Anda di halaman 1dari 51

EDISI 02

BUKU SAKU DIGITAL NOVEMBER 2022

PERATURAN GUBERNUR NO. 31


TAHUN 2022 TENTANG RDTR
WP PROVINSI DKI JAKARTA
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan
Provinsi DKI Jakarta
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
tersusunnya Buku Saku Digital Peraturan Gubernur Nomor 31 Tahun
2022 tentang RDTR WP Provinsi DKI Jakarta ini. Buku ini disusun
berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan “Publikasi Peraturan
Gubernur Nomor 31 Tahun 2022 tentang Rencana Detail Tata
Ruang Wilayah Perencanaan Provinsi DKI Jakarta”.
Buku Saku Digital ini merupakan buku yang menjelaskan tentang
ringkasan muatan dalam Peraturan Gubernur Nomor 31 Tahun 2022
tentang Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Perencanaan Provinsi DKI
Jakarta. Buku Saku Digital ini memuat :

Delineasi Wilayah Perencanaan


Tujuan Penataan Wilayah Perencanaan
Rencana Struktur Ruang
Rencana Pola Ruang
Ketentuan Pemanfaatan Ruang
Peraturan Zonasi
Kelembagaan

Besar harapan kami agar buku ini dapat bermanfaat dan sesuai
dengan sasaran yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. Atas
bantuan dan saran-saran yang telah diberikan, maka kami ucapkan
terima kasih.

DKI Jakarta, November 2022

Tim Penyusun

2
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

DAFTAR ISI
A. Cover

B. Daftar Isi

C. Ruang Lingkup

D. Delineasi Wilayah Perencanaan

E. Tujuan Penataan Wilayah Perencanaan

F. Rencana Struktur Ruang

G. Rencana Pola Ruang

H. Ketentuan Pemanfaatan Ruang

I. Peraturan Zonasi

1. Aturan Dasar
a. Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan
b. Ketentuan Intensitas
c. Ketentuan Tata Bangunan
d. Ketentuan Prasarana Minimal
e. Ketentuan Khusus
f. Ketentuan Pelaksanaan
1) Strata Sub Zona Pemanfaatan Ruang di atas dan/atau
8)
di bawah Prasarana dan Sarana
2) Kegiatan Hunian Pemanfaatan ruang di bawah Jalur
9)
Variansi Tegangan Tinggi
3)
Pemanfaatan Ruang Pemanfaatan Ruang di atas dan/atau
10)
di bawah Permukaan Air
Pengalihan Hak
4) Pemanfaatan Ruang di bawah Jalan
Membangun (TDR) 11)
Layang
5) GSB Nol/Tanpa GSB Pemanfaatan Ruang di Kabupaten
12)
Administrasi Kepulauan Seribu
6) Bangunan Tertentu
13) Pemanfaatan Ruang Udara
Potensi Ruang
Terbuka Biru dan Pemanfaatan Ruang di belakang
7) 14)
Ruang Terbuka Tanggul Laut
Hijau 15) Pemanfaatan Ruang dalam Bumi

2. Teknik Pengaturan Zonasi (TPZ)


a. Zona Bonus
b. Zona Performa
c. Zona Ambang
d. Zona Khusus
e. Zona Pengendalian Pertumbuhan
f. Zona Pelestarian Cagar Budaya
g. Zona Intensitas Sangat Tinggi

J. Kelembagaan

K. Ketentuan Lain - Lain

3
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

Delineasi WP

Tujuan Penataan WP

Rencana Struktur Ruang


Ruang
Lingkup Rencana Pola Ruang
(Pasal 3)
Ketentuan Pemanfaatan Ruang

Peraturan Zonasi

Kelembagaan

DAFTAR ISI
4
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

DELINEASI WILAYAH PERENCANAAN Pasal 4 & 5

DELINEASI WILAYAH SUB WILAYAH PERENCANAAN


KECAMATAN
PERENCANAAN (Kota / Kabupaten Administrasi)

Kota Administrasi Jakarta Kota Administrasi Jakarta Kota Administrasi Jakarta


Pusat Utara Barat

a. Kec. Cempaka Putih a. Kec. Cilincing (KODBLK 9) a. Kec. Cengkareng (KODBLK


(KODBLK 1) 15)
b. Kec. Kelapa Gading
b. Kec. Gambir (KODBLK 2) (KODBLK 10) b. Kec. Grogol Petamburan
(KODBLK 16)
c. Kec. Johar Baru (KODBLK c. Kec. Koja (KODBLK 11)
3) c. Kec. Kalideres (KODBLK 17)
d. Kec. Pademangan (KODBLK
d. Kec. Kemayoran (KODBLK 12) d. Kec. Kebon Jeruk (KODBLK
4) 18)
e. Kec. Penjaringan (KODBLK
e. Kec. Menteng (KODBLK 5) 13) e. Kec. Kembangan (KODBLK
19)
f. Kec. Sawah Besar f. Kec. Tanjung Priok (KODBLK
(KODBLK 6) 14) f. Kec. Palmerah (KODBLK
20)
g. Kec. Senen (KODBLK 7)
g. Kec. Taman Sari (KODBLK
h. Kec.Tanah Abang (KODBLK 21)
8)
h. Kec. Tambora (KODBLK 22)

Kota Administrasi Jakarta Kota Administrasi Jakarta


Kabupaten Administrasi
Selatan Timur
a. Kec. Cilandak (KODBLK 23) a. Kec. Cakung (KODBLK 33) a. Kec. Kepulauan Seribu
Utara (KODBLK 45)
b. Kec. Jagakarsa (KODBLK b. Kec. Cipayung (KODBLK
24) 34) b. Kec. Kepulauan Seribu
Selatan (KODBLK 44)
c. Kec. Kebayoran Baru c. Kec. Ciracas (KODBLK 35)
(KODBLK 25)
d. Kec. Duren Sawit (KODBLK
d. Kec. Kebayoran Lama 36)
(KODBLK 26)
e. Kec. Jatinegara (KODBLK
e. Kec. Mampang Prapatan 37)
(KODBLK 27)
f. Kec. Kramatjati (KODBLK
f. Kec. Pancoran (KODBLK 28) 38)
g. Kec. Pasar Minggu g. Kec. Makasar (KODBLK 39)
(KODBLK 29)
h. Kec. Matraman (KODBLK
h. Kec. Pesanggrahan 40)
(KODBLK 30)
i. Kec. Pasar Rebo (KODBLK
i. Kec. Setiabudi (KODBLK 31) 41)
j. Kec. Tebet (KODBLK 32) j. Kec. Pulogadung (KODBLK
42)

DAFTAR ISI
5
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

a. Terciptanya pembangunan kota yang berorientasi transit dan digital

b. Terciptanya hunian yang layak huni dan berkeadilan, serta


lingkungan permukiman yang mandiri Pasal 6
TUJUAN
PENATAAN
c. Terwujudnya ruang dan pelayanan kota yang berketahanan dan
WILAYAH
terintegrasi dengan wilayah sekitar Bodetabekpunjur
PERENCANAAN
PROVINSI DKI
JAKARTA
d. Terciptanya penataan ruang yang mendukung peran DKI
Jakarta sebagai kota bisnis berskala global

e. Terwujudnya pengembangan pesisir, perairan dan Kepulauan


Seribu yang berkelanjutan dan berkeadilan

f. Terciptanya penataan ruang yang mendukung peran DKI Jakarta sebagai


pusat pemerintahan dan kebudayaan

DAFTAR ISI
6
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

RENCANA STRUKTUR RUANG Pasal 7 - 84

a. Pusat pelayanan
a. Pusat pelayanan kota
administrasi
b. Sub pusat pelayanan kota
pemerintahan
c. Pusat pelayanan lingkungan
b. Pusat pelayanan
a. Rencana Pengembangan sosial ekonomi
Pusat Pelayanan berbasis transit Jaringan Jalan
a. Jalan arteri primer
b. Jalan arteri sekunder
a. Jaringan jalan c. Jalan kolektor primer
b. Terminal d. Jalan kolektor sekunder
c. Jembatan e. Jalan lokal
d. Halte f. Jalan lingkungan
e. Jaringan jalur g. Jalan tol
b. Rencana Jaringan kereta api
Transportasi f. Stasiun kereta Terminal
api a. Terminal penumpang
g. Pelabuhan b. Terminal barang
h. Alur pelayaran Jembatan
bandar udara a. Jembatan kendaraan
b. Jembatan penyeberangan
orang
c. Jembatan penyeberangan
pesepeda

Halte
Halte bus
c. Rencana Jaringan Energi
Jaringan Jalur KA
a. Jaringan jalur kereta api
antar kota
a. Infrastruktur minyak dan gas bumi b. Jaringan jalur kereta api
b. Jaringan yang menyalurkan minyak dan gas bumi perkotaan.
c. Saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET)
Stasiun Kereta Api
d. Saluran udara tegangan tinggi (SUTT) a. stasiun penumpang besar;
e. Saluran kabel tegangan tinggi (SKTT) b. stasiun penumpang sedang;
f. Saluran kabel tegangan menengah (SKTM) c. stasiun penumpang kecil;
g. Saluran kabel tegangan rendah (SKTR) dan
h. Jaringan kabel listrik bawah laut d. stasiun operasi.
i. Gardu listrik
j. Infrastruktur pembangkit tenaga listrik Pelabuhan
a. Pelabuhan laut
b. Pelabuhan perikanan

Bandar Udara
Bandar udara pengumpul skala
pelayanan primer

DAFTAR ISI
7
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

RENCANA STRUKTUR RUANG Pasal 7 - 84


Jaringan Tetap
a. Jaringan serat optik
b. Jaringan telepon fixed line

Jaringan Bergerak Seluler


a. Jaringan tetap Menara base transceiver station
b. Jaringan (BTS)
d. Rencana Jaringan bergerak seluler
Telekomunikasi c. Jaringan Jaringan Bergerak Satelit
bergerak satelit Stasiun Bumi

Sistem Bangunan Pengendali Banjir


pengendalian a. SDEW
banjir b. Rumah pompa
e. Rencana Jaringan Sumber a. Bangunan c. Pintu air
Daya Air pengendalian d. Bangunan peresapan
banjir
b. Jaringan Bangunan Pengendali Banjir
pengendalian a. Sungai
banjir
b. Kanal

Bangunan Pengendali Banjir


f. Rencana Jaringan Drainase a. Saluran drainase
a. Sungai bertanggul
b. Daerah layanan
b. Sungai tidak bertanggul
c. Kanal
d. Kali
e. Saluran penghubung

Daerah Layanan
Suatu sistem yang secara
hidrogeologis terpisah dari
sekelilingnya baik secara
alamiah maupun buatan

a. Unit air baku


g. Rencana Jaringan Air Minum
b. Unit produksi
c. Unit distribusi
d. Unit pelayanan
e. Sumur
f. Terminal air

h. Rencana pengelolaan air


limbah dan pengelolaan a. SPALD setempat (SPALD-S)
limbah bahan berbahaya b. SPALD terpusat (SPALD-T)
dan beracun (B3)

DAFTAR ISI
8
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

RENCANA STRUKTUR RUANG Pasal 7 - 84

a. FPSA
b. TPS
c. TPS 3R
d. TPS Sampah B3 Rumah Tangga
i. Rencana Jaringan e. Bank sampah
Persampahan f. Sarana pengumpulan sampah.

a. Jalur evakuasi bencana


b. Tempat evakuasi
c. Jaringan pejalan kaki
d. Jalur sepeda
e. Fasilitas parkir perpindahan moda atau park and ride
j. Rencana Jaringan Prasarana f. Pengaman pantai
Lainnya g. Fasilitas selter moda transportasi berbasis daring

RENCANA POLA RUANG Pasal 85 - 87

Zona Lindung

1. Zona Badan Air (BA)


a. Sub Zona Badan Air (BA)

2. Zona Hutan Lindung (HL)


a. Sub Zona Hutan Lindung (HL)

3. Zona Ruang Terbuka Hijau (RTH)


a. Sub Zona Rimba Kota (RTH-1)
b. Sub Zona Taman Kota (RTH-2)
c. Sub Zona Taman Kecamatan (RTH-3)
d. Sub Zona Taman Kelurahan (RTH-4)
e. Sub Zona Taman RW (RTH-5)
f. Sub Zona Taman RT (RTH-6)
g. Sub Zona Pemakaman (RTH-7)
h. Sub Zona Jalur Hijau (RTH-8)

4. Zona Konservasi (KS)


a. Sub Zona Cagar Alam (CA)
b. Sub Zona Suaka Marga Satwa (SM)
c. Sub Zona Taman Nasional (TN)
d. Sub Zona Taman Wisata Alam (TWA)
e. Sub Zona Taman Pulau Kecil (TPK)

5. Zona Perlindungan Setempat (PS)


a. Sub Zona Perlindungan Setempat (PS)

6. Zona Ekosistem Mangrove (EM)


a. Sub Zona Ekosistem Mangrove (EM)

DAFTAR ISI
9
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

RENCANA POLA RUANG Pasal 84 - 86

Zona Budidaya
1. Zona Badan Jalan (BJ) 8. Zona Perdagangan dan Jasa (K)
a. Sub Zona Badan Jalan (BJ) a. Sub Zona Perdagangan dan Jasa Skala
Kota (K-1)
b. Sub Zona Perdagangan dan Jasa Skala
WP (K-2)
c. Sub Zona Perdagangan dan Jasa Skala
SWP (K-3)

2. Zona Pertanian (P) 9. Zona Perkantoran (KT)


a. Sub Zona Hortikultura (P-2) a. Sub Zona Perkantoran (KT)

3. Zona Perikanan (IK) 10. Zona Transportasi (TR)


a. Sub Zona Perikanan Budidaya (IK-2) a. Sub Zona Transportasi (TR)

4. Zona Pembangkitan Tenaga Listrik (PTL) 11. Zona Pertahanan dan Keamanan (HK)
a. Sub Zona Pembangkitan Tenaga Listrik a. Sub Zona Pertahanan dan Keamanan (HK)
(PTL)

5. Zona Kawasan Peruntukan Industri (KPI) 12. Zona Pariwisata (W)


a. Sub Zona Kawasan Peruntukan Industri a. Sub Zona Pariwisata (W)
(KPI)

6. Zona Perumahan (R) 13. Zona Hutan Produksi (HP)


a. Sub Zona Perumahan Sangat Tinggi (R-1) a. Sub Zona Hutan Produksi Tetap (HP)

7. Zona Sarana Pelayanan Umum (SPU)


a. Sub Zona SPU Skala Kota (SPU-1)
b. Sub Zona SPU Skala Kecamatan (SPU-2)
c. Sub Zona SPU Skala Kelurahan (SPU-3)
ZONA BUDIDAYA

DAFTAR ISI
10
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG Pasal 88

Ketentuan Pemanfaatan Indikasi


terdiri atas :
Ruang Program
a. Usulan indikasi program
utama
b. Lokasi
Lampiran IX c. Alternatif sumber
pendanaan
d. Instansi pelaksana
program
e. Waktu pelaksanaan

PERATURAN ZONASI Pasal 89

Aturan Dasar Teknik Pengaturan Zonasi (TPZ)

a. ketentuan kegiatan dan penggunaan


a. zona bonus (kode b)
lahan
b. zona performa (kode d)
b. ketentuan intensitas pemanfaatan
c. zona ambang (kode h)
ruang
d. zona khusus (kode j)
c. ketentuan tata bangunan
e. zona pengendalian pertumbuhan (kode k)
d. ketentuan prasarana minimum
f. zona pelestarian cagar budaya (kode l)
e. ketentuan khusus
g. zona intensitas sangat tinggi (kode m)
f. ketentuan pelaksanaan

A. KETENTUAN KEGIATAN DAN PENGGUNAAN LAHAN


PERATURAN ZONASI – ATURAN DASAR
Pasal 90 -96

Ketentuan Kegiatan dan


a. Kegiatan diperbolehkan (Kode I)
Penggunaan Lahan:
b. Kegiatan diizinkan terbatas (Kode T)
c. Kegiatan diizinkan bersyarat (Kode B)
d. Kegiatan tidak diizinkan (Kode X)

Lampiran X

DAFTAR ISI
11
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

A. KETENTUAN KEGIATAN DAN PENGGUNAAN LAHAN


PERATURAN ZONASI – ATURAN DASAR Pasal 90 - 96
Kategori Kegiatan: Acuan Penerbitan : Keterangan:

Ditentukan berdasarkan KBLI digit 5


a. Kegiatan Usaha KKKPR dengan tingkat resiko :
a. rendah
b. menengah rendah
c. menengah tinggi
d. tinggi

b. Fungsi Bangunan Fungsi Bangunan Gedung terdiri atas


Gedung dan PBG dan/atau SLF :
Bangunan Prasarana a. Hunian
b. Keagamaan
c. Usaha
d. Sosial dan budaya
e. Khusus
Fungsi Utama Fungsi Penunjang
Fungsi Bangunan Gedung dapat
Ditentukan Fungsi/sub fungsi dikembangkan menjadi fungsi
berdasarkan pendukung/penunjang campuran yang menggabungkan dua
fungsi yang merupakan bagian atau lebih fungsi Bangunan Gedung
bangunan dari pelayanan pada Fungsi Bangunan Prasarana terdiri
gedung yang fungsi utama. atas :
dominan a. Jalan
b. Jembatan
maksimum 25% (dua c. Jembatan penyeberangan
puluh lima persen) dari d. Jaringan drainase
batasan KLB e. Jaringan telekomunikasi
f. Konstruksi bendung, tanggul dan
sejenisnya
g. Konstruksi dermaga dan sejenisnya
h. Menara telekomunikasi dan
sejenisnya
i. Konstruksi reklame, tugu dan
Fungsi Utama
sejenisnya dengan ketinggian lebih
75% dari batas
KLB
dari 6 (enam) meter
j. Bangunan instalasi listrik dan
sejenisnya
k. Konstruksi pembatas/ penahan/
pengaman
l. Konstruksi penanda masuk lokasi
m. Konstruksi kolam
Fungsi Penunjang n. Pondasi mesin
25% dari batas o. Tangki tanam bahan bakar
KLB p. Lapangan upacara dan lapangan
olahraga terbuka
FUNGSI BANGUNAN GEDUNG q. Konstruksi septic tank atau sumur
resapan
r. Konstruksi penyimpanan silo
s. Prasarana lainnya

DAFTAR ISI
12
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

B. KETENTUAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG


PERATURAN ZONASI – ATURAN DASAR Pasal 97 -105
KDB KTB
KLB KDH
No Zona Sub Zona max max
max min (%)
(%) (%)
1 Badan Air (BA) Badan Air (BA) 0 0 0 0
2 Hutan Lindung (HL) Hutan Lindung (HL) null null null null
3 Hutan Produksi (HP) Hutan Produksi (HP) null null null null
4 Rimba Kota (RTH-1) 1 null 1 null
5 Taman Kota (RTH-2) 10 0,20 10 null
6 Taman Kecamatan (RTH-3) 10 0,20 10 null
7 Ruang Terbuka Hijau Taman Kelurahan (RTH-4) 10 0,20 10 null
8 (RTH) Taman RW (RTH-5) 10 0,20 10 null
9 Taman RT (RTH-6) 10 0,20 10 null
10 Pemakaman (RTH-7) 10 0,20 10 null
11 Jalur Hijau (RTH-8) 0 0 0 0
12 Cagar Alam (CA) null null null null
13 Suaka Margasatwa (SM) null null null null
14 Konservasi (KS) Taman Nasional (TN) null null null null
15 Taman Wisata Alam (TWA) null null null null
16 Taman Pulau Kecil (TPK) 15 0,3 0 45
Perlindungan
17 Perlindungan Setempat (PS) 1 null 1 null
Setempat (PS)
Ekosistem Mangrove
18 Ekosistem Mangrove (EM) null null null null
(EM)
19 Badan Jalan (BJ) Badan Jalan (BJ) 0 0 0 0
20 Pertanian (P) Hortikultura (P-2) 10 0,20 10 null
21 Zona Perikanan (IK) Perikanan Budidaya (IK-2) null null null null
Pembangkit Tenaga
22 Pembangkit tenaga listrik (PTL) null null null null
Listrik (PTL)
Kawasan Peruntukan
23 Kawasan Peruntukan Industri (KPI) 55 3 60 20
Industri (KPI)
24 Perumahan Kepadatan
1-2 Lantai 100 2 100 0
Sangat Tinggi (R-1)
Luas LP <60 m² (LP yang
25 telah terbangun sebelum 3-4
90 3,6 90 0
Perumahan (R) Pergub ini ditetapkan) Lantai

26 Perumahan Kepadatan 1 Lantai 90 0,9 90 0


Sangat Tinggi (R-1) 2-4
27 Luas LP 60 -120 m² 80 3,2 80 10
Lantai

DAFTAR ISI
13
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

B. KETENTUAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG


PERATURAN ZONASI – ATURAN DASAR Pasal 97 -105
KDB KTB
KLB KDH
No Zona Sub Zona max max
max min (%)
(%) (%)
28 Perumahan Kepadatan Sangat 1 Lantai 80 0,8 80 10
Tinggi (R-1)
29 Luas LP >120-240 m² 2-4 Lantai 60 2,4 60 20

30 Perumahan Kepadatan Sangat 1 Lantai 60 0,6 60 20


Tinggi (R-1)
31 Luas LP >240 - 400 m² 2-4 Lantai 50 2 50 20

32 Perumahan Kepadatan Sangat 1 Lantai 60 0,6 60 20


Perumahan (R) Tinggi (R-1)
33 Luas LP >400 m² 2-4 Lantai 40 1,6 40 20

34 Perumahan Kepadatan Tinggi 1 Lantai 60 0,60 60 20


(R-2)
35 Luas LP 240 - 400 m² 2-4 Lantai 50 2 50 20

36 Perumahan Kepadatan Tinggi 1 Lantai 60 0,6 60 20


(R-2)
37 Luas LP >400 m² 2-4 Lantai 40 1,6 40 20

Sarana Pelayanan Umum Skala Kota (SPU-


38 60 5 60 20
1)
Sarana
Sarana Pelayanan Umum Skala Kecamatan
39 Pelayanan 60 4 60 20
(SPU-2)
Umum (SPU)
Sarana Pelayanan Umum Skala Kelurahan
40 60 3 60 20
(SPU-3)
Transportasi
41 Transportasi (TR) null null null null
(TR)
42 Perdagangan dan Jasa Skala Kota (K-1) 55 TP 60 20
Perdagangan
43 Perdagangan dan Jasa Skala WP (K-2) 55 TP 60 20
dan Jasa (K)
44 Perdagangan dan Jasa Skala SWP (K-3) 55 TP 60 20
Perkantoran
45 Perkantoran (KT) 60 6 60 20
(KT)
Pertahanan dan
46 Pertahanan dan Keamanan (HK) null null null null
Keamanan (HK)
47 Pariwisata (W) Pariwisata (W) 30 1,2 0 45

Intensitas Pemanfaatan Ruang Null:


sub zona yang memiliki intensitas null dimaksudkan untuk kegiatan dan
Variansi KLB pemanfaatan ruang penggunaan lahan yang diselenggarakan oleh
dalam sub zona berdasarkan Pemerintah/Pemerintah Daerah/BUMN/BUMD untuk kepentingan
performa kawasan dengan umum sehingga nilai intensitas pemanfaatan ruang disesuaikan
mempertimbangkan dengan kebutuhan.
ketersediaan prasarana dan
sarana umum yang telah TP:
terbangun serta radius tingkat KLB bervariasi berdasarkan tingkat performa LP.
pelayanannya.
DAFTAR ISI
14
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

B. KETENTUAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG


PERATURAN ZONASI – ATURAN DASAR Pasal 97 -105
Pembebasan Perhitungan Intensitas Pemanfaatan Ruang :

Pembebasan KDB Pembebasan KLB

a. Lantai dasar yang a. Balkon dengan overstek yang menempel pada fasad bangunan
dimanfaatkan dan diakses dengan besaran tertentu
publik b.Lantai yang digunakan untuk parkir beserta sirkulasinya yang
b. Ldasar terhubung dengan merupakan fasilitas bangunan gedung dengan besaran tertentu
halte/stasiun/terminal yang c.ruang evakuasi bencana dan tidak dimanfaatkan untuk kegiatan lain
diakses publik d.Jembatan penghubung dan/atau jembatan multiguna yang digunakan
c. Proyeksi atap, kantilever untuk kepentingan umum yang menghubungkan kavling dan sarana
bangunan, balkon, arkade dan dan/atau prasarana angkutan umum massal berbasis rel atau jalan
ruang di bawah kanopi untuk e.Bangunan layang yang menghubungkan bangunan dalam kavling
naik turun kendaraan dengan bangunan stasiun/terminal angkutan umum massal dan
d. Bangunan penghubung antar diakses publik
bangunan gedung f. Prasarana dan sarana penunjang bangunan gedung paling besar 20%
e. Instalasi atau utilitas bangunan berupa instalasi atau utilitas bangunan seperti ruang mekanikal
f. Ruang untuk UMKM elektrikal, instalasi air dan sarana evakuasi
g. Ruang tunggu selter angkutan g.Ruang tunggu selter angkutan berbasis daring
berbasis daring h.Ruang penyimpanan pada bangunan pusat data (data center)
i. Lantai yang digunakan untuk kepentingan publik / dapat diakses
publik

Pembebasan KTB Pembebasan KDH


a. koridor basemen digunakan untuk a. perkerasan di permukaan tanah yang dipergunakan sebagai jalur
kepentingan umum yang pedestrian, plaza, jalan akses kendaraan, prasarana parkir yang
menghubungkan bangunan dalam tidak menggunakan material menyerap air
kavling dengan bangunan b. tapak bangunan prasarana dan sarana penunjang bangunan
stasiun/terminal angkutan umum gedung
massal bawah tanah di luar batasan
maksimum KTB
b. bangunan basemen yang
menghubungkan antar basement
yang berada di bawah prasarana
umum seperti jalan dan saluran

C. KETENTUAN TATA BANGUNAN Pasal 105 - 114


PERATURAN ZONASI – ATURAN DASAR
Ketentuan tata bangunan meliputi:
a. Tata letak bangunan gedung, meliputi: b. Intensitas pemanfaatan ruang,
1. GSS meliputi :
2. GSP 1. KDB
3. GSSDEW 2. KLB
4. GSB 3. KTB
5. Jarak bebas bangunan 4. KDH
6. Pagar c. Ketinggian bangunan
7. Arkade d. Bangunan gedung hijau
8. Ramp kendaraan e. Bangunan tinggi
9. Parkir

DAFTAR ISI
15
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

C. KETENTUAN TATA BANGUNAN Pasal 106 - 115

PERATURAN ZONASI – ATURAN DASAR


TATA LETAK BANGUNAN GEDUNG
GSS GSB terhadap Garis Sempadan Jalan (GSJ), berlaku ketentuan :
a. pada sub zona hunian berlaku GSB nol pada lebar jalan 0-4 m GSB 2 m
Paling sedikit
pada lebar jalan di 5-8 m dan GSB setengah kali lebar jalan atau 5 m
berjarak 3 m dari
pada jalan di atas 8 m
tepi luar kaki
b.pada selain sub zona hunian berlaku setengah kali lebar jalan atau 8 m
tanggul sepanjang
c.pada kawasan dan/atau bangunan cagar budaya yang telah ditetapkan
alur sungai.
maka GSB sesuai dengan kondisi eksisting
d.pada koridor tertentu menerapkan GSB nol
GSP
GSB terhadap Garis Sempadan Sungai (GSS), berlaku ketentuan :
Untuk Pesisir a. GSB setengah kali lebar sungai, kali dan/atau saluran air dengan lebar
Pantai Utara ≤18 m, kecuali untuk hunian min 4 m dihitung dari GSS
Jakarta sebesar 10 b.sungai, kali dan/atau fungsi saluran air dengan lebar lebih dari 18 m,
m dari titik pasang besar GSB 10 m kecuali pada fungsi hunian minimum 5 m dihitung dari
tertinggi. GSS

GSB terhadap Garis Sempadan Pantai (GSP) : pada Pesisir Pantai Utara
GSSDEW Jakarta sebesar 10 m (sepuluh meter) dihitung dari GSP atau disesuaikan
Ditentukan paling dengan kondisi lingkungan
sedikit 5 m dari
GSB terhadap Garis Sempadan Danau (GSSDEW) : sebesar 10 m
tepi badan SDEW.
dihitung dari tanggul danau atau dari tinggi maksimum air danau ke arah
darat.

