Anda di halaman 1dari 50

(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

DOKUMEN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN


UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

I. IDENTITAS PEMRAKARSA
1. Nama perusahaan :
2. Nama pemrakarsa :
3. Alamat kantor,nomor telepon/fax :
II. RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
1. Nama rencana usaha dan/atau kegiatan : Pembangunan Penangkaran sarang
burung walet
2. Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan : Jalan
……………………………………………..
3. Skala usaha dan/atau Kegiatan :
Luas Lahan : ………………………
Luas bangunan : ………………………………
Infrastruktur lainnya :…………………………….
4. Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
1. Tahap Prakonstruksi :
a. Penentuan batas lokasi kegiatan
Kegiatan pembebasan lahan tidak perlu lagi dilakukan, karena lokasi
proyek merupakan hak milik pribadi dan yang dilakukan hanya membuat
kepastian batas lokasi yang menjadi dasar pembangunan perumahan.
Lokasi pembangunan perumahan Griya Adi Sanjaya. terletak di
Kelurahan Caile, Kecamatan Ujungbulu Kab. Bulukumba dengan luas
5.770 m2 merupakan bekas lahan sawah dan status kepemilikan tanah
tersebut Hak Milik Berdasarkan Sertifikat Hak Milik Nomor 50 Tahun 1979
tertanggal 1 Februari 1979 dan Akta Jual Beli yang dikeluarkan oleh
Notaris Sukma Nuraeni Aperia, SH. Penentuan batas lokasi dengan
pemasangan patok batas tanah.
2. Tahap Konstruksi :
a. Mobilitas Tenaga Kerja
1
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah merekrut tenaga kerja yang


akan ditempatkan sebagai tenaga kerja pada pembangunan perumahan.
Tenaga kerja yang diprioritaskan adalah penduduk yang bertempat tinggal
di Kab. Bulukumba klasifikasi sebagai berikut :
- Tenaga Kerja Ahli
- Tenaga Kerja Menengah
- Tenaga Kerja kelompok buruh / tenaga kerja kasar
Jumlah dan distribusi tenaga kerja yang digunakan sesuai dengan jenis
kegiatan.
b. Mobilisasi Peralatan dan Material
Pada kegiatan konstruksi akan dibutukan peralatan dan bahan penunjang
kegiatan fisik berupa alat berat seperti : truk, molen dan peralatan
penunjang lainnya. Sedangkan kebutuhan bahan berupa : pasir, semen,
batu kali, batu bata, pipa, kayu dan lain-lain merupakan bahan yang akan
digunakan dalam membangun.
c. Pembangunan Sarana dan Prasarana
Jenis sarana dan prasarana yang akan dibangun anatara lain :
- Pembangunan Bangunan Penangkaran Sarang Walet.
Tembok gedung dibuat dari dinding berplester sedangkan bagian luar
dari campuran semen. Bagian dalam tembok sebaiknya dibuat dari
campuran pasir, kapur dan semen dengan perbandingan 3:2:1 yang
sangat baik untuk mengendalikan suhu dan kelembaban udara. Untuk
mengurangi bau semen dapat disirami air setiap hari.
Desain masing-masing gedung tersebut harus mempunyai dinding
dengan ketinggian 3m atau lebih karena burung walet tidak akan
membuat sarang jika ketinggian dinding kurang dari 3m. Dinding yang
lebih tinggi akan lebih baik. Oleh karena itu dalam gedung tersebut
tidak ada sarang di lantai ketiga karena ketinggian dinding di lantai
ketiga hanya 2.3m sehingga terlalu pendek untuk burung walet
membuat sarangnya. Meskipun di lantai ketiga ada sarang tetapi hanya
di ujung atap dinding yang tidak berpenyekat. Ini adalah salah satu
contoh mengapa ketinggian gedung itu sangat penting.
2
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

Karena burung walet bersarang di atap ruangan dalam gedung, desain


atap sangat penting dalam budidaya sarang burung walet. Atap ruang
di dalam gedung bisa dibuat dengan kayu, semen atau aluminium,
tetapi sebagian besar dibuat dengan kayu. Di atap harus dibuat sirip-
sirip sehingga burung-burung bisa bersarang di sudut sirip. Kalau
gedungnya mempunyai dua lantai atau lebih, lantai kedua akan dibuat
dengan semen, jadi di atap masing-masing lantai harus ditambah kayu
sehingga bisa dibuat sirip. Sirip tersebut dibuat dari kayu yang sudah
kering, cukup kuat dan tidak punya aroma wangi yang keras. Kayu
yang biasanya digunakan adalah kayu jati, keruwing, meranti, merbau,
rasamala, sengon laut dan begkirai.
Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room sebagai tempat
berputarputar dan resting room sebagai tempat untuk beristirahat dan
bersarang. Lubang tempat keluar masuk burung berukuran 20x20 atau
20x35 cm2 dibuat di bagian atas. Jumlah lubang tergantung pada
kebutuhan dan kondisi gedung. Letaknya lubang jangan menghadap ke
timur dan dinding lubang dicat hitam.
Untuk Pengaturan kondisi suhu dan kelembaban dilakukan dengan:
1. Membuat Ventilasi Udara

Untuk daerah panas yang bersuhu rata - rata 30 - 32°C, lubang ventilasi
dapat menggunakan pipa pralon berukuran 4 inch. Kalau ketinggian
kamar antara 3 - 4 meter maka pipa plaron perlu dipasang dengan jarak
masing - masing 1 meter. Pemasangan perlu dilakukan 2 deret yaitu
bagian atas dengan jarak 60 Cm dari plafon atau dek sedangkan deretan
pipa bagian bawah juga berjarak 60 Cm dari lantai. pemasangan pipa
harus dilengkapi degan pipa Kni yang dipasang pada bagian dalam
gedung hal ini berguna untuk mengurangi intensitas cahaya dan terpaan
angin kencang.

3
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

2. Mengecat Dinding / Tembok luar

Pengecatan bertujuan untuk mengurangi intensitas penyerapan panas


matahari, untuk daerah panas bersuhu rata - rata 30 - 32°C sangat tidak
disarankan mengecat dinding dengan warna hitam kecuali pintu masuk
burung. Karena warna hitam sangat menyerap panas. Tetapi yang
disarankan justru cat yang berwarna terang. Namun warna hitam cukup
membantu untuk daerah yang bersuhu dingin 24 - 25° C.

3. Mempertebal tembok / dinding

Dinding yang dicor tebal akan sangat membantu karena panas tidak terlalu
cepat menyerap kedalam gedung. Batu bata merah yang disusun membujur
memiliki ketebalan 25 - 30 Cm terbukti cukup menstabilkan suhu ruang.
Didaerah Kalimantan banyak peternak membangun rumah walet dengan
dinding plesteran semen yang didalamnya ditambahkan Styrofoam dengan
ketebalan 5 Cm. Sehingga ketebalan dinding bisa mencapai ± 10 Cm, hal
ini cukup membantu mengurangi biaya selain murah juga lebih gampang
didapat.

4. Membuat hujan buatan

Hujan buatan dapat dilakukan dengan memasang sprayer yang


dihubungkan dengan pipa dan dipasang diatas atap. Pada saat matahari
terik sekitar jam 11 - 12 siang sprayer dapat dihidupkan, sehingga suhu
ruang kembali turun.

4
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

Sasaran utama pembangunan kawasan perumahan Griya Adi Sanjaya


adalah untuk menciptakan perkembangan lingkungan perumahan yang
mempunyai interaksi sosial yang harmonis, sehat, nyaman, aman.
Kawasan perumahan Griya Adi Sanjaya. yang direncanakan
seluruhnya seluas 5.770 meter persegi, yang akan dibangun sebanyak
46 unit rumah yang merupakan tipe 63/105. Pelaksanaan
pembangunan perumahan dimulai tahun 2010.
- Pemasangan Perlengkapan penangkaran
Pembuatan jalan dalam kawasan dengan panjang ± 205 meter dan
lebar 4 meter. Jalan ini akan menggunakan lapisan beton. Pembutan
drainase pada kedua sisi jalan yang ada dalam kompleks perumahan
dengan kedalaman ± 50 cm dan lebar ± 40 cm dengan dasar drainase
dilapisi plat beton. Jaringan drainase untuk penyaluran air hujan dan air
kotor limbah rumah tangga didasarkan pada kondisi alami topografi,
saluran pengumpulan merupakan induk pembuangan air, prinsip
penyaluran air hujan dibuat agar air hujan tidak menimbulkan
kerusakan akibat akumulasi air dan aliran, yang ditimbulkan.hujan akan
di buat field banjir.
Kebutuhan akan listrik akan dibuat jaringan listrik yang
menghubungkan jaringn listrik PLN dengan rumah yang dibangun
dengan daya 900 watt.
3. Tahap Operasinal :
Kegiatan pada tahap operasi yang diperkirakan akan terjadi adalah:
a. Demolisasi Peralatan dan pembenahan akhir.
Aktivitas pada tahap ini adalah pemindahan peralatan dan bahan yang
digunakan dalam pelaksanaan proyek dari lokasi proyek. Aktivitas aliran
adalah pembongkaran base camp, kantor, dan pos keamanan serta
pembenahan akhir terhadap kawasan perumahan dengan membersihkan
sisa material bangunan.
b. Pengoperasian Penangkaran Sarang Walet
Metode Budidaya

5
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

Umumnya, rumah walet seperti bangunan gedung besar. Makin tinggi


bubungan dan semakin besar jarak antara bubungan dan plafon, makin
baik rumah wallet dan lebih disukai burung walet. Rumah tidak boleh
tertutup oleh pepohonan tinggi. Dalam pengoperasian penangkaran
sarang burung walet perlu diperhatikan beberpa hal.
Ada tiga jenis burung walet yang bisa dikomsumsi sebagai makanan
antara lain: Collocalia fuciphaga, Collocalias maxima dan Collocalia
esculenta (burung sriti). Collocalia fuciphaga adalah jenis burung yang
banyak dicari karena burung tersebut bersarang putih. Di Sumatra dan
Kalimantan burung tersebut bisa hidup sampai ketinggian 2800 meter di
atas permukan laut, tetapi di Jawa dan Bali burung ini biasanya hidup
dekat pantai di dalam gua yang gelap dan dalam, dengan menggunakan
‘echolocation’ didalam gua. Burung tersebut kira-kira berukuran 12
sentimeter, dadanya berwarna hitam kecoklatan dan warna punggung
lebih kelabu. Ekor burung ini bercabang, paruhnya berwana hitam dan
kakinya juga berwarna hitam1. Collocalia fuciphaga dan Collocalia
maxima tidak dapat dibedakan dari Collocalia esculenta kecuali dari
sarangnya. Collocalia maxima membuat sarang dengan air liur seperti
fuciphaga tetapi sarangnya bercampur dengan bulu burung sehingga
harga sarangnya lebih rendah. Namun demikian, karena keduanya
membuat sarang dengan air liur dan sarangnya hanya sedikit berbeda,
orang Indonesia menyebut Collocalia fuciphaga dan Collocalia maxima
dengan nama burung walet.

