Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

KARSINOMA NASOFARING
Gabriel Hezekiah 112020025

Pembimbing:
dr. Benhard Banggas Sp.THT-KL
dr. Deviana Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UKRIDA
ILMU PENYAKIT THT
RUMAH SAKIT FAMILY MEDICAL CENTER BOGOR
PERIODE 3 Januari – 5 Febuari 2022
Karsinoma Nasofaring
 Keganasan pada daerah kepala & leher

 Tumor berasal dari sel epitel mukosa / kelenjar yang


terdapat pada nasofaring

 Berkembang di sekitar ostium tuba eustachius di dinding


lateral nasofaring

 Berasal sari Fossa Rosenmuller epitel kuboid 


skuamosa
Anatomi Nasofaring
Epidemologi
• Asia  keganasan yang menyebabkan kematian terbanyak
• GLOBOCAN 2020  133,354 KNF ( 96,371 laki-laki,
36,983 Perempuan)  80,008 kematian ( 58,094 laki-laki,
21,914 peremouan)
• Cina  20-40 kasus per 100.000 penduduk

2,18 1
• Perbandingan laki-laki : perempuan = 2,18 : 1
• Usia produktif 25-60 tahun
Etiologi Karsinoma Nasofaring
• Beberapa perubahan genetik sebagian besar akibat
• Genetik mutasi, putusnya kromosom, dan kehilangan sel-sel
Karsinogen
• Virus yang berperan:
Epstein-Barr
somatik. bereplikasi dalam sel-sel epitel
• Virus Epstein Bar (EBV) • HLA
• dan
(Human
menjadi Leucocyte
laten Antigen)
dalam limfosit B berperan penting
Asap rokok
dalam kejadian KNF.
• Lingkungan • Memulai
gen pengodeinfeksi
enzim pada limfosit
sitokrom B (CYP2E1)
p450 2E1 dengan cara
• Asap industri
Karsinogen
berikatan dengan reseptor virus, yaitu komponen
• Paparan
komplemenzat
C3dkimia
(CD21 atau CR2).
• Radiasi
Manisfestasi Klinis
Gejala

Gejala Gejala Gejala mata Metastasis/


nasofaring Telinga Gejala karsinoma & saraf Gejala di
leher
nasofaring dapat
• Epistaksis ringan • Gangguan • Penjalaran Metastasis ke
dibagi menjadi 4
• sumbatan hidung pendengaran melalui foramen kelenjar leher 
kelompok  gejala
• Pilek laserum
• Tinitus, rasa nasofaring, gejala benjolan di leher
mengenai saraf
tidak nyaman, telinga, gejala mata III-VI
rasa nyeri, & saraf, dan • Gejala diplopia
metastasis / gejala
di leher
Diagnosis
Biopsi nasofaing pada umumnya
Diagnosis pasti biopsydilakukan dengan analgesia topikan
nasofaring dengan Xylocain 10% Histopatologi

1 2 3 4 5

Anamnesis
dan PF Dapat dilakukan dengan Pemeriksaan serologi IgA
pemeriksaan CT-Scan daerah anti EA & IgA anti VCA
kepala & leher untuk infeksi virus
Anamnesis
• Nyeri tenggorokan
• Kesulitan bernafas atau berbicara
• Mimisan
• Kesulitan mendengar
• Nyeri atau berdenging di telinga
• Nyeri kepala
Pemeriksaan Fisik
 Pembengkakan KGB ( Tegas dan tidak nyeri)

 Rhinoskopi posterior atau nasofaringoskopi

• Tampak masa di nasofaring

• Fossa Rosenmuller
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Pemeriksaan
Biopsi Nasofaring Radiologi Pemeriksaan
Serologi Histopatologi
CT untuk melihat tumor Pemeriksaan serologi dapat
Biopsi dengan
primer & penyebarannya ke dilakukan sebagai skrining
menggunakan tang biopsy jaringan sekitarnya, menilai Gambaran histologi daerah
ada tidaknya destruksi tulang untuk
dimasukan ke hidung / lateral
serta ada tidaknya deteksi dini, berfungsi sebagai
mulut penyebaran intrakranial nasofaring merupakan
petanda tumor dan
kekambuhan epitel transisional
Klasifikasi histopatologi menurut WHO

A. Tipe I  Karsinoma sel skuamosa,


berkeratin dengan diferensiasi sedang-
baik & terdapat jembatan intersel
Place Your Picture Here And Send To Back
B. Tipe II  Karsinoma tidak berkeratin,
ditemukan sel matur hingga anpalstik
dengan keratin minimal
C. Tipe III  Sel tidak berdiferensiasi
(limfopitelioma, anaplastic, clear cell,
variasi sel spindle)
Stadium

Tumor primer (T) KGB Regional Metastasis jauh (M)


• Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai • NX : Tidak dapat dinilai
• T0: Tidak ada bukti tumor primer • MX : Metastasis jauh tidak
• N0 : Tidak ada metastasis dapat dinilai
• Tis: Karsinoma in situ
• T1 : Terbatas pada nasofaring • N1 : Metastasis unilateral di • M0: Tidak ada metastasis
• T2 : Perluasan ke parafaringeal KGB , 6cm / - di atas fossa
supraklavikula jauh
• T3 : Melibatkan struktur tulang dari
basis kranii • N2 : Metastasis bilateran di • M1 : Terdapat metastasis
• T4 : Perluasan intracranial KGB, 6cm / - dalam dimensi jauh
fossa supraklavikula
• N3 : Perluasan ke fossa
supraklavikula
Stadium
Stadium T N M

Stadium 0 Tis N0 M0

Stadium I T1 N0 M0

Stadium II T1 N1 M0

  T2 N0-N1 M

Stadium III T1-T2 N2 M0

  T3 N0-N2 M0

Stadium IVA T4 N0-N2 M0

Stadium IVB T1-T4 N3 M0

Stadium IV T1-T4 N0-N3 M1

       
Tatalaksana
Tatalaksana sesuai stadium :
 Stadium I : Radioterapi
 Stadium II & III : Kemoradiasi
 Stadium IV dengan N<6cm : Kemoradiasi
• Stadium IV dengan N>6cm : Kemoterapi dosis
penuh dilanjutkan kemoradiasi
R • Modalitas terapi tunggal dapat diberikan pada kanker

A Radioterapi
nasofaring T1N0M0
• Radiasi diberikan dengan sasaran radiasi tumor primer
Kuratif dan KGB leher & supraklavikula untuk seluruh stadium
D Definitif
I
O
T • Diberikan pada stadium lanjut  bermetastases jauh
• Tujuan  meredakan gejala sehingga meningkatkan
E Radioterapi kualitas hidup pasien

Paliatif
R
P
I
Kemoterapi
Diberikan pada pasien T2-T4 & N1-N3
01

Sebagai radiosensitizier diberikan preparat platinum based


02

Pada kasus N3>6cm, diberikan kemoterapi dosis penuh neo


adjuvant & adjuvant
03
Dukungan Nutrisi
Pasien karsinoma nasofaring sering mengalami malnutrisi dengan
01
prevalensi 35% dan sekitar 6,7% mengalami malnutrisi berat

Tatalaksana nutrisi dimulai dari skrining, diagnosis, tatalaksana,


02 baik secara umum maupun khusus sesuai dengan kondisi & terapi
yang dijalani pasien

03 Perlu mendapatkan edukasi & terapi gizi untuk meningkatkan


keluaran klinis serta kualitas hidup pasien
REHABILITASI MEDIK PASIEN KANKER
NASOFARING
Bertujuan untuk mengoptimalkan pengembalian fungsi dan
01 aktivitas kehidupan sehari-ari

02 Meningkatkan kualitas hidup pasien sesuai kemampuan yang


ada

Pendekatan rehaabilitas medik  sedini mungkin , sejak


03 sebelum pengobatan

Tujuan  mengontrol rasa nyeri, pengembalian dan pemeliharaan gerak


04 leher, bahu, dan sendi, meningkatkan fungsi psikososial-spiritual
Prognosis

 Stadium I : 76,9%

 Stadium II : 56,0%

 Stadium III : 38,4%

 Stadium IV : 16,4%
Follow Up

Perlu di follow up setidaknya 10 tahun setelah terapi

Tidak seperti keganasan leher lainnya


01

KNF memiliki risiko terjadinya rekurensi & follow up jangka


Panjang diperlukan
02

Kekambuhan tersering terjadi pada 5 tahun, 5-15% kekambuhan


pada 5-10 tahun
03
 Pemberian vaksin pada penduduk yang
Pencegahan tinggal dengan risiko tinggi
 Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah
 Mengubah cara memasak untuk mencegah
akibat yang timbul dari bahan-bahan
berbahaya
 Penyuluhan mengeni hidup yang tidak sehat
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai