Leukokoria
Disusun oleh
Gabriel Hezekiah H
112020025
Pembimbing :
dr. Vanessa Maximiliane Tina, Sp.M
1
Pendahuluan
Pupil merupakan lubang bundar di bagian tengah iris tempat masuknya cahaya ke bagian
dalam mata. Ukuran pupil normal berbeda-beda antar manusia, normalnya diameter pupil
berkisar atara 3-4 mm, pada anak-anak umumnya lebih besar dan semakin menciut saat
bertambah umur. Fungsi utama dari pupil adalah mengontrol jumlah cahaya yang masuk
kedalam mata untuk mendapatkan fungsi visual terbaik pada berbagai derajat intensitas
cahaya.1,2
Leukokoria atau yang bisa di kenal dengan pupil putih (white pupil) merupakan kondisi
medis yang ditandai dengan timbulnya warna putih pada pupil yang pada keadaan normal
berwarna hitam. Pada leukokoria pupil terlihat normal pada cahaya kamar namun tidak
memiliki red reflex pada pemeriksaan oftalmoskop. Leukokoria bukanlah merupakan suatu
penyakit yang berdiri sendiri, tapi merupakan gejala dari penyakit yang mendasarinya.3
Warna putih pada pupil (leukokoria) harus di bedakan dengan kekeruhan pada kornea, karena
keduanya terlihat mirip namun memiliki penyebab yang berbeda dan bagaimanapun kedua
2
Gambar 1. Diagram mata manusia
Pupil merupakan lubang bundar di bagian tengah iris tempat masuknya cahaya ke bagian
dalam mata. Ukuran lubang pupil dapat di sesuaikan oleh vasriasi kontraksi otot-otot iris
untuk memungkinkan lebih banyak atau sedikit cahaya masuk sesuai keadaan.4
Iris mengandung dua kelompok jaringan otot polos, yang pertama sikuler (berjalan melingkar
di dalam iris) dan yang kedua radial (berjalan keluar dari batas pupil seperti jari-jari roda
sepeda). Pupil mengecil apabila otot sirkuler(atau konstriktor) berkontraksi dan membentuk
cincin yang lebih kecil. Refleks konstriktor terjadi apabila sedang melihat cahaya terang, hal
ini untuk mengurangi cahaya yang masuk ke mata. Sedangkan, apabila otot radialis
3
memendek, ukuran pupil akan meningkat, hal ini terjadi pada saat cahaya temaram untuk
Otot Sirkuler
Otot Radial
Otot-otot iris di kontrol oleh sistem saraf otonom. Serat-serat saraf parasimpatis
mempersarafi otot sirkuler, dan serat-serat saraf simpatis mempersyarafi otot radial.4
Leukokoria
Definisi
Leukokoria di artikan dengan white pupil atau pupil putih, pupil dapat terlihat normal pada
cahaya kamar namun tidak memiliki red reflex pada pemeriksaan oftalmoskop. Leukokoria
lebih sering di sebabkan oleh katarak, retinopati prematuritas, atau vitreus primer hiperplastik
4
Gambar 3. Leukokoria
Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah
lahir sampai bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab
Etiologi dari katarak kongenital sendiri dapat dibagikan berdasarkan jenis katarak pada
seseorang yaitu katarak kongenital unilateral atau bilateral. Kebanyakan dari katarak
bilateral biasanya merupakan penyakit herediter (diwariskan secara autosomal dominan) dan
sering bersarna penyakit sistemik yang lain. Katarak kongenital unilateral paling banyak
ditemukan bersama penyakit anomali okular yang lain. Selain itu, penyebab-penyebab utama
3. Nistagmus dan Amblyopia. Apabila kekeruhan cukup kecil sehingga tidak menutupi
kekeruhan. Namun apabila seluruh pupil tertutup, penglihatan normal tidak terbentuk
dan terjadi gangguan visual serta adanya fiksasi yang buruk menyebabkan timbulnya
katarak terlihat.
6 bulan setelah terlihat atau segera sebelum terjadinya strabismus, akan mudah terjadi
3. Katarak total unilateral, mempunyai prognosis yang buruk, karena mudah sekali
dapat dicoba dengan kacamata atau midriatika, bila terjadi kelainan yang progresif
6
Prognosis Katarak Kongenital
Prognosis penglihatan untuk pasien katarak kongenital tidak sebaik prognosis katarak senilis.
Adanya ambliopia dan terkadang muncul anomali saraf optikus atau retina terbatas dalam
Retinoblastoma
Definsi Retinoblastoma
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel batang dan
kerucut) atau sel glia yang bersifat ganas. Kelainan ini bersifat kongenital autosom dominan
bila mengenai kedua mata atau bersifat mutasi somatik bila mengenai satu mata saja. Tumor
ini tumbuhnya sangat cepat sehingga vaskularisasi tumor tidak dapat mengimbangi
tumbuhnya tumor sehingga terjadi degenerasi dan nekrosis yang disertai kalsifikasi.1,3
sudah menimbulkan kelainan pada mata berupa pupil putih, strabismus atau peradangan.
Secara umum, semakin dini penemuan tumor dan semakin dini dilakukannya terapi tumor,
semakin besar kemungkinan kita mencegah perluasan tumor melalui saraf optikus dan
jaringan orbita. Retinoblastoma dapat berakibat fatal bila tidak mendapatkan pengobatan
yang tepat.3
Maninfestasi Retinoblastoma
Gejala subyektif sukar untuk didapatkan karena anak tidak memberikan keluhan apapun, bila
dijumpai pada anak yang lebuh besar, gejala subyektif yang dikeluhkan umumnya adalah
Gejala obyektif pada retinoblastoma dari yang tersering disadari hingga yang jarang disadari:9
7
1. Leukokoria ( Amourotic Cat’s Eye).
2. Strabismus.
3. Heterokromia.
4. Glaukoma.
5. Hifema.
6. Peradangan orbita.
Pada pemeriksaan funduskopi didapatkan gambaran tumor dengan warna putih atau krem
kekuningan, dengan lesi satelit pada retina, ruang sub retina dan terdapat sel-sel tumor pada
korpus vitreus (vitreus seeding). Untuk mendapatkan pemeriksaan funduskopi yang lebih
detail sebaiknya pemeriksaan dilakukan dengan midriatil untuk melebarkan pupil. Pada
neovaskularisasi pada daerah tumor, tetapi tidak dapat menampilkan gambaran vitreus
seeding.9,10
8
Gambar 5. Sebuah foto lapangan lebar portabel menunjukkan lesi simulasi retinoblastoma di mata kanan
menunjukkan lesi makula putih, perhatian dekat ke pinggiran jauh menunjukkan telangiectasia vaskular dan
non-perfusi
Sumber: Langevin ST, Marr BP. Retinoblastoma: Presentation, Evaluation, and Diagnosis. 2019
USG pada mata dapat memberikan gambaran heterogenitas dan kalsifikasi jaringan yang
identik dengan massa pada retinoblastoma. USG tidak lebih sensitif jika dibandingkan
dengan Computed Tomografi (CT) yang ideal untuk mendeteksi adanya kalsifikasi
retinoblastoma dengan usia di bawah 1 tahun karena adanya radiasi dari alat tersebut.10
Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan alat yang paling sensitif untuk mengevaluasi
retinoblastoma karena memberikan gambaran yang paling baik yang dapat memantau ada
tidaknya metastase pada nervus optikus. Pemeriksaan foto polos diindikasikan bila pada
Tatalaksana Retinoblastoma
stadium perjalanan penyakit, yang bervariasi pada setiap pasien. Pasien unilateral intraokular
retinoblastoma dengan ukuran tumor besar dan pertumbuhan tumor yang cepat sering
9
dilakukan enukleasi yang akan mempunyai angka kesembuhan >95%. Pasien dengan
retinoblastoma pada kedua matanya biasanya mendapat multi terapi berupa terapi lokal dan
kemoterapi. Enukleasi dilakukan pada satu mata, pada mata dengan prognosis yang paling
buruk atau pada kedua mata bila visus kedua mata sudah nol.10
Prognosis Retinoblastoma
Secara umum, semakin dini penemuan tumor dan semakin dini dilakukannya terapi tumor,
semakin besar kemungkinan kita mencegah perluasan tumor melalui saraf optikus dan
jaringan orbita.3
Retinopati Prematuritas
Retinopati prematuritas adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada pembentukan
pembuluh darah retina pada bayi prematur. Retinopati prematuritas terjadi akibat kepekaan
pembuluh darah retina di masa perkembangan terhadap oksigen konsentrasi tinggi (kondisi
ketika neonatus harus bertahan akibat ketidakmatangan paru). Pajanan oksigen konsentrasi
perkembangan pembuluh darah retina (vaskulogenesis). Hal ini menimbulkan daerah iskemia
pada retina.11
Standar baku untuk mendiagnosa ROP adalah pemeriksaan retinal dengan menggunakan
oftalmoskopi binokular indirek. Dibutuhkan pemeriksaan dengan dilatasi fundus dan depresi
skleral.
10
Penatalaksanaan Retinopati Prematuritas
1. Terapi Non-bedah
Terapi non-bedah untuk retinopati prematuritas (ROP) terdiri dari screening oftalmologis
terhadap bayi-bayi yang memiliki faktor risiko. Terapi –terapi lainnya yang pernah dicoba
dapat berupa mempertahankan level insulinlike growth factor (IGF-1) dan omega-3-
polyunsaturated fatty acids (PUFAs) dalam kadar normal pada retina yang sedang
berkembang.12
2. Terapi Bedah
Terapi bedah pada ROP diantaranya adalah terapi bedah ablatif, krioterapi, terapi bedah laser.
Prognosis
Prognosis ROP ditentukan berdasarkan zona penyakit dan stadiumnya. Semakin tinggi
stadiumnya maka prognosisnya semakin buruk dan dapat menyebabkan komplikasi berupa
myopia, strabismus, anisometropia dan amblyopia yang berkaitan dengan kondisi ROP akut.
PHPV adalah kelainan kongenital pada mata dikarenakan kegagalan vitreus primer
pada waktu embriologi dan pembuluh darah hyaloid untuk beregresi. Hal ini ditandai dengan
persisten dari berbagai bagian vitreous primer (embrionik sistem vaskular hyaloid termasuk
tunika vaskulosa lentis posterior) dengan hiperplasia dari jaringan ikat pada waktu embrio
11
Maninfestasi Klinis Persistent Hyperplastic Primary Vitreous (PHPV)
Tanda-tanda yang paling umum adalah leukokoria dan mikroptalmia. Selain itu bisa
dijumpai katarak, strabismus, glaukoma, hifema, dan uveitis. Presentasi klinis dapat
bervariasi. Selain itu, dilatasi pupil sering tidak sempurna dan mungkin ada traksi pada
dan dikonfirmasi dengan ultrasonografi, CT-scan atau magnetic resonance imaging (MRI).14
Gambar 6. Gambar aksial T2-weighted (a) dan aksial T1-weighted (b) menunjukkan jaringan fibrovaskular
retrolental segitiga (panah 1) dan jaringan sentral sisa hyaloid di kanal Cloquet (panah 2) mewakili tanda
'martini glass'; (b) Mikropthalmia dan vitreus hiperintens (panah) pada gambar dengan pembobotan T1 karena
akumulasi produk degradasi darah atau kandungan protein yang tinggi dibandingkan dengan bola mata kanan
normal.
12
Sumber: Bezuidenhout, A.F.Persistent hyperplastic primary vitreous : the martini glass sign. South African
Tujuan dalam pengobatan PHPV adalah menyelamatkan mata dari komplikasi apabila
tidak diobati (terutama glaukoma dan penyakit pthysis bulbi), mempertahankan ketajaman
visual tetap ada, dan mencapai hasil kosmetik yang dapat diterima.14
anterior yang progresif, peningkatan tekanan intraokular, perdarahan pada vitreous, dan
ablasio retina.3
Vitrektomi adalah operasi untuk menghilangkan badan kaca atau vitreous (jelly
bening seperti kaca) dari dalam bola mata. Vitrektomi merupakan operasi mikro yang
dilakukan diruang operasi. Anestesi dapat dilakukan secara lokal atau umum. Untuk prosedur
yang lebih rumit dilakukan anestesi umum. Dua atau tiga sayatan tipis pada sklera akan
dibuat agar beberapa alat yang kecil dapat diselipkan ke mata seperti lampu fibreoptik,
pemotong vitreous, gunting halus intraokular, dan alat laser pada bagian pars plana. Cairan
vitreous akan digantikan bahan lain seperti larutan garam yang mirip dengan cairan tubuh,
udara, atau gas. Cairan vitreous tidak akan terbentuk lagi dan mata dapat berfungsi tanpa
vitreous. Pada akhir operasi sayatan tadi akan dijahit kembali dan akan sembuh perlahan-
lahan. Operasi terdiri dari pengangkatan vitreous dan mengupas jaringan parut dari
permukaan retina. Ini adalah operasi yang halus. Operasi ini dilakukan bila penglihatan
Gangguan pada segmen posterior bisa juga terlihat dengan menggunakan instrumen
ini. Tindakan bedah pada kasus PHPV posterior jarang dilakukan apabila tidak terdapat traksi
13
Visual rehabilitasi (lensa afakia dan terapi ambliopia) dilakukan untuk memperoleh
visual yang bagus. dalam kasus kelainan berbagai segmen di posterior, rehabilitasi visual
Prognosis bergantung pada tingkat keparahan gangguan yang terjadi. Namun tindakan
intervensi bedah yang adekuat sering dapat menyelamatkan mata dan menstabilkan
ketajaman visual.3
SIMPULAN
Leukokoria merupakan suatu gejala pada mata dimana pupil terlihat putih, keadaan ini
merupakan tanda patologi di mata. Setiap kelainan yang menghalangi jalan sinar ke retina
akan menimbulkan pantulan benrwarna putih. Leukokoria lebih sering di sebabkan oleh
retinoblastoma.
Prognosis leukokoria yang disebabkan oleh katarak kongenital lebih baik di banding penyakit
lainnya. Prognosis leukokoria akibat retinoblastoma lebih baik jika tumor cepat di identifikasi
dan belum menyebar luas, begitu juga dengan ROP, prognosis semakin buruk apabila zona
dan stadium peyakit makin tinggi. Sedangkan prognosis PHPV bergantung pada tingkat
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. 2013. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Keempat. Jakarta: Balai Penerbit
2. Sayuti K, 2014. Profil Leukokoria Pada Anak. Di unduh tanggal 25 Februari 2022.
3. Vaughan & Asbury’s. 2011. General Ophtalmology 18th Edition. The McGraw-Hill
Companies.
4. Sherwood L. 2014. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi kedelapan. Jakarta:
EGC
dari http://www.dartmouth.edu
6. Mosby. 2011. Pediatric ophtalmology In: Basic and clinical sciences course.
dari: www.ncbi.nlm.nih.gov.
dari: www.nlm.nih.gov/medlineplus
15
12. Regillo C. 2008. Disease of Vitreous dalam: Retina and Vitreous. Singapore:
13. Alex V. 2012. Persistent Hyperplastic Primary Vitreous. Diunduh tanggal 25 Februari
14. Parag K. 2011. Persistent Fetal Vasculature Syndrome. Diunduh tanggal 25 Februari
15. Ellen M. 2011. Pediatric Orbit Tumors and Tumor like Lesions: Neuroepithelial
Lesions of The Ocular Globe and Optic Nerve. Diunduh tanggal 25 Februari 2022. Tersedia
dari: http://radiographics.rsna.org
16