Anda di halaman 1dari 14

Review Master Plan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tahun

Bitung 2.000 Ha 2017

BAB - 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Selepas krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 dan 2009,
pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menurun secara persisten. Sempat
menikmati pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen secara berturut-turut di tahun
2010-2012, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menurun hingga di bawah 5
persen di tahun 2015. Total ekspor Indonesia sampai dengan akhir triwulan III
tahun 2016 sebesar USD104,4 miliar, mengalami penurunan sebesar 9,4 persen
jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2015. Hal ini sejalan nilai
impor Indonesia secara total adalah sebesar USD98.693,4 juta atau menurun
sebesar 8,6 persen (YoY). Sementara itu, cadangan devisa Indonesia pada
triwulan III tahun 2016 mencapai sebesar USD115,7 miliar atau setara dengan
8,5 bulan impor.
Tren perlambatan pertumbuhan industri manufaktur yang terjadi
semenjak tahun 2011 menyebabkan penurunan kontribusi sektor manufaktur
terhadap PDB Indonesia sehingga hanya mencapai 18,9 persen pada Triwulan III
ini--manufaktur non migas sebesar 17,8 persen dan manufaktur migas sebesar
2,1 persen. Secara kumulatif, sampai dengan 9 bulan pertama tahun ini,
kontribusi sektor manufaktur mencapai sebesar 20,4 persen (migas dan non-
migas) (Bappenas, 2016). Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh subsektor
makanan minuman; industri kulit; dan industri mesin dan perlengkapan yang

LAPORAN AKHIR 1-1


Review Master Plan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tahun
Bitung 2.000 Ha 2017

tumbuh sebesar 8,55 persen, 8,53 persen, dan 7,97 persen. Hal tersebut
menunjukkan jika pertumbuhan industri manufaktur masih didorong oleh
industri yang berbasis konsumsi dalam negeri. Terdapat tiga subsektor yang
memiliki pertumbuhan negative, yaitu industri karet (-9,36 persen), industri
pengolahan lainnya (-2,34 persen) dan industri tekstil (-0,73 persen). Industri
tekstil Indonesia merupakan salah satu industri yang mengandalkan pasar
ekspor, sehingga belum pulihnya kondisi ekonomi dunia masih menjadi
penyebab pertumbuhan yang negatif. Selain itu, Indonesia tidak memiliki
perjanjian perdagangan bebas dengan negara maju, seperti yang dilakukan oleh
Vietnam dan Bangladesh, sehingga membuat produk tekstil Indonesia kalah
dengan produk tekstil dari negara tersebut.
Nilai ekspor produk industri pada Triwulan III 2016 mencapai USD 26,1
miliar. Jumlah tersebut menurun sebesar 0,9 persen dibandingkan Triwulan III
pada tahun 2015 (YoY). Penurunan ekspor tersebut sejalan dengan masih belum
membaiknya kondisi perekonomian dan perdagangan dunia. Menurut laporan
yang dirilis oleh Bank Indonesia, perlambatan ekspor yang dialami oleh sektor
manufaktur merupakan yang paling kecil dibandingkan dengan sektor pertanian
dan pertambangan. Produk kimia, logam dasar, dan semen menjadi produk
manufaktur yang mengalami pertumbuhan yang positif diantara produk
manufaktur lainnya dengan nilai ekspor masing-masing USD842 juta, USD1,9
milyar, dan USD24,3 juta dan pertumbuhan sebesar 17, 7,3, dan 17,5 persen.
Pemerintah pusat telah mengembangkan suatu konsep percepatan
pembangunan di Indonesia yang disebut MP3EI (Master Plan Percepatan
Pembangunan Ekonomi Indonesia), yang secara umum bertujuan untuk
mendorong peningkatan nilai tambah Sektor-sektor unggulan ekonomi,
pembangunan infrastruktur dan energy serta pembangunan SDM dan IPTEK di
Indonesia. Dimana strategi dalam program jangka pendek akan dilakukan
sejumlah perbaikan iklim investasi melalui Debottlenecking, regulasi, pemberian
Insentif maupun percepatan pembangunan Infrastruktur yang di butuhkan oleh
para pelaku ekonomi. Di dalam MP3EI ini telah ditetapkan 8 Program utama, dan
22 Kegiatan Ekonomi Utama, selain itu juga telah ditetapkan 6 Koridor Ekonomi
sebagai Pusat-pusat Pertumbuhan yang diharapkan dapat mendorong
Perkembangan Ekonomi di seluruh wilayah Nusantara. Salah satu diantara
keenam koridor Ekonomi di maksud adalah Koridor Ekonomi Sulawesi. Dengan

LAPORAN AKHIR 1-2


Review Master Plan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tahun
Bitung 2.000 Ha 2017

tema pokok “pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan,


perikanan, migas dan pertambangan Nasional”.
Salah satu provinsi yang masuk dalam koridor ekonomi Sulawesi adalah
Provinsi Sulawesi Utara. Hal ini didukung oleh kondisi geografis/geostrategis
Provinsi Sulawesi Utara yang unggul antara lain (1) terletak atau dilintasi oleh 2
(dua) Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang sangat penting dan strategis
yakni ALKI 2 Jalur laut Internasional lewat selat Bali dan ALKI 3 Jalur Laut
Internasional lewat Laut Banda. (2) Provinsi Sulawesi Utara sebagai pintu
gerbang Indonesia di Kawasan Asia Pacific melalui pengembangan Multi Gate
Sistem dengan konsep pengembanagan antara lain menjadikan Pelabuhan
Samudra Bitung dan Bandara Sam Ratulangi menjadi Internasional Hub Port
(IHP) yang berfungsi sebagai Cargo Consolidation Centre (CCC) dan Cargo
Distribution Centre (CDC). (3) Terdapatnya peluang yang timbul karena
implementasi masyarakat Ekonomi Asean 2015 dan Free trade dengan China
tahun 2017.
Di Provinsi Sulawesi Utara telah ada Kawasan Ekonomi Khusus Bitung,
yang telah ditetapkan Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2014
pada tanggal 16 Mei 2014. Pengembangan KEK Bitung difokuskan pada Kegiatan
utama berupa industri pengolahan perikanan, industri pengolahan kelapa dan
industri farmasi, dengan kegiatan pendukungnya berupa pengadaan/ penyiapan
Logistik terkait.
Keunggulan geoekonomi antara lain lokasi strategis sebagai pusat
pertumbuhan serta pusat distribusi barang dan penunjang logistik di kawasan
timur Indonesia serta memiliki akses internasional khususnya ke BIMP-EAGA,
AIDA, Asia Timur, dan Pasifik. Selain itu, lokasi yang diusulkan berdekatan
dengan rencana pengembangan International Hub Port (IHP) yang memiliki
pelabuhan alam yang dalam. Lokasi tersebut juga sangat strategis untuk industri
pengolahan perikanan di mana Sulawesi adalah salah satu penghasil ikan
terbesar di Indonesia yang mampu memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan salah satu eksportir ikan
terbesar di Indonesia. Lokasi yang diusulkan didukung oleh ketersediaan potensi
sumber daya air yang memadai.
Keunggulan geostrategis antara lain konsep pengembangan Kawasan
Ekonomi Khusus Bitung telah terintegrasi dengan konsep pengembangan
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Manado – Bitung,

LAPORAN AKHIR 1-3


Review Master Plan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tahun
Bitung 2.000 Ha 2017

pengembangan jaringan jalan tol Manado – Bitung, dan pengembangan IHP


Bitung. Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dan Pemerintah Kota Bitung
memiliki komitmen dalam pengembangan iklim investasi di daerah melalui
pembentukan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).
Menyadari potensi dan perkembangan ekonomi Sulawesi Utara kedepan,
maka Penyusunan Master Plan KEK Bitung telah dilakukan 2 tahap sebelumnya
meliputi Master Plan KEK Bitung 92,96 Ha, Master Plan KEK Bitung 534 Ha, dan
utuk tahap ke tiga ini mencakup pengembangan wilayah KEK menjadi + 2.000 Ha.
Pembangunan Master Plan KEK Bitung tahap I pernah direncanakan meliputi
area 92,96 Ha. Lahan seluas ini telah dikuasai pemerintah dan dikelola oleh PT.
Bitung Intranusa dengan status HPL. Namun hal pengelolaan yang dimiliki oleh
PT. Bitung Intranusa telah berakhir lama. Setelah itu terdapat studi pada Tahun
2008 oleh Kementerian Perindustrian untuk menyusun KEK Bitung berdasarkan
studi kelayakan potensi pengembangan industri dengan memperhitungkan
potensi sumber daya alam lokal yang, selanjutnya disebut Master Plan KEK
Bitung Tahap II dengan luas 512 Ha. Berdasarkan kajian yang lebih mendalam
kemudian ditetapkan Master Plan KEK Bitung dengan melalui PP No. 32 Tahun
2014 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Bitung dengan luasan 534 Ha.
Pada Tahun 2015 terdapat studi kelayakan yang dilakukan oleh China
Communications Construction Company (CCCC). Hasil studi kelayakan ini
berdasarkan hasil analisa potensi sumber daya alam, pasar dan investasi
membutuhkan lahan KEK seluas lebih kurang 2.000 Ha, termasuk di dalamnya
kawasan-kawasan yang telah direncanakan pengembangannya yang dimaksud di
dalam PP No.32 Tahun 2014. Maka diperlukan pengembangan/review master
plan yang sudah ada. Dengan demikian, Perencanaan Masterplan kali ini tidak
dapat dipisahkan dari master plan yang sudah ada sebelumnya dan oleh karena
itu kegiatan perencanaan master plan pada tahap ini adalah review masterplan
KEK Bitung.

1.2. MAKSUD, TUJUAN, SASARAN


Maksud dilaksanakannya kegiatan Review Master Plan Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) Bitung 2.000 Ha ini untuk melakukan kajian, analisis dan rencana
ulang terhadap dokumen-dokumen Master Plan dan dokumen perencanaan
lainnya terkait dengan KEK Bitung dan sekitarnya dalam rangka mewujudkan
sinergitas antar kebijakan, program dan kegiatan sektoral maupun kewilayahan,

LAPORAN AKHIR 1-4


Review Master Plan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tahun
Bitung 2.000 Ha 2017

baik yang dilakukan oleh para pemangku kepentingan tingkat nasional, provinsi,
maupun kabupaten dan kota di Kota Bitung dan sekitarnya yaitu Kabupaten
Minahasa Utara, Kabupaten Minahasa dan Kota Manado serta daerah lainnya di
Sulawesi Utara, yang relevan dengan usaha pengembangan agroindustri dan
industri pertambangan, yang juga meningkatkan daya saing terutama dalam
memasok pasar produk olahan komoditi agro untuk pemenuhan kebutuhan
pangan rakyat Indonesia.
Tujuan penyusunan Review Master Plan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Bitung 2.000 Ha adalah untuk:
a. Melakukan kajian dan analisis ulang dan menyusun ulang rencana induk
(master plan) KEK Bitung terhadap produk Master Plan KEK Bitung terdahulu
dan dokumen-dokumen perencanaan terkait KEK Bitung lainnya;
b. Merumuskan pengaturan rencana struktur ruang, rencana penggunaan lahan
zona inti dan zona pendukung, rencana jaringan dan distribusi sarana dan
prasarana, rencana identitas kawasan, rencana intensitas bangunan dan
rencana penyebaran fasilitas dan utilitas umum;
c. Menata KEK Bitung yang produktif, aman, lancar, nyaman dan ekologis secara
berkelanjutan, untuk mendukung industri dan perdagangan yang berbasis
pada usaha agro dan pertambangan.
Sasaran kegiatan penyusunan Review Master Plan Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) Bitung 2.000 Ha adalah:
a. Tersusunnya Masterplan KEK Bitung, dengan substansi utamanya adalah
zonasi, blok plan, rencana intensitas bangunan, rencana jaringan sarana dan
prasarana serta panduan pengaturan ruang dan bangunannya, serta
pentahapan pembangunannya, sesuai dengan perkembangan kawasan yang
ada;
b. Tersusunnya business plan baik agrobisnis, dan agroindustri dalam suatu
kawasan KEK Bitung yang terpadu dalam aspek simpul transportasi laut,
transportasi udara, dan transportasi darat termasuk kereta api, pelabuhan,
terminal truk, peti kemas, dan pergudangan;
c. Tersusunya pengembangan wilayah KEK Bitung, sesuai regulasi yang ada
berdasarkan pengembangan wilayah seluas + 2.000 Ha;
d. Tersusunnya Indikasi Program;
e. Review Masterplan KEK Bitung yang berisi site plan terskala.

LAPORAN AKHIR 1-5


Review Master Plan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tahun
Bitung 2.000 Ha 2017

1.3. PERMASALAHAN
Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan penyusunan Review Master
Plan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung 2.000 Ha adalah:
a. Produk Master Plan KEK Bitung pertama dengan luas 92,96 Ha dan Master
Plan KEK Bitung Tahap II dengan luas 534 Ha telah lama disusun dan tidak
sesuai dengan perkembangan kegiatan industri, perdagangan dan
perkembangan kawasan lokasi rencana KEK yang terjadi saat ini..
b. Belum terintegrasinya jaringan transportasi darat, laut dan udara sebagai
tulang punggung pengembangan KEK Bitung 2.000 Ha.
c. Belum adanya business plan sektor utama berupa industri pengolahan
perikanan, industri pengolahan kelapa dan industri farmasi yang terpadu
dengan transportasi laut, transportasi udara, dan transportasi darat termasuk
kereta api, pelabuhan, terminal truk, peti kemas, dan pergudangan.

1.4. DASAR HUKUM


Dasar hukum yang mendukung dilaksanakannya kegiatan Review Master
Plan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung 2.000 Ha adalah:
1. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;
2. Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
3. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
4. Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus;
5. Undang-undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
6. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan di Daerah;
7. Undang-Undang RI Nomor 09 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan di Daerah;
8. Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 2007 dan Undang-Undang RI Nomor 01
Tahun 2017 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 02 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus;

LAPORAN AKHIR 1-6


Review Master Plan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tahun
Bitung 2.000 Ha 2017

11. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus;
12. Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2014 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Bitung;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 96 tahun 2015 tentang Fasilitas dan
Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 142 tahun 2015 tentang Kawasan Industri;
15. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Kebijakan Industri
Nasional;
16. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2010 tentang Dewan Nasional dan
Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus;
17. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden No. 33 Tahun 2010 tentang Dewan Nasional dan Dewan Kawasan
Kawasan Ekonomi Khusus;
18. Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Kebijakan
Pembangunan Sistem Logistik Nasional;
19. Keputusan Presiden Nomor 08 Tahun 2010 tentang Dewan Nasional Kawasan
Ekonomi Khusus;
20. Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2015 tentang Dewan Kawasan
Kawasan Ekonomi Khusus Provinsi Sulawesi Utara;
21. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 40/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai;
22. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomot 07 tahun 2011
tentang Pedoman Pengusulan Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus;
23. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomot 08 tahun 2011
tentang Pedoman Evaluasi Usulan Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus;
24. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomot 10 tahun 2016
tentang Bidang Usaha yang merupakan Kegiatan Utama di Kawasan Ekonomi
Khusus;
25. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 17/PERMEN-KP/2013
tentang Perizinan Reklamasi Di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;
26. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 – 2034;

LAPORAN AKHIR 1-7


Review Master Plan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tahun
Bitung 2.000 Ha 2017

27. Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 11 Tahun 2013 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Bitung Tahun 2013 – 2033;
28. Peraturan Daerah Kabupaten Minahasa Utara Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2013 – 2033.
29. Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2013 Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil Kota Bitung 2013-2014.

1.5. RUANG LINGKUP


1.5.1. Ruang Lingkup Lokasi
Pekerjaan Review Master Plan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung
2.000 Ha yang akan dilaksanakan ini, berlokasi di lahan peruntukan rencana
kawasan industri pada Kecamatan Matuari, Kota Bitung sesuai Peta Pola Ruang
RTRW Kota Bitung 2013-2033 dan lahan peruntukan rencana kawasan industri
pada Kecamatan Kauditan dan Kecamatan Kema sesuai dengan Peta Pola Ruang
RTRW Kabupaten Minahasa Utara 2013-2033 dengan luas perencanaan lebih
kurang 2.000 Ha yang mengintegrasikan KEK Bitung Tahap 1 seluas 92,96 Ha
dan KEK Bitung Tahap II dengan luas 534 Ha, dengan batasan-batasan lokasinya:
a. sebelah utara : berbatasan dengan Kelurahan Manembo-nembo,
Kecamatan Matuari, Kota Bitung;
b. sebelah timur : berbatasan dengan Selat Lembeh;
c. sebelah selatan : berbatasan dengan Selat Lembeh dan Kabupaten
Minahasa; dan
d. sebelah barat : berbatasan dengan Kecamatan Kauditan, Kabupaten
Minahasa Utara dan Kabupaten Minahasa.

LAPORAN AKHIR 1-8


Review Master Plan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tahun
Bitung 2.000 Ha 2017

Gambar 1.1. Ruang Lingkup Wilayah Studi Review Master Plan KEK Bitung 2.000 Ha

LAPORAN AKHIR 1-9


Review Master Plan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tahun
Bitung 2.000 Ha 2017

1.5.2. Ruang Lingkup Kegiatan


Ruang lingkup pekerjaan Review Master Plan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Bitung 2.000 Ha meliputi:
1) Tahapan perumusan karakteristik, potensi dan kendala apa saja yang perlu
dipertimbangkan untuk menentukan arah dan strategi pengembangan KEK
Bitung.
2) Tahapan Pemahaman Kebijaksanaan Sektor Terkait:
a) pemahaman kebijaksanaan perekonomian (internasional, nasional, pulau
Sulawesi, Provinsi Sulawesi Utara, kabupaten dan kota di wilayah
Provinsi Sulawesi Utara);
b) pemahaman kebijakan perwilayah komoditi Provinsi Sulawesi Utara dan
sekitarnya;
c) pemahaman kebijaksanaan perindustrian dan perdagangan (nasional,
Provinsi Sulawesi Utara, serta kabupaten dan kota di wilayah Provinsi
Sulawesi Utara);
d) pemahaman RTRWN, RTR Pulau Sulawesi dan, RTRWP Provinsi Sulawesi
Utara;
e) pemahaman RTRW Kota Bitung dan Kabupaten Minahasa Utara untuk
menyesuaikan penataan ruang di wilayah Bitung dan sekitarnya; dan
f) pemahaman RDTR, RTBL dan peraturan penataan ruang lainnya yang
mungkin ada dalam wilayah KEK Bitung.
3) Persiapan Survei Persiapan survei secara bertahap adalah sebagai berikut:
a) penyusunan daftar data yang akan dicari;
b) pembuatan format untuk pengumpulan data di lapangan;
c) pembuatan peta dasar pada wilayah yang akan distudi;
d) pembuatan program kerja survei di lapangan.
4) Tahapan Survei
a) Observasi fisik lapangan untuk mengenali karakteristik fisik wilayah
perencanaan secara komprehensif dan mengevaluasi mengenai kebijakan
struktur ruang dan pola ruangnya kalau sudah ada;
b) Mengumpulkan data penunjang yang diperlukan.
5) Tahap Kompilasi Data. Jenis data yang dikompilasikan meliputi:
a) Data keadaan fisik dasar: Keadaan topografi/kemiringan tanah, batimetri,
daya dukung lahan, sumber air bersih, sumber energi untuk wilayah
perencanaan KEK Bitung.

LAPORAN AKHIR 1-10


Review Master Plan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tahun
Bitung 2.000 Ha 2017

b) Data penggunaan ruang yang menggambarkan karakteristik penyebaran


bentuk-bentuk fisik buatan manusia meliputi:
- struktur ruang;
- pola ruang;
- arah pengembangan ruang;
- kawasan strategis yang relevan dengan KEK Bitung.
c) Data jaringan infrastruktur yang meliputi:
- jaringan prasarana transportasi darat dan penyeberangan;
- jaringan prasarana transportasi laut;
- jaringan prasarana transportasi udara.
- Data industri manufaktur yang telah ada:
- jenis
- besaran
- lokasi
d) Data sumber daya listrik, telepon dan air bersih:
- rencana pengembangan listrik
- rencana pengembangan telepon
- lokasi dan kandungan/debet sumber air bersih
e) Data kependudukan:
- jumlah, kepadatan dan distribusi
- tingkat pendapatan
- tingkat pendidikan
- struktur umur
- gender
- ketenagakerjaan
6) Analisis
Beberapa aspek yang perlu dianalisis adalah:
a) Pengembangan perekonomian Provinsi Sulut;
b) Perwilayahan komoditi dan sentra-sentra produksi wilayah Sulut dan
sekitarnya;
c) Pasar hasil produk manufaktur baik dalam negeri maupun luar negeri;
d) Perkembangan industri manufaktur di Sulut;
e) Sumber daya manusia;
f) Sistem perhubungan dan komunikasi;

LAPORAN AKHIR 1-11


Review Master Plan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tahun
Bitung 2.000 Ha 2017

g) Karakteristik daerah yang memungkinkan untuk pengembangan kawasan


industri dan perdagangan;
h) Eksisting tata guna lahan;
i) Status pemilikan dan harga lahan daerah pilihan alternatip
pengembangan KEK Bitung.
7) Strategi Pengembangan KEK:
Dalam penyusunan strategi pengembangan KEK Bitung ada beberapa aspek
yang perlu dijabarkan:
a) Jenis kawasan industri:
Ada beberapa jenis industri yang perlu ditentukan pengembangannya,
juga penzoningannya misalnya kawasan industri berikat, kawasan
kelompok industri sejenis, kawasan kelompok berbagai jenis industri,
kawasan industri satu jenis khusus, lingkungan permukiman industri,
dsb.
b) Sumber energi:
Strategi pengembangan listrik baik sebagai daya maupun pencahayaan.
Strategi pengadaan air bersih, baik dengan pemanfaatan jaringan yang
telah ada maupun kemungkinan pengadaan sumber air bersih baru.
Strategi pengembangan jaringan telepon dan komunikasi.
c) Sistem pengolahan limbah:
Sistem pengolahan limbah padat, cair maupun udara agar tidak
mengganggu kelestarian lingkungan hidup daerah sekitarnya.
d) Sistem transportasi:
Pengembangan prasarana, sarana, dan pengelolaan sistem transportasi
untuk pengangkutan bahan baku, bahan jadi, limbah, buruh dsb., baik
menggunakan lalu-lintas darat, laut maupun udara.
e) Sumber daya manusia:
Strategi peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam rangka
mengisi lapangan kerja sektor industri, terutama bagi masyarakat
setempat.

Lingkup aspek fisik dan non fisik yang dibahas di dalam studi meliputi:
1) Aspek Non Fisik sebagai berikut:
a) Business plan;

LAPORAN AKHIR 1-12


Review Master Plan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tahun
Bitung 2.000 Ha 2017

b) Perwilayahan komoditi dan sentra-sentra produksi wilayah Sulut dan


sekitarnya;
c) Pasar hasil produk industri, khususnya pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan dan peternakan;
d) Sumberdaya manusia sebagai petani, peternak dan pelaku usaha
agroindustri dan agrobisnis;
e) Regulasi kawasan;
2) Aspek Fisik sebagai berikut: pelabuhan, pergudangan, industri, kantor, RTH,
infrastruktur kawasan, dan fasilitas lainnya yang diperlukan untuk
optimalisasi fungsi KEK Bitung. Infrastruktur kawasan antara lain:
a) Sistem transportasi/ pergerakan barang dan penumpang di dalam dan
sekitar kawasan;
b) Sistem telepon, komunikasi dan arus informasi;
c) Sistem energi;
d) Sistem jaringan air bersih dan hydran kebakaran kawasan;
e) Sistem pengolahan limbah dan sampah.

1.6. SISTEMATIKA LAPORAN


Laporan Antara kegiatan Review Master Plan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Bitung 2.000 Ha disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Memuat latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, dasar hukum dan
lingkup kegiatan.

BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI EKSISTING


Terdiri dari gambaran peraturan tata ruang, kondisi eksisting fisik
perwilayahan, penggunaan lahan, kondisi eksisting kawasan KEK dan
sekitarnya, kondisi eksisting jaringan infrastruktur, potensi sumber
daya alam dan tenaga manusia, kondisi eksisting social dan ekonomi
kawasan serta kawasan rawan bencana.

BAB III METODOLOGI PENYUSUNAN MASTER PLAN KEK BITUNG


Menguraikan metode penyusunan Master Plan KEK, penyusunan
klasifikasi dan zona, kegiatan, pembentukan blok peruntukan,
penyusunan peraturan teknis zona, pengaturan tatanan massa dan
intensitasnya, pengaturan penyediaan infrastruktur, pengaturan

LAPORAN AKHIR 1-13


Review Master Plan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tahun
Bitung 2.000 Ha 2017

pemanfaatan kegiatan, persyaratan kegiatan, dampak pemanfaatan


ruang, proyeksi ekonomi dan keuangan, indikasi program dan
kelembagaan..

BAB IV ANALISA
Melakukan analisa kelayakan daya dukung dan daya tampung KEK
Bitung, analisa ekonomi dan kelembagaan kawasan.

BAB V KONSEP MASTER PLAN


Menguraikan konsep jaringan infrastruktur, konsep sirkulasi produksi
dan distribusi, dan pola pergerakan aktifitas, konsep zoning, konsep
blok plan, konsep koefisien bangunan, konsep RTH dan barrier, konsep
pengelolaan dan pengendalian lingkungan, dan konsep kelembagaan.

BAB VI MASTER PLAN


Menjelaskan rencana pembangunan KEK Bitung yang meliputi rencana
jaringan jalan, rencana orientasi pergerakan dan konektivitas kawasan,
rencana struktur ruang, rencana pola ruang, rencana intensitas
pemanfaatan lahan kawasan, rencana jaringan transportasi, rencana
drainase, rencana jaringan air bersih, rencana jaringan air limbah,
rencana jaringan persampahan, rencana jaringan energi, rencana RTH,
rencana reklamasi pantai, dan rencana pentahapan pembangunan.

BAB VII REKOMENDASIN TINDAK LANJUT


Menjelaskan rencana kegiatan yang seharusnya/ sebaiknya/
disarankan untuk dilakukan selanjutnya untuk mewujudkan Master
Plan yang telah direncanakan.

LAPORAN AKHIR 1-14

Anda mungkin juga menyukai