Anda di halaman 1dari 6

Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan

Vol. 1 No. 2, Agustus 2014: 80-85


ISSN : 2355-6226

PERCEPATAN PENGEMBANGAN FOOD ESTATE UNTUK


MENINGKATKAN KETAHANAN DAN KEMANDIRIAN
PANGAN NASIONAL

Edi Santosa
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor 16680
E-mail: edisang@gmail.com

RINGKASAN
Pemerintah telah melakukan berbagai terobosan untuk perluasan lahan pangan, salah satunya
melalui pengembangan pangan skala luas (food estate). Program Merauke Integrated Food and
Energy Estate (MIFE) merupakan food estate yang dinotifikasi secara nasional yaitu Energy Estate
di Kabupaten Merauke, Papua seluas 1,2 juta ha, namun proyek food estate tersebut belum dapat
berjalan sesuai harapan karena berbagai kendala yang kompleks. Akibat implementasi yang
belum matang, capaian keberhasilan MIFEE pada saat ini masih relatif lambat. Oleh karena itu,
perlu dicari alternatif solusi agar MIFEE dapat menjadi tonggak sejarah sekaligus legacy
pembangunan pangan untuk generasi mendatang. Permasalahan MIFEE dari segi investor,
kelembagaan, perundang-undangan, sosial, budaya dan politik dianalisis dan dicarikan solusi nya.

PERNYATAAN KUNCI Rekayasa agronomi dan lingkungan sebagai


satu design teknologi dapat melindungi
 Terobosan untuk perluasan lahan pangan, keragaman hayati, identitas lokal dan
salah satunya melalui pengembangan pangan lingkungan. Rekayasa sosial dan agribisnis
skala luas (food estate). Program MIFEE mendesak dilakukan dalam menarik partisipasi
merupakan food estate yang dinotifikasi secara masyarakat, memberdayakan, melindungi
nasional yaitu Energy Estate (MIFEE) di Kab. kepemilikan lahan, sekaligus menjamin
Merauke, Papua seluas 1,2 juta ha. pendapatan secara berkelanjutan.
 Namun pada saat ini, MIFEE belum berjalan
sesuai harapan karena adanya permalahan REKOMENDASI KEBIJAKAN
perbedaan persepsi investor, pemerintah dan
masyarakat, permasalahan kelembagaan, dan Beberapa rekomendasi untuk percepatan
masalah sosial. pelaksanaan food estate adalah:
 Sukses MIFEE membutuhkan leadership yang  Membentuk Badan Otoritas Food Estate
kuat yang didukung oleh akademisi dalam (BOFE) yang ditopang oleh litbang perguruan
menciptakan harmoni antar kepentingan. tinggi untuk memperkuat perencanaan hingga

80
Vol. 1 No. 2, Agustus 2014 Percepatan Pengembangan Food Estate untuk Meningkatkan Ketahanan dan Kemandirian Pangan Nasional.

implementasi, koordinasi lintas disiplin, lintas jagung, kedelai, gula dan daging sapi sebagian
sektoral dan lintas kementerian/lembaga. Ke- masih dari impor. Ketergantungan pada impor
beradaan BOFE akan mempertegas komitmen yang secara rata-rata di atas 50% dari kebutuhan,
politik pangan nasional, mengurangi gejolak dalam jangka panjang dapat mengancam
dan imbas dinamika politik lokal, serta kemandirian dan kedaulatan pangan. Selain itu,
mewadahi aspirasi masyarakat. juga merugikan petani, menguras devisa negara,
 Melakukan mobilisasi Perguruan Tinggi untuk serta rentan terhadap gejolak harga. Pengalaman
mengawal transformasi sosio-kultur masya- menunjukkan, gejolak harga pangan mudah
rakat dalam perubahan gaya hidup, sumber berimbas pada kelangsungan kehidupan politik
nafkah dan aktifitas keseharian. Pendamping- Pemerintah. Sebagai contoh, kejatuhan Presiden
an tersebut juga dimaksudkan untuk Sukarno tidak lepas dari tuntutan masyarakat
mengharmonikan jika muncul guncangan untuk menurunkan harga melalui tiga tuntutan
sosial yang nyata dalam masyarakat. rakyat (Tritura) pada 1966. Pada 1998, kejatuhan
 Mengkaji model local partnership dengan Pemerintahan Presiden Soeharto bersamaan
investor dalam mengelola lahan tanpa meng- dengan krisis ekonomi.
alihkan kepemilikan. Model tersebut perlu Menyadari arti strategis pangan dan Indonesia
sejalan dengan program Reforma Agraria. sebagai negara agraris, Pemerintah telah berusaha
Model tersebut juga dapat menepis isu land membangun ketahanan pangan yang lebih
grabing yang dapat menimbulkan disharmoni. mandiri dan berdaulat. Ketahanan, kemandirian
 Mengembangkan kegiatan pertanian padat dan kedaulatan pangan telah dideskripsikan secara
modal secara ramah lingkungan dan hemat tegas pada UU Nomor 18 tahun 2012 tentang
input (low exernal input) dapat mengurangi resis- Pangan.
tensi masyarakat. Kapasitas dan ketrampilan Berbagai program swasembada dengan fokus
tenaga lokal ditingkatkan dan ditopang melalui pada peningkatan produktivitas telah diluncurkan
pendidikan dalam 'community college. (Kementan, 2012). Namun sebagian besar pro-
 Melindungan lokasi sakral masyarakat melalui gram peningkatan produktivitas melalui rekayasa
bentuk yang lebih produktif seperti bibit unggul, intensifikasi, dan rekayasa genetik
penggunaan tanaman bernilai ekonomi atau belum mampu mengkompensasi penurunan pro-
eksotis sehingga pada waktunya dapat menjadi duksi akibat penurunan luas lahan. Berdasarkan
unit aktivitas ag rowisata disamping data BPS (2010), laju konversi lahan pertanian ke
memperkuat eksistensi budaya tani yang ada. non pertanian mencapai lebih dari 100 ribu ha per
tahun, belum termasuk konversi komoditas. Aki-
batnya, swasembada pangan dengan model ter-
I. PENDAHULUAN sebut relatif sulit berkelanjutan dan untuk men-
capainya diperlukan biaya yang semakin besar.
Kebutuhan pangan sebagai basic human needs Pemerintah telah melakukan berbagai
meningkat seiring meningkatnya jumlah dan terobosan untuk perluasan lahan pangan, salah
kualitas penduduk Indonesia. Namun, penyedia- satunya melalui pengembangan pangan skala luas
an lima komoditas pangan strategis yaitu padi, (food estate) (Forest People Program, 2011;

81
Edi Santosa Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan

Kementan, 2010; Pemkab Merauke, 2010; Satgas II. SITUASI TERKINI TERHADAP ISU
RED++, 2012). Hingga saat ini, telah ada 4 lokasi YANG DIBAHAS
food estate yang dinotifikasi secara nasional yaitu
Pengembangan Lahan Gambut (PLG) 1 juta Program MIFEE diawali 2007 dari usulan
hektar di Kalimantan Tengah, Merauke Integrated Pemkab berupa Merauke Integrated Rice Estate
Food and Energy Estate (MIFEE) di Kab. Merauke, (MIRE) (Pemkab Merauke, 2010). Usulan
Papua seluas 1.2 juta ha, Delta Kayan Food Estate di tersebut dijadikan program nasional karena
Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur seluas potensi lahan yang luas, merupakan produsen
sekitar 0,5 juta hektar, dan Jungkat Agri Kompleks beras di Papua, dan memiliki SDM memadai yaitu
di Kab Kuburaya, Kalimantan Barat seluas 0,25 didukung 60 lokasi transmigrasi. Pada saat
juta ha. Namun proyek food estate tersebut belum launching MIFEE 10 Agustus 2010, Merauke telah
dapat berjalan sesuai harapan karena berbagai mencadangkan 1,2 juta ha dari 2,4 juta ha lahan
kendala yang kompleks. Bahkan PLG dihentikan pengembangan (Kementan, 2010). Dalam jangka
karena teknologi yang dipakai mendapat pendek (2011-2014), dari lahan Klaster I dan IV
penolakan dari para penggiat lingkungan nasional seluas 0,5 juta ha, ditetapkan lahan yang clear and
dan internasional (Mawardi, 2007). Pada lokasi clean seluas 0,3 juta ha.
food estate yang lain, karena konflik lahan, konflik Komoditas pangan yang dikembangkan
sosial, ketersediaan infrastruktur agribisnis, dan adalah: padi, jagung, kedelai, tebu dan sapi. Hasil
teknologi hingga isu politik, dapat berpotensi uji coba diperoleh produksi yang tinggi yaitu padi
menghambat kesuksesan (Jasuan, 2011; Moran, mencapai 7 ton/ha GKP, kedelai 2 ton/ha, tebu
2011; Yayasan Pusaka, 2011; 2011b; Zakaria, 40 ton/ha dan jagung 5 ton/ha pipilan kering.
2011; Zakaria et al., 2011). Pemerintah telah menyusun grand design, dan total
Pemerintah memberikan perhatian khusus investasi MIFEE mencapai Rp 50-60 triliun
pada MIFEE karena ekspektasi dampak sosial hingga 2014. Setelah 2014, akan diperoleh
ekonomi yang besar dalam menopang produksi produksi masing-masing 2 juta ton beras dan
pangan dalam negeri (Jusuf, 2011; 2011b). Di sisi jagung, 0,2 juta ton kedelai, gula 2,5 juta ton, CPO
lain, adanya kekhawatiran masyarakat lokal 1 juta ton, dan daging sapi 64 ribu ton per tahun.
terpinggirkan, perlu mendapat perhatian penting Produksi tersebut akan merupakan sumbangan
dalam menentukan sukses MIFEE. Peningkatan nyata dalam meningkatkan ketahanan pangan
produksi pangan nasional diharapkan akan nasional.
mengurangi impor pangan atau ketergantungan Namun pada saat ini, MIFEE belum berjalan
pada pasokan pangan dari negara lain. Dengan sesuai harapan karena adanya perbedaan persepsi
demikian, pangan nasional akan lebih mandiri dan investor, pemerintah dan masyarakat. Dari 36
berdaulat. Akibat implementasi yang belum investor, 14 telah memiliki ijin mengelola lahan
matang, capaian keberhasilan MIFEE pada saat seluas 0,5 juta ha, 10 diantaranya telah memulai
ini masih relatif lambat. Oleh karena itu, perlu aktivitas (Anonimus, 2013). Di sisi lain, sebagian
dicari alternatif solusi agar MIFEE dapat menjadi besar masyarakat lokal mempertanyakan
tonggak sejarah sekaligus legacy pembangunan pengambilalihan lahan komunal oleh swasta.
pangan untuk generasi mendatang. Keterlibatan swasta asing yang dominan juga

82
Vol. 1 No. 2, Agustus 2014 Percepatan Pengembangan Food Estate untuk Meningkatkan Ketahanan dan Kemandirian Pangan Nasional

menjadi alasan penolakan masyarakat (Anesi dan negara. Perbedaan inilah yang menyebabkan
Fama, 2013; Jasuan, 2011). Konsolidasi penolakan sebagian investor menunda investasinya. Selain
semakin menguat didukung LSM internasional menghadapi kendala infrastruktur, investor masih
yang kemudian menggiring pada isu politik berhadapan dengan birokrasi perijinan yang
(Anonimous, 2012; 2013; Zakaria, 2011; Zakaria et panjang, koordinasi program, dan persoalan lahan
al., 2011). yang rumit (Wantimpres, 2011).
Mengingat strategisnya MIFEE dalam UU 18/2012 tentang Pangan memberikan
meningkatkan kemandirian dan kedaulatan kewenangan pemerintah pusat dan daerah dalam
pangan nasional, maka kegagalan proyek PLG 1 mengelola pangan. Sejalan dengan regulasi
juta ha di Kalimantan Tengah pada tahun 1990an tersebut Pemerintah pusat perlu membentuk
diharapkan tidak terulang pada MIFEE. Perlu Badan Otorita Food Estate (BOFE) untuk
debottlenecking MIFEE agar investor kembali mempercepat pembenahan di sisi investor dan
bersemangat dan masyarakat turut menikmati juga pemerintah. Dasar hukumnya adalah UU no
nilai tambah yang ada. 25/2007 tentang penanaman modal, UU 39/2009
Untuk itu, dilakukan identifikasi masalah pada tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), dan
beneficiary program MIFEE utamanya untuk UU 27/2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu
mencari akar masalah pada masyarakat agar Pintu Penanaman Modal. BOFE tidak tumpang
penolakan dapat dihilangkan. Langkah berikut- tindih dengan Unit Percepatan Pembangunan
nya adalah menelaah keberatan-keberatan dari Papua dan Papua Barat (UP4B) yang ada saat ini,
para investor dan kendala yang dihadapi namun bersinergi. BOFE diharapkan menerobos
pemerintah sebagai fasilitator program MIFEE. sumbatan koordinasi antar 16 Kementerian/
Ketiga subjek lalu diformulasikan melalui data Lembaga pendukung MIFEE yaitu Pekerjaan
empiris, data lapangan dan opini masyarakat yang Umum, Perhubungan, Pertanian, ESDM, Ke-
berkembang dalam kerangka penyusunan uangan, Kehutanan, Nakertrans, Lingkungan
kebijakan win-win solution. Hidup, Dalam Negeri, Bakosurtanal, BPN,
Perindustrian, Kelautan dan Perikanan, Bappenas,
Pemprov Papua dan Pemkab Merauke. Harapan-
III. A NA L I S I S DA N A LT E R NA T I F nya, kendala birokrasi, sinkronisasi dan harmoni-
SOLUSI /PENANGANAN sasi regulasi lintas sektoral terkait legalitas lahan,
perijinan, dan jaminan keberlangsungan usaha,
Terdapat tiga sisi yang perlu dibenahi untuk lebih mudah ditangani. Selain itu, insentif
percepatan MIFEE yaitu investor, pemerintah percepatan investasi yang diberikan kepada swasta
dan masyarakat. Dari sisi investor, masih terdapat berupa insentif fiskal, keringanan bea masuk, dan
perbedaan pandangan dengan Pemerintah, pengurangan pajak menjadi lebih mudah dipantau
dimana sebagian besar meminta Pemerintah dan dievaluasi.
menyediakan infrastruktur dasar. Sebaliknya, Pembenahan mendesak perlu disegerakan
Pemerintah mengharapkan investor membangun pada sisi masyarakat agar lebih siap menerima
infrastruktur dasar seperti pelabuhan, sedangkan MIFEE. Hingga 2012, lebih dari 1000 berita
jalan dan jembatan dialokasikan dari anggaran negatif tentang MIFEE dimuat berbagai media

83
Edi Santosa Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan

cetak dan online, LSM, jejaring sosial lokal, yang besar.


