Anda di halaman 1dari 13

HASIL ANALISIS SITUASI

PREVALENSI STUNTING DI KAB. GROBOGAN


(TINGKAT KABUPATEN)

Bappeda Kab. Grobogan


Tahun 2021

Kementerian Kesehatan mendefinisikan Stunting (kerdil)


sebagai sebuah keadaan dimana balita memiliki panjang atau
tinggi badan yang kurang apabila dibandingkan dengan umur.
Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang
lebih dari minus dua standar deviasi median standar
pertumbuhan anak dari WHO. Balita stunting termasuk
masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor
seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil,
kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada
bayi.
WHO (2018) mendefinisikan Stunting sebagai gangguan
pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak yang
disebabkan oleh gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak
memadai. Anak dianggap mengalami stunting apabila tinggi-mereka dibawah dari
dua standar deviasi pertumbuhan anak.
Stunting disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain kondisi
kesehatan dan gizi ibu sebelum, saat kehamilan serta setelah persalinan. Kondisi
kesehatan ibu sebelum kehamilan yang berpengaruh terhadap terjadinya stunting
adalah usia ibu yang masih terlalu muda/ usia remaja. Kehamilan yang terjadi di
usia remaja rawan menyebabkan terjadinya Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Masa sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa sesudah
Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan
Seksual; Usia kehamilan ibu yang terlalu muda (di bawah 20 tahun) berisiko
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Bayi BBLR mempengaruhi
sekitar 20 % dari terjadinya stunting. Hal ini juga selaras dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Irwansyah (2015) yang menyebutkan bahwa terdapat korelasi
positif antara kasus stunting dengan BBLR serta BBLR dengan kehamilan pada
usia muda.

1
Analisis Situasi Stunting Tahun 2020 Kabupaten
A. Gambaran Geografis Wilayah Kabupaten Grobogan
Dilihat dari Peta Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Grobogan terletak
diantara dua Pegunungan Kendeng yang membujur dari arah barat ke timur
dan berada di bagian timur. Ditinjau secara letak geografis, wilayah Kabupaten
Grobogan terletak diantara 1100 32' - 1110 15' Bujur Timur dan 60 55' - 70 16'
Lintang Selatan, dengan kondisi tanah berupa daerah pegunungan kapur,
perbukitan dan dataran di bagian tengahnya. Luas wilayah Kabupaten
Grobogan tercatat 2.022,25 Km2 dan merupakan kabupaten terluas nomor 2 di
Jawa Tengah setelah Kabupaten Cilacap.
Peta Wilayah Kabupaten Grobogan

Secara administratif Kabupaten Grobogan terdiri dari 19 kecamatan dan


280 desa/kelurahan dengan jumlah RT dan RW sebanyak 9.096 RT dan 1.756
RW. Luas Kabupaten Grobogan tercatat seluas 2.022,25 km2. Kecamatan
terbesar adalah kecamatan Geyer dengan luas 204,98 km2, sedangkan
kecamatan yang terkecil kecamatan Tanggungharjo dengan luas 50,09 km2.
Peta Wilayah Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada gambar di atas dan
Wilayah administrasi Kabupaten Grobogan menurut kecamatan pada tahun
2021 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

2
Analisis Situasi Stunting Tahun 2020 Kabupaten
Wilayah Administrasi Kabupaten Grobogan
Menurut Kecamatan Tahun 2021
Luas
Banyaknya De
No Kecamatan Dusun RT RW Wilayah
Kelurahan sa
(km2)
1 Kedungjati 0 12 76 322 82 145,18
2 Karangrayung 0 19 100 593 107 144,16
3 Penawangan 0 20 71 460 85 75,17
4 Toroh 0 16 118 884 153 126,61
5 Geyer 0 13 102 507 101 204,98
6 Pulokulon 0 13 112 672 126 136,84
7 Kradenan 0 14 79 549 96 111,57
8 Gabus 0 14 87 544 99 163,80
9 Ngaringan 0 12 78 396 92 119,06
10 Wirosari 2 12 86 509 94 150,91
11 Tawangharjo 0 10 58 348 73 92,99
12 Grobogan 1 11 52 448 80 104,28
13 Purwodadi 4 13 104 915 157 78,12
14 Brati 0 9 51 279 57 53,65
15 Klambu 0 9 44 185 47 52,31
16 Godong 0 28 86 511 103 92,86
17 Gubug 0 21 62 463 105 65,47
18 Tegowanu 0 18 54 244 56 54,22
19 Tanggungharjo 0 9 31 267 43 50,09
Kabupaten Grobogan 7 273 1.451 9.096 1.756 2.022,25
Sumber : BPS Kabupaten Grobogan, Buku “ Grobogan Dalam Angka 2021”,
2020
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, jumlah penduduk Kabupaten
Grobogan tahun 2020 adalah sebesar 1.453.526 orang dengan laju
pertumbuhan penduduk sebesar 1,02 %. Dari hasil proyeksi tersebut, diperoleh
rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Grobogan yaitu sebesar 100,85. Hal
ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk Laki-laki dan hampir sama.
Sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk maka kepadatan penduduk dalam
kurun waktu lima tahun terakhir (2015–2020) cenderung mengalami kenaikan,
pada tahun 2015 tercatat sebesar 668 jiwa/km2, sedangkan pada tahun 2020
menjadi 736 jiwa/km2. Jumlah penduduk yang terus bertambah setiap tahun
tidak diimbangi dengan pemerataan penyebaran penduduk di tiap kecamatan.
Kepadatan penduduk di kecamatan yang wilayahnya sebagian besar
perkotaan mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan dengan
kecamatan yang wilayahnya masih merupakan daerah pedesaan. Wilayah
terpadat tercatat di Kecamatan Purwodadi sebanyak 1.795 jiwa/km2 dan
terjarang penduduknya adalah Kecamatan Kedungjati yaitu 335 jiwa/km2.

3
Analisis Situasi Stunting Tahun 2020 Kabupaten
Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, sex rasio dan kecamatan dapat
dilihat pada table dibawah ini :
JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, SEX RASIO DAN
KECAMATAN, 2020
JENIS KELAMIN SEX
NO KECAMATAN
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH RASIO
1 Kedungjati 19.628 20.195 39.820 97,25
2 Karangrayung 45.493 45.095 91.026 99,96
3 Penawangan 29.602 29.739 59.619 98,67
4 Toroh 53.401 54.320 108.198 97,50
5 Geyer 29.027 31.054 60.016 93,71
6 Pulokulon 50.464 51.046 101.921 98,12
7 Kradenan 37.590 38.626 76.515 96,61
8 Gabus 33.150 34.710 67.850 95,57
9 Ngaringan 33.984 33.171 67.603 101,13
10 Wirosari 43.217 43.611 87.343 97,98
11 Tawangharjo 27.772 27.447 55.571 99,94
12 Grobogan 38.222 37.882 76.858 98,97
13 Purwodadi 67.916 69.049 138.310 96,52
14 Brati 23.104 23.663 47.063 96,48
15 Klambu 17.477 17.417 35.017 99,68
16 Godong 39.887 39.571 79.797 99,99
17 Gubug 38.437 38.958 77.741 97,84
18 Tegowanu 27.269 27.151 55.002 98,37
19 Tanggungharjo 19.544 20.217 39.937 95,88
JUMLAH 675.184 668.507 1.365.207 97,89
Sumber : BPS Kabupaten Grobogan, Buku “ Grobogan Dalam Angka 2020”
aran Ke
B. Kemiskinan
Kondisi umum kemiskinan di Kabupaten Grobogan dapat digambarkan
dengan beberapa indikator. Indikator-indikator tersebut adalah Garis
Kemiskinan, Persentase Penduduk Miskin, Jumlah Penduduk Miskin, Indeks
Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan. Adapun kondisi
umum kemiskinan di Kabupaten Grobogan Tahun 2020 dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Indikator Kemiskinan Kab. Grobogan Tahun 2020
NO INDIKATOR 2020

1 Garis Kemiskinan 395.001, (Rp/kapita/bulan)


2 Persentase Penduduk Miskin 12,46
3 Jumlah Penduduk Miskin 172.250 jiwa
4 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) 1,17
5 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) 0,18
Sumber : BPS Kab. Grobogan, 2020

4
Analisis Situasi Stunting Tahun 2020 Kabupaten
Perkembangan kondisi kemiskinan Kabupaten Grobogan dari tahun
2015 hingga tahun 2019 terus mengalami kenaikan, sedangkan pada tahun
2020 mengalami penurunan diakibatkan pandemi covid 19, dilihat pada
gambar di bawah ini :
Perkembangan kemiskinan dengan Target RPJMD Kab. Grobogan
Tahun 2015-2020
14 13.68
13.57
13.5 13.27

13
13.18

12.46
12.5 12.68 12.31

12 11.77

12.18
11.5

11.68
11

11.18

10.68
10.5
10
kondisi awal 2016 2017 2018 2019 2020 2021

target capaian Linear (capaian) Linear (capaian)

Sumber : BPS Kab. Grobogan, 2020


Posisi Kemiskinan Kabupaten Grobogan Tahun 2020 sebesar 12,46
berada di atas Provinsi (11,41) dan Nasional (9,78) serta menempati posisi ke
24 se Jawa Tengah. Hal ini menunjukan bahwa kemiskinan di Kab. Grobogan
masih cukup tinggi dan perlu percepatan dalam penanggulangannya. Posisi
kemiskinan se Jawa Tengah tahun 2020 dapat dilihat pada gambar di bawah
ini:

Posisi Kemiskinan se Jawa Tengah Tahun 2020


20
18
16
14
12
10
8
6
10.08
10.18
Kabupaten… 10.19
Kabupaten… 10.28
Kabupaten… 10.86
Kabupaten… 11.27
11.46
Kabupaten… 11.78
11.96
Kabupaten… 12.46
12.54
12.89
Kabupaten… 13.26
13.38

Kabupaten… 15.64

Kabupaten… 16.02
17.03
Kabupaten… 17.36
Kabupaten… 17.59
4.34
4.94
7.17
7.17
7.31
Kabupaten… 7.51
7.58
Kabupaten… 7.68

8.14
9.03
9.13
Kabupaten… 9.96
9.99

Kabupaten… 15.6

Kabupaten… 15.9

4
7.8

2
0
Kota Tegal
Kabupaten Tegal

Kabupaten Brebes
Kota Pekalongan
Kota Semarang

Kota Magelang

Kota Surakarta
Kabupaten Batang
Kota Salatiga

Kabupaten Klaten
Kabupaten Kudus

Kabupaten Blora
Kabupaten Kendal
Kabupaten Pati
Kabupaten Boyolali

Kabupaten Cilacap

Kabupaten Demak
Kabupaten Jepara

Kabupaten Sragen

Sumber : BPS Kab. Grobogan, 2020

C. Gambaran Kualitas Sumber Daya Manusia


Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi indikator penting untuk
mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia
(penduduk). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil
pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan

5
Analisis Situasi Stunting Tahun 2020 Kabupaten
sebagainya. IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar: (1) Umur panjang dan
hidup sehat (a long and healthy life); (2) Pengetahuan (knowledge); (3)
Standar hidup layak (decent standard of living). Indikator pada metode baru
meliputi: angka harapan hidup, harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah
dan pengeluaran perkapita.
Perkembangan IPM Kabupaten Grobogan dari tahun 2015 hingga
tahun 2020 terus mengalami kenaikan, yaitu

2020 69.87

2019 69.86

2018 69.32

2017 68.87

2016 68.52

2015 68.05

67 67.5 68 68.5 69 69.5 70 70.5

Sumber : BPS Kab. Grobogan, 2020


Posisi IPM Kabupaten Grobogan Tahun 2021 sebesar 70,41 berada di
bawah Provinsi (71,73) dan Nasional (71,92) serta menempati posisi ke 24 se
Jawa Tengah tahun 2021 dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Posisi IPM se Jawa Tengah tahun 2020
82

76
71.92

70 72.16
83.55
82.62
79.43
77.13
76.12
Kabupaten… 75.99
75.52

75.16

74.24
74.08
72.98
72.57

72.44
72.36
72.28
70.49
70.43
70.42
70.41
70.12
70.11
70.05
Kabupaten… 69.88
69.37
69.15
68.92
68.79
68.43
Kabupaten… 67.86
66.56
66.32
83.6

