Anda di halaman 1dari 18

BAGIAN ILMU PENYAKIT THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT


UNIVERSITAS HALU OLEO Mei 2020

KARSINOMA NASOFARING

OLEH:
FILDA DAMAYANTI, S.KED K1A1 11 062
ERA UTARI, S.KED K1A1 15 065
 
PEMBIMBING:
dr. NANCY SENDRA, M.Kes, Sp. THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
ANATOMI
DEFINISI

Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan karsinoma yang


muncul pada daerah nasofaring (area di atas tenggorok dan di
belakang hidung), yang menunjukkan bukti adanya diferensiasi
skuamosa mikroskopik Karsinoma nasofaring merupakan suatu
keganasan yang memiliki karakteristik epidemiologi yang unik,
dengan insiden yang bervariasi sesuai ras dan perbedaan
geografi.

Di Indonesia, karsinoma nasofaring merupakan salah satu jenis


keganasan yang sering ditemukan, berada pada urutan ke-4
kanker terbanyak di Indonesia setelah kanker payudara, kanker
leher rahim, dan kanker paru.
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan GLOBOCAN 2012, terdapat 87.000 kasus baru kanker nasofaring muncul setiap
tahunnya, 61.000 pada laki-laki dan 26.000 pada perempuan 51.000

Kematian akibat KNF (36.000 pada laki-laki, dan 15.000 pada perempuan).

KNF terutama ditemukan pada pria usia produktif (perbandingan pasien pria dan wanita adalah
2,18:1) dan 60% pasien berusia antara 25 hingga 60 tahun.

Angka kejadian tertinggi di dunia terdapat di propinsi Cina Tenggara


yakni sebesar 40 - 50 kasus kanker nasofaring diantara 100.000
penduduk
Genetik

Virus Epstein-
E T I O PATO Barr
GENESIS
Lingkungan
GEJALA & TANDA
NASOFARING
Berupa epistaksis ringan atau sumbatan hidung

TELINGA
Gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba Eustachius (fosa
Rosen-muller). Gangguan dapat berupa tinnitus, rasa tidak nyaman di telinga (otalgia)

MATA DAN SARAF


• Diplopia, Neuralgia trigeminal, Sindrom Jackson.
• Bila mengenai seluruh saraf otak disebut sindrom unilateral.
• Dapat pula disertai dengan destruksi tulang tengkorak

METASTASIS ATAU GEJALA PADA LEHER


Pembesaran adenoid pada orang dewasa, pembesaran nodul dan mukosistis berat
pada daerah nasofaring
DIAGNOSIS
Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (2002) :
T Tumor primer
T0 Tidak tampak tumor
T1 Tumor terbatas di nasofaring
T2 Tumor meluas ke jaringan lunak
T2a : Perluasan tumor ke orofaring dan/atau rongga hidung tanpa perluasan
ke parafaring*
T2b : Disertai perluasan ke parafaring
T3 Tumor menginvasi struktur tulang dan/atau sinus paranasal
T4 Tumor dengan perluasan intracranial dan/atau terdapat keterlibatan saraf
cranial, fossa infratemporal, hipofaring, orbita atau ruang masticator

Catatan : *Perluasan parafaring menunjukkan infitrasi tumor kearah


DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
Anamnesis,Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Diagnostik

Anamnesis
Anamnesis yang cermat tentang keluhan yang dirasakan oleh pasien seperti gejala hidung,
gejala telinga, gejala mata dan saraf, serta gejala metastasis / leher. A
Pemeriksaan Fisik
Pada waktu memeriksa, perhatikan wajah pasien apakah simetris atau distorsi. Jika ada
proptosis, perhatikan arah pendorongan bola mata. Pasien karsinoma nasofaring harus
B
dilakukan pemeriksaan menyeluruh kepala dan leher termasuk nasofaringoskopi. Evaluasi
rongga mulut dan faring, inspeksi rongga hidung menggunakan spekulum. Selain itu perlu
pemeeriksaan saraf kranialis dan saraf simpatis yang dilakukan secara sistematis untuk
mengetahui adanya defisit neurologis. Untuk pemeriksaan palpasi pada leher bertujuan
mendeteksi adanya keterlibatan kelenjar servikal
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik

 Pemeriksaan nasofaring sebaiknya dilakukan dengan endoskopi fleksibel fiber optik


atau menggunakan kaca nasofaring apabila fasilitas tersebut tidak tersedia.

Gambaran endoskopi nasofaring normal (kanan) dan KNF (kiri)


 Pemeriksaan laringoskopi merupakan pemeriksaan untuk melihat keadaan dari
laringPemeriksaan ini terbagi menjadi dua yaitu laringoskopi direk (spekulum) dan
laringoskopi indirek (palpasi), kedua pemeriksaan ini biasanya dilakukan
bersamaaan
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Diagnostik

RADIOLOGI PATOLOGI ANATOMI


01 • CT scan/MRI
• Untuk metastasis jauh dilakukan
02 • Biopsi nasofaring : merupakan
diagnosis pasti berdasarkan
pemeriksaan foto toraks apabila ada pemeriksaan PA
kelainan maka dilanjutkan dengan CT Scan • Biopsi Aspirasi Jarum Halus Kelenjar
Thoraks dengan kontras Leher
• Bone scan untuk melihat metastasis tulang
• USG abdomen untuk menilai metastasis
organ-organ intra abdomen. Apabila
didapat keraguan pada kelainan dapat LABORATORIUM
dilanjutkan dengan CT Scan Abdomen
dengan kontras.7
• Pemeriksaan nasoendoskopi dengan NBI
03 • Hematologik: darah lengkap, LED,
hitung jenis
• Alkali fosfatase, LDH
(Narrow Band Imaging)
• SGPT-SGOT
PENATALAKSANAAN
Pedoman Modalitas Terapi pada Karsinoma Nasofaring
Stadium dini Stadium I (T1N0M0) Radiasi saja Rekomendasi II, A

Stadium intermediet Stadium II (T1-2, N1- Kemoradiasi konkuren I, B


2, M0)
Stadium lokal lanjut Stadium III, IVA, IVB Kemoradiasi konkuren I, A
(T3-4, N0-3, M0) +/- kemoterapi adjuvan

Perencanaan terapi radiasi Stadium IVA, IVB (T4 Kemoterapi induksi, II, B
problematik (tumor yang atau N3) diikuti dengan
berbatasan dengan organ kemoradiasi konkuren
at risk, mis: kiasma
optikum)
PENATALAKSANAAN
Radioterapi, Kemoterapi dan Pembedahan

Radioterapi

Kemoterapi Radioterapi merupakan terapi


pilihan utama karena
Pembedahan Kemoterapi diberikan pada karsinoma nasofaring adalah
pasien KNF stadium III-IV tumor yang radiosensitif, biaya
Pilihan operasi pada KNF dan biasanya relatif murah, dan cukup
jarang dilakukan, hal ini dikombinasikan dengan efektif terutama
disebabkan oleh karena radioterapi terhadap tumor yang belum
lokasinya yang rumit disertai mengadakan invasi ke
letaknya yang sangat intrakranial.
berdekatan dengan organ
penting sekitarnya
KOMPLIKASI

• Komplikasi saraf kranial: pada sinus kavernosus, dapat terjadi lesi nervus kranialis III, IV, V
atau VI. Sementara itu, penyebaran pada area posterior diselubung karotid dapat menyebabkan
lesi
• pada nervus IX.X dan XI.
• Komplikasi neurologis terjadi akibat massa tumor keluar lewat celah tempat keluar saraf kranial
perifer (neural foramina) atau lewat celah lain di basis kranii.
• Penekanan massa karsinoma nasofaring dan kelenjar getah bening kesekitarnya dapat
menimbulkan nyeri radikuler.
• KNF memicu hiperkoagulasi yang dapat menyebabkan stroke-like syndrome berupa defisit
neurologis mendadak.
KOMPLIKASI
Tindakan Pengobatan

Radioterapi Kemoterapi
• Bisa mengalami otitis media Dapat mempengaruhi pembelahana
(radang telinga tengah) yang sel-sel normal. Pasien bisa muntah,
menyebabkan kehilangan mengalami rambut rontok, diare,
pendengaran parsial kehilangan nafsu makan, anemia,
• Bisa merasakan kaku pada sendi kekurangan sel darah putih yang
temporomandibular (rahang berakibat pada turunnya sistem
sendi) sehingga menyebabkan kekebalan tubuh. Selain itu, fungsi
sensasi ‘kejang mulut’ ginjal bisa juga terpengaruh secara
• Sebagian kecil pasien bisa negatif.
merasakan gangguan pada fungsi
endokrin atau fungsi saraf.
PROGNOSIS

Prognosis Karsinoma Nasofaring secara umum tergantung pada pertumbuhan lokal


dan metastase dari tumor tersebut.

Karsinoma skuamosa berkeratin cenderung lebih agresif daripada tipe non-keratin


dan nonterdiferensiasi, namun pada dua tipe yang disebutkan terakhir, metastase
limfatik dan hematogen lebih sering terjadi.

Prognosis buruk bila dijumpai limfadenopati, stadium lanjut, tipe histologik dari
keratinizing squamous carcinoma.

Penderita Karsinoma nasofaring dengan usia diatas 40 tahun, berjenis kelamin laki-
laki dan ras Cina memiliki prognosis yang lebih buruk.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai