Anda di halaman 1dari 21

KARSINOMA

NASOFARING
Pembimbing:

dr. Franciscus Foluan Sp.THT-KL

Disusun Oleh:

Andesty (2065050090)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN
INDONESIA
PERIODE 18 JANUARI – 30 JANUARI 2021
JAKARTA
ANATOMI
Batas nasopharing:
1. Superior : basis kranii, diliputi oleh
mukosa dan fascia
2. Inferior : bidang horizontal yang ditarik
dari palatum durum ke posterior,
bersifat subjektif karena tergantung dari
palatum durum.
3. Anterior : choane, oleh os vomer dibagi
atas choane kanan dan kiri.
4. Posterior : - vertebra cervicalis I dan II
- Fascia space = rongga yang berisi
jaringan longgar
- Mukosa lanjutan dari mukosa atas
5. Lateral : - mukosa lanjutan dari mukosa
atas dan belakang
- Muara tuba eustachii
- Fossa rosenmulleri
DEFINISI
• Karsinoma adalah pertumbuhan
baru yang ganas terdiri dari sel-
sel epithelial yang cenderung
menginfiltrasi jaringan
sekitarnya dan menimbulkan
metastasis. (DORLAND)
• Karsinoma Nasofaring
merupakan tumor ganas yang
timbul pada daerah kepala dan
leher terbanyak ditemukan di
Indonesia. (Buku Ajar THT FK
UI)
EPIDEMIOLOGI
Cina selatan, Guang Dong (Kwantung)
1. Prevalensi : 39,84 / 100.000 penduduk
2. 2500 kasus terbaru /tahun

Ras mongoloid merupakan faktor dominan timbulnya kanker


nasofaring, sehingga cukup tinggi pada Hongkong, Vietnam,
Thailand, Malaysia, Singapore, Indonesia.

Indonesia
3. RSUPN Dr. Cipto = > 100 kasus/ tahun
4. RS Hasan Sadikin = ± 60 kasus/ tahun
5. Ujung pandang = ± 25 kasus
6. Palembang = ± 25 kasus
7. Denpasar = ± 15 kasus
8. Padang = ± 11 kasus
EPIDEMIOLOGI
Lingkungan
1. Iritasi bahan kimia, asap sejenis kayu, kebiasaan
memasak dengan bahan atau bumbu tertentu,
kebiasaan makan makanan terlalu panas, nikel dalam
air minum

Ras dan genetik

Jenis Kelamin
2. Laki-laki

Imunologi

Radang kronis
HISTOPATOLOGI
(makroskopik)
Bentuk Ulseratif :
- Lesi kecil disertai jar.
Nekrotik
- Mudah infiltrasi ke
jar. Sekitar
- Sering pd ddg
posterior/ fosa rosen
muller
HISTOPATOLOGI
(makroskopik)
Bentuk noduler/lobuler
- Spt anggur/ polipoid
tanpa ulserasi
- Sering daerah tuba E
- meluas dr tuba ke ruang
maksilofaring dan
menekan N V2
- Menekan palatum
molle & menjalar ke
daerah petrosfenoid di
basis kranii
HISTOPATOLOGI
(makroskopik)
Bentuk eksofitik
- Pd satu sisi nasofaring
- Tdk ada ulserasi
- Kadang bertangkai,licin
- Pd atap nasofaring &
dapat memenuhi rongga
nasofaring
- Menekan palatum molle,
msk ke ro. Hidung ,sinus
maksila & orbita
- Menekan saraf bila tumor
sangat besar.
HISTOPATOLOGI
(Mikroskopik)
Perubahan pra keganasan
Metaplasia skuamosa dan hiperplasia dari sel-sel
nasofaring merupakan keadaan yang paling
bermakna untuk terjadinya KNF.

Perubahan patologik pada mukosa nasofaring


1. Reaksi radang
Tukak mukosa yang mengandung sejumlah
leukosit PMN, sel Plasma dan Eosinofil. Pada
peradangan kronis akan dijumpai limfosit dan
jaringan fibrosis.
HISTOPATOLOGI
(Mikroskopik)
• Hiperplasia
Sedang hyperplasia jaringan limfoid dapat
terjadi dengan atau tanpa proses radang.
• Metaplasia
Sering terlihat metaplasia pada epitel kolumnar
nasofaring berupa perubahan kearah epitel
skuamosa bertingkat.
• Neoplasia
terlihat adanya perubahan epitel dari karsinoma
in situ pada dinding posterior nasofaring.
GEJALA KLINIS
NASAL SIGN EAR SIGN EYE SIGN
Hidung Otore, gangguan
Diplopia,
tersumbat, pendengaran,
proptosis
epistaksis, tinitus,
ingusan otalgia

TUMOR SIGN CRANIAL SIGN



NASOFARINGOSKOPI
KGB leher nyeri saraf,
homo/kontralateral/bil kelumpuhan Massa
ateral saraf (N benjolan atau
• Metastasis jauh secara III,IV,V,VI--- ulserasi
limfogen -
danhematogen : spina for.laserum---
vertebra penjalaran
• torakalumbal,femur, petrosfenoid,
hati,paru, ginjal dan N
limpa. IX,X,XI,XII
KLASIFIKASI TUMOR NASOFARING TNM
UICC (Union Internationale Contre le
Cancer (2002)
• Tumor Primer - T
T0 Tumor primer tidak terlihat
T1 Tumor terbatas pd nasofaring
T2 Tumor meluas ke jar. Lunak
T2A Tumor meluas ke orofaring dan /atau rongga
hidung tanpa perluasan ke parafaring.
T2B Tumor dgn perluasan ke parafaring
T3 Tumor menginvasi struktur tulang dan/ atau sinus
paranasal.
T4 Tumor meluas ke intrakranial dan atau terkena
saraf kranial,fosa
infratemporal,hipofaring,orbita,atau ruang
mastikator
KLASIFIKASI TUMOR NASOFARING TNM
UICC (Union Internationale Contre le
Cancer (2002)
• Kelenjar limf regional-N
N0 Tidak ada metastasis ke kel.limf regional

N1 Metastasis unilateral pada kel.limf, ukuran ≤


6 cm, diatas fossa supraklavikula.

N2 Metastasis bilateral pada kel. Limf, ukuran


≤6 cm, diatas fossa supraklavikula

N3 Metastasis pd kel.limf,ukuran >6 cm atau


pada fossa supraklavikula
KLASIFIKASI TUMOR NASOFARING TNM
UICC (Union Internationale Contre le
Cancer (2002)
• Metastasis Jauh - M

M Metastasis Jauh
M Metastasis jauh tidak dapat diintai
X
M Tidak ada metastasis jauh
0
M Terdapat metastasis jauh
1
KLASIFIKASI TUMOR NASOFARING TNM
UICC (Union Internationale Contre le
Cancer (2002)
Stadium 0 T1s N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium IIA T2a N0 M0
T1 N1 M0

• Stadium - S Stadium IIB T2a N1 M0


T2b N0, N1 M0
T1 N2 M0
Stadium III T2a, T2b N2 M0
T3 N2 M0
Stadium IVa T4 N0, N1, N2 M0
Stadium IVb Semua T N3 M0
Stadium IVc Semua T Semua N M1
TERAPI
• Stadium I : Radioterapi
• Stadium II & III : Kemoradiasi
• Stadium IV dengan N < 6 cm : Kemoradiasi
• Stadium IV dengan N > 6 cm : Kemoterapi dosis
penuh dilanjutkan kemoradiasi
1. RADIOTERAPI
Radioterapi merupakan pilihan utama
• Tumor primer :200 cgy/ hr atu 5 kali
/mgg ( 6000 – 6600 cgy)
• Metastasis KGB leher : 6000 cgy
• Bila tdk ada metastasis KGB leher :
profilaksis 4000 cgy
• Bila terjadi residu dan kekambuhan pg
tumor primer: Brachiterapi (radiasi
interna)
2. KEMOTERAPI
• Sebagai terapi penyelamat : KNF
stadium lanjut dgn metastasis jauh dan
pada kasus kekambuhan
• Jenis sitostatik : metotrexat, vincristin,
platamin, bleomicin,
fluorourasil,cyclophospamide dan
cisplatin
• Terapi sandwich kombinasi
kemoterapi dgn radioterapi.
3. PEMBEDAHAN
• Tumor primer : residu dan rekurens (bila tumor sdh
mendapat radiasi dgn dosis maximum).
Pendekatan :
• Fossa infra temporal
• Transparotid temporal bone
• Transmaksila
• Transmandibula
• Transpalatal
• Metastasis KGB leher: bila tidak dapat dikontrol dgn
radioterapi dan kemoterapi, tetapi tumor primer dapat
dikontrol  Diseksi Leher
4. PERAWATAN PALIATIF
Pada pasien radiasi :
1. Makan makanan berkuah, sering minum,
memakan dan mengunyah makanan asam

Pengobatan simtomatis  meningkatkan kualitas


hidup
2. Pada pasien dengan perawatan lengkap namun
tumor tetap ada (residu) atau kambuh kembali
(residif)
3. Pada pasien dengan metastasis jauh
5. PROGNOSIS
1. Spt pd keganasan lain
2. Faktor yg mempengaruhi prognosis :
- Stadium penyakit: dini lebih baik dr lanjut
- Gambaran histopatologi: WHO III lebih
baik dari WHO I & II
- Usia : Usia < 40 thn lebih lama bertahan
hidup.
- Kelamin : perempuan lebih bertahan hidup
dari
laki-laki.
- Jenis pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai