Anda di halaman 1dari 32

REFERAT

KARSINOMA NASOFARING

Disusun Oleh :
Mellati Zastia Putri (1102011160)

Pembimbing :
Dr. Aswaldi , Sp. THT

PENDAHULUAN

Karsinoma nasofaring merupakan tumor


ganas daerah kepala dan leher yang
terbanyak ditemukan di Indonesia.
Hampir 60% tumor ganas kepala dan
leher merupakan karsinoma nasofaring
Insiden yang tinggi ini dihubungkan
dengan kebiasaan makan, lingkungan
dan virus Epstein-Barr.

ANATOMI NASOFARING

Batas nasopharing:
Superior : basis kranii
Inferior : permukaan atas palatum molle
Anterior : koana (nares posterior)
Posterior :
ruang retrofaring, fasia
prevertebralis dan otot dinding faring
Lateral : Muara tuba eustachii, Fossa
rosenmuller, torus tubarius

Nasofaring
diperdarahi
oleh
cabang arteri
karotis
eksterna,
yaitu
faringeal asenden dan
faringeal
desenden
serta cabang faringeal
arteri sfenopalatina.
Daerah
nasofaring
dipersarafi oleh saraf
sensoris
n.glossofaringeus
(N.IX)
dan
cabang
maksila
dari
saraf

Bangunan-bangunan penting yang


terdapat di nasofaring adalah:
1. Adenoid atau Tonsila Lushka atau
Tonsila pharyngeal
2. Fosa Nasofaring atau Forniks Nasofaring
3. Torus Tubarius
4. Fosa Rosenmuller

DEFINISI

Karsinoma nasofaring (KNF) adalah


tumor ganas yang tumbuh didaerah
nasofaring dengan predileksi di fosa
Rossenmuller dan atap nasofaring.

EPIDEMIOLOGI

Cina Selatan, Hongkong, Singapura,


Malaysia dan Taiwan 10-50 kasus per
100.000 populasi per tahun
Karsinoma nasofaring lebih sering pada
laki-laki dibanding perempuan
usia rata-rata pasien saat didiagnosis
KNF adalah 40 tahun keatas

ETIOLOGI
Etiologi karsinoma nasofaring ini masih belum
diketahui secara pasti.
Secara umum, karsinoma nasofaring terjadi
sebagai
akibat
pengaruh
genetic
dan
lingkungan, seperti zat karsinogen dan infeksi
virus Epstein-Barr (EBV) sehingga akhirnya
disimpulkan bahwa penyebab penyakit ini
adalah multifaktor.
Keganasan ini berhubungan dengan infeksi
EBV (Epstein Barr Virus) karena titer anti EBV
yang lebih tinggi didapatkan pada hampir
semua pasien KNF

Virus Epstein-Barr
Transmisi utama EBV melalui saliva
Limfosit B adalah target utama EBV
Infeksi EBV terjadi pada dua tempat utama sel
epitel kelenjar saliva & sel limfosit
Virus Epstein-Barr bereplikasi dalam sel-sel epitel
dan menjadi laten dalam limfosit B
Virus Epstein-Barr dapat memasuki sel-sel epitel
orofaring,
bersifat
menetap
(persisten),
tersembunyi (laten) dan sepanjang masa (lifelong).
pada pasien KNF antibody IgG dan IgA , hal ini
dijadikan pedoman tes skrining KNF pada populasi
dengan risiko tinggi.

Virus Epstein-Barr
Mediator yang dianggap berpengaruh untuk
timbulnya karsinoma nasofaring ialah:
1. Zat Nitrosamin.
2. Keadaan
sosial
ekonomi
yang
rendah,
lingkungan dan kebiasaan hidup
3. Zat karsinogen : Benzopyrene, Benzoathracene
(sejenis Hidrokarbon dalam arang batubara ),
gas kimia, asap industri, asap kayu dan
beberapa ekstrak tumbuhan- tumbuhan.
4. Ras dan keturunan.
5. Radang Kronis di daerah nasofaring.

MANIFESTASI KLINIS
Gejala
Dini
Nose Sign :
Epistaksis
Pilek kronis
Ingus
kental dan
bau
Ear sign :
Tinitus
Otalgia
Gangguan
pendengar
an

Gejala
lanjut
Eyes sign :
Diplopia
Strabismus
Kebutaan
Neuro sign
:
Nyeri
kepala
Disfagia
Neuralgia
trigeminal
Sindrom
Jackson
Tumor
leher

Gejala akibat
metastasis
Sel-sel
kanker
bermetastas
is
pada
organ yang
letaknya
jauh
dari
nasofaring

PATOFISIOLOGI

PATOLOGI
makroskopis
Ulceratife
berupa lesi kecil disertai
jaringan nekrotik

nodular
berbentuk anggur atau
polipoid tanpa adanya
ulserasi tetapi kadangkadang terjadi ulserasi kecil

Eksofitik
Biasanya non-ulseratif,
tumbuh pada satu sisi
nasofaring, kadang-kadang
bertangkai dan permukaan
licin

mikroskopis
Perubahan pra
keganasan
metaplasia dan
hiperplasia
nasofaring
Perubahan
patologik pada
mukosa nasofaring
Reaksi radang
Hiperplasia
Metaplasia
Neoplasia

DIAGNOSIS
1. Anamnesis / pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan
nasofaring

Dengan
menggunakan kaca nasofaring atau dengan
nashopharyngoskop
3. Biopsi nasofaring
Biopsi tumor nasofaring umumnya dilakukan
dengan anestesi topikal dengan xylocain 10%.
biopsy dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dari
hidung (blind biopsy) atau dari mulut
Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil
yang memuaskan maka dilakukan pengerokan
dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam

DIAGNOSIS

4. Pemeriksaan Patologi Anatomi


Klasifikasi gambaran histopatologi terbaru yang
direkomendasikan oleh WHO pada tahun 1991,
hanya dibagi atas 2 tipe, yaitu:
Karsinoma
sel
skuamosa
berkeratinisasi
(Keratinizing Squamous Cell Carcinoma).
Karsinoma non-keratinisasi (Non-keratinizing
Carcinoma).

DIAGNOSIS
5. Pemeriksaan radiologi
a) Foto polos
b) CT-Scan
Keunggulan C.T. Scan dibandingkan dengan foto
polos :
membedakan bermacam-macam densitas pada
daerah nasofaring.
Dapat menilai apakah sudah ada perluasan
tumor ke jaringan sekitarnya,
menilai ada tidaknya destruksi tulang serta ada
tidaknya penyebaran intracranial.

DIAGNOSIS

6. Pemeriksaan neuro-oftalmologi
Karena nasofaring berhubungan dekat dengan
rongga tengkorak melalui beberapa lobang, maka
gangguan beberapa saraf otak dapat terjadi
sebagai gejala lanjut KNF ini.
7. Pemeriksaan serologi.
IgA
anti
EB
sensitivitasnya
100%
tetapi
spesifitasnya
hanya
30,0%,
sehingga
pemeriksaan
ini
hanya
digunakan
untuk
menetukan prognosis pengobatan

STADIUM
Penentuan stadium yang terbaru berdasarkan atas
kesepakatan UICC pada tahun 2002 adalah sebagai
berikut :
T = Tumor primer

T0 = Tidak tampak tumor


T1 = Tumor terbatas di nasofaring
T2 = Tumor meluas ke jaringan lunak
T2a = Perluasan tumor ke orofaring dan atau rongga
hidung tanpa perluasan ke parafaring
T2b = Disertai perluasan ke parafaring
T3 = Tumor menginvasi struktur tulang dan atau sinus
paranasal
T4 = Tumor dengan perluasan intrakranial dan atau
terdapat keterlibatan saraf kranial, fossa infratemporal,
hipofaring, orbita atau ruang mastikator.

STADIUM
N = Pembesaran KGB regional
Nx = Pembesaran KGB tidak dapat dinilai
N0 = Tidak ada pembesaran
N1 = Metastasis KGB unilateral dengan ukuran 6 cm di
atas fossa supraklavikula
N2 = Metastasis KGB bilateral dengan ukuran 6 cm di
atas fossa supraklavikula
N3 = Metastasis KGB bilateral dengan ukuran 6 cm atau
terletak didalam fossa supraklavikula
N3a = ukuran > 6 cm
N3b = di dalam fossa supraklavikula

M = Metastasis jauh
Mx = Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 = Tidak ada
M1 = Terdapat metastasis jauh

STADIUM
Stadium

T1

N0

T1

N0

M0

IIa

T2a

N0

M0

IIb

T1

N1

M0

T2a

N1

M0

T2b

N0/N1

M0

T1

N2

M0

T2a/ T2b

N2

M0

T3

N2

M0

IVa

T4

N0/N1/N2

M0

IVb

Semua T

N3

M0

IVc

Semua T

Semua N

M1

III

DIAGNOSIS BANDING

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Hiperplasia adenoid
Angiofibroma juvenilis
Tumor sinus sphenoidalis
Neurofibroma
Tumor kelenjar parotis
Chordoma
Menigioma basis kranii

KOMPLIKASI

1. Petrosphenoid sindrom
Tumor tumbuh ke atas ke dasar tengkorak lewat
foramen
laserum
sampai
sinus
kavernosus
menekan saraf N. III, N. IV, N.VI juga menekan N.II.
yang memberikan kelainan :
Neuralgia trigeminus ( N. V )
Ptosis palpebra ( N. III )
Ophthalmoplegia ( N. III, N. IV, N. VI )

KOMPLIKASI
2. Retroparidean sindrom
Tumor ini menekan saraf N. IX, N. X, N. XI, N. XII dengan
manifestasi gejala :
N. IX : kesulitan menelan karena hemiparesis otot konstriktor
superior serta gangguan pengecapan pada sepertiga
belakang lidah
N. X : hiper / hipoanestesi mukosa palatum mole, faring dan
laring disertai gangguan respirasi dan saliva
N XI : kelumpuhan / atrofi oto trapezius , otot SCM serta
hemiparese palatum mole
N. XII : hemiparalisis dan atrofi sebelah lidah.
Sindrom horner : kelumpuhan N. simpaticus servicalis, berupa
penyempitan fisura palpebralis, onoftalmus dan miosis.

KOMPLIKASI

3. Sel-sel kanker dapat tersebar secara limfogen


dan hematogen, mengenai organ tubuh yang
letaknya jauh dari nasofaring tulang, hati
dan paru. Hal ini merupakan hasil akhir dan
prognosis yang buruk.

PENATALAKSANAAN

Stadium I : Radioterapi
Stadium II-III : Kemoradiasi
Stadium IV dengan N <6cm: Kemoradiasi
Stadium V dengan N >6cm : Kemoterapi dosis
penuh dilanjutkan kemoradiasi

PENATALAKSANAAN
1. Radioterapi
Sampai saat ini radioterapi masih memegang peranan penting
dalam penatalaksanaan KNF. Modalitas utama untuk KNF
adalah radioterapi dengan atau tanpa kemoterapi.
2. Kemoterapi
Beberapa regimen kemoterapi : cisplatin, 5-Fluorouracil,
methotrexate, paclitaxel dan docetaxel.
3. Operasi
Tindakan operasi pada penderita KNF berupa diseksi leher
radikal dan nasofaringektomi.
4. Imunoterapi
Dengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari KNF adalah
EBV, maka pada penderita karsinoma nasofaring dapat
diberikan imunoterapi.

PENATALAKSANAAN
Perawatan paliatif
Hal-hal yang perlu perhatian setelah pengobatan radiasi
:
Mulut terasa kering disebabkan oleh kerusakan kelenjar
liur mayor maupun minor sewaktu penyinaran.
mukositis rongga mulut karena jamur
rasa kaku didaerah leher karena fibrosis jaringan akibat
penyinaran
sakit kepala
kehilangan nafsu makan dan kadang-kadang muntah
atau rasa mual
Perawatan paliatif diindikasikan langsung untuk
mengurangi rasa nyeri, mengontrol gejala dan
memperpanjang usia.

PENCEGAHAN
Pemberian vaksinasi dengan vaksin spesifik
membran glikoprotein EBV yang dimurnikan pada
penduduk yang bertempat tinggal di daerah
dengan resiko tinggi.
Migrasi penduduk dari daerah resiko tinggi ke
tempat lainnya.
Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah,
mengubah cara memasak makanan untuk
mencegah akibat yang timbul dari bahan-bahan
yang berbahaya.

PROGNOSIS
Prognosis diperburuk oleh beberapa faktor seperti:

Stadium yang lebih lanjut.


Usia lebih dari 40 tahun
Laki-laki dari pada perempuan
Ras Cina dari pada ras kulit putih
Adanya pembesaran kelenjar leher
Adanya kelumpuhan saraf otak dan adanya kerusakan tulang tengkorak
Adanya metastasis jauh

Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap


tingkatan/stadium tumor

Stadium
Stadium
Stadium
Stadium

I : 85 %
II : 75 %
III : 45 %
IV : 10 %

Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis


jauh yang dapat ditemukan di tulang, paru dan hati.

Anda mungkin juga menyukai