GSB GSB terhadap Garis Sempadan Kereta Api (GSKA): sebesar 9 m


terdiri dari: dihitung terhadap ruang milik jalan rel kecuali pada bangunan stasiun.

Jarak Bebas Bangunan, terdiri dari:


Pagar
Tidak boleh Jarak Bebas Basemen
membentuk sudut Jarak Bebas Str.Atas
- jarak min yang diperbolehkan dari
pada tikungan - dibebaskan untuk sirkulasi
dinding terdalam basemen
jalur pejalan kaki yg
ditambah 30 cm sampai batas
menghubungkan
Parkir bangunan dengan stasiun
lahan perencanaan.
Direncanakan - harus berjarak min 3 m dari batas
dan/ atau terminal.
Dengan tata letak LP, GSJ dan/atau saluran.
- dibebaskan untuk kegiatan
dan dimensi parkir - dibebaskan untuk sirkulasi jaringan
dan penggunaan lahan di
sesuai ketentuan, pejalan kaki menuju stasiun
Kepulauan Seribu
tidak mengganggu angkutan umum massal.
kelancaraan lalu Ramp Kendaraan Arkade
lintas umum,
menyediakan - dibagi menjadi ramp lurus & - berfungsi sebagai jalur sirkulasi
fasilitas parkir ramp spiral. pejalan kaki yang memiliki akses
untuk penyandang - lebar ramp kendaraan lurus 1 menerus antar kavling
disabilitas dan (satu) arah minimum 3 m dan - tinggi bukaan pada tampak arkade
pengguna sepeda, lebar ramp kendaraan spiral 1 adalah 3 m sepanjang kavling untuk
dan dilengkapi (satu) arah min 3,5 m membentuk kontinuitas muka
dengan tata kawasan dengan lebar arkade
informasi/ petunjuk minimum 3 m
parkir.

DAFTAR ISI
16
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

C. KETENTUAN TATA BANGUNAN Pasal 106 - 115


PERATURAN ZONASI – ATURAN DASAR
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG

KDB KLB KTB KDH


dihitung dengan dihitung dengan dihitung dengan memperhi-
menjumlahkan luas menjumlahkan ketentuan dinding tungkan indeks
dinding terluar lantai seluruh luas lantai terluar bangunan ruang hijau.
dasar dengan bangunan basemen yang dihitung
proyeksi atap atau gedung yang 30 cm dari dinding
kantilever yang dimanfaatkan perimeter sisi dalam dan
menutupi ruang untuk aktivitas harus berjarak minimum
terbuka di lantai dasar. kegiatan. 3 m dari batas LP.

KETINGGIAN BANGUNAN BANGUNAN TINGGI


• dihitung dalam meter dari permukaan tanah • wajib diterapkan pada bangunan
dan/atau jumlah lantai. gedung dengan kriteria tertentu
• berlaku ketentuan sebagai berikut : sesuai dengan Peraturan
a. kegiatan rumah tapak diberikan ketinggian Perundang-undangan.
bangunan paling banyak 4 (empat) lantai • Bangunan Gedung dengan
b. selain huruf a, ketinggian bangunan dihitung ketinggian minimal 5 lantai harus
dalam meter dan tidak diperbolehkan menyediakan elevator
melampaui batasan ketinggian KKOP. • bangunan yang dibangun dengan
ketinggian melebihi batasan yang
ditetapkan dalam KKOP harus
BANGUNAN GEDUNG HIJAU mendapat izin dan/atau
rekomendasi dari instansi yang
wajib diterapkan pada bangunan gedung dengan berwenang.
kriteria tertentu sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan.

D. KETENTUAN PRASARANA MINIMUM


Pasal 116
Ketentuan Prasarana Umum dan Sosial
Prasarana minimum diperhitungkan
berdasarkan prasarana yang dipersyaratkan a. Pembangunan prasarana terhadap
dalam kaveling atau kawasan. perhitungan kebutuhan luas dan
Prasarana minimum meliputi: memperhitungkan jumlah jiwa
a. prasarana umum dan prasarana sosial b. Pembangunan Perumahan vertical
b. prasarana minimum lain. menyediakan prasarana umum dan
prasarana sosial
Detail teknis pada ketentuan tata c. Pengadaan dan pembangunan prasarana
bangunan dan prasarana minimum umum dan prasarana sosial yang bukan
dijabarkan dalam Peraturan Gubernur menjadi kewajiban dari pembangunan
tersendiri perumhaan ketentuan luas lahan dan luas
lantai yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan
d. Mempertimbangkan prasarana umum dan
prasarana sosial yang telah terbangun di
sekitar kavling atau kawasan

DAFTAR ISI
17
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

E. KETENTUAN KHUSUS Pasal 117 - 125

1 KKOP
Menetapkan ketentuan batasan ketinggian untuk bangunan gedung,
bangunan prasarana atau pepohonan yang tidak boleh dilampaui

• Bertujuan untuk melindungi dan memelihara bangunan cagar


2 Bangunan
Cagar Budaya
budaya
• Pengaturan pada Bangunan Cagar Budaya Golongan A, B dan C

Terdiri dari Kawasan Rawan Banjir dan Kawasan Penurunan Muka

3
Kawasan Tanah
Rawan • Mengatur kriteria rawan banjir
Bencana • Ketentuan mitigasi pada kawasan rawan banjir
• Pengaturan ketentuan untuk kawasan rawan penurunan muka tanah

4 Kawasan
Sempadan
Terdiri dari kawasan sempadan sungai, danau, embung, waduk dan
kawasan sempadan pantai

KAWASAN RAWAN BENCANA

A. KAWASAN RAWAN BANJIR

Pengertian Ketentuan Mitigasi :

Kawasan yang sering dan/atau a. Pemanfaatan ground level pada lahan tidak
berpotensi mengalami bencana banjir dijadikan aktivitas utama dan tidak berdinding
berupa banjir hujan lokal, banjir kiriman dikecualikan untuk fungsi mekanikal elektrikal
dan/atau banjir rob. b. Untuk bangunan yang sudah terbangun dapat
melakukan modifikasi supaya tidak terdampak
Tipologi (berdasarkan sifat lokasi)
banjir dengan tetap memperhatikan keandalan
bangunan
o Daerah cekungan c. Menerapkan sistem dan teknologi yang handal
• Penyediaan jaringan air bersih terhadap banjir pada lahan dan bangunan
• Pelarangan penggunaan air tanah d. Pelarangan penggunaan air tanah
o Daerah sempadan sungai e. Pelarangan peninggian pekarangan
• Pembangunan tanggul kala ulang f. Tidak diperbolehkan melakukan pengurukan
25 tahunan dan pintu air
pekarangan melebihi 1,2 m terhadap jalan
• Penghijauan dan reboisasi g. Penggunaan bahan penutup lahan yang
• Pelebaran aliran sungai menyerap air
o Daerah sempadan pantai utara h. Pembuatan sumur resapan dengan kapasitas
Jakarta
volume berdasarkan luas tutupan lahan yang
• Pengolahan air laut dan air hujan kedap air
sebagai sumber air bersih
i. Menerapkan prinsip zero delta Q
• Penerapan sistem polder
• Pengerukan sedimentasi pada
muara sungai
o Daerah flood plain

DAFTAR ISI
18
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

E. KETENTUAN KHUSUS Pasal 117-125


PERATURAN ZONASI – ATURAN DASAR

B. KAWASAN PENURUNAN MUKA TANAH Ketentuan Mitigasi :

a. membuat sumur resapan atau


Kriteria kolam resapan dua kali ketentuan
Kawasan rawan penurunan muka tanah berada pada b. perkerasan dalam lahan
lokasi dengan penurunan muka tanah 0,15 m (nol koma perencanaan terbuat dari bahan
satu lima meter) atau lebih. yang dapat meresapkan air
c. pelarangan pengambilan air tanah
Berlaku untuk Kegiatan Pemanfaatan
untuk kebutuhan sehari-hari
Ruang berupa :
d. mempertimbangkan kajian geologi
a. luas lantai 5000 m² atau lebih teknik dalam pembangunan
e. menerapkan prinsip zero delta Q
b. jumlah lantai lebih dari 4 lantai

F. KETENTUAN PELAKSANAAN Pasal 126 -127

1. K-1 (sub zona perdagangan dan jasa skala kota) strata 1


2. K-2 (sub zona perdagangan dan jasa skala WP) strata 2
STRATA SUB
01. 3. KPI (sub zona kawasan peruntukan industri) strata 3
ZONA 4. K-3 (sub zona perdagangan dan jasa skala SWP) strata 4
5. TR (sub zona transportasi) strata 5
6. R-1 (sub zona perumahan kepadatan sangat tinggi) strata 6
Definisi 7. R-2 (sub zona perumahan kepadatan tinggi) strata 7
Tingkatan sub zona 8. SPU-1 (sub zona sarana pelayanan umum skala kota) strata 8
berdasarkan tingkat 9. KT (sub zona perkantoran) strata 9
fleksibilitas pemanfaatan 10. SPU-2 (sub zona sarana pelayanan umum skala kecamatan) strata 10
ruang dan intensitas 11. SPU-3 (sub zona sarana pelayanan umum skala kelurahan) strata 11
pemanfaatan ruang 12. HK (sub zona pertahanan dan keamanan) strata 12
yang lebih tinggi, serta 13. W (sub zona pariwisata) strata 13
mempertimbangkan 14. TPK (sub zona taman pulau kecil) strata 14
zona fungsi lindung dan 15. IK-2 (sub zona perikanan budidaya) strata 15
zona fungsi budidaya. 16. RTH-2 (sub zona taman kota) strata 16
17. RTH-3 (sub zona kecamatan) strata 17 Strata Sub
18. RTH-4 (sub zona kelurahan) strata 18
Ketentuan 19. RTH-5 (sub zona RW) strata 19
Zona
• semakin tinggi 20. RTH-6 (sub zona RT) strata 20
strata sub zona, 21. HP (sub zona hutan produksi tetap) strata 21
kegiatan dan 22. PTL (sub zona pembangkit tenaga listrik) strata 22
penggunaan lahan 23. RTH-8 (sub zona jalur hijau) strata 23;
semakin fleksibel/ 24. RTH-7 (sub zona pemakaman) strata 24
lebih banyak yang 25. BA (sub zona badan air) strata 25
diperbolehkan. 26. PS (sub zona perlindungan setempat) strata 26
• dimungkinkan 27. RTH-1 (sub zona rimba kota) strata 27
dilakukan 28. TWA (sub zona taman wisata alam) strata 28
penurunan strata 29. HL (sub zona hutan lindung) strata 29
sub zona. 30. EM (sub zona ekosistem mangrove) strata 30
31. SM (sub zona suaka margasatwa) strata 31
32. CA (sub zona cagar alam) strata 32
Pasal 126 – 127 33. TN (sub zona taman nasional) strata 33
34. P-2 (sub zona hortikultura) strata 34
35. BJ (sub zona badan jalan) strata 35
DAFTAR ISI
19
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

F. KETENTUAN PELAKSANAAN
02a. KEGIATAN HUNIAN – RUMAH SUSUN Pasal 128 -132
Ketentuan Rumah Susun Umum Rumah Susun Negara Rumah Susun
dan Khusus Komersial

Peruntukan Masyarakat Berpenghasilan • Rumah susun khusus untuk • Semua


Rendah (MBR) dan/atau kebutuhan khusus.
Masyarakat Berpenghasilan • Rumah susun negara untuk
Menengah pegawai negeri atau pejabat

Intensitas a. LP pada radius 0 - 800 m dari titik transit angkutan umum massal : KDB 55%, KLB 11,
Pemanfaatan KDH 20, KTB 60%
Ruang b. LP pada radius >800 m - 1200 m dari titik transit angkutan umum massal : KDB 55%,
KLB 7, KDH 20, KTB 60%
c. LP di luar radius 1200 m dari titik transit angkutan umum massal berbasis jalan atau rel
untuk rumah susun umum sewa, rumah susun khusus dan rumah susun negara : KDB
55%, KLB 6, KDH 20, KTB 60% dan untuk rumah susun komersial dan rumah susun
umum milik : KDB 55%, KLB 4,5, KDH 20, KTB 60%

Ketentuan Lebar muka bidang tanah • Lebar muka bidang tanah • Memiliki akses mandiri
Lebar Muka mempertimbangkan akses mempertimbangkan akses masuk dua arah ke jalan
Bidang masuk yang berada pada sisi yang berada pada sisi jalan utama dengan desain
Tanah, dan jalan dengan lebar yang dapat dengan lebar yang dapat dilalui complete street.
Akses Jalan dilalui kendaraan konstruksi kendaraan konstruksi dan/atau Jalan utama dengan
dan/atau kendaraan untuk kendaraan untuk kepentingan lebar paling sedikit 12
kepentingan darurat. darurat. m.
• Memiliki akses mandiri dua arah ke
jalan utama dengan desain
complete street.

Ketentuan • Luas LP di atas 960 m²


yang Berlaku • Terhadap rumah susun pada radius 800 m dari titik transit wajib menyediakan fasilitas jalur
pejalan kaki yang aman dan nyaman menuju titik transit
• menyediakan taman untuk kepentingan publik dan ruang evakuasi
• bangunan hunian dengan prinsip hunian tangguh berkelanjutan yang mengantisipasi pasca
pandemi
• dilayani oleh infrastruktur dasar berupa jaringan perpipaan air bersih
• mendaur ulang air untuk pemenuhan kebutuhan air setempat
• menerapkan prinsip zero run off
• membangun sumur resapan/drainase vertikal yang disesuaikan dengan jenis tanah dan
ketentuan teknisnya
• ketinggian bangunan tidak melampaui batasan ketinggian kawasan KKOP

Ketentuan • menyediakan ruang untuk Wajib menyediakan


Lainnya fungsi usaha rumah susun umum
• dapat dibangun di atas pasar dengan luas paling
rakyat atau bangunan sedikit 20% dari total
prasarana transportasi dengan luas lantai rumah susun
tidak mengubah fungsi utama komersial yang
& memperhatikan dibangun
aksesibilitas, keamanan &
keselamatan penghuni
• untuk rumah susun umum milik
menerapkan konsep strata
title atau pertelaan

DAFTAR ISI
20
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

F. KETENTUAN PELAKSANAAN

02b. KEGIATAN HUNIAN – RUMAH TAPAK Pasal 133 - 134

KDB KLB KTB TB GSB terhadap


No. Luas LP KDH Ketentuan yang berlaku
maks maks maks maks GSJ

100 Rumah a. lantai atap dapat


2 0 100% 1-2 lantai tapak dimanfaatkan
%
dengan luas sebagai taman atap,
LP sampai penampungan air
dengan 60 atau ruang bersama;
m² hanya b. menyediakan teras
1 < 60 m² GSB nol diperbolehk rumah dengan lebar
90 3-4 an untuk LP minimum 1 (satu)
3,6 0 90%
% lantai eksisting meter;
yang telah c. bagi yang memiliki
terbangun. kendaraan bermotor
wajib menyediakan
area parkir di dalam
90 a. 0 m (lebar Pemecahan kavling atau
0,9 0 90% 1 lantai kaveling memarkirkan
% jalan sampai
60 - 120 pada kendaraan pada
2 4 m);
m² pembangun parkir komunal;
80 min. 2-4 b. 2 m (Lebar d. prinsip ruang
3,2 80% an
% 10% lantai Jalan > 4-8 tumbuh untuk
perumahan/
m); atau real estate keseragaman atau
80 min. c. 1/2 kali hanya dapat rumah tumbuh;
0.8 80% 1 lantai
% 10% lebar jalan dilakukan e. menerapkan prinsip
> 120 - Zero Delta Q;
3 atau 5 m dengan luas
240 m²
60 min. 2-4 LP lebih dari f. dapat menerapkan
2.4 60% (Lebar jalan daur ulang sampah
% 20% lantai 60 m²
> 8 m) (enam dan air;
puluh meter g. tidak diperbolehkan
60 min. menggunakan air
0.6 60% 1 lantai persegi)
% 20% tanah jika telah
> 240 -
4 terlayani jaringan air
400 m²
50 min. 2-4 bersih; dan
2 50%
% 20% lantai h. menyediakan kolam
retensi, biopori atau
60 min. sumur resapan
0.6 60% 1 lantai untuk menampung
% 20%
> 400 air hujan.
5

40 min. 2-4
1.6 40%
% 20% lantai

DAFTAR ISI
21
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

F. KETENTUAN PELAKSANAAN

02c. KEGIATAN HUNIAN – RUMAH FLAT Pasal 135 -136

KDB KLB KDH KTB TB


No. Luas LP GSB terhadap GSJ Ketentuan yang Berlaku
maks maks min. maks maks

a. terdiri dari dua atau lebih kepala


240 - keluarga;
6 80% 3.2 10% 80% b. tanah bersama dengan konsep
480 m²
pertelaan;
c. minimal luas LP 240 (dua ratus
empat puluh) meter persegi;
d. bagi yang memiliki kendaraan
> 480 - bermotor wajib menyediakan area
7 75% 3 10% 75%
720 m² parkir di dalam kavling atau
memarkirkan kendaraan pada
parkir komunal;
a. 0 m (lebar jalan e. menyediakan akses mandiri untuk
sampai 4 m); masing-masing unit;
b. 2 m (Lebar f. menyediakan ruang/bagian
bersama yang dilengkapi dengan
Jalan > 4-8 m);
4 wifi/nirkabel;
atau g. lantai atap dapat dimanfaatkan
lantai
c. 1/2 kali lebar sebagai taman atap,
jalan atau 5 m penampungan air atau ruang
(Lebar jalan > 8 bersama;
> 720 - m h. menyediakan teras rumah dengan
8 70% 2.8 10% 70% lebar minimum 1 (satu) meter;
960 m²
i. menerapkan prinsip zero run off;
j. menerapkan daur ulang sampah
dan air;
k. tidak diperbolehkan
menggunakan air tanah jika telah
terlayani jaringan air bersih; dan
l. menyediakan kolam retensi atau
sumur resapan untuk menampung
air hujan.

DAFTAR ISI
22
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

F. KETENTUAN PELAKSANAAN Pasal 137 -138

02d. KEGIATAN HUNIAN – KAMPUNG KOTA

Definisi Prinsip
Suatu kawasan pemukiman sangat padat yang a. menciptakan hunian tangguh berkelanjutan
tumbuh tanpa perencanaan infrastruktur dan b. partisipatif dan kolaboratif pembangunan perumahan
kualitas bangunan yang baik dan memiliki dan kesetaraan berhuni melalui pemberdayaan
kepadatan penduduk tinggi. masyarakat
Kriteria c. mengembangkan rumah deret atau rumah susun
dengan menyediakan ruang fungsi usaha
a. ketidakteraturan bangunan d. RTH publik paling sedikit 20% (dua puluh) persen
b. kepadatan bangunan tinggi e. menyediakan ruang atau jalur evakuasi
c. kepadatan penduduk tinggi lebih dari lebih f. menyediakan infrastruktur dasar termasuk
dari 200 jiwa/Ha pengelolaan sampah, limbah dan akses sanitasi serta
d. didominasi oleh luas lahan perencanaan < 60 prasarana penunjang lainnya;
m² g. menyediakan jalur pedestrian yang terhubung
e. Satu lahan perencanaan dihuni oleh satu atau dengan angkutan umum atau angkutan umum massal
lebih dari satu KK h. menerapkan prinsip zero delta Q
f. didominasikan oleh masyarakat
i. menyediakan hidran kebakaran dan akses sirkulasi
berpenghasilan, keterampilan kerja dan
untuk mobil pemadam kebakaran
pendidikan penduduk menengah dan
j. didukung oleh kajian komprehensif mengenai fisik
rendah
lingkungan, ekonomi dan sosial budaya masyarakat
g. tidak memenuhi ketentuan tata bangunan
terdampak
h. memiliki suatu khas budaya atau ciri
khas/karakteristik tertentu

Strategi Peningkatan Kualitas Permukiman

Pemugaran Peremajaan Permukiman Kembali

Perbaikan rumah, pembongkaran dan penataan pemindahan lokasi


prasarana, sarana secara menyeluruh terhadap permukiman atau perumahan
dan/atau utilitas umum rumah, prasarana, sarana dan/atau pada lokasi baru yang sesuai
untuk mengembalikan utilitas umum dengan ketentuan
fungsi sebagaimana pemanfaatan ruang yang
semula. dilakukan secara partisipatif
memerlukan penataan kembali dan memperhatikan
penguasaan, pemilikan, kesinambungan aktivitas
penggunaan dan pemanfaatan ekonomi, sosial, dan budaya
tanah dan ruang maka dilakukan dari warga yang terdampak
melalui konsolidasi tanah pemukiman kembali.

DAFTAR ISI
23
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

F. KETENTUAN PELAKSANAAN

03. VARIANSI PEMANFAATAN RUANG Pasal 139 -151

A. Lahan Perencanaan pada zona RTH

a) LP untuk Fungsi Hunian – Rumah b) LP untuk Fungsi Hunian - Rusun


Tapak / Rumah Flat

c) LP untuk Fungsi Usaha d) LP untuk Fungsi Sosial Budaya,


dan Keagamaan
Untuk Fungsi Hunian
Untuk Untuk Fungsi
Rumah Susun
Ketentuan Fungsi Sosial dan
Rumah Tapak Rumah Flat (Umum, Komersial,
Usaha Budaya
Negara dan Khusus)
LP yang dapat
80% 70% 80%
dimanfaatkan
Penyediaan RTH 20% 30% 20%
Pemecahan Kav.
> 60 m² -
Maks.
Perhitungan KDB, dihitung dari dihitung dari
dihitung dari 80% LP
KTB, KDH 70% LP 80% LP
Perhitungan KLB dihitung dari 100% LP
Intensitas Pemanfaatan Ruang
KDB Maks. Mengikuti 60%
KLB Maks. Mengikuti Mengikuti sub zona 3
KDH Min. Ketentuan Ketentuan Mengikuti Ketentuan yang 20%
KTB Maks. Pelaksanaan Pelaksanaan Pelaksanaan Kegiatan bersisian 60%
Kegiatan Kegiatan Hunian Hunian untuk Rumah dengan
Ketinggian Hunian untuk untuk Rumah Susun akses utama
NULL
Bangunan Maks. Rumah Tapak Flat / di sekitar
LP

DAFTAR ISI
24
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

F. KETENTUAN PELAKSANAAN Pasal 139 - 151


03. VARIANSI PEMANFAATAN RUANG
B. Lahan Perencanaan terdiri dari beberapa Sub Zona
Tidak terdapat Terdapat zona RTH
Ketentuan
zona RTH Zona RTH < 20% dari LP Zona RTH > 20 % dari LP
Lahan yang dapat ≤ 70% dari luas zona RTH dapat
100% LP 100% LP
dimanfaatkan dimanfaatkan
• KDH sesuai dengan
Intensitas Pemanfaatan
Ruang pada sub zona ≥ 30% dari luas zona RTH tetap
Penyediaan RTH Publik -
dengan strata tertinggi sebagai zona RTH
• KDH digunakan sebagai
RTH.
Ketentuan Kegiatan dan
Penggunaan Lahan Mengikuti sub zona dengan strata tertinggi
(ITBX)
• KDB, KLB dan KTB
• Dihitung secara proporsional
dihitung secara
dengan 70% dari zona RTH
proporsional pada sub
mengikuti sub zona strata
Intensitas Pemanfaatan Dihitung secara zona selain RTH
terendah selain zona RTH
Ruang proporsional • KDH sesuai dengan
• KDH sesuai dengan intensitas
intensitas pemanfaatan
pemanfaatan ruang pada
ruang pada sub zona
strata tertinggi
strata tertinggi
• KDB, KLB, dan • KDB, KTB dan KDH
KTB dari luas berdasarkan total luas LP
KDB, KLB, KDH dan KTB
Perhitungan Intensitas keseluruhan LP dikurangi 30% dari luas zona
dari luas keseluruhan LP
• KDH mengikuti RTH
sub zona tertinggi • KLB dari keseluruhan LP
(1) Simulasi LP Lebih dari Satu Sub Zona K-3 : 6.144 m²
(Tidak terdapat Zona RTH) SPU-3 : 4.372 m² Total luas LP : 13.843 m²
R-2 : 3.327 m²
1. Ketentuan kegiatan dan Penggunaan Lahan (ITBX) mengikuti strata tertinggi = K-3
2. Intensitas Pemanfaatan Ruang

Luas KLB Luas x KDB Luas x KTB Luas


(m²) KLB (m²) (%) KDB (%) x KTB
(m²) (m²)

K-3 6.144 4 24.576 55 3.379 60 3.686

SPU- 4.372 3 13.116 60 2.623 60 2.623


3

R-2 3.327 1,6 5.323,2 40 1.330 40 1.331

Total 13.843 43.015,2 7.332 7.640

KLB proporsional = 43.015,2 m² / 13.843 m² = 3,107


KDB proporsional = 7.332 m² / 13.843 m² = 53%
KTB proporsional = 7.640m² / 13.843 m² = 55%
KDH sub zona strata tertinggi = 20%

DAFTAR ISI
25
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

F. KETENTUAN PELAKSANAAN
03. VARIANSI PEMANFAATAN RUANG Pasal 139 -151
(2) Simulasi LP Lebih dari Satu Sub Zona (Terdapat Zona RTH) RTH-2 : 22.745 m²
SPU-1 : 2.596 m²
Total luas LP : 34.141 m² R-2 : 7.946 m²
BJ : 854 m²
1) Ketentuan kegiatan dan Penggunaan Lahan (ITBX)
mengikuti strata tertinggi = R-2
2) Intensitas Pemanfaatan Ruang :
a) Intensitas Pemanfaatan Ruang - KLB

Luas (m²) KLB Luas x KLB

RTH-2 22.745 5 (* 113.725 m²

SPU-1 2.596 5 12.980 m²

R-2 7.946 1,6 12.714 m²

Total 33.287 139.419 m²

(* mengikuti sub zona strata terendah selain RTH : SPU-1)


KLB proporsional = 139.419 m² / 33.287 m² = 4,18
Maks luas lantai bangunan
= 4,18 x Total Keseluruhan Luas LP
= 4,18 x 34.141 m²
= 142.709 m²
b) Intensitas Pemanfaatan Ruang - KDB

Luas 30% Luas Luas yang KDB Dasar Luas x


RTH-2 dimanfaatkan KDB

RTH 22.745 6.824 15.921 60% 9.552


-2 (tetap (70% x luas RTH- (mengikuti sub zona strata
sebagai 2) terendah selain RTH : SPU-1)
RTH-2)

SPU 2.596 - 2.596 60% 1.558


-1

R-2 7.946 - 7.946 40% 3.178

Total 33.287 26.463 14.228

KDB proporsional = 14.228 m² / 26.463 m² = 53%


Maks Luas Lantai Dasar = 53% x (Total LP - 30% zona RTH)
= 53% x (34.141 m² - 6.824 m²) = 14.478 m²

c) Penyediaan RTH = 30% x sub zona RTH-2 = 6824m² (tetap menjadi


zona RTH-2 yang dapat di akses publik)

DAFTAR ISI
26
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

F. KETENTUAN PELAKSANAAN

03. VARIANSI PEMANFAATAN RUANG Pasal 139 -151

C. LP yang berada pada lebih dari Satu Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang

1. KDB, KLB dan KTB dihitung secara Proporsional


2. KDH sesuai dengan Intensitas Pemanfaatan Ruang pada sub zona dengan strata tertinggi.

Sub Zona Skor Performa Luas KDB (%) KLB KTB (%) KDH (%)

K-1 83 4,8 Ha 55 6,06 60 20

K-1 60 1,6 Ha 55 5,03 60 20

Total 6,4 Ha

KDB Proporsional = 55%


KLB Proporsional = ((6,06 x 4,8 Ha) + (5,03x1,6 Ha)) / 6,4 Ha = 5,8
KTB Proporsional = 60%
KDH Paling Tinggi = 20%

D. LP yang Terkena Jaringan Jalan dan/atau Saluran Pasal 151

1. Perhitungan intensitas pemanfaatan ruang berdasarkan luas keseluruhan LP tanpa dikurangi luas
jaringan jalan dan/atau saluran dan tanpa memperhitungkan proporsi intensitas. pemanfaatan
ruang pada sub zona BA dan/atau sub zona BJ
2. Jaringan jalan dapat direposisi sesuai konsep penataan LP dengan tidak mengurangi
keterhubungan antar jaringan jalan di sekitar LP dan tetap diakses oleh public.
3. Saluran dapat direposisi dan disesuaikan dengan konsep penataan LP tanpa mengurangi fungsi
utama saluran dan keterhubungan antar saluran, kali atau sungai.
4. Memberikan akses untuk pemeliharaan dan inspeksi saluran pada LP.

DAFTAR ISI
27
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

F. KETENTUAN PELAKSANAAN Pasal 151 -152

04. PENGALIHAN HAK MEMBANGUN (TRANSFER OF DEVELOPMENT RIGHTS/ TDR)

Definisi

Perangkat pengendalian pemanfaatan lahan yang mendorong pengalihan hak membangun (baik
sebagai aturan wajib maupun sukarela) luas lantai yang belum dimanfaatkan dari suatu tempat/kawasan
yang ingin dipertahankan atau dilindungi yang disebut dengan area pengirim (sending area), menuju
tempat/kawasan yang diharapkan untuk berkembang yang disebut dengan area penerima (receiving
area)

Tujuan

• dapat dilakukan oleh satu pemilik lahan kepada pemilik lahan yang sama atau kepada pemilik lahan
yang berbeda
• TDR yang dilakukan pada kawasan kompak dan kawasan berorientasi transit harus mendapatkan
rekomendasi dari pengelola kawasan
• LP diperbolehkan melakukan TDR sampai dengan batasan intensitas bonus.
• LP sebagai area penerima dapat menerima TDR dari beberapa LP

Area Pengirim Area Penerima

• kawasan atau bangunan cagar budaya yang • kawasan yang masih memiliki daya dukung
memiliki intensitas pemanfaatan ruang yang dan daya tampung untuk menerima
tidak dapat dimanfaatkan tambahan intensitas pemanfaatan ruang
• LP yang tidak memanfaatkan intensitas sampai dengan intensitas pemanfaatan ruang
pemanfaatan ruang • kawasan kompak atau kawasan berorientasi
• tidak diperbolehkan pada sub zona R-1 dan transit sepanjang memiliki pengelola kawasan
sub zona R-2 kecuali untuk pembangunan yang sama
rumah susun umum • tidak berada pada kawasan rawan bencana
• kawasan kompak atau kawasan berorientasi • tidak berada pada sub zona R-1 atau sub zona
transit sepanjang memiliki pengelola kawasan R-2 kecuali untuk pembangunan rumah susun
yang sama umum

DAFTAR ISI
28
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

F. KETENTUAN PELAKSANAAN Pasal 154

05. GSB NOL/ TANPA GSB

Definisi a) GSB Nol Tanpa Arkade

GSB yang berhimpit dengan GSJ (Garis


Sempadan Jalan)
Terdiri atas :
• GSB Nol Tanpa Arkade
• GSB Nol dengan Arkade

Tujuan

• meningkatkan kapasitas dan kenyamanan


bagi pejalan kaki; dan/atau
• memaksimal pemanfaatan lahan/kaveling. b1) GSB Nol dengan Arkade 1

Ketentuan

a. menyediakan jalur pejalan kaki menerus


dengan lebar minimum 3 m (tiga meter);
b. kesamaan level/ketinggian ruang jalan/jalur
pedestrian untuk menunjang faktor
kenyamanan pejalan kaki;
c. pelarangan parkir on street;
d. menyediakan tempat parkir dalam satu area
khusus yang terintegrasi dengan jalur b2) GSB Nol dengan Arkade 2
pejalan kaki;
e. kavling yang memiliki GSB dapat
memanfaatkan ruang antara GSJ dan GSB
sebagai jalur pejalan kaki untuk menjaga
kontinuitas dalam satu koridor; dan
f. pembatasan kecepatan kendaraan
berkendara pada sepanjang koridor
disarankan 40-50 km/jam.

Fungsi Campuran/ Usaha


• Kawasan dengan intensitas pemanfaatan ruang tinggi (KDB lebih
besar atau sama dengan 60%)
• berada di pusat kawasan (Shopping street, entertainment
street/dining street dan kawasan komersial), kawasan kompak atau
kawasan Berorientasi Transit
Kriteria Koridor
• LP terhubung dengan stasiun atau halte angkutan umum massal
yang
berbasis rel atau jalan
menerapkan
• Jalan pada kondisi eksisting yang telah menerapkan GSB Nol atau
GSB Nol
tanpa GSB

Fungsi Hunian
• Lebar jalan ≤ 4m
• LP yang berada pada Pulau Permukiman di Kepulauan Seribu.

DAFTAR ISI
29
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

F. KETENTUAN PELAKSANAAN Pasal 155 -156

06. BANGUNAN TERTENTU

SPKLU dan SPBKLU


Ketentuan :
a. mudah dijangkau oleh pemilik KBL Berbasis Baterai
b. disediakan tempat parkir khusus SPKLU atau
SPBKLU
c. tidak mengganggu keamanan, keselamatan,
ketertiban dan kelancaran berlalu lintas

SPKLU dan SPBKLU diperbolehkan pada:


a. SPBU
b. SPBG
c. perkantoran
d. pusat perbelanjaan
e. RTH yang dapat diakses publik
f. halte pada trotoar untuk SPBKLU
g. lapangan parkir umum

Penyediaan lokasi SPKLU atau SPBKLU pada RTH


dilakukan dengan ketentuan :
a. sebagai fungsi penunjang
b. tutupan lahan paling luas 10% dari luas RTH.

SPBU/SPBG
Pasal 158
Kegiatan SPBU/SPBG paling sedikit memuat
ketentuan:
a. Tidak menghambat sirkulasi lalu lintas
b. Berada pada lebar jalan eksisting minimum 12
meter
c. Diperkenankan berada pada persimpangan jalan,
dengan ketentuan sebagai berikut :
• berjarak paling sedikit 45 meter dari
persimpangan jalan atau
• pada lokasi yang berada tepat di persimpangan
jalan harus memiliki pintu masuk dan keluar yang
berada pada setiap ruas jalan di persimpangan
tersebut.
d. Ketentuan sirkulasi/jalur masuk dan keluar :
• pintu masuk dan keluar dari SPBU tidak boleh
saling bersilangan, dan
• jumlah lajur masuk dan keluar paling sedikit 2
lajur
e. Rencana pembangunan dan pengoperasian SPBU
harus mendapat persetujuan tertulis dari
masyarakat di sekitar lokasi SPBU dalam radius
paling sedikit 30 meter sebagai persyaratan
permohonan.

DAFTAR ISI
30
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

F. KETENTUAN PELAKSANAAN Pasal 157

06. BANGUNAN TERTENTU

Batching Plant

Kegiatan batching plant wajib memenuhi ketentuan antara lain :


a. Berada pada jalan dengan lebar badan jalan lebih besar dari 12 m
b. Dilayani jaringan perpipaan air bersih
c. Lokasi tidak berdekatan dengan pemukiman warga
d. Melakukan ani pengendalian penurunan kualitas udara
• pagar pembatas minimal 2m di sekeliling area batching plant
• menggunakan sistem tertutup untuk tempat pemuatan, pembongkaran, penanganan,
penyaluran dan penyimpanan semen, debu atau material yang berdebu
• menggunakan perkerasan beton pada lantai produksi dan akses menuju jalan
• menanam pohon pelindung di sekeliling lokasi sebagai penangkap debu
e. Melakukan pengendalian tingkat kebisingan
f. Melakukan pengendalian penurunan kualitas air permukaan
• menyediakan IPAL
• melarang penggunaan air tanah
g. Melakukan pengendalian sampah minimal dengan menyediakan TPS untuk limbah domestik
h. Melakukan pengendalian limbah B3
• menyediakan TPS limbah B3;
• tidak membuang atau menumpahkan limbah B3 cair pada tanah di daerah terbuka pada
daerah aliran, drainase dan/atau drainase perbengkelan; dan
• menggunakan kembali sisa limbah padat beton untuk pencetakan beton sebagai pembatas
jalan atau lainnya
i. Melakukan pengendalian gangguan lalu lintas
• menyediakan area bongkar muat di dalam lokasi proyek agar tidak ada kendaraan proyek
yang parkir di badan jalan
• memasang rambu lalu lintas di sekitar lokasi proyek

DAFTAR ISI
31
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

F. KETENTUAN PELAKSANAAN Pasal 159

07. POTENSI RTH DAN RTB

Potensi RTH dan/atau RTB


merupakan area yang
direncanakan dan sebagai
acuan sektoral untuk
perwujudan RTH dan/atau
RTB.

Potensi RTH dan RTB


memperhitungkan Indeks Hijau
Biru Indonesia (IHBI). Area
dapat dimanfaatkan kegiatan
dan penggunaan lahan sesuai
sub zona sebelum dilakukan
pembebasan lahan oleh
Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah.

Kriteria Lokasi :

a. di bawah jalan layang atau infrastruktur layang


b. sempadan sungai dan pantai
c. sempadan kereta api
d. daerah cekungan
e. di bawah SUTT atau SUTET
f. median jalan
g. aset Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang berada di dalam dan di luar WP Provinsi DKI
Jakarta
h. area meander sungai akibat normalisasi atau perubahan alur sungai
i. daerah hijau bangunan
j. area yang ditetapkan sebagai zona RTH sebelum Peraturan Gubernur ini ditetapkan namun pada
Peraturan Gubernur ini menjadi sub zona yang dapat dimanfaatkan

DAFTAR ISI
32
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

F. KETENTUAN PELAKSANAAN Pasal 160

PEMANFAATAN RUANG DIATAS DAN/ATAU DIBAWAH PRASARANA DAN


08.
SARANA UMUM

Diperbolehkan untuk : Ketentuan :


a. Jembatan multiguna a. Tidak mengganggu fungsi utama prasarana dan sarana
b. Jalan layang (flyover) umum yang berada di atas, di bawah, dan/atau di
c. Jalan lintas bawah (underpass) sekitarnya
d. Halte b. Tetap memperhatikan keserasian Bangunan Gedung
e. Gerbang tol terhadap lingkungannya
f. Monumen/tugu c. Kegiatan dan penggunaan lahan di atas atau di bawah
g. Ruang terbuka untuk sarana umum memiliki akses yang terpisah
kepentingan publik d. Kegiatan dan penggunaan lahan di bawah sarana umum
h. Bangunan fungsi hunian, memnuhi batasan KTB
keagamaan, usaha, sosial e. Mempertimbangkan keandalan Bangunan Gedung sesuai
budaya dan/atau fungsi ketentuan ya ng dipersyaratkan
campuran f. Dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan sarana
i. Ruang tunggu keselamatan dalam kondisi darurat seperti kebakaran,
stasiun/halte/terminal; gempa, dan banjir
j. Jaringan utilitas g. Dilengkapai dengan sanitasi dalam Bangunan Gedung
k. Sarana penunjang untuk berupa saluran drainase muka tanah dan/ atau saluran
kepentingan publik lainnya drainase bawah tanah

a) Hunian di atas Pasar

Fungsi Hunian

Pasar

b) RTH di atas Underpass

RTH

Underpass

DAFTAR ISI
33
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

F. KETENTUAN PELAKSANAAN Pasal 161

09. PEMANFAATAN RUANG DI BAWAH JALUR TEGANGAN TINGGI

Tujuan :
Untuk melindungi keamanan jalur tegangan tinggi dari
kegiatan yang dapat merusak atau mengganggu sistem
jaringan listrik SUTT dan SUTET serta melindungi masyarakat
dari dampak yang ditimbulkan terhadap kesehatan manusia.

Diperbolehkan untuk : Ketentuan :

a. Jalan Pada RTH tidak diperbolehkan


b. RTH terdapat pohon berbatang keras
c. Saluran yang akarnya dapat
d. Prasarana Umum mengganggu struktur instalasi
SUTT dan SUTET.

10. PEMANFAATAN RUANG DI ATAS PERMUKAAN AIR Pasal 162


Pemanfaatan ruang di atas sub zona BA berlaku
ketentuan :
a. bangunan tidak permanen dengan tipe bangunan
panggung minimal 1,5 m di atas permukaan air
tertinggi.
b. memperhatikan kebersihan, pencahayaan dan
sirkulasi udara sampai ke permukaan air
c. mempertimbangkan keandalan Bangunan Gedung
d. dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan untuk
kondisi darurat
e. tidak menimbulkan perubahan arus air dan
pencemaran yang dapat merusak lingkungan.

11. PEMANFAATAN RUANG DIBAWAH JALAN LAYANG Pasal 166


Berlaku Ketentuan :
Harus mempertimbangkan
keselamatan dan kenyamanan publik,
tidak mengganggu arus lalu lintas.

Diperbolehkan untuk :

a. RTH publik
b. Hortikultura
c. Prasaran umum
d. Bangunan utilitas
e. Halte, stasiun dan terminal
f. Jembatan penyeberangan orang
g. Bangunan penunjang keamanan
h. Fasilitas olahraga publik

DAFTAR ISI
34
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

F. KETENTUAN PELAKSANAAN Pasal 163 -165


12. PEMANFAATAN RUANG DI KAB. KEPULAUAN SERIBU

Pemanfaatan Ruang di Kepulauan Seribu harus menjaga, memelihara, memperbaiki, dan menyehatkan
pulau dan laut dangkal yang mengelilinginya, serta memperbaiki pantai-pantai pasir, vegetasi alami,
dan rumah coral.

Intensitas pemanfaatan ruang dihitung dari luas total LP dikurangi area tidak dapat dimanfaatkan
meliputi area mangrove, area berawa atau berlumpur, lamun dan area habitat coral hidup

Perbaikan Pulau akibat abrasi : Pemanfaatan Ruang Daratan Pulau

a. Perluasan daratan dan berlaku ketentuan :


pengembalian kemiringan a. luas LP daratan pulau dihitung mulai dari garis batas pasang
alami pantai berkala minimal laut tertinggi
1:8 b. dilengkapi dengan gambar pulau beserta laut dangkal atau
b. Disesuiaikan kondisi pulau laguna berdasarkan hasil kajian geoteknik, topografi,
c. Dihitung dari level di titik batimetri dan kajian lainnya seperti hasil survey, pemetaan
batas vegetasi berkayu kondisi eksisting, serta studi lain yang saling terintegrasi
c. GSP meliputi:
1. diukur dari titik pasang tertinggi ke arah darat
2. untuk Pulau Permukiman minimal 5 m
3. untuk selain Pulau Permukiman minimal 10 m
4. disesuaikan dengan karakteristik topografi, biofisik, hidro-
oseanografi pesisir, kebutuhan ekonomi dan budaya,
serta ketentuan lain
d. GSB terhadap GSP sama dengan nol
e. ketinggian peil lantai dasar di atas permukaan tanah kering
paling kecil 1,5 m di atas pasang laut tertinggi
f. menyediakan tempat penampungan air hujan
g. menyediakan fasilitas pengolahan sampah, air minum,
pengolahan air limbah dan infrastruktur lainnya secara
mandiri

DAFTAR ISI
35
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

F. KETENTUAN PELAKSANAAN Pasal 163 -165


12. PEMANFAATAN RUANG DI KAB. KEPULAUAN SERIBU

Pemanfaatan Ruang Perairan Pesisir

berlaku ketentuan :
a. berada di antara garis surut air laut terendah sampai batas tubir karang
b. dapat berada pada dasar terumbu karang yang sudah rusak atau mati
c. yang diperuntukkan sebagai penunjang pariwisata dintensitas pemanfaatan ruang diberikan
sama dengan intensitas pemanfaatan ruang di daratan pulau
d. memperhatikan, menjaga dan memelihara keberadaan mangrove, area berawa atau
berlumpur, lamun dan keberadaan coral hidup serta memelihara dan menyehatkan coral;
e. bangunan panggung menggunakan struktur ringan seperti kayu atau yang setara
f. bangunan menggunakan pondasi hingga tanah keras
g. area pemanfaatan dua atau lebih pulau berdampingan dibagi sama jarak atau diukur sesuai
dengan prinsip garis tengah
h. ketinggian bangunan paling tinggi 12 m dari permukaan air laut
i. bangunan tidak permanen dengan ketinggian peil lantai dasar untuk bangunan di atas
permukaan air laut paling sedikit 2 (dua) meter dari pasang laut tertinggi
j. bangunan didirikan paling sedikit 12 m di belakang batas tubir karang
k. kegiatan rekreasi atau wisata menyediakan sarana penunjang seperti jeti, restoran, villa,
resepsionis dan lainnya
l. pengembangan pulau dapat dilakukan perluasan daratan pulau di atas karang mati atau
pulau pasir guna mencapai kelengkapan prasarana dan sarana penunjang
m. menyediakan fasilitas pengolahan sampah, air minum, pengolahan air limbah dan
infrastruktur lainnya secara mandiri yang dihubungkan ke daratan pulau untuk diolah, disertai
dengan rekayasa peletakan agar terkamuflase
n. limbah cair atau lumpur dan sampah tidak diperbolehkan dibuang langsung ke laut dan
perairan lainnya

DAFTAR ISI
36
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

F. KETENTUAN PELAKSANAAN Pasal 167


13. PEMANFAATAN RUANG UDARA

Diperbolehkan untuk: Berlaku Ketentuan:

a. Menara listrik / telekomunikasi a. Tidak mengganggu fungsi prasarana dan


b. Prasarana jalan seperti jembatan, jalan sarana yang berada di bawahnya dan/atau di
layang, jembatan penyeberangan sekitarnya;
orang b. Memenihi keandalan Bangunan Gedung/
c. Jaringan angkutan umum massal Bangunan Prasarana sesuai ketentuan
berbasis rel c. Struktur bangunan direncanakan untuk
d. Halte / stasiun / terminal mampu memikul semua jenis beban dan/atau
e. Jembatan multiguna seperti bangunan pengaruh luar yang mungkin bekerja selama
layang penghubung antar bangunan kurun waktu umur layan struktur
f. bangunan dan/atau jembatan d. Menyediakan fasilitas dan peralatan sarana
penghubung yang berhimpit dan keselamatan dalam kondisi darurat
dapat diakses publik menuju ke e. Tetap memperhatikan keserasian bangunan
bangunan stasiun dan/atau terminal terhadap lingkungannya.
serta dapat dimanfaatkan untuk fungsi
usaha yang dikelola bersama oleh
pemilik lahan, pengelola kawasan Pemanfaatan ruang udara merupakan kegiatan
dan/atau operator transportasi. untuk kepentingan umum

14. PEMANFAATAN RUANG DI BELAKANG TANGGUL LAUT Pasal 168

Diperbolehkan untuk : Berlaku Ketentuan :

a. jalan inspeksi untuk pemeliharaan tanggul laut atau tanggul Bangunan pengendali banjir
pantai dan bangunan lainnya wajib
b. RTH publik menggunakan pondasi
c. Kegiatan rekreasi dan olahraga dangkal (tidak diperkenankan
d. Ruang UMKM pondasi dalam).
e. Prasarana umum
f. bangunan pengendalian banjir
g. bangunan lainnya

DAFTAR ISI
37
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

F. KETENTUAN PELAKSANAAN Pasal 169

15. PEMANFAATAN RUANG DALAM BUMI

Diperbolehkan untuk :
a. Akses / sirkulasi pejalan kaki ke stasiun angkutan umum massal yang terhubung dengan bangunan
gedung dan/atau jaringan jalan di sekitarnya
b. Prasarana umum
c. Parkir;
d. Prasarana dan sarana penunjang bangunan gedung
e. Sumur resapan/tangkapan air bawah tanah
f. Jaringan angkutan umum massal
g. Stasiun dan halte
h. Gudang / ruang penyimpanan
i. Bangunan gedung fungsi usaha seperti perkantoran, toko, restoran, kafe, dan sejenisnya
j. bangunan gedung fungsi keagamaan
k. bangunan gedung fungsi sosial dan budaya berupa museum, perpustakaan dan galeri
l. kegiatan keamanan dan pertahanan

Berlaku Ketentuan :

a. Tidak diperuntukkan sebagai fungsi hunian atau tempat tinggal;


b. Tidak mengganggu fungsi prasarana dan sarana di dalam bumi
c. Mempertimbangkan keandalan bangunan gedung sesuai fungsi dan klasifikasi bangunan
d. Mempertimbangkan daya dukung lingkungan
e. Lokasi penempatan bangunan memperhatikan:
1. Kondisi geologis dan topografis yang aman berdasarkan studi kelayakan
2. Berada pada daerah yang memiliki kondisi struktur lapisan dan sifat deformasi tanah yang stabil
untuk menahan beban dan penurunan tanah
f. Arsitektur bangunan memperhatikan:
1. Kejelasan, kemudahan aksesibilitas dan orientasi, penciptaan hubungan visual antar ruang, dan
penciptaan suasana di dalam bangunan yang dapat memberikan kesan yang nyaman, terbuka,
lapang, atau luas dan aman
2. Penyediaan ruang atau akses khusus ke permukaan tanah secara langsung
g. Struktur bangunan direncanakan untuk mampu memikul semua jenis beban dan/atau pengaruh
luar yang mungkin bekerja selama kurun waktu umur layan struktur
h. Menyediakan fasilitas dan peralatan sarana keselamatan dalam kondisi darurat seperti kebakaran,
gempa dan banjir
i. Menyediakan sanitasi dalam bangunan saluran drainase muka tanah dan/atau saluran drainase
bawah rumah tapak tanah.

DAFTAR ISI
38
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

PERATURAN ZONASI - TPZ Pasal 170 -175


A. INTENSITAS BONUS YANG DIBERIKAN
01. Zona Bonus – Kode b Intensita
Peningkatan
s Bonus
Diberikan pada Lahan Perencanaan di:
KDB ≤ 60 % ; Kawasan TOD ≤75
● Sub Zona K-1, K-2 dan K-3 yang memiliki performa %
Kawasan kecuali skor terendah 29 KTB ≤ 75 %
● Sub zona KT pada zona khusus Taman Medan
Merdeka KLB B = N x (2 – IP)
● Dikecualikan untuk bangunan Cagar Budaya Keterangan :
dan/atau Kawasan Cagar Budaya
B= Intensitas Bonus
B. PENERAPAN INTENSITAS BONUS - KLB berupa KLB
N= KLB berdasarkan
BATAS DIS intensitas
INTENSITAS pemanfaatan ruang
BONUS
IP = Indeks Pengendali
BATAS DIS Indeks Pengendali
INTENSITAS
PEMANFAA Sepanjang kawasan pesisir 0,4
TAN RUANG
Sekitar kawasan cagar budaya 0,3
100 m dari garis terluar kawasan
cagar budaya
Sekitar sungai 50m dari tepi 0,2
tanggul sungai

ZONA BONUS ZONA DI LUAR ZONA Sekitar SDEW 50m dari tepi 0,1
KODE b BONUS danau

Contoh :
KLB Performa = 6
Berada di area dengan Faktor Pengendali: Pesisir, Sungai dan CB
Total Persentase Komponen Faktor Pengendali = 0,9
Maka KLB Bonus = 6 x ( 2 - 0,9) = 6 x 1,1 = 6,6

KLB Performa = 4
Berada di area dengan Faktor Pengendali: Sungai dan CB
Total Persentase Komponen Faktor Pengendali = 0,5
Maka KLB Bonus = 4 x ( 2 - 0,5) = 4 x 1,5 = 6
Ketentuan :

● Zona bonus diberikan intensitas bonus pada lokasi diatas.


● Intensitas bonus pada kawasan berorientasi transit dan kompak diberikan penambahan indeks bonus
● Mekanisme pemberian intensitas bonus yaitu dengan mekanisme Kontribusi dengan ketentuan:
a. besaran kontribusi disesuaikan dengan usulan penambahan KLB
b. menyediakan prasarana dan sarana umum
● Usulan penambahan KLB masih berada dalam batasan intensitas bonus dan harus mendapat
rekomendasi pengelola kawasan.
● zona bonus diajukan oleh Pemohon bersamaan dengan permohonan perizinan berusaha melalui
sistem OSS

DAFTAR ISI
39
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

PERATURAN ZONASI - TPZ Pasal 170 -175


01. Zona Bonus – Kode b
C. INTENSITAS BONUS PADA KAWASAN KOMPAK DAN KAWASAN TOD DIS

DIS
DIS
+30%
DIS
+15% +20%
BATAS DIS
INTENSITAS +5%
BONUS

BATAS
INTENSITAS
PEMANFAAT
-AN RUANG

ZONA BONUS ZONA BONUS ZONA BONUS ZONA BONUS ZONA BONUS
DI LUAR TOD & DI KAWASAN DI KAWASAN TOD DI KAWASAN TOD DI KAWASAN TOD
KOMPAK KOMPAK LINGKUNGAN SUB KOTA KOTA

Kawasan Peningkatan Tidak dikenakan untuk :

Kawasan Kompak BK = B x (1 + 5%) a. Kegiatan yang dilaksanakan oleh


Pemerintah Daerah, BUMN dan/atau BUMD
Kawasan TOD Lingkungan BT3 = B x (1 + 15%)
b. Kegiatan sarana pendidikan formal berupa
Kawasan TOD Sub Kota BT2 = B x (1 + 20%) bangunan pendidikan anak usia dini,
bangunan pendidikan dasar, bangunan
Kawasan TOD Kota BT1 = B x (1 + 30%) pendidikan menengah dan bangunan
Keterangan : pendidikan tinggi

B= Intensitas Bonus berupa KLB c. Kegiatan sarana kesehatan berupa rumah


sakit dan puskesmas
Kontribusi dalam bentuk Pembangunan
Prasarana dan Sarana :
a. Ruang publik pada lahan privat; Contoh :
b. Ruang UMKM; Contoh 1
c. Bangunan penghubung antar bangunan; KLB Performa = 6
d. Jalur pedestrian dengan lebar paling sedikit 3 Berada di area dengan Faktor Pengendali:
(tiga) meter; Pesisir, Sungai dan CB
e. RTH yang dapat diakses publik; Berada pada Kawasan TOD Kota
f. Infrastruktur pengendali banjir seperti SDEW; Total Persentase Komponen Faktor
g. Naturalisasi sungai, waduk dan situ; Pengendali = 0,9
h. Perbaikan kualitas lingkungan pulau di KLB Bonus = 6 x ( 2 - 0,9) = 6 x 1,1 = 6,6
Kepulauan Seribu dan Pesisir Pantai Utara; Maka KLB Bonus pada kawasan TOD Kota
i. Pembangunan rumah susun umum dan/atau (BT1) = 6,6 x (1+30%) = 6,6 x 130% = 8,58
perbaikan kawasan permukiman atau
kampung kota; Contoh 2
j. Pembangunan proyek strategis daerah; LB Performa = 4
dan/atau Berada di area dengan Faktor Pengendali:
k. Infrastruktur dan utilitas kota seperti: Sungai dan CB
1. transportasi; Berada pada Kawasan Kompak
2. jalan; Total Persentase Komponen Faktor
3. bangunan sumber daya air, jaringan irigasi, Pengendali = 0,5
dan pengendalian banjir; KLB Bonus = 4 x ( 2 - 0,5) = 4 x 1,5 = 6
4. SPAM; Maka KLB Bonus pada kawasan Kompak
5. SPALD-S atau SPALD-T; dan/atau (BT1) = 6 x (1+20%) = 6 x 120% = 7,2
6. sistem pengelolaan persampahan.

DAFTAR ISI
40
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

PERATURAN ZONASI - TPZ

Alur Pengajuan Permohonan Intensitas Bonus

Diajukan Bersama Pemohon


dengan Permohonan
Permohonan

Perizinan Berusaha
OSS
Notifikasi

PTSP

Pembangunan Pembayaran Pembangunan


Pembayaran dalam
Prasarana dan dalam bentuk Prasarana dan
bentuk Rupiah
Sarana Rupiah Sarana

Pengelola Kepala Perangkat


Kawasan Daerah Urusan Penataan
(Mengacu Ruang dan Bangunan
PRK) Gedung
Tindak Lanjut

Menentukan
penyediaan
Prasarana dan Sarana
Menentukan
penyediaan
Prasarana Gubernur
dan Sarana

Persetujuan
Gubernur

Keputusan
Gubernur
Pelaksanaan

Pelaksana
Pelaksana Pelaksana Pelaksana
(Pengelola
(Pemohon) (Pemohon) (Pemerintah)
Kawasan)

• Dapat dilaksanakan di dalam/luar delineasi Kawasan


• Dapat dilaksanakan pada saat proses pengajuan perizinan berusaha/setelah perizinin
berusaha diterbitkan maksimal 1 tahun dan 1x masa perpanjangan.

DAFTAR ISI
41
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

PERATURAN ZONASI - TPZ Pasal 176 - 191

02. Zona Performa – Kode d A. Kawasan Kompak

Lokasi : Prinsip Dasar

● Kawasan kompak Prinsip Dasar Kawasan Pembangunan Kompak


● Kawasan berorientasi transit • Dilayani kelas jalan arteri atau kolektor
• Dilayani infrastruktur dasar berupa jaringan air
bersih, jaringan air limbah, sampah, dan jaringan
Ketentuan : listrik;
• Jaringan jalan terhubung dengan titik
● Kawasan kompak berlaku untuk: transportasi angkutan umum massal dan
a. kawasan yang telah ditetapkan dilengkapi dengan jalur pejalan kaki
sebagai kawasan kompak dan/atau • Memiliki pengelola kawasan
b.kawasan yang berpotensi • Kawasan dengan risiko bencana rendah dan/atau
telah memiliki mitigasi bencana dan
dikembangkan menjadi Kawasan
kompak
• Luas kawasan minimum 20 Ha.

● Kawasan berorientasi transit


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 180 Kriteria Perencanaan
huruf b berlaku untuk:
Kriteria perencanaan yang wajib dipenuhi Kawasan
a. kawasan yang telah ditetapkan Pembangunan Terpadu/Kompak dengan ketentuan:
sebagai kawasan berorientasi transit • Jalur pejalan kaki dan fasilitasnya yang
dan/atau terintegrasi, aman dan nyaman;
b.kawasan yang berpotensi • Jalur sepeda dan fasilitasnya yang terintegrasi,
dikembangkan menjadi kawasan aman dan nyaman;
berorientasi transit
• Konektivitas dan permeabilitas kawasan yang
terintegrasi;
● Pengelola kawasan dalam kawasan • Tata massa bangunan yang padat dan kompak;
kompak atau kawasan berorientasi • Kegiatan pemanfaatan ruang dengan kegiatan
transit merupakan Pemerintah Daerah, campuran;
Badan Usaha Swasta, BUMN, dan/atau • Menyediakan infrastruktur dasar;
BUMD. • Menyediakan RTH atau RH dan badan air;
● bangunan dalam kawasan atau • Menyediakan ruang publik;
bangunan cagar budaya tetap
• Menyediakan penanda (signage) yang jelas dan
lengkap
memperoleh hak intensitas • Ketentuan penyediaan parkir
pemanfaatan ruangnya dengan • Memiliki kepadatan penduduk tinggi
diperkenankan melakukan pengalihan • Menerapkan prinsip zero run off
hak membangun

DAFTAR ISI
42
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

PERATURAN ZONASI - TPZ Pasal 176 - 191


02. Zona Performa – Kode d
B. KAWASAN PEMBANGUNAN BERORIENTASI TRANSIT

Prinsip Dasar Kriteria Perencanaan

Prinsip Dasar kawasan berorientasi transit Kriteria perencanaan yang wajib dipenuhi
• Berada pada simpul transit jaringan kawasan pembangunan berorientasi transit
angkutan umum massal berbasis rel dan dengan ketentuan:
jaringan angkutan umum yang sudah • Jalur pejalan kaki dan fasilitasnya yang
terbangun atau sedang dalam proses terintegrasi, aman dan nyaman
pembangunan; • Jalur sepeda dan fasilitasnya yang
• Dilayani sarana angkutan umum massal terintegrasi, aman dan nyaman
(SAUM) dengan kapasitas layanan • Konektivitas dan permeabilitas yang
frekuensi sedang dan/atau frekuensi terintegrasi
tinggi; • Tata massa bangunan yang padat dan
• Berada pada kawasan rendah bencana kompak
dan telah memiliki sistem mitigasi bencana; • Kegiatan pemanfaatan ruang campuran
• Dilayani infrastruktur dasar. • Menyediakan infrastruktur dasar
• Cakupan kawasan dengan radius • Menyediakan RTH dan badan air
tertentu yang mempertimbangkan • Menyediakan ruang publik
kenyamanan pejalan kaki • Menyediakan signage yang jelas dan lengkap
• Memiliki satu pengelola Kawasan • Pembatasan ruang parkir kendaraan
• luas kawasan paling sedikit 100 (seratus) bermotor
hektar • Delineasi kawasan berada pada radius 400 -
800 meter dari simpul transit sarana angkutan
umum massal (SAUM)
• Menerapkan prinsi zero run off
Ketentuan Tipologi Kawasan TOD
Tipologi Kawasan TOD
Ketentuan
Kota Sub Kota Lingkungan
Jalur angkutan umum internal
Jalur angkutan umum massal
Jalur angkutan umum massal dalam kota adm. yang
internal antar kota/kab.
internal antar kota/kab terhubung dengan sistem
administrasi dan antar
administrasi dalam provinsi transportasi antar kota
SAUM provinsi
administrasi
Dilewati jaringan jalan arteri
Dilewati jaringan jalan arteri Dilewati jaringan jalan kolektor
sekunder dan kolektor
primer dan kolektor primer primer / kolektor sekunder
primer
sistem transit berkapasitas sistem transit berkapasitas sistem transit berkapasitas
waktu antara Tinggi dengan waktu antara 5 Sedang dengan waktu Sedang dan rendah dengan
menit antara 5-15 menit waktu antara 15-30 menit
Stasiun memiliki kapasitas Stasiun memiliki kapasitas Stasiun memiliki kapasitas
Kapasitas angkut lebih dari 50.000 angkut 10.000-50.000 angkut kurang dari 10.000
orang/hari; orang/hari; orang/hari;
Kegiatan
Proporsi hunian : non hunian Proporsi hunian : non hunian Proporsi hunian : non hunian
Pemanfaatan
= 40% : 60% = 50% : 50% = 60% : 40%
ruang
Populasi > 750 jiwa/ha Populasi 450-1500 jiwa/ha Populasi 350-1000 jiwa/ha
Populasi Pekerja > 200 jiwa/ha Pekerja 40-200 jiwa/ha Pekerja 14-40 jiwa/ha
aktivitas kawasan min. 18 jam aktivitas kawasan min. 16 jam aktivitas kawasan min 14 jam

DAFTAR ISI
43
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

PERATURAN ZONASI - TPZ

Pasal 192 - 196 Pasal 197


03. Zona Ambang – Kode h 04. Zona Khusus – Kode j
Kriteria Kawasan : Lokasi :

• perluasan daratan, reklamasi, lahan cadangan, Di Kecamatan Gambir. SWP Kota Adm.
tanah timbul atau area belakang tanggul NCICD Jakarta Pusat terdiri atas:
yang belum ditentukan pemanfaatan ruangnya
• perluasan daratan atau reklamasi yang sudah a. Zona Inti Taman Medan Merdeka
memperoleh persetujuan pelaksanaan reklamasi b. Zona Penyangga Taman Medan Merdeka
dari menteri urusan pemerintahan di bidang c. Zona Pelindung Taman Medan Merdeka
kelautan dan perikanan
Ketentuan :

