Anda di halaman 1dari 24

TEKNIK-TEKNIK PEMERIKSAAN PASIEN TUMOR ORBITA

PENDAHULUAN

Orbita secara anatomi merupakan struktur yang kompleks terdiri dari jaringan fibrosa,

jaringan vaskular, jaringan lemak, jaringan penyambung, dan sistem limfatik, dimana setiap

struktur tersebut dapat terjadi pertumbuhan tumor yang memberikan gejala-gejala berbeda. 1

Teknik pemeriksaan tumor merupakan pemeriksaan yang kompleks yang meliputi

seluruh struktur bola mata mulai dari evaluasi segmen anterior sampai posterior orbita.

Evaluasi pada kelainan orbita haruslah dapat dibedakan kelainan di periorbital, di intraorbita

atau kelainan intraokuler, hal ini dihubungkan dengan diagnose bandingnya. 1,2

Gejala patologis akibat suatu proses diorbita yang timbul haruslah dapat menjadi tanda

bagi dokter ahli mata untuk memeriksa lebih teliti. Gejala yang timbul mulai dari proptosis,

pergeseran bola mata, adanya defek lapangan pandang, menurunnya tajam penglihatan,

terbatasnya pergerakan bola mata ataupun diplopia. 1,2,3

Untuk menegakkan diagnosis maka dilakukan beberapa pemeriksaan berikut ini :

A. Anamnesis

Evaluasi dimulai dari anamnesis yang teliti untuk menentukan kemungkinan diagnosis

dan menuntun pada pemeriksaan awal dan penanganan yang tepat. Anamnesis dimulai dari

keluhan utama lalu dikembangkan anamnesis dengan menanyakan awal mula (onset), lamanya

gejala, nyeri,serta progresifitas keluhan utama yang penting untuk mengembangkan diagnosa

banding. Begitu pula gejala okuler sebelumnya dan riwayat pengobatan, riwayat trauma yang

berhubungan dengan keluhan utama juga perlu ditanyakan, riwayat keluarga dengan penyakit

yang sama, untuk beberapa kasus perlu ditanyakan ada tidaknya floaters . Jangan pula

dilupakan tentang kemungkinan adanya metastasis, misalnya ketika pasien yang juga

1
mengeluhkan suara parau pada pasien Karsinoma Nasofaring atau penglihatan kabur pada

penderita metastasis karsinoma mammae. Anamnesis perlu dikembangkan dengan melihat

keluhan utama sehingga anamnesis menjadi lebih terarah untuk mendapatkan diagnosis.

Sebagai contoh jika pemeriksa mencurigai suatu tumor vascular(Hemangioma Kapiler) dari

anamnesis yakni onsetnya yang lebih cepat muncul pada bulan pertama kelahiran, adanya bola

mata menonjol, maka anamnesis yang perlu ditambahkan adalah apakah bola mata yang

1,2,3,4
menonjol semakin membesar saat menangis atau berkuat.

Proptosis merupakan gejala tumor orbita yang paling sering ditemukan. Penonjolan

pada mata lebih dari 21 mm dari rima orbita atau pergeseran 2 mm dari salah satu bola mata

dapat menjadi dasar untuk mencurigai kelainan orbita. Jika keluhan utama pasien adalah

proptosis , maka onset proptosis haruslah ditanyakan lebih mendetail, apakah nyeri itu diikuti

dengan hiperemis yang akut dan edema palpepbra atau konjungtiva. Apakah disertai dengan

nyeri, apakah nyerinya bertambah atau berkurang selama perlangsungan penyakit ataukah

proptosis tidak nyeri apakah bola mata semakin menonjol ketika pasien batuk atau bersin,

apakah pasien mendengar adanya suara seperti aliran air, apakah pasien mengalami

penglihatan ganda. 1,2,3,4

Nyeri merupakan gejala dari inflamasi dan lesi yang sedang infeksi, perdarahan orbita,

tumor ganas glandula lakrimal, invasi dari karsinoma faringeal atau lesi yang metastatic.

Progresifitas dapat menjadi indikator diagnostik. Kelainan dengan onset beberapa hari sampai

beberapa minggu biasanya disebabkan oleh Nonspesific Orbital Inflamation (NSOI),

selulitis,perdarahan, Trombophlebitis, Rhabdomyosarkoma, Neuroblastoma, Tumor yang

metastase atau granulocytic sarcoma. Keadaan dimana onsetnya terjadi beberapa bulan atau

tahun biasanya disebabkan oleh kista dermoid, Benign Mixed Tumour, Tumor Neurogenik,

Cavernosus Hemangioma, Lymphoma, fibrous histiocytoma, fibrous dysplasia, atau osteoma.

