Anda di halaman 1dari 11

J-SEA (Journal Socio Economics Agricultural) Vol. 16 No.

2, Agustus, 2020: 97-107

PEMBERDAYAAN PERTANIAN LOKAL DALAM


MENOPANG KEBERHASILAN PROGRAM FOOD ESTATE
DI KALIMANTAN TENGAH

Abdul Mukti

Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Univesitas Palangka Raya
Email: abdulmukti.1201@gmail.com

ABSTRAK
Pembangunan Food estate di Kalimantan Tengah akan dilakukan dengan
intensifikasi lahan pertanian yang sudah ada dengan cara meningkatkan indeks
pertanaman. Pengagendaan ketahanan pangan tergantung keberadaan isu yang
memang mengancam, keinginan politik aktor dalam sekuritisasi, bayangan
keuntungan masa depan yang akan didapat, juga jejaring lokal dan nasional yang
dibangun untuk mendukung proses tersebut, dan faktor yang memperlemahnya
adalah kondisi politik yang kerap berubah. Terdapat disjungsi antara kebijakan
terkait keamanan pangan dan bentuk-bentuk kemiskinan pangan yang dialami,
dan menimbulkan keraguan atas konsistensi internal kebijakan. Akibat
implementasi yang belum matang, capaian keberhasilan program MIFEE
sebelumnya masih relatif lambat. Telah diidentifikasi sejumlah masalah dalam
meningkatkan produksi beras, seperti penguasaan lahan, kesesuaian lahan, sistem
air, infrastruktur, aksesibilitas faktor produksi, kelembagaan, dan kapasitas
sumber daya manusia. Proyek modernisasi pertanian dalam skala luas di
Merauke dan Bulungan bukanlah usaha menjaga ketahanan pangan, melainkan
semata ekspansi agribisnis dalam skala luas. Solusi yang ditawarkan adalah
bahwa pelaku utama pembangunan Food estate ini terutama adalah para petani
setempat. Kewajiban pemerintah adalah membantu mereka dengan menciptakan
iklim, di mana para pelaku pembangunan ini bersedia dan mampu melakukan
pembangunan Food estate yang sukses sebagaimana yang diharapkan. Setiap
petani mempunyai kebebasan memilih, jenis pembangunan Food Estate apa yang
akan mereka lakukan, bagaimana caranya, dan bilamana pembangunan itu akan
dilakukan, untuk apa hasilnya nanti akan digunakan, dan sebagainya. Pemerintah
hanya mengarahkan hak pilih petani dengan mengatur keadaan yang ada di
sekitar petani.

Kata-kata Kunci : food estate, ketahanan pangan, implementasi, solusi

ABSTRACT
Food estate development in Central Kalimantan will be carried out by
intensifying existing agricultural land by increasing the cropping index. The
agenda for food security depends on the existence of a threatening issue, the
political will of the actors in securitization, the image of future benefits that will
be obtained, as well as local and national networks that are built to support this
process, and the factor that weakens it is the changing political conditions. There
is a disjunction between policies related to food security and the forms of food
poverty experienced, and raises doubts over the internal consistency of the

97
Abdul Mukti Pemberdayaan Pertanian Lokal Dalam Menopang
Keberhasilan Program Food Estate
Di Kalimantan Tengah)

policy. Due to the immature implementation of the MIFEE program, the


achievements of the previous MIFEE program were relatively slow. A number
of problems have been identified in increasing rice production, such as land
tenure, land suitability, water systems, infrastructure, accessibility of production
factors, institutions, and human resource capacity. The large scale agricultural
modernization project in Merauke and Bulungan is not an effort to maintain food
security, but merely an expansion of agribusiness on a large scale. The solution
offered is that the main actors in the development of this food estate are mainly
local farmers. The government's obligation is to help them by creating a climate
in which these development actors are willing and able to carry out successful
Food estate developments as expected. Every farmer has the freedom to choose,
what type of Food Estate development they will do, how, and when the
construction will be carried out, what the results will be used for, and so on. The
government only directs farmers' suffrage rights by regulating the existing
conditions around the farmers.

Keywords : food estate, food security, implementation, solution

PENDAHULUAN dan berupaya mewujudkan pertanian


Food estate sudah merupakan salah modern agar tidak kalah dengan
satu Program Strategis Nasional pertanian di Pulau Jawa. Food estate
2020-2024 yang bertujuan berbasis korporasi itu merupakan
membangun lumbung pangan investasi terintegrasi dari hulu ke hilir
nasional. Pembangunan Food estate sebagai upaya meningkatkan
di Kalimantan Tengah (Kalteng) tidak produksi pangan bagi masyarakat
akan membuka kembali lahan eks Indonesia. Pengembangan Food
pengembangan lahan gambut (PLG). estate ini merupakan program dan
Pembangunan akan dilakukan dengan sinergi seluruh komponen pada
intensifikasi lahan pertanian atau pemerintah pusat dan daerah dengan
mengoptimalkan pemanfaatan lahan dukungan pengawasan serta
eks PLG dan non eks PLG yang sudah pembiayaannya. Sinergi itu mulai dari
ada dengan cara meningkatkan indeks sistem hulu, on farm, hilir, hingga
pertanaman. Pengoptimalan itu distribusi pasar untuk meningkatkan
dilakukan dengan penerapan kapasitas dan diversifikasi produksi
teknologi 4.0, seperti pemberian bibit pangan (Limpo, 2020). Selanjutnya
unggul (perbaikan varietas), Sarwo Edhy (2020), Peralatan dan
pemupukan berimbang, dan mesin-mesin pertanian (alsintan)
penggunaan alat mesin pertanian diperlukan untuk mendukung
(alsintan), sehingga ditargetkan pembangunan Food estate. Alsintan
produktivitas bisa mencapai 7 itu, antara lain traktor roda 4 dan 2,
ton/hektar. Kegiatan intensifikasi pompa air, rice transplatter, hand
awal tahun 2020 ini seluas 30.000 sprayer, drone tabur benih, dan
hektar, meliputi 20.000 hektar di combine harvester. Kementerian
Kabupaten Kapuas dan 10.000 hektar Pertanian juga menyiapkan benih
di Kabupaten Pulang Pisau. sekitar 1.500 ton, dolomit 30.000 ton,
Pemerintah Pusat juga merencanakan pupuk hayati 150.000 ton, urea 6000
peningkatan penanganan pascapanen

98
J-SEA (Journal Socio Economics Agricultural) Vol. 16 No. 2, Agustus, 2020: 97-107

ton, NPK 4500 ton, dan pupuk Pengembangan Lahan Gambut (PLG)
herbisida 120.000 ton. di Kalimantan Tengah siap
Nantinya, Food estate akan berada berproduksi pada tahun 2022
pada lahan seluas 165.000 hektar. mendatang. Lahan ini akan dikerjakan
Food estate menjadi upaya mulai tahun 2020 ini sampai 2022.
pemerintah RI untuk mengantisipasi Targetnya, pada tahun 2022
ancaman krisis pangan sebagai mendatang lahan seluas 165.000
dampak pandemi Covid-19. hektar sudah bisa dioptimalkan
Pembangunannya pun produksinya. Rinciannya, 85.500
mengintegrasikan pertanian, hektar merupakan lahan fungsional
perkebunan, dan peternakan pada satu yang siap digunakan untuk
kawasan. Presiden menyatakan berproduksi setiap tahun. Dari jumlah
bahwa Food estate ini yang tersebut, 28.300 hektar masih dalam
bertanggung jawab pada produksinya kondisi irigasi baik dan 57.200 hektar
adalah Mentan yang bersinergi perlu dilakukan rehabilitasi jaringan
dengan kementerian lainnya.. Ia irigasi. Sementara, 79.500 lahan
melanjutkan, aktivitas di sana tidak sudah berupa semak belukar sehingga
hanya produksi. BUMN akan perlu dilakukan pembersihan (land
bertanggung jawab membangun clearing) atau tanpa perlu dilakukan
industri, yakni terlibat dalam pencetakan sawah kembali. Hal
pemrosesan hingga pengemasan. Para tersebut dilakukan untuk mendukung
petani dan peternak di sana Pemerintah dalam menciptakan
selanjutnya akan terkonsolidasi dalam kawasan yang mengintegrasikan
kelompok-kelompok tani dengan pertanian, perkebunan, dan
terlebih dahulu difasilitasi, baik peternakan guna menjamin kebutuhan
sarana maupun prasarana serta dan ketahanan pangan Nasional. Food
pendukung lainnya. Komoditas estate ini merupakan suatu daerah
pangan dari Food Estate ini nantinya yang ditetapkan sebagai lumbung
juga akan beragam, tidak hanya padi pangan baru di Indonesia. Lokasi
dan jagung. Sarana produksi dan lumbung pangan baru yang juga
infrastruktur pertanian juga akan merupakan bagian dari Program
dibangun, seperti embung, irigasi, Strategis Nasional (PSN) Tahun 2020
hingga sarana pascapanen yang hingga 2024 tersebut berada di
modern. Sebagai info, Kalteng Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi
ternyata berhasil mengembangkan Kalimantan Tengah.
Padi Inbrida Varietas Unggul Baru Secara rinci, luas lahan 1.210 hektar
Inpari-42 dan Padi Hibrida SUPADI. siap dikerjakan pada tahun 2020,
Selain itu, Kalteng juga sukses 33.335 hektar lahan dikerjakan pada
memproduksi jagung untuk tahun 2021, serta 22.655 hektar akan
kebutuhan nasional. Pada 2015, dikerjakan tahun 2022. Adapun total
produksi jagung mencapai 8.940 ton kebutuhan anggaran untuk pekerjaan
pipilan kering dan tahun 2019 sebesar tersebut sebesar Rp 1,05 triliun.
71.000-118.000 ton pipilan kering Basuki mengungkapkan,
atau naik hampir 1.000 persen. pengembangan program food estate
Menteri Pekerjaan Umum dan ini akan dilakukan bersama
Perumahan Rakyat ( PUPR) Basuki Kementerian BUMN melalui skema
Hadimuljono mengatakan, lahan investasi. Kementerian PUPR
potensial seluas 165.000 hektar eks- mengembangkan sarana dan

99
Abdul Mukti Pemberdayaan Pertanian Lokal Dalam Menopang
Keberhasilan Program Food Estate
Di Kalimantan Tengah)

prasarana dasar seperti perbaikan telah dikeluarkan melalui beberapa


saluran-saluran irigasi di sekitar kebijakan pemerintahan SBY
kawasan tersebut baik jaringan irigasi sebelumnya yaitu Revitalisasi
sekunder maupun primer. Sementara, Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan,
Kementerian BUMN bersama serta kebijakan umum dewan ketahan
Kementerian Pertanian akan pangan 2005-2009 dan 2010-2014.
melakukan pengembangan teknologi Kebijakan FE merupakan salah satu
olah tanam. tindakan darurat yang dilakukan
pemerintah untuk menanggulangi
PROGRAM DAN krisis pangan (Dewan Ketahanan
IMPLEMENTASI Pangan, 2009). Kebijakan FE sebagai
SEBELUMNYA bentuk dari tindakan darurat dalam
Kebutuhan akan pangan merupakan implementasinya dilakukan dalam
kebutuhan primer setiap manusia sebuah bentuk prosedur khusus, di
yang tidak bisa tergantikan, hal ini mana dalam implementasinya bisa
menyebabkan pangan mempengaruhi saja tidak mematuhi dan melanggar
kehidupan manusia dari berbagai aturan-aturan yang sudah ada.
sektor baik itu sektor ekonomi, sosial, Contohnya adanya izin melakukan
politik ataupun budaya (Khudori, penebangan hutan dan membuka
2008). Dikarenakan begitu lahan gambut padahal di saat yang
pentingnya peran pangan, maka PBB bersamaan Indonesia dalam forum-
memiliki lembaga khusus untuk forum internasional yang membahas
menangani isu pangan yaitu FAO. perubahan iklim telah berkomitmen
FAO berhasil membuat negara untuk menurunkan emisi gas rumah
anggota PBB memprioritaskan kaca dan menjaga hutan yang
kebijakan pangan, termasuk dianggap sebagai paru-paru dunia
Indonesia (Putri, 2019). (Greenomics Indonesia, 2011). Selain
Menurut Putri (2019) bahwa di itu, dalam pembebasan lahan,
Indonesia sendiri, tindakan pemerintah ikut serta secara proaktif
pengagendaan isu pangan sebagai isu untuk mengambil tanah milik
keamanan bukanlah hal baru. masyarakat dan diserahkan kepada
Semenjak Indonesia merdeka hingga perusahaan walaupun di saat yang
sekarang, pangan masih dianggap bersamaan terjadi penentangan dari
sebagai isu strategis. Walaupun masyarakat setempat dan adanya
begitu, proses pengagendaan isu advokasi dari NGO baik nasional
pangan menjadi isu keamanan maupun internasional (Putri, 2019).
berbeda-beda di setiap masa ke Pasca dilantiknya Joko Widodo pada
pemerintahan presiden Indonesia, hal tahun 2014 dan 2019, beberapa
ini dikarenakan Indonesia menganut kebijakan yang pernah dikeluarkan
sistem presidensial. Di era oleh pendahulunya Soesilo Bambang
pemerintahan SBY sekuritisasi Yudhoyono (SBY) dihapuskan. Salah
pangan melahirkan sebuah kebijakan satunya adalah kebijakan pangan
yang bernama Food Estate (FE) atau skala besar (Food Estate). Lebih jauh,
kebijakan pangan skala luas. FE saat ini Jokowi bahkan tidak
merupakan salah satu kebijakan menjadikan isu pangan sebagai salah
strategis SBY dalam program kerja satu isu prioritas dalam kebijakan
100 hari kabinet Indonesia Bersatu. pemerintahannya. Dalam pidato
Selain itu, perintisan kebijakan ini kemenangannya pada tahun 2019,

100
J-SEA (Journal Socio Economics Agricultural) Vol. 16 No. 2, Agustus, 2020: 97-107

jokowi fokus pada isu pengembangan ketiga, kebijakan yang mendukung


sumber daya manusia, sedangkan penutupan cepat daerah dataran tinggi
pada tahun 2014 Jokowi fokus pada dan transformasi mereka selanjutnya
pengembangan kemaritiman (Putri, menjadi konsesi kelapa sawit skala
2019). besar, tanaman tunggal. Makalah ini
Selanjutnya dari penelitian Putri menggambarkan tiga pendekatan
(2019) menyimpulkan bahwa kebijakan ke dalam dialog dengan
kesuksesan pengagendaan isu pangan konsep 'ketahanan pangan'
ini didorong oleh beberapa faktor 'kedaulatan pangan' dan 'hak atas
yaitu keberadaan isu yang memang pangan' di samping prinsip-prinsip
mengancam, keinginan politik aktor ekologis. Ini mengungkapkan
dalam sekuritisasi, bayangan disjungsi antara kebijakan terkait
keuntungan masa depan yang akan keamanan pangan dan bentuk-bentuk
didapat, juga jejaring lokal dan kemiskinan pangan yang dialami,
nasional yang dibangun untuk menimbulkan pertanyaan mengenai
mendukung proses tersebut. konsistensi internal kebijakan, dan
Sedangkan faktor yang memperlemah merekomendasikan mencari
sekuritisasi adalah kondisi politik pendekatan baru yang sesuai dengan
yang kerap berubah seiring konteks tertentu dan yang dapat
bergantinya kebijakan juga kekuatan ditingkatkan
yang dimiliki oleh veto actors dalam Santosa, E., (2014) bahwa pemerintah
membangun jejaring untuk telah melakukan berbagai terobosan
menentang sekuritisasi. untuk perluasan lahan pangan, salah
McCarthy, J.F., and K. Obidzinski satunya melalui pengembangan
(2015) bahwa sejak tahun 2008, pangan skala luas (food estate).
ketika para pembuat kebijakan di Program Merauke Integrated Food
negara-negara berkembang menyulap and Energy Estate (MIFE) merupakan
tujuan-tujuan yang saling bersaing, food estate yang dinotifikasi secara
bidang kebijakan yang saling nasional yaitu Energy Estate di
bertentangan muncul seputar masalah Kabupaten Merauke, Papua seluas 1,2
ketahanan pangan. Makalah ini juta ha, namun proyek food estate
mengembangkan kerangka kerja tersebut belum dapat berjalan sesuai
untuk mempertimbangkan pertanyaan harapan karena berbagai kendala
normatif yang mendasari pilihan yang kompleks. Akibat implementasi
kebijakan dan memetakan implikasi yang belum matang, capaian
pilihan yang berbeda untuk keberhasilan MIFEE pada saat ini
kemiskinan dan ketidaksetaraan masih relatif lambat. Oleh karena itu,
pangan. Menerapkan ini untuk kasus perlu dicari alternatif solusi agar
Kalimantan Indonesia, makalah ini MIFEE dapat menjadi tonggak
berfokus pada tiga pendekatan yang sejarah sekaligus legacy
paling menonjol dengan implikasi pembangunan pangan untuk generasi
substansial untuk penggunaan lahan. mendatang. Permasalahan MIFEE
Ini termasuk skema ekstensifikasi dari segi investor, kelembagaan,
untuk membuka perkebunan padi perundang-undangan, sosial, budaya
baru; program intensifikasi yang dan politik dianalisis dan dicarikan
berupaya memodernisasi praktik solusi nya.
pertanian dengan meningkatkan Setyo, P., and Elly J, (2018) Untuk
produksi di wilayah yang ada; dan meningkatkan produksi beras di

101
Abdul Mukti Pemberdayaan Pertanian Lokal Dalam Menopang
Keberhasilan Program Food Estate
Di Kalimantan Tengah)

Provinsi Kalimantan Utara, Tentang Penetapan Luas Tanah


pemerintah provinsi telah bertentangan dengan PP No. 18
meluncurkan Program Food estate. Tahun 2010. Pelaksanaan program
Program ini juga merupakan program food estate di Kabupaten Bulungan
pemerintah pusat terkait dengan Provinsi Kalimantan Timur dan
kebijakan pemerintah tentang Kabupaten Merauke juga
ketahanan pangan. Salah satu bertentangan dengan PP No. 18
pengembangan food estate Delta Tahun 2010 dalam hal batas
Kayan Food Estate seluas 50.000 maksimum luas tanah yang boleh
hektar di Kabupaten Bulungan, di dikuasai untuk pelaksanaan usaha
mana Area sekitar 30.000 hektar budidaya tanaman oleh investor.
adalah tanah pasang surut dengan Peralihan hak atas tanah untuk
jenis tanah aluvial yang sangat subur. kebutuhan program food estate dalam
Studi kebijakan ini bertujuan untuk rangka ketahanan pangan berdasarkan
mengidentifikasi dan menganalisis PP No. 18 Tahun 2010 tentang Usaha
masalah peningkatan produksi beras Budidaya Tanaman dikaitkan dengan
melalui pengembangan food estate di UUPA adalah pihak perusahaan
Provinsi Kalimantan Utara Indonesia (investor) yang membutuhkan lahan
dan merumuskan program prioritas pertanahan untuk kepentingan
sebagai rekomendasi untuk membuat program food estate wajib melakukan
kebijakan dalam meningkatkan ganti rugi atas lahan pertanahan milik
produksi beras. Studi ini telah petani. Perlindungan hukum terhadap
mengidentifikasi sejumlah masalah pemilik hak atas tanah dalam
meningkatkan produksi beras, seperti pelaksanaan program food estate
penguasaan lahan, kesesuaian lahan, melalui usaha budidaya tanaman
sistem air, infrastruktur, aksesibilitas dikaitkan dengan hukum positif
faktor produksi, kelembagaan, dan Indonesia adalah bahwa pemilik hak
kapasitas sumber daya manusia. atas tanah tidak boleh diperlakukan
Analitik Proses Hirarki diterapkan secara sewenang-wenang, dalam
untuk mengembangkan program pelaksanaan peralihan hak atas tanah
prioritas, menghasilkan tiga yang harus dilakukan dengan cara ganti
program paling penting adalah rugi berdasarkan kesepakatan sesuai
pengelolaan air, peningkatan akses ke harga pasar antara petani selaku
faktor produksi, dan meningkatkan pemilik tanah dan investor.
kapasitas sumber daya manusia. Transmigrasi selama ini terkait
Rencana aksi terkait dengan program dengan upaya menggenjot
prioritas juga ada telah diidentifikasi. produktivitas pangan. Pada masa
Sagala (2018) Hasil pembahasan dari Orde Baru, transmigrasi digalakkan
permasalahan yang timbul dalam dengan untuk menjadikan
penelitian ini adalah Pengaturan transmigran sebagai tenaga kerja
hukum tentang pengambilalihan hak murah di perkebunan besar milik
atas tanah dari masyarakat petani pemerintah. Setelah masa Orde Baru
guna pelaksanaan program food berakhir, transmigrasi dijadikan lagi
estate dikaitkan dengan batas sebagai penopang program pangan
maksimum luas tanah yang dapat dengan dicetuskannya proyek food
dimiliki oleh perorangan maupun estate. Kajian ini ingin mendalami
badan hukum berdasarkan Undang- paradoks dari proses modernisasi
Undang No. 56 Prp Tahun 1960 pertanian skala luas melalui proyek

102
J-SEA (Journal Socio Economics Agricultural) Vol. 16 No. 2, Agustus, 2020: 97-107

food estate yang justru menyebabkan adalah membantu mereka dengan


dampak negatif bagi petani menjalankan berbagai usaha yang
transmigran dan penduduk lokal. dapat menciptakan suatu iklim, di
Penelitian ini merupakan studi mana para pelaku pembangunan ini
literatur yang dilakukan dengan bersedia dan mampu melakukan
melakukan penelusuran terhadap pembangunan food estate yang sukses
laporan penelitian, dokumen sebagaimana yang diharapkan.
pemerintahan, artikel jurnal, dan Bersedia, karena menyadari bahwa
berita dari berbagai media yang pembangunan ini, di samping
terkait dengan pelaksanaan food bermanfaat untuk masyarakat juga
estate. Analisis data dilakukan akan memberikan laba pula kepada
melalui beberapa tahapan, yakni diri mereka sendiri. Mampu, karena
reduksi data, penyajian data, mereka mempunyai alat-alat,
verifikasi dan penarikan kesimpulan. keterampilan, kecakapan, dan
Kajian ini telah menemukan pengetahuan untuk melaksanakan
bagaimana proyek modernisasi kegiatan pembangunan tertentu.
pertanian dalam skala luas di Pada dasarnya tiap-tiap pelaku
Merauke dan Bulungan bukanlah pembangunan khususnya para petani
usaha menjaga ketahanan pangan, mempunyai kebebasan memilih, jenis
melainkan semata ekspansi agribisnis pembangunan food estate apa yang
dalam skala luas. Penyelenggaraan akan mereka lakukan, bagaimana
transmigrasi pada dasarnya hanya caranya, dan bilamana pembangunan
menjadi penopang untuk itu akan dilakukan, untuk apa
memfasilitasi ekspansi agribisnis hasilnya nanti akan digunakan, dan
yang terjadi di Merauke dan sebagainya. Tetapi di dalam
Bulungan. Kajian ini telah melakukan haknya untuk memilih,
membuktikan kondisi kerawanan mereka selalu, mereka selalu
pangan yang harus dihadapi petani dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu:
transmigran dan penduduk lokal 1. Oleh kesediaannya sendiri,
terdampak proyek. 2. Oleh keadaan yang ada di
sekelilingnya, yang terdiri dari
PEMBERDAYAAN PERTANIAN modal, skill, tenaga, alam, dan
LOKAL SEBAGAI SOLUSI kebutuhan akan bertambahnya
UTAMA hasil.
Pelaku utama pembangunan food Dua hal ini tidak berdiri
estate di Kalimantan Tengah ini sendiri, tetapi saling mempengaruhi,
terutama adalah para petani setempat. kesediaan dapat mempengaruhi
Akan tetapi tidak bisa diabaikan peran keadaan sekelilingnya dan sebaliknya
pelaku pembangunan lain yang harus keadaan sekelilingnya dapat
dilibatkan yakni para pengusaha mempengaruhi kesediaannya secara
swasta di bidang pertanian, dan terbatas.
BUMN yang ditugaskan oleh Modal dan skill merupakan
Pemerintah untuk berusaha pada unsur pokok yang menentukan
pembangunan food estate ini. keadaan di sekeliling petani.
Keterlibatan BUMN bukan berarti Kurangnya modal dan skill tersebut
tidak ada lagi kewajiban pemerintah biasanya dapat menghambat
dalam pembangunan food estate ini. pembangunan. Berhubungan dengan
Kewajiban pemerintah yang utama itu, maka pemerintah mempunyai

103
Abdul Mukti Pemberdayaan Pertanian Lokal Dalam Menopang
Keberhasilan Program Food Estate
Di Kalimantan Tengah)

kesempatan untuk mengarahkan hak bergerak maju sehingga


pilih daripada petani dengan pembangunan pertanian akan dapat
mengatur keadaan yang ada di sekitar bergerak maju. Sedangkan syarat-
petani. Jika keadaan yang ada di syarat pelancar akan memperlancar
sekitar petani dapat sepenuhnya berputarnya roda tersebut seperti
diatur oleh pemerintah maka dapat halnya minyak pelumas atau ban yang
dipastikan bahwa pilihan petani akan memperlengkapi roda tersebut.
jatuh pada arah yang dikehendaki
oleh pemerintah. Sebaliknya jika PENUTUP
hanya sebagian saja yang dapat diatur Dari uraian-uraian terdahulu
pemerintah maka petani akan hanya dapat diperoleh beberapa kesimpulan
sebagian pula sesuai dengan sebagai berikut :
kehendak pemerintah. 1. Pembangunan Food estate di
Secara lebih terperinci Kalimantan Tengah yang
Mosher (1978) mendefinisikan merupakan salah satu Program
faktor-faktor yang mempengaruhi Strategis Nasional 2020-2024
pilihan petani, yang sekaligus juga yang bertujuan membangun
merupakan faktor-faktor yang dapat lumbung pangan nasional, akan
dipergunakan oleh pemerintah untuk dilakukan dengan intensifikasi
melaksanakan program pembangunan lahan pertanian atau
pertanian. mengoptimalkan pemanfaatan
Faktor utama (mutlak) yaitu lahan eks PLG dan non eks PLG
faktor-faktor yang harus ada supaya yang sudah ada dengan cara
pembangunan pertanian dapat meningkatkan indeks pertanaman.
berlangsung, terdiri dari : 2. Program dan Implementasi Food
1. Pasar untuk hasil produksi Estate sebelumnya dapat
2. Teknologi maju dideskripsikan sebagai berikut :
3. Tersedianya sarana produksi (alat- a. Kesuksesan pengagendaan isu
alat dan bahan-bahan) secara lokal. pangan ini didorong oleh
4. Perangsang Produksi beberapa faktor yaitu
5. Pengangkutan. keberadaan isu yang memang
Faktor pelancar (akselerator) yaitu mengancam, keinginan politik
faktor-faktor yang dapat aktor dalam sekuritisasi,
mempercepat terjadinya bayangan keuntungan masa
pembangunan pertanian, yang terdiri depan yang akan didapat, juga
dari : jejaring lokal dan nasional yang
1. Pendidikan Pembangunan dibangun untuk mendukung
2. Kredit produksi proses tersebut. Sedangkan
3. Kegiatan gotong royong oleh para faktor yang memperlemah
petani sekuritisasi adalah kondisi
4. Perbaikan dan Perluasan Tanah politik yang kerap berubah
Pertanian seiring bergantinya kebijakan
5. Perencanaan Nasional untuk juga kekuatan yang dimiliki
Pembangunan Pertanian oleh veto para aktor dalam
Lima syarat utama secara membangun jejaring untuk
keseluruhan ibarat sebuah roda menentang sekuritisasi.
dengan lingkaran penuh. Roda yang b. Terdapat disjungsi antara
bulat penuh tersebutlah yang dapat kebijakan terkait keamanan

104
J-SEA (Journal Socio Economics Agricultural) Vol. 16 No. 2, Agustus, 2020: 97-107

pangan dan bentuk-bentuk Tentang Penetapan Luas Tanah


kemiskinan pangan yang bertentangan dengan PP No. 18
dialami, menimbulkan Tahun 2010.
pertanyaan mengenai f. Proyek modernisasi pertanian
konsistensi internal kebijakan, dalam skala luas di Merauke
dan merekomendasikan dan Bulungan bukanlah usaha
mencari pendekatan baru yang menjaga ketahanan pangan,
sesuai dengan konteks tertentu melainkan semata ekspansi
dan yang dapat ditingkatkan. agribisnis dalam skala luas.
c. Akibat implementasi yang Penyelenggaraan transmigrasi
belum matang, capaian pada dasarnya hanya menjadi
keberhasilan MIFEE pada saat penopang untuk memfasilitasi
ini masih relatif lambat. Oleh ekspansi agribisnis yang terjadi
karena itu, perlu dicari alternatif di Merauke dan Bulungan.
solusi agar MIFEE dapat Kajian ini telah membuktikan
menjadi tonggak sejarah kondisi kerawanan pangan yang
sekaligus legacy pembangunan harus dihadapi petani
pangan untuk generasi transmigran dan penduduk
mendatang. Permasalahan lokal terdampak proyek.
MIFEE dari segi investor, 3. Pemberdayaan pertanian lokal
kelembagaan, perundang- sebagai solusi yang ditawarkan
undangan, sosial, budaya dan untuk keberhasilan Program Food
politik dianalisis dan dicarikan Estate adalah sebagai berikut :
solusinya. a. Pelaku utama pembangunan
d. Telah diidentifikasi sejumlah food estate di Kalimantan
masalah dalam meningkatkan Tengah ini terutama adalah para
produksi beras, seperti petani setempat. Kewajiban
penguasaan lahan, kesesuaian pemerintah yang utama adalah
lahan, sistem air, infrastruktur, membantu mereka dengan
aksesibilitas faktor produksi, menjalankan berbagai usaha
kelembagaan, dan kapasitas yang dapat menciptakan suatu
sumber daya manusia. Tiga iklim, di mana para pelaku
yang program paling penting pembangunan ini bersedia dan
adalah pengelolaan air, mampu melakukan
peningkatan akses ke faktor pembangunan Food Estate yang
produksi, dan meningkatkan sukses sebagaimana yang
kapasitas sumber daya manusia. diharapkan.
e. Pengambilalihan hak atas tanah b. Setiap pelaku pembangunan
dari masyarakat petani guna khususnya para petani
pelaksanaan program food mempunyai kebebasan
estate di Kabupaten Bulungan memilih, jenis pembangunan
Provinsi Kalimantan Timur dan Food Estate apa yang akan
Kabupaten Merauke dikaitkan mereka lakukan, bagaimana
dengan batas maksimum luas caranya, dan bilamana
tanah yang dapat dimiliki oleh pembangunan itu akan
perorangan maupun badan dilakukan, untuk apa
hukum berdasarkan Undang- hasilnya nanti akan
Undang No. 56 Prp Tahun 1960 digunakan, dan sebagainya.

105
Abdul Mukti Pemberdayaan Pertanian Lokal Dalam Menopang
Keberhasilan Program Food Estate
Di Kalimantan Tengah)

Tetapi di dalam melakukan dan (e) Perencanaan


haknya untuk memilih, Nasional untuk
mereka selalu dipengaruhi Pembangunan Pertanian.
oleh dua hal pokok yaitu (a)
Oleh kesediaannya sendiri, DAFTAR PUSTAKA
dan (b) Oleh keadaan yang
ada di sekelilingnya, yang Fatah, L., 2007. Dinamika
terdiri dari modal, skill, Pembangunan, Pertanian dan
tenaga, alam, dan kebutuhan Pedesaan. Pustaka Banua.
akan bertambahnya hasil. Banjarmasin.
Berhubungan dengan itu,
maka pemerintah Kamin, ABM dan Altamaha, R.,
mempunyai kesempatan 2019. Modernisasi Tanpa
untuk mengarahkan hak pilih Pembangunan Dalam Proyek
daripada petani dengan Food Estate di Bulungan dan
mengatur keadaan yang ada Merauke, Bhumi, Jurnal
di sekitar petani. Agraria dan Pertanahan, vol.
c. Faktor-faktor yang 5, no. 2, hlm. 163-179. DOI:
mempengaruhi pilihan 10.31292/jb.v5i2.368
petani, yang sekaligus juga
merupakan faktor-faktor McCarthy, J.F., and K. Obidzinski,
yang dapat dipergunakan 2015. Responding to food
oleh pemerintah untuk security and land questions:
melaksanakan program Food Policy principles and policy
Estate terdiri dari faktor choices in Kalimantan,
utama dan faktor pelancar. Indonesia. BRICS Initiatives
Faktor utama (mutlak) yaitu for Critical Agrarian Studies
faktor-faktor yang harus ada (BICAS).
supaya pembangunan
pertanian dapat berlangsung, Mosher, A.T., 1978. Menggerakkan
terdiri dari : (a) Pasar untuk dan Membangun Pertanian.
hasil produksi, (b) Teknologi CV. Yasaguna, Jakarta.
maju, (c) Tersedianya sarana
produksi (alat-alat dan Putri, A., 2019. Pengagendaan Isu
bahan-bahan) secara lokal, Pangan Sebagai Isu Pangan
(d) Perangsang Produksi, Pada Pemerintahan Susilo
dan (e) Pengangkutan. Bambang Yudhoyono (Sby) :
Faktor pelancar (akselerator) Studi Pada Kebijakan Food
yaitu faktor-faktor yang Estate. Jurnal PIR Vol.4 No.
dapat mempercepat 1. ISSN:2528-7192. Jakarta.
terjadinya pembangunan
pertanian, yang terdiri dari : Sagala, MDS., 2018. Peralihan Hak
(a) Pendidikan Atas Tanah Petani Melalui
Pembangunan, (b) Kredit Program Food Estate
produksi, (c) Kegiatan Dikaitkan Dengan Batas
gotong royong oleh para Tanah Maksimum
petani, (d) Perbaikan dan Kepemilikan Tanah. Tesis,
Perluasan Tanah Pertanian,

106
J-SEA (Journal Socio Economics Agricultural) Vol. 16 No. 2, Agustus, 2020: 97-107

Fakultas Hukum, USU.


http://repositori.usu.ac.id

Santosa, E., 2014. Percepatan


Pengembangan Food Estate
Untuk Meningkatkan
Ketahanan Dan Kemandirian
Pangan Nasional. Risalah
Kebijakan Pertanian dan
Lingkungan, Vol. 1 No. 2,
Agustus 2014: 80-85. Bogor.

Setyo P and Elly J, 2018. Problems


Analysis on Increasing Rice
Production Through Food
Estate Program in Bulungan
Regency, North Kalimantan.
IOP Conf. Series: Earth and
Environmental Science 147
(2018) 012043. doi
:10.1088/1755-
1315/147/1/012043

Prasetya A.W., 2020. Pembangunan


“Food Estate” di Kalteng
Tidak akan Buka Eks
Pengembangan Lahan
Gambut. Harian KOMPAS,
09 Agustus 2020

Bahfein, S., 2020. Food Estate


165.000 Hektar Eks Lahan
Gambut Siap Berproduksi
Tahun 2022. Harian
KOMPAS, 10 Agustus 2020

107

Anda mungkin juga menyukai