Lokasi : ● Diperbolehkan pemanfaatan ruang


bawah tanah sebagai ruang pamer,
• Kawasan Reklamasi Pulau G pusat informasi, parkir, dan penunjang
• Kawasan Perluasan Ancol serta ruang untuk kepentingan
• Kawasan Rorotan sebagai lahan cadangan pertahanan keamanan
• Kawasan belakang tanggul tanggul pantai ● Bangunan tinggi yang berada pada
zona penyangga dan zona pelindung
tidak diperkenankan membangun
Ketentuan :
landasan helikopter/helipad kecuali
● Peruntukan lahan diusulkan oleh Pemohon atau mendapat rekomendasi dari Sekretariat
Presiden dan instansi berwenang
Pengelola Kawasan dengan mengajukan
● Bangunan tinggi yang berada pada
proposal pengembangan kawasan yang Zona penyangga, Zona Pelindung
mempertimbangkan sosial, ekonomi dan Taman Medan Merdeka, dan pada
lingkungan hidup serta dinamika pembangunan koridor di luar Zona Pelindung Taman
● Terhadap ketentuan kegiatan dan penggunaan Medan Merdeka yang berhadapan
lahan, intensitas pemanfaatan ruang dan langsung dengan Kawasan Istana
ketentuan tata bangunan pada peruntukan Presiden dan Wakil Presiden tidak
diperkenankan memiliki jendela
lahan mengikuti ketentuan pada Peraturan
dan/atau ruang yang berhadapan
Gubernur; langsung kecuali berupa jalur/sirkulasi
● Menyediakan lahan yang dimanfaatkan untuk pejalan kaki
kepentingan umum ● Bangunan tinggi yang berada pada
● Dilengkapi dengan infrastruktur dan utilitas Zona Penyangga, Zona Pelindung
dasar secara mandiri Taman Medan Merdeka dan pada
Kawasan sekitar Istana Presiden dan
● Terhubung dengan transportasi umum/massal
Wakil Presiden sewaktu-waktu dapat
● Dapat dikembangkan sebagai kawasan kompak
digunakan untuk fungsi keamanan dan
atau kawasan berorientasi transit pertahanan

DAFTAR ISI
44
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

PERATURAN ZONASI - TPZ Pasal 197 - 199

05. Zona Pengendalian Pertumbuhan – Kode k

Kawasan Sapi Perah, Pondok Ranggon Kawasan Kegiatan Industri Menengah


(kode k1) Dan Besar, Beraglomerasi dan Di Luar
Zona KPI (kode k2)
Mempertimbangkan:
Ketentuan:
● Peraturan perundangan;
● Jaringan jalan; • Tidak mengganggu fungsi utama zona
● Jaringan infrastruktur dasar, seperti jaringan air dan/atau sub zona
bersih, jaringan IPAL, jaringan energi dan • Tidak berada sub zona RTH
telekomunikasi; dan • Tidak diperperbolehkan
● Aspek kesehatan dan kenyamanan di lingkungan mengembangkan kegiatan industri di
sekitar. sekitar kavling
• Mendapat persetujuan warga sekitar
• Membuat jalur pejalan kaki yang aman
Ketentuan:
dan nyaman
● Menyediakan pengelolaan limbah komunal • Menyediakan RTH pada lahan yang
● Memiliki akses jalan paling kecil 6 (enam) meter terhitung sebagai KDH serta menanam
● Menyediakan tempat karantina hewan tanaman atau pohon peneduh pada area
sementara tersebut
● Memiliki kandang • Memperbaiki sistem drainase kawasan
● Menyediakan lahan menanam rumput setempat
● Menyediakan sanitasi • Menyediakan kebutuhan ruang untuk
● Menyediakan parkir loading, unloading dan/atau tempat
● Menyediakan RTH sebagai ruang publik penampungan barang didalam kaveling/
● Menyediakan fasilitas wisata edukasi dan UMKM persil
● Tidak diperbolehkan memperluas kegiatan di • Tersedianya sumber air sebagai air baku
luar Kawasan yang telah ditetapkan industri dan pengelolaannya serta
● Memiliki jaringan infrastruktur dasar, seperti pelarangan penggunaan air tanah
jaringan air bersih, jaringan energi dan • Menyediakan ruang evakuasi, ruang
telekomunikasi publik, dan sarana penunjang lainnya
● Memiliki standar kelayakan pemotongan hewan

06. Zona Pelestarian Cagar Budaya – Kode l Pasal 201 -203

Lokasi: Kriteria:

• Kawasan Kota Tua • Mengandung 2 Situs Cagar Budaya atau lebih


• Kawasan Pulau Onrust, Pulau Cipir, Pulau yang letaknya berdekatan
Kelor dan Pulau Bidadari • Berupa lanskap budaya hasil bentukan manusia
• Kawasan Menteng berusia paling sedikit 50 tahun
• Kawasan Kebayoran Baru • Memiliki pola yang memperlihatkan fungsi ruang
• Kawasan Perkampungan Betawi Setu pada masa lalu berusia paling sedikit 50 tahun
Babakan • Memperlihatkan pengaruh manusia masa lalu pada
proses pemanfaatan ruang berskala luas
Pelestarian Kawasan: • Memperlihatkan bukti pembentukan lanskap
budaya
• Pemeliharaan • memiliki lapisan tanah terbenam yang
• Perawatan mengandung bukti kegiatan manusia atau
• Pemugaran endapan fosil

DAFTAR ISI
45
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

PERATURAN ZONASI - TPZ Pasal 204 -207

07. Zona Intensitas Sangat Tinggi (High Intensity Zoning) – Kode m

Berlaku pada : Ketentuan m1 :

a. m1 : LP dengan intensitas a. LP di luar zona bonus tidak diperkenankan menambah


pemanfaatan ruang melebihi dan meningkatkan intensitas pemanfaatan ruang
batasan intensitas berupa KDB, KLB dan KTB
pemanfaatan ruang atau b. LP yang berada pada zona bonus:
intensitas bonus yang • jika intensitas pemanfaatan ruang berdasarkan
didasarkan pada peraturan Peraturan Perundang-undangan sebelum Peraturan
perundang-undangan Gubernur ini ditetapkan kurang dari batasan
sebelum Peraturan Gubernur intensitas bonus maka masih dapat menaikkan
ini ditetapkan intensitas pemanfaatan ruang sampai batasan
b. m2 : LP yang memperoleh intensitas bonus dengan kontribusi
pelampauan KLB dari • jika intensitas pemanfaatan ruang berdasarkan
intensitas pemanfaatan ruang Peraturan Perundang-undangan sebelum Peraturan
berdasarkan peraturan Gubernur ini ditetapkan lebih dari batasan intensitas
perundang-undangan bonus maka tidak diperbolehkan meningkatkan
sebelum Peraturan Gubernur intensitas pemanfaatan ruang.
ini ditetapkan

Jika melakukan kenaikan


intensitas akan terkena
Disinsentif (pembatalan
Dibolehkan insentif) dan selanjutnya
menaikan dikenakan Sanksi
intensitas sampai
batas Intensitas
Bonus. DIS KETINGGIAN
BATAS BANGUNAN
INTENSITAS EKSISTING
BONUS

KETINGGIAN
BANGUNAN
EKSISTING
BATAS BATAS
INTENSITAS INTENSITAS
PEMANFAATAN PEMANFAATAN
RUANG RDTR RUANG RDTR
2022 2022

ZONA KODE M1 ZONA KODE M1


KASUS A KASUS B

DAFTAR ISI
46
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

PERATURAN ZONASI - TPZ Pasal 204 -207

07. Zona Intensitas Sangat Tinggi (High Intensity Zoning) – Kode m

Kenaikan KLB yang diberikan BATAS KETINGGIAN


tanpa kontribusi sesuai dengan EKSISTING
selisih intensitas BANGUNAN
SETELAH
KONTRIBUSI

BATAS INTENSITAS
Selisih antara intensitas PEMANFAATAN
Pemanfaatan ruang RDTR 2022 RUANG RDTR 2022
dengan RDTR 2014
BATAS
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG RDTR
2014

ZONA KODE M2

Ketentuan m2 :

a. dapat diberikan tambahan KLB dari selisih antara KLB berdasarkan performa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 97 ayat (1) dengan KLB berdasarkan Peraturan Perundang-undangan
sebelum Peraturan Gubernur ini ditetapkan
b. selisih KLB sebagaimana dimaksud pada huruf a diakumulasikan terhadap nilai pelampauan
KLB berdasarkan dokumen persetujuan Gubernur yang telah melaksanakan komitmen yang
tertera dalam perjanjian pemenuhan kewajiban atau yang setara sebelum Peraturan Gubernur
ini ditetapkan
c. selisih KLB sebagaimana dimaksud pada huruf a diberikan dengan tanpa kontribusi dan tidak
dikenakan disinsentif

DAFTAR ISI
47
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

KELEMBAGAAN Pasal 208

• Dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang secara partisipatif di daerah, dibentuk FPR.
• FPR bertugas untuk memberikan masukan dan pertimbangan dalam pelaksanaan Penataan Ruang.
• Anggota FPR di daerah terdiri atas Perangkat Daerah, asosiasi profesi, asosiasi akademisi, dan tokoh
masyarakat.
• Pembentukan, susunan keanggotaan, tugas, fungsi, dan tata kerja FPR dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan terkait koordinasi penyelenggaraan penataan ruang.

KETENTUAN LAIN - LAIN


01. Persyaratan Dasar Perizinan Berusaha Pasal 210 -216

KKKPR Perling PBG dan SLF


1. SKKLH 1. PBG
Dokumen Persetujuan Lingkungan • PBG diberikan pada bangunan
kesesuaian
untuk kegiatan wajib Amdal yang belum atau sudah
rencana
2. SPKPLH terbangun
lokasi
Dokumen Persetujuan Lingkungan • PBG wajib diperoleh sebelum
kegiatan
untuk kegiatan wajib UKL-UPL pelaksanaan konstruksi
pemanfaat
3. SPPL 2. SLF
an ruang
Dokumen Persetujuan Lingkungan Pemanfaatan bangunan
dengan
untuk selain kegiatan wajib Amdal gedung baru dapat dilakukan
RDTR.
dan UKL-UPL setelah mendapatkan SLF.

02. Kewajiban Pembangunan Pasal 217 -220

Definisi

upaya gotong royong pelaksanaan pembangunan yang melibatkan masyarakat dalam bentuk
partisipasi dan peran serta dalam penyediaan dan peningkatan komponen daya dukung pelayanan
infrastruktur, penyelesaian permasalahan perkotaan, sarana kota, dan fasilitas umum/fasilitas sosial

Mekanisme
Kewajiban pembangunan dikenakan
terhadap :
a. Mendirikan bangunan baru Dibayarkan bersamaan dengan pembayaran retribusi
b. Penambahan luas lantai bangunan sebelum dilakukan penerbitan PBG dan dipungut
c. Perubahan fungsi utama bangunan oleh Perangkat Daerah yang menyelenggarakan
gedung urusan pemerintahan di bidang penanaman modal
dan pelayanan terpadu satu pintu

DAFTAR ISI
48
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

KETENTUAN LAIN - LAIN


03. Peninjauan Kembali Pasal 221

Jangka waktu dan peninjauan kembali RDTR Wilayah


Perencanaan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang undangan.

1. Jika terjadi perubahan lingkungan strategis, 2. Peninjauan kembali Peraturan Gubernur


peninjauan kembali RDTR wilayah tentang RDTR WP Provinsi DKI Jakarta dapat
Perencanaan Provinsi daerah Khusus Ibukota direkomendasikan oleh FPR
Jakarta dapat ditinjau lebih dari 1 kali dalam
setiap periode 5 tahunan.

Perubahan Lingkungan Strategis meliputi Kriteria penerbitan rekomendasi FPR


a. Bencana alam skala besar yang ditetapkan a. Penetapan kebijakan nasional yang
dengan peraturan perundang - undangan bersifat strategis dalam peraturan
b. Perubahan batas teritorial negara yang perundang - undangan
ditetapkan dengan undang - undang b. Rencana pembangunan dan pengembangan
c. Perubahan batas daerah yang ditetapkan objek vital nasional
dengan undang – undang c. lokasinya berbatasan dengan
d. perubahan kebijakan nasional dan kebijakan kabupaten/kota di sekitarnya
daerah yang bersifat strategis

04. Kegiatan untuk Kepentingan Umum Pasal 222 - 225

Kegiatan untuk kepentingan umum yang Dapat dilaksanakan di seluruh WP DKI Jakarta dengan
dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat, dilengkapi kajian komprehensif / kajian kelaikan
Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD, swasta setelah mendapat pertimbangan dari FPRD dan
dan/atau yang dikerjasamakan belum Persetujuan Gubernur.
termuat dalam Rencana Struktur Ruang.
• Diperbolehkan pada seluruh sub zona dengan
tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan
Kegiatan dan penggunaan lahan untuk
daya dukung infrastruktur.
prasarana dan sarana umum, kegiatan
• Pada lahan aset milik Pemerintah Pusat atau
yang dimanfaatkan untuk kepentingan
Pemerintah Daerah dapat diberikan intensitas
umum dan/atau kepentingan Pemerintah
pemanfaatan ruang yang disesuaikan dengan
Pusat atau Pemerintah Daerah.
kebutuhan dilengkapi dengan kajian.

Kegiatan dan penggunaan lahan yang Dapat dilaksanakan penyesuaian untuk dimintakan
tidak termuat dalam RDTR, Persetujuan Gubernur sepanjang tidak
perkembangan dinamika pembangunan, bertentangan dengan kriteria performa dan
pembaruan KBLI dan/atau tidak diatur kriteria perencanaan
secara jelas dalam RDTR.
Maka Intensitas Pemanfaatan Ruang dan Intensitas
Bonus pada sub zona K-1, K-2 dan K-3 dapat
Implementasi rencana prasarana dan dilakukan penyesuaian oleh Kepala Perangkat
sarana umum, peningkatan radius tingkat Daerah yang menyelenggarakan urusan
layanan serta perkembangan dinamika pemerintahan di bidang penataan ruang dan
pembangunan yang menjadi faktor bangunan gedung untuk dimintakan Persetujuan
performa kawasan. Gubernur.

DAFTAR ISI
49
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta

TERIMA KASIH

DAFTAR ISI

FIND US :
@dinascktrpdki
dinascktrpdki
jakartasatu.jakarta.go.id
dcktrp.jakarta.go.id

CONTACT US :

evaluasierk3@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai