Anda di halaman 1dari 42

PENGENDALIAN

DAN PELAKSANAAN RENCANA


MATERI KULIAH

Oleh:
Tonny Judiantono
D.87.2.047

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota


Fakultas Teknik UNISBA
2017
MATERI I
PENGERTIAN
DAN KONSEP DASAR PPR
DR. Ir. Tonny Judiantono MSc
KULIAH 1a
RPS-PPR
DR. Ir. Tonny Judiantono MSc
KULIAH 1b
PENGERTIAN PPR
DR. Ir. Tonny Judiantono MSc
INSTRUMEN PEMBANGUNAN KOTA
Development Plan Development Regulation/Control

 Strategig Plan  Istilah yang digunakan


Merupakan rencana yang sifatnya umum, strategik 1. Development control (Inggris)
dan konsepsional, lebih banyak berisi uraian
yang sifatnya desktiptif dan retorik, memuat 2. Zoning Regulation (Perancis)
tentang Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan
Kebijaksanaan Pembangunan Kota 3. Zoning Code (San Diego)
 Functional Plan 4. Zoning Resolution (New York)
Merupakan rencana intermiediate yang bersifat 5. Zoning Ordinance (beberapa kota di USA)
sudah lebih teknis, tidak terlalu banyak lagi
uraian yang bersifat deskriptif tetapi sudah 6. Land Development Code (Palm Beach)
memberikan gambaran yang lebih jelas
tentang peruntukan makro kota
 Detail Plan
Merupakan rencana yang bersifat sangat rinci,
sudah menggambarkan tentang dimensi-
dimensi teknis perpetakan, Right of Way,
Sempadan bangunan dlsb nya.
CONTOH JENJANG RENCANA KOTA DI
BERBAGAI NEGARA
JENIS INGGRIS PERANCIS USA SINGAPORE
RENCANA
STRATEGIG Structure Plan SDAU Comprehensive Concept Plan
PLAN Plan
FUNCTIONAL Local/ District POS Zoning Plan Development
PLAN Plan Guide Plan
(DGP)
DETAIL PLAN Subdivision Subdivision Subdivision Subdivision
Plan/ Action Plan Plan/ Landuse Plan
Plan Plan
HIRARKI/ JENJANG RENCANA
DI INDONESIA
LANDASAN JENJANG DKI KESETARAAN PENGESAHAN
HUKUM RENCANA JAKARTA
UU 24/1992 RTRWP/K RTRWP/K Strategic Plan PERDA
(1:50.000)
PP 69/96 RRTRK RRTRWC Functional Plan SK Gub
(1:5.000)
PP 69/96 RTRK RTRK/LRK Detail Plan SK Gub
(1:1.000)

LANDASAN JENJANG SKALA KESETARAAN PENGESAHAN


HUKUM RENCANA
UU 26/2007 RTRW RTRWP/K Strategic Plan PERDA
Provinsi (1:100.000)
RTRW RRTRWC Strategic Plan/ PERDA
Kab/Kota (1:50.000) Functional Plan
Rencana Rinci (1:5.000) Detail Plan SK Bupati/
Walikota
KULIAH 2
KONSEP DASAR PPR
DR. Ir. Tonny Judiantono MSc
KEDUDUKAN ZONING REGULATION
DALAM KONTEKS PENATAAN RUANG

ASPEK ASPEK ASPEK


PERENCANAAN PEMANFAATAN RUANG PENGENDALIAN

LAND MANAGEMENT PERATURAN


(KAWASAN) PENGELOLAAN LAHAN
• NETWORK
• ACTIVITY • PERATURAN
• DENSITY • PERIJINAN
• LAND DEVELOPMENT
INTENSITY • PENGAWASAN
(PERSIL, BLOK & SEKTOR)
• PENERTIBAN
• KELEMBAGAAN

ZONING REGULATION
MATERI II
ASPEK PENGENDALIAN
RENCANA
DR. Ir. Tonny Judiantono MSc
KULIAH 3
PERATURAN
DR. Ir. Tonny Judiantono MSc
KERANGKA PERATURAN
1. Ketentuan Umum
2. Asas, Tujuan dan Fungsi
3. Lembaga Penataan Ruang
4. Jenis Rencana dan Materi Rencana
5. Peranserta masyarakat dalam perencanaan tata ruang
6. Prosedur penyusunan Rencana Tata Ruang
7. Prosedur Peninjauan rencana
8. Prosedur Perijinan
9. Prosedur Pembangunan Kawasan
10. Zonasi
11. Peraturan penggunaan
12. Ketentuan Teknis
13. Ketentuan Khusus
14. Dampak Pembangunan
TUJUAN ZONING REGULATION

 Mengatur kepadatan penduduk dan intensitas kegiatan,


mengatur keseimbangan, keserasian peruntukan tanah dan
menentukan tindak atas suatu satuan ruang
 Melindungi kesehatan, keamanan dan kesejahteraan masyarakat
 Mencegah kesemrawutan, menyediakan pelayanan umum yang
memadai, dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup
 Meminimumkan dampak pembangunan yang merugikan
 Memudahkan pengambilan keputusan secara tidak memihak dan
berhasil guna serta mendorong partisipasi masyarakat
FUNGSI ZONING REGULATION
1. Sebagai intrumen pengendalian pembangunan
2. Sebagai pedoman penyusunan rencana operasional
3. Sebagai panduan teknis pengembangan lahan

SUBSTANSI ZONING REGULATION


1. Prosedur Pembangunan
2. Ketentuan-ketentuan Teknis
3. Dampak Pembangunan
ZONASI
1. Zona dasar
2. Zona Utama, yaitu zona dasar yang masih memiliki sifat yang asli
3. Zona Spesifik, yaitu pemberian karakter-karakter tertentu pada zona utama sehingga
memiliki sifat-sifat pembatasasn ataupun keleluasaan tertentu pada zona dasar
4. Paket Penggunaan, yaitu jenis-jenis penggunaan yang memungkinkan diijinkan pada
setiap zona spesifik
5. Paket Peraturan Pembangunan, yaitu persyaratan-persyaratan pembangunan pada
zona dasar untuk dapat menampung penggunaan yang diijinkan, seperti luas perpetakan
minimum, lebar dan kedalaman perpetakan minimum, KDB, KLB, Ketinggian bangunan,
dsb.
PAKET PERATURAN PEMBANGUNAN

 Paket peraturan pembangunan lebih menjelaskan dimensi zona


dasar dengan mempertimbangkan penggunaan yang
diperbolehkan dalam paket penggunaan
 Paket peraturan dengan paket penggunaan tidak boleh saling
bertentangan
 Salah satu unsur dalam paket peraturan yang mengindikasikan
besaran ruang dari zona-zona dasar dengan mengambil salah
satu atau beberapa dari ketentuan-ketentuan pembangunan yang
paling mewakili
 Ketentuan-ketentuan yang lebih rinci tentang luas perpetakan,
jarak-jarak bebas, KDB, KLB, Tinggi bangunan, dan ketentuan-
ketentuan tentang bangunan lainnya diatur dalam tabel peraturan
pembangunan.
KETENTUAN TEKNIS

1. Tata ruang dan pertimbangan lingkungan


2. Daerah perencanaan
3. Intensitas bangunan
 Sifat lingkungan
 KDB dan KLB
 Ketinggian Bangunan
 Garis sempadan bangunan (GSB), Garis sempadan jalan (GSJ)
 Jarak bebas
 Jarak bebas pada bangunan renggang
 Jarak bebas pada bangunan rapat

4. Sarana penunjang
5. Insentif pembangunan
6. Ketentuan tentang bangunan industri
7. Ketentuan tentang bangunan-bangunan lainnya.
KETENTUAN KHUSUS
 Peraturan umum untuk penggunaan terpisah
 Panduan rancang kota
 Standar sarana kota
 Perparkiran
 Prasarana kota
 Penataan kegiatan
 Tata Informasi/ media luar ruang
 Bangunan bersejarah
 Pedoman pembangunan wilayah kepulauan
 Penataan kawasan di sekitar Bandara
 Kawasan Pantura
 Reklame
DAMPAK PEMBANGUNAN
 Pencemaran lingkungan
 Dampak pembangunan
 Analisis dampak lalu lintas untuk pembangunan baru
KULIAH 4
KELEMBAGAAN &
PERIJINAN
DR. Ir. Tonny Judiantono MSc
LEMBAGA PENATAAN RUANG

1. Lembaga Penataan Ruang dibagi atas dua kelompok, yaitu :


• Pengambil keputusan
• Pembuat Rekomendasi

2. Pengambil Keputusan, terdiri atas:


• Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
• Komisi Perencanaan
• Badan Pertimbangan Urusan Tanah (BPUT)
• Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA)
• Dinas Tata Kota (DTK)
3. Pembuat Rekomendasi, terdiri atas:
• Dewan Kota/ Kabupaten
• Dewan Kelurahan
• Tim Pertimbangan Arsitektur Kota (TPAK)
• Tim Pertimbangan Penggunaan Lahan (TPPL)
• Badan Kesejarahan
PROSEDUR PERIJINAN
1. SP3L (Surat Persetujuan Prinsip Penggunaan lahan)
2. SIPPT (Surat Ijin Penggunaan & Pemanfaatan Tanah)
3. IJIN PEMBANGUNAN
• IJIN PEMBANGUNAN KATEGORI I
• IJIN PEMBANGUNAN KATEGORI II
PROSEDUR PERMOHONAN SP3L
 Pemohon mengajukan permohonan kepada Gubernur selaku Ketua Badan Pertimbangan Urusan
Tanah dengan melengkapi semua persyaratan
 Gubernur meminta DTK selaku sekretariat BPUT mempersiapkan bahan-bahan terkait untuk
dibahas dalam sidang rapat pimpinan BPUT
 Sidang rapat pimpinan BPUT membahas permohonan dimaksud dan membuat keputusan
menerima atau menolak permohonan sesuai saran-saran anggota
 Apabila sidang menerima permohonan maka Gubernur menerbitkan SP3L
 Setelah menerima SP3L pemohon harus melaporkannya kepada walikota setempat untuk
kemudian diadakan sosialisasi kepada masyarakat
 Apabila setelah dilakukan sosialisasi sebagian besar masyarakat pemilik tanah menolak, maka
walikota membuat laporan dan saran kepada Gubernur
 Atas saran walikota, Gubernur dapat meninjau kempali SP3L dimaksud
PROSEDUR PERMOHONAN SIPPT

 Pemohon mengajukan permohonan kepada Gubernur selaku Ketua Badan Pertimbangan


Urusan Tanah dengan melengkapi semua persyaratan
 Gubernur meminta DTK selaku sekretariat BPUT mempersiapkan perencanaan atas lokasi
yang dimohon terkait untuk dibahas dalam sidang rapat pimpinan BPUT
 Sidang memberikan koreksi dan saran atas usulan dimaksud
 Memperhatikan semua saran dan koreksi, Gubernur menerbitkan SIPPT
 Setelah menerima SIPPT, pemohon melaporkannya kepada walikota setempat untuk
kemudian dilakukan sosialisasi kepada masyarakat
 Apabila ada gugatan dari masyarakat terhadap rencana, Walikota membuat laporan dan
saran kepada Gubernur
 Gubernur meminta komisi perencanaan untuk melakukan dengar pendapat publik
 Komisi perencanaan melakukan dengar pendapat publik dan membuat keputusan dan
disampaikan kepada Gubernur
 Apabila hasil dengar pendapat publik berakibat terhadap perubahan rencana, Gubernur
meminta DTK untuk melaksanakan penyesuaian rencana
KULIAH 5
PENERTIBAN DAN PENGAWASAN
DR. Ir. Tonny Judiantono MSc
PERANSERTA MASYARAKAT
DALAM PERENCANAAN TATA RUANG
 Hak masyarakat dalam perencanaan tata ruang
 Kewajiban masyarakat dalam perencanaan tata ruang
 Tahapan PSM dalam perencanaan tata ruang
 Lingkup substantif PSM dalam perencanaan tata ruang
 Kelompok serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang
 Cara serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang
 Waktu serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang
 Bentuk kelembagaan masyarakat dalam perencanaan tata ruang
HAK MASYARAKAT
DALAM PERENCANAAN TATA RUANG
1. Mengetahui seluruh maksud/keinginan/ rencana pemerintah, atau
mengajukan inisiatif
2. Mengetahui seluruh proses persiapan dan ikut menilai kesiapan
(proses administrasi) penyelenggaraannya
3. Memberikan pendapat, saran, masukan, dan penentuan tujuan-
tujuan dan arah
4. Memberikan pendapat, saran, masukan, data/ informasi dan
penentuan potensi dan masalah tata ruang
5. Memberikan kontribusi dalam perumusan rencana
6. Melibatkan diri di dalam, dan/atau mengawasi proses penetapan
rencana tata ruang
7. Mengajukan keberatan terhadap rancangan rencana tata ruang
KEWAJIBAN MASYARAKAT
DALAM PERENCANAAN TATA RUANG
1. Memberikan informasi, data dan keterangan dalam setiap tahapan
2. Berlaku tertib dan santun
3. Menghormati dan menghargai pendapat, saran dan masukan data/ informasi
pihak-pihak lain
4. Mendudukkan kepentingan kolektif/ publik lebih tinggi daripada kepentingan
pribadi atau kelompok
MATERI III
PENGENDALIAN
ASPEK PERENCANAAN
DR. Ir. Tonny Judiantono MSc
KULIAH 6
NETWORK & ACTIVITY
DR. Ir. Tonny Judiantono MSc
DEVELOPMENT CONTROL
1. GENERAL PRINCIPLES

1. Introduction
2. The need for approval to commence development
3. Form of application
4. Procedure for dealing with development applications
5. Considerations in the determination of development applications
6. Applications for the renewal of development approval
7. The use of conditions
8. Temporary approvals
9. Appeals
2. ACCESS TO REGIONAL ROADS

1. General
2. The Access problem
3. Classification of roads
4. Development on controlled access highways
5. Development on important regional roads
6. The design of driveways
7. Conclusions
KULIAH 7
DENSITY & INTENSITY
DR. Ir. Tonny Judiantono MSc
3. RETAIL SHOPPING POLICY

1. Introduction
2. Retail shopping background
3. Retail shopping policy objectives
4. Regional retail shopping structure plan
5. Guidelines for the planning of shopping centres
6. Car parking for shopping centres
4. THE URBAN DEFERRED ZONE

1. The purpose of the urban deffered zone


2. Metropolitan region scheme
3. Procedure for the transfer of land from urban deferred zone to the urban zone
4. Imposition of conditions on clause
5. Subdivision
6. Local authority town planning schemes
5. MANAGEMENT OF PARKS AND RECREATION
RESERVES
1. The authority considers that publicly owned open space must be planned as
part of a total metropolitan open space system encompassing public and
private land in order to maximise the recreation and conservation potential
of the resources
2. The authority will undertake the co-ordination of planning of metropolitan
open space resources in order to:
• Establish long term goals and policy objectives
• Develop a structure plan for region based on an inventory of resource
capability and user needs
• Prepare concept plans for Parks and Recreation reserves based on above
• Prepare development plans for such reserves and implement a
development programme for the metropolitan open space system
3. Special circumstances dictate
4. Management budget
5. The desirability of sustaining an adequate level of maintenance and
surveillance compatible with the availability of finance and human
resources
6. URBAN RUN-OFF STORMWATER
DISCHARGE
1. The authority opposes the discharge of piped or artificially channelled
stormwater drainage to lakes, or other wetlands and the establishment of sumps
2. Prepared to accept the pipe discharge of stormwater drainage to lakes or other
wetlands in such reserved lands on the following basis:
• That it is satisfied that no alternative disposal method is reasonably available
to the proponent
• That provision has been made for the pre-treatment of water for the removal
of solids before it enters reserved lands
3. The design of management structures, the level of pre-treatment and the
method of implementation is to be based on the advice of the Department of
Conservation and Environment and to be to the satisfaction of the Authority

Anda mungkin juga menyukai