nasional dan internasional. Isu negatif yang Ada tiga alasan mendasar masyarakat sehingga
diangkat menyangkut keadilan lahan, isu belum sepenuhnya dapat menerima MIFEE.
lingkungan, sosial dan ekonomi, dan politik. Pertama adalah menolak pengalihan kepemilikan
Termasuk kekhawatiran land grabing oleh investor lahan komunal menjadi lahan milik investor. Bagi
asing untuk melindungi imperialisme ekonomi. masyarakat, lahan merupakan tempat interaksi
Bukti adanya land grabing pada MIFEE ditengarai sosial, mencari nafkah dan memenuhi kehidupan
dari adanya perubahan alokasi lahan. Pada konsep keseharian, juga tempat keramat keluarga (Nydia
awal MIFEE, pengembangan pertanian terpadu et al., 2011; Yayasan Pusaka, 2011b; Zakaria, 2011;
dengan luas minimal 1,000 ha memiliki komposisi Zakaria et al., 2011). Hilangnya hak atas tanah
70% tanaman pangan, 9% peternakan, 8% diartikan hilangnya identitas keluarga dan
perikanan, 8% perkebunan dan 5% komoditas identitas suku. Masyarakat mengharapkan lahan
lain. Tetapi implementasinya sangat berbeda yaitu dianggap sharing modal kepada investor. Pada
perkebunan sangat dominan dibandingkan point tersebut, Pemerintah diharapkan dapat
tanaman pangan, tanpa ada alokasi untuk mengorganisir masyarakat dalam Badan Usaha
peternakan dan perikanan. Bagi pemerintah, fakta Miliki Petani (BUMP) diikuti dengan rekayasa
tersebut memberikan pesan yang jelas perlunya sosial dan agribisnis membangun model Public
tindakan nyata agar MIFEE ditangani serius, Private Partnership (PPP) (Widoyoko, 2009).
integratif dan sesuai rencana. Melalui kesepakatan tersebut, masyarakat tetap
Secara administratif, MIFEE bersinggungan memiliki lahan, sekaligus memperoleh imbal jasa.
dengan kultur masyarakat Merauke sangat Titik temu tersebut perlu dukungan legalitas
beragam, mencakup 20 distrik, 8 kelurahan dan Pemerintah Daerah agar ada kepastian usaha bagi
160 kampung. Di dalam lokasi terdapat hutan investor.
alami dan mengalir 5 sungai besar (Sungai Kumbe, Alasan kedua adalah migrasi pendatang untuk
Bian, Mato (Merauke), Digul dan Buraka), sebagai mendukung aktivitas MIFEE dikhawatirkan
tempat masyarakat mencari ikan, daging, sagu dan menggusur eksisten masyarakat setempat karena
keperluan sehari-hari lainnya. Lokasi juga perbedaan tingkat pendidikan dan etos kerja.
bersinggungan dengan pemukiman penduduk asli Kekhawatiran tersebut dapat dikikis melalui
suku Marind yang terdiri atas 9 sub suku yaitu teknis agronomi pelaksanaan MIFEE. Salah
Yainem (Yelamin), Kanum, Nggawib, Laghub, satunya adalah mekanisasi sehingga jumlah tenaga
Malind, Saghuwab, Mbian, Maklew, dan Kimaam. pendatang tidak terlalu besar. Bersamaan dengan
Masing-masing subsuku memiliki keunikan dalam langkah tersebut, BOFE meng gandeng
adat istiadat, cara menghormati leluhur, perguruan tinggi pertanian atau teknologi untuk
mengelola tanah adat/ulayat dan hubungan sosial. mengembangkan Sekolah Komunitas (community
Setiap subsuku bahkan memiliki tanaman college) guna memberdayakan dan peningkatan
identitas seperti kelapa, karet, padi, buah-buahan jenjang pendidikan masyarakat lokal. Dalam
dan sebagainya. Sehingga, introduksi MIFEE Sekolah Komunitas, penduduk lokal dapat bekerja
yang menafikkan eksistensi masyarakat lokal sambil belajar sehingga memenuhi kualifikasi
tersebut dapat menimbulkan guncangan sosial untuk terlibat dalam perusahaan MIFEE,

84
Vol. 1 No. 2, Agustus 2014 Percepatan Pengembangan Food Estate untuk Meningkatkan Ketahanan dan Kemandirian Pangan Nasional

termasuk keterampilan mekanisasi. Bahkan Jusuf. 2011. Ketahanan Pangan dalam perspektif
Sekolah Komunitas dapat diperkaya dengan geoekonomi. Setkab RI, Jakarta. 390 hal.
muatan wirausaha pertanian sehingga memberi Jusuf. 2011b. Membangun lumbung pangan
nilai dalam menggerakkan ekonomi setempat dunia. Setkab RI, Jakarta. 417 hal.
berbasis agribisnis sekaligus mendukung MIFEE. Kementerian Pertanian. 2012. Laporan Kinerja
Pendampingan akademis massal yang demikian, Kementerian Pertanian, Jakarta. 47 hal.
telah terbukti berhasil dalam rekayasa sosial Bimas Mawardi, I. 2007. Rehabilitasi dan revitalisasi eks
dan Inmas pada tahun 1970an dalam peningkatan proyek pengembangan lahan gambut di
produksi padi di Jawa. kalimantan tengah. Jurnal Teknologi
Alasan ketiga adalah kekhawatiran tercerabut- Lingkungan 8 (3): 287-297.
nya akar budaya masyarakat lokal akibat Moran, S. 2011. INDONESIA: MIFEE: The
kehancuran tempat sakral leluhur dan bencana stealthy face of conflict in West Papua.
ekologis. Teknologi agronomi dan lingkungan Asian Human Rights Commision. http://
mampu memberikan solusi yang jelas. Banyak www.humanrights.asia (akses 24 September
model pertanian konservasi ramah lingkungan 2013).
yang berhasil mempertahankan bentang alam, Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke 2010.
habitat, dan spesies unik di berbagai belahan “MIFEE, Program Konkrit dalam Me-
dunia. Peran BOFE dan perguruan tinggi dalam wujudkan Merauke Sebagai Kawasan Eko-
mengawal eksistensi masyarakat lokal sangat nomi Khusus Pangan Nasional”, Bahan
penting, termasuk mengawal kepatuhan investor Presentasi dan Sosialisasi Program MIFEE.
terhadap tataruang. Sekali lagi, mengingat adopsi Merauke: Badan Perencanaan Pembangun-
dalam rekayasa sosial, teknologi dan lingkungan an Daerah Kabupaten Merauke.
membutuhkan proses yang berkelanjutan, maka Wantimpres. 2011. Percepatan pembangunan
kualitas kepemimpinan akan menjamin pen- provinsi Papua dan Papua Barat untuk
capaian tujuan MIFEE tanpa mengorbankan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
kekayaan indigenous yang ada. dalam kehidupan yang aman dan damai.
Dewan Pertimbangan Presiden RI. 185 hal.
Widoyoko, Y (Ed.). 2009. Pertanian masa depan
REFERENSI kita: Sinergi BUMN dalam BUMP. Gibon
Books, Jakarta. 526 hal.
Anonimous. 2012. An Agribussiness Attack in Yayasan Pusaka. 2011. MIFEE, untuk siapa?
West Papua: Unravelling the Merauke www. pusaka.or.id (akses 22 September
Integrated Food and Energy Estate. 48p. 2013).
https://awasmifee.potager.org (akses 24 Zakaria, RY., E.O, Kleden., Y.L, Franky. 2011b.
September 2013). MIFEE: Tak Terjangkau Angan Malind
Anonimous. 2013. Grand Designs for Merauke: Catatan atas upaya percepatan
MIFEE in Theory and in Practice. https:// pembangunan MIFEE di Kabupaten
awasmifee.potager.org (akses 24 September Merauke, Papua. Yayasan PUSAKA,
2013). Jakarta. 138 hal.

85

Anda mungkin juga menyukai