75.4

74.4

72.5

64
Kota Tegal

Kabupaten Tegal

Kabupaten Brebes
Kota Surakarta

Kota Pekalongan

Kabupaten Purworejo

Kabupaten Pekalongan

Kabupaten Batang
Kabupaten Kudus

Kabupaten Pati

Kabupaten Blora
Kota Salatiga
Kota Semarang

Kota Magelang

Kabupaten Wonogiri
Kabupaten Klaten

Kabupaten Boyolali

Kabupaten Demak

Kabupaten Banyumas

Kabupaten Purbalingga
Kabupaten Cilacap

Kabupaten Kebumen
Kabupaten Semarang

Kabupaten Kendal

Kabupaten Jepara

Kabupaten Magelang

Kabupaten Wonosobo
Kabupaten Sragen

Kabupaten Rembang
Kabupaten Sukoharjo

Kabupaten Grobogan

Kabupaten Pemalang

Kab/Kota Prov (71,73) Nasional (71,92)

Sumber : BPS Kab. Grobogan, 2021


Sementara itu, indeks pembentuk IPM Kabupten Grobogan Tahun 2021
meliputi Angka Harapan Hidup, Harapan Lama Sekolah, Rata-Rata Lama
Sekolah dan Pengeluaran per Kapita, secara rinci dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
NO INDIKATOR 2021
1 Angka harapan hidup (AHH) 74,84 tahun
2 Harapan Lama Sekolah (HLS) 12,44 tahun
3 Rata-Rata Lama Sekolah (RRLS) 7,11 tahun

6
Analisis Situasi Stunting Tahun 2020 Kabupaten
4 Pengeluaran per Kapita 10.294 ribu
Sumber : BPS Kab. Grobogan, 2021

D. Analisis Situasi Stunting di Tingkat Kabupaten


Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013, data
prevalensi stunting di Kabupaten Grobogan termasuk kategori tinggi dengan
prevalensi sebesar 54,9% dan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Tahun 2018 sebesar 32,9%. Sehingga pada Tahun 2018
Pemerintah Pusat menetapkan Kabupaten Grobogan sebagai salah satu
wilayah prioritas penanganan stunting di tingkat nasional dan provinsi.
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menyusun sebuah sistem
informasi gizi terpadu berbasis daring yang berguna untuk memonitor serta
mengevaluasi pelaksanaan asuhan gizi di Puskesmas secara berkala bagi
masyarakat Indonesia. Pencatatan dan pelaporan tersebut dilakukan melalui
sistem informasi E-PPGBM (Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi
Berbasis Masyarakat). Mekanisme pelaporan dan pencatatan yang digunakan
pelaksanaan sistem ini adalah menggunakan pendekatan partisipatif.
Pemerintah Kabupaten Grobogan sejak Tahun 2017 telah
menggunakan sistem informasi tersebut untuk memetakan kondisi pemenuhan
gizi masyarakat, khususnya terkait dengan kondisi gizi bayi dan ibu hamil. Dari
kedua indikator tersebut akan dapat ditemukan jumlah kasus bayi stunting di
Kabupaten Grobogan. Sistem informasi E-PPGBM selain digunakan untuk
melakukan pencatatan dan pelaporan kondisi asuhan gizi masyarakat, juga
dapat digunakan sebagai media kontrol bagi pemerintah daerah untuk melihat
sejauh mana intervensi telah dilakukan kepada masyarakat yang mengalami
permasalahan dalam asuhan gizi.
Hingga Bulan Agustus Tahun 2021, persentase anak yang telah
teridentifikasi serta terinput dalam sistem informasi E-PPGBM baru mencapai
60,8 % dari total seluruh anak yang ada di Kabupaten Grobogan. Dengan
cakupan input 60,8%, teridentifikasi angka prevalensi stunting sebesar 4,59%.
Dengan konsisi cakupan input ke E-PPGBM masih kurang dari 80 %, dianggap
masih belum cukup untuk mewakili populasi yang ada untuk dilakukan analisis.
Namun demikian, didata yang lain, Kabupaten Grobogan memiliki data
manual hasil penimbangan serempak yang dilakukan pada bulan Desember
2020. Data inilah yang nantinya digunakan dalam melakukan analisis serta
penentuan lokasi prioritas penanganan stunting di Kabupaten Grobogan.

7
Analisis Situasi Stunting Tahun 2020 Kabupaten
Berdasarkan data manual hasil penimbangan serempak dimaksud dengan
cakupan rata-rata 86% terdapat angka prevalensi stunting sebesar 4,75%.
Adapun sebaran anak stunting berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada
grafik dibawah ini :

PREVALENSI STUNTING
(%)
16.00
13.47
14.00
12.00 10.20
10.00 8.34 8.04 8.08
8.00 6.15
5.57 5.63
6.00 4.65 4.25 4.33
3.74
4.00 2.60 2.512.32 2.662.27 2.27 2.05 Prevalensi
2.00
0.00
Penawangan
Toroh

Wirosari

Tegowanu
Klambu
Pulokulon

Brati

Gubug
Geyer

Gabus

Tawangharjo

Purwodadi
Ngaringan

Godong
Kedungjati

Karangrayung

Kradenan

Grobogan
Tanggungharjo

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Grobogan (Penimbangan serentak, Des 2020)

Berdasarkan data di atas, Kecamatan Klambu memiliki angka


prevalensi stunting tertinggi di angka 13,47 % dan Kecamatan Gubug memiliki
angka prevalensi stunting terendah dari 19 kecamatan yaitu 2,05 %. Cakupan
prevalensi stunting di atas berdasarkan sasaran jumlah balita yang ada di
wilayah kecamatan masing-masing yang rata-rata cakupannya sudah
mencapai 86%.
Selanjutnya, apabila disandingkan dengan jumlah penduduk per
kecamatan periode akhir Desember 2020, jumlah penduduk paling banyak
adalah Kecamatan Purwodadi yaitu sebanyak 138.310 jiwa dan yang paling
sedikit adalah Kecamatan Klambu yaitu sebanyak 35.017 jiwa. Hal ini
menunjukan bahwa dengan jumlah penduduk banyak tidak kemudian akan
terdapat anak stunting yang banyak pula.
Dengan kondisi kemiskinan di Kab. Grobogan yang masih cukup tinggi,
bahkan diurutan ke 24 se Jawa Tengah, ada korelasi yang berbanding lurus
dengan kondisi stunting di Kab. Grobogan yang juga cukup tinggi. Namun
demikian, tidak berbanding lurus dengan Kab. Grobogan sebagai daerah
lumbung padi. Hal ini perlu kajian yang lebih mendetail, karena masyarakat
yang tinggal di lumbung padi, tidak menjamin kebutuhan gizinya terpenuhi

8
Analisis Situasi Stunting Tahun 2020 Kabupaten
secara lengkap. Berdasarkan fenomena ini, dapat ditarik kesimpulan
sementara bahwa kasus stunting yang terjadi di Kab. Grobogan dipengaruhi
oleh pola asuh, beragamnya makanan yang dikonsumsi balita dan tingginya
perkawinan anak.
Terkait dengan adanya 3 sumber data pravelensi stunting yang
berbeda, maka perlu adanya percepatan dalam penginputan data stunting
hasil penimbangan serempak ke system e-PPGBM. Diharapkan, dengan
adanya database data stunting e-PPGBM, akan lebih jelas angka prevalensi
stunting di Kab. Grobogan dan mempermudah pemerintah daerah dalam
merumuskan kebijakan dalam mengintervensinya.

E. Analisis Situasi Pelaksanaan Intervensi Spesifik Stunting di Kabupaten


Grobogan
Proses terjadinya stunting dilalui dengan proses yang panjang, diawali
dengan gagal tumbuh baik yang terjadi selama kehamilan maupun setelah
lahir dua sampai tiga tahun pertama kehidupan. Gagal tumbuh tersebut
berakibat terjadinya penurunan proporsi pada pertumbuhan tulang maupun
jaringan lunak dalam tubuh. Stunting yang terjadi dalam periode kritis yaitu
sejak dalam kandungan sampai dengan usia dua tahun, bila tidak
dimanfaatkan dengan baik maka akan berdampak permanen terhadap
perkembangan.
Dalam penanganan stunting salah satu aspek yang paling penting untuk
dipenuhi adalah pelaksanaan intervensi spesifik yang didalamnya terdapat
tindakan-tindakan medis pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan, baik yang
menyasar kepada Ibu Hamil maupun yang secara langsung menyasar kepada
bayi. Intervensi spesifik merupakan tindakan yang beroritentasi pada
penanganan jangka pendek, dimana hasilnya juga dapat dilihat secara
langsung atau dalam jangka waktu yang pendek pula. Analisis situasi
pelaksanaan intervensi spesifik dan sensitif di Kabupaten Grobogan, bahwa
masih terdapat berbagai faktor yang menjadi perhatian dan secara rinci dapat
dilihat pada analisis berikut:,
a. Masih rendahnya Cakupan Intervensi Layanan Spesifik
1. Cakupan kehadiran di posyandu
Kurangnya kesadaran ibu untuk membawa balitanya secara rutin ke
posyandu

9
Analisis Situasi Stunting Tahun 2020 Kabupaten
2. Ibu hamil K4
Masih rendahnya cakupan kelas ibu hamil dikarenakan kurangnya
motivasi dan pengetahuan, alasan kesibukan, maupun kurangnya
dukungan dari keluarga
3. Cakupan remaja putri mendapat TTD
Kurangnya motivasi dan pengetahuan remaja putri di sekolah/pesantren
mengenai pentingnya tablet penambah darah yang dapat berpengaruh
terhadap kesehatan janin serta kondisi Covid -19 yang mengakibatkan
sekolah dilaksanakan secara daring dan TTD tidak dapat diberikan.
4. Balita diare mendapat suplemen zinc
Kurangnya kesadaran ibu terhadap pentingnya suplemen zinc bagi balita
serta tidak membawa balitanya secara rutin ke posyandu.
5. Kelas Ibu Hamil
Masih rendahnya cakupan kelas ibu hamil dikarenakan kurangnya
motivasi dan pengetahuan, alasan kesibukan, maupun kurangnya
dukungan dari keluarga.
b. Masih rendahnya Cakupan Intervensi Layanan Spesifik
1. Keluarga yang mengikuti Bina Keluarga Balita
Kurangnya motivasi dan pengetahuan orang tua tentang pentingnya
mengikuti bina keluarga balita
2. Rumah tangga yang menggunakan sanitasi layak
Ketersediaan air bersih yang belum menjangkau seluruh desa,
dikarenakan tidak semua wilayah memiliki potensi sumber air bersih.
3. Cakupan anak usia 2-6 tahuhn terdaftar di PAUD
Keterbatasan jumlah PAUD yang ada serta kurangnya kesadaran Ibu
untuk menyekolahkan anaknya.
4. Cakupan KPM PKH mendapat FGD Gizi
Keterbatasan anggaran pelatihan bagi KPM PKH
5. Cakupan desa menerapkan P2L
Kurangnya motivasi desa dalam menerapkan P2L / KRPL karena
keterbatasan sarana dan prasarana.
c. Faktor penghambat lainnya :
1. Pemberian ASI eksklusif yang terhambat, terutama pada ibu bekerja;
2. Kebiasaan ayah perokok yang sulit dirubah;
3. Angka pernikahan dini cukup tinggi. Hal ini dikarenakan usia remaja
secara psikologis belumlah matang, sehingga belum memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai kehamilan dan pola asuh anak

10
Analisis Situasi Stunting Tahun 2020 Kabupaten
yang baik dan benar. Selain itu, organ reproduksinya belum terbentuk
sempurna, yang mana berisiko tinggi mengganggu perkembangan janin
dan menyebabkan keguguran.
4. Tingginya jumlah anak putus sekolah di Kabupaten Grobogan sehingga
mengakibatkan kurangnya pengetahuan.
Permasalahan Stunting merupakan masalah yang multi sektoral, sehingga
dalam dalam intervensinya melibatkan lintas sektor dan dibutuhkan
sinergitas program yang mutlak. Oleh karena itu diperlukan peningkatan
koordinasi dan perbaikan strategi penanggulangan stunting dalam
mencapai target ZERO stunting Kabupaten Grobogan.

F. Upaya yang telah dilakukan


Dalam rangka penurunan angka prevalensi stunting di Kabupaten
Grobogan, Pemerintah telah melakukan berbagai upaya melalui program
Perbaikan Gizi Masyarakat,baik melalui intervensi gizi spesifik maupun
intervensi gizi senditif, diantaranya sebagai berikut:
a. Intervensi Gizi Spesifik
1. Pemberian Makanan Tambahan bagi ibu hamil;
2. Pemberian Tablet Tambah Darah (bumil dan remaja putri);
3. Promosi dan konseling menyusui;
4. Promosi dan konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) yang
tepat, suplemen gizi makro (PMT), suplementasi kalsium, suplementasi
vitamin A, suplementasi Zinc untuk diare, imunisasi, suplemen gizi mikro
(taburia) dan pemberian obat cacing;
5. Promosi dan konseling di lingkungan sekolah.
b. Intervensi Gizi Sensitif
1. Program penyehatan lingkungan seperti penyediaan sarana air bersih
dan sanitasi;
2. Akses pelayanan Keluarga Berencana (KB), Akses jaminan kesehatan
maupun akses bantuan uang tunai maupun bantuan pangan non tunai
bagi keluarga miskin;
3. Konseling perubahan perilaku bagi orang tua dan anak;
4. Penyebarluasan informasi melalui berbagai media;
5. Pembentukan Pekarangan Pangan Lestari.

11
Analisis Situasi Stunting Tahun 2020 Kabupaten
c. Anggaran
Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahun 2021,
belanja program/kegiatan untuk intervensi stunting spesifik baik yang
bersumber dari APBN maupun APBD sudah cukup besar yaitu sebesar
Rp. 76.030.717.252,-. Sedangkan untuk intervensi stunting sensitif baik
yang bersumber dari APBN maupun APBD sebesar Rp. 135.180.129.795,-
. Hal ini menunjukan komitmen pemerintah daerah dalam menanggulangi
stunting di Kab. Grobogan. Terkait dengan masih tingginya stunting di Kab.
Grobogan, yang perlu dievaluasi adalah sasaran dari program/kegiatan
dimaksud, sejauhmana program/kegiatan yang dilaksanakan berdampak
dalam mengintervensi kasus stunting.
G. Penetapan Lokus Stunting Tahun 2022
Berdasarkan penimbangan serempak bulan Desember 2020 dan
analisis situasi grafik prevalensi diatas masih terdapat desa dengan prevalensi
stunting yang cukup tinggi, sehingga perlu ditetapkan menjadi lokus stunting.
Desa lokus stunting tahun 2022 ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati
Nomor 440/452/2021 tanggal 11 Mei 2021, sebagai berikut :
KASUS STUNTING PREVALENSI
NO KECAMATAN DESA
(JUMLAH BALITA) (%)
1 Tanggungharjo Sugihmanik 42 23,86
2 Geyer Sobo 59 14,15
3 Pulokulon Sidorejo 92 17,46
Crewek 53 14.29
4 Kradenan
Tanjungsari 81 24,55
Keyongan 46 15,08
5 Gabus
Suwatu 28 19,86
Temon 91 23,64
6 Brati Lemahputih 31 14,69
Tirem 52 16,99
Klambu 52 14,65
Menawan 63 17,12
7 Klambu Terkesi 72 14,20
Jenengan 38 17,67
Wandankemiri 35 22,44
Klampok 28 15,22
8 Godong Ketitang 28 14,51
Bringin 48 19,67

12
Analisis Situasi Stunting Tahun 2020 Kabupaten
Rajek 44 19,13
Harjowinangun 22 14,01
Wanutunggal 26 16,88

H. Penutup
Dalam rangka percepatan penurunan angka prevalensi stunting di
Kabupaten Grobogan, diharapkan komitmen dan dukungan dari semua
stakeholder, diantaranya meliputi :
1. Melaksanakan Pertemuan Daerah Percepatan pencegahan stunting
bersama dengan seluruh organisasi perangkat daerah, Camat, Kepala Desa
dan pihak terkait lainnya.
2. Melakukan aksi konvergensi program dan kegiatan yang terkait dengan
percepatan pencegahan stunting.
3. Melakukan pengumpulkan data dan publikasi data stunting serta program-
program percepatan yang sudah dilakukan secara berkala dan
menggunakan data sebagai dasar untuk melak:ukan perbaikan program.
4. Menyusun kebijakan kampanye perubahan perilaku dan komunikasi antar
pribadi untuk percepatan pencegahan stunting.
5. Meningkatkan peran desa dalam melak:ukan kon vergensi percepatan
pencegahan stunting di daerah.
6. Menganggarkan program dan kegiatan percepatan pencegahan stunting
pada APBD Kabupaten Grobogan.

13
Analisis Situasi Stunting Tahun 2020 Kabupaten

Anda mungkin juga menyukai