Anda di halaman 1dari 80

LAPORAN KASUS

KATARAK SENILIS STADIUM


IMATUR OKULI DEXTRA et SINISTRA
DAN PTERIGIUM STADIUM II OKULI
DEXTRA
Oleh:
Noftriana S. Lemauk
009 084 0040
 
 
 
PEMBIMBING:
dr. Sarah M. Josephina, Sp.M
PENDAHULUAN
•Katarak  setiap keadaan kekeruhan pada lensa
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa ataupun akibat keduanya
•Berdasarkan usia penderita katarak diklasifikasikan
menjadi :
katarak kongenitalpada usia < 1 tahun,
katarak juvenile  terjadi sesudah usia 1 tahun
katarak senilis  terjadi orang-orang berusia > 50
tahun.
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang
terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun.
Katarak senilis dibagi kedalam 4 stadium :
Katarak insipien katarak yang paling awal
& belum menimbulkan gangguan visus
Katak imatur kekeruhan belum mengenai
seluruh bagian lensa
Katarak matur  kekeruhan telah mengenai
seluruh bagian lensa
Katarak hipermaturkatarak yang mengalami
proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras
atau lembek dan mencair.
Berdasarkan American Academy of
Ophthalmology, (Pterygium berasal dari bahasa
Yunani yang berarti sayap kecil) adalah berbentuk
sayap, vaskuler, daging tumbuh yang berasal dari
konjungtiva dan dapat bertumbuh hingga limbus.
TINJAUAN
PUSTAKA
ANATOMI KONJUNGTIVA

Konjungtiva  membran
yang menutupi sclera dan
kelopak mata
bagian belakang.
Konjungtiva terdiri atas
tiga bagian, yaitu :
 Konjungtiva tarsal
Konjungtiva bulbi,
Konjungtiva forniks,
ANATOMI KORNEA

Kornea selaput bening mata,


bagian selaput mata yang tembus
cahaya, merupakan lapis jaringan
yang menutup bola mata bagian
depan.
Kornea terdiri dari 5 lapis :
Epitel
Membran bowman
Stroma
Membran descemen
Endotel
Vaskularisasi  saraf siliar longus,
saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar
longus
ANATOMI LENSA
Lensa  suatu struktur
bikonveks, avaskular, tak
berwarna, dan hampir
transparan sempurna
Lensa memiliki 2 permukaan
 permukaan anterior dan
posterior
Kedua pemukaan ini
bertemu pada tepi lensa yang
disebut ekuator.
Struktur Lensa terdiri dari :
Kapsul
Epitel Subkasuler
Nukleus dan Kortex
KATARAK
Definisi
Katarak adalah setiap kekeruhan atau
berkurangnya tranparasi pada lensa
Normalnya lensa akan
mengkonvergensikan cahaya yang masuk
Kekeruhan pada lensa akan menyebarkan
ataupun menghambat cahaya
PATOFISIOLOGI
FAKTOR RESIKO

Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Merokok
Penyakit diabetes mellitus
Trauma mata
Obat-obatan
Kortikosteroid
Klasifikasi Katarak
Katarak Kongenital
Katarak Degeneratif :
Katarak Primer :
Katarak Juvenile katarak yang terjadi < 20 tahun
Katarak Presinilis katarak yang terjadi sampai
umur 50 tahun
Katarak Sinilis, dibagi menjadi 4 stadium
( Insipiens, Imatur, Matur, Hipermatur) katarak
yang terjadi pada umur > 50 tahun
Katarak Komplikata
Perbedaan Stadium Katarak Senilis
ETIOLOGI
Faktor biologi,  karena usia tua dan pengaruh
genetik
Faktor fungsional,  akibat akomodasi yang
sangat kuat sehingga mempunyai efek buruk
terhadap serabu-serabut lensa
Faktor imunologik
Gangguan yang bersifat lokal pada lensa :
gangguan nutrisi, gangguan permeabilitas kapsul
lensa, efek radiasi cahaya matahari.
Gangguan metabolisme umum
Manifestasi Klinis
Penurunan visus,  keluhan yang paling sering
pada pasien dengan katarak senilis.
Silau,  penurunan sensitivitas kontras
terhadap cahaya terang lingkungan
Perubahan miopik.
Diplopia monocular perubahan nuclear yang
terkonsentrasi dibagian dalam lapisan lensa,
Noda, berkabut pada lapangan pandang.
Ukuran kaca mata sering berubah
Diagnosa

Diagnosis katarak senilis imatur diperoleh dari


gejala-gejala klinis serta pemeriksaan
oftalmologi.
Pasien pada katarak senilis imatur biasanya
datang dengan keluhan mata kabur serta silau.
Pemeriksaan oftalmologi dengan menggunakan
senter, slit lamp dan funduskopi
Hasil Temuan Pemeriksaan Oftalmologi pada
Katarak senilis
Penatalaksanaan
Non bedah dapat diberikan  menambah fungsi penglihatan
pasien dengan katarak,
Penggunaan kacamata dengan refraksi yang tepat
membantu penglihatan jauh dan dekat
Pengobatan terhadap katarak pembedahan.
Pembedahan dilakukan :
Tajam penglihatan menurun yang sehingga mengganggu
pekerjaan sehari-hari,
Katarak yang menimbulkan penyulit seperti glaukoma
dan uveitis.
Bila mengganggu kehidupan sosial atau atas indikasi
medis lainnya.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis
 ekstraksi lensa.
Terdapat 2 tipe ekstraksi lensa yaitu:
 Intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE)
mengeluarkan lensa bersama dengan kapsul
lensa
 Ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE)
mengeluarkan isi lensa (korteks dan nukleus)
dengan meninggalkan kapsul posterior.
Prognosis

Dengan teknik bedah yang mutakhir, komplikasi


atau penyulit menjadi sangat jarang.
Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai
95%.
Keberhasilan tanpa komplikasi pada
pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi
menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat
meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan
dengan menggunakan snellen chart.
PTERIGIUM
Definisi

• Pterigium Suatu proses degeneratif & hiperplastik


dengan fibrovaskular berbentuk segitiga (sayap)
yang tumbuh dari arah konjungtiva menuju kornea
• Pterygium tumbuh berbentuk sayap pada
konjungtiva bulbi
Epidemiologi
Pterygium lebih banyak di daerah iklim panas dan
kering. Prevalensi juga tinggi di daerah berdebu dan
kering
Insiden tinggi pada umur antara 20 & 49.
Prevalensi tertinggi  Pasien berusia > 40 tahun.
Kejadian berulang (rekuren) pada umur muda >
umur tua.
Laki-laki 4 kali lebih resiko dari perempuan
berhubungan dengan merokok, pendidikan rendah,
riwayat terpapar lingkungan di luar rumah.
Etiologi
• Etiologi pterigium sepenuhnya belum diketahui.
• Penyakit ini lebih sering pada orang tinggal di
iklim panas. Oleh karena itu,
• Anggapan yang paling mungkin  pengaruh efek
berkepanjangan faktor lingkungan: terpapar sinar
matahari (sinar ultraviolet), panas, angin tinggi
dan debu.
• Beberapa virus juga memiliki kemungkinan
sebagai faktor etiologi.
Faktor Resiko

Faktor risiko yang mempengaruhi pterygium


adalah faktor lingkungan radiasi ultraviolet
sinar matahari, iritasi kronik dari bahan
tertentu di udara dan faktor herediter.
Patofisiologi
Patofisiologi....
Pterigium memiliki tiga bagian :

Bagian kepala atau cap, biasanya datar, terdiri dari


zona abu-abu pada kornea yang kebanyakan terdiri
atas fibroblast.
Bagian whitish sebuah lapisan vesicular yang
tipis yang menginvasi kornea seperti halnya kepala.
Bagian badan atau ekor  area vesicular pada
konjungtiva bulbi dan merupakan area paling ujung.
Badan ini menjadi tanda yang khas untuk dilakukan
koreksi pembedahan.
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi:
• Pterygium Simpleks, jika terjadi hanya di nasal
atau temporal saja
• Pterygium Dupleks, jika terjadi di nasal dan
temporal
Berdasarkan perjalanan penyakit :
• Progresif pterygium : tebal dan vaskular dengan
beberapa infiltrat di depan kepala pterygium
(disebut cap pterygium).
• Regresif pterygium : tipis, atrofi, sedikit
vaskular.
Pterygium juga dapat dibagi ke dalam 4 derajat
yaitu :
• Derajat 1 jika pterygium hanya terbatas pada
limbus kornea.
• Derajat 2jika sudah melewati limbus kornea
tetapi tidak lebih dari 2 mm melewati kornea.
• Derajat 3sudah melebihi derajat 2 tetapi tidak
melebihi pinggiran pupil mata dalam keadaan
cahaya normal (pupil dalam keadaan normal
sekitar 3 – 4 mm)
• Derajat 4pertumbuhan pterygium melewati
pupil sehingga mengganggu penglihatan.
Gambar Pterigium Berdasarkan Derajat

Pterigium Derajat I Pterigium Derajat II Pterigium Derajat III Pterigium Derajat IV


Manifestasi Klinis

Pasien yang mengalami pterygium dapat tidak


menunjukkan gejala apapun (asimptomatik).
Kebanyakan gejala ditemukan saat pemeriksaan 
iritasi, gatal, merah, perubahan tajam penglihatan,
sensasi adanya benda asing atau fotofobia.
Penurunan tajam penglihatan dapat timbul bila
pterygium menyeberang axis visual atau
menyebabkan meningkatnya astigmatisme
Diagnosa
Anamnesis
• Beberapa keluhan yang sering dialami pasien antara lain:
Mata sering berair dan tampak merah.
Merasa seperti ada benda asing
Timbul astigmatase akibat kornea tertarik oleh
pertumbuhan pterigium tersebut, biasanya
astigmatase with the rule ataupun astigmatase
irregular sehingga menganggu penglihatan.
Pada stadium yang lanjut ( derajat III dan IV ) dapat
menutupi pupil dan aksis visual sehingga tajam
penglihatan menurun. .
Pemeriksaan Fisik
• Pterigium bisa berupa berbagai macam
perubahan fibrofaskular pada permukaan
konjungtiva dan pada kornea.
• Penyakit ini sering menyerang pada konjungtiva
nasal dan akan meluas ke kornea nasal
Pemeriksaan Oftalmologis
• Jaringan fibrovaskular berbentuk segitiga yang
terdiri dari kepala yang mengarah ke kornea dan
badan
Diagnosis Banding

Pinguekula Penebalan terbatas pada konjungtiva


bulbi, berbentuk nodul yang berwarna kekuningan
pada konjungtiva bulbi di daerah nasal atau
temporal limbus
Pseudopterigium perlekatan konjungtiva dengan
kornea yang cacat akibat ulkus
Penatalaksanaan
Medikamentosa
• Bila pterigium meradang berikan air mata buatan suatu
tetes mata dekongestan, dan bila perlu dapat diberi
steroid
• Beberapa obat topikal seperti lubrikans, vasokonstriktor
dan kortikosteroid  menghilangkan gejala terutama
pada derajat 1 dan derajat 2
• Untuk mencegah progresifitas, beberapa peneliti
menganjurkan penggunaan kacamata pelindung
ultraviolet
• Bila vasokonstriktor maka perlu kontrol 2 minggu dan
bila terdapat perbaikan maka pengobatan dihentikan.
Tindakan Operatif
Tindakan pembedahan adalah suatu tindak bedah plastik yang
dilakukan dengan indikasi:
• Pterigium telah memasuki kornea lebih dari 4 mm.
• Pertumbuhan yang progresif, terutama pterigium jenis
vascular.
• Mata terasa mengganjal.
• Visus menurun, terus berair.
• Mata merah sekali.
• Telah masuk daerah pupil atau melewati limbus.
• Alasan kosmetik.
• Mengganggu pergerakan bola mata.
Prognosis
• Prognosis visual dan kosmetik dari eksisi pterigium
adalah baik.
• Kebanyakan pasien dapat beraktivitas lagi setelah 48
jam post operasi.
• Pasien dengan pterygium rekuren dapat dilakukan
eksisi ulang dan graft dengan
konjungtiva autograft atau transplantasi membran
amnion.
PRESENTASI
KASUS
IDENTITAS
ANAMNESIS

Keluhan Utama

Mata sebelah kanan dan kiri terasa kabur ± 1


tahun yang lalu.

Keluhan Tambahan

Silau pada mata ketika terpapar panas matahari.


Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit Dahulu
PEMERIKSAAN FISIK
Status Oftalmologi
Pemeriksaan Subjektif
Pemeriksaan Objektif
Gambaran Klinis Pasien
RESUME
DIAGNOSIS

1.Katarak Sinilis Imatur Okuli Dextra et


Sinistra
2.Pterigium Stadium II Okuli Sinistra
PENATALAKSANAAN
PROGNOSIS
PEMBAHASA
N
Pasien perempuan usia 59 tahun datang dengan
keluhan mata sebelah kanan dan kiri terasa kabur ± 1
tahun yang lalu, mata kabur tersebut terjadi secara
perlahan-lahan, dan dirasakan semakin kabur dalam
3 bulan ini, pasien juga tidak dapat melihat dengan
baik benda-benda yang terletak jauh.

Pasien juga mengeluh silau pada kedua mata


terutama setelah terpapar panas matahari. mata
merah (-) nyeri (-).
Pada pemeriksaan status oftalmologis visusVOD 2/60 dan VOS 6/30
serta ditemukan adanya kekeruhan pada sebagian lensa dikedua mata.

Literatur mengatakan pasien dengan katarak, pada


anamnesa  adanya keluhan penglihatan berasap atau terasa
kabur serta terjadi penurunan tajam penglihatan.
Pada pemeriksaan status oftalmologis  terjadi kekeruhan
pada lensa,

Hal tersebut sesuai dengan definisi dari katarak


yaitu setiap kekeruhan atau berkurangnya tranparasi
pada lensa.
Pemeriksaan status oftalmologis  terjadi kekeruhan
pada lensa, hal tersebut sesuai dengan definisi dari
katarak setiap kekeruhan atau berkurangnya tranparasi
pada lensa.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik maka
pasien di diagnosa katarak sinilis stadium imatur ODS.
Katarak sinilis adalah katarak yang terjadi pada umur
lebih dari 50 tahun
Katarak sinilis stadium imatur karena kekeruhan belum
mengenai seluruh lapisan lensa.
Pasien juga merasakan ada selaput pada mata kiri ± 3 bulan
yang lalu dan kadang-kadang mata menjadi merah dan berair
terutama saat terpapar panas matahari serta pasien merasakan
ada yang mengganjal pada mata kirinya.
Pemeriksaan status oftalmologis adanya selaput yang
berbentuk segitiga pada daerah kornea sekitar 2 mm dari limbus
pada mata kiri.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik maka pasien
di diagnosa pterigium stadium II OS.
Literatur mengatakan  inspeksi : pterigium terlihat
sebagai jaringan fibrovaskuler pada permukaan konjungtiva.
Pterigium sering ditemukan pada konjungtiva nasal &
berekstensi ke kornea nasal.
Kasus ini juga didukung dengan adanya faktor resiko 
paparan sinar matahari.
Ptergium pada pasien ini termasuk stadium II  sudah
melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari 2 mm melewati
kornea.
Pasien memiliki riwayat hipertensi, TD saat dilakukan
pemeriksaan 120/80 mmHg,
Saat ini pasien masih mengkonsumsi obat anti
hipertensi secara rutin, sehingga kasus ini, hipertensi
yang diderita oleh pasien tersebut tergolong dalam
hipertensi yang terkontrol
Penatalaksanaan :
1. Terapi medikamentosa
Artitisial tears 4x1 tetes/hari ODS  pengganti air mata
pada kekurangan air mata serta sebagai pelicin untuk air
mata buatan.
2. Terapi non medikamentosa
 Menganjurkan memakai kacamata pelindung
melindungi mata dari paparan sinar matahari secara
langsung serta udara dan debu,
 Jangan mengucek-ngucek mata apabila gatal, 
mencegah terjadinya iritasi atau peradangan pada
mata, serta
 Edukasi bahwa penyakit ini sewaktu-waktu akan
berulang.
Prognosis pada kasus ini adalah baik walaupun dapat
terjadi rekurensi. Secara visual dan kosmetik baik.
Prosedur operasi dapat ditoleransi secara baik oleh
pasien, dan disamping rasa tak nyaman pada hari-hari
pertama pasca pembedahan, pasien bisa melanjutkan
aktivitas secara penuh dalam 48 jam.

Anda mungkin juga menyukai