Anda di halaman 1dari 15

AGROINTEK Volume 9, No.

1 Maret 2015 9

PENERAPAN METODE ANP (ANALYTIC NETWORK PROCESS) DALAM


RANGKA SELEKSI PEMASOK DAUN TEMBAKAU NA – OOGST DI
KOPERASI AGROBISNIS TARUTAMA NUSANTARA – JEMBER

Fatimatuz Zahra, Bambang Herry Purnomo, Nita Kuswardhani


Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember
Jln. Kalimantan 37, Kampus Tegal Boto Jember 68121
E-mail : zahrajayusman@gmail.com

ABSTRACT

Supplier is one the most important and inflluence thing in suplly chain of a company
existency. Supplier selection has a big role in decision making for getting supplier in
improvement of company’s competitive. Tarutama Nusantara Agrobusiness Cooperative (Kopa
TTN) is one of the Indonesian company exporting tobacco leaves of Na-Oogst Besuki to
European countries. Kopa TTN has Madani Agro Sejahtera (MAS) as a branch company that
focuse on tobacco Na-Oogst trading. For this reason, MAS should be always increasing its
competitive by supplier selection. The aim of this research were to get criteria and sub-criteria
that mostly concerned in supplier selection of tobacco leaves and also to get the prior of
tobacco leaves supplier by using Analytic Network Process (ANP) methode.. Result showed that
the prior sub-criteria was physical appearance of material quality criteria.Abdul Wahab
memiliki prioritas tertinggi di antara pemasok lainnya dengan nilai 0,059782; kemudian
berturut-turut prioritas tertinggi hingga terendah adalah H. Busyono dengan nilai 0,045026,
Henu dengan nilai 0,044384, Miseri dengan nilai 0,034880, Topik dengan nilai 0,010456 dan
terakhir adalah H. Aminullah dengan nilai 0,003231 .
Keywords : cassava peel, ragi tape, HCN, and protein Keywords: Supplier Selection,
Analytic Network Process, Criteria, Priority

PENDAHULUAN
Manajemen rantai pasok merupakan Koperasi Agrobisnis Tarutama
sebuah pendekatan untuk integrasi antara Nusantara (Kopa TTN) merupakan salah satu
pemasok, pabrik, pusat distribusi, wholesaler perusahaan di Indonesia yang mengekspor
(pedagang besar), pengecer dan konsumen daun tembakau jenis Besuki Na-Oogst ke
akhir, dimana produk diproduksi dan berbagai negara. Untuk itu, Kopa TTN
didistribusikan dalam jumlah yang tepat, dituntut untuk selalu meningkatkan daya
lokasi yang tepat dan waktu yang tepat dalam saingnya untuk menghadapi persaingan
rangka meminimalkan biaya dan dengan perusahaan global yang bergerak
meningkatkan kepuasaan pelayanan dalam bidang yang sama. Seleksi pemasok
(Mauidzoh dan Yasrin , 2007). diperlukan dalam peningkatan daya saing
Dalam konsep rantai pasok, perusahaan. Dalam melakukan seleksi
pemasok merupakan salah satu bagian rantai pemasok, kriteria seleksi harus ditetapkan
pasok yang sangat penting dan berpengaruh agar dapat mendukung kinerja Kopa TTN.
terhadap kelangsungan hidup suatu Salah satu metode pengambilan
perusahaan. pemilihan pemasok yang tidak keputusan yang dapat digunakan dalam
tepat dapat mengganggu kegiatan operasional seleksi pemasok adalah metode Analytic
perusahaan, sedangkan pemilihan pemasok Network Process (ANP). Metode Analytic
yang tepat secara signifikan dapat mengurangi Network Process (ANP) merupakan
biaya pembelian, meningkatkan daya saing generalisasi dari metode Analytical Hierarchi
pasar dan meningkatkan kepuasan pengguna Process (AHP) yang mempertimbangkan
akhir produk. ketergantungan antara unsur-unsur hirarki.
10 Penerapan metode ANP...(Fatimatuz Z, dkk)

Pada proses seleksi, banyak keputusan yang menyebarkan kuesioner kepada kepala
tidak dapat disusun secara hirarki. Oleh pembelian MAS, akademisi dan pemasok.
karena itu ANP sesuai digunakan karena Tidak hanya melalui wawancara, sebagai
melibatkan interaksi dan ketergantungan referensi pendukung mengenai kriteria atau
elemen tingkat tinggi dalam hirarki pada subkriteria pemilihan pemasok dilakukan juga
elemen tingkat rendah (Singgih, 2009). studi literatur.
Tujuan penelitian yang dilakukan Dari kriteria dan subkriteria yang
adalah mendapatkan bobot kriteria dan telah didapatkan, akan diidentifikasi
subkriteria kinerja supplier pemasok daun bagaimana hubungan yang terjadi di antara
tembakau dengan menggunakan metode kriteria dan subkriteria tersebut. Hal ini
Analytic Network Process (ANP) serta dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh
prioritas pemasok daun tembakau yang kepala pembelian mengenai keterkaitan
merupakan pemasok terbaik regional Jember antarkriteria atau subkriteria yang mungkin
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan terjadi ketika memilih pemasok. Setelah
perusahaan. kriteria atau subkriteria dan hubungannya
didapatkan, dapat dibangun sebuah model
METODE PENELITIAN pengambilan keputusan. Berdasarkan model
ini, dilakukan penilaian kepentingan terhadap
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam kriteria atau subkriteria. Nilai diberikan oleh
penelitian ini adalah software super decision akademisi beserta kepala pembelian sebagai
2.2.3. ANP (Analytic Network Process) dan pihak yang memang kompeten dalam menilai
kuesioner. Bahan yang diolah dalam pemasok-pemasok yang ada.
penelitian ini berupa data-data primer dan Hasil penilaian ini akan diolah
sekunder yang diperoleh melalui wawancara, menggunakan software ANP di mana di
kuesioner, serta studi pustaka. dalamnya melibatkan pengecekan konsistensi
penilaian, pembuatan matriks penilaian,
Tempat dan Waktu Penelitian hingga akhirnya didapatkan suatu nilai bobot
Penelitian dilaksanakan di Madani yang dapat membantu pengambilan keputusan
Agro Sejahtera sebagai anak perusahaan dari pemasok daun tembakau terbaik. Secara lebih
Kopa Tarutama Nusantara, Jember pada bulan jelas, tahapan penelitian yang dilakukan dapat
Juni hingga September 2014. dilihat pada Gambar 1. berikut.
Tahapan Penelitian
Untuk bisa memilih pemasok daun
tembakau terbaik bagi MAS, diperlukan
langkah-langkah yang jelas yang sekaligus
menjadi metodologi dalam penelitian ini.
Langkah-langkah tersebut dimulai dari
penentuan pemasok yang akan diseleksi
melalu wawancara dengan pihak pengambil
keputusan di MAS. Pihak pengambil
keputusan merupakan pihak yang mengetahui
karakteristik setiap pemasok secara mendalam
dan juga mengetahui kriteria produk seperti Gambar 1. Tahapan Penelitian
apa yang memenuhi syarat bagi perusahaan.
Metode Pengolahan Data
Pihak pengambil keputusan yang
Analytic Network Process (ANP)
dimaksudkan di sini adalah kepala pembelian.
digunakan sebagai instrumen pengolahan data
Setelah diketahui dengan jelas siapa saja
dalam seleksi pemasok untuk memperoleh
pemasok yang akan diseleksi, tahap
nilai bobot kriteria atau subkriteria dan kinerja
selanjutnya adalah formulasi kriteria dan
pemasok. Tahapan pengolahan data dengan
subkriteria yang dijadikan pertimbangan
metode ANP yaitu:
dalam pemilihan pemasok daun tembakau di
MAS. Proses identifikasi ini dilakukan dengan
AGROINTEK Volume 9, No.1 Maret 2015 11

1.Tahap Pemodelan
Pemodelan adalah menentukan Tabel 1. Kriteria dan subkriteria seleksi
cluster dan node yang teridentifikasi dan menurut Britania (2011)
menggambarkan model jaringan. Kriteria Subkriteria
2.Tahap Pembobotan
Kemampuan menjaga hubungan Jumlah pelanggan
Tahap pembobotan menggunakan dengan pelanggan
metode perbandingan berpasangan yang Track record
dilakukan antar dua elemen dengan sembilan
skala penilaian hingga semua elemen Pengemasan bahan baku Memenuhi standar

tercakup. Tahan rusak walaupun disimpan dan


3.Penentuan Bobot Keterkaitan antar node dan dipindah-pindahkan
cluster
After Sale Services yang Kecepatan servis
Hasil matriks dapat diterima jika diberikan pemasok
nilai consistency ratio (CR) ≤ 0,1. Jika nilai Kapabilitas dalam menangani servis
CR > 0,1 maka perlu dilakukan perbaikan
Bersedia mengganti kerugian
dalam pengisian kuesioner.
4.Tahap cluster matrix dan unweighted Harga Kemudahan dalam bernegosiasi harga
supermatrix
Konsistensi harga
5. Hasil bobot prioritas dari pembobotan
keterkaitan antar cluster disusun pada cluster Harga yang rendah
matrix. Hasil bobot prioritas dari pembobotan
Delivery Bahan baku diterima dalam kondisi
keterkaitan antar node disusun pada matrix baik
yang sesuai dengan sel (unweighted
supermatrix). Kecepatan pengiriman
6. Tahap Weighted supermatrix Ketepatan waktu pengiriman
Nilai weighted supermatrix
didapatkan dengan mengalikan nilai sel Ketepatan kuantitas dan jenis
cluster matrix dengan nilai setiap sel Fleksibilitas Fleksibilitas dalam pembayaran
unweighted supermatrix
7. Tahap limiting matrix Fleksibilitas dalam perubahan jumlah
pesanan
Limiting matrix diperoleh dengan
mengalikan weighted supermatrix dengan Fleksibilitas dalam pengantaran
dirinya sendiri. Limiting matrix didapatkan
Pemasok bersedia berbagi informasi
ketika nilai prioritas setiap baris konvergen. terkait bahan baku
8. Tahap normalisasi limiting matrix
Normalisasi dilakukan berdasarkan Fasilitas dan kapasitas produksi Kapasitas yang besar
yang dimiliki pemasok
cluster sehingga total nilai prioritas masing- Waktu setup produksi yang singkat
masing cluster berjumlah satu (Bayazit,
2006). Kecanggihan mesin
Penetapan nilai intensitas
Kualitas bahan baku Kualitas yang sesuai spesifikasi
kepentingan responden ahli ahli untuk setiap
keterkaitan dilakukan dengan menggunakan % bahan baku yang ditolak saat masuk
bantuan software Ms. Excel 2013. Penetapan
% bahan baku yang ditolak saat
vektor prioritas, consistency ratio (CR), diproduksi
unweighted supermatrix, weighted
supermatrix, limitting matrix dan normalisasi Waktu inspeksi yang dibutuhkan

limitting matrix dilakukan dengan Konsistensi mutu


menggunakan bantuan software Super
Decision 2.2.3 (Saaty, 1999). Produk inovatif pemasok Dapat menyediakan produk inovatif

Kecepatan menyediakan produk murah


saat harga minyak dunia bergejolak
12 Penerapan metode ANP...(Fatimatuz Z, dkk)

Tabel 2. Kriteria dan subkriteria seleksi Tabel 3. Daftar pemasok daun tembakau MAS
pemasok menurut Aramyan (2007) Nama pemasok Alamat pemasok
Kriteria Subkriteria Abdul Wahab Sabrang-Ambulu
Efficiency Biaya produksi
H. Busyono Lojejer
Henu Kesilir
Biaya transaksi Topik Sidodadi
Flexibility Kepuasan konsumen
Miseri Kesilir
H. Aminullah Jenggawah
Fleksibilitas volume
Formulasi Kriteria dan Subkriteria
Fleksibilitas pengiriman Pada tahap penentuan kriteria dan
subkriteria pengukuran yang dianggap penting
Keterlambatan pengiriman
oleh perusahaan dalam seleksi pemasok,
Responsiveness Tingkat pemenuhan jumlah pemesanan dilakukan wawancara kepada pihak
perusahaan yaitu kepala pembelian, pemasok,
Kesesuaian metode pengiriman
dan akademisi. Wawancara tersebut mengacu
Keluhan konsumen pada kriteria dan subkriteria Aramyan (2007)
dan Britania (2011). Tahap ini lebih mengarah
Product Quality Kenampakan fisik
kepada eksplorasi alasan-alasan mengenai
Sistem produksi penting/tidaknya kriteria-kriteria tersebut.
Pihak responden ahli diminta bercerita
Aspek lingkungan
terlebih dahulu tentang kriteria yang mereka
Reliabilitas produk anggap penting, termasuk alasan-alasannya.
Selanjutnya, untuk kriteria yang tidak
disebutkan, ditanyakan kembali secara
HASIL DAN PEMBAHASAN langsung.
Penentuan Pemasok Daftar kriteria dan subkriteria
Dalam penentuan pemasok tidak (parameter pengukuran) hasil wawancara
dilakukan kualifikasi awal pemasok karena dapat dilihat pada Tabel 4. Dari tahap
pihak perusahaan memutuskan bahwa setiap wawancara, diperoleh 5 kriteria dan 17
pemasok memiliki kesempatan yang sama subkriteria yang dianggap penting oleh
untuk dijadikan rekanan, dan karena para perusahaan. Semua kriteria/subkriteria
pemasok ini akan tereduksi dengan sendirinya tersebut merupakan gabungan pilihan dari
jika hasil penilaian pada fase selanjutnya semua responden ahli. Misal, manager
memberikan hasil bahwa pemasok tersebut purchasing menyebutkan bahwa harga bahan
memiliki nilai yang rendah pada setiap baku merupakan kriteria yang penting, namun
kriterianya. Pemasok yang akan diseleksi kriteria ini tidak disebutkan oleh manager
berjumlah enam orang yang merupakan jenis quality control, maka kriteria/subkriteria
belandang kecil yaitu sejenis supplier trader tersebut tetap dimasukkan sebagai hasil
dalam skala lebih kecil (pemasok pengumpul) diskusi kriteria/subkriteria yang dianggap
di mana pemasok-pemasok tersebut kontinyu penting.
memasok bahan baku ke MAS. Pemasok-
pemasok tersebut merupakan pemasok yang
berada di seluruh kawasan kabupaten Jember
khsusnya di daerah persebaran komoditi
tembakau jenis Na-Oogst. Daftar keenam
pemasok tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
AGROINTEK Volume 9, No.1 Maret 2015 13

Tabel 4. Kriteria dan subkriteria hasil menambahkan kriteria dan subkriteria lain
wawancara yang dianggap penting dan tidak terdapat pada
Kriteria Subkriteria daftar yang ditanyakan. Hasil kuesioner yang
Kemudahan dalam disebar, diperoleh satu kriteria tambahan dan
Harga bernegosiasi harga dua subkriteria tambahan yang selanjutnya
Konsistensi harga harus ditanyakan lagi tingkat kepentingannya
Harga yang rendah kepada seluruh responden ahli melalui
Fleksibilitas dalam tambahan kuesioner I. Tabel 5. menunjukkan
Fleksibilitas pembayaran kriteria dan subkriteria tambahan. Setelah
Fleksibilitas dalam kuesioner I dan tambahan kuesioner I diisi
perubahan jumlah pesanan
oleh responden ahli, selanjutnya adalah
Fleksibilitas dalam
perubahan waktu penentuan kriteria dan subkriteria yang benar-
pengiriman benar dianggap penting oleh perusahaan.
Kenampakan fisik Penentuan ini didasarkan pada total nilai
% bahan baku yang ditolak kepentingan setiap kriteria dan subkriteria.
Kualitas bahan saat masuk Total nilai maksimal yang dapat diperoleh
baku % bahan baku yang ditolak pada setiap kriteria dan subkriteria adalah 12
saat produksi jika seluruh responden ahli memberi rating 4
Konsistensi mutu bahan (sangat penting). Jika seluruh responden ahli
baku memberi rating 3 (penting), maka nilai yang
Bahan baku diterima
diperoleh adalah 9. Angka 9 dijadikan nilai
Pengiriman dalam kondisi baik
Kecepatan pengiriman minimum untuk dipilihnya suatu kriteria dan
Ketepatan waktu subkriteria. Rekap penilaian kuesioner I dan
pengiriman kuesioner I tambahan dapat dilihat pada Tabel
Ketepatan kuantitas dan 5.
jenis bahan baku Tabel 5. Kriteria dan subkriteria tambahan
Tingkat pemenuhan No. Kriteria Subkriteria
Responsiveness jumlah pemesanan 1 Modal Uang Tunai
Kesesuaian metode Jaringan Petani
pengiriman
Keluhan konsumen
Dapat dilihat bahwa terdapat dua
subkriteria yang kurang penting setelah
Tahap selanjutnya adalah diverifikasi melalui kuesioner ini, yaitu harga
penyebaran kuesioner I kepada tiga pihak, yang rendah dan keluhan konsumen di mana
yaitu manager purchasing perusahaan, salah hanya satu reponden yang menganggap kedua
satu pemasok, dan akademisi pakar supply subkriteria tersebut penting sedangkan dua
chain. Pemilihan ketiga orang ini didasarkan responden ahli lainnya menganggap
pada sifat kriteria-kriteria yang memerlukan subkriteria tersebut tidak dan kurang penting.
adanya konfirmasi antara pihak perusahaan Hal ini karena perusahaan sangat memberikan
dan pihak pemasok serta adanya pakar sebagai apresiasi terhadap pemasok atas kualitas
pihak ketiga. Penyebaran kuesioner I bahan baku yang disediakan bukan semata-
bertujuan untuk memverifikasi apakah mata untuk memaksimalkan keuntungan
kesepuluh kriteria ini benar-benar dianggap dengan mencari harga beli terendah.
penting oleh semua pihak, mencari subkriteria Sedangkan subkriteria keluhan konsumen
pengukuran yang layak digunakan untuk dianggap kurang penting oleh perusahaan
masing-masing kriteria berdasarkan literatur, karena keluhan konsumen yang terjadi sangat
dan menggali kembali kriteria dan subkriteria jarang bahkan bisa dikatakan tidak pernah.
yang tidak ditanyakan sebelumnya. Hasil kuesioner ini diperoleh 6
Responden ahli pada kuesioner I kriteria serta 17 subkriteria yang dianggap
diminta untuk menilai tingkat kepentingan (1- penting oleh perusahaan. Daftar kriteria dan
4) pada setiap krteria dan subkriteria yang subkriteria yang digunakan dalam seleksi
ditanyakan. Kuesioner ini bersifat terbuka pemasok dapat dilihat pada Tabel 6.
dan mengizinkan responden ahli untuk
14 Penerapan metode ANP...(Fatimatuz Z, dkk)

Tabel 6. Rekap penilaian kuesioner I beserta kriteria tambahan


Kriteria Res. 1 Res. 2 Res. 3 Total
Harga 1 4 4 4 12
Subkriteria
Kemudahan
A dalam bernegosiasi harga 4 2 4 10
Konsistensi
B harga 4 4 3 11
Harga yang
C rendah 1 3 1 5
Fleksibilitas
2 4 3 4 11
Subkriteria
Fleksibilitas
A dalam pembayaran 3 3 3 9
Fleksibilitas
B dalam perubahan jumlah 4 3 3 10
pesanan
Fleksibilitas
C dalam perubahan waktu 4 3 3 10
pengiriman
Kualitas3 bahan baku 4 4 4 12
Subkriteria
Kenampakan
A fisik (sesuai spesifikasi) 4 4 4 12
% bahan B baku yang ditolak saat masuk 4 4 3 11
% bahan C baku yang ditolak saat diproduksi 4 3 2 9
Konsistensi
D mutu bahan baku 4 4 4 12
Delivery4 atau pengiriman 4 4 4 12
Subkriteria
Bahan baku
A diterima dalam kondisi baik 4 4 4 12
Kecepatan
B pengiriman 3 3 3 9
Ketepatan
C waktu pengiriman 3 4 2 9
Ketepatan
D kuantitas dan jenis bahan baku 4 4 4 12
Responsiveness
5 4 3 3 10
Subkriteria
TingkatApemenuhan jumlah pesanan 3 3 3 9
Kesesuaian
B metode pengiriman 3 3 3 9
Keluhan C konsumen 1 3 2 6
Modal 6 3 3 3 9
Subkriteria
Uang tunai
A 3 3 3 9
JaringanB petani 3 3 4 10

antar subkriteria dengan menggunakan


Tahap Pengolahan ANP
justifikasi ‘ya/tidak’ untuk memudahkan
Rekonstruksi Model ANP responden ahli dalam menentukan eksistensi
Setelah diperoleh kriteria dan pengaruh. Dengan model simple network,
subkriteria yang dipergunakan untuk seleksi dapat diketahui bobot setiap subkriteria
pemasok, maka selanjutnya dilakukan beserta pemasok-pemasok yang akan
identifikasi keterkaitan antar diseleksi, hasil kuesioner II dapat dilihat pada
kriteria/subkriteria yang ada. Pengumpulan Tabel 7.
data dilakukan dengan menyebarkan
kuesioner II yang bertujuan mencari pengaruh
AGROINTEK Volume 9, No.1 Maret 2015 15

Tabel 7. Kriteria dan subkriteria seleksi pemasok daun tembakau MAS


Kriteria Subkriteria
Kemudahan dalam bernegosiasi harga
Harga Konsistensi harga
Fleksibilitas dalam pembayaran
Fleksibilitas dalam perubahan jumlah pesanan
Fleksibilitas Fleksibilitas dalam perubahan waktu pengiriman
Kenampakan fisik
% bahan baku yang ditolak saat masuk
Kualitas bahan baku % bahan baku yang ditolak saat produksi
Konsistensi mutu bahan baku
Bahan baku diterima dalam kondisi baik
Pengiriman Kecepatan pengiriman
Ketepatan waktu pengiriman
Ketepatan kuantitas dan jenis bahan baku
Tingkat pemenuhan jumlah pemesanan
Responsiveness Kesesuaian metode pengiriman
Uang Tunai
Modal Jaringan petani

Gambar 2. Model ANP seleksi pemasok daun tembakau di MAS


rantai pasok. Pada kuesioner ini, responden
Membuat Matriks Perbandingan
ahli diminta untuk menilai tingkat pengaruh
Berpasangan (Pairwise Comparison)
antara satu subkriteria dengan subkriteria
Matriks perbandingan berpasangan
lainnya yang diniliai memiliki hubungan
didapatkan dengan menyebarkan kuesioner
pengaruh pada hasil kuesioner sebelumnya.
III. Responden ahli untuk kuesioner III
kuesioner III dibagi ke dalam dua bagian,
meliputi kepala pembelian MAS, dan dua
yaitu bagian A untuk mengukur tingkat
orang akademisi yang ahli dalam bidang
16 Penerapan metode ANP...(Fatimatuz Z, dkk)

pengaruh antar subkriteria dan bagian B untuk pengisian semua kuesioner yang telah
mengukur tingkat pengaruh antar kriteria. dilakukan memiliki hasil yang reliable.
Pendekatan yang digunakan untuk
Membentuk supermatrix
memberi penilaian adalah menggunakan kata
Setelah seluruh data nilai
“mempengaruhi” beserta intensitas
perbandingan dimasukkan, maka diperoleh
pengaruhnya. Proses pengisian kuesioner
unweighted matrix, weighted matrix, dan limit
memakan waktu yang lama karena banyaknya
matrix. Nilai pada limit matrix merupakan
nilai interaksi pengaruh yang harus diisi.
nilai prioritas yang menunjukkan bobot setiap
responden ahli diminta untuk memberi nilai
subkrtiteria. Pengurangan atau penambahan
pada skala ANP 1-9. Penggunaan skala ini
kriteria maupun subkriteria akan sangat
sudah baik, karena semakin besar skala
mempengaruhi hasil pembobotan. Terdapat
pengukuran, semakin teliti hasil yang diukur.
tiga supermatrix yang dibentuk, yaitu
Kelemahannya adalah karena banyaknya
unweighted supermatirx, weighted
pilihan skala, maka respoden cenderung
supermatrix, dan limit supermatrix.
bingung dan jenuh dalam mengisi. Isian
kuesioner setiap responden ahli selanjutnya
a. Unweighted Supermatrix
diuji konsistensinya dengan memasukan data
Pada unweighted supermatrix,
tersebut pada model ANP di software. Hal ini
terdapat dua hal yang dapat dilihat, yaitu ada
perlu dilakukan untuk memastikan bahwa data
atau tidaknya interaksi pengaruh antar
mentah sudah konsisten, sehingga hasil rata-
subkriteria, dan seberapa besar pengaruh
rata geometris nantinya akan memberikan
tersebut. Nilai yang ada pada unweighted
hasil yang konsisten juga. Rata-rata geometris
matrix akan berjumlah 1 pada setiap cluster.
digunakan karena nilai yang diberikan
Sebagai contoh subkriteria ‘prosentase bahan
responden ahli bersifat perbandingan,
baku yang ditolak saat masuk (3) dipengaruhi
sehingga lebih cocok digunakan dibanding
oleh subkriteria ‘kenampakan fisik bahan
rata-rata aritmatik. Dari hasil pengecekan
baku’ (5) dan ‘'konsistensi mutu bahan baku’
konsistensi pada setiap kuesioner responden
(6)’yang disajikan pada Gambar 3.
ahli, didapati bahwa semua responden ahli
Dapat dilihat dari Gambar 3. bahwa
konsisten dalam mengisi kuesioner.
nilai pengaruh subkriteria kenampakan fisik
Hasil kuesioner bagian A
bahan baku (0,750000) jauh lebih besar
menciptakan unweighted supermatrix.
daripada pengaruh konsistensi mutu bahan
Kuesioner bagian B menciptakan adanya
baku (0,250000) terhadap subkriteria
cluster supermatrix yang memberi bobot pada
prosentase bahan baku yang ditolak saat
unweighted supermatrix hingga menjadi
masuk. Adapun total nilai pengaruh adalah 1.
weighted supermatrix. Weighted supermatrix
Ketika suatu subkriteria hanya dipengaruhi
inilah yang selanjutnya dipangkatkan hingga
oleh satu subkriteria pada suatu cluster, maka
konvergen dan menjadi limit supermatrix.
nilai pengaruh tersebut pasti 1. Pengaruh
Angka-angka pada limit supermatrix
subkriteria kenampakan fisik terhadap
merupakan bobot setiap subkriteria yang ada
prosentase bahan baku yang ditolak saat
pada model.
produksi menggambarkan contoh kasus
Contoh hasil rata-rata penilaian yang
tersebut.
selanjutnya akan dimasukkan ke dalam ANP
b. Weighted Supermatrix
software. Proses input nilai pada software
Weighted supermatrix merupakan
menggunakan tipe “quetionnaire” ketika
hasil kali unweighted supermatrix terhadap
memasukkan data. Untuk setiap matriks
bobot pengaruh kriteria atau cluster matrix.
perbandingan, secara otomatis akan
Perbandingan nilai pengaruh suatu subkriteria
menampilkan nilai inkonsistensi. Jika nilai
terhadap subkriteria lainnya pada weighted
inkonsistensi lebih dari 0.1, maka verifikasi
supermatrix tidaklah berbeda dengan nilai
data yang dimasukkan harus dilakukan karna
pada unweighted supermatrix. Weighted
itu berarti data yang diperoleh tidak konsisten.
supermatrix dapat dilihat pada Gambar 4.
Semua matriks perbandingan memiliki rasio
inkonsistensi kurang dari 0.1. Hal ini berarti
AGROINTEK Volume 9, No.1 Maret 2015 17

Gambar 3. Unweighted Supermatrix kriteria 'kualitas bahan baku'

c. Limit Supermatrix kolom A mewakili kriteria ‘harga’, inner


Nilai dari limit supermatrix dependence ‘fleksibilitas’ pada kotak hitam
merupakan nilai bobot nilai pengaruh tersebut kolom B, kriteria ‘kualitas bahan baku’ di
dikalikan dengan bobot yang sama pada tiap dalam kotak hitam pada kolom C, kriteria
kriterianya. Elemen-elemen pada model ‘delivery’ pada kolom D, kotak hitam pada
seperti pada Gambar 6. menunjukkan bahwa kolom E mewakili ‘responsiveness’, kotak
nilai sel dari setiap baris matrik adalah hitam pada kolom F menunjukkan inner
konvergen. Nilai sel limiting supermatrix dependence ‘modal’ dan inner dependence
diperoleh dari hasil pemangkatan setiap nilai kriteria ’alternatif’ dilihat dalam kotak hitam
sel pada unweighted supermatrix dengan pada kolom G.
masing-masing nilai selnya sendiri. Nilai pada Tabel 8. Inner dan Outer dependence
limiting supermatrix merupakan nilai hasil
pengolahan ANP sebagai dasar penentuan
kriteria dan pemasok prioritas.
Analisis Dependence dan Feedback
Berikut ini adalah analisis mengenai
hubungan keterkaitan dalam cluster yang
sama (inner dependence) dan hubungan
keterkaitan antar cluster yang berbeda (outer
dependence). Tingkat pengaruh atau
keterkaitan dapat dilihat pada unweighted
matrix.
Interaksi Inner Dependence
Interaksi inner dependence terjadi Berdasarkan Tabel 8. dapat dilihat
apabila antar subkriteria dalam cluster yang bahwa kriteria delivery memiliki inner
sama saling mempengaruhi. Pada Tabel 8. dependence terbanyak dibandingkan dengan
menunjukkan bahwa kriteria atau cluster kriteria lainnya. Subkriteria kenampakan fisik
kualitas bahan baku memiliki inner bahan baku (6) dipengaruhi oleh subkriteria
dependence terbanyak. Secara lebih lengkap prosentase bahan baku yang ditolak saat
Tabel 8. menyajikan inner dependence dari masuk (7), prosentase bahan baku yang
semua kriteria, dimana kotak hitam pada ditolak saat produksi (8), serta konsistensi
mutu bahan baku (9) hal ini berarti bahwa.
18 Penerapan metode ANP...(Fatimatuz Z, dkk)

Subkriteria prosentase bahan baku yang dipengaruhi oleh kriteria harga (A) dan
ditolak saat masuk (7) dipengaruhi oleh fleksibilitas (B) yaitu ketika seorang pemasok
kenampakan fisik (6) dan konsistensi mutu susah dalam bernegosiasi harga maka jaringan
bahan baku (9). Subkriteria prosentase bahan dengan petani yang dimiliki tidak akan luas
baku yang ditolak saat produksi (8) serta ketika seorang pemasok tersebut
dipengaruhi oleh subkriteria kenampakan fisik fleksibel dalam perubahan jumlah pesanan
bahan baku (6). yang dilakukan oleh perusahaan maka dapat
Serta subkriteria konsistensi mutu dipastikan modal berupa uang tunai yang
bahan baku (9) dipengaruhi oleh subkriteria dimiliki pemasok tersebut besar.
kenampakan fisik (6) dan prosentase bahan
Analisis Bobot Subkriteria dan Prioritas
baku yang ditolak saat masuk (7). Terbentuk
Pemasok
pola timbal balik pada semua subkriteria-
Bobot subkriteria menentukan
subkriteria yang memiliki hubungan pengaruh
prioritas dari masing-masing subkriteria yang
dalam kriteria delivery, bilamana subkriteria
ada. Di mana subkriteria yang memiliki bobot
(6) dipengaruhi oleh subkriteria (7), (8), dan
tertinggi mendapatkan prioritas tertinggi
(9) maka subkriteria (7), (8), dan (9)
sedangkan subkriteria dengan bobot terendah
dipengaruhi oleh subkriteria (6).
tidak akan menjadi prioritas atau menjadi
Dapat dilihat pula bahwa tidak
pertimbangan terakhir oleh perusahaan. Bobot
terjadi hubungan pengaruh antar subkriteria di
subkriteria dan alternatif dapat dilihat pada
dalam kriteria delivery (D), modal (F), dan
kolom nilai limiting Tabel 9. Pada Tabel 9.
alternatif (G). Hal ini menunjukkan bahwa
bobot terdiri dari dua jenis, yaitu bobot global
subkriteria-subkriteria pada 3 kriteria tersebut
(limiting value) dan bobot cluster (normalized
tidak saling mempengaruhi satu sama lain.
by cluster). Bobot global (limiting value)
Sebagai contoh di dalam kriteria modal (F), di
menandakan bobot subkriteria tersebut
mana subkriteria uang tunai (16) tidak
dibandingkan subkriteria lain pada model
dipengaruhi oleh subkriteria jaringan petani
secara keseluruhan, sedangkan bobot cluster
(17) yang berarti bahwa ketika jaringan petani
merupakan hasil normalisasi dari bobot
yang dimiliki seorang pemasok tidak cukup
global yang menunjukkan bobot subkriteria
luas maka tidak akan menyebabkan modal
tersebut pada cluster.
uang tunai pemasok tersebut rendah.
Berdasarkan hasil pengolahan data
Analisis Outer Dependence
dengan ANP software diketahui bahwa
Outer dependence merupakan
subkriteria yang memiliki bobot tertinggi
hubungan saling mempengaruhi antar
adalah kenampakan fisik bahan baku dengan
subkriteria satu dengan subkriteria lain dari
nilai 0,166315 sedangkan ketepatan kuantitas
cluster yang berbeda. Interaksi outer
dan jenis bahan baku memiliki bobot terendah
dependence dari semua cluster/kriteria
dengan nilai 0,003689. Subkriteria
ditampilkan pada Tabel 8.
kenampakan fisik bahan baku menjadi
Pada Tabel 8. kolom G dapat dilihat
prioritas (memiliki bobot tertinggi) bagi
bahwa kriteria alternatif memiliki hubungan
perusahaan karena pihak perusahaan (MAS)
outer dependence terbanyak di mana kriteria
menilai bahwa kenampakan fisik daun
alternatif (G) dipengaruhi oleh kriteria harga
tembakau merupakan hal utama yang harus
(A), fleksibilitas (B), kualitas bahan baku (C),
diperhatikan berhubungan dengan proses
delivery (D), responsiveness (E), dan modal
pengadaan bahan baku khususnya dalam
(F). Hal ini berarti bahwa jika harga bahan
penentuan harga beli. Subkriteria ketepatan
baku dan fleksibilitas rendah, kualitas bahan
kuantitas dan jenis bahan baku memiliki bobot
baku buruk, pengiriman bahan baku tidak
terendah karena jenis bahan baku yang
berjalan dengan baik, responsiveness rendah,
dipasok hanya sejenis yaitu daun tembakau
dan modal yang dimiliki sedikit maka
jenis Besuki Na-Oogst dengan jumlah
menyebabkan kinerja pemasok menjadi
pasokan sesuai dengan permintaan
rendah.
perusahaan.
Pada Tabel 8. dapat dilihat pula
bahwa kriteria modal (F) memiliki hubungan
outer dependence paling sedikit yang hanya
AGROINTEK Volume 9, No.1 Maret 2015 19

Tabel 9. Bobot subkriteria dan alternatif pemasok


Kode Cluster Subkriteria Bobot subkriteria
Normalisasi Limiting
cluster
A Harga Kemudahan bernegosiasi harga 0,37646 0,085876
Konsistensi harga 0,62354 0,142239
B Fleksibilitas Dalam pembayaran 0,48592 0,040272
Dalam perubahan jumlah pesanan 0,05811 0,004816
Dalam perubahan waktu pengiriman 0,45597 0,037790
C Kualitas bahan baku Kenampakan fisik 0,55294 0,166315
% bahan baku yg ditolak saat masuk 0,22774 0,068499
% bahan baku yg ditolak saat produksi 0,07117 0,021408
Konsistensi mutu bahan baku 0,14815 0,044561
D Delivery Bahan baku diterima dalam kondisi baik 0,47889 0,057693
Kecepatan pengiriman 0,20239 0,024377
Ketepatan waktu pengiriman 0,28799 0,034688
Ketepatan kuantitas dan jenis bahan baku 0,03063 0,003689
E Responsiveness Tingkat pemenuhan jumlah pesanan 0,73755 0,016181
Kesesuaian metode pengiriman 0,26245 0,005758
F Modal Uang tunai 0,51631 0,024824
Jaringan petani 0,48369 0,023256
P1 Alternatif Abdul Wahab 0.30230 0.059782
P2 H. Busyono 0.22768 0.045026
P3 Henu 0.22443 0.044384
P4 Topik 0.05287 0.010456
P5 Miseri 0.17638 0.034880
P6 H. Aminullah 0.01634 0.003231

Tabel 10. Rangking alternatif pemasok


Alternatives Total Normal Ideal Ranking
Abdul Wahab 0.0598 0.3023 1.0000 1
H. Busyono 0.0450 0.2277 0.7532 2
Henu 0.0444 0.2244 0.7424 3
Miseri 0.0349 0.1764 0.5835 4
Topik 0.0105 0.0529 0.1749 5
H. Aminullah 0.0032 0.0163 0.0540 6

Gambar 4. Limit Supermatrix


20 Penerapan metode ANP...(Fatimatuz Z, dkk)

Bobot subkriteria dinilai bahan baku yang ditetapkan oleh Abdul


berdasarkan pengaruhnya terhadap subkriteria Wahab cenderung konsisten berada pada
lain pada cluster yang sama maupun berbeda. kisaran Rp 63.000 namun pihak perusahaan
Masing-masing kriteria memiliki bobot harus membutuhkan waktu yang sedikit lebih
keseluruhan yang berbeda sehingga akan banyak dalam hal negosiasi harga kurang
berpengaruh terhadap bobot subkriteria di lebih selama 3 jam. Daun tembakau yang
dalamnya dan begitupun juga pada cluster dipasok oleh Abdul Wahab memiliki kualitas
alternatif. sesuai dengan standar yang ditentukan oleh
Berdasarkan hasil pengolahan data perusahaan yaitu rata-rata terdiri dari 30%
ANP yang ditampilkan pada Tabel 9. daun dekblad, 35% daun omblad, dan 35%
diketahui bahwa pemasok 1 (Abdul Wahab) daun filler. Abdul Wahab mampu memenuhi
memiliki nilai limiting tertinggi di antara 25 ton jumlah pesanan setiap tahunnya dengan
pemasok lainnya yaitu 0,048944; kemudian 0,09% bahan baku yang ditolak. Selain itu,
berturut-turut nilai tertinggi hingga terendah Abdul Wahab memiliki modal berupa uang
adalah pemasok 2 (H. Busyono) dengan nilai tunai sebesar 500 juta serta jejaring dengan
0,046714, pemasok 3 (Henu) dengan nilai petani yang paling luas dibandingkan
0,036993, pemasok 5 (Miseri) dengan nilai pemasok lainnya yaitu 110 petani.
0,026396, pemasok 4 (Topik) 0,016022 dan H.Busyono telah menjadi pemasok
terakhir adalah pemasok 6 (H. Aminullah) di MAS selama 2 tahun. Proses negosiasi
dengan nilai 0,004990. harga dengan H. Busyono tergolong mudah
Dari nilai pembobotan yang telah sekitar 1 jam serta harga daun tembakau yang
diperoleh maka dilakukan perangkingan tiap- dipasok H. Busyono dengan kualitas yang
tiap alternatif. Dalam mencari bobot alternatif sama cenderung konsisten pada kisaran Rp
rangking dari pemasok di mulai dari mencari 63.000/kg. Kualitas pasokan daun tembakau
bobot global yang merupakan nilai eigen H.Busyono memenuhi standar perusahaan
vector dari normalisasi limiting supermatrik, yaitu terdiri atas 35% dekblad, 30 % omblad,
kemudian mencari bobot cluster yang didapat dan 35% filler. H. Busyono mampu
dari nilai bobot global dari alternatif dibagi memenuhi 20 ton jumlah pesanan setiap
dengan jumlah total dari bobot global. tahunnya dengan jumlah bahan baku yang
Sedangkan yang terakir mencari bobot ideal ditolak sebesar 0,3%. H. Busyono memiliki
yang diperoleh dari hasil bagi bobot cluster modal uang tunai yang besar senilai 500 juta
yang dimiliki alternatif dengan bobot cluster serta jaringan petani yang luas yaitu 75 petani.
yang tertinggi, maka hasil bobot prioritas Henu telah menjadi pemasok di
alternatif yang ideal adalah pemasok 1 (Abdul MAS selama 3 tahun. Kualitas pasokan daun
Wahab) yaitu raw = 0.0598, normal = 0.3023 tembakau rata-rata terdiri atas 35% dekblad,
dan ideal = 1. Rangking Alternatif dilihat dari 30% omblad, dan 35% filler. Henu merupakan
nilai pada kolom ideal, yang memiliki nilai pemasok yang tidak sulit bekerjasama dalam
tertinggi maka dialah yang menjadi Alternatif mencapai kesepakatan harga dengan waku
terbaik menurut metode Analityc Network kurang lebih 2 jam untuk bernegosisasi harga.
Process (ANP). Rangking alternatif dapat Henu mampu memenuhi jumlah permintaan
dilihat pada Tabel 10. bahan baku oleh perusahaan sebesar 20 ton
Berdasarkan Tabel 10. terlihat dengan bahan baku yang ditolak sebesar
bahwa Abdul wahab adalah alternatif 0,3%. Modal uang tunai yang dimiliki Henu
rangking pertama dengan nilai tertinggi yaitu sebesar 200 juta dengan jaringan petani
1; kemudian H. Busyono pada posisi ke dua sebanyak 80 orang.
dengan nilai 0,7532; Henu pada posisi ke 3 Miseri telah menjadi pemasok di
dengan nilai 0,7424; Miseri pada rangking 4 MAS selama 1 tahun. Proses negosiasi harga
dengan nilai 0,5835; Topik pada rangking ke dengan pemasok ini membutuhkan 2 hingga 3
5 dengan nilai 0,1749; dan H. Aminullah jam. Kualitas bahan baku pasokan Miseri
menempati peringkat terakhir dengan nilai sesuai dengan standar yang ditetapkan
0.0540. perusahaan hal ini terbukti dengan komposisi
Abdul wahab telah memasok daun pasokan Miseri terdiri atas 35% dekblad, 30%
tembakau ke MAS selama 3 tahun. Harga omblad, dan 35% filler. Namun Miseri tidak
AGROINTEK Volume 9, No.1 Maret 2015 21

dapat mengirim daun tembakau sewaktu- yang konsisten, waktu dan kuantitas
waktu. Miseri hanya mampu memenuhi 5 ton pengiriman pasokan yang sesuai permintaan,
permintaan bahan baku dengan prosentase serta perusahaan akan mendapatkan pemasok
bahan baku yang ditolak sebesar 0,5%. dengan fleksibilitas tinggi, mempunyai
Miseri memiliki modal uang tunai sebesar 95 jaringan yang luas dengan para petani, serta
juta serta memiliki jaringan dengan 50 petani. modal berupa uang tunai dalam jumlah besar.
Topik telah menjadi pemasok di
MAS selama 1 tahun. Waktu yang diperlukan KESIMPULAN
prusahaan untuk bernegosiasi dengan Topik Berdasarkan hasil analisis data dapat
adalah 4 hingga 5 jam. Harga daun tembakau diketahui bahwa subkriteria yang menjadi
yang dipasok Topik tidak konsisten serta prioritas dalam proses seleksi pemasok adalah
kualitasnya juga tidak sesuai dengan standar kenampakan fisik bahan baku yang
perusahaan hal ini terbukti dari komposisi merupakan kriteria kualitas bahan baku.
pasokan yang terdiri atas 20% dekblad, 40% Pemasok yang menjadi prioritas bagi
omblad, dan 40% filler. Topik hanya mampu perusahaan adalah Abdul Wahab dengan nilai
memenuhi jumlah permintaan bahan baku 0,059782.
sebesar 5 ton dengan jumlah bahan baku yang
ditolak sebesar 0,45%. Modal uang tunai yang SARAN
dimiliki Topik sebesar 95 juta serta jaringan Saran dari penelitian ini adalah
memiliki jaringan hanya dengan 15 petani untuk penelitian selanjutnya, dapat dilakukan
sehingga Topik tidak dapat melakukan analisis aliansi strategi mengenai penentuan
pasokan sewaktu-waktu sesuai dengan strategi untuk meningkatkan partnership
permintaan perusahaan. dengan pemasok yang menjadi prioritas
H.Aminullah merupakan pemasok perusahaan serta memperbaiki performa kerja
dengan peringkat terendah berdasarkan hasil pemasok lain seperti pemasok prioritas.
pengolahan data dengan ANP. H. Aminullah
memasok daun tembakau ke MAS selama 2 DAFTAR PUSTAKA
tahun. Berdasarkan keterangan kepala Alfian, et al. 2012. Penggunaan Metode
pembelian (Rahmadian Budi R., SP, MP), Analytic Network Process (ANP)
seringkali H. Aminullah memasok daun dalam Pemilihan Supplier Bahan Baku
tembakau yang kualitasnya di bawah standar Kertas pada PT Mangle Panglipur.
perusahaan yaitu 20% dekblad, 30% omblad, Fakultas Teknologi Industri, Jurusan
dan 50% filler. Selain itu proses negosiasi Teknik Industri, Universitas Katolik
harga dengan H. Aminullah sulithampir Parahyangan. Simposium Nasional
berlangsung 1 hingga 2 hari. H. Aminullah RAPI XI FT UMS – 2012 ISSN : 1412-
mampu memenuhi jumlah permintaan bahan 9612 I-85.
baku sebesar 5 ton dengan prosentase bahan Amid, A., Ghodsypour, S. H., and O’Brien, C.
baku yang rusak hampir 50%. H. Aminullah A. 2006. Weighted Max–Min Model
memiliki modal uang tunai sebesar 95 juta for Fuzzy Multi-Objective Supplier
yang cukup dan jaringan dengan petani hanya Selection in a Supply Chain.
10 orang namun mampu melakukan pasokan International Journal Production
sewaktu-waktu sesuai dengan permintaan Economics,131: 139–145.
peusahaan. Berdasarkan hal-hal tersebut H. Aramyan, L. H., Alfons G. J. M., Oude L.,
Aminullah menjadi alternatif pemasok Jack G. A. J. dan Olaf V. K. 2007.
terakhir bagi perusahaan bilamana perusahaan Performance Measurement in Agri-
mengalami kekurangan bahan baku dan Food Supply Chain: A Case Study. An
membutuhkan pasokan dalam waktu yang International Journal, 12(4): 304-315.
mendadak dalam jumlah yang sedikit. Aramyan, L., Christien O., Olaf V. K., Alfons
Jadi ketika perusahaan menetapkan O. L. 2006. Performance Indicators In
Abdul Wahab sebagai pemasok prioritas maka Agri-Food Production Chains:
perusahaan akan mendapatkan beberapa Quantifying The Agri-food Supply
keuntungan yaitu pasokan bahan baku dengan Chain: 47-64.
kualitas sesuai standar perusahaan dan harga
22 Penerapan metode ANP...(Fatimatuz Z, dkk)

Aramyan, L.H., Lansink, A G.J.M.O., Vorst, TeknologiSepuluh November:


J.G.A.J. van der., dan Kooten, O. van. Surabaya.
2007. Perfomance. Measurement in Iriani, Yani dan Topan Herawan. 2012.
Agri-Food Supply Chain: A Case Study. Pemilihan Supplier Bahan Baku
An International Journal 12(4): 304- Benang dengan Menggunakan Metode
315. Analytic Network Process (ANP) (Studi
Bayazit. 2006. Use of Analytic Network Kasus Home Industry Nedy). Jurusan
Process in Vendor Selection Decisions. Teknik Industri , Fakultas Teknik,
Bencmarking. An International Journal, Universitas Widyatama.
13(5): 566-579. Lin, C. T., Chen, C. B., and Ting, Y. C. 2011.
Britania, Rizka. 2011. Penentuan Keputusan An ERP Model for Supplier Selection
Pembelian Bahan Baku yang Optimal in ElectronicsIndustry. An International
dengan Metode Analytic Network Journal Expert Systems with
Process (ANP) dan Goal Programming. Applications, 38: 1760–1765.
Fakultas Teknik: Universitas Indonesia. Mauidzoh, U dan Yasrin Z. 2007.
Cebi, F., and Bayraktar, D. 2003. An Perancangan Sistem Penilaian Dan
Integrated Approach for Supplier Seleksi Supplier menggunakan Multu-
Selection. Journal of Logistics Kriteria. Jurnal Ilmiah Teknik Industri,
Information Management, 16 (6): 395- 5(3): 113-122.
400. Ng, Wang. L., An Efficient and Simple Model
Chen, Y. J. 2011. Structured Methodology for for Multiple Criteria Supplier Selection
Supplier Selection and Evaluation in a Problem. European Journal of
Supply Chain. An International Journal Operational Research, 186: 1059–
Information Sciences, 181: 1651–1670. 1067.
Dewayana, S. T., dan Budi, A. 2009. Onut, S., Soner, K., Selin, I., and Elif. 2009.
Pemilihan Pemasok Cooper Rod Long term supplier selection using a
Menggunakan Metode ANP. Jurnal combined fuzzy MCDM approach: A
Jurusan Teknik Industri Universitas case study for telecommunication
Diponegoro, IV(3): 212-217. company. Expert Systems with
Dewi Kurniawati, et al. 2013. Kriteria Applications, 36(2): 3887-3895.
Pemilihan Pemasok Menggunakan Ratnasari, Dina Ayu. 2012. Pemilihan
Analytical Network Process. Jurnal Supplier Bahan Baku Kayu
Teknik Industri, Vol. 15, No. 1, Juni Menggunakan Metode Fuzzy Analytic
2013, 25-32 DOI: 10.9744/jti.15.1.25- Network Process (Studi Kasus di PT
32 ISSN 1411-2485 print / ISSN 2087- Yogya Indo Global). Program Studi
7439 online Teknik Industri Fakultas Sains Dan
Gencer, C., and Gurpinar, D. 2007. Analytic Teknologi Universitas Islam Negeri
Network Process in Supplier Selection: Sunan Kalijaga Yogyakarta.
A Case Study inan Electronic Firm. Saaty, TL, 1996. Decision Making with
Journal of Applied Mathematical Dependence And Feedback The
Modeling, 31: 2475-2486. Analytic Network Process. Pittsburgh:
Ghodsypour, S. H., and O’Brien C. 2001. The RWS Publications.
Total Cost of Logistics in Supplier Saaty, TL, 1999. Fundamentals of the
Selection, under Conditions of Multiple Analytic Network Process,
Sourching, Multiple Criteria and www.isahp2003.net. ISAHP 1999; Kobe,
Capacity Constraints. International Japan, August 12 – 14.
Journal of Production Economics, 7: Sadeghi, Moch.dkk. 2011. Using Analytic
15-27. Network Process in a Group Decision-
Hapsari, P. K., dan Suparno. 2010. Integrasi Making for Supplier Selection. Journal
FuzzyAnalytic Network Process dan of Informatica, 23(4): 621-643.Vilnus
Goal Programmingdalam Pemilihan University.
Supplier dan Alokasi Order. Skripsi, Singgih, M.L. 2009. Pemilihan Alternatif
Jurusan Teknik Industri, Institut Perbaikan Kinerja Lingkungan Sektor
AGROINTEK Volume 9, No.1 Maret 2015 23

Industri Potensial di Jawa Timur degan System. International Journal of


Metode Economic Input- Output Life Management Science, 29: 171-182.
Cycle Assesment (EOI- LCA) dan Yazgan, H. R. 2011. Selection of Dispatching
Analytic Network Process (ANP). Rules with Fuzzy ANP Approach. The
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah International Journal of Advanced
dan Kota ITS, Surabaya ISBN No. 978- Manufacturing Technology, 52(5-8):
979-98808-2-6. Hal.106. 651-667.
Sulistyo, Fajar. 2008. Manajemen Sistem Yoserizal, Y. dan Moses, L. S. 2012. Integrasi
Monitoring dalam Rangka Penetiban Metode Dematel (Decision Making
dan Pengaturan Frekuensi Radio Trial and Evaluation Laboratory) dan
Nasional. Fakultas Teknik Universitas ANP (Analytic Network Process) dalam
Indonesia: 26-33. Evaluasi Kinerja Supplier di PT. XYZ.
Tam, M. C. Y., and Tummala, V. M. R.2001. Prosiding Seminar Nasional
An Application of The AHP in Vendor Manajemen Teknologi XV, Program
Selection of a Telecomunication Studi MMT-ITS, Surabaya, pp. 1-8.

Anda mungkin juga menyukai