Anda di halaman 1dari 5

Alur Penegakan Diagnosis Pterygium

A. Anamnesis
 Identitas Pasien : Nama,Umur,Alamat,Pekerjaan
 Keluhan Utama : Penglihatan kabur karena ada selaput
Onset : Sudah berapa lama pertumbuhannya hadir? Biasanya,
ini akan terjadi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Ini
membantu membedakannya dari ocular surface squamous
neoplasia (OSSN), yang cenderung memiliki sejarah yang
lebih pendek

Lokasi : letak selaput nya di sebelah mana

Memberat saat kapan?

Semakin lama keluhan semakin memberat atau biasa saja?

Apakah mengganggu aktivitas?

Sudah pernah berobat?jenis obat nya apa? Apakah ada


perubahan?

 Keluhan Penyerta : Mata merah, mata gatal, mata berair,seperti ada


yang mengganjal atau mata berpasir,mata bengkak,Penglihatan
menurun
 Riwayat Penyakit Dahulu : Pernah mengalami keluhan yang sama?
apakah sudah pernah berobat? apa ada perubahan
Ada riwayat hipertensi?DM?Penyakit mata
 Riwayat Penyakit Keluarga:
Apakah dikeluarga ada yang pernah mengalami keluhan yang sama
 Riwayat Kebiasaan: lama aktivitas diluar rumah,sering pakai
topi/kacamata saat aktivitas,sering terpapar detergen/air sabun saat
mandi, merokok?alcohol?1,2,3
B. Pemeriksaan Fisik

Periksa ketajaman visual. Anda harus selalu melakukan pemeriksaan mata


lengkap dan mencari penyebab ketidaknyamanan atau kehilangan penglihatan
lainnya. Ukur ukuran pterygium dari limbus ke puncak pterygium pada
kornea. Catat ini pada diagram dalam catatan klinis sehingga, lain kali Anda
melihat pasien, Anda dapat mengetahui apakah pterygium telah tumbuh.1
Pada Pemeriksaan fisik mata, inspeksi pterigium terlihat sebagai
jaringan fibrovaskular pada permukaan konjuntiva. Pterigium dapat
memberikan gambaran yang vaskular dan tebal tetapi ada juga pterigium yang
avaskuler dan flat. Perigium paling sering ditemukan pada konjungtiva nasal
dan berekstensi ke kornea nasal, tetapi dapat pula ditemukan pterigium pada
daerah temporal.
1. Kemerahan lokalisata di medial atau lateral
2. Iritasi (+/-)
3. Penglihatan kabur (akibat obstruksi sumbu visual atau astigmatisme)
4. Tampak jaringan fibrovaskular berbentuk segitiga yang terdiri dari kepala
(head) yang mengarah ke kornea dan badan.
Periksa gerakan mata untuk mencari bukti gerakan terbatas yang
disebabkan oleh pterygium. Retinoskopi akan mengungkapkan astigmatisme
dengan aturan yang mungkin disebabkan oleh pterygium. Topografi kornea
dapat berharga dalam mendeteksi astigmatisme dan distorsi tidak teratur yang
disebabkan atau diinduksi oleh pterygium. Carilah fitur atipikal apa pun yang
mungkin membuat khawatir tentang displasia (kanker stadium awal), seperti
leukoplakia (bercak yang tinggi, putih, tampak kering), massa agar-agar yang
terangkat, oralarge, pembuluh darah pengumpan yang menonjol untuk
membedakan OSSN.2,4
C. Pemeriksaan Penunjang
 Tes Schrimer
Tes Schirmer atau tes air mata Schirmer (STT) digunakan untuk
menilai produksi air mata, terutama pada pasien dengan dugaan
keratoconjunctivitis sicca, mata kering, atau kelebihan produksi air
mata.5
 Histopatologi
Secara histopalogis ditemukan epitel konjungtiva irrekuler
kadang-kadang berubah menjadi gepeng. Pada puncak pteregium,
epitel kornea menarik dan pada daerah ini membran bauman
menghilang. Terdapat degenerasi stauma yang berfoliferasi sebagai
jaringan granulasi yang penuh pembulih darah. Degenerasi ini
menekan kedalam kornea serta merusak membran bauman dan stoma
komea bagian atas.
Pada pemeriksaan histopatologi daerah kolagen abnormal yang
mengalami degenerasi elastolik tersebut ditemukan basofilia dengan
menggunakan pewarnaan hematoxylin dan eosin, Pemusnahan lapisan
Bowman oleh jaringan fibrovascular sangat khas. Epitel diatasnya
biasanya normal, tetapi mungkin acanthotic, hiperkeratotik, atau
bahkan displastik dan sering menunjukkan area hiperplasia dari sel
goblet.
 Topografi Kornea
topografi kornea untuk menilai seberapa besar komplikasi berupa
astigmatisme ireguler yang disebabkan oleh pterigium.
 Tes Slit Lamp
Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan lampu celah dari pertumbuhan
limbal berbentuk sayap di lokasi karakteristik dalam celah palpebra.1,6
D. Diagnosis

Derajat pertumbuhan pterigium : Derajat pertumbuhan pterigium ditentukan


berdasarkan bagian kornea yang tertutup oleh pertumbuhan pterigium, dan dapat
dibagi menjadi 4 (Gradasi klinis menurut Youngson) :

Derajat 1

Jika pterigium hanya terbatas pada limbus kornea

Derajat 2

Jika pterigium sudah melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari 2 mm melewati
kornea c. Derajat 3

Jika pterigium sudah melebihi derajat dua tetapi tidak melebihi pinggiran pupil mata
dalam keadaan cahaya normal (diameter pupil sekitar 3 ‐ 4 mm)

Derajat 4

Jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil sehingga mengganggu


penglihatan.2
Daftar Pustaka

1. Hall AB. Understanding and managing pterygium. Community Eye


Health. 2016;29(95):54-56.publish online 2017
2. dr.Andra N. Buku Ajar Sistim Indera Mata Fakultas Kedokteran
Unimus.Semarang:Unimus;2017
3. Dwi Jayanti Tri Lestari, Dian Revita Sari, Paulus Dwi Mahdi & Rani
Himayani| Pterigium Derajat IV pada Pasien
Geriatri.Lampung:Majority.2017
4. Caldwell M, Hirst Lawrie, Bunya VY, et al. Pterygium. American
Academy Ophthalmology. 2022.
https://eyewiki.org/Pterygium#cite_note-10
5. Brott NR, Ronquillo Y. Schirmer Test. [Updated 2022 May 8]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022
Jan-.
6. Sarkar P, Tripathy K. Pterygium. StatPearls Publishing. 2022.

Anda mungkin juga menyukai