Anda di halaman 1dari 16

FOOD ESTATE

KALIMANTAN TENGAH,
KEBIJAKAN INSTAN
SARAT KONTROVERSI

pantaugambut.id
FOOD ESTATE KALIMANTAN TENGAH, KEBIJAKAN INSTAN SARAT KONTROVERSI 1
DAFTAR ISI

01 PERINGATAN KRISIS PANGAN

02 PERKIRAAN STOK BERAS INDONESIA 2020

04 PERMASALAHAN PROGRAM FOOD ESTATE

09 KEGAGALAN PROYEK FOOD ESTATE DI LAHAN GAMBUT

12 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kredit foto cover: Walhi Kalimantan Tengah

2 FOOD ESTATE KALIMANTAN TENGAH, KEBIJAKAN INSTAN SARAT KONTROVERSI


PERINGATAN KRISIS PANGAN
Gambar 1 | Tanaman padi yang baru ditanam di Desa Belanti Siam Kecamatan Pandih Batu
Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah

Kredit foto: Walhi Kalimantan Tengah

Topik food estate di lahan gambut masih hangat Salah satu respons cepat pemerintah dalam
diperbincangkan di media massa. Menteri menanggapi peringatan FAO adalah dengan
Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga mengeluarkan rencana pembangunan food estate
Hartarto, mengemukakan bahwa Presiden Joko di atas lahan bekas proyek pengembangan lahan
Widodo (Jokowi) menginstruksikan Badan gambut (PLG) di Kalimantan Tengah. Program
Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mencetak cetak sawah baru bertujuan menjaga kebutuhan
sawah baru melalui program food estate yang stok pangan nasional, terutama beras, dengan
berada di lahan basah dan lahan gambut dalam prioritas kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi
Rapat Terbatas 28 April 2020 lalu. Instruksi ini lahan sawah. Pembangunan food estate ini juga
berawal dari respon cepat pemerintah terhadap telah masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional
peringatan dari Badan Pangan dan Pertanian (PSN) sebagaimana ditetapkan melalui Peraturan
Dunia (FAO) mengenai krisis pangan dunia Presiden No. 109/2020.
yang akan melanda akibat pandemi COVID-19.
Pada 24 Maret 2020, FAO menyatakan bahwa Namun, apakah program tersebut merupakan
krisis pangan dunia berpotensi terjadi akibat tindakan yang tepat dalam mengantisipasi
kebijakan negara-negara dalam menerapkan bahaya krisis pangan yang diumumkan oleh FAO?
karantina wilayah yang akan berdampak pada Terutama jika mempertimbangkan dampak buruk
terganggunya rantai pasokan. terhadap lingkungan dan sosial yang dapat terjadi
akibat kebijakan ini.

FOOD ESTATE KALIMANTAN TENGAH, KEBIJAKAN INSTAN SARAT KONTROVERSI 1


PERKIRAAN STOK BERAS
INDONESIA 2020
Kita perlu memahami dan mencermati perkiraan stok beras di Indonesia. Menurut perkiraan produksi
dan kebutuhan beras oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) dan Kementerian Pertanian (Kementan) pada
tahun 2020, stok beras Indonesia akan aman.

Gambar 2 | Perkiraan Bulog dan Kementerian Pertanian

Perkiraan Bulog

Produksi: 11,87 juta ton Produksi: 7,97 juta ton Produksi: 6,52 juta ton Akhir 2020
Awal 2020
Surplus stok:
Stok: 3,5 juta ton Kebutuhan: 7,61 juta ton Kebutuhan: 7,49 juta ton Kebutuhan: 9,99 juta ton 4,7 juta ton

Mei 2020 Agustus 2020


Stok: 7,7 juta ton Stok: 8,25 juta ton

Perkiraan Kementerian Pertanian

Produksi: 30,26 juta ton Akhir 2020


Awal 2020 Surplus stok:
Stok: 5,94 juta ton Kebutuhan: 30,08 juta ton 6,11 juta ton

Sumber: Katadata & Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia

Bulog memprediksi stok akhir beras pada 2020 seharusnya masih mencukupi kebutuhan.
bulan Desember 2020 surplus dengan angka Dosen Fakultas Pertanian dan Kepala Pusat
mencapai 4,7 juta ton. Sedangkan berdasarkan Bioteknologi IPB, Prof. Dr. Ir. Dwi Andreas Santosa,
hasil perhitungan ketersediaan dan kebutuhan M.S., menyebutkan bahwa indeks ketahanan
beras tahun 2020 dari Kementan, dengan jumlah pangan Indonesia tahun 2019 dinilai membaik.
penduduk hampir 270 juta jiwa dan kebutuhan Sebagai informasi, ketahanan pangan merupakan
beras nasional sebesar 111,58 kilogram/kapita/ kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai
tahun, total kebutuhan beras diperkirakan dengan kebutuhan perseorangan. Tentunya pangan
mencapai 30,08 juta ton. Sementara itu, ini tidak hanya mencakup beras, tetapi juga bahan
perkiraan produksi beras nasional pada tahun pokok lainnya.
2020 diprediksi mencapai 30,26 juta ton,
sehingga terdapat surplus beras sekitar 175,87 Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh
ribu ton. Ditambah dengan stok awal tahun 2020 Global Food Security Index (GFSI), Indeks
sebesar 5,94 juta ton, stok beras pada akhir tahun Ketahanan Pangan Indonesia naik dari peringkat
2020 akan surplus sebesar 6,11 juta ton. 65 pada tahun 2018 menjadi peringkat 62 di
tahun 2019. Indeks ini dinilai dari tiga aspek, yaitu
Dengan melihat prediksi stok beras dari Bulog keterjangkauan (affordability), ketersediaan
dan Kementan serta prediksi kebutuhan beras (availability), serta kualitas dan keamanan
tahun 2020, stok beras nasional untuk tahun pangan (quality dan safety).

2 FOOD ESTATE KALIMANTAN TENGAH, KEBIJAKAN INSTAN SARAT KONTROVERSI


Keterjangkauan merupakan aspek yang upaya penelitian untuk memperluas hasil
mengukur kemampuan konsumen untuk membeli pertanian. Kualitas dan keamanan pangan
bahan pangan. Ketersediaan merupakan aspek berkaitan dengan kualitas dan keamanan standar
yang mengukur kecukupan pasokan pangan nutrisi dan pengawasan impor. Artinya, kondisi
nasional, risiko gangguan pasokan, kapasitas Indonesia sudah mulai membaik bila diukur dari
negara untuk mendistribusikan pangan, dan ketiga aspek tersebut dari tahun ke tahun.

Gambar 3 | Indeks Ketahanan Pangan

80 74
72 71 69
70 64 66 65 62
60
62,6
50 54,8
51,3
40 46,8 46,5 46,7 50,6
45,6
30

20

10

0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Nilai Indeks Ketahanan Pangan Peringkat Indonesia

Sumber: Global Food Security Index (2019)

Namun, meskipun nilai indeks ketahanan 3. Kualitas dan keamanan


pangan Indonesia meningkat, masih ada catatan - Keragaman makanan rendah
terkait beberapa poin penilaian Indonesia yang - Ketersediaan mikronutrien pada makanan kurang
masih memiliki nilai dibawah rata-rata menurut - Kualitas protein kurang
data GFSI, yaitu:
Dengan kata lain, ketersediaan stok pangan
1. Keterjangkauan bukanlah fokus utama yang harus dibenahi,
- Produk domestik bruto per kapita rendah melainkan poin-poin diatas yang seharusnya
- Akses pembiayaan bagi petani masih sulit menjadi prioritas dalam upaya meningkatkan
ketahanan pangan nasional.
2. Ketersediaan
- Pengeluaran publik untuk riset dan
pengembangan pertanian kurang
- Infrastruktur pertanian terbatas
- Praktik korupsi dalam distribusi pangan
dan pemberian subsidi pada petani masih
sering terjadi
- Kehilangan makanan (food loss)1 tinggi

1
Food loss adalah sampah makanan yang berasal dari bahan pangan seperti sayuran, buah-buahan, atau makanan yang masih mentah, tetapi
sudah tidak bisa diolah menjadi makanan dan akhirnya dibuang.

FOOD ESTATE KALIMANTAN TENGAH, KEBIJAKAN INSTAN SARAT KONTROVERSI 3


PERMASALAHAN PROGRAM
FOOD ESTATE
Dengan perkiraan kondisi stok beras yang Isu terkait pembukaan lahan dan
masih mencukupi kebutuhan masyarakat, kebakaran hutan di lahan gambut
mengapa pemerintah terkesan tergesa-gesa
untuk mengambil tindakan cetak sawah baru Rencana pemerintah untuk membuka
di kawasan eks-PLG Kalimantan Tengah yang lahan eks-PLG untuk dijadikan lokasi cetak
notabene mayoritasnya adalah lahan gambut? sawah baru memunculkan kekhawatiran
akan terjadinya kebakaran berulang di lahan
Cetak sawah baru bukanlah jawaban jangka gambut yang berpotensi merugikan negara.
pendek yang ideal untuk menjawab masalah Hasil analisis Pantau Gambut mengenai area
krisis pangan yang terjadi saat ini. Pasalnya, terbakar (burned area) menunjukkan bahwa
rencana cetak sawah harus benar-benar dikaji area eks-PLG masih menjadi langganan
lebih mendalam dari segi konsep, teknologi, kebakaran setiap tahunnya. Pada tahun
sosial budaya, dan daya dukung lingkungan. 2019, luasan areal terbakar di lahan eks-PLG
Selain itu, proyek ini juga membutuhkan mencapai 167 ribu hektar (ha).
waktu yang tidak singkat untuk pembangunan
infrastruktur pendukung.

Gambar 4 | Sebaran Areal Terbakar Kawasan Eks-PLG

Sumber: Analisa Pantau Gambut

4 FOOD ESTATE KALIMANTAN TENGAH, KEBIJAKAN INSTAN SARAT KONTROVERSI


Gambar 5 | Alih fungsi kawasan hutan di Papua

Kredit foto: Alvi KGS - Gemindo/HKV untuk Pantau Gambut

Kondisi ini berpotensi diperparah dengan dasar KHKP. Padahal, mengacu kepada UU
diterbitkannya Peraturan Menteri Lingkungan No. 41/1999, pemanfaatan dalam kawasan
Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) No. hutan lindung hanya terbatas pada hasil hutan
24/2020 yang memperbolehkan penggunaan bukan kayu.
kawasan hutan untuk pembangunan food estate.
Kajian kebijakan yang dikeluarkan Indonesian Selain bertentangan dengan peraturan-
Center for Environmental Law (ICEL) menemukan peraturan lain, Permen LHK No. 24/2020
bahwa peraturan tersebut bertentangan juga mengakibatkan ketidakpastian hukum
dengan Undang-Undang (UU) No. 41/1999 dengan digunakannya instrumen KLHS (Kajian
tentang Kehutanan yang telah mengatur secara
Lingkungan Hidup Strategis) Cepat untuk
terbatas pemanfaatan hutan lindung yaitu
perubahan peruntukan kawasan hutan. Tidak ada
untuk pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan,
penjelasan komprehensif mengapa pemerintah
dan pemungutan hasil hutan bukan kayu.
Klausa Pasal 38 UU No. 41/1999 juga sudah memilih KLHS Cepat. Padahal, KLHS Cepat hanya
jelas mengharuskan penetapan secara selektif mengandalkan analisa kualitatif dari pandangan
untuk pembangunan di kawasan hutan lindung ahli sehingga mengurangi esensi dari KLHS
serta melarang kegiatan-kegiatan yang dapat yang seharusnya berisi analisa komprehensif,
mengakibatkan kerusakan serius dan hilangnya sistematis, dan kolaboratif untuk memastikan
fungsi hutan yang bersangkutan. Walaupun prinsip pembangunan berkelanjutan terintegrasi
pada pasal 19 Permen LHK No. 24/2020 dalam pembangunan wilayah. Pelaksanaan KLHS
disebutkan bahwa kawasan hutan lindung yang Cepat sangat perlu dikritisi melihat rekam jejak
dapat dimanfaatkan adalah yang sudah tidak projek-projek food estate di atas lahan gambut
sepenuhnya berfungsi lindung sesuai dengan yang pada akhirnya menimbulkan kerusakan
ketentuan perundang-undangan, tetapi tidak ada lingkungan yang serius.
penjelasan tentang proses penetapan hingga
akhirnya hutan lindung tersebut sudah benar- Selain itu, dengan diperbolehkannya penggunaan
benar tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
kawasan hutan lindung menjadi kawasan food
estate dikhawatirkan akan meningkatkan laju
Temuan lain berdasarkan kajian ICEL mengenai
deforestasi yang justru bertolak belakang dengan
Permen LHK No. 24/2020, terdapat pada Pasal
kebijakan-kebijakan yang sudah diterapkan
30 ayat (1) yang mengatur bahwa Keputusan
sebagai komitmen Indonesia dalam upaya
Menteri tentang Pengelolaan Kawasan Hutan
pencegahan perubahan iklim. Perubahan
untuk Ketahanan Pangan (KHKP) dapat berlaku
iklim berdampak buruk bagi pertanian karena
sebagai izin pemanfaatan kayu (IPK). Artinya,
berpotensi memicu terjadinya kekeringan, banjir,
pepohonan yang berada di kawasan hutan lindung
serangan hama, serta menyulitkan petani dalam
dapat ditebang dan dimanfaatkan kayunya atas
memprediksi musim panen.
FOOD ESTATE KALIMANTAN TENGAH, KEBIJAKAN INSTAN SARAT KONTROVERSI 5
Isu sosial Gambar 6 | Persiapan lahan untuk kegiatan
budidaya padi oleh masyarakat
Suraya Afiff Ph.D, pengajar antropologi dari
Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa
kawasan eks-PLG yang direncanakan dalam
program food estate ini memiliki sejarah konflik
tenurial yang panjang dan belum seluruhnya
terselesaikan sampai sekarang. “Jika klaim-klaim
lahan dan status kepemilikan yang berlapis masih
belum terselesaikan, akan dipastikan konflik lahan
akan terjadi, yang berujung pada ditinggalkannya
proyek tersebut,” ungkapnya.

Isu penting lain pada program food estate


Kalimantan Tengah adalah penyediaan tenaga
kerja yang akan menggarap program ini dan
isu keterlibatan masyarakat lokal. Pasalnya,
berdasarkan hasil paparan Direktur Yayasan
Petak Danum, Muliadi, keterlibatan petani dan
masyarakat lokal dalam program food estate ini baru
di tahap sosialisasi. Perencanaan food estate yang
tidak melibatkan masyarakat dan petani lokal akan
menyebabkan hilangnya hak kelola tanah untuk Kredit foto: Eli Nur Nirmala Sari/WRI Indonesia

pangan dan ruang hidup masyarakat lokal.


Isu produktivitas pertanian padi di
Disamping itu, Suraya juga menyatakan bahwa lahan gambut
pertanian padi bersifat padat karya. Berdasarkan
hasil penelitian Kawengian et al. (2019), apabila Pantau Gambut melakukan analisis komparasi
luas food estate adalah 30.000 ha, maka akan nilai produktivitas padi di lahan gambut dan lahan
diperlukan sekitar 4.080.000 hari orang kerja mineral berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
(HOK). Meskipun peralatan dan mekanik oleh akademisi untuk melihat sejauh mana tingkat
digunakan secara efektif, kegiatan ini tetap akan produktivitas padi apabila ditanam di lahan gambut.
memerlukan 2,8 juta HOK dengan biaya produksi Produktivitas padi merupakan hasil perbandingan
yang semakin meningkat. antara jumlah produksi padi yang dihasilkan dengan
luasan yang diusahakan (biasanya dinyatakan
Kemungkinan besar tenaga kerja akan didatangkan dalam kilogram/ha atau ton/ha).
dalam program transmigrasi untuk menggarap
lahan yang ada. Perencanaan pendatangan Studi kasus untuk melihat nilai produktivitas padi
transmigran ini juga harus dipersiapkan secara di lahan gambut diambil dari hasil penelitian di
matang, karena apabila tidak, para pendatang akan Desa Blang Ramee Aceh Barat, Kabupaten Tanjung
sulit beradaptasi dengan budaya lokal sehingga Jabung Timur Jambi dan Kabupaten Katingan
dikhawatirkan akan menimbulkan konflik antara Kalimantan Tengah. Ketiga hasil penelitian tersebut
masyarakat lokal dan pendatang. Selain itu, menunjukkan bahwa nilai produktivitas padi di
keterbatasan pengetahuan transmigran terkait lahan gambut hanya berkisar antara 1,5 ton/ha –
keterampilan yang cukup untuk pertanian di lahan 2,9 ton/ha.
basah akan menimbulkan masalah lain yang
menyebabkan terlantarnya lahan yang dikelola Sementara itu, nilai produktivitas padi di lahan
akibat gagal dalam pengelolaannya. mineral diambil dari data dan penelitian di Desa
Senduro Lumajang, Kecamatan Banyu Biru dan
Kabupaten Badung Provinsi Bali. Rata-rata hasil
dari penelitian yang dilakukan menunjukkan nilai
produktivitas padi sebesar 6,2 ton/ha – 7,3 ton/ha.

6 FOOD ESTATE KALIMANTAN TENGAH, KEBIJAKAN INSTAN SARAT KONTROVERSI


Tabel 1 | Hasil produksi padi yang ditanam di lahan gambut dan nongambut

Padi di Lahan Gambut Padi di Lahan Mineral


Desa Blang Kabupaten Kabupaten Desa Kecamatan Kabupaten
Ramee Aceh Tanjung Katingan Senduro Banyu Biru Badung Bali
Barat Jabung Kalimantan Lumajang Semarang
Timur Jambi Tengah
Produktivitas 1,5 ton/ha 2,9 ton/ha 1,9 ton/ha 7,2 ton/ha 7,3 ton/ha 6,2 ton/ha
padi

Keterangan: Perbandingan ini hanya mempertimbangkan hasil produksi padi yang ditanam di lahan gambut dan nongambut.
Parameter seperti jenis padi, iklim/cuaca, teknik pengelolaan/budidaya, dan perlakuan lainnya terhadap padi tidak masuk
dalam pertimbangan.

Perbandingan tersebut memberikan Kedua, tingkat keasaman yang tinggi di lahan


kesimpulan bahwa usaha tani padi di atas gambut menyebabkan beberapa jenis tanaman
lahan gambut memiliki nilai produktivitas yang tidak dapat tumbuh baik. Ketiga, penggunaan
rendah dibandingkan dengan usaha tani padi teknologi usaha tani yang masih kurang tepat.
yang dilakukan di atas lahan mineral. Keempat, jika dikelola dengan sistem sawah,
gambut juga akan menghasilkan asam-asam
Banyak faktor yang menyebabkan produktivitas organik beracun.
padi di lahan gambut cenderung lebih rendah
dibandingkan dengan padi di lahan mineral. Selain itu, perlu diingat bahwa penggunaan alat
Pertama, rendahnya kandungan unsur hara berat di atas gambut yang notabene memiliki
makro dan mikro yang tersedia untuk tanaman daya dukung (bearing capacity) yang rendah
di lahan gambut membuat produktivitas padi akan memicu proses pemadatan gambut yang
rendah. Lahan gambut sangat miskin unsur berdampak pada penurunan permukaan tanah
hara karena kurangnya kandungan mineral. yang akan menyebabkan banjir di wilayah tersebut.

Gambar 7 | Lahan pertanian di Desa Belanti Siam Kecamatan Pandih Batu Kabupaten Pulang Pisau
Kalimantan Tengah

Kredit foto: Walhi Kalimantan Tengah

FOOD ESTATE KALIMANTAN TENGAH, KEBIJAKAN INSTAN SARAT KONTROVERSI 7


Gambar 8 | Lahan Gambut di Kalimantan Tengah

Kredit foto: Hidayah Hamzah/WRI Indonesia

Isu keterbukaan dan keakuratan potensial seluas 165 ribu ha, yang merupakan
informasi kawasan aluvial, bukan gambut, pada lahan eks
PLG di Kalimantan Tengah.
Selain isu-isu kontroversial program food estate
dan ancaman kebakaran hutan dan lahan, Namun, dalam rapat lanjutan pembahasan
informasi mengenai lokasi dan luasan cetak food estate pada tanggal 23 September 2020,
sawah pun masih simpang siur. Beberapa pihak Presiden Jokowi menyebutkan bahwa food estate
menyebutkan angka luasan rencana cetak sawah akan dilakukan di Provinsi Kalimantan Tengah
yang berbeda-beda. Menteri Koordinator Bidang di lahan seluas 148 ribu ha yang sudah memiliki
Perekonomian, Airlangga Hartarto, menjelaskan, jaringan irigasi untuk tanaman padi dan 622 ribu
pihaknya tengah menyiapkan 900.000 ha lahan ha daerah non-irigasi untuk tanaman singkong,
untuk mendukung program tersebut. jagung dan peternakan.

Sementara itu, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Pengerjaan perbaikan irigasi sudah dimulai
Limpo, menyebutkan dalam Rapat Dengar dan sekitar 30 ribu ha sudah mulai digarap di
Pendapat dengan Komisi IV DPR di Jakarta, Senin tahun 2020 dengan menggunakan tanaman
4 Mei 2020, bahwa kurang lebih sudah ada 600 padi, walaupun belum dilakukan studi AMDAL.
ribu ha lahan yang disiapkan, terdiri dari 400 ribu Presiden Jokowi juga telah melakukan
ha lahan gambut dan 200 ha lahan kering. penanaman perdana pada 8 Oktober lalu.

Kemudian, pada akhir Mei 2020 beredar Ditengah simpang siur informasi yang beredar,
dokumen laporan interim KLHS Cepat dari KLHK pemerintah belum juga mempublikasikan
yang menyebutkan bahwa ada sekitar 165 ribu hasil kajian kesesuaian lahan dan peta
ha lahan yang potensial di atas bekas PLG untuk lokasi program cetak sawah ini. Kelanjutan
intensifikasi dan ekstensifikasi sawah. perencanaan lokasi cetak sawah (ekstensifikasi)
tersebut dikhawatirkan masih akan masuk ke
Pada tanggal 16 Juni Menteri Pekerjaan area lindung. Jika hal ini benar terjadi, maka
Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki dipastikan akan terjadi dampak sosial dan
Hadimuljono, menuturkan bahwa terdapat lahan lingkungan yang besar.

8 FOOD ESTATE KALIMANTAN TENGAH, KEBIJAKAN INSTAN SARAT KONTROVERSI


KEGAGALAN PROYEK FOOD
ESTATE DI LAHAN GAMBUT
Gambar 9 | Lahan yang baru disiapkan untuk tanaman padi di Desa Belanti Siam Kecamatan Pandih
Batu Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

Kredit foto: Walhi Kalimantan Tengah

Sebenarnya sudah banyak program food estate di B. Isu teknologi dan pengetahuan
lahan gambut di masa lampau yang mengalami • Jaringan irigasi yang tidak sesuai
kegagalan, di antaranya: dengan pengelolaan lahan gambut
di lokasi pelaksanaan program ini
1. Ketapang Food Estate (KFE) mengakibatkan langkanya air di musim
Program cetak sawah di Ketapang, Kalimantan kemarau dan terjadinya banjir di
Barat, ini direncanakan oleh Menteri BUMN, musim hujan.
Dahlan Iskan, pada tahun 2012-2014. Luas • Masalah budi daya, di antaranya:
lahan awalnya direncanakan sebesar 100.000 1) Biaya mekanisasi mahal; 2)
ha, tetapi yang terealisasi hanya sekitar 0,1 Pembukaan lahan baru menimbulkan
persen (100 ha) di Desa Sukamaju, Ketapang. serangan hama; 3) Jenis padi yang
Kendala dan isu yang dihadapi program ini ditanam tidak sesuai dengan lahan;
yang berujung pada kegagalan adalah: dan 4) Teknik pembukaan lahan
tidak sesuai karena dilakukan oleh
A. Isu korupsi kontraktor jalan.
• Program cetak sawah ini gagal dan
dihentikan lantaran ada dugaan korupsi
yang merugikan keuangan negara
hingga mencapai Rp.67,69 miliar.

FOOD ESTATE KALIMANTAN TENGAH, KEBIJAKAN INSTAN SARAT KONTROVERSI 9


C. Isu sosial • Perburuhan anak dan wanita. Alih
• Masalah tenaga kerja. Oleh karena tidak fungsi lahan hutan untuk proyek
bisa menemukan orang dengan keahlian MIFEE menyebabkan masyarakat
yang sesuai, program yang tadinya setempat yang sebelumnya
direncanakan akan dilaksanakan dengan bergantung pada hutan sebagai
mekanisasi, akhirnya dikerjakan secara sumber pangan, tidak bisa memenuhi
manual. Program ini mempekerjakan kebutuhannya lagi. Akibatnya, anak-
terlalu banyak tenaga kerja. Pada saat anak dan wanita terpaksa bekerja
itu, sistem rekrutmen dan kontrak kerja untuk menjual kayu gambir kepada
tidak jelas, yang memberikan dampak tengkulak.
kepada tidak layaknya jaminan hidup • Timbulnya berbagai penyakit seperti
dan keselamatan para pekerja. ISPA, HIV/AIDS, dan malnutrisi.
• Masalah penyediaan tanah dan Masuknya pendatang membawa
tumpang tindih lahan. Sebesar 38% prostitusi dan peredaran miras yang
area yang direncanakan masuk ke Hutan sebelumnya tidak ada di desa. Hal ini
Produksi dan Hutan Produksi Konversi mengakibatkan munculnya penyakit
pada saat rencana tata ruang dan baru di kalangan masyarakat desa.
wilayah (RTRW) belum direvisi, 42%
masuk dalam kawasan nonkehutanan, B. Isu lingkungan
Areal Penggunaan Lain dengan • Perubahan bentang alam secara
penguasaan oleh warga melalui surat drastis. Hutan seluas 3.000 ha habis
keterangan tanah (SKT) dan non-SKT dibuka dalam kurun waktu satu tahun.
serta 20% dari lahan adalah Hak Guna
Usaha atas dasar Undang-Undang 3. PLG Sejuta Hektar Kalimantan Tengah
Perkebunan. PLG Sejuta Hektar dimulai tahun 1995 pada
jaman Soeharto. Kegagalan PLG tersebut
2. Merauke Integrated Food and Energy Estate mengakibatkan kerugian yang sangat besar.
(MIFEE) Dari target luasan yang direncanakan
Proyek MIFEE ini dimulai pada era Presiden sebesar 1,45 juta ha hanya dapat
Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2008 terealisasikan sekitar 110 ribu ha lahan.
yang mengalokasikan lebih dari 1 juta ha lahan Beberapa isu yang dihadapi dan dampak
sebagai pusat pangan nasional. Proyek ini juga yang ditimbulkan akibat proyek ini adalah:
dianggap gagal. Realisasi lahan yang masih
bertahan hingga sekarang hanya 400 ha. A. Isu lingkungan
Beberapa isu yang dihadapi dan dampak yang • Proyek ini dilaksanakan tanpa adanya
ditimbulkan akibat proyek ini adalah: analisis dampak lingkungan yang
matang.
A. Isu sosial dan kesehatan • Ketidakcocokan lingkungan gambut
• Proyek MIFEE menimbulkan konflik untuk digarap menjadi lahan
agraria karena lahan yang dibuka pertanian.
merupakan tanah adat yang sakral • Banyak lahan yang terlantar akibat
sehingga terkendala dalam pelepasan tidak bisa dikelola menjadi lahan
tanah secara formal dan adat. pertanian dan menyebabkan lahan
• Muncul konflik dan ketimpangan sosial terlantar tersebut rawan akan
antara masyarakat lokal dan pendatang. terjadinya kebakaran.

10 FOOD ESTATE KALIMANTAN TENGAH, KEBIJAKAN INSTAN SARAT KONTROVERSI


• Tercatat kebakaran hutan dan lahan Jika kekhawatiran mengenai rencana
besar muncul akibat pembukaan ekstensifikasi sawah di atas lahan gambut
lahan gambut besar-besaran pada terbukti –yakni merupakan praktik yang tidak
saat itu. Hampir 80% dari area PLG diiringi dengan dengan kajian yang lengkap,
terbakar hebat selama musim kering perbaikan teknologi yang memadai, dan tidak
1997/1998. Kebakaran di area PLG disertai dengan peningkatan kapasitas petani
sendiri melepaskan emisi sebesar dan model usaha tani yang tepat– maka bukan
0,12–0,15 Gt karbon ke atmosfer. tidak mungkin rencana food estate sawah tidak
• Pembuatan saluran kanal sepanjang akan membuahkan hasil optimal atau bahkan
187 km pada masa program PLG akan mengulang kegagalan proyek food estate
mengakibatkan pirit terekspos yang pernah dikerjakan di lahan yang sama
sehingga menjadikan tanah selama kurun waktu 23 tahun terakhir.
sangat asam (pH < 3,5). Kondisi
menyebabkan tanaman sulit tumbuh Harus diperhatikan bahwa lahan gambut sangat
serta kematian ikan secara massal rentan akan kerusakan yaitu dari segi kerusakan
di Sungai Mangkatip dan anak-anak fisik (subsiden dan sifat kering yang tidak balik)
Sungai Barito tahun 1997. serta kerusakan kimia (defisiensi hara dan unsur
beracun). Pengelolaan yang tidak tepat pada
B. Isu sosial lahan gambut, termasuk dalam melakukan tata
• Para transmigran kesulitan menggarap kelola air dan pengelolaan lahan yang ramah
lahan gambut akibat kurangnya gambut, akan menyebabkan lahan gambut
pemahaman terhadap kondisi lahan tersebut semakin rusak dan rawan terbakar.
serta ketidakcocokan lingkungan
gambut untuk digarap menjadi lahan Gambut yang terbakar akan melepaskan
pertanian. Lahan yang seharusnya emisi karbon dalam jumlah yang sangat besar
digarap dan direncanakan ditanami ke atmosfer. Hal ini jelas berdampak buruk
padi malah menjadi lahan tidur yang terhadap usaha-usaha untuk mengatasi
sulit dikelola, sehingga membuat perubahan iklim. Dari hasil kajian WRI, setiap
masyarakat lebih memilih melakukan ha gambut tropis yang dikeringkan untuk
penebangan liar hutan gambut. pengembangan perkebunan mengeluarkan rata-
rata 55 metrik ton CO2 setiap tahun, kurang
Dari contoh proyek food estate di lahan lebih setara dengan  membakar lebih dari 6,000
gambut yang pernah berjalan, terlihat bahwa galon bensin.
pengelolaannya selalu berujung kegagalan
dan hampir tidak pernah memberikan ruang
untuk proses integrasi sosial-budaya warga
setempat. Selain itu, selalu terjadi perubahan
lanskap alam dalam skala yang besar
sehingga merusak keseimbangan ekosistem.
Pengelolaan food estate oleh korporasi juga
memunculkan ruang untuk makelar/free riders
yang hanya menguntungkan lapisan elit sosial
dan merugikan posisi masyarakat secara
keseluruhan dengan memperbesar ketimpangan
sosial, serta memunculkan praktik-praktik
korupsi yang merugikan negara.

FOOD ESTATE KALIMANTAN TENGAH, KEBIJAKAN INSTAN SARAT KONTROVERSI 11


KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI
Gambar 10 | Lahan yang sedang di garap untuk penanaman padi di Desa Belanti Siam Kecamatan
Pandih Batu Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah

Kredit foto: Walhi Kalimantan Tengah

Dari hasil kajian dan analisis Pantau Gambut keuntungan yang akan didapat, baik dalam
di atas, maka rencana cetak sawah atau jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
ekstensifikasi di atas lahan gambut dalam
rangka menjawab ancaman krisis pangan di Selain itu, masih banyak pertanyaan yang harus
Indonesia perlu dikaji ulang secara mendalam. dijawab oleh pemerintah mengenai program
Justru, yang perlu diatasi adalah permasalahan food estate ini, seperti:
distribusi pangan yang terhambat karena a) Bagaimana kajian mengenai dampak
beberapa negara dan daerah menerapkan lingkungan sosial dan ekonominya?
pembatasan sosial, dan bukan dikarenakan b) Bagaimana strategi perencanaan,
kurangnya pasokan cadangan pangan. pelaksanaan dan monitoring?
c) Bagaimana rencana pengembangan food
Dengan perencanaan yang tidak matang, estate tahap selanjutnya?
program food estate yang akan masuk ke lahan d) Bagaimana upaya keterbukaan dan
gambut dikhawatirkan akan menimbulkan keakuratan informasi kepada publik?
kerugian yang jauh lebih besar dibandingkan

12 FOOD ESTATE KALIMANTAN TENGAH, KEBIJAKAN INSTAN SARAT KONTROVERSI


Oleh karena itu, Pantau Gambut 3. Melakukan diversifikasi pangan dengan
merekomendasikan beberapa solusi untuk alternatif pangan lokal
mengatasi ancaman krisis pangan selain Diversifikasi dinilai baik dalam mengatasi
melakukan pencetakan sawah baru di wilayah krisis pangan, karena selama ini beras masih
lanskap ekosistem gambut di kawasan eks-PLG menjadi sumber pangan utama masyarakat
Kalimantan Tengah, yaitu: Indonesia. Pada penilaian GFSI tahun 2019,
Indonesia memperoleh nilai rendah terkait
1. Memperbaiki poin penilaian Indonesia keanekaragaman pangannya. Diversifikasi
yang masih kurang dalam hal ketahanan pangan dapat dilakukan di lahan-lahan gambut
pangan terdegradasi dengan komoditas pangan
Meskipun Indeks Ketahanan Pangan lokal yang ramah gambut, misalnya sagu.
Indonesia naik dari peringkat 65 ke 62, Pemerintah dapat membantu masyarakat
data GFSI menunjukkan bahwa Indonesia dalam hal pendampingan, sosialisasi, dan
masih memiliki kekurangan, terutama peningkatan kapasitas masyarakat terkait
dari sisi perbaikan akses distribusi pengembangan komoditas pangan lokal yang
pangan, peningkatan kualitas protein dan ramah gambut sehingga dapat mendorong
mikronutrien pangan, pemberantasan peningkatan ekonomi masyarakat setempat.
korupsi, serta perbaikan akses pembiayaan
bagi petani. Oleh karena itu, Indonesia juga 4. Intensifikasi lahan pertanian yang sudah ada
harus memperbaiki poin-poin kekurangan Intensifikasi lahan pertanian dapat dimulai
tersebut dalam upaya meningkatkan dengan mengidentifikasi lahan pertanian
ketahanan pangan nasional. yang masih minim tingkat produktivitasnya.
Lahan prioritas intensifikasi dapat ditentukan
2. Tidak melakukan alih fungsi kawasan dengan menggunakan beberapa faktor,
hutan dan gambut semisal akses distribusi, lokasi yang dekat
Kawasan hutan dan gambut merupakan dengan pasar, gudang penyimpanan, dan
sumber makanan, obat-obatan dan lainnya. Pengembangan lahan pertanian yang
keperluan sehari-hari lainnya bagi sudah ada dapat menjadi solusi tepat guna
masyarakat lokal. Kawasan ini juga dalam meningkatkan produksi dengan cara
merupakan sumber plasma nutfah dan melakukan peningkatan mekanisasi pertanian,
keanekaragaman hayati yang berperan perbaikan irigasi yang kurang berfungsi,
sangat penting dalam menjamin ketahanan perbaikan pemupukan, dan pemilihan benih
pangan, lingkungan dan kesehatan unggul padi. Pengolahan pascapanen juga
penduduk bumi. Selain itu, kawasan hutan perlu diperbaiki sehingga produksi dapat
dan gambut juga berperan penting dalam ditingkatkan.
menjaga pemanasan global yang dapat
berdampak negatif terhadap ketahanan
pangan. Oleh karena itu, mengalihkan
fungsi kawasan ini untuk tujuan produksi
pangan dalam jangka panjang justru
berdampak sebaliknya, yaitu mengurangi
produksi pangan.

FOOD ESTATE KALIMANTAN TENGAH, KEBIJAKAN INSTAN SARAT KONTROVERSI 13


Wisma PMI 7th Floor, Jl. Wijaya I No. 63
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12170, Indonesia
P : +62 (21) 22775816 | F: +62 (21) 22775825

pantaugambut pantaugambut

Pantau Gambut adalah wadah atau platform daring yang menyediakan akses terhadap informasi mengenai perkembangan
kegiatan dan komitmen restorasi ekosistem gambut yang dilakukan oleh segenap pemangku kepentingan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai