Anda di halaman 1dari 12

HASIL ANALISIS SITUASI

PREVALENSI STUNTING DI KAB. GROBOGAN


(TINGKAT KABUPATEN)

Bappeda Kab. Grobogan


Tahun 2020

Kementerian Kesehatan mendefinisikan Stunting (kerdil)


sebagai sebuah keadaan dimana balita memiliki panjang atau tinggi
badan yang kurang apabila dibandingkan dengan umur. Kondisi ini
diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus
dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak
dari WHO. Balita stunting termasuk masalah gizi kronik
yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi
sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi,
dan kurangnya asupan gizi pada bayi.
WHO (2018) mendefinisikan Stunting sebagai
gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak
yang disebabkan oleh gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi
psikososial yang tidak memadai. Anak dianggap mengalami stunting apabila tinggi-
mereka dibawah dari dua standar deviasi pertumbuhan anak.
Stunting disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain kondisi
kesehatan dan gizi ibu sebelum, saat kehamilan serta setelah persalinan. Kondisi
kesehatan ibu sebelum kehamilan yang berpengaruh terhadap terjadinya stunting
adalah usia ibu yang masih terlalu muda/ usia remaja. Kehamilan yang terjadi di usia
remaja rawan menyebabkan terjadinya Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan
Masa sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual;
Usia kehamilan ibu yang terlalu muda (di bawah 20 tahun) berisiko melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah (BBLR). Bayi BBLR mempengaruhi sekitar 20 % dari
terjadinya stunting. Hal ini juga selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Irwansyah (2015) yang menyebutkan bahwa terdapat korelasi positif antara kasus
stunting dengan BBLR serta BBLR dengan kehamilan pada usia muda.
A. Gambaran Geografis Wilayah Kabupaten Grobogan
Dilihat dari Peta Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Grobogan terletak
diantara dua Pegunungan Kendeng yang membujur dari arah barat ke timur dan

1
Analisis Situasi Stunting Tahun 2020 Kabupaten
berada di bagian timur. Ditinjau secara letak geografis, wilayah Kabupaten
Grobogan terletak diantara 1100 32' - 1110 15' Bujur Timur dan 60 55' - 70 16'
Lintang Selatan, dengan kondisi tanah berupa daerah pegunungan kapur,
perbukitan dan dataran di bagian tengahnya. Luas wilayah Kabupaten
Grobogan tercatat 1.975,86 Km2 dan merupakan kabupaten terluas nomor 2 di
Jawa Tengah setelah Kabupaten Cilacap.
Peta Wilayah Kabupaten Grobogan

Secara administratif Kabupaten Grobogan terdiri dari 19 kecamatan dan


280 desa/kelurahan dengan jumlah RT dan RW sebanyak 9.096 RT dan 1.756
RW. Luas Kabupaten Grobogan tercatat seluas 1.975,86 km2. Kecamatan
terbesar adalah kecamatan Geyer dengan luas 196,19 km2, sedangkan
kecamatan yang terkecil kecamatan Klambu dengan luas 46,56 km2. Peta
Wilayah Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada gambar di atas dan Wilayah
administrasi Kabupaten Grobogan menurut kecamatan pada tahun 2019 dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut:

2
Analisis Situasi Stunting Tahun 2020 Kabupaten
Wilayah Administrasi Kabupaten Grobogan
Menurut Kecamatan Tahun 2020
Luas
Banyaknya De
No Kecamatan Dusun RT RW Wilayah
Kelurahan sa
(km2)
1 Kedungjati 0 12 76 322 82 130,34
2 Karangrayung 0 19 100 593 107 140,59
3 Penawangan 0 20 71 460 85 74,18
4 Toroh 0 16 118 884 153 119,31
5 Geyer 0 13 102 507 101 196,19
6 Pulokulon 0 13 112 672 126 133,65
7 Kradenan 0 14 79 549 96 107,74
8 Gabus 0 14 87 544 99 165,37
9 Ngaringan 0 12 78 396 92 116,72
10 Wirosari 2 12 86 509 94 154,3
11 Tawangharjo 0 10 58 348 73 83,6
12 Grobogan 1 11 52 448 80 104,56
13 Purwodadi 4 13 104 915 157 77,65
14 Brati 0 9 51 279 57 54,9
15 Klambu 0 9 44 185 47 46,56
16 Godong 0 28 86 511 103 86,79
17 Gubug 0 21 62 463 105 71,11
18 Tegowanu 0 18 54 244 56 51,67
19 Tanggungharjo 0 9 31 267 43 60,63
Kabupaten Grobogan 7 273 1.451 9.096 1.756 1.975,86
Sumber : BPS Kabupaten Grobogan, Buku “ Grobogan Dalam Angka 2020”, 2020
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, jumlah penduduk Kabupaten
Grobogan tahun 2019 adalah sebesar 1.351.429 orang dengan laju
pertumbuhan penduduk sebesar 0,56 %. Dari hasil proyeksi tersebut, diperoleh
rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Grobogan masih di bawah 100 yaitu
sebesar 97,89. Hal ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk wanita lebih
banyak daripada jumlah penduduk laki-laki. Sejalan dengan kenaikan jumlah
penduduk maka kepadatan penduduk dalam kurun waktu lima tahun terakhir
(2015–2019) cenderung mengalami kenaikan, pada tahun 2015 tercatat
sebesar 668 jiwa/km2, sedangkan pada tahun 2019 menjadi 684 jiwa/km2.
Jumlah penduduk yang terus bertambah setiap tahun tidak diimbangi dengan
pemerataan penyebaran penduduk di tiap kecamatan. Kepadatan penduduk di
kecamatan yang wilayahnya sebagian besar perkotaan mempunyai kepadatan
penduduk yang tinggi dibandingkan dengan kecamatan yang wilayahnya masih
merupakan daerah pedesaan. Wilayah terpadat tercatat di Kecamatan
Purwodadi sebanyak 1.748 jiwa/km2 dan terjarang penduduknya adalah
Kecamatan Kedungjati yaitu 306 jiwa/km2. Jumlah penduduk menurut jenis
kelamin, sex rasio dan kecamatan dapat dilihat pada table dibawah ini :

3
Analisis Situasi Stunting Tahun 2020 Kabupaten
JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, SEX RASIO DAN
KECAMATAN, 2019
JENIS KELAMIN SEX
NO KECAMATAN
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH RASIO
1 Kedungjati 19.628 20.195 39.820 97,25
2 Karangrayung 45.493 45.095 91.026 99,96
3 Penawangan 29.602 29.739 59.619 98,67
4 Toroh 53.401 54.320 108.198 97,50
5 Geyer 29.027 31.054 60.016 93,71
6 Pulokulon 50.464 51.046 101.921 98,12
7 Kradenan 37.590 38.626 76.515 96,61
8 Gabus 33.150 34.710 67.850 95,57
9 Ngaringan 33.984 33.171 67.603 101,13
10 Wirosari 43.217 43.611 87.343 97,98
11 Tawangharjo 27.772 27.447 55.571 99,94
12 Grobogan 38.222 37.882 76.858 98,97
13 Purwodadi 67.916 69.049 138.310 96,52
14 Brati 23.104 23.663 47.063 96,48
15 Klambu 17.477 17.417 35.017 99,68
16 Godong 39.887 39.571 79.797 99,99
17 Gubug 38.437 38.958 77.741 97,84
18 Tegowanu 27.269 27.151 55.002 98,37
19 Tanggungharjo 19.544 20.217 39.937 95,88
JUMLAH 675.184 668.507 1.365.207 97,89
Sumber : BPS Kabupaten Grobogan, Buku “ Grobogan Dalam Angka 2020”,
2020
B. Gambaran Kemiskinan
Kondisi umum kemiskinan di Kabupaten Grobogan dapat digambarkan
dengan beberapa indikator. Indikator-indikator tersebut adalah Garis
Kemiskinan, Persentase Penduduk Miskin, Jumlah Penduduk Miskin, Indeks
Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan. Adapun kondisi
umum kemiskinan di Kabupaten Grobogan Tahun 2019 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Indikator Kemiskinan Kab. Grobogan Tahun 2019
NO INDIKATOR 2019

1 Garis Kemiskinan 375.521 (Rp/kapita/bulan)


2 Persentase Penduduk Miskin 11,77
3 Jumlah Penduduk Miskin 161.900 jiwa
4 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) 0,90
5 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) 0,13
Sumber : BPS Kab. Grobogan, 2019
Perkembangan kondisi kemiskinan Kabupaten Grobogan dari tahun 2015
hingga tahun 2019 terus mengalami kenaikan, meskipun belum mencapai target

4
Analisis Situasi Stunting Tahun 2020 Kabupaten
RPJMD setiap tahunnya, namun demikian 4 tahun terakhir menurun terus dan
yg paling tinggi tahun 2018 yaitu mengalami kenaikan sebanyak 0,96% dan
dilihat pada gambar di bawah ini :
Perkembangan kemiskinan dengan Target RPJMD Kab. Grobogan
Tahun 2015-2019
14,5
13,68
14 13,57
13,5 13,27
13
13,18

12,5 12,31
12,68 11,77
12

12,18
11,5

11,68
11

11,18

10,68
10,5
10
kondisi awal 2016 2017 2018 2019 2020 2021

target capaian Linear (capaian) Linear (capaian)

Sumber : BPS Kab. Grobogan, 2019


Posisi Kemiskinan Kabupaten Grobogan Tahun 2019 sebesar 11,77
berada di atas Provinsi (10,80) dan Nasional (9,22) serta menempati posisi ke
24 se Jawa Tengah. Hal ini menunjukan bahwa kemiskinan di Kab. Grobogan
masih cukup tinggi dan perlu percepatan dalam penanggulangannya. Posisi
kemiskinan se Jawa Tengah tahun 2019 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Posisi Kemiskinan se Jawa Tengah Tahun 2019


18,00
16,00
14,00
12,00
10,00
8,00
6,00
10,25
10,67
10,73
11,32
11,45
11,77
11,86
12,28
12,53
12,79
14,76
14,95
15,03
15,41
16,22
16,63
16,82

4,00
3,98
4,76
6,60
6,66
6,68
7,04
7,14
7,46
7,47
7,64
8,35
8,70
9,41
9,42
9,46
9,53
9,55
9,71

2,00
0,00
Kota Tegal
Kudus
Semarang

Pati
Kendal

Kebumen
Boyolali

Magelang

Demak
Jepara

Tegal

Cilacap

Sragen

Rembang
Karanganyar
Kota Pekalongan

Pemalang

Wonosobo
Sukoharjo

Batang
Kota Surakarta

Grobogan
Kota Semarang

Brebes
Kota Salatiga

Kota Magelang

Temanggung

Pekalongan

Banyumas

Purbalingga
Wonogiri

Blora
Purworejo

Klaten

Banjarnegara

Sumber : BPS Kab. Grobogan, 2019

C. Gambaran Kualitas Sumber Daya Manusia


Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi indikator penting untuk
mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia
(penduduk). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil
pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan
sebagainya. IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar: (1) Umur panjang dan
hidup sehat (a long and healthy life); (2) Pengetahuan (knowledge); (3) Standar

5
Analisis Situasi Stunting Tahun 2020 Kabupaten
hidup layak (decent standard of living). Indikator pada metode baru meliputi:
angka harapan hidup, harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah dan
pengeluaran perkapita.
Perkembangan IPM Kabupaten Grobogan dari tahun 2015 hingga tahun
2019 terus mengalami kenaikan, yaitu

2019 69,86

2018 69,32

2017 68,87

2016 68,52

2015 68,05

67 67,5 68 68,5 69 69,5 70

Sumber : BPS Kab. Grobogan, 2019


Posisi IPM Kabupaten Grobogan Tahun 2019 sebesar 69,86 berada di
bawah Provinsi (71,73) dan Nasional (71,92) serta menempati posisi ke 24 se
Jawa Tengah tahun 2019 dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Posisi IPM se Jawa Tengah tahun 2019

82,00

76,00
71,92

70,00 71,73
83,19
83,12
81,86
78,80
76,84
75,89
75,29
74,94
74,93
74,77
74,14
73,80
73,43
72,50
71,97
71,96
71,88
71,87
71,35
70,15
69,98
69,98
69,87
69,86
69,71
69,60
69,56
68,99
68,65
68,42
68,27
68,24
67,34
66,32
66,12

64,00
Kudus

Kebumen
Boyolali

Demak
Kota Tegal

Semarang

Jepara

Pati

Cilacap

Magelang
Kendal

Wonosobo
Kota Pekalongan

Sragen

Rembang

Tegal
Batang

Pemalang
Kota Semarang

Kota Surakarta

Karanganyar
Kota Magelang
Sukoharjo

Purworejo

Grobogan
Pekalongan

Brebes
Temanggung

Blora
Kota Salatiga

Klaten

Banyumas

Wonogiri

Purbalingga

Banjarnegara

Kab/Kota Prov (71,73) Nasional (71,92)

Sumber : BPS Kab. Grobogan, 2019


Sementara itu, indeks pembentuk IPM Kabupten Grobogan Tahun 2019
meliputi Angka Harapan Hidup, Harapan Lama Sekolah, Rata-Rata Lama
Sekolah dan Pengeluaran per Kapita, secara rinci dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
NO INDIKATOR 2019
1 Angka harapan hidup (AHH) 74,61 tahun
2 Harapan Lama Sekolah (HLS) 12,29 tahun
3 Rata-Rata Lama Sekolah (RRLS) 6,86 tahun
4 Pengeluaran per Kapita 10.350 ribu
Sumber : BPS Kab. Grobogan, 2019

6
Analisis Situasi Stunting Tahun 2020 Kabupaten
D. Analisis Situasi Stunting di Tingkat Kabupaten
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013, data
prevalensi stunting di Kabupaten Grobogan termasuk kategori tinggi dengan
prevalensi sebesar 54,9% dan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Tahun 2018 sebesar 32,9%. Sehingga pada Tahun 2018 Pemerintah Pusat
menetapkan Kabupaten Grobogan sebagai salah satu wilayah prioritas
penanganan stunting di tingkat nasional dan provinsi.
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menyusun sebuah sistem
informasi gizi terpadu berbasis daring yang berguna untuk memonitor serta
mengevaluasi pelaksanaan asuhan gizi di Puskesmas secara berkala bagi
masyarakat Indonesia. Pencatatan dan pelaporan tersebut dilakukan melalui
sistem informasi E-PPGBM (Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis
Masyarakat). Mekanisme pelaporan dan pencatatan yang digunakan
pelaksanaan sistem ini adalah menggunakan pendekatan partisipatif.
Pemerintah Kabupaten Grobogan sejak Tahun 2017 telah menggunakan
sistem informasi tersebut untuk memetakan kondisi pemenuhan gizi
masyarakat, khususnya terkait dengan kondisi gizi bayi dan ibu hamil. Dari
kedua indikator tersebut akan dapat ditemukan jumlah kasus bayi stunting di
Kabupaten Grobogan. Sistem informasi E-PPGBM selain digunakan untuk
melakukan pencatatan dan pelaporan kondisi asuhan gizi masyarakat, juga
dapat digunakan sebagai media kontrol bagi pemerintah daerah untuk melihat
sejauh mana intervensi telah dilakukan kepada masyarakat yang mengalami
permasalahan dalam asuhan gizi.
Hingga Bulan Agustus Tahun 2020, persentase anak yang telah
teridentifikasi serta terinput dalam sistem informasi E-PPGBM baru mencapai
60,8 % dari total seluruh anak yang ada di Kabupaten Grobogan. Dengan
cakupan input 60,8%, teridentifikasi angka prevalensi stunting sebesar 4,59%.
Dengan konsisi cakupan input ke E-PPGBM masih kurang dari 80 %, dianggap
masih belum cukup untuk mewakili populasi yang ada untuk dilakukan analisis.
Namun demikian, didata yang lain, Kabupaten Grobogan memiliki data
manual hasil penimbangan serempak yang dilakukan pada bulan Febuari 2020.
Data inilah yang nantinya digunakan dalam melakukan analisis serta penentuan
lokasi prioritas penanganan stunting di Kabupaten Grobogan. Berdasarkan data
manual hasil penimbangan serempak dimaksud dengan cakupan rata-rata 87%

7
Analisis Situasi Stunting Tahun 2020 Kabupaten
terdapat angka prevalensi stunting sebesar 3,5%. Adapun sebaran anak
stunting berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

PREVALENSI STUNTING
(%)
11,84

14,00
12,00
10,00
7,07

6,17

5,80
8,00
5,28

4,54

4,47
6,00

3,27

3,11

3,10

2,05

1,77
4,00

1,31

1,21

1,04

1,00

0,89

0,79

0,38
2,00
0,00

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Grobogan (Penimbangan serentak, Feb 2020)

Berdasarkan data di atas, Kecamatan Gabus memiliki angka prevalensi


stunting tertinggi di angka 11,84 % dan Kecamatan Purwodadi memiliki angka
prevalensi stunting terendah dari 19 kecamatan yaitu 0,38 %. Cakupan
prevalensi stunting di atas berdasarkan sasaran jumlah balita yang ada di
wilayah kecamatan masing-masing yang rata-rata cakupannya sudah mencapai
80%.
Selanjutnya, apabila disandingkan dengan jumlah penduduk per
kecamatan periode akhir Desember 2019, jumlah penduduk paling banyak
adalah Kecamatan Purwodadi yaitu sebanyak 140.696 jiwa dan yang paling
sedikit adalah Kecamatan Klambu yaitu sebanyak 38.945 jiwa, sedangkan
Kecamatan Gabus termasuk dipoisis tengah yaitu sebanyak 74.731 jiwa. Hal ini
menunjukan bahwa dengan jumlah penduduk banyak tidak kemudian akan
terdapat anak stunting yang banyak pula.
Dengan kondisi kemiskinan di Kab. Grobogan yang masih cukup tinggi,
bahkan diurutan ke 24 se Jawa Tengah, ada korelasi yang berbanding lurus
dengan kondisi stunting di Kab. Grobogan yang juga cukup tinggi. Namun
demikian, tidak berbanding lurus dengan Kab. Grobogan sebagai daerah
lumbung padi. Hal ini perlu kajian yang lebih mendetail, karena masyarakat yang
tinggal di lumbung padi, tidak menjamin kebutuhan gizinya terpenuhi secara
lengkap. Berdasarkan fenomena ini, dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa
kasus stunting yang terjadi di Kab. Grobogan dipengaruhi oleh pola asuh,
beragamnya makanan yang dikonsumsi balita dan tingginya perkawinan anak.

8
Analisis Situasi Stunting Tahun 2020 Kabupaten
Terkait dengan adanya 3 sumber data pravelensi stunting yang berbeda,
maka perlu adanya percepatan dalam penginputan data stunting hasil
penimbangan serempak ke system e-PPGBM. Diharapkan, dengan adanya
database data stunting e-PPGBM, akan lebih jelas angka prevalensi stunting di
Kab. Grobogan dan mempermudah pemerintah daerah dalam merumuskan
kebijakan dalam mengintervensinya.

E. Analisis Situasi Pelaksanaan Intervensi Spesifik Stunting di Kabupaten


Grobogan
Proses terjadinya stunting dilalui dengan proses yang panjang, diawali
dengan gagal tumbuh baik yang terjadi selama kehamilan maupun setelah lahir
dua sampai tiga tahun pertama kehidupan. Gagal tumbuh tersebut berakibat
terjadinya penurunan proporsi pada pertumbuhan tulang maupun jaringan lunak
dalam tubuh. Stunting yang terjadi dalam periode kritis yaitu sejak dalam
kandungan sampai dengan usia dua tahun, bila tidak dimanfaatkan dengan baik
maka akan berdampak permanen terhadap perkembangan.
Dalam penanganan stunting salah satu aspek yang paling penting untuk
dipenuhi adalah pelaksanaan intervensi spesifik yang didalamnya terdapat
tindakan-tindakan medis pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan, baik yang
menyasar kepada Ibu Hamil maupun yang secara langsung menyasar kepada
bayi. Intervensi spesifik merupakan tindakan yang beroritentasi pada
penanganan jangka pendek, dimana hasilnya juga dapat dilihat secara langsung
atau dalam jangka waktu yang pendek pula. Analisis situasi pelaksanaan
intervensi spesifik dan sensitif di Kabupaten Grobogan, bahwa masih terdapat
berbagai faktor yang menjadi perhatian dan secara rinci dapat dilihat pada
analisis berikut:,
a. Masih rendahnya Cakupan Intervensi Layanan Spesifik
1. Ibu Hamil mendapat IFA (TTD)
Kurangnya motivasi dan pengetahuan Ibu hamil maupun remaja putri di
sekolah/pesantren mengenai pentingnya tablet penambah darah yang
dapat berpengaruh terhadap kesehatan janin.
2. Kehadiran di posyandu
Sulitnya meningkatkan kesadaran ibu membawa balitanya secara rutin ke
posyandu.

9
Analisis Situasi Stunting Tahun 2020 Kabupaten
3. Ibu Hamil-K4
Masih rendahnya cakupan kelas ibu hamil K4 dikarenakan kurangnya
motivasi dan pengetahuan, alasan kesibukan, maupun kurangnya
dukungan dari keluarga.
4. Bayi 0-11 bulan mendapat imunisasi lengkap
Sulitnya meningkatkan kesadaran ibu membawa balitanya secara rutin ke
posyandu.
5. Remaja putri mendapatkan TTD
Kurangnya motivasi dan pengetahuan remaja putri di sekolah/pesantren
mengenai pentingnya tablet penambah darah yang dapat berpengaruh
terhadap kesehatan janin.
b. Masih rendahnya Cakupan Intervensi Layanan Spesifik
1. Keluarga yang mengikuti Bina Keluarga Balita
Kurangnya motivasi dan pengetahuan orang tua tentang pentingnya
mengikuti bina keluarga balita
2. Rumah tangga yang menggunakan sanitasi layak
Ketersediaan air bersih yang belum menjangkau seluruh desa,
dikarenakan tidak semua wilayah memiliki potensi sumber air bersih.
3. Cakupan orang tua yang mengikuti kelas parenting
Belum tersedianya kelas parenting
c. Faktor penghambat lainnya :
1. Pemberian ASI eksklusif yang terhambat, terutama pada ibu bekerja;
2. Kebiasaan ayah perokok yang sulit dirubah;
3. Angka pernikahan dini cukup tinggi. Hal ini dikarenakan usia remaja
secara psikologis belumlah matang, sehingga belum memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai kehamilan dan pola asuh anak yang
baik dan benar. Selain itu, organ reproduksinya belum terbentuk
sempurna, yang mana berisiko tinggi mengganggu perkembangan janin
dan menyebabkan keguguran.
4. Tingginya jumlah anak putus sekolah di Kabupaten Grobogan sehingga
mengakibatkan kurangnya pengetahuan.
Permasalahan Stunting merupakan masalah yang multi sektoral, sehingga
dalam dalam intervensinya melibatkan lintas sektor dan dibutuhkan sinergitas
program yang mutlak. Oleh karena itu diperlukan peningkatan koordinasi dan
perbaikan strategi penanggulangan stunting dalam mencapai target ZERO
stunting Kabupaten Grobogan.

10
Analisis Situasi Stunting Tahun 2020 Kabupaten
F. Upaya yang telah dilakukan
Dalam rangka penurunan angka prevalensi stunting di Kabupaten
Grobogan, Pemerintah telah melakukan berbagai upaya melalui program
Perbaikan Gizi Masyarakat,baik melalui intervensi gizi spesifik maupun
intervensi gizi senditif, diantaranya sebagai berikut:
a. Intervensi Gizi Spesifik
1. Pemberian Makanan Tambahan bagi ibu hamil;
2. Pemberian Tablet Tambah Darah (bumil dan remaja putri);
3. Promosi dan konseling menyusui;
4. Promosi dan konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) yang
tepat, suplemen gizi makro (PMT), suplementasi kalsium, suplementasi
vitamin A, suplementasi Zinc untuk diare, imunisasi, suplemen gizi mikro
(taburia) dan pemberian obat cacing.
b. Intervensi Gizi Sensitif
1. Program penyehatan lingkungan seperti penyediaan sarana air bersih
dan sanitasi;
2. Akses pelayanan Keluarga Berencana (KB), Akses jaminan kesehatan
maupun akses bantuan uang tunai maupun bantuan pangan non tunai
bagi keluarga miskin;
3. Konseling perubahan perilaku bagi orang tua dan anak;
4. Penyebarluasan informasi melalui berbagai media;
5. Pembentukan Pekarangan Pangan Lestari.
c. Anggaran
Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahun 2020,
belanja program/kegiatan untuk intervensi stunting spesifik baik yang
bersumber dari APBN maupun APBD sudah cukup besar yaitu sebesar
Rp30.481.134.000,-. Sedangkan untuk intervensi stunting sensitif baik yang
bersumber dari APBN maupun APBD sebesar Rp. 37.954.623.000,-. Hal ini
menunjukan komitmen pemerintah daerah dalam menanggulangi stunting di
Kab. Grobogan. Terkait dengan masih tingginya stunting di Kab. Grobogan,
yang perlu dievaluasi adalah sasaran dari program/kegiatan dimaksud,
sejauhmana program/kegiatan yang dilaksanakan berdampak dalam
mengintervensi kasus stunting.
G. Penetapan Lokus Stunting Tahun 2021
Berdasarkan penimbangan serempak bulan februari 2020 dan analisis
situasi grafik prevalensi diatas masih terdapat desa dengan prevalensi stunting

11
Analisis Situasi Stunting Tahun 2020 Kabupaten
yang cukup tinggi, sehingga perlu ditetapkan menjadi lokus stunting. Desa lokus
stunting tahun 2021 ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati Nomor
440/509/2020 tanggal 8 Juli 2020, sebagai berikut :
KASUS
NO KECAMATAN DESA PREVALENSI
STUNTING
1 Gabus Sulursari 108 28.95
Keyongan 64 26.12
Suwatu 31 25.00
Tahunan 67 19.71
Tlogotirto 47 18.43
Pelem 72 17.22
2 Godong Wanutunggal 25 16.23
Bugel 29 14.01
Bringin 18 13.64
Jatilor 26 13.54
3 Pulokulon Sidorejo 91 14.58
4 Geyer Sobo 59 14.15
Rambat 19 13.87
Juworo 31 13.60
5 Tanggungharjo Padang 51 13.90

H. Penutup
Dalam rangka percepatan penurunan angka prevalensi stunting di
Kabupaten Grobogan, diharapkan komitmen dan dukungan dari semua
stakeholder, diantaranya meliputi :
1. Perlunya segera menyusun dan menetapkan Peraturan Bupati.
2. Membentuk tim koordinasi di Kabupaten Grobogan yang terdiri dari
perwakilan multi sektor.
3. Perlunya monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan program/kegiatan yang
responsif stunting.
4. Perlu percepatan dalam penginpunputan data manual penimbangan
serentang ke dalam Siste e-PPGBM.
5. Masih perlunya komitmen dan dukungan dari Pemerintah Desa sebagai
garda terdepan yang bersinggungan langsung dengan masyarakat
khususnya terkait penganggaran.
6. Perlunya melaksanakan pertemuan atau forum untuk koordinasi dan evaluasi
rutin multisektor sekurang-kurangnya sekali satu tahun.
7. Perlunya menyusun laporan pelaksanaan dan hasil capaian kinerja
pelaksanaan Aksi Konvergensi Stunting Kabupaten Grobogan, termasuk
permasalahan dan kendala dalam pelaksanaan program-program intervensi
sebagaimana direncanakan.

12
Analisis Situasi Stunting Tahun 2020 Kabupaten

Anda mungkin juga menyukai