2
Progresifitas tumor orbita membantu menegakkan diagnose serta prognosa, tumor orbita yang

paling tinggi progresifitasnya contohnya tumor glandula lakrimal atau rhabdomyosarkoma,

namun jika progresifitasnya lambat maka kemungkinan arahnya ke tumor jinak. 2,3,6

B. Pemeriksaan Oftalmologi

Pemeriksaan ini meliputi koreksi maksimal tajam penglihatan , tekanan bola mata

secara aplanasi pada posisi primer, pergerakan bola mata vertical dan horizontal, dan

pemeriksaan neurooftalmologik juga dilakukan termasuk fungsi motorik dan sensorik,

pemeriksaan pupil , kontras sensitivitas, pemeriksaan penglihatan warna, tes konfrontasi, dan

amsler grid.3.6,7

Berikut ini kami paparkan mengenai pemeriksaan oftalmologi yang penting pada tumor orbita :

1. Inspeksi

Pemeriksaan ini meliputi gambaran wajah dan mengevaluasi simetris okuler, kelopak

mata, dan struktur orbita. Pemeriksaan juga meliputi pemeriksaan pada struktur periorbita

termasuk kelopak mata dan konjungtiva termasuk inspeksi penampakan dan fungsinya.

Kelainan periorbital yang sering ditemukan adalah hipertelorisme, eksorbitisme, proptosis,

edema palpebra, lagoftalmus, kemosis, ataupun dilatasi pembuluh darah konjungtiva 1,2,7

Pergeseran bola mata adalah manifestasi klinis yang sering dari abnormalitas okuler. Hal

ini biasanya akibat dari tumor, kelainan vaskular atau suatu proses inflamasi, atau akibat suatu

trauma. Pada saat pemeriksaan dengan slitlamp biomikroskopi dilihat integritas epitel kornea

dan konjungtiva begitu pula dilatasi pembuluh darah konjungtiva dan subkonjungtiva, distensi

fusiform, berkelok-kelok, dan bendungan. Kemosis juga dapat ditemukan pada pasien tumor

orbita, misalnya pada tumor vaskular. Pemeriksaan ini juga meliputi pemeriksaan segmen

anterior lain seperti bilik mata depan dilihat kedalamannya normal atau menjadi dangkal, ada

3
tidaknya sel-sel radang, hipopion atau hifema lalu periksa juga iris, apakah ada massa di iris,

heterochromia,nevus, ektropion uvea, corectopia iris , neovaskularisasi, selanjutnya yang

diperiksa adalah lensa dilihat apakah terjadi katarak , dislokasi lensa, 1,2,5,7

A. B

Gambar 1 .A.Massa diiris, B.ektropion uvea

Gambar 2. A.Bendungan pada konjungtiva dengan pembuluh darah yang berkelok-kelok pada
tumor orbita, B.Kemosis yang kronik pada mata yang proptosis pada Meningioma saraf optic 1.

Pemeriksaan dasar seperti mengukur jarak horisontal fissura interpalpebra dan lebarnya

fissura interpalpebra, jarak antara margo palpebra superior dengan cekungan kelopak mata

4
superior. Perbandingan antara nilai ini dengan mata yang sehat dapat membantu untuk

menegakkan diagnosis karena sebagian besar tumor orbita bersifat unilateral. 1,2

Gambar 3.Perbandingan antara Jarak kelopak mata dan periorbital yang normal dengan
proptosis bilateral, VPF=Vertical Palpebral Fissure, HPF=Horizontal Palpebral Fissure,
MRD=Margin Reflex Distance,MCD=Margin Crease Distance, IPD=Intrapalpebral distance.

Istilah proptosis biasanya digunakan pada saat mata bergeser kedepan akibat dari

adanya massa diorbita, sebagian besar oleh tumor atau kista . Pergeseran bola mata dapat

membantu untuk menegakkan diagnosa. Jika bola mata bergeser kearah bawah dan keluar,

asal massa adalah di superotemporal (contoh tumor glandula lakrimal). Asimetri dari bola mata

juga dapat menjadi parameter, jika pertumbuhannnya lambat maka akan menyebabkan

proptosis asimetrik. Jika arah proptosis kebawah berarti adanya massa di atas orbita. Jika

pergeseran ke lateral akibat lesi orbita sekunder seperti mukokel atau karsinoma sel skuamosa

yang berasal dari sinus eitmoidal. Karsinoma sel skuamous juga dapat menyebabkan

5
pergeseran bola mata ke atas jika asalnya dari sinus maksillaris Pergeseran bola mata kearah

hidung maka lesi berasal dari daerah lateral orbita. 1,2,11

Pergeseran mata ditentukan berdasarkan posisi antero-posterior bola mata, umumnya

diukur dari lateral rima orbita hingga permukaan kornea Jarak normalnya bervariasi antara

16,5mm sampai 21,5mm pada laki-laki kulit putih dan 15,5mm sampai 20mm pada wanita kulit

putih. Pada orang kulit hitam pengukurannnya bertambah sekitar 2mm. Pergeseran bola mata

diukur menggunakan alat yang disebut exophthalmometer. Alat exoftalmometer yang paling

sering digunakan adalah Hertel Exophthalmometer. Alat ini menggunakan pengukuran

binokuler yang memungkinkan pemeriksa melihat bayangan cornea dan dilihat pada skala

ukuran. Hertel Exophthalmometer cukup akurat dan pengukuran berulang dan keuntungan

1,2,3,4,
untuk membandingkan dengan mata yang satu pada saat pengukuran.

Gambar 4. Hertel Exopthalmometer1

Tabel 1.Diagnosa banding proptosis

6
Hal-hal yang dapat ditemuka
Lokasi/Patologi Pergeseran (biasa ditemukan atau tidak
ditemukan)
Tumor Jinak Fossa Lakrimal Proptosis inferonasal Lipatan pada coroid, gerakan
(misalnya Kista Adenoma bola mata kesegala arah
Pleomorfik)
Tumor Ganas Fossa Proptosis inferonasal Nyeri, gangguan gerakan bola
Lakrimal(misalnya Adenokarsinoma, mata, pembesaran kelenjar
Adenoid Cystic Carsinoma) limfe
Tumor Jinak Superonasal (misalnya Proptosis Biasanya tanpa lipatan koroid
dermoid) inferotemporal
Tumor di Anterior (misalnya Proptosis ringan Mempengaruhi konjungtiva
dermoid, limfoma) menjauhi letak tumor atau palpebra
Tumor di Muscle cone (misalnya Proptosis aksial Lipatan koroid, bendungan
Cavernosus hemangioma, vena, edema papil
schwannoma)
Tumor extraconal dan intraconal Proptosis hebat Mempengaruhi konjungtiva
(misalnya tumor vaskular, dan palpebra, lipatan pada
Rhabdomyosarcoma) koroid, gangguan pada saraf
optik dan edema papil,
amblyopia
Diffusely infiltrating lesions Proptosis aksial atau Gerakan bola mata
(misalnya Karsinoma yang enoftalmus terhambat, gangguam saraf
metastasis, Pseudotumor yang difus) optic, pembesaran kelenjar
limfe
Tumor yang diinferior (misalnya Proptosis ke superior Nyeri, gangguan sensorik
Karsinoma sel skuamosa dari sinus pada daerah bawah
maksilla) periorbital
Tumor di medial(misalnya mukokel, Proptosis lateral dan Nyeri, gangguan gerakan bola
Karsinoma sel skuamosa sekunder superolateral mata horisontal atau difus
dari sinus eithmoidal)
Tumor di Apikal posterior orbita Minimal, proptosis Gangguan saraf optic dengan
(misalnya mengioma,glioma, muncul belakangan diskus normal, gangguan
paraganglioma) gerakan bola mata

7
Gambar.5.Posisi ”Worm’s eye view”. Perhatikan proptosis pada mata kiri 2

Pada pasien dengan proptosis juga harus diperiksa gerakan bola mata pada cardinal

posisi dan membandingkan dengan mata yang sehat. Pergerakan okular mungkin dibatasi

kearah tertentu oleh neoplasma atau peradangan seperti selulitis orbita, pseudotumor,

karsinoma sel skuamosa yang berasal dari sinus eitmoidal yang meluas sampai posterior orbita

dan metastasis karsinoma mammae.1,2,5,6

Umumnya , gangguan pergerakan bola mata diakibatkan kelainan inflamasi akut yang

berkembang cepat dan sangat nyeri. Oftalmoplegi akibat Graves’ disease tidak nyeri danmuncul

mendahului eksoftalmus. Pasien dengan hipertiroid, oftalmoplegia pada pergerakan bola mata

keatas akibat infiltasi glikoprotein dan sel-sel radang pada otot rektus superior. 2,5,7,

Pemeriksaan pada bagian luar harus juga meliputi ada tidaknya perubahan pada

jaringan lunak seperti kelopak mata, konjungtiva, dan kulit diperiorbita. Adanya hiperemis,

edema, dan kekenyalan dari jaringan ini dapat menjadi gambaran tumor orbita, jika tumor

berlokasi ke anterior seperti limfoma maka akan menimbukan edeme pada kelopak mata

bawah dan kemosis konjungtiva. Jika edema pada kelopak mata bawah lebih besar pada

kelopak mata atas kemungkinan hemangioma , tumor neurogenik. JIka terjadi edema disertai

retraksi kemungkinan disebabkan oleh Graves’ disease dan pseudotumor Hiperemis juga dapat

8
ditemukan pada lesi inflamasi yang akut. Hiperemis pada kelopak mata dapat ditemukan pada

tumor ganas yang lokasinya dianterior seperti limfoma, Leukemia, Rhabdomyosarkoma, tumor

metastasis .1,2,3

2.Palpasi1,2,4,9

Palpasi pada tumor orbita yang diperiksa adalah keras/lunak, tekstur dan mobilitas

massa, jika kita mencurigai adanya metastasis maka perlu dilakukan palpasi kelejar limfe

disekitar tumor. Palpasi pada jaringan tumor dan struktur orbita kadang-kadang dirasakan tidak

nyaman oleh pasien maka pada beberapa kasus hal ini dilakukan dibawah pengaruh anestesi.

Tumor yang lokasi lebih ke anterior seperti limfoma, tumor glandula lakrimal, mukokel dan

kista dermoid cenderung lebih mudah dipalpasi. Pemeriksa dapat melihat permukaannya

tumor, adanya tidaknya nyeri tekan; pada palpasi pada rima orbita pemeriksa dapat

mempalpasi adanya krepitasi.

Diagnosa banding dari massa yang terpalpasi pada kuadran superonasal dapat meliputi

mukokel,mukopyokel, encephalokel, neurofibroma, kista dermoid, atau limfoma. Massa yang

terpalpasi dikuadran superotemporal dapat berupa glandula lakrimal yang prolaps, kista

dermoid, tumor glandula lakrimal, limfoma, atau NSOI. Lesi dibelakang ekuator bola mata

biasanya tidaka dapat dipalpasi.

Pulsasi pada mata disebabkan oleh tranmisi denyut pembuluh darah melalui orbita. Hal

ini dapat disebakan oleh aliran vaskular yang abnormal atau transmisi pulsasi normal

intracranial melalui defek pada tulang dinding orbita. Aliran pem buluh darah yang abnormal

dapat disebabkan oleh adanya hubungan arteriovenous, seperti Carotid Cavernosus Fistula

(CCF) atau fistel dural cavernosus. Defek pada dinding orbita dapat berupa akibat sinus

mukokel, pengambilan tulang pada suatu prosedur operasi, trauma, atau perkembangan

9
abnormalitas, termasuk encepalokel, meningokel, atau displasi sphenoid(akibat

neurofibromatosis).

3.Auskultasi1,

Auskultasi dengan stetoskop diatas bolamata atau di tulang mastoid dapat mendeteksi

bruits pada kasus Carotid Cavernosus Fistula. Pasien juga dapat secara subjektif dapat juga

mendengar bruits. Pasien dengan fistel arteriovenous biasanya memiliki pembuluh darah

epibulbar yang berkelok-kelok dan dilatasi.

C. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Segmen Posterior

Dilakukan juga pemeriksaan indirect ophtalmoscope dengan pupil dilatasi sempurna dan

indentasi sclera pada semua pasien karena banyak penyakit orbita menyebabkan perubahan

pada pemeriksaan funduskopik, yang dapat memberikan informasi tentang lokasi,ukuran, dan

sumber kelainan di orbita. Evaluasi dimulai dari korpus vitreus dengan melihat ada tidaknya

vitreus seeding misanya pada tumor intraokuler(Retinoblastoma). Manifestasi yang ditemukan

pada pemeriksaan funduskopi adanya tidaknya massa yang mengisi dilipatan chorioretinal,

perubahan vaskular retina, dan edema diskus optik atau atrofi nervus optik. 1,2,9

Lipatan chorioretinal tampak seperti striae, yang sering kita lihat pada pada polus

posterior, kadang juga tampak mukokel dan kista pada kasus trauma, namun lipatan

korioretinal biasanya tanpa gejala dan tidak mempengaruhi ketajaman penglihatan. Lipatan

korioretinal penyebabnya belum diketahui secara pasti namun diduga kompresi bola mata

akibat adanya massa di orbita.Bendungan dan meningkatnya kelok-kelok vena retina akibat

adanya massa di midorbita,yang menyebabakan statis pada vena vortex. Edema diskus,atrofi

10
nervus optik merupakan tanda-tanda yang didapatkan pada pemeriksaan funduskopi yang

dapat diarahkan pada adanya Space-occupying lesions.1,2,10,11

Gambar 6 . Gambaran fundus memperlihatkan adanya choroidal striae pada


hemangioma cavernosus
Tabel 2. Gambaran funduskopik yang dapat dilihat akibat penyakit orbital 1

Chorioretinal Folds Retinal Retinal vascular Optic disk edema Optociliary shunts
Detachment abnormalities and atrophy
Primary and Primary and Primary and Optic Nerve Optic Nerve
secondary tumors secondary tumors secondary tumors Mengioma Meningioma
Optic Nerve Glioma Optic Nerve Glioma
Metastatic tumors Metastatic tumors Metastatic tumors Intraconal Cavernosus
hemangiomas Hemangioma
Choroidal tumors Choroidal tumors Choroidal tumors Nerve tumors Orbital vascular
Specific inflamation Trauma Trauma Dermoid cyst Hamartomas
Pseudotumor Cavernous sinus Mucocele Glaukoma
thrombosis
Mucocele and cysts Wegener’s Fibrous dysplasia High Myopia
granulomatosis,
sarcoidosis
Hyperopia Phacomycoses

Hypotony Postradiation
treatment
Scleritis, uveitis

Retinal detachment

Scleral Buckle

11
2.Laboratorium

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan yang dibutuhkan untuk menunhjang diagnosa

mulai dari pemeriksaan tes fungsi tiroid, pemeriksaan darah Total Leukocyte Account(jumlah

leukosit), Differentiate Leukocyte Count,Erotcycte Sedimen Rate, pemeriksaan urin rutin untuk

multiple myeloma.15

3.Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan radiografi poto polos atau tomografi digunakan untuk mengevaluasi

pasien dengan kelainan pada orbita. Dengan berkembangnya beberapa teknik pemeriksaan

radiografi baru seperti Computed Tomography dan Magnetic Resonance Imaging maka

pemeriksaan ini lebih sering dilakukan. Ultrasonography pada kasus tertentu dapat sangat

membantu untuk menegakkan diagnose.1,2,7

a.Computed Tomography (CT)

CT telah berevolusi dalam penanganan kelainan orbita. Penampakan jaringan pada

potongan tomografik berdasarkan pada kepadatan yg sesuai dengan kemampuannya

menyerap sinar X. Gambaran 2 dimensi dibentuk oleh pengukuran kepadatan. CT adalah teknik

yang bermakna untuk menggambarkan bentuk, lokasi, dan luasnya lesi di orbita. CT membantu

memilih diagnosa banding, ketika orbitotomi dibutuhkan, CT membantu untuk memilih

tindakan operasi apa yang dibutuhkan berdasarkan ruang lesi di orbita atau ruang di orbita.

Dengan ini CT scan juga membantu untuk mengetahui massa tumor yang lebih detail dan

metastasenya.1,2,,3

Lesi pada orbita dan ekstraorbita dengan atau tanpa penonjolan dapat tergambarkan

dengan CT scan. CT scan memiliki resolusi dan kemampuan kontras jaringan yang dapat

12
member gambaran jaringan lunak, tulang, pembuluh darah yang berisi zat kontras, dan benda

asing.-1,2

Gambaran orbita dapat berupa potongan aksial, pararel dengan nervus optic; potongan

koronal , memperlihatkan mata, nervus optic, dan otot ekstraokuler pada potongan melintang:

atau potongan sagital pararel dengan septum nasal. Jika ingin memeriksa otot-otot

ekstraokuler dapat dilihat pada potongan aksial dan coronal namun jika ingin melihat seluruh

otot-otot ekstraokuler maka dilakukan potongan coronal. Jika ingin melihat saraf optik dalam

orbita dan yang melalui kanalis optic sampai ke khiasma optikum maka diminta potongan

parasagittal, namun untuk melihat khiasma optikum atau glandula lakrimal lebih jelas maka

diminta potongan koronal.1,2,10,11

13
Gambar 7. A.Potongan Aksial dengan kontras, B.Memperlihatkan kanalis optic, C.Potongan
Parasagittal dapat dilihat saraf optik, D.Potongan koronal pada level tengah orbita, E.Potongan
koronal pada level ekuator pada bola mata1

CT scan juga sangat sensitive untuk mendeteksi kalsifikasi pada lesi diorbita yang sangat

membantu untuk mendiagnosa banding. Untuk tumor yang melibatkan tulang CT Scan

merupakan pemeriksaan utama.1,2

b.Magnetic Resonance Imaging

Magnetic Resonance Imaging(MRI) teknik gambaran yang noninvasive yang tidak

memerlukan radiasi ion dan tidak memiliki efek samping biologis. Ada 2 tipe relaxation yaitu

T1(longitudinal) dan T2 (tranversal). Pemeriksaan ini sangat membantu untuk mengevaluasi lesi

massa orbita karena alat ini memberikan resolusi jaringan yang bagus. MRI sangat sensitif

mendeteksi lesi di otak, lesi di intra konal dan ekstra konal, saraf optic dan kiasma optic, deteksi

untuk kelainan pada mata seperti retinal detachment atau choroidal detachment, dan

penekanan sklera akibat tumor orbita. Lesi kistik atau vascular dapat dievaluasi dengan MRI,

contohnya limfoma orbita ataupun aneurisma.1,2,11,12

14
Gambar 8. A.Potongan koronal melalui posterior orbita, B.Gambaran aksial melalui saraf optic,
C.T2 koronal-weighted image- melalui kiasma optikum, D.Potongan koronal T2 pada midorbita 1

Tabel. 3. Tipe-tipe sinyal pada MRI Orbita1

Signal type
Tissue Type
TI-weighted T2- weighted Fat suppression
Globe Hypo (dark gray) Hyper (white) Hypo (dark gray)
Fat Hyper (white) Hyper (white) Intermediate (gray)
Extraocular muscle Hypo (dark gray) Hypo (light gray) Hyper (white)
Optic nerve Hyper (light gray) Hypo (light gray) Hyper (light gray)
Corebrospinal Fluid Hypo (dark gray) Hyper (white) Hypo (dark gray)
Bone Void (black) Void (black) Void (black)
Vessels Void (black) Void (black) Void (black)

Tabel 4. Beberapa indikasi CT scan dan MRI1

CT Scan MRI

Trauma orbitocranial Deteksi massa orbita

15
Perdarahan orbitokranial Evaluasi orbita dan massa orbita

Mendeteksi massa orbita Evaluasi sinus

Evaluasi tulang orbita Evaluasi lintasan saraf optik

Evaluasi sinus Perubahan orbita akibat tumor okuler

Mendeteksi kalsifikasi Perdarahan orbitokranial

Keuntungan CT scan adalah waktu pemeriksaannnya lebih cepat dan baik untuk

mengevaluasi struktur tulang terutama pada pasien-pasien trauma, namun MRI mampu

mendeteksi kelainan diorbitakranial lebih baik karena gambar yang ditampilkan lebih jelas dan

tidak mengandung radiasi pengion. Dibanding dengan CT scan, MRI memberikan kontras

jaringan yang lebih baik struktur dari apex orbita, intrakanalikular nervus optik, struktur ruang

periorbital, dan tumor intrakranial. Tulang dan kalsifikasi memberi sinyal yang lemah pada MRI.

Walaupun CT lebih baik daripada MRI untuk evaluasi fraktur, destruksi tulang, dan kalsifikasi

jaringan. Kontraindikasi MRI adalah pasien dengan benda asing ferromagnetic di orbita dan

jaringan periorbita, klip vaskular periorbital, filter magnetik intravaskuler, atau peralatan

elektronik di badan seperti pacemaker kardiak.

c. Ultrasonography

Ultrasonography dapat digunakan untuk memeriksa pasien dengan kelainan orbita.

Teknik contemporer ultrasonography dapat menilai ukuran, bentuk, posisi normal atau

abnormal dari jaringan orbita. WEvaluasi orbita dapat menggunakan scanning mode A scan-B

scan. Gambaran 2 dimensi jaringan ini dapat dilakukan dengan Ultrasonografi B-scan. 1,2

Ultrasonography dapat menentukan lokasi benda asing. Ultrasonography Doppler

dapat memberikan informasi spesifik termasuk aliran darah (kecepatan dan aliran darah pada

pasien dengan penyakit sumbatan pembuluh darah atau abnormalitas pembuluh darah

16
dihubungkan peningkatan aliran darah), namun untuk pemeriksaan tumor sendiri terutama

pada tumor intraokuler seperti pada choroidal melanoma.1,2

Gambar 9. Ultrasonography pada choroidal melanoma

d.Angiography1,2

Dengan berkembangnya teknik Magnetic Resonance angiography dan Computed

Tomography Angiography maka kelainan vascular lebih mudah

d.1Venografi

Sebelum jaman CT scan dan MRI, venografi orbital digunakan untuk menegakkan

diagnosis dan terapi orbital varices, dan pemeriksaan sinus kavernosus. Material kontras

disuntikkan di vena frontalis atau angular untuk melihat kelainan sistem vena. Malformasi

vaskular orbitokranial atau fistel dapat dimasukkan melalui vena oftalmik superior. 1,2

d.2.Arteriography

Arteriografi adalah pemeriksaaan utama untuk lesi diarteri seperti aneurisma atau

malformasi arterivenous. Kateterisasi retrograde pembuluh darah serebral dapat dilakukan

pada arteri femoralis. Visualisasi dapat lebih maksimal jika disuntikkan pada arteri karotis

externa atau interna.1,2

d.3.CT dan MR Angiografi

17
Perkembangan perangkat keras dan lunak pada CT dan MRI membuat gambaran pada

malformasi arteriovenous, aneurisma, dan fistel arterivena menjadi lebih jelas, lebih murah,

lebih nyaman, dan tanpa resiko akibat kateterisasi intravascular dan injeksi zat kontras.

Namun, MR angiografi kurang sensitif daripada angiografi yang langsung untuk mendeteksi

fistula carotid atau dural sinus cavernosus. Namun ketika menentukan pemeriksaan mana yang

akan dipilih ahli mata akan mengkonsultasikan kepada ahli radiologi untuk mendiskusikan

tentang lesi yang dicurigai dan jenis pemeriksaan yang cocok dengan pasien. 1,2

e.Biopsi Pada Orbita

Biopsi merupakan pengambilan suatu jaringan untuk pemeriksaan histopatologik.

Pengambilan jaringan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ada beberapa teknik biopsy pada

orbita yaitu :

1. Biopsi eksisi ; pemeriksaan histopatologik dengan cara mengambil keseluruhan massa,

jaringan yang diambil cukup banyak jadi dapat membantu untuk menegakkan diagnosis

yang lebih baik. Biopsi eksisi dilakukan pada tumor yang jinak, memiliki batas yang tegas

dan mudah diangkat tanpa merusak jaringan orbita yang lain.1,2

2. Biopsi Insisi; pemeriksaan histopatologik dengan cara tidak mengambil keseluruhan

jaringan. Pengambilan jaringan dilakukan dalam anesthesia umum dan tidak dilakukan

kauterisasi dan jaringan tidak boleh hancur. Biopsi insisi dilakukan pada tumor orbita

yang tidak memerlukan pengangkatan keseluruhan tumor karena hanya memerlukan

kepastian diagnosis untuk melanjutkan keperluan terapi lain seperti kemoterapi atau

radioterapi (contohnya lymphoma, rhabdomyosarkoma, pseudotumor orbita atau pada

tumor yang memerlukan pengangkatan lebih luas seperti eksenterasi contohnya pada

tumor glandula lakrimal yang malignan. 1,2

18
3. Fine Needle Aspiration biopsy(FNAB); teknik ini dilakukan jika pemeriksa masih memilih

antara observasi dan operasi. Teknik ini tidak terlalu nyeri sehingga kadang-kadang

todak diperlukan anestesi lokal, sangat mudah dan tidak menganggu sel tumor. Fine

Needle Aspiartion Biopsy ini dilakukan pada tumor yang bisa dipalpasi. Pemeriksaan ini

tidak boleh dilakukan pada anak-anak yang dicurigai menderita retinoblastoma atau

pada keadaan dimana pemeriksa tidak dapat melihat intraokuler dengan jelas.

Komplikasi pemeriksaan ini dapat menyebabkan perdarahan vitreus, perdarahan

subretinal, retinal detachment.1,13

Perlengkapan yang dibutuhkan untuk FNAB

- Spoit 10ml atau 20ml dengan Luer Lok atau butterfly needle

- Jarum 21-25 yang meiliki diameter luar 0,6-1mm

- Pemegang aspirasi (Aspiration Handle , misalnya Cameco syringe pistol atau Aspir

gun)

- Vial yang berisi 50% alcohol, sebagai media untuk membawa jaringan

- Alcohol spray fixative

- Busa alcohol dan betadine, kasa.

4. Biopsi Intraoperatif (Frozen Section); tujuan utama dilakukan frozen section ini adalah

untuk membantu dalam menentukan terapi yang dapat berubah pada intraoperatif.

Frozen section dilakukan juga untuk mendapatkan diagnosis berdasarkan histopatologik

untuk mementukan batas tumor untuk memperkuat batas eksisi bebas tumor. 1,14

19
Diagram 1. Dari teknik pengambilan jaringan mulai dari batas eksisi biopsy dari batas tumor, kemudian
memberikan tanda pada batas tunmor yang akan diambil dengan cermat sehingga pada eksisi dapat
ditentukan batas dengan akurat, T=Tumor 1

Gambar 10. Penandaan contoh jaringan (contohnya M1,L2) untuk pemeriksaan frozen section,
M=medial, L=Lateral, T=tumor1

20
5. Teknik Mohs, teknik ini lebih sering dipakai untuk lesi pada palpebra seperti karsinoma

sel basal atau karsinoma sel skuamosa. Teknik ini digunakan untuk lesi yang letaknya

superficial dan menentukan batas bebas tumor.

Gambar 11. Teknik memberikan label pada multiple frozen section pada eksisi tumor adalah
prinsip utama pada teknik Mohs microsurgical1

21
PENUTUP

Teknik pemeriksaan tumor sangat kompleks karena pemeriksaan ini meliputi seluruh

struktur bola mata. Evaluasi meliputi anamnesis yang terarah mulai dari keluhan utama yang

mendetail, pemeriksaan oftalmologik inspeksi, palpasi, aukultasi, serta pemeriksaan indirect

ophthalmoscope dengan indentasi sklera. Pemeriksaan yang tepat berdasarkan keluhan

utama, letak lesi dan hasil pemeriksaan oftalmologi akan membantu untuk mentukan jenis

pemeriksaan penunjang yang akan digunakan karena tiap pemeriksaan penunjang memiliki

indikasi berbeda-beda berdasarkan letak lesi, jenis tumornya.

Dengan memahami cara pemeriksaan tumor orbita diharapkan dapat membantu dalam

menegakkan diagnose tumor orbita dengan tepat sehingga penanganannya pun tepat dan

dapat meminimalkan kesalahan diagnosa.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Orbital Tumors. Available in http://emedicine.medscape.com/article/1218892-overview.


Acessed on 27th January 2013

2. Karcioglu, Zeynel A. Orbital Tumours, Diagnosis and Treatment. Springer Sciences Inc. New
Orleans, USA : 2004

3. Skuta, Gregory L, et al. Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. AAO. San Fransisco, USA : 2011

4. Underbrink, Michael MD. Orbital Tumours. Available in


http://www.utmb.edu/otoref/grnds/Orbital-Tumors-2001-10/Orbital-Tumors-2001-
10.htm acessed on 27th January 2013

5. Weerakkody, Yuranga MD et al. Orbital Mass. Available in


http://radiopaedia.org/articles/orbital-mass, accessed on 27th January 2013

6. Mercandetti, Michael MD,MBA,FACS. Orbital Tumours. Available in


http://emedicine.medscape.com/article/1218892-overview accessed on 11th February 2013

7. Riordan-eva,Paul FRCS, FRCOphth. Vaughan & Asbury’s, General Ophthalmology, 17 thed.


Mc.Graw Lange. USA; 2007

8. Lang,Gerard K MD. Ophthalmology, A Pocket Textbook Atlas, 2 nd ed. Thieme Stuggart. New York.
2006

9. Olver, Jane M FRCS, FRCOphth . Orbital Tumours, Condition, Examination, Treatment. Available
in http://www.clinicalondon.co.uk/orbital-tumours/. accessed on 27th January 2013

10. Finger, Paul T, MD. About Orbital Tumours. Available in


http://www.eyecancer.com/patient/Condition.aspx?
nID=19&Category=Orbital+Tumors&Condition=About+Orbital+Tumors
%3A+General+Information. accessed on 27th January 2013

23
11. Rigdway, James M MD et al. Orbital Tumors. Available in www.ent.uci.edu/.../Orbital
%20Tumors.ppt. Acessed on 27th January 2013

12. Kanski, Jack J MD MS FRCS FRCOphth, Brad Bowling FRCSEd(Ophth. Clinical Ophthalmology : A
Systematic Approach, 7thed.

13. Lemke,AJ et al. Magnetic Resonance Imaging In Orbital Tumors. Available in


http://link.springer.com/article/10.1007%2Fs00330-006-0227-0?LI=true#page-1. Acessed on
27th January 2013 Acessed on 27th January 2013

14. Kersten, Robert C, and Jeffray Narad. Orbital Surgery. Available in


http://www.oculist.net/downaton502/prof/ebook/duanes/pages/v5/v5c086.html. Acessed on
11th March 2013

15. Dorran, Marriane. Fine Needle Aspiration Biopsy in Ocular and Orbital tumor. Available in
http://www.aao.org/aao/publications/eyenet/201207/oncology.cfm. Acessed on 11th March
2013

24

Anda mungkin juga menyukai