Untuk budidaya sarang burung walet ada bermacam-macam ukuran


gedung mulai dari gedung kecil satu lantai berukuran 3m x 4m, hingga
gedung yang sangat besar berlantai empat dengan ruangan berukuran
50m x 20m dan ketinggian gedung mencapai 18m atau lebih. Namun
6
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

semua gedung yang besar atau kecil harus mengikuti tata cara yang
sama agar bisa berhasil dalam membudidayakan sarang burung walet.
Tata cara yang dimaksud adalah desain dan lokasi gedung, memancing
burung walet dan serangga kedalam gedung. Semua hal ini sangat
penting untuk budidaya sarang burung walet.
Suhu didalam gedung juga sangat penting karena kalau suhunya 30
derajat celcius atau lebih, air liur walet akan cepat mengering sehingga
sarang walet akan berukuran kecil. Tetapi kalau suhu terlalu dingin seperti
dibawah 26 derajat celcius, air liur walet sulit mengering sehingga
mengalami kesulitan dalam membuat sarang. Oleh karena itu, suhu di
dalam gedung walet harus senantiasa stabil. antara 26-29 derajat celcius,
jadi harus ada termometer yang digantung pada dinding di dalam gedung
untuk membantu memantau fluktuasi suhu.
Kalau gedung terletak pada ketinggian 250 m dpl atau lebih, biasanya
tidak ada masalah dengan suhu di dalam gedung, tetapi jika letaknya
dibawah 250 m dpl, gedung tersebut memerlukan perlakuan khusus untuk
memperoleh suhu yang pas didalam gedung. Kalau ada masalah dengan
suhu, maka dibutuhkan lubang ventilasi udara di dinding gedung. Lubang
ventilasi ini memudahkan menyiasati fluktuasi suhu di dalam gedung
sehingga ketika suhu turun lubang ventilasi bisa ditutup atau jika suhu
terlalu panas semua lubang ventilasi bisa dibuka.Salah satu cara untuk
memudahkan fluktuasi suhu di dalam gedung adalah „hujan buatan‟.
Hujan buatan ini dilakukan dengan menyemprotkan air diluar gedung agar
suhu di dalam gedung menjadi berkurang.
Selain suhu, kelembaban di dalam gedung walet adalah hal yang sangat
penting untuk budidaya sarang burung walet. 80-95% adalah kelembaban
yang ideal untuk gedung walet. Kalau kelembaban berada dibawah 80%,
bentuk sarang walet tidak bagus, sarangnya cepat kering dan lepas sebab
daya lekatnya kurang, daging sarangnya tipis serta mudah remuk. Selain
itu kalau kelembaban terlalu tinggi, sarangnya bisa menjadi kekuning-
kuningan sehingga harga sarang lebih rendah. Di samping itu, kayu sirip

7
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

di atap bisa mudah berjamur sehingga menyebabkan burung walet


enggan bersarang.
Cara yang digunakan untuk menciptakan kelembaban di gedung yaitu
dengan membuat kolam di dalam gedung dan di luar gedung, sehingga
proses penguapan bisa menambah kelembaban merata dalam gedung.
Salah satu cara untuk membuat kelembaban di gedung adalah dengan
menggunakan bak-bak air, penggunaan bak-bak bagus untuk
pemantauan fluktuasi kelembaban, jadi kalau kelembaban terlalu tinggi
dapat dengan mudah diatasi dengan cara memindahkan beberapa bak,
dan begitu pula sebaliknya jika kelembaban terlalu rendah bisa diatasi
dengan menambah jumlah bak. Selain itu, banyak pemilik gedung walet
yang juga menggunakan “hujan buatan” untuk menambah kelembaban,
sehingga “hujan buatan” bisa digunakan untuk mengatasi masalah suhu
dan kelembaban.
Memancing Walet
Sesudah gedung siap digunakan untuk budidaya sarang walet, ada
beberapa metode untuk memancing burung dari gua, gedung yang lain
atau burung yang sudah bersarang di tempat lain sehingga burung
tersebut mau bersarang di dalam gedung baru. Karena burung seriti
membuat sarang dengan daun dan air liur, dimana daun pinus adalah
daun yang paling disukai, dengan menggantungkan daun pinus di gedung
adalah metode yang sangat mudah, murah dan mujarab. Oleh karena itu,
motode ini adalah metode yang sangat biasa digunakan, tetapi metode ini
hanya untuk memancing burung seriti. Metode yang paling mujarab
adalah sistem tweeter, sistem ini menggunakan banyak speaker di dalam
gedung yang memutar suara burung walet. Disamping itu, untuk
memancing burung walet yang berada di kejauhan, bisa digunakan
“hexagonal tweeter”. Tweeter ini dipasang di atap gedung walet dan
suaranya sangat kuat sehingga burung walet yang sedang terbang di
kejauhan bisa mendengarnya.
Burung walet akan cepat merespon terutama suara rekaman walet akan
kawin atau berahi. Untuk suara luar lamanya pemanggilan dapat
8
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

dilakukan dari jam 5:30 pagi sampai jam 11:00 siang, dilanjutkan jam
15:00 sore sampai 19:00 malam, sedangkan suara dalam rumah walet
harus dihidupkan 24 jam nonstop. Soundsystem pemikat walet dirancang
untuk mengeluarkan suara berfrekuensi tinggi yang jernih dan nyaring.
Rate frekuensi sangat tinggi bisa untuk suara dalam range 500 Hz hingga
20 KHz. Suara yang dihasilkan soundsystem ini berasal dari CD yang
berisi suara-suara walet. Suara-suara inilah yang nantinya berfungsi
memancing walet untuk masuk ke dalam rumah walet, sekaligus membuat
walet betah dan bersarang di gedung yang diperuntukkan untuknya.
Dengan bantuan soundsystem ini, frekuensi suara walet yang dihasilkan
bisa diatur seasli mungkin. Sebagai contoh, situs Soundsystem Walet
memperkenalkan satu unit pemikat walet yang memiliki 2 tombol pengatur
frekuensi yaitu middle (menengah) dan high (tinggi). Tombol middle untuk
vokal dan high untuk frekuensi tinggi sehingga suara tweeter sebagai
pemancing dapat terdengar oleh burung walet hingga radius 2 km. Besar
suaranya hanya 20 db, masih diperbolehkan dan di bawah ketentuan
pemerintah yang paling besar suaranya 50 db.
Satu metode lain untuk mem Satu metode lain untuk memancing walet
yang digunakan oleh pemilik gedung walet adalah „aroma walet‟.
Biasanya metode ini hanya dipakai di gedung walet yang kosong dan
dengan aroma walet ini. Jika gedung walet tersebut baru dibangun,
penyemprotan harus dilakukan setiap minggu agar bau semen cepat
hilang.
Pemeliharaan Kandang
Apabila gedung sudah lama dihuni oleh walet, kotoran yang menumpuk di
lantai harus dibersihkan. Kotoran ini tidak dibuang tetapi dimasukan dalam
karung dan disimpan di gedung
Hama dan Penyakit
1) Tikus. Hama ini memakan telur, anak burung walet bahkan sarangnya.
Tikus mendatangkan suara gaduh dan kotoran serta air kencingnya
dapat menyebabkan suhu yang tidak nyaman. Cara pencegahan tikus
dengan menutup semua lubang, tidak menimbun barang bekas dan
kayu-kayu yang akan digunakan untuk sarang tikus.
9
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

2) Semut. Semut api dan semut gatal memakan anak walet dan
mengganggu burung walet yang sedang bertelur. Cara pemberantasan
dengan memberi umpan agar semut-semut yang ada di luar sarang
mengerumuninya. Setelah itu semut disiram dengan air panas.
3) Kecoa.Binatang ini memakan sarang burung sehingga tubuhnya cacat,
kecil dan tidak sempurna. Cara pemberantasan dengan menyemprot
insektisida, menjaga kebersihan dan membuang barang yang tidak
diperlukan dibuang agar tidak menjadi tempat persembunyian.
4) Cicak dan Tokek.Binatang ini memakan telur dan sarang walet. Tokek
dapat memakan anak burung walet. Kotorannya dapat mencemari
raungan dan suhu yang ditimbulkan mengganggu ketenangan burung
walet. Cara pemberantasan dengan diusir, ditangkap sedangkan
penanggulangan dengan membuat saluran air di sekitar pagar untuk
penghalang, tembok bagian luar dibuat licin dan dicat dan lubang-
lubang yang tidak digunakan ditutup.
Panen
Sarang burung walet dapat diambil atau dipanen apabila keadaannya
sudah memungkinkan untuk dipetik. Untuk melakukan pemetikan perlu
cara dan ketentuan tertentu agar hasil yang diperoleh bisa memenuhi
mutu sarang walet yang baik. Jika terjadi kesalahan dalam menanen akan
berakibat fatal bagi gedung dan burung walet itu sendiri. Ada
kemungkinan burung walet merasa tergangggu dan pindah tempat. Untuk
mencegah kemungkinan tersebut, para pemilik gedung perlu mengetahui
teknik atau pola dan waktu pemanenan.
Pascapanen
penyortiran dari hasil yang didapat. Hasil panen dibersihkan dari
kotorankotoran yang menempel yang kemudian dilakukan pemisahan
antara sarang walet yang bersih dengan yang kotor. Pembersihan juga
dilakukan pada gedung penangkaran sarang walet.
c. Pengoperasian Sarana Infrastruktur
Pengoperasian jalan terpadu dengan jaringan drainase dalam kawasan
perumahan Griya Adi Sanjaya. Kondisi alami topografi sangat menunjang
pengaliran limbah cair rumah tangga melalui sistem drainase buatan
menuju sistem drainse primer yang berhubungan dengan kanal dalam
kota. Sistem drianase ini akan berdasarkan field banjir.

10
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

Berdasarkan tulisan Samiun Achmad yang berjudul “Hematlah


Menggunakan Air & Tanamlah Pohon Walau Hanya 1” yang di
publikasikan di situs www.kompasiana.com, mengatakan bahwa pada
umumnya  keperluan air bersih  untuk keperluan manusia setiap hari 
dapat dihitung menurut keperluan standar berupa : Makan,minum,cuci
pakaian, mandi diperkirakan sekitar 100 liter per hari.
Dengan di huni sekitar 184 s/d 276 jiwa maka diperkirakan tiap hari
konsumsi air bersih dari sumur bor di Griya Adi Sanjaya adalah 18.400
s/d 27.600 liter.

11
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

12
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

III. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI


Dalam kegiatan pembangunan Penangkaran Sarang Walet diperkirakan akan ada
kegiatan yang memberikan dampak terhadap lingkungan. Dampak itu dapat
berbentuk postif maupun berbentuk negatif. Adapun kegiatan dan jenis dampak
serta besaran dampak yang dapat timbul adalah :
1. Tahap Prakonstruksi
1. Kegiatan : Penentuan batas lokasi kegiatan
Jenis kegiatan pada tahap prakonstruksi yang diidentifikasikan dapat
menimbulkan dampak teradap lingkungan adalah kegiatan penentuan batas
lokasi pembangunan.
Walaupun tanah yang digunakan untuk menjadi lokasi pembangunan adalah
tanah hak milik tetapi dampak yang dapat timbul pada kegiatan ini adalah
terjadinya keresahan masyarakat sekitarnya tentang perbedaan pendapat
tentang penentuan patok tanah. Tolak ukur dari besaran dampak adalah
adanya masyarakat yang mengalami keresahan tentang penentuan patok
tanah
2. Tahap Konstruksi
Jenis-jenis kegiatan pada tahap konstruksi yang diidentifikasikan dapat
menimbulkan dampak terhadap lingkungan adalah mobilisasi tenaga kerja,
mobilisasi Peralatan dan Meterial, Pembangunan Sarana dan Prasarana.
1. Mobilitas Tenaga Kerja
Dampak-dampak yang dapat terjadi akibat kegiatan mobilisasi tenaga kerja
adalah terbukanya kesempatan kerja, terbukanya kesempatan berusaha dan
meningkatnya pendapatan masyarakat.
a. Jenis Dampak
1. Kesempatan kerja dan berusaha; pembangunan perumahan akan
membutuhkan ± 35 orang tenaga kerja, 90% tenaga kerja berasal dari
Bulukumba sisanya berasal dari kabupaten sekitar Bulukumba.
Dampak tergolong positif.
2. Persepsi masyarakat; perekrutan tenaga kerja dari sekitar tapak
proyek akan menimbulkan persepsi positif terhadap kegiatan proyek.
Sebaliknya, jika tenaga kerja yang direkrut berasal dari daerah lain,
13
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

maka dapat menimbulkan kecemburuan sosial bagi masyarakat yang


bermukim disekitar tapak proyek pembangunan perumahan Griya Adi
Sanjaya. Dampak tergolong negatif
3. Keresahan; timbulnya kecemburuan sosial akibat perekrutan tenaga
kerja dari daerah lain dapat menimbulkan keresahan masyarakat
sekitar lokasi proyek pembangunan perumahan. Dampak tergolong
negatif.
4. Pendapatan; tenaga kerja lokal yang direkrut akan memperoleh
pendapatan minimal sama dengan Upah Minimum Propinsi (UMP)
Propinsi Sulawesi Selatan. Dampak tergolong positif.
b. Besaran Dampak
1. Kesempatan kerja dan berusaha; Besaran Dampak : banyaknya
masyarakat sektar lokasi pembangunan perumahan dapat diserap
sebagai tenaga kerja.
2. Persepsi masyarakat; Besaran Dampak : banyaknya masyarakat
sekitar lokasi pembangunan perumaan yang berspepsi positif atau
negatif.
3. Keresahan; Besaran Dampak : banyaknya masyarakat sekitar lokasi
pembangunan perumahan yang mengalami keresahan karena tidak
diterima sebagai tenaga kerja.
4. Pendapatan; Besaran Dampak : upah tenaga kerja sesuai standar
pendapatan minimal sama dengan Upah Minimum Propinsi (UMP)
Propinsi Sulawesi Selatan.
2. Mobilisasi Peralatan dan Meterial
a. Jenis Dampak, Sumber Dampak, Bobot Dampak.
1. Kemacetan lalulintas; Mobilisasi peralatan yang di gunakan di lokasi
pembangunan dan pengakutan bahan material pasir, kerikil, bata dan
batu gunung yang di angkut dari beberapa lokasi di luar Kecamtan
Ujung Bulu. Jalan yang sempit di sekitar lokasi pembangunan adakan
memberi dampak kemacetan ditambah dengan mobil pengangkut
yang berhenti di bahu jalanan dan timbunan material bangunan yang
tumpah di sekitar bahu jalan. Dampak tergolong negatif.
14
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

2. Penurunan kualitas udara; Kegiatan mobilisasi alat dan pengangkutan


bahan dan material yang mengakibatkan kemacetan lalu lintas akan
memberikan dampak terjadinya penurunan kualitas udara, yaitu
meningkatnya emisi kendaran, khususnya senyawa Nox, Sox, CO,
dan CO2 dari sistem pembakaran pengangkut. Dampak tergolong
negatif.
3. Penurunan derajat kesehatan masyarakat; emisi gas dari kendaraan
pengangkut dan menurunnya kualitas udara dapat meningkatkan
jumlah penderita penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA),
iritasi mata, iritasi kulit, dan keracunan gas buang baik disekitar lokasi
kegiatan maupun disekitar jalur jalan yang dilalui oleh kendaraan
pengangkut menuju lokasi kegiatan pembangunan perumahan.
Dampak tergolong negatif.
b. Besaran Dampak
1. Kemacetan lalu lintas; tolak ukur dampak : parameter derajat
kejenuhan (DS) maksimal 0,8 yang dipersyaratkan oleh Dirjen Bina
Marga dan Depertemen Perhubungan.
2. Penurunan kualitas udara; tolal ukur ukuran dampak : Parameter
kualitas udara yaitu; Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO),
Nitrogen dioksida (NO2), (O3), Timah Hitam (Pb), Partikel (TSP) dan
kebisingan dengan tolok ukur dampak adalah mengacu pada
Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No.14 Tahun 2003, tentang
Pengelolaan, Pengendalian Pencemaran Air, Udara, Penetapan Baku
Mutu Limbah Cair, Baku Mutu Udara Ambient dan Emisi serta Baku
Tingkat Gangguan Kegiatan yang Beroperasi di Propinsi Sulawesi
Selatan. Lampiran 30 Tentang Baku Mutu Udara Ambient Sektor
Perumahan.
3. Penurunan derajat kesehatan masyarakat; Tolok ukur dampak:
banyaknya penduduk yang menderita penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan atas (ISPA), konjungtivitis mata, infeksi kulit dan
keracunan gas buang.
3. Pembangunan Bangunan Perumahan.
15
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

a. Jenis Dampak, Sumber Dampak, Bobot Dampak.


1. Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan; Kegiatan
Konstruksi bangunan dapat menyebabkan terjadinya sebaran debu
yang menurunkan kualitas udara, peningkatan kebisingan dan emisi
kendaraan Khususnya senyawa NOx, SOx, CO, dan CO 2 dari sistem
pembakaran mesin kendaraan pengangkut dan peralatan kerja yang
digunakan. Dampak tergolong negatif.
2. Penurunan nilai estetika dan sanitasi lingkungan; Banyaknya volume
ceceran core dan bahan bangunan lainnya hasil konstruksi bangunan
akan menimbulkan penurunan nilai estitika pada lokasi pembangunan
perumahan. Dampak tergolong negatif.
3. Kesehatan dan keselamatan kerja; Kegiatan Konstruksi bangunan
dapat menyebabkan terjadinya sebaran debu yang menurunkan
kualitas udara, peningkatan kebisingan dan emisi kendaraan
Khususnya senyawa NOx, SOx, CO, dan CO2 dari sistem
pembakaran mesin kendaraan pengangkut dan peralatan kerja yang
digunakan yang dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan para
pekerja. Dampak tergolong negatif.
b. Besaran Dampak
1. Penurunan kualitas udara; Besaran Dampak : Parameter kualitas
udara yaitu; Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO), Nitrogen
dioksida (NO2), Timah Hitam (Pb), Partikel (TSP) dan Kebisingan
dengan tolok ukur dampak adalah mengacu pada Keputusan
Gubernur Sulawesi Selatan No.14 Tahun 2003, tentang Pengelolaan,
Pengendalian Pencemaran Air, Udara, Penetapan Baku Mutu Limbah
Cair, Baku Mutu Udara Ambient dan Emisi serta Baku Tingkat
Gangguan Kegiatan yang Beroperasi di Propinsi Sulawesi Selatan.
Lampiran 30 Tentang Baku Mutu Udara Ambient Propinsi (Sektor
Perumahan).
2. Penurunan nilai estetika dan sanitasi lingkungan; Tolok ukur dampak :
Penurunan nilai keindahan pada lokasi lokasi pembangunan.

16
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

3. Kesehatan dan keselamatan kerja; Tolok ukur dampak : Jumlah


tenaga kerja/buruh bangunan yang terganggu derajat kesehatannya
dan jumlah tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja.
4. Pembangunan infrastruktur (jalan, drainase, sumur bor, jaringan listrik).
a. Jenis Dampak, Sumber Dampak, Bobot Dampak.
1. Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan; Kegiatan
Pembangunan infrastruktur dapat menyebabkan terjadinya sebaran
debu yang menurunkan kualitas udara, peningkatan kebisingan dan
emisi kendaraan Khususnya senyawa NOx, SOx, CO, dan CO 2 dari
sistem pembakaran mesin kendaraan pengangkut dan peralatan kerja
yang digunakan. Dampak tergolong negatif.
2. Penurunan nilai estetika dan sanitasi lingkungan; Banyaknya volume
ceceran core dan bahan bangunan lainnya hasil konstruksi akan
menimbulkan penurunan nilai estitika pada lokasi pembangunan
perumahan. Dampak tergolong negatif.
3. Kesehatan dan keselamatan kerja; Kegiatan pembangunan
infrastruktur dapat menyebabkan terjadinya sebaran debu yang
menurunkan kualitas udara, peningkatan kebisingan dan emisi
kendaraan khususnya senyawa NOx, SOx, CO, dan CO2 dari sistem
pembakaran mesin kendaraan pengangkut dan peralatan kerja yang
digunakan yang dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan para
pekerja. Dampak tergolong negatif.
b. Besaran Dampak
1. Penurunan kualitas udara; Tolok ukur dampak : Parameter kualitas
udara yaitu; Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO), Nitrogen
dioksida (NO2), Timah Hitam (Pb), Partikel (TSP) dan Kebisingan
dengan tolok ukur dampak adalah mengacu pada Keputusan
Gubernur Sulawesi Selatan No.14 Tahun 2003, tentang Pengelolaan,
Pengendalian Pencemaran Air, Udara, Penetapan Baku Mutu Limbah
Cair, Baku Mutu Udara Ambient dan Emisi serta Baku Tingkat
Gangguan Kegiatan yang Beroperasi di Propinsi Sulawesi Selatan.

17
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

Lampiran 30 Tentang Baku Mutu Udara Ambient Propinsi (Sektor


Perumahan).
2. Penurunan nilai estetika dan sanitasi lingkungan; Tolok ukur dampak :
Penurunan nilai keindahan pada lokasi pembangunan.
3. Kesehatan dan keselamatan kerja; Tolok ukur dampak : Jumlah
tenaga kerja/buruh bangunan yang terganggu derajat kesehatannya
dan jumlah tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja.
3. Tahap Operasional:
Jenis-jenis kegiatan pada tahap pasca konstruksi dari operasioanal
Pembangunan Gedung Penangkaran Sarang Walet yang diidentifikasi dapat
menimbulkan dampak terhadap lingkungan adalah kegiatan Demolisasi
Peralatan dan pembenahan akhir, Pengoperasian Perumahan, Pengoperasian
Sarana Infrastruktur.
1. Demolisasi Peralatan dan pembenahan akhir.
a. Jenis Dampak, Sumber Dampak, Bobot Dampak.
1. Kemacetan lalulintas; Demolisasi pelaratan yang di gunakan di lokasi
pembangunan. Jalan yang sempit di sekitar lokasi pembangunan
adakan memberi dampak. Dampak tergolong negatif.
2. Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan; Kegiatan
Konstruksi bangunan dapat menyebabkan terjadinya sebaran debu
yang menurunkan kualitas udara, peningkatan kebisingan dan emisi
kendaraan khususnya senyawa NOx, SOx, CO, dan CO2 dari sistem
pembakaran mesin kendaraan pengangkut dan peralatan kerja yang
digunakan untuk membersihkan dan mengangkut sisa-sisa bahan
bangunan. Dampak tergolong negatif.
3. Penurunan nilai estetika dan sanitasi lingkungan; Pembersihan dan
pengangkutan ceceran core dan sisa-sisa bahan bangunan lainnya
hasil konstruksi bangunan akan menimbulkan peningkatan nilai estitika
pada lokasi pembangunan. Dampak tergolong negatif.
4. Kesehatan dan keselamatan kerja; Kegiatan Pembersihan dan
pengangkutan ceceran core dan sisa-sisa bahan bangunan lainnya
hasil konstruksi bangunan dapat menyebabkan terjadinya sebaran
18
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

debu yang menurunkan kualitas udara, peningkatan kebisingan dan


emisi kendaraan, khususnya senyawa NOx, SOx, CO, dan CO2 dari
sistem pembakaran mesin kendaraan pengangkut dan peralatan kerja
yang digunakan dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan
pekerja. Dampak tergolong negatif.
b. Besaran Dampak
1. Kemacetan lalulintas; tolak ukur dampak : parameter derajat
kejenuhan (DS) maksimal 0,8 yang dipersyaratkan oleh dirjen Bina
Marga dan Depertemen Perhubungan.
2. Penurunan kualitas udara; Tolok ukur dampak : Parameter kualitas
udara yaitu; Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO), Nitrogen
dioksida (NO2), (O3), Timah Hitam (Pb), Partikel (TSP) dan
Kebisingan dengan tolok ukur dampak adalah mengacu pada
Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No.14 Tahun 2003, tentang
Pengelolaan, Pengendalian Pencemaran Air, Udara, Penetapan Baku
Mutu Limbah Cair, Baku Mutu Udara Ambient dan Emisi serta Baku
Tingkat Gangguan Kegiatan yang Beroperasi di Propinsi Sulawesi
Selatan. Lampiran 30 Tentang Baku Mutu Udara Ambient Propinsi
(Sektor Perumahan).
3. Penurunan nilai estetika dan sanitasi lingkungan; Tolok ukur dampak :
Penurunan nilai keindahan pada lokasi pembangunan.
4. Kesehatan dan keselamatan kerja; Tolok ukur dampak : Jumlah
tenaga kerja/buruh bangunan yang terganggu derajat kesehatannya
dan jumlah tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja.

2. Pengoperasian Gedung Penangkaran Sarang Walet dan Pengoperasian


Sarana Infrastruktur
a. Jenis Dampak, Sumber Dampak, Bobot Dampak.
1. Penurunan estetika dan sanitasi lingkungan; Pemanfaatan gedung
sebagai penangkaran sarang walet diperkirakan akan member
dampak dengan masalah estetika. Gedung yang berada di daerah
19
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

pemungkiman akan menurunkan nilai estetika. Selain itu pemanfaatan


air untuk hujan buatan dan air kolam yang banyak akan menimbulkan
masalah sanitasi. Dampak tergolong negatif.
2. Peningkatan tingkat kebisingan; untuk memancing burung wallet akan
digunakan metode sistem tweeter. Sistem ini menggunakan banyak
speaker di dalam gedung yang memutar suara burung walet.
Disamping itu, untuk memancing burung walet yang berada di
kejauhan, bisa digunakan “hexagonal tweeter”. Tweeter ini dipasang di
atap gedung walet dan suaranya sangat kuat sehingga burung walet
yang sedang terbang di kejauhan bisa mendengarnya,di perkirakan
Rate frekuensi sangat tinggi bisa untuk suara dalam range 500 Hz
hingga 20 KHz dengan besar suaranya hanya 20 db. Dampak
tergolong negatif.
3. Peningkatan Jenis Penyakit; Walet adalah hewan liar yang dibiarkan
berkerkeliaran mencari makan di alam bebas. Kondisi ini membuat
wallet rentan membawa bibit penyakit yang dapat menular ke
manusia. Dampak tergolong negatif.
4. Peningkapan Demam Berdarah Dengue; Penggunaan kolam sebagai
pembantu pelembab gedung akan menjadi tempat bertelur Nyamuk
Aedes Aegypti, hal ini dapat menimbulkan penimgkatnya penyakit
DBD. Dampak tergolong negatif.
b. Besaran Dampak
1. Penurunan estetika dan sanitasi lingkungan perumahan; Penurunan
nilai keindahan pada lokasi gedung penangkaran disebabkan kondisi
gedung yang kusam dan tidak terawat.
2. Peningkatan tingkat kebisingan; untuk memancing burung wallet akan
digunakan metode sistem tweeter. Sistem ini menggunakan banyak
speaker di dalam gedung yang memutar suara burung walet.
Disamping itu, untuk memancing burung walet yang berada di
kejauhan, bisa digunakan “hexagonal tweeter”. Tweeter ini dipasang di
atap gedung walet dan suaranya sangat kuat sehingga burung walet
yang sedang terbang di kejauhan bisa mendengarnya,di perkirakan
20
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

Rate frekuensi sangat tinggi bisa untuk suara dalam range 500 Hz
hingga 20 KHz dengan besar suaranya hanya 20 db. Untuk suara luar
lamanya pemanggilan dapat dilakukan dari jam 5:30 pagi sampai jam
11:00 siang, dilanjutkan jam 15:00 sore sampai 19:00 malam,
sedangkan suara dalam rumah walet harus dihidupkan 24 jam
nonstop.
Di Indonesia nilai ambang batas kebisingan ditetapkan 85 dBA
berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan
Koperasi No. 1/1978. Baku tingkat kebisingan yang diperuntukan
kawasan/lingkungan kegiatan sesuai dengan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan No. KEP-48/MENLH/11/1996 adalah sebagai
berikut :
PERUNTUKAN KAWASAN/ TINGKAT KEBISINGAN
LINGKUNGAN KEGIATAN dB(A)
a. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan Pemukiman 55
2. Perdagangan dan Jasa 70
3. Perkantoran dan Perdagangan 65
4. Ruang Terbuka Hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintah dan Fasilitas 60
Umum
7. Rekreasi 70
8. Khusus:
* Pelabuhan Laut 70
* Cagar Budaya 60
b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55

3. Peningkatan Jenis Penyakit; Walet adalah hewan liar yang dibiarkan


berkerkeliaran mencari makan di alam bebas. Kondisi ini membuat
wallet rentan membawa bibit penyakit yang dapat menular ke
manusia. Dampak tergolong negatif.
4. Peningkapan Demam Berdarah Dengue; Pemangatan kolam sebagai
pembantu pelembab gedung akan menjadi tempat bertelur Nyamuk

21
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

Aedes Aegypti, hal ini dapat menimbulkan penimgkatnya penyakit


DBD. Dampak tergolong negatif.
.

22
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

Tabel tabulasi dampak yang terjadi dari kegiatan pembangunan Perumahan Griya Adi Sanjaya .
SUMBER DAMPAK JENIS DAMPAK BESARAN DAMPAK KETERANGAN
Tahap Prakonstruksi
 Penentuan batas lokasi  keresahan masyarakat  Jumlah masyarakat yang mengalami  Keresahan timbul akibat
kegiatan keresahan tentang penentuan patok perbedaan pendapat tentang
tanah penentuan patok tanah
Tahap Konstruksi
 Mobilitas Tenaga Kerja  Kesempatan kerja dan  pembangunan perumahan akan
berusaha mebutuhkan ± 35 orang tenaga kerja
 Persepsi masyarakat  banyaknya masyarakat sekitar lokasi
pembangunan perumaan yang
berpersepsi positif atau negatif
 Keresahan  banyaknya masyarakat sekitar lokasi
pembangunan perumahan yang
mengalami keresahan karena tidak
diterima sebagai tenaga kerja
 Pendapatan  upah tenaga kerja sesuai standar
pendapatan minimal sama dengan
Upah Minimum Propinsi (UMP)
Propinsi Sulawesi Selatan
 Mobilisasi Peralatan dan  Kemacetan lalulintas  parameter derajat kejenuhan (DS)
Meterial maksimal 0,8 yang dipersyaratkan
oleh dirjen Bina Marga dan
Depertemen Perhubungan
 Penurunan kualitas udara  Parameter kualitas udara yaitu; Sulfur

23
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

Dioksida (SO2), Karbon Monoksida


(CO), Nitrogen dioksida (NO2), (O3),
Timah Hitam (Pb), Partikel (TSP) dan
Kebisingan
 Penurunan derajat  banyaknya penduduk yang menderita
kesehatan masyarakat penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
atas (ISPA), konjungtivitis mata,
infeksi kulit dan keracunan gas buang.
 Pembangunan Bangunan  Penurunan kualitas udara  Parameter kualitas udara yaitu; Sulfur
Perumahan tipe 63/105 Dioksida (SO2), Karbon Monoksida
(CO), Nitrogen dioksida (NO2), Timah
Hitam (Pb), Partikel (TSP) dan
Kebisingan
 . Penurunan nilai estetika  Penurunan nilai keindahan pada
dan sanitasi lingkungan lokasi lokasi pembangunan
 Kesehatan dan  Jumlah tenaga kerja/buruh bangunan
keselamatan kerja; yang terganggu derajat kesehatannya
dan jumlah tenaga kerja yang
mengalami kecelakaan kerja
 Pembangunan infrastruktur  Penurunan kualitas udara  Parameter kualitas udara yaitu; Sulfur
(jalan, drainase, sumur bor, Dioksida (SO2), Karbon Monoksida
jaringan listrik). (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Timah
Hitam (Pb), Partikel (TSP) dan
Kebisingan
 . Penurunan nilai estetika  Penurunan nilai keindahan pada

24
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

dan sanitasi lingkungan lokasi lokasi pembangunan


 Kesehatan dan  Jumlah tenaga kerja/buruh bangunan
keselamatan kerja; yang terganggu derajat kesehatannya
dan jumlah tenaga kerja yang
mengalami kecelakaan kerja
Tahap Operasional
 Demolisasi Peralatan dan  Kemacetan lalulintas  parameter derajat kejenuhan (DS)
pembenahan akhir. maksimal 0,8
 Penurunan kualitas udara  Parameter kualitas udara yaitu; Sulfur
Dioksida (SO2), Karbon Monoksida
(CO), Nitrogen dioksida (NO2), (O3),
Timah Hitam (Pb), Partikel (TSP) dan
Kebisingan
 Penurunan nilai estetika  Penurunan nilai keindahan pada
dan sanitasi lingkungan lokasi pembangunan.
 Kesehatan dan  Jumlah tenaga kerja/buruh bangunan
keselamatan kerja; yang terganggu derajat kesehatannya
dan jumlah tenaga kerja yang
mengalami kecelakaan kerja
 Pengoperasian Perumahan  Penurunan estetika dan  sampah yang hasilkan dalam setiap  Jumlah rumah yang akan
dan Pengoperasian Sarana sanitasi lingkungan unit rumah adalah 1,5–2 dibangun sebanyak 46 unit
Infrastruktur perumahan Liter/orang/hari, atau 0,3 – 0,4 dengan perkiraan tiap rumah
kg/orang/hari kg per orang perhari, akan dihuni 4 s/d 6 jiwa
dengan dengan jumlah rumah 46 unit
maka volume sampah yang dihasilkan
perhari sekitar 414 s/d 552 liter

25
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

sampah atau 83 s/d 110 kg sampah


perhari
 Penurunan kualitas air  kebutuhan air bersih sebanyak 18.400  Jumlah rumah yang akan
s/d 27.600 liter, dengan demikian dibangun sebanyak 46 unit
produksi air limbah diperkirakan dengan perkiraan tiap rumah

14.720 s/d 22.080 liter perhari (80% akan hihuni 4 s/d 6 jiwa

dari kebutuhan air bersih per hari) dengan kebutuhan air bersih

 Penurunan tinggi muka air tanah tiap jiwa sebanyak 100 liter
perhari
 Kedalaman muka air adalah
4 meter
 Gangguan transportasi  Frekuensi kemacetan lalulintas akibat
peningkatan kendaraan bermotor baik
roda empat maupun roda dua pada
jalan oleh penghuni atau pengunjung
kompleks

26
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

IV. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


1. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Upaya pengelolaan lingkungan hidup, dapat dilakukan beberapa pendekatan
lingkungan hidup yaitu pendekatan teknologi, sosial ekonomi, maupun
Institusional.
a. Pendekatan Teknologi, yaitu menggunakan cara-cara atau teknologi untuk
mengelola dampak lingkungan hidup seperti :
1. Dalam rangka menanggulangi limbah
berbahaya dan beracun dapat ditempuh cara :
 Membatasi atau mengisolasi limbah.
 Melakukan minimalisasi limbah dengan mengurangi volume limbah
(reduce), menggunakan kembali limbah (reuse) dan mendaur ulang
limbah (recycle).
 Menetralisir limbah dengan menambahkan bahan kimia tertentu
sehingga tidak membahayakan manusia atau makhluk hidup lainnya.
2. Dalam rangka meningkatkan dampak
positif berupa peningkatan nilai tambah dari dampak positif yang telah
ada, misalnya melalui peningkatan dan daya guna dari dampak positif
tersebut.
b. Pendekatan Sosial Ekonomi, adalah langkah-langkah yang ditempuh oleh
pemrakarsa dalam upaya menanggulangi dampak melalui tindakan-tindakan
yang berlandaskan pada interaksi sosial dan bantuan peran pemerintah,
misalnya :
1. Melibatkan masyarakat di sekitar tempat
usaha untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pengelolaan lingkungan,
2. Meminta bantuan kepada pemerintah
untuk turut menanggulangi dampak lingkungan hidup karena
keterbatasan kemampuan pemrakarsa,
3. Memprioritaskan penyerapan tenaga
kerja setempat sesuai dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki,
4. Bantuan fasilitas umum kepada
masyarakat sekitar usaha sesuai dengan kemampuan pemrakarsa,
27
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

5. Menjalin interaksi sosial yang harmonis


dengan masyarakat sekitar guna mencegah kecemburuan sosial.
c. Pendekatan Institusional, merupakan mekanisme kelembagaan yang akan
ditempuh pemrakarsa dalam rangka menanggulangi dampak lingkungan
hidup, misalnya :
1. Kerjasama dengan instansi-instansi
terkait yang berkepentingan dan berkaitan dengan pengelolaan
lingkungan hidup,
2. Pengawasan terhadap pelaksanaan
document UKL-UPL oleh instansi yang berwenang,
3. Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan
hidup secara berkala kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Dalam menyusun suatu rencana / tindak pengelolaan, ada tiga faktor yang perlu
diperhatikan dan tidak dapat dipisah-pisahkan, yaitu :
a. Siapa yang melakukan pengelolaan lingkungan,
b. Teknik pengelolaan yang telah dan akan digunakan sehingga hasilnya nanti
sesuai dengan Standar Baku Mutu yang telah ditetapkan,
c. Sesuaikan dengan kemampuan pembiayaan dengan tetap mengacu pada
prinsip eksternalitas.
Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) proyek pembangunan Perumahan Griya
Adi Sanjaya yang terletak di Jalan Matahari Kel. Caile, Kecamatan Ujungbulu
Kab. Bulukumba di tetapkan melalui proses pelingkupan. Dampak yang terjadi
akan di tangani melalui upaya-upaya preventif yaitu : 1) pencegahan dan
penanggulangan dampak negatif yang akan timbul, dan 2) pengembangan
dampak positif untuk meningkatkan hasil guna proyek.
Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) ini berdasarkan hasil proses pelingkupan
dampak yang diperkirakan timbul akibat rencana kegiatan tersebut pada Tahap
Pra-Konstruksi, Tahap Konstruksi dan Tahap operasional. Ruang lingkup
pembahasan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) ini mencakup sumber
dampak, jenis dan bobot dampak, dan tolok ukur dampak, upaya pengelolaan
lingkungan (pendekatan teknologi, sosial ekonomi budaya dan Institusionalonal),

28
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

waktu dan lokasi pengelolaan serta instansi pengelolaan lingkungan (pelaksana,


pengawas dan penerima laporan)
Berikut ini adalah uraian tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) yang
telah dilakukan serta rencana Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) yang akan
dilakukan oleh pengembang Perumahan Griya Adi Sanjaya Bulukumba untuk
memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatifnya.
a. Tahap Prakonstruksi
1. Kegiatan : Penentuan batas lokasi kegiatan
i. Pendekatan Sosial Ekonomi
 Melibatkan masyarakat sekitar yang berbatasan dengan lokasi
pembangunan pada waktu pemasangan patok
ii. Pendekatan Institusional
 Melakukan koordinasi dengan pemerintah setempat (Camat Ujung
Bulu dan Lurah Caile) dan instasi terkait dalam penentuan batas
lokasi pembangunan perumahan.
iii. Waktu dan Lokasi Pengelolaan Lingkungan
 Waktu pelaksanaan pengelolaan lingkungan dilakukan selama
selama penentuan dan pemasangan patok batas lokasi
pembangunan perumahan.
 Lokasi pengelolaan lingkungan di Kelurahan caile, dan pada lokasi
pembangunan Perumahan Griya Adi Sanjaya Bulukumba .
b. Tahap Konstruksi
1. Mobilitas Tenaga Kerja
i. Pendekatan Sosial Ekonomi
 Memberi kesempatan yang luas kepada penduduk yang bermukim
disekitar lokasi tapak proyek pembangunan Perumahan Griya Adi
Sanjaya Bulukumba untuk diterima sebagai tenaga kerja
konstruksi serta memberikan kesempatan yang luas kepada
penduduk sekitar tapak proyek pembangunan perumahan Griya
Adi Sanjaya untuk berusaha disektor informal.
 Penerimaan dan penempatan tenaga kerja disesuaikan dengan
kebutuhan dan keterampilan yang dimiliki.
29
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

 Tidak memberikan perbedaan perlakuan antara tenaga kerja lokal


dan tenaga kerja dari luar lokasi dan memberikan penyuluhan agar
memelihara hubungan pekerja lain dan keamanan lingkungan,
serta memberikan sanksi kepada pekerja yang melanggar
ketertiban kerja.
 Memberikan asuransi kecelakaan kerja kepada tenaga kerja.
 Memberikan upah tenaga kerja sesuai dengan standar Upah
Minimum Propinsi (UMP) yang berlaku di Propinsi Sulawesi
Selatan.
ii. Pendekatan Institusional
 Melakukan koordinasi dengan pemerintah setempat (Camat Ujung
Bulu dan Lurah Caile)
 Melakukan koordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja Kab.
Bulukumba dan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) untuk
mengawasi pekerja dan kontraktor yang mempekerjakan tenaga
kerja.
iii. Waktu dan Lokasi Pengelolaan Lingkungan
 Waktu pelaksanaan pengelolaan lingkungan dilakukan selama
kegiatan mobilisasi tenaga kerja pada tahap konstruksi.
 Lokasi pengelolaan lingkungan di Kelurahan Caile, dan pada lokasi
pembangunan Perumahan Griya Adi Sanjaya Bulukumba .
2. Mobilisasi Peralatan dan Meterial
i. Pendekatan Teknologi
 Melakukan kegiatan pengangkutan bahan dan material melalui
jalan-jalan dalam wilayah Kab. Bulukumba diluar jam puncak, yaitu;
untuk Jalan Matahari pada jam puncak pagi hari pukul 07.00-08.00
dan sore hari pukul 16.00-17.00.
 Mencari jalan alternatif yang yang menghubungkan lokasi rencana
kegiatan dengan membuat jalan akses sementara di jalan Sarikaya
sepanjang 50 meter.

30
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

 Mengatur sistem transportasi pengangkutan bahan dan material


sehingga tidak secara bersamaan berada pada jalur jalan yang
sama.
 Menggunakan kendaraan yang layak pakai dan sesuai dengan
kemampuan tekanan gandar jalan yang dilalui.
 Melakukan pengawasan dan pemeliharaan kendaraan pengangkut
bahan bangunan secara berkala agar kondisi kendaraan tetap
normal dan gas-gas buangannya tetap memenuhi baku mutu.
 Membatasi muatan kendaraaan pengangkutan bahan bangunan
sesuai batas yang optimal.
 Membatasi kecepatan.
 Menghindari ceceran bahan selama pengangkutan dengan jalan
menutup bahan/material bangunan dengan terpal/plastik dan
secara kontinyu melakukan penyiraman pada jalan utama yang
dilalui kendaraan pengangkut.
ii. Pendekatan Sosial Ekonomi
 Memberikan penyuluhan/pengarahan kepada para pengemudi
angkutan agar tetap melakukan pengawasan dan pemeliharaan
kendaraan pengangkut bahan bangunan secara berkala dan tidak
memuat bahan bangunan melebihi batas tonase kendaraan.
iii. Pendekatan Institusional
 Melakukan koordinasi dengan Dinas Perhubungan Kab.
Bulukumba dan Satlantas Polresta Kab.Bulukumba untuk
mengawasi dan mengarahkan kendaraan pengangkut.
iv. Waktu dan Lokasi Pengelolaan Lingkungan
 Waktu pelaksanaan pengelolaan lingkungan dilakukan selama
kegiatan mobilisasi pengangkutan bahan dan material pada tahap
konstruksi.
 Adapun Lokasi pengelolaan lingkungan di jalan Kota Bulukumba.
3. Pembangunan Bangunan Perumahan
i. Pendekatan Teknologi

31
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

 Melakukan penyiraman pada jalan utama dan jalan masuk dilokasi


tapak proyek pembangunan Perumahan Griya Adi Sanjaya
Bulukumba .
 Penggunaan peralatan K3 seperti; Masker, Helm pengaman, Kaos
tangan dan standar pengaman lainnya pada pekerja.
 Mengupayakan seminimal mungkin ceceran bahan/material, baik
dari bak dump truck maupun dari material yang melekat pada ban
kendaraan pengangkut
 Peletakan/penimbunan bahan/material pengecoran ditempat yang
strategis agar tidak mengganggu aktifitas lalulintas.
 Melakukan pemagaran pada sekeling tapak proyek pembangunan
Perumahan Griya Adi Sanjaya Bulukumba.
ii. Pendekatan Sosial Ekonomi
 Melakukan penyuluhan/sosialisasi kepada para pekerja tentang
penggunaan alat pengaman kerja sesuai dengan prosedur kerja
atau SOP.
 Pihak Kontraktor mendaftarkan pekerja pada PT. Jamsostek dan
mempekerjakan tenaga kerja sesuai ketentuan perundang-
undangan ketenagakerjaaan.
 Mewajibkan kepada seluruh pekerja untuk mematuhi peraturan
keselamatan kerja yang ditetapkan oleh perusahaan.
iii. Pendekatan Institusional
 Melakukan koordinasi dengan Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya
Kab. Bulukumba
 Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kab. Bulukumba
 Melakukan koordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja Kab.
Bulukumba
 Melakukan koordinasi dengan pihak asuransi kecelakaan kerja.
iv. Waktu dan Lokasi Pengelolaan Lingkungan
 Waktu pelaksanaan pengelolaan lingkungan dilakukan selama
kegiatan konstruksi.

32
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

 Lokasi pengelolaan lingkungan di lakukan di lokasi tapak proyek


pembangunan Perumahan Griya Adi Sanjaya Bulukumba.
4. Pembangunan infrastruktur (jalan, drainase, sumur bor, jaringan listrik).
i. Pendekatan Teknologi
 Melakukan penyiraman pada jalan utama dan jalan masuk dilokasi
tapak proyek pembangunan Perumahan Griya Adi Sanjaya
Bulukumba .
 Penggunaan peralatan K3 seperti; Masker, Helm pengaman, Kaos
tangan dan standar pengaman lainnya pada pekerja.
 Mengupayakan seminimal mungkin ceceran bahan/material, baik
dari bak dump truck maupun dari material yang melekat pada ban
kendaraan pengangkut
 Peletakan/penimbunan bahan/material pengecoran ditempat yang
strategis agar tidak mengganggu aktifitas lalulintas.
 Melakukan pemagaran pada sekeling tapak proyek pembangunan
Perumahan Griya Adi Sanjaya Bulukumba.
ii. Pendekatan Sosial Ekonomi
 Melakukan penyuluhan/sosialisasi kepada para pekerja tentang
penggunaan alat pengaman kerja sesuai dengan prosedur kerja
atau SOP.
 Pihak Kontraktor mendaftarkan pekerja pada PT. Jamsostek dan
mempekerjakan tenaga kerja sesuai ketentuan perundang-
undangan ketenagakerjaaan.
 Mewajibkan kepada seluruh pekerja untuk mematuhi peraturan
keselamatan kerja yang ditetapkan oleh perusahaan.
iii. Pendekatan Institusional
 Melakukan koordinasi dengan Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya
Kab. Bulukumba
 Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kab. Bulukumba
 Melakukan koordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja Kab.
Bulukumba
 Melakukan koordinasi dengan pihak asuransi kecelakaan kerja.
33
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

c. Tahap Operasional:
1. Demolisasi Peralatan dan pembenahan akhir.
i. Pendekatan Teknologi
 Melakukan kegiatan demolisasi peralatan melalui jalan-jalan dalam
wilayah Kab. Bulukumba diluar jam puncak, yaitu; untuk jalan
Matahari pada jam puncak pagi hari pukul 07.00-08.00 dan sore
hari pukul 16.00-17.00.
 Mencari jalan alternatif yang yang menghubungkan lokasi rencana
kegiatan dengan membuat jalan akses sementara di jalan Sarikaya
sepanjang 50 meter.
 Mengatur sistem transportasi demolisasi peralatan sehingga tidak
secara bersamaan berada pada jalur jalan yang sama.
 Menggunakan kendaraan yang layak pakai dan sesuai dengan
kemampuan tekanan gandar jalan yang dilalui.
 Melakukan pengawasan dan pemeliharaan kendaraan demolisasi
peralatan secara berkala agar kondisi kendaraan tetap normal dan
gas-gas buangannya tetap memenuhi baku mutu.
 Membatasi muatan kendaraaan pengangkutan bahan bangunan
sesuai batas yang optimal.
 Membatasi kecepatan.
 Melakukan penyiraman pada jalan masuk dilokasi tapak proyek
pembangunan Perumahan Griya Adi Sanjaya Bulukumba.
 Penggunaan peralatan K3 seperti; Masker, Helm pengaman, Kaos
tangan dan standar pengaman lainnya bagi para pekerja.

ii. Pendekatan Sosial Ekonomi


 Memberikan penyuluhan/pengarahan kepada para pengemudi
angkutan agar tetap melakukan pengawasan dan pemeliharaan
secara berkala.

34
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

 Melakukan penyuluhan/sosialisasi kepada para pekerja tentang


penggunaan alat pengaman kerja sesuai dengan prosedur kerja
atau SOP.
 Pihak Kontraktor mendaftarkan pekerja pada PT. Jamsostek dan
mempekerjakan tenaga kerja sesuai ketentuan perundang-
undangan ketenagakerjaaan.
 Mewajibkan kepada seluruh pekerja untuk mematuhi peraturan
keselamatan kerja yang ditetapkan oleh perusahaan.
 Pendekatan Institusional
 Melakukan koordinasi dengan Dinas Perhubungan Kab.
Bulukumba dan dengan Satlantas Polresta Bulukumba untuk
mengawasi dan mengarahkan kendaraan pengangkut.
 Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kab. Bulukumba
 Melakukan koordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja Kab.
Bulukumba
 Melakukan koordinasi dengan pihak asuransi kecelakaan kerja.
iii. Waktu dan Lokasi Pengelolaan Lingkungan
 Waktu pelaksanaan pengelolaan lingkungan dilakukan selama
kegiatan konstruksi.
 Lokasi pengelolaan lingkungan di lakukan di lokasi pembangunan
Griya Adi Sanjaya.
2. Pengoperasian Perumahan dan Pengoperasian Sarana Infrastruktur
i. Pendekatan Teknologi
 Pembuatan drainase pada kedua sisi jalan yang ada di dalam
kompleks perumahan dengan kedalaman ± 50 cm dan lebar ± 40
cm dengan permukaan ditutup plat beton. Adapun pengaliran air
limbah yang meliputi pengaliran air kotor dan pengaliran tinja maka
setiap unit rumah dilengkapi dengan 1 unit septic tank yang
berukuran kedalaman 2 meter dengan diameter 60 cm. Pengaliran
air kotor yang dimaksud adalah air dari WC/KM dan dapur yang
dialirkan melalui pipa pembuangan (saliran tersier) menuju
drainase dalam lokasi kompleks (saluran sekunder), kemudian
35
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

mengalir menuju drainase Kota (saluran primer), Pengaliran tinja


dialirkan melalui pipa menuju septik tank yang dilengkapi dengan
manhole vent dengan maksud jika suatu saat septick tank penuh
tinja dapat disedot. Pada perencanaan pengaliran limbah cair
dialirkan dari drainase dalam kompleks perumahan ke drainase
yang posisinya berada pada sebelah barat kompleks perumahan
yang selanjutnya mengarah kedepan kompleks perumahan (riol
Kota).
 Setiap user yang menempati rumah agar melakukan pengolahan
awal terhadap limbah berupa penyaringan dan pemilahan jenis
limbah misalnya pemisahan antara sampah basah dan kering,
sampah organik dan anorganik dll.
 Penurunan muka air yang disebabkan karena pemanfaatan air
tanah sebagai sumber air bersih akan dilakukan dengan
pembuatan bio pori yang akan di buat pada setiap rumah yang di
bangun.
 Penurunan kualitas air yang khususnya disebabkan karena
pencemaran bakteri dilakukan dengan dengan cara koritsasi pada
saat ada indikasi pencemaran.
 Menyediakan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) untuk limbah
padat minimal 1 (satu) unit di perumanhan Griya Adi Sanjaya
Bulukumba atau penentuan/pengaturan jadwal pengangkutan
limbah padat oleh petugas kebersihan.
 Melakukan penanaman tanaman (landsekap/taman) dengan
tanaman penutup dan tanaman pelindung berupa pohon golodok
tiang tiap rumah minimal satu pohon.
 Melakukan pembinaan kepada user untuk melakukan penanaman
tanaman hias di haman rumah.
 Ganguan transporasi dapat di tanggulangi dengan membuat 2 jalur
akses jalan masuk ke lokasi perumanhan dengan lebat jalan
masing-masing 4 meter.
ii. Pendekatan Sosial Ekonomi
36
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

 Melakukan penyuluhan/sosialisasi kepada para penghuni atau


pengunjung kompleks Perumahan Griya Adi Sanjaya Bulukumba
untuk memperhatikan kebersihan dan ketertiban.
 Penempatan tenaga security pada Kompleks perumahan yang
dapat bertugas sebagai keamanan dan juga bertugas sebagai
pengatur keluar masuknya kendaraan penghuni atau tamu
kompleks perumahan.
iii. Pendekatan Institusionalonal
 Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kab. Bulukumba
 Melakukan koordinasi dengan Kantor Lingkungan Hidup Daerah
Kab. Bulukumba
 Melakukan koordinasi dengan Dinas Perhubungan Kab.
Bulukumba
iv. Waktu dan Pengelolaan Lingkungan
 Waktu pelaksanaan pengelolaan lingkungan dilakukan selama
kegiatan pasca konstruksi/operasinal kompleks perumahan.
 Lokasi pengelolaan lingkungan di lakukan pada lokasi kompleks
perumanhan Griya Adi Sanjaya Mas Bulukumba .
2. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Setelah menyusun Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL), maka upaya dasar
yang dilakukan oleh pemrakarsa untuk meminimalkan dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positif perlu disusun suatu upaya pemantauan
lingkungan. Pemantauan lingkungan pada dasarnya adalah suatu
kegiatan/upaya yang dilakukan oleh pemrakarsa dan instansi terkait lainnya
karena dianggap berwenang untuk memantau dampak aktivitas yang dilakukan.
Selain itu Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) juga dimaksudkan sebagai
acuan untuk mengetahui sejauh mana Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)
telah dilakukan oleh pemrakarsa, apakah lingkungan telah dikelola dengan
bijaksana atau tidak sesuai dengan kesepakatan dan aturan yang ada.
Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) bertujuan untuk melihat perubahan
kondisi lingkungan sebelum dan sesudah kegiatan berjalan dengan sempurna,
mengadakan upaya perbaikan dan pemeliharaan agar lingkungan tetap terjaga
37
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

kelestariannya. Untuk memantau lingkungan diperlukan suatu basis sebagai


dasar untuk melihat perubahan di kemudian hari, apakah perubahan tersebut
terjadi dalam waktu yang relatif singkat atau jangka waktu yang panjang.
Untuk memperoleh hasil pemantuan yang akurat dan independen, maka
pemantauan dilakukan dengan melibatkan instansi terkait, baik yang dilakukan
secara rutin maupun yang insidentil . Pemantauan yang rutin akan di lakukan
oleh bagian dalam lingkungan kawasan perumahan sendiri. Pemeriksaan
sampel, selain diuji di laboratorium yang telah dipersiapkan, juga akan diuji di
instansi yang terkait, sebagai pembanding atau kontrol.
Penjelasan pelaksanaan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) meliputi sumber
dampak, jenis dan bobot dampak, parameter yang dipantau Besaran Dampak,
cara atau teknik pemantauan, lokasi pemantauan, waktu pemantauan dan
institusi pelaksana pemantuan lingkungan .
Berikut ini adalah uraian tentang rencana Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
yang akan dilakukan oleh pembangunan Perumahan Griya Adi Sanjaya.
a. Tahap Prakonstruksi
1. Kegiatan : Penentuan batas lokasi kegiatan
i. Paremeter Lingkungan Yang Dipantau
a) Persepsi masyarakat; Banyaknya masyarakat sekitar lokasi
pembangunan yang berpersepsi positif atau negatif.
b) Keresahan; Banyaknya masyarakat sekitar tapak proyek yang
mengalami keresahan kaena perbedaan persepsi tentang patok
batas lokasi pembangunan.

ii. Upaya Pemantauan Lingkungan


a) Persepsi masyarakat dan keresahan masyarakat dipantau dengan
metode:
 Melakukan pengamatan langsung dengan metode wawancara
semi terstruktur. Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis
secara deskriptif kualitatif.
 Pendekatan partisipatif dengan menerapkan curah pendapat
melalui proses sosialisasi, diskusi kelompok terarah dan
38
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

pertemuan konsultasi masyarakat, untuk menampung dan


mengakomodasi pendapat, sikap dan aspirasi masyarakat yang
terkena dampak.
iii. Waktu dan Lokasi Pemantauan Lingkungan
a) Pemantauan Lingkungan dilakukan 2 (dua) kali yaitu pada awal
perekrutan dan akhir kegiatan tahap konstruksi.
b) Lokasi pemantauan lingkungan di Kelurahan Caile dan pada lokasi
pembangunan Perumahan Griya Adi Sanjaya.
b. Tahap Konstruksi
1. Mobilitas Tenaga Kerja
i. Paremeter Lingkungan Yang Dipantau
a) Kesempatan kerja dan berusaha; Banyaknya masyarakat sekitar
tapak proyek pembangunan Perumahan Griya Adi Sanjaya dapat
terserap sebagai tenaga kerja dan jumlah penduduk yang
berusaha disektor informal.
b) Persepsi masyarakat; Banyaknya masyarakat sekitar tapak proyek
yang berpersepsi positif atau negatif.
c) Keresahan; Banyaknya masyarakat sekitar tapak proyek yang
mengalami keresahan karena tidak diterima sebagai tenaga kerja.
d) Pendapatan; Upah tenaga kerja sesuai dengan standar Upah
Minimum Propinsi (UMP) yang berlaku di Propinsi Sulawesi
Selatan.

ii. Upaya Pemantauan Lingkungan


a) Kesempatan kerja dan berusaha serta Pendapatan tenaga kerja
dipantau dengan metode:
 Melakukan pengamatan langsung untuk mengumpulkan data
primer dengan metode wawancara semi terstruktur. Teknik
penentuan responden secara purposive sampling, dengan
pertimbangan bahwa responden yang telah memanfaatkan
kesempatan kerja dan kesempatan berusaha selama tahap
konstruksi. Jumlah responden yang akan diwawancarai
39
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

sebanyak 10-15% dari populasi masyarakat yang memperolah


manfaat. Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis secara
deskriptif kuantitatif dan kualitatif.
b) Persepsi masyarakat dan keresahan masyarakat dengan metode :
 Melakukan pengamatan langsung dengan metode wawancara
semi terstruktur. Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis
secara deskriptif kualitatif.
 Pendekatan partisipatif dengan menerapkan curah pendapat
melalui proses sosialisasi, diskusi kelompok terarah dan
pertemuan konsultasi masyarakat, untuk menampung dan
mengakomodasi pendapat, sikap dan aspirasi masyarakat yang
terkena dampak.
iii. Waktu dan Lokasi Pemantauan Lingkungan
a) Pemantauan Lingkungan dilakukan 2 (dua) kali yaitu pada awal
perekrutan dan akhir kegiatan tahap konstruksi.
b) Lokasi pemantauan lingkungan di Kelurahan Caile dan pada lokasi
pembangunan Perumahan Griya Adi Sanjaya.
2. Mobilisasi Peralatan dan Meterial
i. Paremeter Lingkungan Yang Dipantau
a) Seringnya terjadinya gangguan transportasi;
b) Parameter kualitas udara yaitu; Sulfur Dioksida (SO2), Karbon
Monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), (O3), Timah Hitam (Pb),
Partikel (TSP) dan Kebisingan dengan tolok ukur dampak adalah
mengacu pada Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No.14
Tahun 2003, tentang Pengelolaan, Pengendalian Pencemaran Air,
Udara, Penetapan Baku Mutu Limbah Cair, Baku Mutu Udara
Ambient dan Emisi serta Baku Tingkat Gangguan Kegiatan yang
Beroperasi di Propinsi Sulawesi Selatan. Lampiran 30 Tentang
Baku Mutu Udara Ambient Sektor Perumahan.
c) Banyaknya masyarakat mengalami gangguan kesehatan;
ii. Upaya Pemantauan Lingkungan
a) Kemacetan lalulintas dipantau dengan metode :
40
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

 Melakukan pengamatan volume lalulintas dan waktu tempuh


kendaraan dalam jarak tertentu kemudian dianalisis dengan
menggunakan rumus matematik yang baku.
b) Kualitas udara dan Kebisingan dipantau dengan metode :
 Kualitas udara; Dilakukan dengan cara pengambilan sample
dilapangan menggunakan gas sampler kemudian dianalisis
dilaboratorium dengan menggunakan spektrofotometer. Analisis
data dilakukan secara deskriptif dengan membandingkan baku
mutu yang dipersyaratkan berdasarkan Keputusan Gubernur
Sulawesi Selatan No.14 Tahun 2003, tentang Pengelolaan,
Pengendalian Pencemaran Air, Udara, Penetapan Baku Mutu
Limbah Cair, Baku Mutu Udara Ambient dan Emisi serta Baku
Tingkat Gangguan Kegiatan yang Beroperasi di Propinsi
Sulawesi Selatan. Lampiran 30 Tentang Baku Mutu Udara
Ambient Sektor Perumahan.
 Kebisingan; Dilakukan dengan cara pengukuran langsung
tingkat kebisingan dilapangan dengan menggunakan Sound
Level Meter. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan
membandingkan baku mutu lingkungan yang dipersyaratkan
berdasarkan Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No.14
Tahun 2003, tentang Pengelolaan, Pengendalian Pencemaran
Air, Udara, Penetapan Baku Mutu Limbah Cair, Baku Mutu
Udara Ambient dan Emisi serta Baku Tingkat Gangguan
Kegiatan yang Beroperasi di Propinsi Sulawesi Selatan.
Lampiran 30 Tentang Baku Mutu Udara Ambient Propinsi
(Sektor Perumahan).
c) Derajat Kesehatan Masyarakat; dipantau dengan metode :
 Melakukan pengamatan langsung dan wawancara dengan
masyarakat dan selanjutnya data tersebut dikomparasi dengan
pola penyakit masyarakat pada Puskesmas Caile dan RSUD
Sultan Daeng Raja. Metode analisis yang digunakan adalah
deskriptip kuantitatif.
41
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

iii. Waktu dan Lokasi Pemantauan Lingkungan


a) Pelaksanaan pemantauan lingkungan dilakukan 2 (dua) kali yaitu
selama kegiatan pengangkutan bahan dan material pada tahap
konstruksi.
b) Lokasi pemantauan lingkungan yaitu pada lokasi pembangunan
perumahan dan sekitarnya.
3. Pembangunan Bangunan Perumahan
i. Paremeter Lingkungan Yang Dipantau
a) Penurunan kualitas udara; Parameter kualitas udara yaitu; Sulfur
Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO 2),
(O3), Timah Hitam (Pb), Partikel (TSP) dan Kebisingan dengan
tolok ukur dampak adalah mengacu pada Keputusan Gubernur
Sulawesi Selatan No.14 Tahun 2003, tentang Pengelolaan,
Pengendalian Pencemaran Air, Udara, Penetapan Baku Mutu
Limbah Cair, Baku Mutu Udara Ambient dan Emisi serta Baku
Tingkat Gangguan Kegiatan yang Beroperasi di Propinsi Sulawesi
Selatan. Lampiran 30 Tentang Baku Mutu Udara Ambient Sektor
Perumahan. Estetika; Penurunan nilai keindahan pada lokasi tapak
proyek pembangunan Perumahan Griya Adi Sanjaya
b) Kesehatan dan keselamatan kerja; Jumlah tenaga kerja/buruh
bangunan yang terganggu derajat kesehatannya dan jumlah
tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja
ii. Upaya Pemantauan Lingkungan
a) Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan dipantau
dengan metode :
 Kualitas udara; Dilakukan dengan cara pengambilan sampel
dilapangan menggunakan gas sampler kemudian dianalisis
dilaboratorium dengan menggunakan spektrofotometer. Analisis
data dilakukan secara deskriptif dengan membandingkan baku
mutu yang dipersyaratkan berdasarkan Keputusan Gubernur
Sulawesi Selatan No.14 Tahun 2003, tentang Pengelolaan,
Pengendalian Pencemaran Air, Udara, Penetapan Baku Mutu
42
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

Limbah Cair, Baku Mutu Udara Ambient dan Emisi serta Baku
Tingkat Gangguan Kegiatan yang Beroperasi di Propinsi
Sulawesi Selatan. Lampiran 30 Tentang Baku Mutu Udara
Ambient Sektor Perumahan.
 Kebisingan; Dilakukan dengan cara pengukuran langsung
tingkat kebisingan dilapangan dengan menggunakan Sound
Level Meter. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan
membandingkan baku mutu lingkungan yang dipersyaratkan
berdasarkan Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No.14
Tahun 2003, tentang Pengelolaan, Pengendalian Pencemaran
Air, Udara, Penetapan Baku Mutu Limbah Cair, Baku Mutu
Udara Ambient dan Emisi serta Baku Tingkat Gangguan
Kegiatan yang Beroperasi di Propinsi Sulawesi Selatan.
Lampiran 30 Tentang Baku Mutu Udara Ambient Sektor
Perumahan.

b) Estetika dipantau dengan metode :


 Melakukan pengamatan langsung dilapangan dan wawancara
pada masyarakat dengan menggunakan kuesioner dan tabulasi
silang yang dilanjutkan dengan analisis deskriptif.
c) Kesehatan dan keselamatan kerja dipantau dengan metode :
 Melakukan pengamatan langsung dilapangan dan wawancara
pada masyarakat dengan menggunakan kuesioner dan tabulasi
silang yang dilanjutkan dengan analisis deskriptif.
iii. Waktu dan Lokasi Pemantauan Lingkungan
a) Pelaksanaan pemantauan lingkungan dilakukan 2 (dua) kali yaitu
selama kegiatan konstruksi bangunan yaitu pada awal dan akhir
tahap konstruksi.
b) Lokasi pemantauan lingkungan yaitu pada lokasi pembangunan
Perumahan Griya Adi Sanjaya.
43
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

4. Pembangunan infrastruktur (jalan, drainase, sumur bor, jaringan listrik).


i. Paremeter Lingkungan Yang Dipantau
a) Penurunan kualitas udara; Parameter kualitas udara yaitu; Sulfur
Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO 2),
(O3), Timah Hitam (Pb), Partikel (TSP) dan Kebisingan dengan
tolok ukur dampak adalah mengacu pada Keputusan Gubernur
Sulawesi Selatan No.14 Tahun 2003, tentang Pengelolaan,
Pengendalian Pencemaran Air, Udara, Penetapan Baku Mutu
Limbah Cair, Baku Mutu Udara Ambient dan Emisi serta Baku
Tingkat Gangguan Kegiatan yang Beroperasi di Propinsi Sulawesi
Selatan. Lampiran 30 Tentang Baku Mutu Udara Ambient Sektor
Perumahan.
b) Estetika; Penurunan nilai keindahan pada lokasi tapak proyek
pembangunan Perumahan Griya Adi Sanjaya
c) Kesehatan dan keselamatan kerja; Jumlah tenaga kerja/buruh
bangunan yang terganggu derajat kesehatannya dan jumlah
tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja
ii. Upaya Pemantauan Lingkungan
a) Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan dipantau
dengan metode :
 Kualitas udara; Dilakukan dengan cara pengambilan sampel
dilapangan menggunakan gas sampler kemudian dianalisis
dilaboratorium dengan menggunakan spektrofotometer. Analisis
data dilakukan secara deskriptif dengan membandingkan baku
mutu yang dipersyaratkan berdasarkan Keputusan Gubernur
Sulawesi Selatan No.14 Tahun 2003, tentang Pengelolaan,
Pengendalian Pencemaran Air, Udara, Penetapan Baku Mutu
Limbah Cair, Baku Mutu Udara Ambient dan Emisi serta Baku
Tingkat Gangguan Kegiatan yang Beroperasi di Propinsi
Sulawesi Selatan. Lampiran 30 Tentang Baku Mutu Udara
Ambient Sektor Perumahan.

44
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

 Kebisingan; Dilakukan dengan cara pengukuran langsung


tingkat kebisingan dilapangan dengan menggunakan Sound
Level Meter. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan
membandingkan baku mutu lingkungan yang dipersyaratkan
berdasarkan Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No.14
Tahun 2003, tentang Pengelolaan, Pengendalian Pencemaran
Air, Udara, Penetapan Baku Mutu Limbah Cair, Baku Mutu
Udara Ambient dan Emisi serta Baku Tingkat Gangguan
Kegiatan yang Beroperasi di Propinsi Sulawesi Selatan.
Lampiran 30 Tentang Baku Mutu Udara Ambient Sektor
Perumahan.
b) Estetika dipantau dengan metode :
 Melakukan pengamatan langsung dilapangan dan wawancara
pada masyarakat dengan menggunakan kuesioner dan tabulasi
silang yang dilanjutkan dengan analisis deskriptif.
c) Kesehatan dan keselamatan kerja dipantau dengan metode :
 Melakukan pengamatan langsung dilapangan dan wawancara
pada masyarakat dengan menggunakan kuesioner dan tabulasi
silang yang dilanjutkan dengan analisis deskriptif.
iii. Waktu dan Lokasi Pemantauan Lingkungan
a) Pelaksanaan pemantauan lingkungan dilakukan 2 (dua) kali yaitu
selama kegiatan konstruksi bangunan yaitu pada awal dan akhir
tahap konstruksi.
b) Lokasi pemantauan lingkungan yaitu pada lokasi pembangunan
Perumahan Griya Adi Sanjaya.
c. Tahap Operasional:
1. Demolisasi Peralatan dan pembenahan akhir.
i. Paremeter Lingkungan Yang Dipantau
a) Seringnya terjadinya gangguan transportasi;
b) Banyaknya masyarakat mengalami gangguan kesehatan;
c) Penurunan kualitas udara; Parameter kualitas udara yaitu; Sulfur
Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2),
45
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

(O3), Timah Hitam (Pb), Partikel (TSP) dan Kebisingan dengan


tolok ukur dampak adalah mengacu pada Keputusan Gubernur
Sulawesi Selatan No.14 Tahun 2003, tentang Pengelolaan,
Pengendalian Pencemaran Air, Udara, Penetapan Baku Mutu
Limbah Cair, Baku Mutu Udara Ambient dan Emisi serta Baku
Tingkat Gangguan Kegiatan yang Beroperasi di Propinsi Sulawesi
Selatan. Lampiran 30 Tentang Baku Mutu Udara Ambient Sektor
Perumahan.
d) Estetika; Peningkatan nilai keindahan pada lokasi tapak proyek
pembangunan Perumahan Griya Adi Sanjaya
e) Kesehatan dan keselamatan kerja; Jumlah tenaga kerja/buruh
bangunan yang terganggu derajat kesehatannya dan jumlah
tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja.
ii. Upaya Pemantauan Lingkungan
a) Kemacetan lalulintas dipantau dengan metode :
 Melakukan pengamatan volume lalulintas dan waktu tempuh
kendaraan dalam jarak tertentu kemudian dianalisis dengan
menggunakan rumus matematik yang baku.
b) Derajat Kesehatan Masyarakat; dipantau dengan metode :
 Melakukan pengamatan langsung dan wawancara dengan
masyarakat dan selanjutnya data tersebut dikomparasi dengan
pola penyakit masyarakat pada Puskesmas Caile dan RSUD
Sultan Daeng Raja. Metode analisis yang digunakan adalah
deskriptip kuantitatif.
c) Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan dipantau
dengan metode :
 Kualitas udara; Dilakukan dengan cara pengambilan sample
dilapangan menggunakan gas sampler kemudian dianalisis
dilaboratorium dengan menggunakan spektrofotometer. Analisis
data dilakukan secara deskriptif dengan membandingkan baku
mutu yang dipersyaratkan berdasarkan Keputusan Gubernur
Sulawesi Selatan No.14 Tahun 2003, tentang Pengelolaan,
46
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

Pengendalian Pencemaran Air, Udara, Penetapan Baku Mutu


Limbah Cair, Baku Mutu Udara Ambient dan Emisi serta Baku
Tingkat Gangguan Kegiatan yang Beroperasi di Propinsi
Sulawesi Selatan. Lampiran 30 Tentang Baku Mutu Udara
Ambient Sektor Perumahan.
 Kebisingan; Dilakukan dengan cara pengukuran langsung
tingkat kebisingan dilapangan dengan menggunakan Sound
Level Meter. Analisis data dilakukan secara deskripti dengan
membandingkan baku mutu lingkungan yang dipersyaratkan
berdasarkan Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No.14
Tahun 2003, tentang Pengelolaan, Pengendalian Pencemaran
Air, Udara, Penetapan Baku Mutu Limbah Cair, Baku Mutu
Udara Ambient dan Emisi serta Baku Tingkat Gangguan
Kegiatan yang Beroperasi di Propinsi Sulawesi Selatan.
Lampiran 30 Tentang Baku Mutu Udara Ambient Sektor
Perumahan.
d) Estetika dipantau dengan metode :
 Melakukan pengamatan langsung dilapangan dan wawancara
pada masyarakat dengan menggunakan kuesioner dan tabulasi
silang yang dilanjutkan dengan analisis deskriptif.
 Kesehatan dan keselamatan kerja dipantau dengan metode :
 Melakukan pengamatan langsung dilapangan dan wawancara
pada masyarakat dengan menggunakan kuesioner dan tabulasi
silang yang dilanjutkan dengan analisis deskriptif.
iii. Waktu dan Lokasi Pemantauan Lingkungan
a) Pelaksanaan pemantauan lingkungan dilakukan setiap saat selama
kegiatan finishing. Pelaporan minimal 2 (dua) kali setahun yaitu
selama kegiatan konstruksi Perumahan Griya Adi Sanjaya.
b) Lokasi pemantauan lingkungan yaitu pada lokasi tapak proyek
pembangunan Perumahan Griya Adi Sanjaya.
2. Pengoperasian Perumahan dan Pengoperasian Sarana Infrastruktur
i. Paremeter Lingkungan Yang Dipantau
47
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

a) Penurunan estetika dan sanitasi lingkungan perumahan; Ruang


terbuka hijau/taman dan fasilitas pembuangan sampah.
b) Penurunan kualitas air; Saluaran pembuangan (drainase) yang
ada dalam lokasi kompeleks perumahan dengan Parameter
kualitas Limbah cair yaitu; parameter Fisika berupa Temperatur
(Suhu), Residu Terlarut, dan Residu Tersuspensi. Parameter Kimia
Anorganik seperti pH, BOD5, COD, DO, Total Fosfat sebagai P,
NO3 sebagai N, NH3-N, Arsen (As), Kobalt, Barium, Boron,
Selenium, Cadmium, Krom Valensi 6 (Cr +6), Tembaga, Besi (Fe),
Timbal, Mangan (Mg), Air Raksa (Hg), Seng (Zn), Klorida (Cl),
Sianida (Cn), Flourida (F), Nitrit sebagai N, dan Sulfat (SO4),
Khlorin Bebas, Belerang Sebagai (H2S). Parameter Kimia Organik
seperti minyak dan lemak dengan tolok ukur dampak adalah
mengacu pada Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No.14
Tahun 2003, tentang Pengelolaan, Pengendalian Pencemaran Air,
Udara, Penetapan Baku Mutu Limbah Cair, Baku Mutu Udara
Ambient dan Emisi serta Baku Tingkat Gangguan Kegiatan yang
Beroperasi di Propinsi Sulawesi Selatan.
c) Gangguan transportasi; Frekuensi kemacetan lalulintas akibat
peningkatan kendaraan bermotor baik roda empat maupun roda
dua pada jalan Polewali Raya oleh penghuni atau pengunjung
kompleks Perumahan Griya Adi Sanjaya.
ii. Upaya Pemantauan Lingkungan
a) Penurunan estetika dan sanitasi lingkungan perumahan dipantau
dengan metode :
 Melakukan pengamatan langsung dilapangan dangan melihat
fasilitas lingkungan yang dimiliki oleh tapak proyek.
b) Penurunan kualitas air dipantau dengan metode :
 Melakukan pengamatan langsung dilapangan dangan melihat
fasilitas lingkungan yang dimiliki oleh tapak proyek dan
melakukan pengujian limbah cair di laboratorium penguji.
c) Gangguan transportasi dipantau dengan metode :
48
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

 Melakukan pengamatan volume lalulintas dan waktu tempuh


kendaraan dalam jarak tertentu kemudian dianalisis dengan
menggunakan rumus matematik yang baku.
iii. Waktu dan Lokasi Pemantauan Lingkungan
a) Pelaksanaan pemantauan lingkungan dilakukan setiap saat
pelaporan minimal 2 (dua) kali setahun yaitu selama kegiatan
operasional Perumahan Griya Adi Sanjaya.
b) Lokasi pemantauan lingkungan yaitu pada lokasi tapak proyek
pembangunan Perumahan Griya Adi Sanjaya.

V. TANDA TANGAN DAN CAP


Demikianlah Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) pembangunan Perumahan Griya Adi
Sanjaya di buat dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Telah memperbaiki dokumen ini sesuai dengan saran dan masukan dari perserta
rapat koordinasi pembahasan Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) pembangunan
Perumahan Griya Adi Sanjaya.
2. Melaksanakan ketertiban umum dan senantiasa membina hubungan baik
dengan tetangga sekitar.
3. Menjaga kesehatan, kebersihan dan keindahan di lingkungan usaha.
4. Bertanggung jawab terhadap kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan yang
diakibatkan oleh usaha dan/atau kegiatan tersebut
5. Bersedia dipantau dampak lingkungan dari usaha dan/atau kegiatannya oleh
pejabat yang berwenang.
6. Menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup dilokasi dan
disekitar tempat usaha dan/atau kegiatan.
7. Apabila kami lalai untuk melaksanakan pernyataan pada poin 1sampai poin 6 di
atas, kami bersedia bertanggung jawab sesuaidengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
49
(UKL-UPL) PERUMAHAN GRIYA ADI SANJAYA

Bulukumba, 10 Januari 2011


CV. ADI SANJAYA

H. SUPRIADI
(Direktur)

50

Anda mungkin juga menyukai