapat berfungsi secara
optimal.
C. Kebijakan dan strategi pengembangan prasarana lainnya, meliputi prasarana
pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan, pemerintahan, taman dan
olah raga, seni dan budaya, dan prasana pemakaman.
Strategi pengembangan prasarana lainnya, meliputi :
a. mengembangkan dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana yang ada;
dan
b. mengembangkan pembangunan prasarana baru.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-28
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Kebijakan Dan Strategi Penetapan Pola Ruang Wilayah Kabupaten

Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Gresik ditampilkan pada Gambar 2.5 dan
Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Gresik disajikan pada Gambar 2.6, yang
dijelaskan sebagai berikut:

Kebijakan dan Strategi Pemantapan Kawasan Lindung

A. Kebijakan pemantapan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap


kawasan bawahannya, dilakukan dengan pemantapan keberadaan kawasan
resapan air di Kabupaten Gresik.
Strategi pemantapan keberadaan kawasan resapan air di Kabupaten Gresik,
meliputi :
a. mempertahankan fungsi hutan produksi, pertanian, perkebunan, dan
kawasan suaka alam sebagai daerah tangkapan air bagi Kabupaten Gresik;
b. melakukan sosialisasi pentingnya fungsi hutan produksi dan kawasan
suaka alam sebagai daerah tangkapan air bagi Kabupaten Gresik kepada
seluruh lapisan masyarakat;
c. melakukan konservasi kawasan hutan yang sekaligus berfungsi sebagai
kawasan penyangga dan resapan air di masing-masing DAS sebagai
potensi air baku;
d. melakukan revitalisasi fungsi DAS baik yang telah maupun yang berpotensi
mengalami deforestrasi;
e. melakukan konservasi tanah dan air berupa terasiring, bangunan terjun,
dam penahan, dam pengendali sedimen, penghijauan dan reboisasi;
f. melakukan perlindungan, penataan, dan penanganan kawasan resapan air
di kawasan hilir sungai melalui penghijauan dan pembuatan sumur resapan
di kawasan permukiman yang sekaligus berfungsi sebagai pengendali
banjir; dan
g. melakukan perlindungan, penataan, dan pengaturan sumber-sumber air
baku permukaan dan sumber air baku tanah dalam melalui penataan
wilayah tata air.
B. Kebijakan pemantapan kawasan perlindungan setempat, meliputi :
a. pelestarian dan pemantapan fungsi lindung pada kawasan sempadan sungai
dari bahaya kerusakan ekologi;
b. pelestarian dan pemantapan fungsi lindung pada kawasan sekitar waduk dan
danau dari bahaya kerusakan ekologi;
c. pelestarian dan pemantapan fungsi lindung pada kawasan sempadan sekitar
mata air dari bahaya kerusakan ekologi;
d. penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik dengan luas 20% (dua puluh
persen) dari luas kawasan perkotaan; dan
BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI
II-29
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

e. Penyediaan RTH perkotaan privat dengan luas 10% dari luas kawasan
perkotaan.

Strategi pelestarian dan pemantapan fungsi lindung pada kawasan sempadan


sungai dari bahaya kerusakan ekologi, meliputi :
a. membatasi kegiatan yang tidak berkaitan dengan perlindungan sempadan
sungai yang dapat mengganggu atau merusak kualitas air, kondisi fisik
sungai dan alirannya;
b. menetapkan batas kawasan perlindungan sempadan sungai;
c. mengawasi dan mengamankan sempadan sungai untuk menghindari adanya
aktivitas pendirian bangunan kecuali untuk bangunan inspeksi;
d. mengamankan daerah hulu dari erosi akibat terkikisnya lapisan tanah oleh
air hujan, sehingga dapat dicegah terjadinya sedimentasi di sungai, dengan
cara menghindari kegiatan pembukaan lahan pada musim hujan; dan
e. mengupayakan pembangunan mengikuti kontur alam, mempertahankan
tatanan yang telah ada, menghindari aliran permukaan terbuka yang
memotong kontur, serta penghijauan pada daerah kritis.

Strategi pelestarian dan pemantapan fungsi lindung pada kawasan sekitar


waduk dan danau dari bahaya kerusakan ekologi, meliputi :
a. membatasi kegiatan yang diperbolehkan di sekitar waduk dan danau, agar
tidak mengganggu fungsi waduk akibat rusaknya sempadan waduk,
diantaranya balai penelitian dan bangunan pengolahan air;
b. menetapkan batas lapangan kawasan perlindungan waduk dan danau;
c. mengoptimalkan pengembangan kawasan melalui peningkatan nilai
ekonomi kawasan melalui pemanfaatan sekitar danau dan waduk sebagai
sumber air irigasi, sumber air bersih, pembangkit tenaga listrik serta
kegiatan pariwisata dengan tetap memperhatikan keseimbangan pasokan
air dan kebutuhan masyarakat setempat;
d. merencanakan pengaturan pola ruang dan arahan kegiatan di sekitar
kawasan waduk dan danau;
e. mengembangkan kawasan hutan di sempadan waduk yang telah
mengalami kerusakan melalui program rehabilitasi, reboisasi, dan
konservasi; dan
f. mengamankan daerah hulu dari erosi akibat terkikisnya lapisan tanah oleh
air hujan.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-30
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Strategi pelestarian dan pemantapan fungsi lindung pada kawasan sempadan


sekitar mata air dari bahaya kerusakan ekologi, meliputi :
a. membatasi kegiatan yang tidak berkaitan dengan perlindungan sekitar
mata air;
b. menetapkan batas lapangan kawasan perlindungan sekitar mata air yang
disesuaikan dengan lokasi, volume dan fungsi utama;
c. mengelola zona pemanfaatan kawasan sekitar mata air berdasarkan
tipologi kawasan sekitar mata air;
d. melindungi kawasan sekitar mata air dan mengutamakan penanaman
vegetasi yang memberikan perlindungan mata air; dan
e. mengatur pola ruang dan arahan kegiatan di sekitar mata air berdasarkan
tipologi kawasannya antara lain badan air dari mata air, perlindungan
daerah tangkapan mata air.

Strategi penyediaan RTH dengan luas paling sedikit 20% (dua puluh persen)
dari luas kawasan perkotaan, meliputi:
a. peningkatan jumlah, jenis, dan distribusi spasial RTH;
b. konversi lahan bekas tambang menjadi RTH; dan
c. pengendalian konversi kawasan lindung.

Strategi penyediaan RTH perkotaan dengan luas paling sedikit 10% (sepuluh
persen) dari luas kawasan perkotaan meliputi:
a. mengupayakan terpenuhinya koefisien dasar hijau untuk masing-masing
fungsi kegiatan berdasarkan ketentuan umum peraturan zonasi;
b. mengutamakan pemenuhan besaran koefisien dasar hijau pada setiap
perizinan pembangunan.

C. Kebijakan pemantapan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar


budaya meliputi :
a. pelestarian dan pemantapan fungsi lindung pada kawasan pantai berhutan
bakau;
b. pelestarian dan pemantapan fungsi lindung pada kawasan cagar alam;
c. pelestarian dan pemantapan fungsi lindung pada kawasan suaka
margasatwa; dan
d. pelestarian dan pemantapan fungsi lindung pada kawasan cagar budaya
dan ilmu pengetahuan.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-31
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Strategi pelestarian dan pemantapan fungsi lindung pada kawasan pantai


berhutan bakau, meliputi :
a. menetapkan kawasan pantai berhutan bakau melalui kegiatan penataan
batas di lapangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
b. mengawasi dan memantau pelestarian kawasan pantai berhutan bakau
dengan menerapkan program pengelolaan bersama masyarakat;
c. mengatur berbagai usaha dan kegiatan yang dapat mempertahankan
fungsi lindung kawasan pantai berhutan bakau, serta mencegah
berkembangnya berbagai usaha dan kegiatan yang mengganggu fungsi
lindung; dan
d. merestorasi kawasan pantai berhutan bakau yang mengalami deforestasi.

Strategi pelestarian dan pemantapan fungsi lindung pada kawasan cagar


alam, meliputi :
a. menetapkan kawasan pantai cagar alam melalui kegiatan penataan batas
di lapangan sesuai dengan peraturan perundangan;
b. mengawasi dan memantau pelestarian kawasan cagar alam dengan
menerapkan program pengelolaan bersama masyarakat;
c. mengatur berbagai usaha dan kegiatan yang dapat mempertahankan
fungsi lindung kawasan cagar alam, serta mencegah berkembangnya
berbagai usaha dan kegiatan yang mengganggu fungsi lindung; dan
d. merestorasi kawasan cagar alam yang mengalami deforestasi.

Strategi pelestarian dan pemantapan fungsi lindung pada kawasan suaka


margasatwa, meliputi :
a. menetapkan kawasan suaka margasatwa melalui kegiatan penataan batas
di lapangan sesuai dengan peraturan perundangan;
b. mengawasi dan memantau pelestarian kawasan suaka margasatwa dengan
menerapkan program pengelolaan bersama masyarakat;
c. mengatur berbagai usaha dan kegiatan yang dapat mempertahankan
fungsi lindung kawasan suaka margasatwa, serta mencegah
berkembangnya berbagai usaha dan kegiatan yang mengganggu fungsi
lindung; dan
d. merestorasi kawasan suaka margasatwa yang mengalami deforestasi.

Strategi untuk pelestarian dan pemantapan fungsi lindung pada kawasan


cagar budaya dan ilmu pengetahuan, meliputi:

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-32
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

a. melestarikan bangunan kuno yang masih terdapat di berbagai desa dan


kelurahan yang ada di Kabupaten Gresik;
b. menjaga keaslian bentuk bangunan kuno;
c. memanfaatkan kawasan cagar budaya sebagai kawasan wisata;
d. melindungi bangunan peninggalan sejarah tersebut; dan
e. menetapkan dalam peraturan yang terdapat di rencana tata ruang wilayah.

D. Kebijakan kawasan rawan bencana alam, dilakukan melalui pengembangan


upaya pencegahan dan penanganan kawasan rawan banjir.

Strategi pengembangan upaya pencegahan dan penanganan kawasan rawan


banjir, meliputi :
a. pengendali banjir, normalisasi sungai, dan membuat bangunan-bangunan
pelindung tebing pada tempat yang rawan longsor;
b. menyediakan sistem peringatan dini;
c. memberdayakan masyarakat di sekitar kawasan rawan bencana dalam
kaitannya dengan upaya penyelamatan;
d. menyediakan jalur-jalur evakuasi bencana
e. menyediakan lokasi pengungsian sementara;
f. melakukan konservasi tanah dan air di DAS hulu;
g. menata ruang dan rekayasa di DAS hulu;
h. menegakan hukum dalam mentaati ketentuan menyangkut tata ruang dan
pola pembudidayaan dataran banjir dan DAS hulu;
i. menghindari terjadinya penyempitan dan pendangkalan alur sungai akibat
adanya sampah padat termasuk bangunan, hunian liar dan tanaman di
bantaran sungai; dan
j. menetapkan sempadan sungai yang didukung oleh penegakan hukum.

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya

A. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya, meliputi :


a. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan peruntukan hutan
produksi;
b. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan pertanian;
c. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan perkebunan;
d. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan perikanan;
e. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan pertambangan;
f. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan industri;
g. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan pariwisata;
h. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan permukiman; dan

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-33
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

B. Kebijakan kawasan peruntukan permukiman, yaitu pengembangan kawasan


permukiman yang nyaman, aman, dan seimbang serta mempertimbangkan
daya dukung lingkungan.
Strategi pengembangan kawasan permukiman yang nyaman, aman dan
seimbang serta mempertimbangkan daya dukung lingkungan, meliputi :
a. mengendalikan pemanfaatan ruang permukiman perdesaan terutama di
kawasan lindung;
b. mengembangkan permukiman perdesaan disesuaikan dengan karakter
fisik, sosial-budaya dan ekonomi masyarakat perdesaan;
c. meningkatkan kualitas permukiman khususnya di kawasan perkotaan;
d. mengembangkan perumahan terjangkau khususnya di kawasan perkotaan;
e. menyediakan sarana dan prasarana permukiman perdesaan dan perkotaan;
f. mengembangkan kasiba dan lisiba mandiri;
g. meningkatkan penyediaan hunian serta penyediaan sarana dan prasarana
dasar bagi rumah sederhana sehat;
h. mengembangkan dan menerapkan inovasi teknologi tepat guna bidang
perumahan;
i. meningkatkan capaian pelayanan perumahan di perkotaan dan perdesaan
serta implementasi regulasi jasa konstruksi, pembangunan dan pengelolaan
bangunan gedung dan rumah negara;
j. meningkatkan implementasi teknologi dan industri perumahan;
k. meningkatkan implementasi regulasi jasa konstruksi, pembangunan, dan
pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara;
l. meningkatkan kualitas perumahan serta prasarana dan sarana dasar
lingkungan permukiman di daerah perdesaan, kawasan agropolitan, dan
kawasan perbatasan;
m. meningkatkan peran pihak swasta dan masyarakat dalam penyediaan
perumahan agar tercipta pasar primer yang sehat;
n. mengembangkan kawasan perumahan skala besar yang ditunjang dengan
peningkatan penyediaan tanah untuk peningkatan pengembangan kawasan
permukiman di perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan rencana tata
ruang;
o. mengembangkan pembangunan perumahan dan permukiman yang
bertumpu pada keswadayaan masyarakat; dan
p. meningkatkan kualitas perumahan serta prasarana dan sarana dasar
lingkungan permukiman di daerah perdesaan, kawasan agropolitan, dan
kawasan perbatasan, serta penurunan luasan kawasan kumuh.

C. Kebijakan kawasan peruntukan lainnya meliputi :


a. Pengembangan kawasan peruntukan perdagangan dan jasa; dan

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-34
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

b. Pengembangan ruang untuk sector informal.

Strategi pengembangan kawasan perdagangan dan jasa, meliputi:


a. mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan perdagangan dan jasa
terutama di kawasan lindung dan kawasan rawan bencana ;
b. memanfaatkan dan mengelola kawasan peruntukan perdagangan dan jasa
yang didukung oleh ketersediaan sarana antara lain tempat parkir umum,
bank/ATM,pos polisi, pos pemadam kebakaran, kantor pos pembantu,
tempat ibadah, dan sarana penunjang kegiatan komersial serta kegiatan
pengunjung;
c. mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa di sepanjang jalan arteri
primer, arteri sekunder, dan kolektor primer.
d. ketentuan kegiatan perdagangan dan jasa diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati.
Strategi pengembangan ruang sektor informal, meliputi:
a. mengembangkan kegiatan perdagangan berupa pedagang kaki lima
dikembangkan di kawasan-kawasan wisata; dan
b. ketentuan kegiatan perdagangan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-35
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Gambar 2.5. Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Gresik

Sumber : RTRW Kab. Gresik 2010-2030

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-36
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Gambar 2.6. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Gresik

Sumber : RTRW Kab. Gresik 2010-2030

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-37
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

2.2 Kemajuan pelaksanaan SSK

Kemajuan pelaksanaan SSK Kabupaten Gresik diukur dengan cara mereview Buku
Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik yang telah disusun pada tahun
2011 serta Memorandum Program sanitasi yang disusun tahun 2012. Status
implementasi SSK untuk 3 (tiga) subsektor utamanya yaitu air limbah, persampahan
dan drainase.

A. Subsektor Air Limbah domestik

Implementasi SSK pada subsektor air limbah domestik dapat diketahui kemajuannya
sesuai dengan Tabel 2.13.
Tabel 2.13. Kemajuan pelaksanaan SSK untuk air limbah domestik
SSK (periode sebelumnya) Thn 2012 Thn 2016 SSK (saat ini)
Data
Tujuan Sasaran Status saat ini
dasar*
(1) (2) (3) (4)
Meningkatkan 1. Tersedianya 2 dokumen 1. 33% 1. 28,4% penduduk
lingkungan yang perencanaan pengelolaan air penduduk BABS (Study EHRA
sehat dan bersih di limbah domestik dan industri melaku- 2015)
Kabupaten Gresik rumah tangga skala kabupaten kan BABS 2. Kepemilikan
melalui pengelolaan pada akhir tahun 2013 2. Kepemili- jamban dengan
air limbah domestik 2. Meningkatnya cakupan kan tanki septik dan
dan industri rumah kepemilikan jamban keluarga jamban sewer meningkat
tangga yang dengan penggunaan tangki dengan menjadi 86,9%
berwawasan septik dari 67 % menjadi 80 tangki 3. Jumlah IPAL
lingkungan % untuk rumah tangga septic komunal yang
miskin pada akhir tahun 2016 67% dibangun sebanyak
3. Meningkatnya jumlah dan 3. Jumlah 90 unit
cakupan layanan pengelolaan system 4. Terbangunnya
air limbah secara komunal komunal IPLT tahun 2014
dari 3 unit menjadi 50 unit di 3 unit
wilayah padat kumuh miskin 4. Belum
kabupaten di akhir tahun punya
2016. master-
4. Tersedianya dan berfungsinya plan air
IPAL Komunal untuk industri limbah
rumah tangga menjadi 30 5. belum ada
unit pada akhir tahun 2014 pengeloa
5. Tersedianya dan berfungsinya an air
2 unit layanan pengelolaan limbah
Air Limbah Domestik skala system
kabupaten pada akhir tahun terpusat
2016
Sumber : Buku Putih Sanitasi Gresik 2011, SSK Gresik 2011 dan Laporan EHRA
Gresik 2015

Catatan:
*) Berdasarkan Buku Putih periode sebelumnya

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-38
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

**) Perbedaan dari target yang telah ditetapkan (menggunakan data dasar sebagai
dasar perhitungannya)
Dari tabel di atas terlihat bahwa terjadi pengurangan BABS yang semula 33% pada
tahun 2011 berkurang menjadi 28,4% pada awal tahun 2015 (sesuai hasil survei
EHRA 2015). Rencana pembangunan IPAL komunal sebanyak 50 unit pada akhir
2016 terealisasi sebanyak 90 unit pada akhir tahun 2014, implementasi
pembangunan IPAL komunal ini melebihi target yang direncanakan.

B. Subsektor Persampahan

Implementasi SSK pada subsektor persampahan dapat diketahui kemajuannya


sesuai dengan Tabel 2.14.
Tabel 2.14. Kemajuan pelaksanaan SSK untuk persampahan
SSK (periode sebelumnya) Thn 2012 Thn 2016 SSK (saat ini)
Data
Tujuan Sasaran Status saat ini
dasar*
(1) (2) (3) (4)
Mewujudkan 1. Tersedianya 3 1. Pelayanan- 1. Pengelolaan
lingkungan yang dokumen an persam- sampah yang
sehat , nyaman dan perencanaan sistem pahan memadai
bersih di Kabupaten Persampahan sebesar mencapai
Gresik melalui Kabupaten yang 17,25% 41,6% (Hasil
peningkatan kualitas terintegrasi di akhir 2. Belum study EHRA
dan kuantitas tahun 2013 punya 2015)
pengelolaan sampah 2. Meningkatnya masterplan 2. Sudah ada
yang berwawasan efektifitas cakupan persampah masterplan
lingkungan untuk layanan pengelolaan an persampahan
seluruh kabupaten di persampahan dari 3. pengurang- 3. Pengurangan
atas Standar 17,25% menjadi an sampah sampah
Pelayanan 70% pada akhir sebesar 1% sebesar 1,8%
Minimum/SPM. tahun 2016
3. Terwujudnya
pengurangan
sampah sebesar
20% di Tahun 2016
Sumber : Buku Putih Sanitasi Gresik 2011, SSK Gresik 2011 dan Laporan EHRA
Gresik 2015

Catatan:
*) Berdasarkan Buku Putih periode sebelumnya
**) Perbedaan dari target yang telah ditetapkan (menggunakan data dasar sebagai
dasar perhitungannya)

Dari tabel 2.14 dapat diketahui bahwa target pelayanan persampahan sebesar 70%
pada tahun 2016 baru tercapai 41,6% pada tahun 2015. Target penyusunan

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-39
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

masterplan pada tahun 2013 sudah tercapai, pengurangan sampah 20% pada
tahun 2016 hanya tercapai 1,8% pada tahun 2015.
C. Subsektor Drainase

Implementasi SSK pada subsektor drainiase dapat diketahui kemajuannya sesuai


dengan Tabel 2.15.
Tabel 2.15. Kemajuan pelaksanaan SSK untuk drainase
SSK (periode sebelumnya) Thn 2012 Thn 2016 SSK (saat ini)
Data
Tujuan Sasaran Status saat ini
dasar*
(1) (2) (3) (4)
Meningkatkan 1. Tersedianya 2 1. Luas 1. Sudah ada
lingkungan yang dokumen genangan masterplan
sehat dan bersih di perencanaan sistem sebesar drainase
Kabupaten Gresik drainase kabupaten 391,61 Ha perkotaan
melalui penyediaan yang terintegrasi di 2. Belum 2. Luas genangan
sarana dan prasarana akhir tahun 2013 mempu- sebesar 633 Ha
drainase. 2. Berkurangnya luas nyai
genangan di dokumen
wilayah kota perencan
Kabupaten Gresik aan
dari 391,611 Ha drainase
menjadi 100 Ha (master-
dengan plan)
memprioritaskan
penanganan di
wilayah permukiman
di akhir Tahun 2016
Sumber : Buku Putih Sanitasi Gresik 2011, SSK Gresik 2011 dan Laporan EHRA
Gresik 2015

Catatan:
*) Berdasarkan Buku Putih periode sebelumnya
**) Perbedaan dari target yang telah ditetapkan (menggunakan data dasar sebagai
dasar perhitungannya)

Dari tabel 2.15. terlihat bahwa tidak terjadi pengurangan luas genangan dari
rencana semula 391,11 Ha menjadi 633 Ha. Hal ini dikarenakan terjadinya
perubahan iklim yang menyebabkan curah hujan meningkat sedangkan kemampuan
tanah untuk menyerap air hujan berkurang. Target penyusunan dokumen
perencanaan drainase pada tahun 2013 sudah terpenuhi dengan disusunnya
masterplan drainase perkotaan pada tahun 2011.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-40
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

3.3. Profil Sanitasi Saat Ini


A. Air Limbah Domestik
Limbah cair grey water di kabupaten gresik sesuai data study EHRA 2015
dengan kepemilikan sanitasi dasar SPAL menunjukan jumlah keluarga
memiliki SPAL 86,30% , sehingga masih ada 13,70% belum memiliki SPAL .
86,30% SPAL dimaksud adalah saluran drainase kedap air, dan sisanya
dibuang di saluran tidak kedap air / halaman rumah.
Produksi limbah cair rumah tangga secara keseluruhan mencapai 70% - 80
% dari pemakaian air bersih dimana rata-rata penggunaan air 100
L/orang/hari. Dengan jumlah penduduk Kabupaten Gresik tahun 2014
sebesar 1.316.717 jiwa maka produksi limbah cair sebesar 105.337.360
L/hari atau 105.337 m /hari.
3

Berdasarkan hasil study EHRA 2015 dapat diketahui persentase


pembuangan air kotor/ limbah tinja manusia dan lumpur tinja di Kabupaten
Gresik sesuai dengan grafik 2.1.

Grafik 2.1 Persentase Tempat Buang Air Besar

Responden yang buang air besar ke jamban pribadi sesuai grafik 2.1 sebesar
95,33%, di MCK sebanyak 1,64%, dan responden yang masih buang air besar
sembarangan sebesar 3,0% (WC helikopter, sungai, kebun, selokan).

Tempat penyaluran akhir tinja responden pada studi EHRA di


Kabupaten Gresik disalurkan pada 6 (enam) tempat seperti yang tertera pada
grafik 2.2, antara lain sebanyak 85,1% telah dibuang ke tangki septik, sebanyak
1,8% masuk ke pipa sewer, sebanyak 7,2% disalurkan ke cubluk/ lobang

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-41
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

tanah, sebanyak 2,1% dibuang langsung ke drainase, sebanyak 0,5% dibuang ke


sungai dan sebanyak 3,4% tidak mengetahui dibuang kemana.

Grafik 2.2 Tempat Penyaluran Akhir Tinja

Grafik 2.3. Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik

Berdasarkan Grafik 2.2 dan 2.3 dijelaskan bahwa dari 85,1% responden
yang membuang tinja ke tangki septic, sebanyak 74,4% tidak pernah dilakukan
pengurasan, 5,9% dilakukan pengurasan antara 5 s.d 10 tahun, 7,9% dilakukan
pengurasan 1-5 tahun yang lalu dan 6,7% dilakukan 0-12 bulan yang lalu.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-42
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Sedangkan berdasarkan strata, rumah tangga yang tidak pernah


melakukan pengurasan tanki septic pada strata 1 sebesar 80,4%, strata 2
sebesar 67,1%, strata 3 sebesar 77,3%, strata 4 sebesar 91,9%.

Grafik 2.4 Praktik Pengurasan Tanki Septik

Pada grafik 2.4, responden yang melakukan pengurasan tangki septik di


Kabupaten Gresik sebanyak 65,3% dikuras dengan layanan sedot tinja, sisanya
dilakukan pengurasan dengan membayar tukang dan dikosongkan sendiri.

Sedangkan di berdasarkan strata yang melakukan layanan sedot tinja


pada strata 1 sebesar 78,1%, strata 2 sebesar 64,9%, strata 3 sebesar
51,7%, strata 4 sebesar 50%.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-43
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Grafik 2.5 Persentase Tanki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman

Berdasarkan Grafik 2.5 di Kabupaten Gresik persentase tangki septik


yang aman adalah 44,2% sedangkan sisanya tangki septik tidak aman sebesar
55,8%. Sedangkan berdasarkan strata, tanki septik yang tidak aman tertinggi
berada pada strata 2 yaitu sebesar 60,9%.

1. Sistem dan infrastruktur

Sistem air limbah eksisting yang ada di Kabupaten Gresik serta jenis dan
jumlah infrastruktur yang telah dibangun disajikan dalam bentuk DSS pada Tabel
2.16. Dari tabel 2.16 dapat diketahui bahwa masih ada pengelolaan air limbah di
masyarakat yang tidak baik / mencemari lingkungan, diantaranya pembuangan
black water di sungai, WC helicopter, di kolam, selokan dan sebagainya. Selain
pengelolaan air limbah yang kurang baik juga ada yang dikelola dengan baik melalui
IPAL komunal, tangki septic dan dilakukan penyedotan lumpur tinja untuk diolah
melalui IPLT.

Sedangkan data layanan air limbah domestik disajikan pada Tabel 2.17 dan
Peta cakupan akses dan sistem layanan air limbah domestik disajikan pada Gambar
2.7.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-44
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Tabel 2.16. Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik Kabupaten Gresik

Sumber : Hasil analisa pokja Sanitasi Gresik 2015


BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI
II-45
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Tabel 2.17 Cakupan layanan air limbah domestik saat ini di Kabupaten Gresik
Sanitasi tidak layak Sanitasi Layak
Sistem Onsite Sistem Offsite
BABS*
Nama Sistem Berbasis Komunal Skala Kawasan / terpusat
No Kecamatan Cubluk***, Cubluk aman MCK MCK Tangki IPAL Sambungan Rumah yg
jamban tidak (KK)/Jamban /Jamban Komunal**** Septik Komunal berfungsi (KK)
(KK) aman** keluarga dg tangki Bersama (KK) Komunal > (KK)
(KK) septik aman (KK ) 10 KK
(KK) (KK)
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vii) (ix) (x) (xi) (xii)
1. Wilayah Perdesaan
1 Wringinanom 0 1.573 15.614 63
2 Driyorejo 888 7.573 9.953 315
3 Kedamean 367 4.471 7.290 2.181
4 Menganti 330 1.032 25.729 503
5 Cerme 400 962 16.014 354
6 Benjeng 978 7.541 6.227 432
7 Balongpanggang 20 3.241 9.868 566 125
8 DudukSampeyan 1.191 322 9.676 1.240
9 Bungah 987 2.134 12.059 97
10 Sidayu 256 93 10.075 119
11 Dukun 273 586 14.473 108
12 Panceng 209 1.439 9.281 456
13 Ujungpangkah 739 1.855 8.347 276
14 Sangkapura 381 2.174 9.187 1.064
15 Tambak 307 755 6.603 304
2. Wilayah Perkotaan
1 Kebomas 319 97 21.446 2.846 165 1492 1492
2 Gresik 1.056 12 19.658 0 888 1935 1935
3 Manyar 1.269 3.151 21.366 944 500 932 932
4 Wringinanom 0 2 1.555 0
BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI
II-46
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Sanitasi tidak layak Sanitasi Layak


Sistem Onsite Sistem Offsite
BABS*
Nama Sistem Berbasis Komunal Skala Kawasan / terpusat
No Kecamatan Cubluk***, Cubluk aman MCK MCK Tangki IPAL Sambungan Rumah yg
jamban tidak (KK)/Jamban /Jamban Komunal**** Septik Komunal berfungsi (KK)
(KK) aman** keluarga dg tangki Bersama (KK) Komunal > (KK)
(KK) septik aman (KK ) 10 KK
(KK) (KK)
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vii) (ix) (x) (xi) (xii)
5 Driyorejo 0 1.780 5.514 33
6 Kedamean 0 359 921 263
7 Menganti 12 17 1.999 11 250
8 Cerme 28 0 2.671 0
9 Benjeng 129 733 174 7
10 Balongpanggang 0 336 1.074 10
11 DudukSampeyan 12 10 829 9
12 Bungah 0 38 1.845 8
13 Sidayu 1 36 235 3
14 Dukun 100 17 1.927 24
15 Panceng 33 30 1.587 143
16 Ujungpangkah 133 383 1.094 9
17 Sangkapura 55 362 1.158 194
18 Tambak 25 120 1.085 40
Sumber : Dinkes, Dinas Pu Kab. Gresik dan Analisa Pokja Sanitasi Kabupten Gresik
* Yang termasuk BABS: BAB langsung di kebun, kolam, laut, sungai, sawah/ladang, dsb.
** Tidak Aman: tangki septik tidak sesuai kriteria SNI atau tidak mempunyai tangki septik sama sekali
***Cubluk dikategorikan tidak aman bila dibangun di area dengan kepadatan > 50 orang/Ha dan jarak terhadap sumber air bersih yg bukan perpipaan < 10 m.
****MCK Komunal: cakupan layanan 10 200 KK baik dengan tangki septik, biofilter dan dapat dilengkapi dengan biodigester. Termasuk didalamnya toilet bergerak
(mobile toilet).

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-47
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Dari tabel 2.17. diatas terlihat bahwa hanya ada satu kecamatan yaitu Wringinanom yang
sudah ODF (Open Defecation Free) atau bebas BABS sedangkan total KK yang BABS
sebanyak 10.497 KK. Sedangkan pemakaian jamban didominasi oleh jamban pribadi dengan
tangki septik selain itu juga sudah memanfaatkan sistem offsite yang berupa IPAL komunal
yang berada di wilayah perkotaan.

Kondisi sarana dan prasarana air limbah domestik dapat dilihat pada Tabel 2.18.
Berdasarkan Tabel 2.18 dapat diketahui bahwa sebagian besar kondisi prasarana dan sarana
pengelolaan air limbah domestik berfungsi dengan baik. Jumlah MCK+ ada 17 dimana 15
berfungsi dengan baik sedangkan 2 tidak berfungsi dengan baik/berubah fungsi. Jumlah
IPAL komunal ada 90 unit dan semuanya berfungsi denga baik. Kabupaten Gresik juga
sudah mempunyai IPLT yang dibangun pada tahun 2014 dan akan dioperasikan pada akhir
tahun 2015 dengan kapasitas 45 m3/hari.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-48
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Tabel 2.18. Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik
Kondisi
Jumlah/
No Jenis Satuan Tdk Keterangan
Kapasitas Berfungsi
berfungsi
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)
SPAL Setempat (Sistem Onsite)
1 Berbasis komunal
- MCK Komunal unit 0 0 0
Berubah
MCK + Unit 17 15 2 fungsi menjadi
Kos-kosan
2. Truk Tinja unit 1 1 0
3 IPLT : kapasitas m3/hari 45
SPAL Terpusat (Sistem Offsite)
1 Berbasis komunal
- Tangki septik komunal
>10KK unit 0 0 0

- IPAL Komunal unit 90 90 0


2 IPAL Kawasan/Terpusat
- kapasitas m3/hari 3x80 1 0
- sistem ABR 1 0

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan hasil analisa Pokja Kab. Gresik 2015

Cakupan akses dan sistem layanan air limbah domestik dijelaskan pada gambar 2.7.
Dari gambar 2.7 dapat diketahui bahwa jumlah IPAL komunal yang dibangun di
Kabupaten Gresik berjumlah 90 unit yang tersebar di 3 kecamatan wilayah
perkotaan yaitu Kecamatan Gresik, Kebomas dan Manyar. Hanya ada 11 kecamatan
yang sudah ODF yaitu Kecamatan Wringinanom. Lokasi IPLT ada di desa Betoyoguci
Kecamatan Manyar yang dibangung pada tahun 2014. Semua kecamatan masih ada
pengelolaan air limbah dengan cubluk dan tangki septic individu.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-49
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Gambar 2.7. Peta cakupan akses dan sistem layanan air limbah domestik

BABS 332 Cubluk 876 KK,


KK A B tangki septic
7689 KK

A B
BABS 436 KK
Cubluk 2536
KK, tangki
septic 10345 KK

Sistem A : BABS
Sistem B : sistem setempat (on site)
Sistem C : Sisem komunal
Sistem D : Sistem terpusat (off site)

BABS 872 KK
BABS 242 KK
A Cubluk 2239 KK, tangki
A
Cubluk 1469 KK, tangki septic 9441 KK
B
septic 10868 KK B
BABS 257 KK
C
BABS 3725 Cubluk 130 KK, tangki
KK A septic 10309 KK
B
Cubluk 603 KK, tangki A
septic 16400 KK BABS 1269 KK
B
` Cubluk 3151 KK, tangki
IPAL Komunal 15
septic 21366 KK
unit/ 973 KK

MCK++ 9
MCK++ 2 unit /375 KK A
B unit /911 KK
D
IPAL komunal 24
unit /1985 KK
IPLT
BABS 1203 KK A
B MCK++ 2 unit /
165 KK
Cubluk 332 KK, C IPAL Komunal 21
tangki septic
10505 KK unit/ 2.468 KK
C Cubluk individu
Cubluk 8274 KK, tangki
septic 6401 KK 962 KK

B B Tangki septic
BABS 1107 KK A individu 18.685 KK
A
A BABS 427 KK
BABS 21 KK BABS 355 KK
A
Tangki septic Tangki septic
individu 11185 KK B B individu 28.069 KK

Cubluk individu Cubluk individu


3346 KK 958 KK
B
A
Jamban
bersama 69 KK Cubluk 9221 KK, tangki
B septic 15569 KK
Tangki septic individu BABS 915 KK
16.948 KK
Cubluk
individu 1791
KK

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-50
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Sumber : Analisa Pokja Sanitasi Gresik

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-51
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

2. Kelembagaan dan Peraturan

Di Kabupaten Gresik, pengelolaan dan pengembangan bidang-bidang


prasarana dan sarnaan permukiman dilakukan oleh tiap-tiap dinas dalam bertindak
sebagai pengelola, juga berfungsi sebagai pengatur, pengawas, dan pembina
pengelola. Sebagai pengatur, Dinas-dinas tersebut bertugas membuat peraturan-
peraturan yang harus dilaksanakan dalam tata pengelolaan dan pembangunan
prasarana dan sarana permukiman. Sebagai pengawas, fungsi instansi-instansi
pemerintahan tersebut adalah mengawasi pelaksanaan peraturan-peraturan yang
telah dibuat dan memberikan sangsi bila dalam pelaksanaan tugasnya tidak
mencapai kinerja yang telah ditetapkan. Fungsi sebagai pembina pengelolaan pada
instansi-instansi pemerintahan tersebut adalah melakukan peningkatan
kemampuan. Pembinaan tersebut dapat dilakukan melalui pelatihan-pelatihan
maupun menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sebagai upaya peningkatan dan
pengembangan pelayanan pengelolaan infrastruktur di wilayah Kabupaten Gresik.
Dalam manajamen pegelolaan dan pengembangan prasarana dan sarana wilayah
yang dioperasionalkan, tiap-tiap instansi pemeritahanan tersebut juga mempunyai
kewenangan dan tanggung jawab dalam penyediaan pembiayaan pengelolaan
prasarana dan sarana wilayah yang didapatkan dari sumber-sumber pemerintah
daerah dan retribusi jasa pelayanan.
Instansi yang terkait dengan pengelolaan air limbah di Kabupaten Gresik
adalah Seksi Drainase, Bidang Cipta Karya, Dinas Pekerjaan Umum; Seksi
Kesehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan. Sedangkan peraturan terkait air limbah di
Kabupaten Gresik belum mempunyai peraturan air limbah.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-52
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

B. Persampahan

Pelayanan pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh BLH Kabupaten


Gresik meliputi pengumpulan sampah dari fasilitas umum, pengangkutan sampah
dari TPS (Tempat Pengumpulan Sementara) ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir),
dan pengelolaan TPA. Pengumpulan sampah dari sumber sampah ke TPS dilakukan
oleh perorangan atau petugas kebersihan RT/ RW. Pola operasional penanganan
sampah kota Gresik masih bertumpu pada penanganan sampah dari sumber sampai
di TPA. Penerapan pengurangan sampah masih belum berjalan optimal. Sampah
yang masuk ke TPA setiap harinya sebanyak 700 m 3 pada tahun 2013.
Tahapan operasional penanganan sampah meliputi pewadahan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir di TPA. Secara
umum kondisi eksisting penanganan persampahan di Kabupaten Gresik diuraikan di
bawah ini.

Penanganan dan Pengurangan Sampah di Sumber


Penanganan sampah di sumber meliputi kegiatan pemilahan, pewadahan,
dan pengolahan. Saat ini kesadaran masyarakat untuk memilah sampah dari
sumbernya masih rendah. Sebagian besar pewadahan sampah yang dilakukan
masyarakat saat ini masih dijadikan satu.
Pengurangan sampah di sumber belum banyak dilakukan oleh masyarakat.
Beberapa daerah di Gresik telah melakukan kegiatan pengurangan sampah melalui
adanya bank sampah dan Tempat Penampungan Sementara Reduce, Reuse,
Recycle (TPS 3R).
Wadah sampah yang ada di sumber sampah, terutama di rumah tangga
disediakan oleh setiap penghasil sampah sendiri, sedangkan wadah komunal dan
wadah sampah untuk pejalan kaki disediakan oleh BLH Gresik.

Pengumpulan Sampah dan Penyapuan


Teknik pengumpulan sampah dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Pengumpulan secara langsung dilakukan oleh penghasil sampah dibawa ke TPS.
Sampah dari sumber dengan jumlah 1m 3 atau lebih tiap harinya yang berasal dari
orang pribadi atau badan dalam satu persil wajib mengangkut sampah ke TPA
secara mandiri.
Pengumpulan secara tidak langsung dilakukan oleh masing-masing penghasil
sampah ke tempat penampungan sampah komunal. Petugas kebersihan/
BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI
II-53
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

pengumpul kemudian mengambil sampah dari tempat-tempat pengumpulan


komunal tersebut dan dibawa ke TPS atau depo yang selanjutnya dipindahkan ke
kontainer/dump truck dan diangkut ke TPA.
Kegiatan pengumpulan sampah dari kegiatan pembersihan/penyapuan jalan
pada daerah pusat kota seperti ruas jalan protokol, pusat perdagangan, taman kota,
saluran dan lain-lain dilakukan oleh regu penyapuan jalan.

Pengangkutan Sampah
Pengangkutan sampah dilakukan untuk mengangkut sampah dari TPS atau
depo menuju TPA. Kendaraan yang digunakan dalam pengangkutan sampah ke TPA
berupa dump truck dan armroll truck. Kedua tipe truk ini memiliki kemampuan
membongkar muatan secara hidrolis, sehingga lebih efisien dan lebih cepat. Cara
pengangkutan menggunakan sistem kontainer yang diganti yaitu dimulai dari pool;
armroll truck membawa kontainer kosong (C0) menuju kontainer pertama (C1),
menurunkan kontainer kosong dan mengambil kontainer penuh (C 1) secara hidrolis
untuk selanjutnya diangkut menuju TPA. Kontainer kosong (C 1) yang dari TPA
dibawa menuju landasan kontainer (TPS) ke dua, menurunkan kontainer (C 1)
kemudian mengambil kontainer penuh (C2) untuk dibawa ke TPA, selanjutnya
menuju ke kontainer berikutnya demikian seterusnya. Setelah rit yang terakhir,
kontainer terakhir (Cn) yang kosong dibawa kembali menuju ke garasi.

Pengelolaan TPA
Gresik memiliki satu TPA yang masih beroperasi yaitu TPA Ngipik. TPA Ngipik
beroperasi sejak tahun 2002 hingga sekarang. Luas TPA tersebut 6 Ha, yang terdiri
atas zona pembuangan seluas 4 ha, sedangkan sisanya digunakan untuk
prasarana dan sarana penunjang. Metode penimbunan sampah di TPA Ngipik
dilakukan dengan sistem Controlled Landfill. Belum ada prosedur yang berlaku
untuk mengatur tata cara pembuangan dan penimbunan sampah di TPA sehingga
pembuangan dan penimbunan sampah belum tertata dengan baik.
Menurut hasil studi EHRA 2015 pengelolaan sampah rumah tangga di
Kabupaten Gresik disajikan pada Grafik 3.1. Berdasarkan grafik tersebut cara
pengelolaan sampah yang lebih banyak dilakukan di Kabupaten Gresik secara
berurutan adalah:

a. Dibakar sebanyak 43,5%


b. Dikumpulkan dan dibuang ke TPS sebanyak 39,8%
BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI
II-54
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

c. Dibuang ke lahan kosong dan dibiarkan membusuk sebanyak 7,8%


d. Dibuang ke sungai atau kali sebanyak 3,2%
e. Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup tanah sebanyak 2,6%
f. Dikumpulkan kolektor informal yang mendaur ulang sebanyak 1,8%
g. Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah 0,5%

Grafik 2.6. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Perilaku pemilahan sampah oleh rumah tangga di Kabupaten Gresik


ditunjukan pada Grafik 3.2, sebanyak 31,4% melakukan pemilahan sampah
sedangkan 68,6% tidak melakukan pemilahan sampah sebelum dilakukan
pengolahan lebih lanjut.

Grafik 2.7. Perilaku Praktik Pemilahan Sampah Rumah Tangga

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-55
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Hasil studi EHRA seperti pada Tabel 2.19, area beresiko persampahan di
Kabupaten Gresik dari segi pengelolaan sampah tidak memadai sebesar 58,4%,
frekuensi pengangkutan sampah tidak memadai sebesar 69,0%,
ketidaktepatan waktu pengangkutan sampah sebesar 65,5%, dan 67,8% tidak
dilakukan pengolahan sampah setempat.

Tabel 2.19. Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Strata Desa/Kelurahan Total


1 2 3 4 9 10
n % n % n % n % n %
Pengelolaan Tidak memadai 234 53,2 336 52,6 236 65,6 81 100,0 887 58,4
sampah Ya, memadai 206 46,8 303 47,4 124 34,4 0 ,0 633 41,6
Frekuensi Tidak memadai 0 ,0 20 80,0 0 ,0 0 ,0 20 69,0
pengangkutan
sampah Ya, memadai 4 100,0 5 20,0 0 ,0 0 ,0 9 31,0
Ketepatan Tidak tepat
0 ,0 19 76,0 0 ,0 0 ,0 19 65,5
waktu waktu
pengangkutan
Ya, tepat waktu 4 100,0 6 24,0 0 ,0 0 ,0 10 34,5
sampah
Pengolahan Tidak diolah 297 67,5 407 63,6 284 78,9 43 53,1 1031 67,8
sampah
setempat Ya, diolah 143 32,5 233 36,4 76 21,1 38 46,9 490 32,2

1) Sistem dan Infrastruktur


Sistem persampahan eksisting yang ada di Kabupaten Gresik serta jenis dan
jumlah infrastruktur yang telah dibangun disajikan dalam diagram sistem
sanitasi (DSS) pada Tabel 2.20. Timbulan sampah kabupaten Gresik disajikan
pada Tabel 2.21. Cakupan layanan persampahan ditampilkan pada Tabel 2.22
sedangkan kondisi sarana dan prasarana disajikan pada Tabel 2.23. Peta
layanan persampahan dapat dilihat pada Gambar 2.8.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-56
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Tabel 2.20. Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan

Sumber : Analisa Pokja Sanitasi Kab. Gresik


BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI
II-57
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Tabel 2.21 Timbulan sampah per kecamatan tahun 2014

Jumlah Penduduk Volume Timbulan Sampah


Wilayah Wilayah
Nama Wilayah Wilayah
perdesa perkota Total Total
Kecamatan perdesaan Perkotaan
an an
(M3/ (M3/ (M3/
orang orang orang (%) (%) (%)
hari) hari) hari)
Wringin-
69.002 6.230 75.232 91,72 172,51 8,28 15,58 100 188,08
anom
Driyorejo 74.915 29.308 104.223 71,88 187,29 28,12 73,27 100 260,56
Kedamean 57.236 6.174 63.410 90,26 143,09 9,74 15,44 100 158,53
Menganti 110.374 9.154 119.528 92,34 275,94 7,66 22,89 100 298,82
Cerme 70.919 10.797 81.716 86,79 177,30 13,21 26,99 100 204,29
Benjeng 61.212 4.171 65.383 93,62 153,03 6,38 10,43 100 163,46
Balong-
54.779 5.683 60.462 90,60 136,95 9,40 14,21 100 151,16
panggang
Duduk-
49.714 3.441 53.155 93,53 124,29 6,47 8,60 100 132,89
sampeyan
Kebomas 105.463 105.463 0,00 100,00 63,66 100 263,66
Gresik 94.194 94.194 0,00 100,00 235,49 100 235,49
Manyar 112.649 112.649 0,00 100,00 281,62 100 281,62
Bungah 61.110 7.565 68.675 88,98 152,78 11,02 18,91 100 171,69
Sidayu 42.728 547 43.275 98,74 106,82 1,26 1,37 100 108,19
Dukun 61.761 8.272 70.033 88,19 154,40 11,81 20,68 100 175,08
Panceng 45.540 7.172 52.712 86,39 113,85 13,61 17,93 100 131,78
Ujungpang-
44.869 6.479 51.348 87,38 112,17 12,62 16,20 100 128,37
kah
Sangkapura 51.223 7.076 58.299 87,86 128,06 12,14 17,69 100 145,75
Tambak 31.879 5.081 36.960 86,25 79,70 13,75 12,70 100 92,40
Jumlah 887.261 429.456 1.316.717 67,38 2.218 32,62 1.074 100 3.292
Sumber : Gresik Dalam Angka 2014 dan Analisa Pokja Sanitasi Gresik

Dari Tabel 2.20 dapat diketahui bahwa pada user interface terdapat berbagai
jenis, ada tempat sampah terpilah berupa tong bin, keranjang sampah yang berada
di rumah tangga dan tempat sampah dari kegiatan penyapuan jalan serta taman
ataupun fasilitas umum. Pengumpulan setempat yang ada di Kabupaten Gresik
terdiri atas TPS (Tempat Penampungan Sementara), TPS3R (Tempat Pemrosesan
Sementara Reduce, Reuse, dan Recycle), dan SPA (Stasiun Peralihan Antara) yang
dilengkapi dengan mesin kompaktor. Pengumpulan sampah dari sumber sampah ke
TPS, TPS3R, maupun SPA menggunakan gerobak ataupun kendaraan dorkas/
sepeda motor roda tiga. Namun bila sampah yang dihasilkan dari sumber sampah
lebih besar sama dengan 1 m3 maka harus langsung diangkut ke TPA (Tempat
Pemrosesan Akhir). Tidak semua desa/kecamatan mempunyai jumlah sarana dan
prasarana pengelolaan sampah yang memadai sehingga masih ada masyarakat

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-58
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

yang membuang sampah sembarangan seperti ke sungai, dibakar, ke tanah kosong


dan ke pinggir jalan, hal ini dapat menimbulkan pencemaran tanah, air dan udara.
Dari Tabel 2.21 timbulan sampah, wilayah perdesaan menyumbang timbulan
yang lebih banyak dari wilayah perkotaan sekitar 76,38% dari jumlah timbulan
sampah total kabupaten Gresik. Sebagian besar persampahan di wilayah perdesaan
belum tertangani dengan baik.
Untuk cakupan akses dan system persampahan kecamatan dijelaskan pada
tabel 2.22. Dari tabel 2.22 dapat diketahui bahwa hanya ada 2 kecamatan yang
cakupan layananannya 100% yaitu Kecamatan Gresik dan Kecamatan Kebomas
kedua kecamatan tersebut seluruh desa/kelurahan merupakan wilayah perkotaan.
Sedangkan kecamatan lainnya yang tertinggi hanya sebesar 47,23% yaitu
kecamatan Manyar. Untuk 2 kecamatan di pulau Bawean yaitu kecamatan
Sangkapura dan Tambak belum ada layanan persampahan yang memadai atau 0%.

Tabel 2.22. Cakupan akses dan sistem layanan persampahan kecamatan


3R Volume sampah yg terangkut ke TPA
Nama Wilayah Wilayah Wilayah Wilayah
Total Total
Kecamatan Perdesaan Perkotaan Perdesaan Perkotaan
% M3 % M3 % M3 % M3 % M3 % M3
Wringin-
14,16 24,42 100 15,58 21,27 40,00 0,00 0 0,00 0
anom
Driyorejo 54,59 40 15,35 40,00 3,20 6 21,84 16 8,44 22
Kedamean 19,43 3 1,89 3
Menganti 65,53 15 5,02 15
Cerme 14,66 26 44,46 12 19,09 39
Benjeng 5,88 9 5,51 9
Balongpang-
4,38 6 3,97 6
gang
Duduk-
19,31 24 18,06 24
sampeyan
Kebomas 3,79 10 37,93 10 96,22 253,66 96,22 253,66
Gresik 100,00 235,49 100 235,49
Manyar 47,23 143 47,23 143
Bungah 0,00 0 0,00 0
Sidayu 25,28 27 24,96 27
Dukun 14,51 3 1,71 3
Panceng 16,73 3 2,28 3
Ujungpang-
18,52 3 2,34 3
kah
Sangkapura 0,00 0 0 0,00 0
Tambak 0,00 0 0 0,00 0
Jumlah 1,10 24,42 6,11 65,58 2,73 90,00 6,94 154 63,98
687,1
23,88 786,15
5
Sumber : Analisa Pokja Sanitasi Gresik 2015

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-59
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Tabel 2.23. Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan

Jumlah/ Kapasitas
luas Kondisi Ket**
Jenis Prasarana / / daya Ritasi
No Satuan total tampung*
Sarana /hari
terpakai
Rusak Rusak
M3 Baik
ringan Berat
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viiii) (ix) (x)

Pengumpulan
1 BLH
Setempat
- Gerobak unit 189 0.25 2 V
- Becak/Becak
unit 18 0.25 4 V
Motor
- Kendaraan Pick
unit 3 2 2-3 V
Up
Tempat
2 Penampungan BLH
Sementara (TPS)
- Bak sampah
unit - - -
(beton/kayu/fiber)
- Container unit 103 6-8 - V
- Transfer Stasiun unit -
- SPA (Stasiun
unit 1 40 - V
Peralihan Antara)
3. Pengangkutan BLH
- Dump Truck unit 4 8 1-3 V
- Arm Roll Truck unit 20 6 1-5 V
- Arm Roll Truck
unit 3 2 1-3 V
mini
- Compactor Truck unit - - -
4 Pengolahan Sampah BLH
- Sistem 3R
(TPS3R) unit 2 40 - V

- Incinerator unit - - -
5 TPA
Konstruksi:lahan
urug saniter BLH
Operasional:lahan
urug terkendali
- Luas total TPA yg
Ha 6 -
terpakai
- Luas sel Landfill Ha 4 -
- Daya tampung (M3/ha
700 -
TPA ri)
6 Alat Berat BLH
- Bulldozer unit 2 - - 1 1
- Whell/truck loader unit -
- Excavator /
unit 3 - - 3
backhoe
- Truk tanah unit 1 8
7 IPL: Sistem ABR-- BLH
>Aerasi--> wetland

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-60
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Jumlah/ Kapasitas
luas Kondisi Ket**
Jenis Prasarana / / daya Ritasi
No Satuan total tampung*
Sarana /hari
terpakai
Rusak Rusak
M3 Baik
ringan Berat
Hasil pemeriksaan
BOD :140
lab (BOD dan COD):
efluen COD :320
- Efluen di Inlet
mg/lt
- Efluen di Outlet
Sumber : Hasil Analisa Pokja Sanitasi Gresik
Keterangan :
IPL: Instalasi Pengolahan Lindi
*daya tampung TPA : m3/hari
**Beri keterangan mengenai umur dan lembaga pengelola

Dari tabel 2.23 kondisi sarana dan prasarana persampahan terlihat bahwa
peralatan pengumpulan sampah setempat, TPS, pengangkutan sampah, pengolah
sampah dalam keadaan baik sedangkan alat berat di TPA sebagian besar dalam
keadaan baik hanya ada satu alat yang rusak yaitu 1 buldoser. Jumlah container
104 unit dalam kedaan baik, SPA ada 1 unit dalam keadaan baik, TPA ada di
Kelurahan Ngipik dengan kapasitas 700 m3/hari.
Untuk cakupan akses dan sistem layanan persampahan dijelaskan pada
gambar 2.8. Dari gambar 2.8 tersebut dapat diketahui bahwa cakupan layanan yang
mencapai 100% hanya di 2 kecamatan yaitu Kecamatan Gresik dan Kebomas.
Sedangkan kecamatan lainnya masih dibawah 40%, bahka di Pulau Bawean yang
terdapat 2 kecamatan yaitu Sangkapura dan Tambak belum ada pelayanan
persampahan yang memadai. TPST sudah terbangun 2 unit di Desa Wringinanom
kecamatan Wringinanom dan Desa Petike Kecamatan Driyorejo.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-61
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Gambar 2.8. Peta cakupan akses dan sistem layanan persampahan

Hasil Pemetaan Persampahan


100% dari populasi Sistem A : Pengelolaan berbasis masyarakat
(9240 KK) A Sistem B : Layanan langsung dan penyapuan
jalan
A System C : Layanan tidak langsung (RT-TPS-
TPA)
Sistem D : Sistem 3R

A
100% dari populasi
(14575 KK)

2,28% dari
populasi (300 KK)
97,66% dari populasi
(12.537 KK)

97,72% dari populasi A 2,34% dari


(12.878 KK) C C populasi (300 KK)
A
1,71% dari populasi
(300 KK)
75,04% dari populasi
(8.119 KK)

A
24,96% dari populasi
C A C (2700 KK)

98,29% dari populasi A 100% dari populasi


(17.208 KK) (17.169 KK)

18,06% dari 63,,88% dari populasi


populasi (2400 KK) A (17.962 KK)

81,94% dari populasi


C 36,22% dari
populasi (10200
(10889 KK)
KK)
C
TPA Ngipik 100% dari populasi
86,78% dari populasi A
(17.729 KK) (23549 KK)

13,22% dari populasi C SPA Kel. Lumpur


(2700 KK) C

5,51% dari populasi C 100% dari populasi


(900 KK) (26366 KK)
A
C
94,49% dari 94,98% dari populasi
populasi (15.446 A (28382 KK)
KK)
96,03% dari A 5,02% dari populasi
populasi (14.516 A C (1500 KK)
KK)
3,97% dari C 8,44% dari
populasi (600 KK) populasi (2200 KK)
C
1,89% dari populasi A C 19% dari populasi
(300 KK) D (5000 KK)
A
98,11% dari populasi 72,37% dari populasi
(15.553 KK) (18.856KK KK)
A
100% dari populasi
TPST3R Ds. Petiken
(18.808 KK) TPST 3R di
Ds. Wringinanom

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-62
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Sumber : Analisa Pokja Sanitasi Kab. Gresik

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-63
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

2) Kelembagaan dan Peraturan


Institusi yang berwenang dalam pengelolaan persampahan adalah Badan
Lingkungan Hidup Bidang Kebersihan Lingkungan.
Sedangkan peraturan terkait pengelolaan persampahan Kabupaten Gresik sudah
mempunyai Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 9 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan Sampah dan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 4 Tahun 2011
tentang Retribusi Jasa Umum.

C. Drainase Perkotaan
Sistem drainase Kota Gresik sangat kompleks karena selain terdapat sungai/saluran
drainase juga terdapat bozem, pompa banjir dan pintu air mengingat lokasi Kota
Gresik yang berada di tepi pantai sehingga sistem drainasenya dipengaruhi oleh
pasang surut air laut.
Survey alur drainase dan batas catchment area dilakukan dengan cara
penelusuran setiap saluran drainase mulai dari sistem drainase minor yaitu selokan
di depan rumah, saluran tepi jalan, saluran tersier hingga sistem drainase makro
yaitu saluran sekunder, saluran primer dan badan air penerima. Maksud dilakukan
survey ini adalah untuk menentukan arah aliran air sehingga dapat menentukan
batas daerah pematusannya (cathment area).
Sebelumnya perlu ditentukan terlebih dulu batas sistem drainase Kota Gresik
secara hidrologi, dan dari hasil analisa maka dapat ditentukan batasnya sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Selat Madura,
Sebelah Timur : Selat Madura,
Sebelah Selatan : Kali Lamong,
Sebelah Barat : Kali Manyar, Waduk Bunder (Waduk Banjaranyar)
Secara administrasi berada di Kecamatan Gresik, Kecamatan Kebomas dan
11 (sebelas) desa/kelurahan di Kecamatan Manyar yaitu Desa Roomo, Desa
Yosowilangun, Desa Pongangan, Desa Sukomulyo, Desa Suci, Desa Tebalo, Desa
Peganden, Desa Leran (sebagian), Desa Manyar Sidomukti dan Desa Manyar
Sidorukun.
Sistem drainase Kota Gresik sangat kompleks karena selain terdapat
sungai/saluran drainase juga terdapat bozem, pompa banjir dan pintu air mengingat
lokasi Kota Gresik yang berada di tepi pantai sehingga sistem drainasenya
dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-64
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Dari hasil survey penelusuran alur drainase dan batas daerah pematusan
yang telah dilakukan ternyata di Kota Gresik terdapat 27 (dua puluh tujuh) sistem
drainase primer dan 12 (dua belas) system lainnya dengan luas total 74,53 km 2
(7452,506 Ha). Yang dimaksud dengan system lainnya adalah system dengan luas
catchment area yang kecil atau system tersendiri yang langsung menuju ke laut,
telaga atau Kali Lamong.
Kondisi di wilayah masing-masing sistem drainase dilihat dari penggunaan
lahan di catchment area dan juga kondisi saluran akan diuraikan di bawah ini.

Sistem Drainase Primer


1. Sistem Kali Tenger
Sistem Kali Tenger dibatasi oleh :
Sebelah Utara : Selat Madura
Sebelah Timur : Sistem Kali Towo
Sebelah Selatan : Sistem Telaga Dowo
Sebelah Barat : Sistem Kali Manyar 2 dan Sistem Kali Manyar 4
Sistem ini memiliki luas catchment area 601,639 ha dengan penggunaan
lahan eksisting di daerah hulu dan tengah merupakan daerah permukiman dan
industri yaitu Kawasan Industri Gresik (KIG). Untuk wilayah permukiman selain ada
permukiman lama (perkampungan) di wilayah Yosowilangun, Roomo, Sukomulyo,
Pongangan, juga didominasi perumahan yang dibangun oleh pengembang seperti
perumahan Gresik Kota Baru (GKB), Pongangan Indah, Jawa Asri Regency, Gresik
Regency, Darul Saadah Regency. Di bagian hilir sebagian merupakan daerah
industri dan juga di dominasi areal tambak yang dikembangkan oleh masyarakat.
Kondisi saluran drainase tepi jalan sebagian telah tersedia namun di
beberapa ruas saluran belum ada seperti di Jl. Yosowilangun, Jalan Raya Suci (Jl.
KH. Syafii). Kapasitas saluran yang ada kurang mencukupi, pada beberapa gorong-
gorong mengalami penyempitan baik karena plat beton yang terlalu rendah,
sampah, pipa dan utilitas lain. Kondisi tersebut ditambah dengan kurangnya
kesadaran masyarakat terhadap lingkungan karena masih banyak masyarakat yang
membuang sampah ke dalam saluran/sungai. Hal ini menyebabkan di sistem
drainase Kali Tenger sering mengalami genangan/banjir dan dengan areal yang
sangat luas. Dan air pembuangan dari badan jalan tol yang melimpas semakin
menambah beban kerja sistem drainase Kali Tenger.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-65
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Kali Tenger dimulai dari pertemuan antara Saluran Sekunder Yosowilangun


dan Saluran Sekunder Pongangan. Kondisi saluran sekunder pongangan terjadi
pendangkalan, dan dibagin hilir sebelum masuk ke Kali Tenger kondisinya
menyempit.
Saluran Sekunder Yosowilangun yang menerima aliran dari KIG, perumahan
GKB alirannya cukup deras karena kemiringan saluran besar dan dimensi salurannya
kecil, sehingga di beberapa ruas saluran tanggulnya terkikis. Di bagian hilir Kali
Tenger terjadi penyempitan karena dibuat tambak oleh penduduk, padahal di
tanggul sebelah kanan telah terdapat patok beton yang merupakan batas sungai
dengan tambak masyarakat.

2. Sistem Kali Roomo


Sistem Kali Roomo dibatasi oleh :
Sebelah Utara : Selat Madura
Sebelah Timur : Sistem Drainase Pelabuhan Petrokimia
Sebelah Selatan : Sistem Gulomantung
Sebelah Barat : Sistem Kali Tenger
Sistem ini memiliki luas catchment area 661,306 ha dan dengan penggunaan
lahan eksisting terluas merupakan daerah industri yang berasal dari Kawasan
Industri Gresik (KIG), sedang wilayah permukiman berasal dari Randuagung dan
Roomo. Bagian hulu menerima aliran dari perumahan Bukit Randuagung, BP
Randuagung dan juga permukiman di Desa Randuagung dan Kelurahan Kebomas,
selanjutnya aliran memasuki kawasan industri KIG dan masuk ke dalam Telaga
Ngipik. Telaga ngipik merupakan bekas galian bahan baku semen milik PT. Semen
Gresik dengan luas Telaga Ngipik Timur 11,7 ha dan Telaga Ngipik Barat 22,4 ha,
saat ini telaga digunakan untuk pariwisata dan olahraga air (ski air). Limpasan dari
telaga Ngipik selanjutnya masuk ke Kali Roomo.
Kondisi eksisting Kali Roomo dari hulu hingga permukiman penduduk di desa
Roomo sudah di plengseng namun terjadi pendangkalan dan banyak ditumbuhi
rumput serta tanaman liar, selanjutnya hingga hilir berupa saluran alam di antara
areal tambak di sebelah kiri sungai dan di sebelah kanan merupakan areal pabrik
Petrokimia Gresik. Kondisi air sungai keruh terlihat adanya limbah pabrik yang
dibuang ke sungai, pengaruh limbah ini mengakibatkan produksi tambak
masyarakat menjadi berkurang.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-66
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

3. Sistem Drainase Petrokimia


Sistem Drainase Petrokimia berada dalam wilayah Pabrik Petrokimia Gresik,
sistem ini dibatasi oleh :
Sebelah Utara : Selat Madura
Sebelah Timur : Sistem Kali Towo
Sebelah Selatan : Sistem Kali Roomo dan Sitem Drainase Tlogodendo
Sebelah Barat : Sistem Kali Roomo
Sistem ini memiliki luas catchment area 235,308 ha dan dengan penggunaan
lahan eksisting merupakan daerah industri yaitu pabrik Petrokimia Gresik, di bagian
hulu menerima aliran dari permukiman di wilayah Kebomas dan dari Stadion
Tridharma. Kondisi saluran dalam kompleks pabrik sudah terplengseng namun
saluran tepi di sepanjang Jl. Noto Prayitno masih belum terplengseng dan banyak
ditumbuhi semak belukar. Sedang saluran di sepanjang kiri dan kanan rel kereta api
sebagian sudah terplengseng namun dibeberapa ruas sudah rusak.

4. Sistem Kali Towo


Sistem Kali Towo dibatasi oleh :
Sebelah Utara : Selat Madura
Sebelah Timur : Sistem Kali Tutup Barat
Sebelah Selatan : Sistem Drainase Petrokimia
Sebelah Barat : Sistem Drainase Petrokimia
Sistem Kali Towo memiliki luas catchment area 124,715 ha. Penggunaan
lahan di catchment areanya merupakan daerah permukiman dan perdagangan.
Bagian hulu saluran dimulai dari Jl. A. Yani. Alirannya berasal dari Tlogopatut,
Perumahan Petrokimia Gresik, Karangturi dan Tlogopojok. Di Desa Tlogopojok
terdapat Boezem yang alirannya berasal dari wilayah Tlogopojok dan outletnya
masuk ke saluran Kali Towo. Kondisi Boezem Tlogopojok ini terjadi pendangkalan,
banyak ditanami tanaman liar dan dari tahun ke tahun luasnya semakin menyempit.
Pada tanggul kiri Kali Towo di bagian hilir berbatasan dengan tembok areal pabrik
Petrokimia Gresik sedang di bagian kanan masih banyak terdapat areal tambak
namun dari tahun ke tahun luasnya semakin berkurang karena perubahan fungsi
lahan. Saat ini sedang dilakukan pekerjaan normalisasi saluran Kali Towo dan
rencananya juga akan di bangun rumah pompa di bagian hilir.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-67
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

5. Sistem Kali Tutup Barat


Sistem Kali Tutup Barat dibatasi oleh :
Sebelah Utara : Selat Madura
Sebelah Timur : Sistem Kali Tutup Timur
Sebelah Selatan : Sistem Kali Tutup Timur
Sebelah Barat : Sistem Kali Towo
Sistem Kali Tutup Barat memiliki luas catchment area 44,192 ha, dengan
penggunaan lahan daerah permukiman dan perdagangan. Saluran bagian hulu
berasal dari wilayah Jl. Usman Sadar dan Kel. Sukorame. Hulu saluran Kali Tutup
Barat merupakan outflow dari Bozem Trate yang memiliki luas kurang lebih 0,35 Ha.
Saluran ini juga berada pada wilayah yang padat penduduk di wilayah Kel Trate,
sehingga sudah tidak ada lagi garis sempadan saluran dan sebagian ruas saluran
merupakan saluran tertutup. Kemudian saluran melewati Jl. Samanhudi yang
merupakan daerah perdagangan (Pasar Besar Gresik). Di kawasan pasar ini sering
terjadi genangan karena saluran drainase dalam kondisi tertutup dan banyaknya
lubang aliran yang tersumbat sampah maupun tanah sehingga air sulit untuk
mangalir ke dalam saluran drainase tersebut. Selain itu banjir/genangan juga terjadi
di Jl. Samanhudi, Kel Sukodono, Jl. Sindujoyo dan Kel. Kroman.
Di Jl. Kali Tutup Barat kodisi saluran terbuka berada di bagian tengah jalan,
dan selanjutnya aliran melewati wilayah Kel. Kroman yang merupakan daerah
nelayan yang padat permukiman. Untuk mengurangi genangan pada tahun 2010
telah dipasang rumah pompa dengan 3 buah pompa banjir 3 bh @ 1 m 3/dt dan 1
buah pompa sludge 0,25 m3/dt.

6. Sistem Kali Tutup Timur


Sistem Kali Tutup Timur dibatasi oleh :
Sebelah Utara : Selat Madura
Sebelah Timur : Sistem Drainase Yos Sudarso
Sebelah Selatan : Sistem Drainase Tlogodendo
Sebelah Barat : Sistem Kali Tutup Barat
Sistem Kali Tutup Timur memiliki luas catchment area 90,681 ha, dengan
penggunaan lahan daerah permukiman dan perdagangan. Saluran bagian hulu
berasal dari permukiman Bakti Pertiwi Wetan di Kelurahan Sidokumpul, alirannya
menuju saluran Sekunder Jaksa Agung (saluran sekunder sisi Barat) sedangkan
saluran Sekunder Tlogobendung (sisi Timur) bagian hulunya berasal dari bozem
BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI
II-68
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Tlogodendo, outlet dari boezem berupa 1 buah pintu ulir, yang kemudian terhubung
dengan 2 buah gorong-gorong masing-masing dengan diameter 60 cm dibawah Jl.
Jaksa Agung Suprapto.
Kondisi pintu air dari bozem ke sistem Kali Tutup Timur jarang dibuka untuk
mengurangi aliran sehingga tidak memperluas areal banjir yang sering terjadi di
daerah Pasar Gresik. Kedua saluran sekunder bertemu di sebelah selatan Jl. MH.
Thamrin.
Saluran tersebut melewati Kel. Sidokumpul, Tlogobendung, Pekauman,
Tratee, dan Pekelingan yang merupakan wilayah perkampungan yang padat
penduduk sehingga sudah tidak ada lagi sempadan saluran, bahkan saluran di
Kelurahan Pekauman dan Pekelingan merupakan saluran tertutup yang dibagian
atasnya dibuat jalan.
Pada saluran primer sebelum masuk ke rumah pompa kondisi salurannya
dipenuhi sampah dan endapan. Di bagian hilir telah dipasang pompa pada tahun
2010/2011dengan kapasitas 3 x 1 m 3/dt dan 1 x 0,25 m3/dt. Pompa tersebut untuk
mengatasi banjir yang biasa menggenangi wilayah Jl. Samanhudi, Kel. Pekelingan
dan Jl. Sindujoyo. Saluran Kali Tutup Timur memiliki 2 buah saluran sekunder, yaitu
Saluran Sekunder Tlogobendung (dari Tlogodendo) dan Saluran Sekunder Jaksa
Agung, kedua saluran tersebut bertemu di Kelurahan Sidokumpul dan menjadi
Saluran Primer Kali Tutup Timur.

7. Sistem Drainase Yos Sudarso


Sistem Drainase Yos Sudarso bermuara ke laut yang berada dalam wilayah
Pelabuhan Gresik, sistem ini dibatasi oleh :
Sebelah Utara : Sistem Kali Tutup Timur
Sebelah Timur : Selat Madura
Sebelah Selatan : Sistem Drainase Tlogodendo
Sebelah Barat : Sistem Kali Tutup Timur
Sistem Drainase Yos Sudarso memiliki luas catchment area 37,478 ha,
dengan penggunaan lahan eksisiting berupa fasilitas umum (alun-alun Kota Gresik),
perkantoran, permukiman, perdagangan dan pelabuhan. Bagian hulu adalah saluran
tepi di Jl. Pahlawan dan selanjutnya menerima aliran dari wilayah sekitar Jl. Raden
Santri, Jl. Basuki Rahmat dan juga wilayah di Jl. KH. Kholil sisi Selatan serta Jl Yos
Sudarso. Kondisi saluran primer telah terplengseng dan cukup baik namun sangat

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-69
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

disayangkan kondisinya banyak sampah dan sedimen sehingga fungsi saluran


kurang optimal.

8. Sistem Drainase Tlogodendo


Sistem Drainase Tlogodendo dibatasi oleh :
Sebelah Utara : Sistem Kali Tutup Barat, Sistem Kali Tutup Timur dan
Sistem Drainase Yos Sudarso
Sebelah Timur : Selat Madura
Sebelah Selatan : Sistem Drainase Gulomantung, Sistem Drainase
Sidorukun Indah dan Sistem Drainase PJB 1
Sebelah Barat : Sistem Kali Tutup Timur
Sistem Drainase Tlogodendo memiliki luas catchment area 300,745 ha,
dengan penggunaan lahan yang bervariasi. Pada sistem ini terdapat bozem
Tlogodendo yang berada di Jl. Jaksa Agung Suprapto Kelurahan Sidokumpul yang
saat ini di bagian atasnya sedang dibangun Gedung Wahana Kreasi. Aliran airnya
bermula dari perbukitan Giri (Telaga Pegat), Kawasan Pabrik Semen Gresik,
Kawasan Perumahan Semen Gresik Tubanan, Sidomoro, Perumahan Bakti Pertiwi
Kulon dan sebagian wilayah Sidokumpul. Saluran sekunder yang berasal dari
Kawasan pabrik Semen Gresik di depan Swadaya Graha seharusnya diatur oleh
pintu air, dengan maksud agar aliran dari Semen Gresik bisa ditahan terlebih dulu
menunggu air di hilirnya surut sehingga tidak membebani saluran dan dapat
mencegah banjir.
Saluran yang masuk ke dalam Bozem Tlogodendo (luas 1,211 ha) terdiri
dari 2 (dua) saluran sekunder dan beberapa saluran primer dari perkampungan di
sekitar Bozem Tlogodendo. Saluran sekunder yang berasal dari Kawasan pabrik
Semen Gresik diatur oleh pintu air yang berada di depan Stadion Semen Gresik
yang berfungsi untuk mengatur aliran di dalam saluran sekunder tidak melebihi
kapasitas saluran, sedang saluran sekunder yang berasal dari Jl. Arif Rahman Hakim
yang kemudian melewati areal makam Sumur Songo dan permukiman penduduk di
sebelah Utara Bozem Tlogodendo kondisinya banyak yang mengalami penyempitan
dan juga tanggul saluran yang longsor akibat aliran air yang cukup deras sehingga
menimbulkan genangan sebelum masuk bozem.
Outlet dari Bozem Tlogodendo ada 2 yaitu yang mengalir ke Utara menuju
Saluran Kali Tutup Timur, namun yang ke arah saluran ini pintu airnya jarang
dibuka atau hanya dibuka sedikit. Hal ini dikarenakan warga di daerah Kelurahan
BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI
II-70
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Telogobendung yang posisinya tepat dibawah bozem tidak bersedia dialiri karena
daerahnya akan tergenang. Hal ini mengurangi kapasitas yang diterima Kali Tutup
Timur. Sedangkan outlet yang lain mengalir ke Timur melewati 2 (dua) buah pintu
ulir dan selanjutnya melewati gorong-gorong dengan diameter kurang lebih 80 cm,
gorong-gorong ini berada di bawah permukiman penduduk, kantor Golkar dan
melintas di bawah Jl. Panglima Sudirman. Selanjutnya aliran melewati
perkampungan yang cukup padat dan bermuara di sebelah Selatan Pelabuhan
Gresik.

9. Sistem Drainase Sidorukun Indah


Sistem Drainase Sidorukun Indah dibatasi oleh :
Sebelah Utara : Sistem Drainase Tlogodendo dan Sistem Drainase PJB 2
Sebelah Timur : Selat Madura
Sebelah Selatan : Sistem Drainase Pelabuhan Semen
Sebelah Barat : Sistem Drainase Tlogodendo
Sistem Drainase Sidorukun Indah memiliki luas catchment area 29,522 ha,
dengan penggunaan lahan yang dominan adalah permukiman. Sistem ini di bagian
hulu menerima aliran dari Kramat Inggil dan selanjutnya menerima aliran dari
perumahan Sidorukun Indah dan dialirkan ke hilir menuju saluran yang berada di
sebelah Timur PJB (belakang bengkel Swadaya Graha).

10. Sistem Drainase Pelabuhan Semen


Sistem Drainase Pelabuhan Semen dibatasi oleh :
Sebelah Utara : Sistem Drainase Sidorukun Indah
Sebelah Timur : Selat Madura
Sebelah Selatan : Sistem Kali Indro dan Sistem Drainase Sidorukun
Sebelah Barat : Sistem Drainase Tlogodendo
Sistem Drainase Pelabuhan Semen memiliki luas catchment area 59,850 ha,
dengan penggunaan lahan daerah pergudangan. Sistem ini di bagian hulu
menerima aliran dari pergudangan Varia Usaha, sepanjang rel kereta api,
guesthouse Semen Gresik, Jl. Pelabuhan Semen. Aliran air dibelakang guesthouse
cukup deras sehingga sering menimbulkan gerusan.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-71
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

11. Sistem Drainase Sidorukun


Sistem Drainase Sidorukun dibatasi oleh :
Sebelah Utara : Sistem Drainase Pelabuhan Semen
Sebelah Timur : Selat Madura
Sebelah Selatan : Sistem Kali Indro dan Sistem Drainase Marina
Sebelah Barat : Sistem Drainase Pelabuhan Semen
Sistem Drainase Sidorukun memiliki luas catchment area 19,914 ha, dengan
penggunaan lahan daerah permukiman. Sistem ini di bagian hulu menerima aliran
dari makam Desa Sidorukun, pergudangan Varia Usaha, sepanjang rel kereta api
dan permukiman di depan Pabrik Eternit. Aliran air melewati gorong-gorong di
bawah rel kereta api kemudian masuk ke perkampungan Desa Sidorukun. Saluran
mengalami penyempitan akibat pendangkalan dan juga akibat adanya bangunan di
atasnya. Di bagian hilir yang dulunya saluran langsung bermuara ke laut, namun
sekarang alirannya jadi lebih jauh akibat reklamasi PT. Indonesia Marina Shipyard
dan kondisi gorong-gorong sempit. Permukiman yang berada di sebelah selatan
pagar pembatas PT. Indonesia Marina Shipyard sering mengalami banjir karena
lokasinya yang lebih rendah dan kondisi saluran yang tidak mencukupi.
Pada perkampungan yang berada di sisi Timur, belakang Balai Desa
Sidorukun kondisinya sangat memprihatinkan karena saluran drainasenya kurang
memenuhi syarat dan outletnya tidak jelas.

12. Sistem Kali Indro


Sistem Kali Indro dibatasi oleh :
Sebelah Utara : Sistem Drainase Pelabuhan Semen dan Sistem Drainase
Sidorukun
Sebelah Timur : Selat Madura
Sebelah Selatan : Sistem Drainase Tenggulunan
Sebelah Barat : Sistem Drainase Segoromadu 2
Sistem Kali Indro memiliki luas catchment area 257,401 ha, dengan
penggunaan lahan daerah permukiman di bagian hulu dan tengah sedang di bagian
hilir merupakan daerah industri . Sistem ini di bagian hulu menerima aliran dari
Perumahan Semen Gresik Segunting, kemudian aliran melewati Jl. Veteran menuju
ke permukiman penduduk di Kelurahan Singosari dan Kelurahan Indro. Kali Indro
dibagian hulu dan tengah cukup terjal, namun dibeberapa ruas mengalami
penyempitan akibat terdesak oleh bangunan.
BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI
II-72
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

13. Sistem Drainase Tenggulunan


Sistem Drainase Tenggulunan dibatasi oleh :
Sebelah Utara : Sistem Kali Indro
Sebelah Timur : Selat Madura
Sebelah Selatan : Sistem Drainase Karangkering dan Sistem Drainase
Segoromadu 1
Sebelah Barat : Sistem Drainase Veteran
Sistem Drainase Tenggulunan memiliki luas catchment area 65,398 ha,
dengan penggunaan lahan daerah industri, tegalan, dan permukiman. Kondisi
saluran sebelum Jl. Darmo Sugondo cukup terjal karena berada pada elevasi yang
tinggi, setelah melewati gorong-gorong di Jl. Darmo Sugondo selanjutnya saluran
menuju ke Selat Madura melewati Desa karangkering. Kondisi saluran di bagian
hulu dan gorong-gorong terjadi penyempitan karena sedimentasi dan banyak
ditumbuhi tanaman liar.

14. Sistem Drainase Karangkering


Sistem Drainase Karangkering bermuara Ke Selat Madura, sistem ini dibatasi
oleh:
Sebelah Utara : Sistem Drainase Tenggulunan
Sebelah Timur : Selat Madura
Sebelah Selatan : Sistem Drainase Galangan
Sebelah Barat : Sistem Drainase Tenggulunan dan Sistem Drainase
Karangkering
Sistem Drainase Karangkering memiliki luas catchment area 22,191 ha,
dengan penggunaan lahan permukiman dan industri. Kelerengan saluran bagian
hulu cukup terjal, namun setelah melewati gorong-gorong Jl. Darmo Sugondo
kondisinya landai dan kondisi beberapa saluran dan gorong-gorong banyak
ditumbuhi semak belukar. Selanjutnya saluran menuju ke permukiman penduduk di
Desa karangkering dan aliran menuju ke Selat Madura. Selain kondisi gorong-
gorong yang terjadi penyempitan juga banyak saluran yang belum terkoneksi
dengan saluran di bagian hilirnya. Kondisi-kondisi tersebut berakibat pada saat
turun hujan saluran-saluran tersebut tidak mampu menampung air dari hulu
sehingga menyebabkan banjir di daerah hilir terutama di sekitar Jl. Darmo Sugondo
dan di Desa Karangkering yang berada di bagian hilir.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-73
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

15. Sistem Drainase Segoromadu 1


Sistem Drainase Segoromadu bermuara ke Kali Lamong, sistem ini dibatasi
oleh:
Sebelah Utara : Sistem Drainase Timur Jl. Veteran
Sebelah Timur : Sistem Drainase Tenggulunan 2
Sebelah Selatan : Kali Lamong
Sebelah Barat : Sistem Drainase Timur Jl. Veteran
Sistem Drainase Segoromadu memiliki luas catchment area 50,996 ha,
daerah pematusannya berasal dari PT. Barata Indosnesia dan di Jl. Darmo Sugondo
sisi Timur. Saluran setelah melintas di Jl. Darmo Sugondo kondisinya landai dan
penggunaan lahan eksisting sebelum masuk Kali Lamong masih berupa rawa.
Kondisi beberapa ruas saluran dan gorong-gorong banyak ditumbuhi semak belukar.

16. Sistem Drainase Veteran


Sistem Drainase Veteran bermuara ke Kali Lamong, sistem ini dibatasi oleh:
Sebelah Utara : Sistem Kali Indro
Sebelah Timur : Sistem Kali Indro, Sistem Drainase Tenggulunan dan
Sistem Drainase Segoromadu 1
Sebelah Selatan : Kali Lamong
Sebelah Barat : Sistem Drainase Segoromadu 2
Sistem Drainase Veteran memiliki luas catchment area 40,665 ha, terdiri dari
saluran Veteran Barat dan Saluran Veteran Timur. Catchment area saluran Veteran
Timur daerah pematusannya berasal dari jalan raya di Jl. Veteran sisi timur dan
permukiman penduduk di sisi timur jalan raya yaitu sebagain wilayah kelurahan
Tenggulunan dan Desa Segoromadu. Topografi daerah pematusan terjal dari arah
utara ke selatan dan mengakibatkan pada saat hujan aliran air cukup deras di Jl.
Veteran dan cenderung tidak masuk ke saluran tepi jalan. Hal ini mengakibatkan
genangan di perempatan Segoromadu.
Sedang catchment area Saluran Veteran Barat daerah pematusannya berasal
dari jalan raya di Jl. Veteran sisi barat, topografi daerah pematusannya juga terjal
dari arah utara ke selatan dan mengakibatkan pada saat hujan aliran air cukup
deras di Jl. Veteran dan cenderung tidak masuk ke saluran tepi jalan. Hal ini
mengakibatkan genangan di perempatan Segoromadu.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-74
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

17. Sistem Drainase Segoromadu 2


Sistem Drainase Segoromadu 2 bermuara ke Kali Lamong, sistem ini dibatasi
oleh:
Sebelah Utara : Sistem Drainase Tlogodendo
Sebelah Timur : Sistem Drainase Veteran
Sebelah Selatan : Kali Lamong
Sebelah Barat : Sistem Drainase Segoromadu 3 dan Sistem Drainase
Gulomantung
Sistem Drainase Segoromadu 2 memiliki luas catchment area 149,308 ha,
daerah pematusannya berasal dari perbukitan di sebelah utara yang berasal dari
Kelurahan Ngargosari dan Kelurahan Gending, Jl. Mayjend Sungkono sisi timur.
Aliran air yang berasal dari perbukitan cukup deras karena topografi yang terjal
sehingga pada saat berada di Jl. Mayjend Sungkono yang merupakan daerah yang
landai akan terjadi genangan. Selain itu gorong-gorong yang melintas Jl. Mayjend
Sungkono yang menghubungkan Saluran Sekunder Ngargosari dan Saluran Primer
terdapat pipa yang melintang gorong-gorong, sehingga sampah sering menyangkut
di pipa dan gorong-gorong buntu serta mengakibatkan banjir.

18. Sistem Drainase Segoromadu 3


Sistem Drainase Segoromadu 3 bermuara ke Kali Lamong, sistem ini dibatasi
oleh:
Sebelah Utara : Sistem Drainase Segoromadu 2
Sebelah Timur : Sistem Drainase Segoromadu 2
Sebelah Selatan : Kali Lamong
Sebelah Barat : Sistem Drainase Gulomantung
Sistem Drainase Segoromadu 3 memiliki luas catchment area 78,889 ha,
daerah pematusannya berasal dari wilayah Desa Segoromadu dengan penggunaan
lahan berupa permukiman, industri, kebun dan semak belukar. Aliran air berasal
dari perbukitan cukup deras karena topografi yang terjal sehingga pada saat berada
di Jl. Mayjend Sungkono yang merupakan daerah yang landai akan terjadi
genangan diperparah kondisi saluran tepi jalan yang sepotong-sepotong tidak
terkoneksi dengan baik. Saluran yang menuju Kali Lamong kondisinya sempit
berada diantara wilayah industri yang cukup padat.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-75
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

19. Sistem Drainase Gulomantung


Sistem Drainase Gulomantung bermuara ke Kali Lamong, sistem ini dibatasi
oleh:
Sebelah Utara : Sistem Kali Roomo
Sebelah Timur : Sistem Drainase Segoromadu 2 dan Sistem Drainase
Segoromadu 3
Sebelah Selatan : Kali Lamong
Sebelah Barat : Sistem Drainase Prambangan
Sistem Drainase Gulomantung memiliki luas catchment area 441,398 ha,
daerah pematusannya dimulai dari dataran tinggi Kota Gresik di sebelah lereng
Selatan yaitu mulai Desa Klangonan, Desa Sekarkurung, Desa Giri, Desa Sidomukti,
Desa Ngargosari dan Kelurahan Gulomantung. Aliran dari saluran sekundernya
cukup deras karena memiliki topografi yang terjal, namun setelah pertemuan 2 (dua
saluran sekunder) menuju saluran primer yang dimulai di Jl. Mayjend Sungkono
merupakan saluran yang landai. Aliran yang cukup deras tersebut mengakibatkan
tanah di pemakaman umum Kelurahan Gulomantung sering longsor. Kondisi saluran
primer yang berada di antara Dusun Jagongan (sebelah Barat) dan pabrik kayu
NANKAI (sebelah Timur) banyak mengalami penyempitan akibat permukiman dan
pabrik yang mendesak saluran, selain itu banyak sekali sampah yang ada di dalam
saluran. Sehingga pada saat hujan aliran air sering meluap dari sungai apalagi
dengan adanya pengaruh air pasang dari Kali Lamong dan mengakibatkan banjir di
permukiman warga Dusun Jagongan Kelurahan Gulomantung.

20. Sistem Drainase Timur Tol Kali Lamong


Sistem Drainase Timur Tol Kali Lamong dibatasi oleh:
Sebelah Utara : Sistem Drainase Gulomantung
Sebelah Timur : Sistem Drainase Gulomantung
Sebelah Selatan : Kali Lamong
Sebelah Barat : Sistem Drainase Barat Tol Kali Lamong
Sistem Drainase Timur Tol Kali Lamong memiliki luas catchment area
149,874 ha, daerah pematusannya berasal dari perumahan-perumahan baru
(seperti Green Hill, Griya Wiharta Asri, Alam Bukit Mas dll), kawasan industri seperti
New Era, dan juga sepanjang jalan tol sisi timur wilayah Desa Prambangan yang
berada di sebelah Timur Jl. Mayjend Sungkono yang berhimpit dengan Jl. Tol.
Kondisi saluran masih alami.
BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI
II-76
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

21. Sistem Drainase Barat Tol Kali Lamong


Sistem Drainase Barat Tol Kali Lamong dibatasi oleh:
Sebelah Utara : Sistem Kali Manyar 2
Sebelah Timur : Sistem Drainase Timur Tol Kali Lamong dan Sistem
Drainase gulomantung
Sebelah Selatan : Kali Lamong dan Sistem Drainase Kedanyang
Sebelah Barat : Sistem Drainase Kedanyang, Banjaranyar 1 dan
Banjaranyar 2
Sistem Drainase Drainase Barat Tol Kali Lamong memiliki luas catchment
area 224,020 ha, daerah pematusan bagian hulu berasal dari wilayah Kembangan
(Selatan Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo sampai Timur Tol) dan juga berasal dari
sepanjang jalan tol sisi barat dan dibagian hilirnya dari permukiman warga di Dusun
Napes Desa Prambangan dan alirannya menuju Kali Lamong. Saluran masih alami
melewati lahan tambak dan banyak ditumbuhi semak belukar.

22. Sistem Drainase Kedanyang


Sistem Drainase Kedanyang bermuara ke Kali Lamong, sistem ini dibatasi
oleh:
Sebelah Utara : Sistem Drainase Barat Tol Kali lamong
Sebelah Timur : Sistem Drainase Barat Tol dan Kali Lamong
Sebelah Selatan : Kali Lamong
Sebelah Barat : Sistem Drainase Banjaranyar 1
Sistem Drainase Kedanyang memiliki luas catchment area 332,180 ha,
daerah pematusannya berasal dari perumahan dan perkampungan di Desa
Kedanyang dan dibagian hilirnya merupakan areal tambak dan sawah. Saluran
primernya berada di antara tambak dan sawah penduduk sehingga berfungsi pula
sebagai saluran irigasi tambak. Dengan semakin padatnya permukiman yang
berasal dari areal tambak dan sawah maka kemungkinan terjadinya genangan di
wilayah ini cukup besar.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-77
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

23. Sistem Drainase Banjaranyar 1


Sistem Drainase Banjaranyar 1 bermuara ke anak sungai Kali Lamong,
sistem ini dibatasi oleh:
Sebelah Utara : Sistem Drainase Banjaranyar 2 dan Sistem Drainase Barat
Tol Kali lamong
Sebelah Timur : Sistem Drainase Banjaranyar 1
Sebelah Selatan : Kali Lamong
Sebelah Barat : Sistem Drainase Banjaranyar 2
Sistem Drainase Banjaranyar 1 memiliki luas catchment area 240,566 ha,
daerah pematusannya berasal dari permukiman penduduk di Desa Kedanyang serta
areal tambak. Kondisi saluran masih berupa saluran alam dan di bagian hilir
melewati areal tambak (sawah tadah hujan).

24. Sistem Drainase Banjaranyar 2


Sistem Drainase Banjaranyar 1 bermuara ke Waduk Banjaranyar (luas
84,816 ha), sedangkan limpasan dari Waduk menuju ke anak sungai Kali Lamong,
sistem ini dibatasi oleh:
Sebelah Utara : Sistem Drainase Tebalo
Sebelah Timur : Sistem Drainase Banjaranyar 1 dan Sistem Drainase Barat
Tol Kali Lamong
Sebelah Selatan : Sistem Drainase Banjaranyar 1
Sebelah Barat : Desa Banjarsari
Sistem Drainase Banjaranyar 2 memiliki luas catchment area 187,677 ha,
daerah pematusannya berasal dari berasal dari lahan di belakang RSUD Ibnu Sina
Gresik, Kantor Bupati Gresik, Kantor DPU Gresik, Perumahan Bunder, dan sepanjang
Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo dari sebelah Barat Masjid Agung hingga kantor DPU
Gresik. Pada saat hujan muka air di Waduk Banjaranyar tinggi sehingga aliran dari
daerah pematusannya tidak dapat masuk ke waduk dan berakibat banjir.

25. Sistem Drainase Tebalo


Sistem Drainase Tebalo bermuara Ke Kali Benem (anak sungai Kali Manyar),
sistem ini dibatasi oleh:
Sebelah Utara : Sistem Kali Manyar 1
Sebelah Timur : Sistem Kali Tenger
Sebelah Selatan : Sistem Drainase Banjaranyar 1
BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI
II-78
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Sebelah Barat : Kali Benem (anak sungai Kali Manyar)


Sistem Drainase Tebalo memiliki luas catchment area 929,757 ha, dengan
penggunaan lahan permukiman, tegalan dan areal tambak (sawah tadah hujan).
Pada saat hujan sering terjadi genangan di Jl. KH. Syafii karena kondisi eksisting
sistem drainase Tebalo belum tertata. Ditambah dengan adanya kecenderungan
pembangunan perumahan baru tanpa memikirkan outlet sistem drainasenya maka
menambah genangan yang ada.

26. Sistem Kali Manyar 1


Sistem Kali Manyar 1 bermuara Ke Kali Manyar, sistem ini dibatasi oleh:
Sebelah Utara : Sistem Kali Manyar 2
Sebelah Timur : Sistem Kali Manyar 2
Sebelah Selatan : Sistem Drainase Banjaranyar 1 dan Sistem Drainase
Banjaranyar 2
Sebelah Barat : Kali Manyar
Sistem Kali Manyar 1 memiliki luas catchment area 600,051 ha dengan
penggunaan lahan permukiman, industri, areal tambak, kebun, ladang dan semak
belukar. Daerah pematusannya berasal dari wilayah sebelah barat jalan tol Manyar.
Karena masih banyak lahan kosong baik berupa tambak maupun tegalan maka
sistem drainase di wilayah ini masih memanfaatkan lahan-lahan tersebut untuk
tampungan air.

27. Sistem Kali Manyar 2


Sistem Kali Manyar 2 bermuara Ke Kali Manyar, sistem ini dibatasi oleh:
Sebelah Utara : Kali Manyar
Sebelah Timur : Sistem Kali Tenger dan Sistem Kali Manyar 2
Sebelah Selatan : Sistem Drainase Barat Tol Kali Lamong
Sebelah Barat : Kali Manyar
Sistem Kali Manyar 2 memiliki luas catchment area 498,161 ha dengan penggunaan
lahan permukiman di wilayah Manyar, industri, areal tambak, dan juga menerima
aliran dari wilayah sebelah timur jalan tol Manyar.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-79
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

1) Lokasi Genangan dan perkiraan Genangan


Lokasi genangan beserta infrastruktur drainase di Kabupaten Gresik disajikan
pada Tabel 2.24 di berikut :
Tabel 2.24. Lokasi Genangan di Kabupaten Gresik
Wilayah Genangan Infrastruktur*
Ketinggi- Freku- Keterang
Lokasi Luas Lama Jenis
No an ensi Penye- an**
Genangan
(jam/ (kali/ bab***
(Ha) (M)
hari) tahun)
Kec. Drainase Primer,
1 18,3
Wringinanom Skunder
Drainase Primer,
2 Kec. Driyorejo 36
Skunder
Drainase Primer,
3 Kec. Kedamean 35
Skunder
Drainase Primer,
4 Kec. Menganti 8
Skunder
Luapan
Drainase Primer,
5 Kec. Cerme 60 0-1 3 sungai
Skunder
Lamong
Luapan kali Drainase Primer,
6 Kec. Benjeng 15 0-1 3
Lamong Skunder
Saluran
tersumbat, Drainase Primer,
Setiap
0-> pendangkal- Skunder, Rumah
7 Kec. Kebomas 151 0->4 hujan
0,6 an saluran, Pompa, Kolam
deras
dimensi retensi
saluran kecil
Sal.
Primer =
9659m
Saluran Sal.
tersumbat, Skunder
pendangkal- =
Setiap Drainase Primer,
an saluran, 17266m
8 Kec. Gresik 77 0-0,6 0-3 hujan Skunder, Rumah
dimensi Rumah
deras Pompa, Bozem
saluran kecil, pompa 3
pasang surut x1
air laut m3/dt
dan 1 x
0,25
m3/dt
Saluran
tersumbat,
pendangkala
Setiap
0-> n saluran, Drainase Primer,
9 Kec. Manyar 208 0->4 hujan
0,6 dimensi Skunder
deras
saluran kecil,
pasang surut
air laut
Kec. Drainase Primer,
10 12
Ujungpangkah Skunder
Sumber : Masterplan Drainase Wilayah Perkotaan, Dinas PU dan analisa Pokja
sanitasi Kab. Gresik 2015
Keterangan :
BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI
II-80
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

*) Infrastruktur dapat terdiri dari saluran drainase (primer dan sekunder) ataupun bangunan
pelengkap. Infrastruktur yang terdapat di dalam kawasan genangan.
**) Dapat berupa informasi terkait panjang saluran, kapasitas pompa, luas kolam retensi dll
yang terdapat di dalam kawasan genangan
***) Merupakan indikasi penyebab dari timbulnya genangan. Indikasi penyebab dapat
berasal dari dalam kawasan atau dapat berasal dari luar kawasan namun masih dalam satu
sistem drainase.

Dari tabel 2.24 dapat diketahui bahwa luas genangan terbesar ada di kecamatan
Manyar yaitu 208 Ha berikutnya kecamatan Kebomas 151 Ha. Penyebab genangan
terutama karena tersumbatnya saluran drainase, pendangkalan saluran dan dimensi
saluran terlalu kecil, hal ini terjadi di kecamatan Gresik, Kebomas dan Manyar.
Untuk mengatasi banjir sudah dibangun rumah pompa di 3 kecamatan wilayah
perkotaan yaitu Gresik, Kebomas dan Manyar.

2) Sistem dan Infrastruktur


Jenis dan jumlah infrastruktur drainase yang telah dibangun dan disajikan dalam
bentuk Tabel 2.25.

Tabel 2.25. Kondisi sarana dan prasarana drainase lingkungan di


Kabupaten Gresik

Jum- Bentuk Dimensi Kondisi Frekuensi


Jenis Prasarana / lah / Penam- Pemeli-
No Satuan Tdk
Sarana Pan- pang H** Ber- haraan
jang Saluran* B** berfung (kali/tahun)
* fungsi
si
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)

1 Sistem Kali Tenger


- Sal. Primer Kali
m 1791 Trapesium 12,5 2,5
Tenger
- Saluran Sekunder
m 4270 Segi empat 1,7 0,8
Yosowilangun
- Saluran Sekunder
m 2132 Segi empat 0,6 1,0
Kalimantan
- Saluran Sekunder
m 2689 Trapesium 5,0 1,8
Pongangan
Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa
- Pintu Air unit
- Kolam retensi unit
- Trash rack/ saringan
unit
sampah
2 Sistem Kali Roomo
- Saluran Primer m 931
Ngipik
BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI
II-81
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Jum- Bentuk Dimensi Kondisi Frekuensi


Jenis Prasarana / lah / Penam- Pemeli-
No Satuan Tdk
Sarana Pan- pang H** Ber- haraan
jang Saluran* B** berfung (kali/tahun)
* fungsi
si
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)
- Saluran Primer Kali
m 2079 Trapesium 3,8 2,2
Roomo
- Saluran Sekunder
m 1984 Segi empat 1,5 1,0
Dr. Wahidin
- Saluran Sekunder
723 Trapesium 1,1 2,3
Ngipik
- Saluran Sekunder
1744 Segi empat 1,5 1,1
Tridharma
- Saluran Sekunder
846 Trapesium 3,5 1,4
Petro Widodo
. Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit
- Kolam retensi unit
- Trash rack/ saringan
unit
sampah
Sistem Drainase
3
Petrokimia
- Saluran Primer m 1414
Petrokimia
- Saluran Sekunder
m 1716 Trapesium 0,8 0,8
Tridharma Timur
- Saluran Sekunder
2247 Segi empat 1,4 0,8
Tridharma Barat
- Saluran Sekunder
740
Gudang Pupuk ZA
. Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit
- Kolam retensi unit
- Trash rack/ saringan
unit
sampah
4 Sistem Kali Towo
- Saluran Primer Towo m 925 Trapesium 4,0 1,7
- Saluran Sekunder
169 Trapesium 1,6 0,8
Tlogopojok Barat
- Saluran Sekunder m 1419 Trapesium 1,5 1,3
Tlogopojok Timur
. Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit
- Kolam retensi unit 1
- Trash rack/ saringan
unit
sampah
Sistem Kali Tutup
5
Barat
- Saluran Primer Kali m 1625 Segi empat 6 2,7
Tutup Barat
- Saluran Sekunder
m 1278 Trapesium 2 1,3
Trate
- Saluran Sekunder
m 16 Segi empat 0,4 0,2
Kemuteran
- Saluran Sekunder
m 11 Segi empat 0,2 0,1
Sukodono
. Bangunan Pelengkap
BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI
II-82
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Jum- Bentuk Dimensi Kondisi Frekuensi


Jenis Prasarana / lah / Penam- Pemeli-
No Satuan Tdk
Sarana Pan- pang H** Ber- haraan
jang Saluran* B** berfung (kali/tahun)
* fungsi
si
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit
- Kolam retensi unit 1
- Trash rack/ saringan
unit
sampah
Sistem Kali Tutup
6
TImur
- Saluran Primer Kali
m 1230 Segi empat 4 0,8
Tutup Timur
- Saluran Sekunder
m 632 Segi empat 3 0,7
Sidokumpul
- Saluran Sekunder
m 403 Segi empat 3 1,2
Tologobendung
. Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa unit 4
- Pintu Air unit 2
- Kolam retensi unit 1
- Trash rack/ saringan
unit 2
sampah
Sistem Drainase Yos
7
Sudarso
- Saluran Primer (tidak
m
ada)
- Saluran Sekunder
m 925 Trapesium 2 1,8
Yos Sudarso
. Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit
- Kolam retensi unit
- Trash rack/ saringan
unit
sampah
Sistem Drainase
8
Tlogodendo
- Saluran Primer
m 827 Trapesium 4 1,7
Pulopancikan
- Saluran Sekunder
m 587 Trapesium 1 0,8
Sumursongo
- Saluran Sekunder
m 906 Trapesium 2 1,8
Sidokumpul
- Saluran Sekunder
m 659 Trapesium 2 1,8
Tlogodendo
- Saluran Sekunder
m 365 Trapesium 3 0,6
Harun Thohir
. Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit 2
- Kolam retensi unit 1
- Trash rack/ saringan
unit
sampah
Sistem Drainase
9
Sidorukun Indah
- Saluran Primer PLTU m 704 Trapesium 2,7 0,9
- Saluran Sekunder
m 278 Segi empat 1,1 1,2
Bali
- Saluran Sekunder m 108 Segi empat 1,1 0,4

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-83
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Jum- Bentuk Dimensi Kondisi Frekuensi


Jenis Prasarana / lah / Penam- Pemeli-
No Satuan Tdk
Sarana Pan- pang H** Ber- haraan
jang Saluran* B** berfung (kali/tahun)
* fungsi
si
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)
Halmahera
. Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit
- Kolam retensi unit
- Trash rack/ saringan
unit
sampah
Sistem Drainase
10
Pelabuhan Semen
- Saluran Primer
m 337 Trapesium 1,1 0,8
Pelabuhan semen
- Saluran Sekunder
m 757 Trapesium 1,3 1,4
Ibrahim Zahir
- Saluran Sekunder m 724 Trapesium 1,1 0,8
Guest House
. Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit
- Kolam retensi unit
- Trash rack/ saringan
unit
sampah
Sistem Drainase
11
Sidorukun
- Saluran Primer (tidak
m
ada)
- Saluran Sekunder
m 325 Segi empat 2,5 0,8
Sidorukun
. Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit
- Kolam retensi unit
- Trash rack/ saringan
unit
sampah
12 Sistem Kali Indro
- Saluran Primer Indro m 2648 Segi empat 1,5 0,7
- Saluran Sekunder
m 171 Segi empat 0,7 0,4
Wisma A. Yani
- Saluran Sekunder
m 144 Segi empat 0,7 0,4
Awikoen
- Saluran Sekunder
m 125 Trapesium 1,5 1,3
Veteran
- Saluran Sekunder
m 343 Trapesium 0,6 1
Darmo Sugondo
. Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit
- Kolam retensi unit
- Trash rack/ saringan
unit
sampah
Sistem Drainase
13
Tenggulunan
- Saluran Primer
m 634 trapesium 1,5 1,7
Karangkering 1
- Saluran Sekunder
m 35 Segi empat 0,6 02
Karangkering 2
BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI
II-84
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Jum- Bentuk Dimensi Kondisi Frekuensi


Jenis Prasarana / lah / Penam- Pemeli-
No Satuan Tdk
Sarana Pan- pang H** Ber- haraan
jang Saluran* B** berfung (kali/tahun)
* fungsi
si
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)
- Saluran Sekunder
m 33 Segiempat 0,5 0,2
Karagkering 3
. Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit
- Kolam retensi unit
- Trash rack/ saringan unit
sampah
Sistem Draiinase
14
Karangkering
- Saluran Primer
m 395 Segiempat 3 0,5
Karangkering 2
- Saluran Sekunder
m 110 Segi empat 0,8 0,3
Karangkering 9B
- Saluran Sekunder
m 50 Segi empat 0,5 0,3
Karangkering 10A
. Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit
- Kolam retensi unit
- Trash rack/ saringan
unit
sampah
Sistem Drainase
15
Segoromadu 1
- Saluran Primer
m
(Tidak ada)
- Saluran Sekunder m 1237 Trapesium 0,8 1,5
Segoromadu 1
. Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit
- Kolam retensi unit
- Trash rack/ saringan
unit
sampah
Sistem Drainase
16
Veteran
- Saluran Primer (tidak
m
ada)
- Saluran Sekunder
m 1269 Segi empat 1,1 0,9
Veteran timur
. Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit
- Kolam retensi unit
- Trash rack/ saringan
unit
sampah
Sistem Drainase
17
Segoromadu 2
- Saluran Primer
m 193 Segi empat 1,5 1,95
Segoromadu 2
- Saluran Sekunder
m 193 Segi empat 1,5 1,95
Ngargosari
- Saluran Sekunder
m 652 Segi empat 1,6 1,4
PLN Segoromadu
. Bangunan Pelengkap
BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI
II-85
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Jum- Bentuk Dimensi Kondisi Frekuensi


Jenis Prasarana / lah / Penam- Pemeli-
No Satuan Tdk
Sarana Pan- pang H** Ber- haraan
jang Saluran* B** berfung (kali/tahun)
* fungsi
si
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit
- Kolam retensi unit
- Trash rack/ saringan
unit
sampah
Sistem Drainase
18
Segoromadu 3
- Saluran Primer
m 318 Trapesium 0,7 0,7
Segoromadu 3
- Saluran Sekunder
Mayjend Sungkono m 290 Segi empat 1,6 0,8
Barat
- Saluran Sekunder
Mayjend Sungkono m 217 Trapesium 1,5 0,8
Selatan
. Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit
- Kolam retensi unit
- Trash rack/ saringan
unit
sampah
Sistem Drainase
19
Gulomantung
- Saluran Primer
m 446 Segi empat 2 1,42
Gulomantung
- Saluran Sekunder
m 3180 Segi empat 4 1,8
Sekarkurung
- Saluran Sekunder
Makam m 1172 Segi empat 2 1,5
Gulomantung
Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit
- Kolam retensi unit
- Trash rack/ saringan
unit
sampah
Sistem Drainase Timur
20
Tol-Kali Lamong
- Saluran Primer
Timur Tol Kali m 335 Trapesium 2,1 0,9
Lamong
- Saluran Sekunder
m 2268 Trapesium 1,2 0,6
Kedanyang
- Saluran Sekunder
m 198 Segi empat 0,6 0,3
Prambangan
. Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit
- Kolam retensi unit
- Trash rack/ saringan
unit
sampah
Sistem Drainase Barat
21
Tol Kali Lamong
- Saluran Primer Barat
m 2713 Trapesium 1,8 2,7
Tol Kali Lamong
BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI
II-86
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Jum- Bentuk Dimensi Kondisi Frekuensi


Jenis Prasarana / lah / Penam- Pemeli-
No Satuan Tdk
Sarana Pan- pang H** Ber- haraan
jang Saluran* B** berfung (kali/tahun)
* fungsi
si
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)
- Saluran Sekunder
m 828 Trapesium 1,2 0,6
Tol BUnder Barat
- Saluran Sekunder
m 691 Segi empat 1,2 0,6
Tol BUnder Timur
- Saluran Sekunder
m 371 Segi empat 0,8 0,4
Mayjend Sungkono 3
. Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit
- Kolam retensi unit
- Trash rack/ saringan
unit
sampah
Sistem Drainase
22
Kedanyang
- Saluran Primer
m 1292 Trapesium
Kedanyang
- Saluran Sekunder
m 644 Trapesium 0,8 0,4
Prambangan
- Saluran Sekunder
m 275 Trapesium 1 0,6
Griya Karya Giri Asri
Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit
- Kolam retensi unit
- Trash rack/ saringan unit
sampah
Sistem Drainase
23
Banjaranyar 1
- Saluran Primer
m 2235 Trapesium 0,8 0,5
Banjaranyar 1
- Saluran Sekunder
m 637 Trapesium 1,5 0,6
Kedanyang Barat
- Saluran Sekunder
m 131 Segi empat 1,2 0,6
Kedanyang Utara
Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit
- Kolam retensi unit
- Trash rack/ saringan
unit
sampah
Sistem Drainase
24
Banjaranyar 2
- Saluran Primer
Kantor Bupati m 257 Segi empat 2 0,9
Selatan
- Saluran Sekunder
m 33 Trapesium 2 0,8
Samping PU
- Saluran Sekunder
m 52 Segi empat 0,6 0,3
Kembangan
- Saluran Sekunder
m 316 Segi empat 2,5 1
Graha Bunder Asri
. Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit
- Kolam retensi unit
BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI
II-87
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Jum- Bentuk Dimensi Kondisi Frekuensi


Jenis Prasarana / lah / Penam- Pemeli-
No Satuan Tdk
Sarana Pan- pang H** Ber- haraan
jang Saluran* B** berfung (kali/tahun)
* fungsi
si
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)
- Trash rack/ saringan
unit
sampah
Sistem Drainase
25
Tebalo
- Saluran Primer
m 2800 Trapesium 9 1,7
Tebalo
- Saluran Sekunder
m 4608 Segi empat 3,5 1,55
Dahan Rejo
- Saluran Sekunder m 1539 Segi empat 1 0,6
KH. Syafii Utara
- Saluran Sekunder
m 106 Trapesium 1 0,5
Permata Suci
- Saluran Sekunder
m 472 Trapesium 1 0,5
Sepuran
. Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit
- Kolam retensi unit
- Trash rack/ saringan unit
sampah
26 Sistem Kali Manyar 1
- Saluran Primer (tidak
m
ada)
- Saluran Sekunder
m 1679 Trapesium 2,2 0,9
Banjarsari
- Saluran Sekunder
m 343 Trapesium 0,8 0,3
Manyar 1
. Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit
- Kolam retensi unit
- Trash rack/ saringan
unit
sampah
27 Sistem Kali Manyar 2
- Saluran Primer
m 2384 Segi empat 2 0,7
Timur Tol Manyar
- Saluran Sekunder
m 2562 Segi empat 1,2 1
Tol Manyar Selatan
- Saluran Sekunder
m 319 Segi empat 0,8 0,4
Alam Bukit Raya
- Saluran Sekunder
m 414 Segi empat 0,3 0,1
Suci
. Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit
- Kolam retensi unit
- Trash rack/ saringan unit
sampah
Sumber : Masterplan Drainase dan analisa Pokja sanitasi Kab. Gresik

Keterangan:
*Bentuk penampang saluran: segi empat atau trapesium
**B:: lebar dasar saluran

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-88
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

***H: tinggi saluran

Dari tabel 2.25 dapat diketahui bahwa di kota Gresik (wilayah perkotaan yang
terdiri 3 kecamatan yaitu Gresik, Kebomas dan Manyar) mempunyai 27 sistem
drainase utama yang terdiri dari drainase primer, sekunder dan primer. Semua
sistem drainase tersebut masih berfungsi meskipun ada yang tersumbat baik oleh
sampah maupun tanah sehingga menyebabkan banjir/genangan.
Peta lokasi Genangan Kabupaten Gresik ditampilkan pada Gambar 2.9 dan
2.10. Dari gambar 2.9 dan 2.10 dapat diketahui bahwa lokasi genangan sebagian
besar terjadi di wilayah tengah ke selatan. Genangan terbesar di kecamatan Manyar
sebesar 208 Ha, disusul kecamatan Kebomas 151 Ha. Desa/kelurahan yang
mengalami genangan terbesar di desa Sukomulyo kecamatan Manyar sebesar 75,9
Ha.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-89
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-90
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Gambar 2.9. Peta Lokasi Genangan Kabupaten Gresik

Ds.Sekapuk (12 ha)

Ds. Banjarsari (2,3 ha)

Ds. Pandu (8,4 ha)


Ds.Tambak beras (10,6 ha)

Ds. Kedungrukem (3 ha) Ds. Cerme Lor (10 ha)

Ds.Ngembung (5 ha)
Ds. Morowudi (4,3 ha)
Ds. Kalipadang (6 ha)
Ds. Boboh (2 ha)
Ds. Putat Lor (2 ha)
Ds. Bulurejo (2 ha)
Ds. Gading Watu (2 ha)

Ds. Menganti (1 ha)

Ds. Gadung (4 ha)


Ds. Glindah (20 ha)
Ds. Randegan sari (8 ha)
Ds. Cermen Lerek (9 ha)
Ds. Petiken (9 ha)

Ds. Lampah (6 ha) Ds. Kesamben Wetan (8 ha)


Ds. Bambe (2 ha)
Ds. Lebanisuko (1,3 ha)
Ds. Sumberame (4,5 ha)
Ds. Wringinanom (7,8 ha)
Ds. Pasinanlemahputih (3 ha)
Ds. Kedunganyar (1,7 ha)

Sumber : Hasil Analisa Pokja Sanitasi Gresik 2015

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-91
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Gambar 2.10. Peta Lokasi Genangan Kota Gresik (Kec. Gresik, Kebomas, Manyar)

Ds. Pongangan (3,1ha)

Ds. Suci (1,6 ha)

Ds. Dahan Rejo (7,7ha)

Ds. Sukomulyo (75,9 ha)

Ds. Roomo (70,7 ha) Kel. Tlogopojok (10,4 ha)

Kel. Lumpur (5,8 ha)

Kel.Kroman (2,4 ha)

Kel. Kemuteran (7,4ha)


Kel. Pekelingan (6 ha)

Ds. Pulopancikan (18,5 ha)

Kel. Sidokumpul (20,7ha)

Ds. Kembangan (36,6ha)

Ds. Kedanyang (4,1 ha)

Kel. Randuagung(31,4 ha)

Ds. Gulomantung (11,6ha) Ds. Sidorukun (5,4 ha)


Ds. Sukorejo (4,2ha)
Kel. Tenggulunan(4,2ha)
Kel. Sidomoro (17,5ha)

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-92
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Sumber : Masterplan Drainase Kota Gresik 2011 dan Analisa Pokja Sanitasi

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-93
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

3) Kelembagaan dan Peraturan Drainase Lingkungan


Instansi yang bertanggung jawab dalam penanganan drainase adalah Seksi
Drainase , Bidang Cipta Karya, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Gresik.
Kabupaten Gresik belum mempunyai peraturan terkait drainase lingkungan.

2.4. Area berisiko dan Permasalahan Mendesak Sanitasi


A. Area Beresiko dan Permasalahan Air Limbah Domestik
Dari hasil perhitungan pada instrumen profil sanitasi diperoleh area beresiko sanitasi
air limbah domestik dengan menggabungkan hasil Indeks resiko sanitasi (EHRA),
persepsi SKPD dan data sekunder. Proporsi yang disepakati oleh Pokja Sanitasi
Kabupaten Gresik untuk menentukan area beresiko air limbah domestik sebagai
berikut :
Data Sekunder 20%
Study EHRA 40%
Persepsi SKPD 40%
Untuk lebih jelasnya area beresiko sanitasi sub sektor air limbah disajikan dalam
bentuk gambar 2.11 dan tabel 2.26.
Dari gambar 2.11 dapat diketahui bahwa area beresiko sangat tinggi dan tinggi
sebagian besar berada di 3 kecamatan kota yaitu Gresik, Kebomas dan Manyar
karena merupakan kawasan dengan kepadatan tinggi dan CBD.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-94
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Gambar 2.11. Peta Area Beresiko Air Limbah Domestik Kabupaten Gresik

Sumber : Hasil Analisa Pokja Sanitasi Kab. Gresik 2015

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-95
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Tabel 2.26. Area berisiko Air Limbah Domestik

Wilayah prioritas
No Area Berisiko*) Desa/Kelurahan Kecamatan
1 Risiko 4
1 Tanjung Kedamean
2 Singosari Kebomas
3 Randuagung Kebomas
4 Kebomas Kebomas
5 Sidokumpul Gresik
6 Kroman Gresik
7 Lumpur Gresik
8 Tlogopojok Gresik
9 Campurejo Panceng
10 Pangkah Wetan Ujung Pangkah
2. Risiko 3
1 Wringinanom Wringinanom
2 Driyorejo Driyorejo
3 Bambe Driyorejo
4 Petiken Driyorejo
5 Kedamean Kedamean
6 Menganti Menganti
7 Cerme Kidul Cerme
8 Cerme Lor Cerme
9 Banjarsari Cerme
10 Bulurejo Benjeng
11 Balongpanggang Balongpanggang
12 Duduksampeyan Duduksampeyan
13 Kedanyang Kebomas
14 Prambangan Kebomas
15 Gulomantung Kebomas
16 Sukorejo Kebomas
17 Segoromadu Kebomas
18 Tenggulunan Kebomas
19 Karangkiring Kebomas

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-96
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Wilayah prioritas
No Area Berisiko*) Desa/Kelurahan Kecamatan
20 Indro Kebomas
21 Sidomoro Kebomas
22 Gending Kebomas
23 Ngargosari Kebomas
24 Kawisanyar Kebomas
25 Sidomukti Kebomas
26 Giri Kebomas
27 Klangonan Kebomas
28 Sekarkurung Kebomas
29 Kembangan Kebomas
30 Dahanrejo Kebomas
31 Ngipik Gresik
32 Tlogopatut Gresik
33 Kramatinggil Gresik
34 Sidorukun Gresik
35 Pulopancikan Gresik
36 Gapurosukolilo Gresik
37 Tlogobendung Gresik
38 Pekauman Gresik
39 Sukorame Gresik
40 Karangturi Gresik
41 Trate Gresik
42 Karangpoh Gresik
43 Bedilan Gresik
44 Kebungson Gresik
45 Pekelingan Gresik
46 Kemuteran Gresik
47 Sukodono Gresik
48 Tebalo Manyar
49 Suci Manyar
50 Yosowilangun Manyar
51 Roomo Manyar

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-97
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Wilayah prioritas
No Area Berisiko*) Desa/Kelurahan Kecamatan
52 Sukomulyo Manyar
53 Pongangan Manyar
54 Peganden Manyar
55 Banjarsari Manyar
56 Leran Manyar
57 Manyarejo Manyar
58 Manyar Sidomukti Manyar
59 Manyar Sidorukun Manyar
60 Banyuwangi Manyar
61 Sembayat Manyar
62 Betoyoguci Manyar
63 Betoyokauman Manyar
64 Sumberejo Manyar
65 Tanggulrejo Manyar
66 Gumeno Manyar
67 Ngampel Manyar
68 Morobakung Manyar
69 Sidomukti Bungah
70 Bungah Bungah
71 Kramat Bungah
72 Randu Boto Sidayu
73 Asem Papak Sidayu
74 Mriyunan Sidayu
75 Kauman Sidayu
76 Gedung Kedo'an Dukun
77 Bangeran Dukun
78 Lowayu Dukun
79 Dukuh Kembar Dukun
80 Madumulyorejo Dukun
81 Jrebeng Dukun
82 Sekargadung Dukun
83 Dalegan Panceng

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-98
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Wilayah prioritas
No Area Berisiko*) Desa/Kelurahan Kecamatan
84 Banyutengah Panceng
85 Banyu Urip Ujung Pangkah
86 Pangkah Kulon Ujung Pangkah
87 Kumalasa Sangkapura
88 Daun Sangkapura
89 Balikterus Sangkapura
90 Pudakitbarat Sangkapura
91 Suwari Sangkapura
92 Dekatagung Sangkapura
93 Tambak Tambak
Sumber : Hasil Analisa Pokja Sanitasi Kab. Gresik 2015
Catatan:
*) Hanya untuk wilayah dengan risiko 4 dan 3
Dari Tabel 2.26 area beresiko air limbah domestik disepakati bahwa area beresiko 4
(sangat tinggi) ada 10 desa/kelurahan yang tersebar di 5 kecamatan yang berbeda.
Sedangkan area beresiko 3 (tinggi) ada 93 desa/kelurahan yang tersebar di 18
kecamatan yang berbeda.

Untuk permasalahan mendesak air limbah domestik dapat dilihat pada Tabel 2.27

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-99
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Tabel 2.27. Permasalahan mendesak air limbah domestik


A. Sistem Air Limbah
1.Aspek Jumlah kepemilikan jamban di Kabupaten Gresik (Study EHRA
Pengembang
2015) adalah 96,98% dengan rincian 95,33% jamban pribadi dan
-an Sarana
dan 1,64% MCK/WC umum sedangkan 3,02% sisanya ke lain-lain.
Prasarana:

User Interface

Keterangan:
- Jumlah Penduduk Kabupaten Gresik tahun 2014: 1.316.717
jiwa atau 329.179 KK

Kesimpulan:
- Kepemilikan akses Jamban Pribadi & MCK = 96,98 % (319.238
KK)
- Yang tidak memiliki jamban Pribadi & MCK = 3,02% (9.941 KK)
- Perilaku BABS sebesar 5,9% (19.422 KK)

Pengumpulan Tempat penyaluran akhir tinja Rumah Tangga:


&
Berdasarkan studi EHRA : sebanyak 85,1 % membuang tinja ke
Penampungan
/Pengolahan tangki septik, 1,8% ke pipa sewer, 7,2% ke cubluk/lubang tanah
Awal:
dan 5,9% ke tempat lain (sungai, laut, danau, tanah, kebun dll)

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-100
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

- Jumlah kepemilikan septic tank = 85,1% (280.131 KK)


Artinya dari 319.238 KK yang memiliki jamban pribadi dan
MCK ada 39.107 KK yang tidak mempunyai septictank
Pengangkutan - Hanya ada 1 truk penyedot tinja milik pemda, pembuangan
/
tinja ke IPLT, sungai atau ke tanah
Pengaliran:
- Praktek pengurasan tangki septic 21,8% (71.761 KK)
Pengolahan Sudah ada IPLT tapi belum beroperasi
Akhir
Kurangnya IPAL Komunal di wilayah perdesaan
Terpusat
Daur Ulang / Belum dilakukan daur ulang
Pembuangan
Akhir:
Sumber: Hasil Analisa Pokja Sanitasi Kabupaten Gresik

B. Lain-lain
Dokumen Sudah mempunyai masterplan air limbah skala perkotaan
Perencanaan
Pendanaan: Dana APBD untuk air limbah terlalu kecil
Anggaran sektor sanitasi belum menjadi prioritas oleh para
pengambil kebijakan
Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari
masyarakat dan swasta
Kelembaga- Sudah ada UPTD Pengelolaan Air Limbah
an
Peraturan Belum adanya peraturan daerah mengenai pengelolaan air limbah
Undang-
(baru Raperda)
Undang

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-101
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Peran o Kurangnya kesadaran masyarakat akan pengolahan limbah


Masyarakat domestik. Hal ini karena masih banyaknya perilaku masyarakat
dan dunia yang masih BAB sembarangan baik itu di sungai, di kebun, laut
usaha dan sebagainya.
o Kurangnya keterlibatan pihak swasta dalam pengolahan limbah
/swasta
domestik
o Masih banyak sumur yang jaraknya kurang dari 10 m dari resapan
tanki septic
o Kurangnya partisipasi masyarakat untuk merawat sarana MCK
Komunal

Aspek o Masih kurangnya kegiatan komunikasi terkait pengelolaan air


Komunikasi limbah sehingga masih ada masyarakat yang membuang air
limbah rumah tangga ke saluran drainase
Sumber : Studi EHRA dan Analisa Pokja Sanitasi Gresik 2015

Dari tabel permasalahan mendesak air limbah domestik terlihat masih banyak
masyarakat yang melakukan praktek BABS dan jumlah kepemilikan septik tank yang
hanya 85,1% dan pengurasan tangki septic hanya 21,8%. Untuk itu perlu
keseriusan Pemerintah Kabupaten Gresik dalam menyelesaikan permasalahan
mendesak tersebut.

B. Area Beresiko dan Permasalahan Persampahan


Dari hasil perhitungan pada instrumen profil sanitasi diperoleh area beresiko sanitasi
persampahan dengan menggabungkan Indeks Resiko Persampahan (Studi EHRA),
persepsi SKPD dan data sekunder. Proporsi yang disepakati oleh Pokja Sanitasi
Kabupaten Gresik untuk menentukan area beresiko sanitasi sector persampahan
sebagai berikut :
Data Sekunder 20%
Study EHRA 40%
Persepsi SKPD 40%
Untuk lebih jelasnya area beresiko sanitasi sektor persampahan disajikan dalam
bentuk peta 2.12 dan tabel 2.28 di bawah ini.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-102
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Gambar 2.12. Peta Area Beresiko Persampahan Kabupaten Gresik

Sumber : Hasil Analisa Pokja Sanitasi Kab. Gresik 2015

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-103
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Tabel 2.28. Area berisiko persampahan

Wilayah Prioritas
No Area Berisiko*) Desa/Kelurahan Kecamatan
1. Risiko 4
1 Petiken Driyorejo
2 Singosari Kebomas
3 Pangkah Kulon Ujung Pangkah
4 Pangkah Wetan Ujung Pangkah
5 Tambak Tambak
2. Risiko 3
1 Watestanjung Wringinanom
2 Driyorejo Driyorejo
3 Bambe Driyorejo
4 Mojosarirejo Driyorejo
5 Manunggal Kedamean
6 Bringkang Menganti
7 Setro Menganti
8 Laban Menganti
9 Pengalangan Menganti
10 Randupadangan Menganti
11 Pelemwatu Menganti
12 Sidojangkung Menganti
13 Domas Menganti
14 Gadingwatu Menganti
15 Boteng Menganti
16 Boboh Menganti
17 Gempolkurung Menganti
18 Kepatihan Menganti
19 Hendrosari Menganti
20 Iker-iker Geger Cerme
21 Cerme Kidul Cerme
22 Cerme Lor Cerme
23 Banjarsari Cerme
24 Gedangkulut Cerme

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-104
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Wilayah Prioritas
No Area Berisiko*) Desa/Kelurahan Kecamatan
25 Sirnoboyo Benjeng
26 Jogodalu Benjeng
27 Jatirembe Benjeng
28 Tambakrejo Duduksampeyan
29 Kedanyang Kebomas
30 Prambangan Kebomas
31 Gulomantung Kebomas
32 Indro Kebomas
33 Kroman Gresik
34 Yosowilangun Manyar
35 Pongangan Manyar
36 Banjarsari Manyar
37 Bungah Bungah
38 Abar-abir Bungah
39 Sukorejo Sidayu
40 Randu Boto Sidayu
41 Golokan Sidayu
42 Wadeng Sidayu
43 Lowayu Dukun
44 Sambogunung Dukun
45 Wotan Panceng
46 Prupuh
47 Campurejo Panceng
48 Banyutengah Panceng
49 Sekapuk Ujungpangkah
50 Banyu Urip Ujungpangkah
51 Kotakusuma Sangkapura
52 Sawahmulya Sangkapura
53 Suwari Sangkapura
54 Telukjatidawang Tambak
55 Klompaggubug Tambak
56 Grejeg Tambak
57 Kepuhlegundi Tambak
Sumber : Hasil Analisa Pokja Sanitasi Kab. Gresik
Catatan:
*) Hanya untuk wilayah dengan risiko 4 dan 3
BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI
II-105
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Dari tabel 2.28 area beresiko persampahan disepakati bahwa area beresiko 4
(sangat tinggi) ada 5 desa/kelurahan yang tersebar di 4 kecamatan. Sedangkan
area beresiko 3 (tinggi) ada 57 desa/ kelurahan yang tersebar di 17 kecamatan
yang berbeda.

Untuk permasalahan mendesak persampahan dapat dilihat pada Tabel 2.29.

Tabel 2.29. Permasalahan mendesak persampahan


A. Sistem Persampahan
1.Aspek Tingkat Pengolahan Sampah Rumah Tangga (RT) sbb:
Pengembang Tingkat layanan penanganan sampah RT: dikumpulkan oleh
an Sarana kolektor informal yg mendaur ulang 1,8%, dikumpulkan dan di buang
dan ke TPS 39,8%, sedangkan 58,4% tidak diangkut tukang sampah
Prasarana (dibakar, dibuang ke sungai/danau, dibuang ke lahan kosong/kebun,
dll)

User Interface

Keterangan:
- Produksi Sampah Kabupaten Gresik per hari = 3.292 m3/hari
- Pelayanan Sampah 41,6 % per hari = 1.369 m3/hari

Praktek Pemilahan Sampah oleh RT :

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-106
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Sebanyak 68,6% responden yang tidak melakukan


pemilahan sampah sebelum dibuang dan sebanyak 31,4% responden
melakukan pemilahan.
Pemilahan sampah yang sudah dilakukan oleh RT sebesar
31,4% (1.034 m3/hari)
Pengurangan sampah dari sumbernya (RT) sebesar 1,9%
(6,5 m3/hari)
Pengumpulan - Sampai saat ini telah tersedia 189 unit gerobak dorong kapasitas
setempat angkut : @ 0,25 m3, sepeda motor roda 3 sebanyak 18 unit, pick up
sebanyak 3 unit
Penampungan - Baru ada 104 TPS
Sementara - Sampai saat ini tersedia: 2 unit TPST, kapasitas total: 40 m3/hari atau
(TPS) setara dengan 1,22 % dari total timbulan sampah.
- Terbatasnya area pelayanan (wilayah perdesaan belum terlayani secara
maksimal)
Pengangkutan Masih kurangnya sarana pengangkut, baru ada 27 truk terdiri dari 4
dump truk, 20 amrol truck dan 3 arm Roll Truck mini
Sarana pengangkut sampah terpilah masih kurang
(Semi) - Belum melakukan pemilahan
Pengolahan
Akhir
Terpusat
Daur Ulang / TPA Ngipik sudah Over Load
Tempat Masyarakat belum menyetujui rencana lahan untuk TPA baru ( di Ds.
Pemrosesan Banyutengah Kec. Panceng)
Akhir: TPA masih dikelola dengan system control landfill
Instalasi pengelolaan lindi (IPL) belum optimal
Dokumen Sudah mempunyai masterplan persampahan tetapi perlu dilakukan
Perencanaan review

B. Lain-lain
Kapasitas Sarana Prasarana terbatas
Pengelolaan Kurangnya Sarana & Prasarana (tempat Pembuangan Sampah/TPS)
BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI
II-107
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Sampah Frekuensi pengangkutan sampah terbatas


Makin besarnya timbulan sampah, belum maksimalnya usaha
pengurangan sampah dari sumbernya
Keterbatasan lahan TPA (lahan yang ada saat ini milik swasta )
Kelembagaan Belum optimalnya kapasitas kelembagaan

Pendanaan Minimnya anggaran di bidang persampahan


Pembayaran retribusi tanpa ada feed back yang baik ke pihak
pembayar (layanan tidak merata)
Peran Kesadaran masyarakat rendah / banyak yang buang sampah
Masyarakat dan sembarangan, sampah yang tidak dikelola dengan baik (dibuang ke
dunia usaha/ sungai, lahan kosong, dibakar dll) sebesar 58,4% (Study EHRA 2015)
swasta Banyaknya industri yang berpeluang untuk terlibat dalam CSR
Sudah ada pemilahan sampah di tingkat sekolah
Sudah ada LSM yang bergerak di bidang Lingkungan
Tidak ada Pemilahan sampah di Sumbernya
Peraturan Sudah ada perda tentang pengelolaan persampahan
Perundangan Lemahnya penegakan hukum terkait pelanggaran dalam pengelolaan
dan penegakan sampah
hukum Perda sudah mengatur sangsi tapi belum optimal
Sumber : Study EHRA, BLH dan Analisa Pokja Kab. Gresik 2015
Dari tabel 2.29 dapat diketahui bahwa cakupan layanan persampahan baru
mencapai 41,6% dari seluruh desa yang ada di Kabupaten Gresik. Kesadaran
masyarakat maish rendah / banyak yang buang sampah sembarangan menjadi
salah satu indikator rendahnya cakupan layanan persampahan. Keberadaan TPA di
Ngipik sudah overload sehingga perlu untuk membangun TPA baru.

C. Area Beresiko dan Permasalahan Drainase Lingkungan


Dari hasil perhitungan pada instrumen profil sanitasi diperoleh area beresiko sanitasi
drainase lingkungan dengan menggabungkan hasil indeks resiko drainase, persepsi
SKPD dan data sekunder. Proporsi yang disepakati oleh Pokja Sanitasi Kabupaten
Gresik untuk menentikan area beresiko sanitasi sector drainase lingkungan sebagai
berikut:
Data Sekunder 20%
Study EHRA 40%
Persepsi SKPD 40%
Untuk lebih jelasnya area beresiko drainase lingkungan disajikan dalam bentuk
gambar 2.13 dan tabel 2.30 di bawah ini.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-108
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Gambar 2.13 Peta Area Beresiko Drainase Lingkungan Kabupaten Gresik

Sumber : Hasil Analisa Pokja Sanitasi Kab. Gresik 2015

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-109
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Dari gambar 2.13 dapat diketahui bahwa area beresiko sangat dan tinggi tersebar
hampir semua kecamatan kecuali kecamatan Sidayu, Duduksampeyan,
Balongpanggang, Sangkapura dan Tambak.
Tabel 2.30. Area berisiko drainase lingkungan

Wilayah prioritas
No Area Berisiko*) Desa/Kelurahan Kecamatan
1. Risiko 4
1 Cermen Lerek Kedamean
2 Morowudi Cerme
3 Lundo Benjeng
4 Segoromadu Kebomas
5 Indro Kebomas
6 Pulopancikan Gresik
7 Pekauman Gresik
8 Kroman Gresik
9 Lumpur Gresik
10 Sukomulyo Manyar
11 Banyuwangi Manyar
12 Campurejo Panceng
13 Pangkah Kulon Ujung Pangkah
14 Pangkah Wetan Ujung Pangkah
2. Risiko 3
1 Wringinanom Wringinanom
2 Pasinanlemahputih Wringinanom
3 Krikilan Driyorejo
4 Bambe Driyorejo
5 Petiken Driyorejo
6 Kesambenwetan Driyorejo
7 Randegansari Driyorejo
8 Glindah Kedamean
9 Lampah Kedamean
10 Boboh Menganti
11 Kepatihan Menganti
12 Hendrosari Menganti

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-110
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Wilayah prioritas
No Area Berisiko*) Desa/Kelurahan Kecamatan
13 Dooro Cerme
14 Lengkong Cerme
15 Dungus Cerme
16 Iker-iker Geger Cerme
17 Pandu Cerme
18 Jono Cerme
19 Tambakberas Cerme
20 Cerme Lor Cerme
21 Balongtunjung Benjeng
22 Balongmojo Benjeng
23 Bulangkulon Benjeng
24 Sedapurklagen Benjeng
25 Deliksumber Benjeng
26 Kedungrukem Benjeng
27 Munggugianti Benjeng
28 Bengkelolor Benjeng
29 Gluranploso Benjeng
30 Bulurejo Benjeng
31 Sukorejo Kebomas
32 Dahanrejo Kebomas
33 Randuagung Kebomas
34 Kebomas Kebomas
35 Sidokumpul Gresik
36 Gapurosukolilo Gresik
37 Tlogobendung Gresik
38 Kemuteran Gresik
39 Sukodono Gresik
40 Tebalo Manyar
41 Roomo Manyar
42 Pongangan Manyar
43 Sidomukti Bungah
44 Mojopurogede Bungah

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-111
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Wilayah prioritas
No Area Berisiko*) Desa/Kelurahan Kecamatan
45 Mojopurowetan Bungah
46 Melirang Bungah
47 Sidorejo Bungah
48 Gedung Kedo'an Dukun
49 Bangeran Dukun
50 Dukuh Kembar Dukun
51 Madumulyorejo Dukun
52 Jrebeng Dukun
53 Sekargadung Dukun
Sumber : Hasil Analisa Pokja Sanitasi Kab. Gresik 2015
Catatan:
*) Hanya untuk wilayah dengan risiko 4 dan 3
Dari tabel area beresiko drainase lingkungan disepakati bahwa area beresiko 4
(sangat tinggi) ada 14 desa/kelurahan yang tersebar di 8 kecamatan berbeda.
Sedangkan area beresiko 3 (tinggi) ada 53 desa/kelurahan yang tersebar di 11
kecamatan yang berbeda.

Untuk permasalahan mendesak drainase lingkungan dapat dilihat pada tabel


berikut:

Tabel 2.31. Permasalahan mendesak drainase lingkungan


A. Sistem Drainase Lingkungan
User Interface Lama genangan bila terjadi banjir yang lebih dari 1 hari: 56,9%
Rumah Tangga yang mengalami banjir rutin:
kejadian banjir di Kabupaten Gresik hanya terdapat di
beberapa tempat saja sehingga mayoritas dapat dikatakan
tidak pernah mengalami banjir (84,0%).
Sedangkan daerah yang mengalami banjir sekali dalam
setahun memiliki frekuensi sekitar 5,9%, beberapa kali
dalam setahun sebanyak 9,3% dan sekali atau beberapa
kali dalam sebulan sebanyak 0,3%.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-112
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Frekuensi genangan secara rutin dialami oleh sekitar 74,2 %


rumah tangga, sedangkan 25,8% tidak mengalami secara rutin.

Penampungan / Grey water masih bercampur dengan saluran drainase, belum


Pengolahan ada sumur resapan
Awal Drainase tertutup trotoar (kontrol sulit bila terjadi sumbatan)
Masih ada drainase yang tidak mampu menampung kapasitas
air hingga terjadi limpahan ke luar
Banyak terdapat saluran drainase yang hilang dan berubah
fungsi
Pengangkutan / Kepemilikian SPAL selain tinja /drainase lingkungan berdasarkan
Pengaliran: hasil Study EHRA 2015:

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-113
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

86,3% mempunyai saluran drainase dan sisanya 13,7% tidak


mempunyai drainase.
Data lain - Ditemukan bahwa sekitar 15,5 % rumah tangga memiliki
berdasarkan lingkungan sekitar rumah yang terdapat genangan air.
hasil Study - Pada umumnya, drainase lingkungan masih menjadi satu antara
EHRA 2015 pembuangan air hujan (pematusan air hujan) dan saluran
limbah rumah tangga (grey water)
- Dimensi saluran drainase yang tidak sesuai dengan kapasitas
daya tampung.
B. Lain-lain
Dokumen Sudah ada masterplan drainase tahun 2011
Perencanaan
Peraturan Belum adanya perda yang mengatur di tingkat bawah
Perundangan
dan penegakan
hukum
Pendanaan Anggaran APBD terbatas (biaya operasional)

Peran Perilaku masyarakat yang buang sampah di saluran drainase

Masyarakat dan di sungai.
Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam
pengelolaan saluran drainase
Kesadaran pengembang dan perusahaan untuk menyediakan
lahan drainase masih kurang
Kurangnya pengendalian perumahan untuk membuat
perencanaan bangunan dan drainase
CSR drainase masih kurang
Peran serta masyarakat masih kurang dalam membersihkan
saluran
Kelembagaan Kurangnya koordinasi yang baik antar stakehoulder terkait
saluran baik oleh Bina marga, cipta karya, dan perijinan
Kurangnya komitmen pemerintah daerah untuk melaksanakan
kegiatan sesuai master plan drainase
Sumber : Study EHRA 2015, DPU dan Analisa Pokja Sanitasi Gresik 2015

Dari tabel 2.31 dapat diketahui bahwa beberapa permasalahan mendesak drainase
lingkungan di Kabupaten Gresik adalah kejadian banjir di Kabupaten Gresik terdapat
di beberapa tempat saja sehingga mayoritas dapat dikatakan tidak pernah
mengalami banjir (84,0%) (studi EHRA 2015). Kurangnya koordinasi yang baik
antar stakehoulder terkait saluran baik oleh Bina marga, cipta karya, dan perijinan.
Grey water masih bercampur dengan saluran drainase, belum ada sumur resapan,
Drainase tertutup trotoar (kontrol sulit bila terjadi sumbatan), Masih ada drainase
yang tidak mampu menampung kapasitas air hingga terjadi limpahan ke luar.

BAB II |PROFIL SANITASI SAAT INI


II-114

Anda mungkin juga menyukai