NASOFARING
Pembimbing:
Disusun Oleh:
Andesty (2065050090)
Indonesia
3. RSUPN Dr. Cipto = > 100 kasus/ tahun
4. RS Hasan Sadikin = ± 60 kasus/ tahun
5. Ujung pandang = ± 25 kasus
6. Palembang = ± 25 kasus
7. Denpasar = ± 15 kasus
8. Padang = ± 11 kasus
EPIDEMIOLOGI
Lingkungan
1. Iritasi bahan kimia, asap sejenis kayu, kebiasaan
memasak dengan bahan atau bumbu tertentu,
kebiasaan makan makanan terlalu panas, nikel dalam
air minum
Jenis Kelamin
2. Laki-laki
Imunologi
Radang kronis
HISTOPATOLOGI
(makroskopik)
Bentuk Ulseratif :
- Lesi kecil disertai jar.
Nekrotik
- Mudah infiltrasi ke
jar. Sekitar
- Sering pd ddg
posterior/ fosa rosen
muller
HISTOPATOLOGI
(makroskopik)
Bentuk noduler/lobuler
- Spt anggur/ polipoid
tanpa ulserasi
- Sering daerah tuba E
- meluas dr tuba ke ruang
maksilofaring dan
menekan N V2
- Menekan palatum
molle & menjalar ke
daerah petrosfenoid di
basis kranii
HISTOPATOLOGI
(makroskopik)
Bentuk eksofitik
- Pd satu sisi nasofaring
- Tdk ada ulserasi
- Kadang bertangkai,licin
- Pd atap nasofaring &
dapat memenuhi rongga
nasofaring
- Menekan palatum molle,
msk ke ro. Hidung ,sinus
maksila & orbita
- Menekan saraf bila tumor
sangat besar.
HISTOPATOLOGI
(Mikroskopik)
Perubahan pra keganasan
Metaplasia skuamosa dan hiperplasia dari sel-sel
nasofaring merupakan keadaan yang paling
bermakna untuk terjadinya KNF.
M Metastasis Jauh
M Metastasis jauh tidak dapat diintai
X
M Tidak ada metastasis jauh
0
M Terdapat metastasis jauh
1
KLASIFIKASI TUMOR NASOFARING TNM
UICC (Union Internationale Contre le
Cancer (2002)
Stadium 0 T1s N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium IIA T2a N0 M0
T1 N1 M0