Anda di halaman 1dari 36

PERANAN LINTAS SEKTOR

DALAM PERCEPATAN
PENCEGAHAN DAN PENURUNAN STUNTING

REMBUK STUNTING
Dr. ANDY, M. Si KABUPATEN BULUKUMBA
BAPPELITBANGDA PROVINSI SULSEL KAMIS, 26 AGUSTUS 2021
1
LATAR BELAKANG
Stunting atau sering disebut kerdil atau pendek Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018
adalah gangguan pertumbuhan dan menunjukkan penurunan prevalensi stunting di
perkembangan anak akibat kekurangan gizi tingkat nasional sebesar 6,4% selama periode 5

01 02
kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan tahun, yaitu dari 37,2% (2013) menjadi 30,8%
panjang atau tinggi badannya berada di bawah (2018). Sedangkan untuk balita berstatus normal
standar yang ditetapkan oleh menteri yang terjadi peningkatan dari 48,6% (2013) menjadi
menyelenggarakan urusan pemerintahan di 57,8% (2018). Adapun sisanya mengalami
bidang kesehatan. (Perpres No.72/2021 tentang masalah gizi lain.
Percepatan Penurunan Stunting)

Global Nutrition Report 2016 mencatat bahwa Sasaran/targetnya sesuai dengan Rencana
prevalensi stunting di Indonesia berada pada peringkat Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
108 dari 132 negara. Dalam laporan sebelumnya, 2020-2024 adalah menurunkan prevalensi stunting

03 Indonesia tercatat sebagai salah satu dari 17 negara


yang mengalami beban ganda gizi, baik kelebihan
maupun kekurangan gizi. Di kawasan Asia Tenggara,
04 (pendek dan sangat pendek) pada anak bawah usia 2
tahun menjadi 14% dengan Pelibatan Lintas Sektor.
Sasaran strategisnya adalah pencegahan dan
prevalensi stunting di Indonesia merupakan tertinggi penurunan stunting adalah Ibu Hamil dan anak berusia
kedua, setelah Cambodia. 0-23 bulan atau rumah tangga 1.000 HPK.
TARGET PENURUNAN
Target PercepatanSTUNTING
Penurunan Stunting
PROV.SULSEL
di Sulawesi Selatan

2013
40,9 % 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2023
Riskesd 35,6 32,4 % 29,2 % 25,9% 22,74% 19,5% 14 %
as 2013 %
PERKEMBANGAN PREVALENSI STUNTING
DI PROVINSI SULAWESI SELATAN
BERDASARKAN HASIL SURVEY
(METODE SAMPLING/CLUSTER/ BLOK SENSUS)

Sumber : (2015-2017 : Data PSG Sulsel), (2018: Riskesda)s dan (2019 : Data SSGBI)
JUMLAH BALITA 0-59 BULAN KATEGORI STUNTING BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN
ANTROPOMETRI (TB/U) PROVINSI SULAWESI SELATAN BULAN PENIMBANGAN AGUSTUS 2020
DAN FEBRUARI 2021 YANG DI UPLOAD DARI APLIKASI PENCATATAN PELAPORAN GIZI
BERBASIS MASYARAKAT (e-PPGBM)
BULAN TIMBANG AGUSTUS TAHUN 2020 BULAN TIMBANG FEBRUARI TAHUN 2021
PERSENTASE PERSENTASE
SASARAN ANAK DIUKUR JUMLAH SASARAN ANAK DIUKUR JUMLAH ANAK
NO. KABUPATEN/KOTA JUMLAH JUMLAH
BALITA USIA 0-59 DIBANDINGKAN ANAK % STUNTING BALITA USIA 0- DIBANDINGKAN % STUNTING
STUNTING DIUKUR STUNTING
BULAN JUMLAH DIUKUR 59 BULAN JUMLAH
9,536 SASARAN
67.3 (%) 6,404 1,445 22.6 SASARAN (%)
1 KAB KEPULAUAN SELAYAR 10,139.00 66.46 6,738.00 1,399.00 20.8
2 KAB BULUKUMBA 26,536 86.4 22,862 2,063 9.0 27,494 77.88 21,413 1,744 8.1
3 KAB BANTAENG 12,510 63.9 7,895 766 9.7 14,044.00 50.90 7,148.00 690.00 9.7
4 KAB JENEPONTO 32,083 77.4 24,755 3,693 14.9 32,520.00 81.95 26,650.00 3,568.00 13.4
5 KAB TAKALAR 27,616 83.3 22,912 4,102 17.9 25,857.00 89.60 23,167.00 3,153.00 13.6
6 KAB GOWA 53,985 88.1 47,502 2,961 6.2 56,566.00 84.91 48,033.00 2,933.00 6.1
7 KAB SINJAI 18,054 93.9 16,934 1,422 8.4 17,974.00 92.78 16,676.00 1,225.00 7.3
8 KAB MAROS 34,571 84.7 29,224 3,815 13.1 33,171 88.73 29,434 3,372 11.5
9 KAB PANGKAJENE DAN KEPULAUAN 26,130 79.3 20,708 3,009 14.5 26,829.00 79.60 21,355.00 3,086.00 14.5
10 KAB BARRU 13,141 86.1 11,304 1,100 9.7 13,253.00 84.28 11,170.00 1,223.00 10.9
11 KAB BONE 56,222 92.1 51,599 3,214 6.2 54,258 89.57 48,597 2,286 4.7
12 KAB SOPPENG 13,850 86.1 11,914 1,872 15.7 12,997.00 92.78 12,059.00 1,597.00 13.2
13 KAB WAJO 28,515 55.0 15,668 878 5.6 26,326 94.02 24,751 872 3.5
14 KAB SIDENRENG RAPPANG 26,954 100.3 27,011 2,197 8.1 24,925.00 110.19 27,464.00 2,350.00 8.6
15 KAB PINRANG 37,505 96.6 36,221 3,139 8.7 30,433.00 113.06 34,407.00 2,922.00 8.5
16 KAB ENREKANG 18,216 81.4 14,804 3,455 23.3 16,664.00 86.42 14,401.00 3,435.00 23.9
17 KAB LUWU 32,639 70.5 22,975 2,956 12.9 28,538.00 85.25 24,329.00 2,985.00 12.3
18 KAB TANA TORAJA 21,082 51.3 10,775 2,744 25.5 22,112.00 67.05 14,826.00 3,273.00 22.1
19 KAB LUWU UTARA 24,030 83.2 19,230 3,735 19.4 23,764.00 86.38 20,527.00 2,311.00 11.3
20 KAB LUWU TIMUR 24,255 84.6 20,459 1,131 5.5 24,713.00 83.41 20,612.00 885.00 4.3
21 KAB TORAJA UTARA 25,786 70.6 18,127 2,821 15.6 21,916.00 81.00 17,751.00 2,804.00 15.8
22 KOTA MAKASSAR 89,735 85.1 76,131 5,443 7.1 93,557.00 80.16 74,999.00 3,689.00 4.9
23 KOTA PARE-PARE 11,197 43.9 4,901 1,610 32.9 9,324.00 47.79 4,456.00 1,059.00 23.8
24 KOTA PALOPO 14,952 45.7 6,752 572 8.5 12,406.00 67.30 8,349.00 680.00 8.1
JUMLAH 679,100 80.9 547,067 60,143 11.0 659,780 84.77 559,312 53,541 9.6
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Sulsel per Februari 2021 (84,77%)
Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting
2018 - 2024
Untuk merespon kondisi yang ada, pada Skenario Bussines As Usual Skenario Realistis
Skenario Percepatan
tahun 2018 Pemerintah meluncurkan
Strategi Nasional Percepatan Pencegahan 40 37.2
Stunting sebagai acuan bersama dalam
pelaksanaan Program 35
30.8

30 30.8
27.17
26.67 26.17
27.67
Dokumen disusun berdasarkan bukti dan 25.97
25.67
25 25.34
pengalaman Indonesia dan internasional 24.97
24.27
22.57
dalam pelaksanaan program (evidence 20 22.27 20.87
19
based) dan melalui proses konsultasi 19.57
publik dengan para pihak. 15
14
16.87

10
Dengan Skenario Percepatan, Stranas
5
menargetkan untuk menurunkan
prevalensi stunting hingga 14% pada tahun 0
2024 2013 2018 2019 202 0 2021 2022 2023 2024

6
Pidato Presiden pada Sidang Paripurna MPR-DPR-
DPD tanggal 16 Agustus 2021

”Anggaran Kesehatan akan diarahkan untuk


melanjutkan penanganan pandemic, reformasi
system Kesehatan, percepatan penurunan
stunting, serta kesinambungan program JKN...
Selanjutnya, percepatan penurunan stunting
dilakukan melalui perluasan cakupan seluruh
kabupaten/kota di Indonesia, dengan
penguatan sinergi berbagai institusi”

7
Arahan Wakil Presiden
Konvergensi percepatan pencegahan stunting
hingga kabupaten/kota dan desa adalah
tantangan terbesar kita. Konvergensi adalah
kata yang mudah diucapkan,
tapi tidak mudah untuk diwujudkan.
Setiap lembaga yang terlibat pencegahan
stunting harus menghilangkan ego sektoral,
karena konvergensi membutuhkan
kerjasama antar pihak.
8
Arahan Presiden dan Wakil Presiden
tentang Pencegahan Stunting pada Masa Pandemi

Akses pelayanan kesehatan Meskipun pada masa pandemi


Covid-19, pencegahan stunting harus
bagi ibu hamil maupun balita tetap dilakukan. Jangan sampai
di Puskesmas dan Posyandu ini pandemi Covid-19 menambah jumlah
harus dipastikan tetap stunting
berlangsung dan tidak berhenti di masa yang akan datang.
Pemerintah pusat dan daerah perlu
di tengah pandemi ini. melakukan program yang inovatif
(Ratas 5 Agustus 2020)
selama masa pandemic.
PELAKSANAAN STRANAS PENCEGAHAN STUNTING PADA MASA PANDEMI
Pemerintah mendorong adopsi kebiasaan baru (new normal) dalam pelaksanaan kegiatan penurunan
stunting  modifikasi kegiatan secara daring (online)
PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 PILAR 4 PILAR 5
Komitmen dan visi Kampanye nasional Konvergensi, koordinasi, Mendorong kebijakan Pemantauan dan evaluasi
pimpinan tinggi negara berfokus pada dan konsolidasi program “nutrional food security”
pemahaman, perubahan nasional, daerah, dan
perilaku, komitmen masyarakat
politik, dan akuntabilitas

• Pemerintah tetap Kampanye diarahkan • Minimalisasi Bantuan Sosial diberikan • Monev tetap dilakukan.
berkomitmen untuk pada praktek pemenuhan pemotongan anggaran kepada masyarakat, • Dilakukan studi untuk
melakukan penurunan gizi, PHBS dan untuk penurunan terutama masyarakat menghitung dampak
stunting pada masa pemantauan stunting tidak mampu dengan Covid-19 terhadap
pandemi. pertumbuhan secara • Pendampingan tetap penambahan jumlah KPM scenario penurunan
• Advokasi kepada mandiri dilaksanakan dan jenis makanan stunting
daerah tetap dilakukan • Intervensi dilanjutkan
bersama dengan K/L dengan modifikasi
terkait. • Panduan pelaksanaan
layanan di masyarakat
dikembangkan.

10
PELUANG DAN TANTANGAN DALAM
PENYELENGGARAAN PROGRAM STUNTING DI DAERAH
Percepatan Pencegahan Anak Kerdil Keterbatasan kapasitas dalam
Penyelenggaraan gizi
spesifik dan sensitif masih (Stunting) di identifikasi kendalanya penyelenggara program,
belum terpadu, baik dari sebagai berikut : ketersediaan kualitas dan
pemanfaatan data untuk
proses perencanaan, 1 4 mengembangkan kebijakan,
penyelenggaraan , dan percepatan penurunan
evaluasi. stunting

Kebijakan dan program Peningkatan cakupan layanan


yang dilaksanakan oleh STRATEGI yang menyasar pada
2 5
berbagai sektor belum OPERASIONAL keluarga 1000 hari pertama
terbukti efektif. kehidupan (HPK).

Pengalokasian dan Secara umum konvergensi,


koordinasi, konsolidasi
pemanfaatan sumber-
program pada berbagai
daya dan ana belum 3 6
tingkat pemerintahan
efektif dan efisien. masih lemah.
Konsep Perencanaan dan Penganggaran

Upaya percepatan
perbaikan gizi dengan
fokus pada: Penurunan 1 TEMATIK • Penetapan sebagai bagian dari
prioritas nasional dalam
Stunting Terintegrasi RPJMN dan RKP
. • Prinsip money follow program:
Penanganan stunting anggaran diprioritaskan untuk
HOLISTIK 2 dengan intervensi gizi
spesifik dan sensitif
kegiatan yang berkontribusi
pada penurunan stunting

Intervensi efektif untuk


. • Memastikan keselarasan
menurunkan stunting prioritas RKP dengan Renja
diintegrasikan dengan
pendekatan multisektor
3 INTEGRATIF K/L dan RKA K/L

. Penanganan stunting
• Sinkronisasi dengan sumber
pembiayaan lainnya: DAK,

SPASIAL 4 diprioritaskan kepada


daerah bermasalah
dana desa, dan APBD

.
gizi
Pentingnya Konvergensi Intervensi
pada Rumah Tangga 1.000 HPK
Suplementasi Gizi
Pengasuhan BPNT (Makro &
PAUD Mikronutrien)
Prov
ins i
Kab
/Kota
Pemantauan
Pertumbuhan Keca
mata
n
Desa

Rumah
P2L Konvergensi adalah upaya
Tangga untuk memastikan seluruh
1.000
Promosi & HPK intervensi penurunan stunting
Konseling sampai pada target sasaran
Menyusui
Tata Laksana
Gizi Buruk
1 Lokasi prioritas
Manajemen Terpadu
Imunisasi Balita Sakit 2 Rumah tangga 1.000 HPK
PKH Air Bersih &
Sanitasi 13
Temuan Review DAK Stunting TA 2020
Masih banyak daerah yang tidak mendasarkan usulan aktivitas dalam DAK
Stunting dari hasil Analisis Situasi dan Rembug Stunting
Mayoritas Kab/Kota prioritas terlambat dalam penetapan desa lokus prioritas
stunting sehingga tidak masuk dalam pengusulan DAK melalui Krisna

Pemanfaatan BOK Stunting belum sepenuhnya dikoordinasikan antara Dinkes


dan Bappeda sehingga belum optimal dalam mendukung konvergensi tingkat
daerah
Pelaksanaan DAK Stunting antarbidang masih belum terintegrasi, tata kelola
di daerah belum terkoordinasi secara kuat antar OPD
8 Aksi Konvergensi perlu dipastikan menjadi dasar untuk semua jenis
rencana intervensi dan monitoring terintegrasi dari berbagai sumber
pembiayaan
1. Integrasi Rencana Kegiatan ke dalam Perencanaan Daerah

01 02 03
Memastikan Rencana Kegiatan Finalisasi Rencana OPD memastikan Rencana Kegiatan masuk
masuk ke dokumen perencanaan Kegiatan disampaikan dalam dokumen perencanaan & penganggaran,
& penganggaran daerah (RKPD, kepada Tim Anggaran termasuk memastikan sumber pembiayaan
Renja OPD, dan RAPBD dst) Pemerintah Daerah (APBD murni/usulan dana transfer)
(TAPD) & OPD terkait

04 05
TAPD menjamin komitmen Matriks kendali digunakan oleh
dalam dokumen perencanaan penanggungjawab untuk memantau
& penganggaran proses integrasi
2. Peningkatan Kualitas DAK Stunting di Daerah

KOMITMEN
Komitmen untuk Konsistensi 8 Aksi
Konvergensi sebagai bagian Tata
Kelola DAK Stunting di Daerah SKEMA MONEV
 Analisis situasi hingga reviu kinerja Pengembangan monev & pengendalian terintegrasi antar
merupakan dasar utama dalam
OPD pengampu bidang DAK Stunting
memastikan ketepatan sasaran &
efektivitas DAK Stunting  DAK Stunting fokus pada keterintegrasian antar bidang
intervensi sehingga diperlukan monev terpadu
 Dibutuhkan leadership yang kuat dalam
mengkoordinasikan keterpaduannya BOK STUNTING
Optimalisasi BOK Stunting untuk
Konvergensi lintas bidang DAK Stunting
 Menu BOK Stunting 2022 telah difokuskan
sesuai tahapan 8 aksi konvergensi sehingga
dapat dioptimalkan dengan koordinasi
Bappeda
8 AKSI KONVERGENSI PERCEPATAN PENURUNAN
STUNTING TERINTEGRASI

8 Aksi
Konvergensi
PELAKSANAAN AKSI KONVERGENSI MENGIKUTI JADWAL
REGULER PERENCANAAN & PENGANGGARAN DAERAH
JADWAL PELAKSANAAN 8 (DELAPAN) AKSI KONVERGENSI OLEH
Januari Februari Maret KABUPATEN/KOTA
April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
No Kegiatan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

1 Aksi 1 Analisis X X X X X X X X                                                                                
Situasi
2 Aksi 2 Rencana
Kegiatan         X X X X                                                                                

3 Aksi 3 Rembuk
Stunting
 Melaksanakan
       
rapat koordinasi bersama kabupaten lokus
 X X X X                                                                        

4 Aksi 4
Penyusunan/  Mengeluarkan surat edaran kepada para bupati/walikota untuk
Pemutakhiran                 X X X X X X X X                                                        
Perbup/ Perwali
Kewenangan Desa
mengingatkan mengenai status kemajuan pelaksanaan aksi
5 Aksi 5 Pembinaan konvergensi dan juga terkait kalender aksi konvergensi
KPM                 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

6 Aksi 6 Sistem  Melakukan pembinaan secara langsung ke kabupaten lokus,


Managemen Data X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
melalui kegiatan monitoring dan evaluasi
7 Aksi 7 Pengukuran
dan Publikasi Data X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
Stunting
8 Aksi 8 Review
Kinerja Tahun
Sebelumnya X X X X X X X X                                                                                
(Jan-Feb tahun
n+1)
AKSI 3 : REMBUK STUNTING
 Rembuk Stunting merupakan suatu langkah penting yang harus dilakukan pemerintah
Kabupaten/Kota untuk memastikan terjadinya integrasi pelaksanaan intervensi penurunan
Stunting secara bersama-sama antara OPD penanggung jawab layanan dengan
sektor/lembaga non pemerintah dan masyarakat.
 Rembuk Stunting bertujuan untuk : (1) Menyampaikan hasil analisis situasi dan rancangan
rencana kegiatan intervensi penurunan stunting kabupaten/kota terintegrasi. (2)
Mendeklarasikan komitmen pemerintah daerah dan menyepakati rencana kegiatan
intervensi penurunan stunting terintegrasi. (3) Membangun komitmen publik dalam
kegiatan penurunan Stunting secara terintegrasi di Kabupaten/Kota.
 Output yang diharapkan dari Rembuk Stunting adalah : (1) Komitmen penurunan Stunting
yang ditandatangani oleh Bupati, Perwakilan DPRD, Kepala Desa, Pimpinan OPD dan
Perwakilan Sektor Non Pemerintah dan masyarakat. (2) Rencana kegiatan intervensi gizi
terintegrasi penurunan Stunting yang telah disepakati oleh lintas sektor untuk dimuat
dalam RKPD/Renja OPD Tahun berikutnya.
ISU-ISU STRATEGIS
OPTIMALISASI PERAN PEMERINTAH PROVINSI & KABUPATEN/KOTA DALAM
PENURUNAN STUNTING

IMPLEMENTASI WEB MONITORING AKSI BANGDA

PELAKSANAAN PENILAIAN KINERJA (PK) PELAKSANAAN 8 AKSI KONVERGENSI

PENINGKATAN KUALITAS SDM TENTANG STUNTING DAN PERAN SERTA PKK

PENINGKATAN KUALITAS DAN PEMANFAATAN DATA


PERAN PEMERINTAH PROVINSI
• Mengoordinasikan, menyinergikan, dan mengevaluasi penyelenggaraan Percepatan
Penurunan Stunting secara efektif, konvergen, dan terintegrasi dengan melibatkan lintas sektor
di tingkat provinsi.
• Pemerintah provinsi memfasilitasi pembinaan, pemantauan, evaluasi, dan tindak
lanjut provinsi atas kebijakan dan pelaksanaan program dan anggaran penyediaan intervensi gizi
prioritas di wilayah kabupaten/kota
• Pemerintah provinsi memberikan fasilitas dan dukungan teknis bagi peningkatan
kapasitas kabupaten/kota dalam penyelenggaraan aksi konvergensi yang efektif dan
efisien
• Pemerintah provinsi mengkoordinir pelibatan institusi non pemerintah untuk
mendukung aksi konvergensi percepatan pencegahan stunting
• Pemerintah provinsi membantu tugas Kemendagri untuk
melaksanakan review dan penilaian kinerja kabupaten/kota dalam
penyelenggaraan pencegahan stunting, termasuk memberikan umpan balik serta
penghargaan kepada kabupaten/kota sesuai kapasitas provinsi yang bersangkutan
TIM KOORDINASI PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2021

TIM PENGARAH : PIMPINAN DAERAH, KETUA TP PKK, KEPALA SKPD,


KAPER BKKBN, BPS, KEMENAG, TGUPP, NGO INTERNASIONAL
MAUPUN LOKAL

KELOMPOK KERJA:
 POKJA KESEHATAN DAN GIZI,
 POKJA PANGAN,
 POKJA PEMBERDAYAAN DAN PENINGKATAN EKONOMI KELUARGA,
 POKJA INFRASTRUKTUR DAN LINGKUNGAN,
 POKJA PROMOSI DAN PENYEBARLUASAN INFORMASI

SEKRETARIAT : BAPPELITBANGDA PROVINSI SULSEL


PERAN PEMERINTAH KABUPATEN /KOTA
 Mengoordinasikan, menyinergikan, dan mengevaluasi
penyelenggaraan Percepatan Penurunan Stunting di tingkat
kabupaten/ kota dan kecamatan.
 Pemerintah kabupaten/kota memastikan perencanaan dan
penganggaran program/kegiatan untuk intervensi prioritas
khususnya di lokasi dengan prevalensi stunting tinggi dan/atau
kesenjangan kecukupan layanan yang tinggi.
 Pemerintah kabupaten/kota memperbaiki pengelolaan layanan
untuk intervensi gizi prioritas dan memastikan bahwa sasaran prioritas
memperoleh dan memanfaatkan paket intervensi yang disediakan.
 Pemerintah kabupaten/kota mengkoordinir kecamatan dan
pemerintahan desa dalam menyelenggarakan intervensi prioritas,
termasuk dalam mengoptimalkan sumber daya, sumber dana, dan
pemutakhiran data.
PERAN CAMAT DALAM PP NO. 17 TH. 2018
ATRIBUTIF (Ps. 10) DELEGATIF (Ps. 11)

1. Menyelenggaraan urusan pemerintahan umum; 1.Camat juga mendapat pelimpahan


2. Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan wewenang, sebagai berikut :
masyarakat; a.untuk melaksanakan sebagian urusan
3. Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi kewenangan
trantibum; daerah kabupaten/kota; dan
4. Mengoordinasikan penerapan dan penegakan b.untuk melaksanakan Tugas Pembantuan.
perda dan perkada; 2. Sebagian urusan pemerintahan yang dilimpahkan terdiri
5. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan atas pelayanan perizinan dan nonperizinan yang dilakukan
sarana pelayanan umum; berdasarkan pemetaan pelayanan publik sesuai
6. Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan karakteristik kecamatan.
pemerintahan yang dilakukan oleh perangkat daerah 3.Kriteria pelayanan perizinan:
di kecamatan; a.Proses sederhana;
7. Membina dan mengawasi penyelenggaraan b.Objek perizinan berskala kecil;
kegiatan desa dan/atau kelurahan;
c.Tidak memerlukan kajian teknis yang kompleks; dan
8. Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah kab/kota yang tidak d.Tidak memerlukan teknologi tinggi.
dilaksanakan oleh unit kerja PD kab/kota yang ada 4.Pelayanan perizinan dilaksanakan melalui pelayanan
di kec; dan terpadu.
PERAN PEMERINTAH DESA/KELURAHAN
 Mengoordinasikan, menyinergikan, dan mengevaluasi penyelenggaraan Percepatan Penurunan
Sfimting di tingkat desa/kelurahan
 Penyiapan data kelompok sasaran
 Pemerintah desa/Kelurahan melakukan konvergensi dalam perencanaan
penganggaran program dan kegiatan pembangunan desa untuk mendukung
pencegahan stunting.
 Pemerintah desa/kelurahan memastikan setiap sasaran prioritas menerima
dan memanfaatkan paket layanan intervensi gizi prioritas, implementasi
kegiatan dilakukan
bekerjasama dengan Kader Pembangunan Manusia (KPM), pendamping PKH,
petugas puskesmas dan bidan desa serta petugas KB.
 Pemerintah desa memperkuat pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
pelayanan kepada seluruh sasaran prioritas serta mengkoordinir pendataan sasaran dan
pemutakhiran data setiap tiga bulan.
Pemerintah Desa/Kelurahan Melibatkan

1. Tenaga kesehatan paling sedikit mencakup bidan, tenaga gizi,


dan tenaga kesehatan lingkungan;
2. Penyuluh Keluarga Berencana dan/atau Petugas Lapangan
Keluarga Berencana;
3. Tim Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK);
4. Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD) dan/
atau Sub-PPKBD/ Kader Pembangunan Manusia (KPM),
kader, dan/atau
5. Unsur masyarakat lainnya.
ARAH KEBIJAKAN NASIONAL
PEMBANGUNAN DESA DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DESA
Menerapkan SDGs di Desa (SDGs Desa; Permendes 21 Tahun 2020)

SDGs Desa adalah upaya terpadu Pembangunan Desa untuk percepatan pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan
28
KONTRIBUSI INTERVENSI PERBAIKAN GIZI
INTERVENSI GIZI SPESIFIK INTERVENSI GIZI SENSITIF
Upaya-upaya untuk mencegah dan mengurangi Upaya-upaya untuk mencegah dan
gangguan secara langsung. mengurangi gangguan secara tidak langsung.
Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh Berbagai kegiatan pembangunan pada
sektor kesehatan. umumnya non kesehatan.
Kegiatannya antara lain seperti imunisasi , PMT Kegiatannya antara lain penyediaan air bersih,
ibu hamil dan balita, monitoring pertumbuhan balita penyediaan Jamban keluarga PAUD, PKH dll
di Posyandu. Sasaran masyarakat umum, tidak khusus
Sasaran khusus kelompok 1.000 HPK (Ibu Hamil, untuk 1.000 HPK.
Ibu menyusui dan anak 0-23 bulan)

BU SI
T R I I BU SI
KON KONT
R
30% 70%
KONTRIBUSI LINTAS SEKTOR DALAM PENURUNAN STUNTING

No Urusan Intervensi Kegiatan


1 Pendidikan Penyelenggaan Pendidikan Anak Usia Dina (PAUD)

(a) PMT pemulihan untuk Bumil KEK; (b) Pemberian IFA/Tablet tambah
Darah bagi Ibu Hamil. (c) Kelas Ibu Hamil; (d) PMT bagi Balita; Penguatan
Fasilitas bagi Posyandu; (e) Pelayanan antenatal Ibu Hamil. Pelayanan
postnatal Ibu Bersalin; (f) Pemberian Vitamin A pada Anak 6-59 bulan;(g)
Imunisasi Dasar lengkap; (h) Pencegahan dan Penanganan kecacingan
2 Kesehatan
pada Balita; (i) Pemberian Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri; (j)
Promosi Penggunaan Jamban Sehat dan cuci tangan pakai sabun; (k)
Dukungan fortifikasi pangan; (l) Penanganan balita gizi buruk;
(m);Pembinaan MTBS pada Puskesmas; Pencegahan Malaria pada ibu
hamil (Daerah endemis); dan (n) Penanganan ibu hamil positif HIV.

(a) Penyediaan air baku yang layak, dengan upaya pengendalian pencemaran air
Pekerjaan Umum dan
3 pada sumber-sumber air; (b) Akses Sanitasi (Air Limbah Domestik) Layak dan Aman
Tata Ruang
(90% Rumah Tangga;
Lanjutan….
No Urusan Intervensi Kegiatan
Perumahan & a) Memperhatikan Kawasan rawan sanitasi ;
4 Permukiman (b) Membangun tangki septik bagi rumah tangga MBR dan rumah tangga yang
masih mempraktikkan BABS di tempat terbuka;
a) FamilyD evelopment Session (FDS) pada Program Keluarga
5 Sosial
Harapan (PKH);
b) Fasilitasi pelaksanaan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)
Pemberdayaan
6 Perempuandan Sosialisasi gizi seimbang, ASI, pembatasan Gula, Garam,
Perlindungan Anak Lemak (GGL), kesehatan reproduksi dan bahaya merokok
bagi anak dan keluarga

7 Pangan (a) Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dan; (b) Kasan Mandiri Pangan

(a) Menyediakan kebijakan dan regulasi pengembangan sosial budaya dan


Pemberdayaan
8 lingkungan perdesaan melalui: layanan sosial dasar, termasuk penanganan
Masyarakat
Lanjutan….
No Urusan Intervensi Kegiatan
Pemberdayaan (b) Daerah memberikan penghargaan tambahan alokasi anggaran untuk pembangunan desa dan
Masyarakat Desa pemberdayaan masyarakat desa bagi desa yang dapat melakukan upaya konvergensi
pencegahan stunting;

(c) Menyediakan kebijakan dan regulasi pengembangan


sosial budaya dan lingkungan perdesaan melalui:
layanan sosial dasar, termasuk penanganan stunting;
Pengendalian Penduduk & (a) Bina Keluarga Balita; (b) Jumlah keluarga yang memiliki baduta yang terpapar promosi 1000
9 Keluarga Bencana HPK

Komunikasi dan Penyebaran informasi pencegahan stunting (Kampanye Nasional Terkait Stunting) dan Jaminan
10 Informatika Kesehatan Nasional

(a)Dukungan terhadap gemar ikan dalam rangka ancaman gizi buruk anak Indonesia (stunting)
11 Kelautan dan Perikanan Upaya pemenuhan angka anak Indonesia; (b) Promosi komsumsi hasil kelautan dan perikanan;

Urusan Kependudukan a) Peningkatan kualitas pelayanan penerbitan dokumen akta kelahiran anak usia 0 s.d. 24
12 dan catatan sipil bulan;
b) Kerjasama dengan OPD terkait untuk meningkatkan cakupan akta kelahiran.
CONTOH PROGRAM KEGIATAN STUNTING SESUAI
PERMENDAGRI 90 TAHUN 2019 (KABUPATEN/KOTA)
KODE  

URUSAN SUB KEGIATAN NOMENKLATUR URUSAN KABUPATEN/KOTA

2 2 2.02 1 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil


2 2 2.02 2 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin
2 2 2.02 3 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
2 2 2.02 4 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Balita
2 2 2.02 15 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Gizi Masyarakat
Kesehatan
2 2 2.02 17 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Lingkungan
2 2 2.02 18 Pengelolaan Pelayanan Promosi Kesehatan
2 2 2.03 1 Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan
2 2 2.03 2 Pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan
2 5 2.02 1 Penyelenggaraan Promosi Kesehatan dan Gerakan Hidup Bersih dan Sehat
1 2 2.03 2 Pembangunan Sarana, Prasarana dan Utilitas PAUD
Pendidikan 1 2 2.03 13 Penyelenggaraan Proses Belajar PAUD
1 2 2.03 15 Penyediaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan bagi Satuan PAUD
(LANJUTAN KABUPATEN/KOTA)

KODE  

URUSAN SUB KEGIATAN NOMENKLATUR URUSAN KABUPATEN/KOTA

6 5 2.02 1 Pendataan Fakir Miskin Cakupan Daerah Kabupaten/Kota


Sosial
6 5 2.02 2 Pengelolaan Data Fakir Miskin Cakupan Daerah Kabupaten/Kota
9 3 2.01 2 Penyediaan Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal
Pemberdayaan Masyarakat dalam Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis
Pangan 9 3 2.04 2 Sumber Daya Lokal

9 4 2.02 1 Koordinasi dan Sinkronisasi Penanganan Kerawanan Pangan Kabupaten/Kota

11 3 2.02 1 Pemberian Informasi Peringatan Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan


Hidup pada Masyarakat
Lingkungan
Hidup 11 11 2.01 4 Peningkatan Peran serta Masyarakat dalam Pengelolaan Persampahan
Koordinasi dan Sinkronisasi Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan
11 11 2.01 5 Persampahan
PROGRAM INOVATIF KABUPATEN LOKUS STUNTING TAHUN 2020
NO KABUPATEN INOVASI PENJELASAN
PROVINSI GAMMARA'NA
1 SULAWESI (Gerakan Masyarakat 1. Kegiatan penaggulangan Stunting Secara Terintegrasi dengan LS dan LP lainnya,;
SELATAN memberantas stunting) 2. Pemberdayaan keluarga dan masyarakat khususnya keluarga dengan sasaran 1000 HPK

AMMACA (Amma’ Caradde) Membaca buku KIA sebelum pelayanan antenatal selama 10 -15 menit
2 KABUPATEN
GOWA LIONTIN
(Lembaga Informasi Terpadu Calon Pengantin) : edukasi, skrining HIV AIDS, hepatitis, pelayanan
imunisasi TT calon pengantin.

3 KABUPATEN KoLaSe Pro InsTing


(Konvergensi LintAs Sektor dan PROgram untuk Intervensi StunTING) :
PINRANG Perpaduan naluri untuk melakukan sesuatu yang selaras dengan konvergensi.

KELAS TESI (TETTA SIAGA) Kelas Pembelajaran yang melibatkan Tetta (Ayah) dalam mengawal ibu hamil sampai anak balita.
KABUPATEN
4
TAKALAR
BERSATU HATITA
Bersama Tangani Masalah Kematian Ibu dan Pencegahan Stunting Bermitranya dukun, bidan dan
petugas kesehatan lainnya dalam upaya penurunan AKI dan Stunting

MADECENG (Masyarakat Desa Cegah Kolaborasi antara Pemerintah Desa, Unsur Masyarakat Desa ( Kader PKK Desa, Kader Posyandu,
stuntiNG) Tenaga Kesehatan, dan KPM).
KABUPATEN
5
SINJAI
SIBANTU LO (SINJAI BEBAS STUNTING Tanaman Daun kelor di tanam dipekarangan rumah masyarakat kemudian diolah menjadi obat
DENGAN DAUN KELOR) herbal.
KELAS IBU HAMIL “BOLA Tempat Pertemuan Ibu – Ibu Hamil dengan Petugas Kesehatan Kehamilan dan pasca melahirkan
KABUPATEN
6 BONE ASSEDINGENG” untuk menambah pengetahuan ibu Hamil tentang Kehamilan, Persalinan, Perawatan Nipas,
( Rumah Persatuan) Perawatan Bayi baru lahir. Dengan melestarikan kearifan lokal masyarakat berupa rasa persatuan.
KABUPATEN
7 PANGKAJENE SABERTING (SApu BErsih StunTING) Kelas Gizi dan KP ASI.
DAN KEPULAUAN
KABUPATEN JUKUCEPA’ (kuJUngi rumahKU Cegah Tenaga Kesehatan dari Puskesmas mengunjungi langsung masyarakatnya yang sebagian besarnya
8 JENEPONTO komplikasi agar Persalinan Aman) adalah Nelayan untuk memberikan pemahaman tentang 1000 HPK
Ayo Bergerak Bersama
Untuk Percepatan Penurunan Stunting
36

Anda mungkin juga menyukai