Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN PENDAHULUAN

BAB 2
TINJAUAN LITERATUR
PENGEMBANGAN KAWASAN FOOD ESTATE

2.1. PEMAHAMAN TERKAIT FOOD ESTATE


2.1.1. Ketahanan Pangan Sebagai Dasar Pengembangan Food Estate
Adanya isu kelangkaan pangan yang diperkirakan terjadi pada tahun 2050 menjadi salah
satu latar belakang pentingnya penerapan strategi ketahanan pangan. Pada tahun 2050
diperkirakan populasi dunia akan meningkat menjadi 9,1 milyar jiwa, yang mana dunia
memerlukan 70% pangan lebih banyak dibandingkan pada tahun 2009 (Food and
Agriculture Organization of the United Nations, 2009). Maka dalam hal ini Indonesia juga
harus ikut serta dalam merubah serta mengantisipasi terjadinya permasalahan tersebut.
Berdasarkan kajian mengenai Indikator Ketahanan Pangan Dunia tahun 2019, Indonesia
berada pada posisi ke-62, lebih parah nya lagi, Indonesia berada pada posisi ke-70 apabila
dilihat dari Indeks Kelaparan Dunia tahun 2019. Hal tersebut sesuai dengan Indeks
Keberlanjutan Pangan pada tahun 2018 dimana Indonesia masih berada pada posisi ke-60.
Tabel 2.1. Indikator Ketahanan Pangan
Global Food Security Index 2019 Global Hunger Index Score By 2019 Food Sustainability Index 2018
Rank Country Score Rank Country Score Rank Country Score
1 Singapore 87.4 25 China 6.5 1 France 76.1
21 Japan 76.5 34 Saudi Arabia 8.5 2 Netherlands 75.6
28 Malaysia 73.8 45 Thailand 9.7 3 Canada 75.3
29 South Korea 73.6 57 Malaysia 13.1 5 Japan 73.8
35 China 71.0 62 Vietnam 15.3 22 South Korea 70.5
52 Thailand 65.1 69 Myanmar 19.8 23 China 70.2
54 Vietnam 64.6 70 Indonesia 20.1 26 United States 68.6
62 Indonesia 62.6 77 Cambodia 22.8 33 India 66.4
64 Philippines 61.0 87 Lao PDR 25.7 60 Indonesia 59.1
72 India 58.9 110 Timor Leste 34.5 64 Saudi Arabia 56.2
Sumber: *)foodsecurityindex, **)globalhungerindex, ***)foodsustainability

Data terakhir mengenai Impor Pangan Indonesia berdasarkan Basis Data Ekspor Impor
Kementerian Pertanian tahun 2011-2020 juga terus mengalami peningkatan dan mencapai
nilai impor paling tinggi pada tahun 2018, yakni mencapai 27.616.192 Ton untuk gabungan
dari komoditi Beras, Jagung, Gandum, Kedelai, Gula Tebu, Ubi Kayu, Bawang Putih dan
Kacang Tanah.

2-1
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Maka isu-isu utama pertanian di Indonesia adalah terjadinya ketidakmerataan antara


sebaran pasok produksi pangan/pertanian dan sebaran penduduk/permintaan, kemudian
adanya kelangkaan secara fisik karena faktor kesesuaian lahan pertanian, ditambah lagi
dengan masalah kelangkaan lahan pangan secara struktural dimana masih kurang
mendukungnya sarana produksi dan sistem logistik antar wilayah di Indonesia, serta masih
banyaknya ketimpangan penguasaan sumberdaya agraria. Hal tersebut menyebabkan
Indonesia menjadi salah satu negara dengan luas lahan pertanian terendah dengan rasio
lahan pangan per kapita juga berada di posisi terendah di dunia.

2.1.2. Pendekatan Perwujudan Kemandirian dan Kedaulatan Pangan


Kemandirian pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi pangan
yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan
pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber
daya alam, manusia, sosial, ekonomi dan kearifan lokal secara bermartabat. Sedangkan
kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan
kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak
bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya
lokal (UU No. 18/2012 tentang Pangan). Ada beberapa pendekatan yang dapat diterapkan
untuk terwujudnya kondisi kemandirian serta kedaulatan pangan di Indonesia, diantaranya:
1. Ekstensifikasi
Dapat berupa pencetakan sawah baru pada lahan yang dianggap paling sesuai, sesuai
ataupun cukup sesuai, sehingga menghasilkan suatu lahan marjinal
2. Intensifikasi
Berupa peningkatan produktifitas lahan per musim, peningkatan intensitas tanam, dan
konsolidasi lahan (berkaitan dengan manajemen serta penguasaan lahan)
3. Diversifikasi
Diversifikasi pada sisi supply dan demand (konsumsi) pangan lokal
4. Efisiensi dan Optimasi sistem logistik
Berupa pengefisienan sistem rantai pasok
5. Reforma Agraria
Berupa perubahan struktur penguasaan lahan untuk petani
6. Pendekatan Korporasi dan Food Estate
Berupa konsolodasi sistem usaha yang berorientasi daya saing dan efisiensi dalam skala
usaha/korporasi

2.1.3. Kebijakan Umum Pengembangan Food Estate


Food Estate  menjadi salah satu program strategis pembangunan pertanian nasional yang
merupakan solusi cerdas dalam meningkatkan kedaulatan pangan, dimana dalam proses

2-2
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

pengembangannya melibatkan peran serta kementerian/lembaga terkait salah satunya


adalah Kementerian Pertanian. Selain itu, arahan Presiden RI dalam terkait pengembangan
Food Estate adalah dalam rangka mengantisipasi kondisi krisis pangan akibat pandemi
Covid-19, mengantisipasi perubahan iklim dan mengurangi ketergantungan impor pangan.
Lokasi awal Food Estate adalah di Sumatera Utara dan Kalimantan Tengah, dan untuk lokasi
selanjutnya Food Estate adalah di Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur dan Papua.
Perumusan rencana induk pelaksanaan Food Estate dan perumusan masterplan,
kepemilikan lahan di area Food Estate, infrastruktur pendukung akses jalan, kejelasan
pengelola Food Estate dan jenis tanaman yang akan dikembangkan, dan skema pembiayaan.
Dasar kebijakan adalah dari UU No. 18 Tahun 2012 tentang Kawasan Sentra Produksi
Pangan/ KSPP (Food Estate), khususnya dalam Pasal 12 yang diantaranya;
a. Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas Ketersediaan Pangan.
b. Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas Ketersediaan Pangan di
daerah dan pengembangan Produksi Pangan Lokal di daerah.
c. Dalam mewujudkan Ketersediaan Pangan melalui pengembangan Pangan Lokal,
Pemerintah Daerah menetapkan jenis Pangan lokalnya.
d. Penyediaan Pangan diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan dan konsumsi Pangan bagi
masyarakat, rumah tangga dan perseorangan secara berkelanjutan.
e. Untuk mewujudkan Ketersediaan Pangan melalui Produksi Pangan dalam negeri
dilakukan dengan:
1. Mengembangkan Produksi Pangan yang bertumpu pada sumber daya, kelembagaan
dan budaya lokal
2. Mengembangkan efisiensi sistem usaha Pangan
3. Mengembangkan sarana, prasarana dan teknologi untuk produksi, penanganan,
pascapanen, pengolahan dan penyimpangan Pangan
4. Membangun, merehabilitasi dan mengembangkan prasarana Produksi Pangan
5. Mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif
6. Membangun kawasan sentra Produksi Pangan.
Sedangkan berdasarkan Perpres No. 18 Tahun 2020 tentang RPJMN 2020-2024 dalam hal
Penguatan Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas dan Berkeadilan,
mengenai Program Prioritas Peningkatan Ketersediaan, Akses dan Kualitas Konsumsi
Pangan, dibedakan menjadi Program Prioritas, Kegiatan Prioritas serta Kebijakan
didalamnya. Lebih jelasnya adalah sebagai berikut:
a. Program Prioritas adalah Peningkatan Ketersediaan, Akses dan Kualitas Konsumsi
Pangan.
b. Kegiatan Prioritas diantaranya:
1. Peningkatan kualitas konsumsi, keamanan, fortifikasi dan biofortifikasi pangan
 Pengembangan benih padi biofortifikasi dan produk rekayasa genetika

2-3
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

 Pengembangan pangan lokal


 Diversifikasi bahan pangan di tingkat masyarakat
 Penyediaan dan perbaikan kualitas pangan anak sekolah
2. Peningkatan ketersediaan pangan hasil pertanian dan pangan hasil laut secara
berkelanjutan untuk menjaga stabilitas paskan dan harga kebutuhan pokok
 Fasilitas budidaya padi, jagung, ternak dan komoditas pangan strategis
 Penyediaan input produksi (termasuk pupuk)
 Sistem perbenihan nasional
3. Peningkatan produktivitas, keberlanjutan sumber daya manusia (SDM) pertanian dan
kepastian pasar
 Penguatan basis data petani
 Pembentukan korporasi petani, asuransi pertanian
 Pembiayaan inklusif
 Pelabuhan dan penyuluhan
4. Peningkatan produktivitas, keberlanjutan sumber daya pertanian dan digitalisasi
pertanian
 Pengelolaan lahan (lahan suboptimal, lowland, upland dan lahan kering)
 Efisiensi air
 Jalan produksi dan jalan usaha tani
 Pertanian digital dan penggunaan teknologi pesawat nirawak
5. Peningkatan tata kelola sistem pangan nasional
 Penguatan sistem logistik pangan
 Pengembangan resi gudang
 Pengelolaan sistem pangan berkelanjutan
 Pengelolaan sistem pangan perkotaan
 Pengelolaan limbah pangan
Sedangkan Indikator dan Target RPJMN 2020-2024 berdasarkan Perpres No. 18 Tahun 2020
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2. Indikator dan Target RPJMN 2020-2024 Terkait Ketahanan Pangan
Baseline Target
PP/KP Indikator
2019 2020 2024
PP Peningkatan Skor Pola Pangan Harapan 86,4 90,4 95,2
ketersediaan, akses dan Angka Kecukupan Energi (AKE)
kualitas konsumsi pangan 2.121 2.100 2.100
(kkal/kap/hari)
Angka Kecukupan Protein (AKP)
62,87 57,00 57,00
(gram/kapita/hari)
Prevalence of Undernourishment 6,7 6,2 5,0

2-4
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Baseline Target
PP/KP Indikator
2019 2020 2024
(PoU)
Food Insecurity Experience Scale
5,8 5,21 4,0
(FIES)
Konsumsi ikan (kg/kapita/tahun) 50,7 58,3 60,9
Konsumsi daging (kg/kapita/tahun) 13,2 13,5 14,7
Konsumsi protein asal ternak
10,90 10,65 11,10
(gram/kap/hari)
Konsumsi sayur dan buah
244,3 260,2 316,3
(gram/kapita/hari
KP 1 Peningkatan kualitas Persentase pangan segar yang
konsumsi, keamanan, memenuhi syarat keamanan pangan 70 70 90
fortifikasi dan biofortifikasi (%)
pangan Luas lahan produksi beras
195 10.000 200.000
biofortifikasi (Ha)
Akses terhadap beras biofortifikasi
dan fortifikasi bagi keluarga yang
480 ton 10-20 100
kurang mampu dan kurang gizi
(penerima BPNT)
Persentase pangsa pangan organik (%) 2 5 20
Penggunaan benih bersertifikat (%) 53 60 80
Ketersediaan beras (juta ton) 38,4 39,2 46,8
KP 2 Peningkatan Ketersediaan protein hewani (juta
ketersediaan pangan hasil 2,4 2,5 2,9
ton)
pertanian dan pangan laut
secara berkelanjutan Produksi jagung (juta ton) 24,8 30,9 35,3
Produksi Daging (juta ton) 3,8 4,1 4,6
Produksi Umbi-umbian (juta ton) 23,3 24,3 25,5
Nilai tambah per tenaga kerja
KP 3 Peningkatan 46,9 49,3 59,9
pertanian (Rp.juta/tenaga kerja)
produktivitas dan
Nilai Tukar Petani 100 103 105
kesejahteraan sumber daya
manusia (SDM) pertanian Teknologi yang diterapkan oleh petani
65 65-80 80,95
(%)
Persentase lahan baku sawah yang
ditetapkan sebagai Lahan Pertanian 50 50 100
Pangan Berkelanjutan (LP2B) (%)
Jumlah varietas unggul tanaman dan
KP 4 Peningkatan 30 VUB 30 VUB 30 VUB
hewan untuk pangan yang dilepas
keberlanjutan produktivitas dan 8 dan 8 dan 8
(Varietas Unggul Baru dan Galur
sumber daya pertanian Galur Galur Galur
Ternak)
Sumber daya genetika tanaman dan
hewan sumber pangan yang 4.250 4.250 4.250
terlindungi/tersedia (Aksesi)
KP 5 Peningkatan tata kelola
Global Food Security Index 62,6 64,1 69,8
sistem pangan nasional

2.1.4. Definisi dan Konsep Pengembangan Food Estate

2-5
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Food Estate dimaknai sebagai kegiatan usaha budidaya tanaman skala luas (> 25 ha) yang
dilakukan dengan konsep pertanian sebagai sistem industrial yang berbasis ilmu
pengetahuan dan teknologi, modal, serta organisasi dan manajemen modern1. Food Estate
juga dimaknai sebagai usaha pangan skala luas yang merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk memanfaatkan sumber daya alam melalui upaya manusia dengan
memanfaatkan modal, teknologi, dan sumber daya lainnya untuk menghasilkan produk
pangan guna memenuhi kebutuhan manusia secara terintegrasi mencakup tanaman
pangan, holtikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan di suatu Kawasan Hutan 2. Dari
dua definisi di atas, maka yang menyebabkan suatu pertanian biasa dengan Food Estate
adalah skala pelayanan, optimalisasi pemanfaatan teknologi dalam pertanian, dan prinsip
keberlanjutan pertanian yang dilakukan3.
Konsep dasar Food Estate diletakkan atas dasar keterpaduan sektor dan sub-sektor dalam
suatu sistem agribisnis dengan memanfaatkan sumber daya secara optimal dan lestari,
dikelola secara profesional, didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, teknologi
tepat guna yang berwawasan lingkungan dan kelembagaan yang kokoh. Food Estate
diarahkan kepada sistem agribisnis yang berakar kuat di perdesaan berbasis pemberdayaan
masyarakat adat/lokal yang merupakan landasan dalam pengembangan wilayah. Adapun
jenis komoditi pertanian prioritas yang dikembangkan dalam Food Estate adalah padi,
jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, sorgum, buah-buahan, sayur-sayuran,
sagu, kelapa sawit, tebu, dan ternak sapi atau ayam 4.
Adapun prinsip dan kriteria penyelenggaraan Food Estate adalah sebagai berikut.
Tabel 2.3. Prinsip dan Kriteria Food Estate
Prinsip Kriteria
Keberlanjutan Pendekatan lanskap ekosistem, pertanian konservasi,
pengarusutamaan dalam dokumen perencanaan dan penganggaran
Integratif Integrasi Hulu-Hilir, Kolaborasi Multisektor, Perencanaan dan
Penganggaran Multiyears
Resilien Diversifikasi komoditas (min 3 komoditas), tata kelola adaptif
Inklusif Pendekatan partisipatif, peningkatan kesejahteraan petani,
kepemilikan mayoritas petani/korporasi petani (skala usaha 500-
1.000/ha)
Maju dan Modern Peningkatan produktivitas kawasan, pertanian presisi, pertanian
digital, entitas berbadan hukum.

Hal-hal yang diatur dalam pengembangan Food Estate adalah5. :

1 Balitbang Kementan, Buku Pintar Food Estate www.litbang.pertanian.go.id/info-aktual/819/file/Bagian-1.pdf


2 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.24/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2020 tentang Penyediaan Kawasan
Hutan untuk Pembangunan Food Estate

3 Lasminingrat, L., & Efriza, E. (2020). THE DEVELOPMENT OF NATIONAL FOOD ESTATE: THE INDONESIAN FOOD CRISIS ANTICIPATION
STRATEGY. Jurnal Pertahanan & Bela Negara, 10(3)

4 Balitbang Kementan, Buku Pintar Food Estate www.litbang.pertanian.go.id/info-aktual/819/file/Bagian-1.pdf.


5 Balitbang Kementan, Buku Pintar Food Estate www.litbang.pertanian.go.id/info-aktual/819/file/Bagian-1.pdf.

2-6
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

a. Pelayanan perizinan usaha budi daya tanaman pangan, peternakan dan perkebunan
(tebu);
b. Pembatasan skala usaha budi daya tanaman; dan
c. Hasil Produksi pertanian dari Food Estate diutamakan untuk memenuhi kebutuhan
pangan di dalam negeri, sisanya baru boleh diekspor;
d. Kewajiban untuk melakukan Kajian lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dalam
pengembangan Food Estate;
e. Penyertaan modal masing-masing dibatasi maksimal 49%;
f. Bagi perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja asing, wajib menyelenggarakan
pelatihan dan melakukan alih teknologi kepada tenaga kerja warga negara Indonesia
g. Pelaku usaha pertanian terdiri atas perorangan WNI atau Badan Hukum Indonesia. Untuk
perorangan WNA atau Badan Hukum Asing yang akan melakukan usaha pertanian wajib
bekerjasama dengan pelaku usaha perorangan WNI atau Badan Hukum Indonesia,
dengan membentuk Badan Hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia;
h. Dalam rangka meningkatkan dan menciptakan iklim investasi yang kondusif, berdasarkan
peraturan yang berlaku, pemerintah juga dapat memberikan fasilitas kepabean, keringan
bea masuk, pajak penghasilan kepada investor yang akan melakukan perluasan usaha
dan atau investasi baru; dan
i. Perlu diatur kemitraan antara investor dengan masyrakat adat (lokal) setempat
berdasarkan prinsip-prinsip kesetaraan, saling membutuhkan, saling memperkuat dan
saling menguntungkan serta bermartabat.

2.1.5. Konsep Dasar Food Estate Berbasis Korporasi


Arahan Kemeno Marinvest Konsep Pengembangan Food Estate adalah Korporasi Berbasis
Petani.”
Food Estate atau Kawasan Sentra Produksi Pangan (KSPP) merupakan konsep
pengembangan produksi pangan yang dilakukan secara terintegrasi mencakup
pertanian, perkebunan, bahkan peternakan yang berada di suatu kawasan lahan yang
sangat luas dalam rangka memperkuat Cadangan Pangan melalui pengembangan
lumbung pangan di luar Jawa (Kementerian PPN/Bappenas, 2021; Kementan, 2021).
Korporasi (Corporation) adalah badan usaha yang sah; badan hukum; perusahaan atau
badan usaha yang sangat besar atau beberapa perusahaan yang dikelola dan dijalankan
sebagai satu perusahaan besar (Sekjen Kementan, 2020).
Korporasi Petani adalah kelembagaan ekonomi petani berbadan hukum berbentuk
koperasi atau badan hukum lain dengan sebagian besar pemilikan modal dimiliki oleh
petani (Kementerian PPN/Bappenas, 2021; Sekjen Kementan, 2020).
Jadi yang dimaksud dengan Food Estate berbasis Korporasi petani adalah usaha pertanian
skala besar berbasis klaster yang dilakukan secara terintegrasi dan berdaya saing mencakup

2-7
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

komoditas pangan, hortikultura, ternak, perkebunan dilakukan melalui mekanisasi,


modernisasi pertanian dan sistem digitalisasi sehingga mampu melakukan hilirisasi produksi
pertanian dengan mengkorporasikan petani (Kementan, 2021). Pengembangan Food Estate
berbasis korporasi petani merupakan suatu usaha pangan dan pertanian skala besar yang
berbasis klaster dan multi komoditas (pangan, hortikultura, ternak, perkebunan) serta
terintegrasi dari on-farm sampai off farm (industri pengolahan dengan penerapan teknologi
modern (benih/bibit unggul berkualitas hasil litbang, mekanisasi, dan lainnya) yang dikelola
melalui korporasi petani secara professional dan berkelanjutan.
Food Estate Berbasis Korporasi Petani memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Usaha pertanian skala besar berbasis klaster.
2. multi komoditas (pangan, hortikultura, ternak, perkebunan).
3. mekanisasi, modernisasi pertanian dan sistem digitalisasi.
4. mengkorporasikan petani.
5. hilirisasi produksi pertanian.
Melalui konsep tersebut, implementasinya dalam hak atas tanah ialah skema inti-plasma,
yang mana hak atas tanah inti diberikan kepada masyarakat sebesar 20% dan hak atas tanah
plasma diberikan kepada swasta/korporasi offtaker. Bentuk pengendalian hak atas tanah
diantaranya sertifikat hak milik yang diberikan kepada masyarakat (petani) memiliki
sejumlah ketentuan, yakni:
1. Tidak dapat dialihkan, tetapi dapat diwariskan;
2. Lahan harus segera diusahakan sesuai jangka waktu yang ditetapkan;
3. Status pemanfaatan lahan hanya untuk pertanian; dam
4. Wajib bekerjasama dengan offtaker yang ditunjuk oleh pemerintah

Gambar 2.1. Konsep Dasar Pengembangan Food Estate Berbasis Korporasi Petani
Sumber: Bappenas, 2020 (dalam Rapat Koordinasi Tindak Lanjut Program Food Estate Tingkat Eselon I).

2-8
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Tahapan pengembangan korporasi petani ini pada tahun 2020 adalah dilakukan
persiapan/penumbuhan korporasi yang terdiri dari konsolidasi petani, kelembagaan petani
dan usaha, ditambah dengan penyiapan infrastruktur, penyiapan business plan, serta
penyiapan dan penguatan sumber daya manusia sehingga dapat dilakukan pembentukan
korporasi petani tersebut. Dilanjutkan untuk tahun 2021 adalah dilakukan pengembangan
korporasi petani berupa peningkatan kapasitas produksi dan diversifikasi usaha, penguatan
manajemen korporasi petani itu sendiri, serta perluasan pembiayaan, networking, promosi
dan perlindungan usaha didalamnya. Dan untuk tahun 2022 adalah dilakukan pemandirian
korporasi secara berkelanjutan, dengan cara penguatan manajemen mutu melalui
penerapan Good Agriculture Practices (GAS), Good Handling Practice (GHP) dan Good
Manufakturing Practice (GMP).
(1) Skema
Perlu juga dilakukan penentuan bentuk kelembagaan pengelola kawasan yang mampu
menjamin keberlanjutan pertanian secara khusus. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
skema dibawah ini:

Berdasarkan skema diatas terdapat 3 poin penting, yaitu:


a. Pemerintah mendampingi petani secara langsung untuk jual beli hasil panen
dengan off-taker tanpa ambil untung dan memastikan petani tidak menjual kepada
off-taker diluar petunjuk pemerintah
b. Pemerintah mendampingi petani secara berkelanjutan untuk dapat melanjutkan
musim tanam berikutnya tanpa modal saprotan dari APBN dan apabila petani
membutuhkan off-taker (investor) atau KUR untuk modal/meminjamkan saprotan,
maka pemerintah akan mencarikan dengan tetap tunduk pada skema yang
ditentukan pemerintah
c. Pemerintah perlu membentuk Badan Pengelola untuk pengembangan lahan
selanjutnya yang dimulai dari Master Plan dan percepatan pembangunan dengan
status PSN serta pengembangan Konsep Kawasan Bio-ekonomi Khusus.
Berikut ini merupakan kelembagaan Food Estate sesuai Permentan No. 18 Tahun 2018
terdiri dari Pengelola Kawasan dan Korporasi Petani, yang lebih jelasnya adalah seperti
berikut:

2-9
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Dari skema diatas, beberapa poin penting didalamnya yaitu:


 Pengelola Kawasan (2021) diperlukan sebagai induk pengembangan kawasan skala
besar yaitu penyusunan Master Plan, dokumen PSN, pengembangan industri hulu-
hilir/kerjasama bisnis dan pendampingan petani modern
 Korporasi petani dapat dibentuk secara organik setelah BLU terbentuk sebagai induk
pengelola/pembina kawasan, benchmarking PT Pamarican dalam binaan Bank
Mandiri dan Koperasi Tani GGF dalam binaan PT GGF
 Bentuk BLU (sesuai PMK 129 Tahun 2020) dipilih karena bentuk lain seperti
Perseroan Terbatas (PT) atau Koperasi terkendalam keterbatasan modal awal petani,
sedangkan bantuan dari BUMN terkendala moratorium BUMN untuk sementara
tidak mendirikan anak perusahaan.
Adapun usaha tani dan pemanfaatan hasil hutan masyarakat, dimana usaha tani berupa
jenis usaha tanaman, seperti palawija dan hortikultura, diantaranya cabe, jagung, ubi,
tomat, bawang merah, kacang tanah, kentang kacang merah dan sayur-sayuran. Untuk
pemanfaatan hasil hutan diantaranya berupa kayu bakar, aren, rotan, getah pinus, dan
madu, serta kemenyan yang merupakan sumber penghasilan masyarakat.
(2) Prinsip Teknis
Prinsip-prinsip teknis FE mencangkup berbagai bidang dari hulu sampai hilir dalam
suatu mata rantai produsen ke konsuman. Prinsip-prinsip ini menjadi pedoman bagi
pelaksana di dalam mencari dan menentukan kawasan FE yang layak. Berbagai prinsip-
prinisp teknis FE yang diperlukan untuk suatu FE adalah sebagai berikut:
1) Penetapan Kawasan
Dalam rangka efektivitas manajemen pembangunan FE, Kawasan FE dibagi
menurut kelompok tanaman. Pembagian ini mencerminkan basis komoditas utama
yang dikembangkan, yaitu: (a) Kawasan Tanaman Pangan; (b) Kawasan
Hortikultura; (c) Kawasan Perkebunan; dan (d) Kawasan Peternakan.
A. Kawasan Tanaman Pangan
Kawasan Tanaman Pangan dapat berupa kawasan eksisting atau calon lokasi
baru yang lokasinya dapat berupa satu hamparan atau hamparan parsial yang
terhubung dengan aksesibilitas jaringan infrastruktur dan kelembagaan secara
memadai. Kriteria khusus kawasan tanaman pangan ditentukan oleh total luas
agregat kawasan untuk masing-masing komoditas unggulan tanaman pangan. Di

2-10
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

samping aspek luas agregat, kriteria khusus kawasan tanaman pangan juga
mencakup berbagai aspek teknis lainnya yang bersifat spesifik komoditas.
Kriteria khusus untuk kawasan komoditas padi, jagung, kedelai, dan ubi kayu,
yaitu:
1. Memperhatikan Atlas Peta Potensi Pengembangan Kawasan Padi, Jagung,
Kedelai dan Ubi Kayu Nasional Skala 1:250.000 dan/atau Atlas Peta Potensi
Pengembangan Kawasan Padi, Jagung, Kedelai, dan Ubi Kayu Kabupaten
Skala 1:50.000;
2. Memprioritaskan lahan yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian
pangan berkelanjutan;
3. Memperhatikan luasan untuk mencapai skala ekonomi di 1 (satu) kawasan
kabupaten/kota, yaitu: untuk padi, jagung dan ubi kayu minimal 5.000 ha,
dan untuk kedelai minimal 2.000 ha;
4. Memperhatikan luasan gabungan lintas kabupaten/kota untuk mencapai
skala ekonomi, yaitu:
a. untuk kawasan padi, jagung, dan ubi kayu dapat berbentuk gabungan 2
(dua) kabupaten/kota dengan luas gabungan minimal 5.000 ha dan luas
minimal per kabupaten/kota 2.500 ha;
b. untuk kawasan padi, jagung, dan ubi kayu dapat berbentuk gabungan 3
(tiga) kabupaten/kota dengan luas gabungan minimal 6.000 ha dan luas
minimal per kabupaten/kota 2.000 ha; dan
c. untuk kawasan kedelai dapat berbentuk gabungan 2 (dua)
kabupaten/kota dengan luas gabungan minimal 2.000 ha dan luas
minimal per kabupaten/kota 1.000 ha.
B. Kawasan Hortikultura
Lokasi Kawasan Hortikultura dapat berupa 1 (satu) hamparan dan/atau hamparan
parsial dari sentra-sentra di dalam 1 (satu) kawasan yang terhubung dengan
aksesibilitas infrastruktur dan jaringan kelembagaan secara memadai. Kawasan
Hortikultura dapat meliputi gabungan dari sentra-sentra yang secara historis telah
eksis (sentra utama) dan sentra yang baru berkembang atau sentra yang baru
tumbuh (sentra penyangga).
Kriteria sentra utama dan sentra penyangga, yaitu:
1. Sentra utama
a. sentra yang secara historis telah eksis;
b. produksinya melebihi kebutuhan lokal (surplus), sehingga dapat berperan
terhadap pasokan nasional; dan
c. sistem agribisnis relatif sudah berkembang, baik pada aspek budidaya
maupun pemasaran.

2-11
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

2. Sentra penyangga
a. sentra baru yang memiliki potensi untuk dikembangkan, terutama pada saat
off season;
b. produksinya melebihi kebutuhan lokal (surplus) yang berperan terhadap
pasokan dalam provinsi/kabupaten/kota atau kebutuhan regional; dan
c. sistem agribisnis sudah berkembang, terutama pada aspek budidaya.
Kriteria khusus Kawasan Hortikultura mencakup berbagai aspek teknis yang bersifat
spesifik komoditas, baik untuk tanaman buah, sayuran, tanaman obat maupun
tanaman hias. Kriteria khusus Kawasan Hortikultura berdasarkan komoditas, yaitu
sebagai berikut:
1. Kriteria Khusus Kawasan Aneka Cabai
o lokasi berdekatan dengan potensi sumber air (alami atau buatan);
o mendukung dalam pengaturan pola produksi nasional; dan
o memiliki infrastruktur yang mendukung aksesibilitas pasar.
2. Kriteria Khusus Kawasan Bawang Merah/Bawang Putih
o lokasi berdekatan dengan potensi sumber air (alami atau buatan);
o mendukung dalam pengaturan pola produksi nasional;
o memiliki infrastruktur yang mendukung aksesibilitas pasar;
o memiliki wilayah dengan tanah alluvial, andosol, organik, mediteran, atau
latosol; dan
o masyarakat petani telah terbiasa atau pernah membudidayakan.
3. Kriteria Khusus Kawasan Jeruk
o memiliki potensi sumber air (alami atau buatan);
o diutamakan wilayah dengan tanah grumusol/kaya kalsium dan
o amplitude suhu ≥ 100 C;
o memiliki potensi jaringan distribusi yang baik;
o diutamakan lahan datar atau sedikit berbukit;
o berpotensi membentuk hamparan hingga ≥ 25 Ha; dan
o diutamakan bukan daerah endemis CVPD.
C. Kawasan Perkebunan
Lokasi Kawasan Perkebunan dapat berupa kawasan yang secara historis telah eksis
maupun lokasi baru yang sesuai tipologi agroekosistem dan persyaratan budidaya
bagi masing-masing jenis komoditas. Kriteria khusus kawasan perkebunan mencakup
berbagai aspek teknis yang bersifat spesifik komoditas, baik untuk tanaman tahunan,
tanaman semusim, serta tanaman rempah dan penyegar. Kriteria khusus Kawasan
Perkebunan, yaitu sebagai berikut:

2-12
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Pengusahaan perkebunan dilakukan dalam bentuk usaha perkebunan rakyat


dan/atau usaha perkebunan besar dengan pendekatan skala ekonomi;
2. pengusahaan perkebunan besar dilakukan melalui kerjasama kemitraan dengan
usaha perkebunan rakyat secara berkelanjutan, baik melalui pola perusahaan
inti–plasma, kerja sama kemitraan perkebunan rakyat-perusahaan mitra,
kerjasama pengolahan hasil dan/atau bentuk-bentuk kerjasama lainnya;
3. arah pengembangan usaha perkebunan dilaksanakan dalam bingkai prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan, diantaranya: kelapa sawit dengan
penerapan sistem Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), kakao dengan
penerapan sustainable cocoa dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan
lain.
D. Kawasan Peternakan
Lokasi Kawasan Peternakan dapat berupa satu hamparan dan atau hamparan parsial
yang terhubung secara fungsional melalui aksesibilitas jaringan infrastruktur dan
kelembagaan. Kawasan Peternakan harus didukung dengan ketersediaan lahan
padang penggembalaan dan atau ketersediaan hijauan pakan ternak serta dapat
dikembangkan dengan pola integrasi ternak-perkebunan, ternak-tanaman pangan
dan atau ternak-hortikultura.
2) Lokasi Lahan Food Estate
Setelah kawasan FE ditentukan, kegiatan teknis selanjutnya adalah menentukan lokasi
lahan FE untuk penanaman tanaman. Secara umum, pertimbangan -pertimbangan
dalam menentukan suatu lokasi kegiatan FE yang baik dan tepat berdasarkan kepada:
1. Aspek kesesuaian lahan, dan/atau kondisi eksisting budidaya di lokasi yang akan
dikembangkan;
2. Status lahan Clear dan Clean serta tidak dalam sengketa;
3. Lokasi tidak sedang atau direncanakan (dalam musim tanam yang sama)
melaksanakan/ menerima kegiatan sejenis dari Pemerintah Daerah maupun
Pemerintah Pusat;
4. Lokasi dilengkapi dengan koordinat (LU/LS - BB/BT); dan
5. Tidak ada ganti rugi lahan terhadap lokasi yang akan dikembangkan.
Persyaratan tersebut masih bersifat umum dan untuk lebih memperjelas persyaratan
lahan untuk masing-masing komoditi, diperlukan persyaratan yang lebih khusus.
Persyaratan lahan yang lebih spesifik untuk tiap komoditas disajikan sebagai berikut:
A. Komoditas Utama (Padi)
1. Lokasi lahan sasaran dipastikan masih berupa sawah dan belum beralih fungsi
menjadi komoditas perkebunan (sawit, karet, kakao) atau menjadi pemukiman
dan infrastruktur lainnya.

2-13
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

2. Lokasi kegiatan pada area klaster pertanian (agroklaster) yang telah ditetapkan
atau diperbaharui dengan ketetapan yang lebih baru, dengan luasan sekitar
1.000 ha serta mempertimbangkan aspek efisiensi dan efektivitas
pengembangan klaster.
3. Diutamakan pada lokasi dengan kondisi jaringan irigasi yang sudah baik atau
memiliki sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya tanaman pangan.
4. Lahannya memiliki Indeks Pertanaman dan/atau produktivitas yang masih dapat
ditingkatkan.
B. Komoditas Pendukung (Hortikultura, Perkebunan, Peternakan)
1. Lokasi pengembangan komoditas pendukung dapat berada pada areal
komoditas utama (padi dan jagung) dan/atau di luar areal pengembangan
komoditas utama tetapi masih dalam satu kawasan.
2. Lokasi pengembangan komoditas pendukung tidak tumpang tindih dengan lokasi
pengembangan komoditas utama, apabila menggunakan lahan yang sama agar
dilakukan pengaturan pola dan teknis budidayanya.
3) Petani Peserta Food Estate
Petani merupakan tulang punggung di dalam FE ini. Pada lahan-lahan FE yang ditanami
tanaman, tenaga petani sangat diperlukan untuk mengolah dan memanen hasil. Oleh
karena petani ini sangat penting maka diperlukan persyaratan-persyaratan. Beberapa
persyaratan petani sebagai peserta di dalam areal FE sangat diperlukan agar tidak
terjadi penyalahgunaan lahan oleh pihak lain selain petani.
Beberapa persyaratan tersebut adalah sbb:
1. Petani/Peternak yang aktif berusaha tani dan tergabung dalam Kelompok Tani /
Kelompok Ternak / Gabungan Kelompok Tani / Gabungan Kelompok Ternak dan /
atau P3A / GP3A.
2. Calon penerima bantuan diusulkan secara berjenjang oleh petugas lapangan /
penyuluh / KCD, dan/atau pembina kelompok masyarakat lainnya dan disetujui
oleh Kepala Dinas Kabupaten / Kota setempat.
3. Calon penerima bantuan tidak sedang menerima bantuan yang sejenis dari sumber
lain pada musim tanam yang sama.
4. Calon penerima bantuan bersedia memenuhi kewajiban kelengkapan administrasi
dan mengarsipkannya, serta melaporkan pertanggungjawaban penggunaan dan
hasil bantuan sesuai aturan yang berlaku.
5. Calon Penerima bantuan bersedia menambahkan biaya produksi secara swadaya
atau mencari bantuan dari sumber lain untuk memastikan keberhasilan
pertanaman karena bantuan pemerintah bersifat sebagai stimulan.
6. Calon Penerima bantuan bersedia melakukan usaha budidaya yang terkoordinasi
dalam satu manajemen.

2-14
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

7. Calon Penerima bantuan secara mandiri atau bekerjasama dengan kelompok tani
lainnya bersedia melakukan pengelolaan agroklaster Food Estate di lokasi kegiatan.
8. Calon Penerima bantuan bersedia/sanggup melaksanakan kegiatan sesuai
ketentuan dalam Pedoman Umum, Petunjuk Pelaksanaan / Teknis dan ketentuan
lainnya yang telah disepakati.
9. Calon penerima bantuan tidak menuntut ganti rugi lahan atas penggunaan lahan
kegiatan Food Estate yang telah disepakati.
10. Khusus calon peternak untuk komoditas itik diutamakan yang telah berpengalaman
beternak itik.
11. Khusus untuk Gerakan Pekarangan Pangan, calon penerima bantuan berkomitmen
mengembangkan pemanfaatan lahan pekarangan pangan yang berkelanjutan.
Tiap kelompok petani / lembaga masyarakat harus membangun kebun benih untuk
menyediakan dan memenuhi kebutuhan benih kelompok dalam kawasan FE. Untuk itu,
perlu dibentuk Gerakan Pekarangan Pangan. Gerakan Pekarangan Pangan terdiri dari
tiga komponen kegiatan, yaitu: kebun benih, demplot, dan pertanaman. Kebun benih
terdiri dari rumah benih dan sarana lainnya untuk memproduksi benih tanaman. Lokasi
kebun benih di lahan milik kelompok dan memilik pengairan yang cukup serta
diusahakan berada dalam satu hamparan dengan demplot yang dapat digunakan oleh
kelompok.
Luas rumah benih disesuaikan dengan luasan lahan (proporsional) atau kecukupan
benih bagi anggota dan masyarakat sekitarnya, dengan bahan pondasi dan lantai yang
kuat serta disesuaikan kondisi tanah setempat. Rangkanya terbuat dari bahan baja
ringan atau bahan lainnya yang kuat, sedangkan atapnya terbuat dari bahan tembus
sinar matahari (plastic UV atau atap transparan lainnya) dan tidak tembus air. Bagian
sisi bangunan ditutup dengan bahan yang dapat melindungi benih dari hama/serangga.
Rumah benih dilengkapi dengan rak dan sarana persemaian yang dapat memproduksi
minimum 10.000 benih, sedangkan pengelolaan dan pemeliharaannya dilakukan oleh
kelompok.
Demplot berfungsi sebagai tempat usaha bersama untuk menghasilkan produk pangan
yang berorientasi pasar, dan sebagai lokasi percontohan, temu lapangan, serta tempat
belajar. Setiap kelompok harus membuat dan memelihara demplot sesuai dengan
budidaya yang dikembangkan oleh anggota dan masyarakat lainnya. Pengembangan
demplot memperhatikan lingkungan yang asri dan nyaman sehingga penataannya
memperhatikan estetika dan rotasi pertanaman untuk tetap mempertahankan adanya
pertanaman di demplot. Lokasi demplot diupayakan sama dengan lokasi rumah benih.
Luas demplot minimum 200 m2 dan ditanami berbagai jenis tanaman yang produktif
(sayuran, buah, dan aneka umbi).
Kegiatan pertanaman dilakukan melalui budidaya berbagai komoditas pangan sumber
karbohidrat, vitamin, dan mineral. Hasil dari kegiatan pertanaman dapat dikonsumsi

2-15
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

dan dijual sebagai tambahan pendapatan rumah tangga apabila terdapat kelebihan
produksi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pertanaman, yaitu:
1. Aspek estetika yang dapat menciptakan lingkungan asri dan nyaman di pekarangan
rumah;
2. Sistem budidaya tanaman menggunakan berbagai media tanam;
3. Tiap anggota kelompok diwajibkan menanam minimum 75 polibag;
4. Tiap anggota menanam tanaman yang sesuai dengan karakteristik lokasi dan
kebutuhannya; dan
5. Jenis tanaman harus beragam dan proporsional untuk mendukung ketersediaan,
aksesibilitas, dan pemanfaatan pangan.
4) Korporasi Petani
Korporasi petani juga merupakan bagian penting di dalam pengembangan FE. Korporasi
ini adalah salah satu bentuk kelembagaan ekonomi petani yang memiliki dimensi
strategis dalam pengembangan kawasan pertanian karena dibentuk dari, oleh, dan
untuk petani. Penumbuhan dan pengembangan korporasi petani merupakan
pemberdayaan petani yang diyakini mampu mewujudkan kelembagaan ekonomi petani
yang bersifat korporat (badan usaha) di kawasan pertanian. Korporasi petani
ditumbuhkembangkan untuk menjadikan petani berdaulat dalam mengelola
keseluruhan rantai produksi usaha tani. Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong
penumbuhan dan pengembangan korporasi petani sebagai salah satu terobosan dalam
mewujudkan kesejahteraan petani yang merupakan tujuan utama pembangunan
pertanian.
Presiden Joko Widodo dalam Rapat Terbatas Kabinet Kerja pada tanggal 12 September
2017 juga menekankan pentingnya penumbuhan dan pengembangan korporasi petani
sebagai landasan peningkatan kesejahteraan petani. Sebagai tindak lanjut dari arahan
Presiden, Kementerian Pertanian telah menerbitkan Permentan Nomor 18/2018 yang
mendeskripsikan pedoman pengembangan kawasan pertanian berbasis korporasi
petani sebagai manajemen baru dalam pengelolaan sistem pertanian.
Penumbuhan dan pengembangan korporasi petani juga tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Strategis Kementerian
Pertanian 2020-2024. Kementerian Pertanian juga telah mengeluarkan “Grand Design
Pengembangan Korporasi petani sebagai Penggerak Ekonomi Kawasan Pertanian untuk
Kesejahteraan petani”. Grand Design ini merupakan penjabaran konsep pengembangan
korporasi petani di kawasan pertanian yang belum pernah ada sebelumnya.
Menempatkan kedudukan (positioning) korporasi petani sebagai penggerak ekonomi
kawasan pertanian merupakan kunci utama keberhasilan mewujudkan pertanian
Indonesia yang maju, mandiri, dan modern.

2-16
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

5) Konsolidasi petani
Karakteristik umum pertanian rakyat yang berskala kecil, tersebar dan terfokus di on
farm, mengakibatkan usaha tani tidak efisien dan cenderung subsisten. Produk yang
dihasilkan petani umumnya memiliki jenis dan mutu yang tidak seragam, serta
manajemen usaha yang masih tradisional. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk
mengkonsolidasikan petani agar mampu memperoleh berbagai efisiensi dalam
mendapatkan sarana produksi dan memasarkan produk, sehingga kelembagaan petani
yang masih terfokus di on farm dapat bertransformasi menjadi kelembagaan ekonomi
petani berbadan hukum yang terintegrasi dalam suatu lembaga Korporasi petani.
Gabungan Kelompok Tani yang telah terkonsolidasi dapat berintegrasi atau membentuk
kelembagaan ekonomi petani berbadan hukum berupa koperasi atau badan usaha lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, sehingga dapat bermitra
dengan perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan atau perdagangan.
Dalam rangka membentuk lembaga Korporasi petani diperlukan langkah konsolidasi,
agar gabungan petani dapat meningkatkan skala ekonomi usahanya serta memperoleh
kemudahan untuk mengakses sumber pembiayaan dan pemasaran. Upaya tersebut
efektif untuk mengutuhkan rantai nilai mulai dari pengadaan sarana, prasarana,
pengolahan sampai pemasaran. Konsolidasi petani diawali dengan mengidentifikasi
Gabungan Kelompok Tani yang memiliki kesamaan komoditas dan spesialisasi jenis
produk.
Melalui konsolidasi petani ke dalam kelembagaan korporasi, akan terbentuk
kelembagaan ekonomi petani berbadan hukum yang terorganisir dan memiliki
kesamaan tujuan usaha. Dengan demikian, petani tidak hanya berperan sebagai
produsen bahan mentah, tetapi juga mampu berperan sebagai penyedia bahan baku
atau bahan setengah jadi yang dibutuhkan perusahaan industri pengolahan secara
berkesinambungan. Dengan demikian, petani terlibat secara aktif sebagai pelaku pasar,
sehingga memperkuat posisi tawar petani (bargaining position) terutama dalam
penetapan harga dan penetapan standar kualitas.
6) Aksesibilitas terhadap Fasilitas Infrastruktur Publik
Pengembangan kawasan yang berbasis korporasi tidak dapat berjalan dengan baik
apabila akses terhadap fasilitas infrastruktur publik tidak terpenuhi sesuai kebutuhan
skala kawasan. Kelembagaan ekonomi petani berbadan hukum yang terbentuk dalam
skala kawasan akan lebih membuka peluang untuk mendapatkan kemudahan akses
terhadap infrastruktur publik, terutama pengairan dan prasarana transportasi,
infrastruktur jalan, komunikasi dan energi, sehingga akan memiliki posisi tawar yang
lebih tinggi untuk mengusulkan kepada pemerintah agar menyediakan infrastruktur
publik dibutuhkan. Di samping itu, kelembagaan ekonomi petani berbadan hukum
yang terbentuk dalam skala kawasan, mampu secara swadaya membiayai pengadaan
dan/atau pemeliharaan sebagian fasilitas infrastruktur publik yang belum tersedia.

2-17
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

7) Aksesibilitas terhadap Sarana Pertanian Modern


Skala kepemilikan usaha individu petani yang relatif kecil tidak efisien apabila
menggunakan alat dan mesin pertanian modern yang harganya relatif mahal. Melalui
kelembagaan ekonomi petani berbadan hukum, kepemilikan alat dan mesin pertanian
modern dimungkinkan untuk digunakan secara bersama yang biaya pengadaan dan
operasionalnya relatif lebih murah.
Alat dan mesin pertanian seperti traktor besar, transplanter multiguna, combine
harvester, rumah pengering, warehouse, dan cold storage membutuhkan biaya
pengadaan, operasional serta pemeliharaan yang relatif mahal, namun dimungkinkan
apabila dimiliki dan dikelola oleh kelembagaan ekonomi petani berbadan hukum.
Di samping itu, pengadaan sarana produksi seperti bibit, benih, pupuk, pestisida dan
obat-obatan serta sarana lainnya dapat diperoleh dengan harga yang lebih murah
apabila dikelola oleh kelembagaan ekonomi petani berbadan hukum.
Dalam Perpres No. 18 Tahun 2020 terkandung Major Project Penguatan Jaminan Usaha
serta 350 Korporasi Petani dan Nelayan, seperti pada tabel berikut;
Tabel 2.4. Major Project Penguatan Jaminan Usaha Korporasi Petani dan Nelayan
Latar  Belum terbentuk business model korporasi petani dengan skala ekonomi yang menerapkan konsep
Belakang society 5.0
 Belum terintegrasinya 1.029 klaster komoditas pertanian basis produksi pertanian dengan akses pasar
 Akses sumber daya produktif rendah: akses KUR untuk sektor pertanian hanya 23% dan keterbatasan
nelayan untuk mengakses skema perkreditan, permodalan, teknologi dan pasar
 Rantai pasok komoditas panjang dan biaya logistik mahal: harga beras di tingkat konsumen 2,1-2,7 kali
dibandingkan harga petani (jeruk 4 kali lipat)
 Pengembangan 1.000 Toko Tani Indonesia sebagai simpul distribusi perdagangan komoditas pangan dan
pertanian
 Jumlah koperasi nelayan yang aktif sekitar 1.907 unit dengan jumlah nelayan mencapai 2,6 juta jiwa
(2016)
Manfaat 1. Meningkatnya pendapatan petani rata0rata 5% per tahun dan pendapatan nelayan rata-rata 10% per
tahun (target SDGs)
2. Meningkatnya produktivitas komoditas 5% per tahun
3. Terjadinya perubahan prilaku masyarakat dalam pengelolaan pertanian dan perikanan dari tergantung
pemerintah (APBN dan Subsidi) menjadi mandiri (investasi dan bisnis)
Durasi 2020-2024 (5 tahun)
Indikasi Indikasi Target Indikasi
Target dan Pendidikan
2020 2021 2022 2023 2024
Pendanaan
Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan Rp 226,4 T
produktivitas produktivitas produktivitas produktivitas produktivitas  APBN = Rp
komoditas: 5% komoditas: 5% komoditas: 5% komoditas: 5% komoditas: 5% 200,9 T
Nilai tambah Nilai tambah Nilai tambah Nilai tambah Nilai tambah  Swasta = Rp
per tenaga per tenaga per tenaga per tenaga per tenaga 25,5 T
kerja kerja kerja kerja kerja
pertanian: Rp. pertanian: Rp. pertanian: Rp. pertanian: Rp. pertanian: Rp.
49,20 51,70 54,30 57,00 59,80
juta/tenaga juta/tenaga juta/tenaga juta/tenaga juta/tenaga
kerja kerja kerja kerja kerja
Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan
pendapatan pendapatan pendapatan pendapatan pendapatan
nelayan: Rp. nelayan: Rp. nelayan: Rp. nelayan: Rp. nelayan: Rp.
45,0 50,4 55,4 61,0 67,0

2-18
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

juta/nelayan/ juta/nelayan/ juta/nelayan/ juta/nelayan/ juta/nelayan/


tahun tahun tahun tahun tahun
Terbentuk Terbentuk 33 Terbentuk 65 Terbentuknya Terbentuknya
piloting 5 Korporasi klaster 150 korporasi 850 korporasi
korporasi petani korporasi petani petani
petani petani
Pelaksana Kementan, KemenKP, KemenKUKM, KemenPUPR, Kemenperin, Perguruan Tinggi dan Swasta
Highlight 1. Penerapan Good Agricultural Practices dan Precision Farming/Agro Maritim 4.0
Proyek 2. Penguatan kelembagaan petani
3. Investasi, pembiayaan, asuransi sektor pertanian dan perikanan
4. Kemitraan KUKM dan wisausaha pertanian dan perikanan
5. Fasilitas pemasaran

Usaha tani terpadu hulu-hilir yaitu peningkatan produktivitas dan keberlanjutan lahan pertanian
eksisting, dan efisiensi supply chain menghasilkan intensifikasi, optimasi lahan, diversifikasi produk,
pertanian konservasi, modernisasi irigasi, pertanian digital/presisi, sistem resi Gudang, pengolahan
primer sesuai kaidah keamanan pangan diarahkan sebagai upaya peningkatan kesejahteraan
petani, perlindungan pemberdayaan petani dan regenerasi petani (people centered development).
Skema korporasi petani, terintegrasi dengan permodalan, asuransi pertanian dan mampu menarik
SDM muda untuk berkiprah di sektor pertanian. Sehingga mampu menggerakan investasi
masyarakat dan swasta menghasilkan APBN sebagai pemantik, pengembangan menggunakan skema
investasi.
Kawasan padi, kelapa genjah, bawang merah, jeruk, itik, kentang, bawang putih, saprodi, irigasi,
penyuluhan, CPCL (Kemtan), modernisasi irigasi, infrastruktur jalan, pelabuhan (PUPR), aktivitas
perlindungan dan konservasi (KLHK), IP4T, (ATR/BPN), off taker hasil panen, permodalan, KUR,
asuransi pertanian (BUMN), pemberdayaan transmigran (KemendesPDTT), potensi transportasi
sungai (KemenHub), resi gudang, pengolahan, pemasaran (KemenKop-UKM), KemenDag,
KemenPerin, stasiun iklim/cuaca/curah hujan (BMKG), sinkronisasi APBD Provinsi/Kabupaten
(KemDagri, Pemda), koporasi petani, investasi swasta.

Gambar 2.2. Diagram Keterpaduan Zonasi dan Arahan

2-19
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 2.3. Diagram Integrasi Kebijakan Pengembangan Pangan

Maka secara garis besar kawasan sentra produksi pangan (Food Estate) tersebut adalah
seperti dibawah ini;
1. Tujuan, adalah mendukung penguatan cadangan pangan nasional, mendukung
keberadaan Ibu Kota Negara, meningkatkan kesejahteraan
2. Arahan adalah terwujud dalam rencana induk, berupa:
a. Rencana Alokasi Ruang (zonasi) ditindaklanjuti melalui RTRW dan RDTR Provinsi
dan kab/kota
b. Arahan Pemulihan Konservasi Hutan, Lahan dan Gambut
c. Arahan Pembangunan Infrastruktur Pertanian (irigasi P/S/T/cacing) Kanal
blocking & drainase
d. Arahan Penyediaan Saprodi & Alsintan (pra tanam, tanam, pasca panen) on-farm
dan off-farm
e. Arahan Penyediaan Peningkatan Kapasitas (pelatihan, penyuluhan, bimtek
mengenai budidaya, pengolahan, pemasaran dan pengembangan kelembagaan
korporasi petani

2-20
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

3. Integrasi, artinya terintegrasi ke dalam Rencana Tata Ruang Provinsi dan Kabupaten
serta Rencana Kerja Pemerintah Pusat dan Daerah
4. Pendanaan, bersal dari APBN, APBD, Investasi Sektor Swasta, maupun bantuan
lembaga internasional
5. Regulasi, merujuk utamanya pada:
- UU 26/2007 tentang Penataan Ruang
- UU 22/2020 tentang Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan
- UU 19/2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani
- UU 18/2012 tentang Pangan
- UU 41/2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
- UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tabel 2.5. Prinsip Dan Kriteria Kawasan Sentra Produksi Pangan (Food Estate)
Prinsip Kriteria
Keberlanjutan Pendekatan Lanskap Ekosistem, Pertanian Konservasi, pengarusutamaan dalam
dokumen perencanaan dan penganggaran
Integratif Integrasi Hulu-Hilir, Kolaborasi Multisektor, Perencanaan dan Penganggaran
Multiyears
Resilien Diversifikasi Komoditas (minimal 3 komoditas), Tata Kelola Adaptif
Inklusif Pendekatan Partisipatif, Peningkatan Kesejahteraan Petani, Kepemilikan Mayoritas
Petani/Korporasi Petani (skala usaha 500-1.000 Ha)
Maju dan Modern Peningkatan Produktivitas Kawasan, Pertanian Presisi, Pertanian Digital, Entitas
Berbadan Hukum

2.2. PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN FOOD ESTATE


2.2.1. Grand Design Pengembangan Kawasan Food Estate Berbasis Koporasi di Lahan Rawa
Kalimantan Tengah
Perluasan areal produksi pangan melalui pengembangan kawasan food estate berbasis
korporasi petani di lahan rawa Kalimantan Tengah sangat strategis dalam rangka
mewujudkan Kalimantan Tengah sebagai salah satu Lumbung Pangan Nasional, sekaligus
menjawab isu nasional terkini, yaitu meluasnya dampak COVID-19, pertambahan jumlah
penduduk, peningkatan jumlah kebutuhan pangan, dan perubahan iklim.
Grand Design pengembangan kawasan food estate berbasis korporasi petani di lahan rawa
Kalimantan Tengah disusun sebagai arahan sekaligus acuan dalam membangun sinergis,
koordinatif, dan saling melengkapi dalam satu pola sikap dan pola tindak untuk mewujudkan
ketahanan, kedaulatan, dan kemandirian pangan serta kesejahteraan petani. Grand Design
ini juga berperan dalam menentukan arah kebijakan, program, dan acuan teknis dalam
pengelolaan food estate berbasis korporasi petani di lahan rawa Kalimantan Tengah. Grand
Desain disusun oleh Kementerian Pertanian, Biro Perencanaan, Tahun 2020.

2-21
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Pengembangan kawasan food estate berbasis korporasi petani lahan rawa di Kalimantan
Tengah adalah suatu bentuk usaha skala besar di bidang agribisnis pangan yang dirancang
secara terintegrasi, baik horizontal (antara pangan yang prospektif) maupun vertikal
(integrasi dari on farm sampai off farm), seperti terlihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Konsep Pengembangan Kawasan Food Estate Berbasisi Korporasi Petani di
Lahan Rawa Kalimantan Tengah
Sumber : Kementerian Pertanian, Biro Perencanaan, Tahun 2020.

A. Penataan Kawasan
Pengembangan kawasan food estate di lahan rawa Kalimantan Tengah dirancang dengan
konsep pengembangan produksi pangan yang dilakukan secara terintegrasi yang berada
di suatu kawasan lahan yang luasnya sangat cukup. Pengembangan food estate dilakukan
pada beberapa kawasan yang terbagi atas klaster yang merupakan bagian dari areal
keseluruhan. Pengembangan klaster di kawasan food estate Kalimantan Tengah
dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing rantai nilai suatu produk seperti pada
Gambar 2.5.

2-22
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 2.5. Konsep Pengembangan Klaster Pada Kawasan Food Estate di Lahan
Rawa Kalimantan Tengah
Sumber : Kementerian Pertanian, Biro Perencanaan, Tahun 2020.

Berdasarkan luasnya, konsep pengembangan klaster pada kawasan food estate masing-
masing di kawasan seluas 10.000 ha yang terdiri dari beberapa klaster seluas 2.000
sampai 5.000 ha. Lahan yang dialokasikan untuk food estate sekitar 165.000 ha yang
sebagian besar berlokasi di Eks PLG. Pada tahun 2020/21 akan dikembangkan seluas
30.000 ha, tahun 2021 akan dilakukan intensifikasi dan rehabilitasi ringan pada sawah
yang ditinggalkan seluas 55.000 ha sekaligus melakukan Survei Investigasi Design (SID)
pada areal baru (ekstensifikasi) seluas 47.500 ha dan pada tahun 2022 SID pada areal
baru seluas 32.000 ha.
Dalam pengembangan food estate pada tahap awal akan dibagi menjadi tiga kawasan
masing-masing seluas 10.000 ha yang terdiri dari 3 klaster di Kabupaten Pulang Pisau dan
5 klaster di Kabupaten Kapuas. Tabel 2.6 menyajikan sebaran dan luasan masing-masing
klaster yang berada pada lahan sawah eksisting; klaster 1 sampai 3 berada di Kabupaten
Pulang Pisau dan klaster 4 sampai 8 berada di Kabupaten Kapuas. Penyusunan klaster
tersebut berdasarkan batas administrasi, sehingga angka per klaster tidak bisa tepat
sesuai harapan, ada yang berlebih atau kurang dari kisaran 2.000-5.000 ha. Klaster

2-23
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

dengan hamparan luas berada di Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Pulang Pisau, yang
terdiri dari tiga klaster, termasuk di dalamnya lokasi “Center of Excellence” (CoE) seluas
1.000 ha yang berada di Desa Belanti Siam, sebarannya berada pada Klaster 2 (Gambar
2.6). Pada klaster 4 juga terdapat lokasi CoE yang berada di Desa Terusan Karya dan
Terusan Mulya, seluas 1.000 ha (Gambar 2.7).

Gambar 2.6. Sebaran Klaster Berdasarkan Kesatuan Hamparan Di Kabupaten


Pulang Pisau, Klaster 2 Merupakan Lokasi COE Di Desa Belanti Siam, Kecamatan
Pandih Batu
Sumber : Kementerian Pertanian, Biro Perencanaan, Tahun 2020.

2-24
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 2.7. Sebaran Klaster Berdasarkan Kesatuan Hamparan di Kabupaten


Kapuas, Klaster 4 Merupakan Lokasi COE di Desa Terusan Karya dan Terusan Mulya,
Kecamatan Bataguh
Sumber : Kementerian Pertanian, Biro Perencanaan, Tahun 2020.

2-25
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Tabel 2.6. Sebaran Dan Luasan Klaster Di Kabupaten Pulang Pisau dan Kapuas

Sumber : Kementerian Pertanian, Biro Perencanaan, Tahun 2020.

Secara konsepsi, pengembangan kawasan food estate merupakan upaya memperkuat


ketersediaan pangan yang bersumber dari produksi dalam negeri secara berkelanjutan.
Artinya, setiap komponen ekosistem pertanian yang terlibat dalam pengembangan food
estate akan tetap terjaga keseimbangannya. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan
dalam pengembangan kawasan food estate yaitu:
1. Pengembangan kawasan
2. Integrasi sektor dan subsektor
3. Lingkungan yang berkelanjutan
4. Pemberdayaan ekonomi masyarakat
Pengembangan kawasan food estate juga terintegrasi dengan konsep pertanian
berkelanjutan yang menekankan pada sistem pengelolaan komoditas pertanian dan
sumber daya alam (input) yang tidak merusak lingkungan dan kesehatan petani maupun
konsumen hasil pertanian. Hadirnya sistem pertanian berkelanjutan dalam
pengembangan kawasan food estate di lahan rawa Kalimantan Tengah diharapkan dapat
meminimalkan dampak negatif dari sistem pertanian berbasis kimiawi sehingga
keseimbangan ekosistem tetap terjaga. Sistem pertanian berkelanjutan seringkali disebut

2-26
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

sebagai suatu konsep pemikiran masa depan, karena tidak hanya memberikan manfaat
kepada umat manusia pada saat ini, akan tetapi untuk waktu yang akan datang. Oleh
karena itu, pengembangan konsep pembangunan pertanian yang berkelanjutan
(sustainable agriculture development) yang dilandasi pada pendekatan agroekologi
menjadi semakin penting dalam mengembangkan kawasan food estate berbasis
korporasi petani di lahan rawa Kalimantan Tengah.
Bidang usaha yang menjadi inti dalam pengembangan food estate ialah usaha tani
berbasis komoditas terpilih. Usaha tani sendiri dikelola oleh korporasi petani secara
mandiri. Bidang usaha korporasi petani yang mesti dijadikan sebagai basis awal
pembentukan korporasi petani ialah bisnis yang berkaitan dengan usaha tani seperti
penyediaan prasarana, sarana, dan pembiayaan serta pengolahan dan pemasaran hasil
usaha tani.
B. Rancangan Teknologi
Berdasarkan karakteristik lahan rawa di Kalimantan Tengah, maka teknologi yang
dirancang untuk pengembangan food estate di lahan rawa Kalimantan Tengah harus
mampu meminimalkan dampak dari proses pemasaman tanah, beradaptasi dengan
kondisi lahan, dan sekaligus mampu memperbaiki kualitas lahan secara berkelanjutan.
Teknologi yang diterapkan harus dikaji dari berbagai aspek secara terpadu menjadi satu
kesatuan paket teknologi pengelolaan lahan yang baik atau best management practices
(BMP).
Semua komponen teknologi dalam BMP harus diimplementasikan secara simultan,
namun ada komponen prioritas menjadi titik ungkit dalam meningkatkan produktivitas
lahan. Komponen teknologi prioritas tersebut terlebih dahulu harus dilakukan sebagai
prasyarat keberhasilan implementasi komponen teknologi lainnya. Dalam kasus
pengembangan food estate di lahan rawa, teknologi pengelolaan air dan ameliorasi lahan
adalah kunci sukses usaha tani. Oleh karenanya, kedua komponen teknologi tersebut
tidak boleh absen dari sistem tata kelola lahan yang baik.

Gambar 2.8. Komponen Teknologi Dalam Penerapan BMP Di Lahan Rawa


Sumber : Kementerian Pertanian, Biro Perencanaan, Tahun 2020.

2-27
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

C. Rancangan Infrastruktur
1. Infrastruktur Tata Air Makro
Sistem tata air makro di kawasan food estate Kalimantan Tengah ditetapkan
menerapkan sistem tata air satu arah yang dilengkapi dengan pintu-pintu air masuk
(inlet) dan keluar (outlet). Hanya saja sebagian besar pintu-pintu tersebut sudah
tidak fungsional lagi atau mengalami kerusakan. Di kawasan food estate di
Kalimantan Tengah ini terdapat berbagai sistem tata air, yaitu:
a. Sistem handil masyarakat yang terletak di Blok D, yaitu saluran yang
menghubungkan sungai besar dengan lahan sawah dan belum dilengkapi saluran
bagi dari handil ke sawah, sehingga air masuk dan keluar pada saluran yang
sama sehingga disebut tata air dua arah. Umumnya sistem handil ini merupakan
persawahan petani lokal dengan sistem sawah tradisional (IP 100).
b. Sistem garpu dan sisir, yaitu tata air makro yang berbentuk garpu dan sisir yang
berfungsi untuk mengatur dan mendistribusikan air dari sungai utama ke lahan.
Pada kawasan ini, sistem garpu dan sisir yang terletak di Blok C meliputi UPT
Pangkoh (Kanamit, Maliku, Talio, dan Bahaur) yang merupakan persawahan
transmigrasi yang dibuka pada tahun 1980-1985 dengan sistem sawah
tradisional (IP 100) dan sebagian IP 200, dan sebagian lagi berubah menjadi
perkebunan karet dan kelapa sawit.
c. Sistem jaringan PLG dibangun tahun 1995-1999 merupakan sistem tata air
makro yang terdiri atas jaringan primer, sekunder, dan tersier. Sistem jaringan
ini terletak di Blok A (Dadahup dan Palingkau SP) dan Blok B (Lamunti),
merupakan persawahan IP 100 dan sebagian IP 200 (lihat Bab 3-Kondisi
Infrastruktur).
Berdasarkan kondisi eksisting saluran yang ada maka perlu dilakukan revitalisasi
infrastruktur pengelolaan air pada system tata air makro yang sudah dibangun oleh
PUPR, meliputi:
a. Normalisasi saluran primer, sekunder, dan tersier sehingga fungsinya sesuai
dengan persyaratan desain teknis.
b. Instalasi pintu pengendali air (pintu ayun/flape gate, tabat, saluran pembawa)
pada saluran sekunder dan/atau tersier dengan spesifikasi desain, sebaran, dan
jumlah sesuai dengan kondisi dan karakteristik lahan rawa.
c. Normalisasi pintu-pintu air pada petakan lahan yang belum berfungsi secara
optimal.
2. Infrastruktur Tata Air Mikro
Berdasarkan kondisi lapang dan upaya pengembangan lahan maka diperlukan
dukungan infrastruktur tata air mikro sebagai berikut.
a. Merehabilitasi dan menyempurnakan tata air mikro yang ada serta redesign
sistem pengelolaan air pada masing-masing wilayah pengembangan dalam

2-28
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

rangka peningkatan kinerja sistem pengelolaan air untuk mendukung


peningkatan produktivitas lahan dan intensitas pertanaman.
b. Meningkatkan fungsi pintu-pintu air dengan mengimplementasikan model pintu
yang sesuai dan efektif. Dalam hal ini, perlu pembuatan desain yang spesifik
untuk lahana rwa. Secara umum untuk pengembangan tanaman pangan di lahan
petani dalam kegiatan usaha taninya diperlukan sistem tata air satu arah, artinya
antara saluran irigasi (memasukkan air) pada saat pasang dengan saluran
drainase (mengeluarkan air) pada saat surut untuk lahan rawa pasang surut tipe
luapan A dan/atau B ditempatkan pada tempat yang berbeda. Untuk
menyalurkan air dari saluran tersier ke saluran kuarter dilengkapi dengan pintu
air dan/atau saluran penghubung dari bahan paralon PVC; tabat yang dilengkapi
saluran penghubung pipa PVC dan berbentuk elbow (TASEL).
3. Infrastruktur Lainnya
Prasarana dan sarana yang perlu direhabilitasi, ditingkatkan, dibangun, atau
diadakan baru, dibedakan menjadi:
a. Pendukung mobilitas dan transportasi
b. Pendukung operasional produksi
c. Prasarana alsintan dan pascapanen
D. Rancangan Kelembagaan
Rancangan pengembangan kelembagaan korporasi petani terdiri atas tujuh langkah yang
kontinu, yakni lima langkah penumbuhan ditambah dua langkah pengembangan. Langkah
penumbuhan tersebut dimulai dari persiapan, dilanjutkan dengan konsolidasi petani dan
usaha tani, lalu perancangan korporasi, penyusunan model bisnis, dan diakhiri
pembentukan bentuk kelembagaan usaha, kepengurusan, dan status hukum. Sementara
tahap pengembangan yaitu penguatan bisnis dan pemandirian korporasi petani.
Selengkapnya tahapan dalam penumbuhan dan pengembangan korporasi petani serta
karakter kegiatannya Tahapan langkah operasional pengembangan korporasi petani
sebagai berikut.
1. Penguatan kapasitas usaha petani
2. Penguatan kelembagaan ekonomi petani
3. Penumbuhan korporasi petani
4. Penguatan kerja sama dengan mitra strategis
E. Bentuk Program dan Kegiatan Pengembangan
Secara garis besar, ada tiga program pengembangan areal food estate di lahan rawa
Kalimantan Tengah, yaitu:
1. Penataan kawasan dan pengembangan prasarana dan sarana.
2. Peningkatan kapasitas dan diversifikasi produksi.
3. Pengembangan SDM dan korporasi petani.

2-29
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 2.9. Program Dan Kegiatan Pengembangan Food Estate Di Lahan Rawa
Kalimantan Tengah
Sumber : Kementerian Pertanian, Biro Perencanaan, Tahun 2020.

F. Sinergitas Program dan Kegiatan Pengembangan


Ketiga program pada pengembangan kawasan food estate di lahan rawa Kalimantan
Tengah dijabarkan dalam bentuk 16 kegiatan operasional, baik yang melibatkan institusi
lingkup Kementerian Pertanian maupun kementerian atau institusi/lembaga lainnya.
Untuk itu, perlu dibangun organisasi kerja, sistem koordinasi, dan sinergitas yang
harmonis antarinstitusi terkait agar perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan
kegiatannya dapat berjalan lancar dengan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Tabel 2.7. Sinergitas Program Dan Kegiatan Pada Program Pengembangan Kawasan Food
Estate Di Lahan Rawa Kalimantan Tengah Dan Keterlibatan Institusi Terkait Di Lingkup
Kementerian Pertanian

2-30
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Tabel 2.8. Sinergitas Program dan Kegiatan Pada Pengembangan Kawasan Food Estate di
Lahan Rawa Kalimantan Tengah Dan Keterlibatan Berbagai KEMENTERIAN

Sumber : Kementerian Pertanian, Biro Perencanaan, Tahun 2020.

2.2.2. Draft Rencana Induk KSPP (Food Estate) Kalimantan Tengah


Perencanaan dan pengembanga Kawasan Food Estate di Provinsi Kalimantan Tengah saat ini
tengah dilakukan oleh Bappenas sejak Tahun 2020. Adapun luas lahan, zonasi rencana
Kawasan Food Estate, perumusan strategi pembangan serta arah target sebagai berikut:
1. Luas Lahan merupakan luas lahan sesuai pertanian pangan di Eks-PLG yaitu 770.600,48
Ha (terdapat perubahan Luas AOI menjadi 743.793,56 Ha dalam Rancangan RKP 2023,
PPN/Bappenas, April 2022).
2. Zonasi Rencana Kawasan yang terbagi menjadi 4 (empat), meliputi:
2) Zona Lindung
a. Pemulihan dan konservasi ekosistem hutan dan gambut.
b. Perbaikan sistem hidrologi-gambut (jaringan irigasi dan canal blocking) makro.
c. Kegiatan budidaya pertanian yang diperbolehkan hanya paludiculture.
3) Zona Budidaya Terbatas
a. Pembatasan kegiatan budi daya yang mengacu pada prinsip pertanian
konservasi, seperti agro-forestry atau budidaya padi dengan prinsi ppertanian
konservasi.
b. Tidak diperbolehkan membangun kawasan (industri) agribisnis.
4) Zona Budi daya
c. Pelarangan pembakaran lahan untuk pembukaan areal sawah dan pembentukan
tim siaga karhutla di setiap kelompok masyarakat.

2-31
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

d. Perbaikain sistem hidrologi mikro dan/atau jaringan irigasi dan canal blocking
skala tapak.
e. Pembangunan kawasan (industri) agribisnis di luar wilayah kebakaran hutan dan
lahan.
5) Zona Pesisir
a. Pembatasan kegiatan budidaya dibatasi pada silvo-fisheries dan sawah pasang-
surut yang mengacu pada prinsip keberlanjutan.
b. Tidak diperbolehkan membangun kawasan (industri) agribisnis.

Gambar 2.10. Rencana Zonasi KSPP-Food Estate Kalimantan Tengah


Sumber : Kementerian PPN/Bappenas, 2021.

3. Strategi, Arah dan Target Penataan Ruang dan Infrastruktur Wilayah


a. Zonasi untuk Perlindungan Ekosistem Hutan dan Gambut (1,5 jt Ha); dan
b. Zonasi untuk Kawasan Sentra Produksi Pangan (770 ribu Ha -AOI).

2-32
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 2.11. Penataan Ruang dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah Untuk Kawasan
Sentra Produksi Pangan Yang Berkelanjutan
Sumber : Kementerian PPN/Bappenas, 2021.

4. Strategi, Arah dan Target Pemulihan dan Konservasi Ekosistem Hutan dan Gambut

Gambar 2.12. Pemulihan dan Konservasi Ekosistem Hutan dan Gambut


Sumber : Kementerian PPN/Bappenas, 2021.

5. Strategi, Arah dan Target Produksi, Indeks Pertanaman dan Produktivitas Pangan Berbasis
Pertanian Presisi

2-33
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 2.13. Peningkatan Produksi, Indeks Pertanaman dan Produktivitas Pangan


Berbasis Presisi
Sumber : Kementerian PPN/Bappenas, 2021.

6. Strategi, Arah dan Target Pengolahan, Peningkatan Nilai Tambah, Sistem Logistik dan
Pemasaran Berbasis Digital

2-34
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 2.14. Pemgembangan Sistem Logistik, Pengolahan Nilai Tambah, Distribusi dan
Pemasaran Berbasis Digital
Sumber : Kementerian PPN/Bappenas, 2021.

7. Strategi, Arah dan Target Kelembagaan Korporasi Petani dan Tata Kelola Kawasan Sentra
Produksi Pangan Terpadu.

Gambar 2.15. Strategi Pengembangan Kelembagaan Korporasi Petani dan Tata Kelola
Kawasan Sentra Produksi Pangan Terpadu
Sumber : Kementerian PPN/Bappenas, 2021.

2.2.3. Draft Rencana Induk dan Program Rencana Jangka Menengah Untuk Mendukung Untuk
Mendukung Kawasan Food Estate Kalimantan Tengah
Rencana Induk dan Program Rencana Jangka Menengah Untuk Mendukung Untuk
Mendukung Kawasan Food Estate Kalimantan Tengah dimaksudkan untuk menyusun
dasar/acuan bagi perencanaan dan pemrograman pengembangan infrastruktur Pekerjaan

2-35
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Food Estate Kalimantan Tengah melalui perencanaan
dan pembangunan infrastruktur strategis dan terpadu yang bertujuan untuk menghasilkan
dokumen Rencana Induk Dan Program Jangka Menengah Pengembangan Infrastruktur PUPR
Untuk Mendukung Kawasan Food Estate Kalimantan Tengah. Konsep dan Skernario yang
diterapkan merupakan konsep pengembangan kawasan Transmigrasi, sehigga tersusun dan
terdiri atas Kota Tani Utama, Kota Tani dan Kawasan Sentra Produksi (KSP).
(Draft) Visi Pengembangan Wilayah :
“Mewujudkan sistem permukiman dan infrastruktur melalui pengembangan kota tani dalam
sistem pengembangan wilayah (regional structure plan) bagi semua stakeholder untuk
mendukung kawasan Food Estate yang lebih produktif, layak huni dan berkelanjutan”
Skenario Pengembangan :
a. Satuan permukiman eksisting membentuk KSP (Kawasan Sentra Produksi) sesuai
komoditas lahan (sawah dan pertanian)
b. Pusat Kota Tani mengikat KSP (Kawasan Sentra Produksi) disekitarnya yang dilengkapi
dengan fasilitas pendukung pengolahan hasil pertanian
c. Penentuan Kota Tani mempertimbangkan:
1. Berdasarkan sebaran persawahan dan permukiman eksisting
2. Adanya rencana Rice Milling Unit di Kota Tani 1 (Dadahup) dan Kota Tani 2 (Belanti
Siam)
3. Jalan logistic (Jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten)
4. Rencana Pusat kegiatan Pertanian di Kecamatan Kahayan Hilir (RTRW Kabupaten
Pulang Pisau 2019 – 2039)
d. Kota Tani Utama diletakkan di Kota Kuala Kapuas dengan mempertimbangkan:
1. Kota Kuala Kapuas merupakan Ibukota Kabupaten yang merupakan pusat
perdagangan Kabupaten Kapuas
2. Terletak di backbone utama kawasan Jl.Trans Kalimantan yang menghubungkan
PKN Palangkaraya disebelah barat, PKN Banjarmasin disebelah timur dan 2 (dua)
outlet Pelabuhan Bahaur dan Pelabuhan Batanjung disebelah selatan
3. Terletak di centre (pusat) antar Kota Tani

2-36
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 2.16. Skenario Pengembangan Pola Ruang dan Struktur Ruang Kawasan Food
Estate
Sumber : BPIW, Kementerian PUPR, 2021.

Konsep pengembangan infrastruktur:


a. Perkuatan Struktur Kawasan Food Estate
1. Sepanjang Jl. Trans Kalimantan sebagai jalur utama dan jalur logistik utama
kawasan
2. Perkuatan jaringan jalan yang menghubungkan pusat- pusat kota tani dan kawasan
permukiman
3. Perkuatan jaringan jalan menuju outlet
b. Pengembangan kota tani yang terdiri dari beberapa KSP (Kawasan Sentra Produksi)
yang dilengkapi fasilitas pendukung pengolahan produksi pertanian
c. Pengembangan Kota Tani Utama (KTU) yang mengintegrasikan kota tani dan sentra
produksi kawasan serta Kota Pemasaran Akhir dilengkapi Fasilitas

2-37
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

d. Pengembangan Farming Infrastructure untuk mendorong produktivitas food estate


sebagai lumbung padi nasional, melalui pemantapan jaringan jalan usaha tani sebagai
jalur logistic hasil produksi
e. Pengembangan Satuan Kawasan Permukiman dan Infrastruktur pendukungnya untuk
mendorong kinerja SDM kawasan food estate
1. Perluasan Permukiman tani dan permukiman perkotaan
2. Pengembangan fasilitas kawasan diarahkan di pusat- pusat Kota Tani dan Kota Tani
Utama
3. Pengembangan infrastruktur Permukiman : air minum, sanitasi dan persampahan.

Gambar 2.17. Skenario Pengembangan Struktur Ruang Kawasan Food Estate Kalimantan
Tengah
Sumber : BPIW, Kementerian PUPR, 2021.

2-38
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 2.18. Skenario Pengembangan Kota Tani Kawasan Food Estate Kalimantan Tengah
Sumber : BPIW, Kementerian PUPR, 2021.

Kondisi jaringan jalan nasional Trans Kalimantan (Lintas Selatan) dengan panjang 46.230 km
dari Kerengbangkarai – Perbatasan Provinsi Kalimantan Selatan dapat dikatakan baik,
perkerasan aspal dengan kemantapan 92,32% Pengembangan Food Estate difokuskan pada
2 (dua) lokasi yaitu Food Estate Dadahup di Kabupaten Kapuas dengan total 17,4 km dan
Food Estate Belanti Kabupaten Pulang Pisau sepanjang 22,55 km. Sedangkan Panjang
saluran Irigasi meliputi :
• Anjir : 28.018,60 m
• Handil : 236.020,12 m
• Rei : 982.003,35 m

2-39
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 2.19. Kerangka Jalan dan Irigasi Blok Dadahup Kalimantan Tengah
Sumber : BPIW, Kementerian PUPR, 2021.

Untuk Model pengembangan permukiman, perencanaan makro Rencana Wilayah


Pengembangan Transmigrasi (RWPT) yang mempunyai daya tampung sekurang-kurangnya
9.000 KK. Perencanaan Mikro berupa :
1) Rencana Kerangka Satuan Kawasan Pengembangan (RKSKP) yang mempunyai daya
tampung antara 1.800 KK – 2.000 KK;
2) Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) adalah acuan untuk membangun :
a) Satuan Permukiman Baru yang berdaya tampung 300 KK – 500 KK;
b) Satuan Permukiman yang merupakan integrasi dengan desa yang ada dan yang
berdaya tampung antara 100 KK – 300 KK.
Perihal skenario pentahapan infrastruktur meliputi:
a. Penyediaan infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) permukiman
eksisting → Site Improvement.
b. Penyediaan infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan pengembangan (development
needs) berdasarkan lahan sawah tergarap.
1. Perluasan Permukiman (New Development)
2. Pengembangan Permukiman baru (New Site Development)

2-40
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

• Pada lokasi sawah eksisting yang belum ada permukiman dan pengembangan
sawah baru.
• Letak permukiman baru idealnya ditengah pengembangan persawahan
• Pengembangan permukiman yang compact.

Gambar 2.20. Skenario Pentahan Infrastruktur Blok Dadahup Kalimantan Tengah


Sumber : BPIW, Kementerian PUPR, 2021.

2.2.4. Penyusunan Instrumen Pengendalian Kawasan Food Estate dan Sekitarnya di Kalimantan
Tengah Tahun 2020
Penyusunan Instrumen Pengendalian (Insdal) Kawasan Food Estate dan Sekitarnya di
Kalimantan Tengah terdiri dari:
1. Delineasi Kawasan
a. Kawasan Inti dan Sekitarnya : Kawasan inti tersebar dalam 10 hamparan dengan luas
total 260.175 Ha. Mengingat belum adanya masterplan pengembangan FE yang
diterima, maka dengan lahan yang sangat luas, diasumsikan bahwa kegiatan
produksi dan segala kegiatan penunjang food estate berada di dalamnya.
b. Kawasan Ekologis : Luas Kawasan Ekologis adalah seluas 963.750 Ha. Pengendalian
pada zona ini dilakukan untuk Pengamanan fungsi ekologis kawasan yang
mempengaruhi daya dukung sumber daya pada kawasan Food Estate dan
kemungkinan dampak kegiatan Food Estate pada lingkungan, pengamanan sumber
air baku mendukung kebutuhan air di kawasan food estate serta Meminimalisir

2-41
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

potensi pencemaran terhadap lingkungan dari kegiatan produksi tanaman pangan


dan holtikultura.

c. Kawasan Koridor Transportasi dan Aksesibilitas


• Jaringan jalan utama dari dan ke kawasan food estate yang menghubungkannya
dengan pusat-pusat kegiatan dan outlet sekitarnya, yaitu Jalan provinsi dan jalan
nasional trankalimantan.
• Jaringan transportasi sungai yang menghubungkan kawasan dari dan ke iutlet
pelabuhan, yaitu Sungai Sebangau, Kahayan, dan Kapuas
• Simpul-simpul transportasi dan potensial outlet pelabuhan, yaitu Pelabuhan
Batanjuang, Pulang Pisau, dan bahaur.
• Pengendalian daerah rumija ditetapkan selebar25 m dari badan jalan (Peraturan
Pemerintah No. 34 tahun 2006).

Gambar 2.21. Delineasi Kawasan Insdal Food Estate Kalimantan Tengah

2-42
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

2. Zona Kendali
a. zona kendali 1, adalah daerah sekitar kawasan inti Food Estate dan sekitarnya;
b. zona kendali 2, adalah daerah dengan potensi ekohidrologi yang sama sebagai
kawasan ekologis;
c. zona kendali 3, ditentukan 25 (dua puluh lima) meter dari sisi Ruang Pengawasan
Jalan Akses di sekitar kawasan Food Estate;

Gambar 2.22. Peta Ruang Lingkup Zona Kendali Kawasan Food Estate dan Sekitarnya di
Provinsi Kalimantan Tengah

3. Ketentuan Peraturan Zona dan kesesuaian Kegiatan Kawasan Food Estate dan Sekitarnya
di Provinsi Kalimantan Tengah (Tabel 2.9).
4. Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang dan Tata Bangunan Kawasan Food Estate dan
sekitarnya di Provinsi Kalimantan Tengah (Tabel 2.10).

2-43
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

5. Ketentuan Insentif dan Disinsentif Kawasan Food Estate dan sekitarnya di Provinsi
Kalimantan (Tabel 2.11).

2-44
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Tabel 2.9. Ketentuan Peraturan Zona dan Kesesuaian Kegiatan Kawasan Food Estate dan sekitarnya di Provinsi Kalimantan Tengah
Zona Kendali
Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Sekitarnya Zona Kendali Ekologis
Zona/Subzona Transportasi
Peruntukan
ZONA PERUNTUKAN BERDASARKAN RENCANA PENGEMBANGAN FOOD ESTATE DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
A. PERUNTUKAN KEGIATAN INTI PERTANIAN
1. Pertanian Food Estate
a. Area Pembibitan (tempat Diperbolehkan
penyemaian, pembesaran dan
penyiapan bibit tanaman)
b. Area penanaman Diperbolehkan
c. Sarana – prasarana pengairan Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
pertanian 1. Tidak mengganggu fungsi lindung dan fungsi
perlindungan setempat;
2. Tidak merubah/memodifikasi badan air;
3. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi terkait;
4. Wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
d. Area penjemuran / pengeringan Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
hasil panen (termasuk green 1. Tidak mengganggu fungsi lindung dan fungsi
house) perlindungan setempat;
2. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi terkait;
3. Memiliki konstruksi non permanen;

e. Gudang penyimpanan pupuk, Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:


obat&pestisida, perlengkapan 1. Tidak mengganggu fungsi lindung dan fungsi
dan alat-alat pertanian perlindungan setempat;
2. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi terkait;
3. Wajib menyediakan sarana dan fasilitas pendukung;
4. Wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
5. Tidak merubah bentuk/bentang alam;

2-45
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali
Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Sekitarnya Zona Kendali Ekologis
Zona/Subzona Transportasi
Peruntukan
f. Penginapan dan/atau rumah Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
petani dan kelompok tani 1. Tidak mengganggu fungsi lindung dan fungsi
perlindungan setempat;
2. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi terkait;
3. Wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;

g. Lumbung (penyimpanan hasil Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:


panen) 1. Tidak mengganggu fungsi lindung dan fungsi
perlindungan setempat;
2. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi terkait;
3. Wajib menyediakan sarana dan fasilitas pendukung;
4. Wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
5. Wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
6. Tidak merubah bentuk/bentang alam

2. Pertanian non Food Estate Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:


(pemanfaatan area/kegiatan selain 1. Tidak mengganggu fungsi lindung dan fungsi
FE) (kopi, palawija, dll) perlindungan setempat;
2. Tidak mengganggu fungsi kegiatan Food Estate;
3. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi terkait;
4. Tidak merubah/memodifikasi badan air;
5. Tidak merubah bentuk/bentang alam;

3. Kawasan hijau (tutupan lahan Diperbolehkan


eksisting pendukung kawasan
seperti tanaman pinus dan
tanaman keras lainnya)
B. PERUNTUKAN KEGIATAN PENDUKUNG PERTANIAN
1. Perkantoran pengelola (Off taker) Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
1. Tidak mengganggu fungsi lindung dan fungsi
perlindungan setempat;
2. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi terkait;
3. Wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan

2-46
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali
Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Sekitarnya Zona Kendali Ekologis
Zona/Subzona Transportasi
Peruntukan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
4. Wajib menyediakan sarana dan fasilitas pendukung
5. Wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
6. Wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
7. Tidak merubah bentuk/bentang alam;
2. Pusat penelitian dan Riset Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
pertanian 1. Tidak mengganggu fungsi lindung dan fungsi
perlindungan setempat;
2. Tidak merubah/memodifikasi badan air;
3. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi terkait;
4. Wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
5. Wajib menyediakan sarana dan fasilitas pendukung
6. Wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
7. Wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
8. Tidak merubah bentuk/bentang alam;

3. Pusat edukasi dan rekreasi agro Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:


(Food Estate) 1. Tidak mengganggu fungsi lindung dan fungsi
perlindungan setempat;
2. Tidak merubah/memodifikasi badan air;
3. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi terkait;
4. Wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
5. Wajib menyediakan sarana dan fasilitas pendukung
6. Wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
7. Wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
8. Tidak merubah bentuk/bentang alam;

4. Kawasan pergudangan (pendukung Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:


kegiatan penanaman dan 1. Tidak mengganggu fungsi lindung dan fungsi
pendukung pengolahan serta perlindungan setempat;

2-47
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali
Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Sekitarnya Zona Kendali Ekologis
Zona/Subzona Transportasi
Peruntukan
pemasaran) 2. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi terkait;
3. Wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
4. Wajib menyediakan sarana dan fasilitas pendukung
5. Wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
6. Wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
7. Tidak merubah bentuk/bentang alam;
5. Pusat Balai latihan kerja Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
1. Tidak mengganggu fungsi lindung dan fungsi
perlindungan setempat;
2. Tidak merubah/memodifikasi badan air;
3. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi terkait;
4. Wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
5. Wajib menyediakan sarana dan fasilitas pendukung
6. Wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
7. Wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
8. Tidak merubah bentuk/bentang alam;

6. Kawasan perumahan dan fasilitas Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:


(untuk karyawan off taker serta 1. Tidak mengganggu fungsi lindung dan fungsi
pendukung lainnnya) perlindungan setempat;
2. Tidak merubah/memodifikasi badan air;
3. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi terkait;
4. Wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
5. Wajib menyediakan sarana dan fasilitas pendukung;
6. Wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
7. Wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;

2-48
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali
Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Sekitarnya Zona Kendali Ekologis
Zona/Subzona Transportasi
Peruntukan
8. Tidak merubah bentuk/bentang alam;
7. Pusat pelayanan keuangan dan Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
koperasi pertanian 1. Tidak mengganggu fungsi lindung dan fungsi
perlindungan setempat;
2. Tidak merubah/memodifikasi badan air;
3. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi terkait;
4. Wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
5. Wajib menyediakan sarana dan fasilitas pendukung;
6. Wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
7. Wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
8. Tidak merubah bentuk/bentang alam;

8. Pusat wisata kuliner dan makanan Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:


hasil Food Estate 1. Tidak mengganggu fungsi lindung dan fungsi
perlindungan setempat;
2. Tidak merubah/memodifikasi badan air;
3. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi terkait;
4. Wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
5. Wajib menyediakan sarana dan fasilitas pendukung;
6. Wajib menyediakan pengolahan limbah;
7. Wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
8. Wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
9. Tidak merubah bentuk/bentang alam;

C. PERUNTUKAN KEGIATAN PASCA PRODUKSI PERTANIAN


1. Kawasan pusat pengkemasan hasil Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
panen Food Estate 1. Tidak mengganggu fungsi lindung dan fungsi
perlindungan setempat;
2. Tidak merubah/memodifikasi badan air;

2-49
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali
Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Sekitarnya Zona Kendali Ekologis
Zona/Subzona Transportasi
Peruntukan
3. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi terkait;
4. Wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
5. Wajib menyediakan sarana dan fasilitas pendukung
6. Wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
7. Wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
8. Tidak merubah bentuk/bentang alam;
2. Kawasan pusat industri makanan Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
(area pabrik off taker dan lainnya) 1. Tidak mengganggu fungsi lindung dan fungsi
perlindungan setempat;
2. Tidak merubah/memodifikasi badan air;
3. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi terkait;
4. Wajib menyediakan pengolahan limbah;
5. Wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
6. Wajib menyediakan sarana dan fasilitas pendukung;
7. Wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
8. Wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
Tidak merubah bentuk/bentang alam;
3. Kawasan pengolahan limbah Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
industri makanan 1. Tidak mengganggu fungsi lindung dan fungsi
perlindungan setempat;
2. Tidak merubah/memodifikasi badan air;
3. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi terkait;
4. Wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
5. Wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
6. Wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;

2-50
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali
Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Sekitarnya Zona Kendali Ekologis
Zona/Subzona Transportasi
Peruntukan
7. Tidak merubah bentuk/bentang alam;
4. Kawasan UMKM Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
1. Tidak mengganggu fungsi lindung dan fungsi
perlindungan setempat;
2. Tidak merubah/memodifikasi badan air;
3. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi terkait;
4. Wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
5. Tidak merubah bentuk/bentang alam;

5. Kawasan Pusat pemasaran dan Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:


promosi hasil Food Estate 1. Tidak mengganggu fungsi lindung dan fungsi
perlindungan setempat;
2. Tidak merubah/memodifikasi badan air;
3. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi terkait;
4. Wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
5. Wajib menyediakan sarana dan fasilitas pendukung;
6. Wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
7. Tidak merubah bentuk/bentang alam;

ZONA PERUNTUKAN BERDASARKAN RTRW PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DAN KEBUTUHAN KAWASAN
A. PERUNTUKAN LINDUNG
1. Kawasan Hutan Lindung Tidak diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
2. Kawasan Konservasi dan Resapan Tidak diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
Air
3. Sempadan Sungai Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
4. Kawasan Mata Air dan Embung Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan

2-51
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali
Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Sekitarnya Zona Kendali Ekologis
Zona/Subzona Transportasi
Peruntukan
5 Kawasan RTH Kota Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan : Diperbolehkan Diperbolehkan
1. Tidak mengganggu produktivitas dari kawasan food
estate
2. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi terkait;
3. Tidak merubah/memodifikasi badan air
4. Tidak merubah bentuk/ bentang alam

6. Kawasan Cagar Budaya Diperbolehkan bersyarat Diperbolehkan Diperbolehkan


1. Tidak mengganggu produktivitas dari kawasan food
estate
2. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi terkait;
3. Tidak merubah/memodifikasi badan air
4. Tidak merubah bentuk/ bentang alam

B. PERUNTUKAN BUDI DAYA


1. Kawasan Hutan Produksi
a. Hutan produksi tetap Tidak diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
b. Hutan produksi terbatas Tidak diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
2. Kawasan Hutan Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
Rakyat/Perkebunan Rakyat
3. Kawasan Peruntukan Pertanian
(Diusahakan masyarakat Umum
yang berada diluar kawasan food
estate)
a. Tanaman Pangan Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan : Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan : Diperbolehkan
1. Tidak mengganggu produktivitas dari kawasan food 1. Sesuai dengan peruntukan berdasarkan
estate RTRW
2. Tidak merubah/memodifikasi badan air 2. Tidak mengganggu fungsi lindung dan
3. Tidak merubah bentuk/ bentang alam. fungsi perlindungan setempat
3. Tidak merubah/memodifikasi badan air
4. Tidak merubah bentuk/ bentang alam.

b. Hortikultura Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan : Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan : Diperbolehkan

2-52
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali
Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Sekitarnya Zona Kendali Ekologis
Zona/Subzona Transportasi
Peruntukan
1. Tidak mengganggu produktivitas dari kawasan food 1. Tidak mengganggu fungsi lindung dan
estate fungsi perlindungan setempat
2. Tidak merubah/memodifikasi badan air 2. Tidak merubah/memodifikasi badan air
3. Tidak merubah bentuk/ bentang alam. 3. Tidak merubah bentuk/bentang alam.
c. Perkebunan Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan : Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan : Diperbolehkan
1. Tidak mengganggu produktivitas dari kawasan food 1. Tidak mengganggu fungsi lindung dan
estate fungsi perlindungan setempat
2. Tidak merubah/memodifikasi badan air 2. Tidak merubah/memodifikasi badan air
3. Tidak merubah bentuk/ bentang alam 3. Tidak merubah bentuk/bentang alam

d. Peternakan Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan : Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan : Diperbolehkan
1. Tidak mengganggu produktivitas dari kawasan food 1. Tidak mengganggu fungsi lindung dan
estate fungsi perlindungan setempat
2. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi
3. Wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola terkait;
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan 3. Wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Kelola Lingkungan (RKL); Rencana
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat
4. Tidak merubah/memodifikasi badan air Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
5. Tidak merubah bentuk/ bentang alam Pemantauan Lingkungan;
4. Tidak merubah/memodifikasi badan air
5. Tidak merubah bentuk/bentang alam

4. Kawasan Perikanan
a. Perikanan Tangkap, yaitu Tidak diperbolehkan Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
aktifitas penangkapan ikan di 1. rekomendasi dari instansi terkait; 1. rekomendasi dari instansi terkait;
aliran sungai, danau serta 2. tidak mengganggu fungsi lindung; 2. tidak mengganggu fungsi lindung;
perairan umum lainnya 3. tidak merubah/memodifikasi badan air 3. tidak merubah/memodifikasi badan air.
mencakup cek dam, waduk
dan genangan air lainnya
seperti rawa dan lebak.
b. Perikanan Budidaya, yaitu Tidak diperbolehkan Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
keramba jaring apung, sentra 1. Tidak mengganggu fungsi lindung dan 1. Tidak merubah/memodifikasi badan air
pembenihan ikan, sentra fungsi perlindungan setempat 2. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi
perikanan mina padi, kolam 2. Tidak merubah/memodifikasi badan air terkait;

2-53
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali
Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Sekitarnya Zona Kendali Ekologis
Zona/Subzona Transportasi
Peruntukan
budidaya air tenang, dan 3. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi 3. Wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana
kolam budidaya air deras. terkait; Kelola Lingkungan (RKL); Rencana
4. Wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat
Kelola Lingkungan (RKL); Rencana Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat Pemantauan Lingkungan;
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan 4. Tidak merubah bentuk/bentang alam;
Pemantauan Lingkungan;
5. Tidak merubah bentuk/bentang alam
5. Kawasan Pertambangan Tidak diperbolehkan Tidak diperbolehkan Tidak diperbolehkan
6. Kawasan Industri
a. Industri Kecil yang diusahakan Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan : Diperbolehkan
oleh masyarakat umum diluar 1. Tidak mengganggu fungsi produksi food estate; 1. Tidak mengganggu fungsi lindung dan
kegiatan food estate 2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; fungsi perlindungan setempat
3. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola 2. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan terkait;
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan 3. Wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; Kelola Lingkungan (RKL); Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan;
b. Industri Kecil Menengah yang Tidak diperbolehkan Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan : Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan :
diusahakan oleh masyarakat 1. Tidak mengganggu fungsi lindung dan 1. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi
umum diluar kegiatan food fungsi perlindungan setempat terkait;
estate 2. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi 2. Wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana
terkait; Kelola Lingkungan (RKL); Rencana
3. Wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat
Kelola Lingkungan (RKL); Rencana Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat Pemantauan Lingkungan;
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan 3. Wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
Pemantauan Lingkungan; 4. Wajib menyediakan prasarana atau sarana
4. Wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; pendukung kegiatan lainnya;
5. Wajib menyediakan prasarana atau sarana
pendukung kegiatan lainnya;

2-54
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali
Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Sekitarnya Zona Kendali Ekologis
Zona/Subzona Transportasi
Peruntukan
7. Kawasan Pariwisata
a. Wisata alam Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan:
1. Tidak mengganggu fungsi produksi food estate; 1. Tidak mengganggu fungsi lindung; 1. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi
2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; terkait;
3. hanya diperbolehkan pada area tertentu sesuai 3. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana 2. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana
dengan rekomendasi instansi terkait; Kelola Lingkungan (RKL); Rencana Kelola Lingkungan (RKL); Rencana
4. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pemantauan Lingkungan; Pemantauan Lingkungan;
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; 4. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 3. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
5. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 5. wajib menyediakan parkir sesuai standar; 4. wajib menyediakan parkir sesuai standar;
6. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar; 6. wajib menyediakan prasarana atau sarana 5. wajib menyediakan prasarana atau sarana
7. wajib menyediakan prasarana atau sarana pendukung kegiatan lainnya; pendukung kegiatan lainnya; dan
pendukung kegiatan lainnya; 7. tidak merubah bentuk/ atau bentang alam. 6. tidak merubah bentuk/ atau bentang alam.
8. tidak merubah bentuk/ atau bentang alam.
b. Wisata budaya Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan:
1. Tidak mengganggu fungsi produksi food estate; 1. Tidak mengganggu fungsi lindung; 1. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi
2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; terkait;
3. hanya diperbolehkan pada area tertentu sesuai 3. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana 2. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana
dengan rekomendasi instansi terkait; Kelola Lingkungan (RKL); Rencana Kelola Lingkungan (RKL); Rencana
4. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pemantauan Lingkungan; Pemantauan Lingkungan;
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; 4. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 3. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
5. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 5. wajib menyediakan parkir sesuai standar; 4. wajib menyediakan parkir sesuai standar;
6. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar; 6. wajib menyediakan prasarana atau sarana 5. wajib menyediakan prasarana atau sarana
7. wajib menyediakan prasarana atau sarana pendukung kegiatan lainnya; pendukung kegiatan lainnya; dan
pendukung kegiatan lainnya; 7. tidak merubah bentuk/ atau bentang alam. 6. tidak merubah bentuk/ atau bentang alam.
8. tidak merubah bentuk/ atau bentang alam.
c. Wisata buatan Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan:
1. Tidak mengganggu fungsi produksi food estate; 1. Tidak mengganggu fungsi lindung; 1. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi
2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; terkait;
3. hanya diperbolehkan pada area tertentu sesuai 3. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana 2. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana
Kelola Lingkungan (RKL); Rencana Kelola Lingkungan (RKL); Rencana

2-55
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali
Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Sekitarnya Zona Kendali Ekologis
Zona/Subzona Transportasi
Peruntukan
dengan rekomendasi instansi terkait; Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat
4. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan Pemantauan Lingkungan; Pemantauan Lingkungan;
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan 4. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 3. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; 5. wajib menyediakan parkir sesuai standar; 4. wajib menyediakan parkir sesuai standar;
5. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 6. wajib menyediakan prasarana atau sarana 5. wajib menyediakan prasarana atau sarana
6. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar; pendukung kegiatan lainnya; pendukung kegiatan lainnya;
7. wajib menyediakan prasarana atau sarana 7. tidak merubah bentuk/ atau bentang alam. 6. tidak merubah bentuk/ atau bentang alam.
pendukung kegiatan lainnya;
8. tidak merubah bentuk/ atau bentang alam.
8. Kawasan Permukiman Perdesaan
a. Rumah Tinggal Tunggal Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
b. Rumah Tinggal Kebun Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
c. Rumah Adat Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
9. Kawasan Permukiman Perkotaan
a. Rumah Tinggal Tunggal Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
b. Komplek Perumahan Tidak DIperbolehkan Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan:
1. Tidak mengganggu fungsi lindung; 1. Rekomendasi teknis dari instansi terkait;
2. Tidak merubah atau memodifiasi badan air; 2. Wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana
3. Rekomendasi teknis dari instansi terkait; Kelola Lingkungan (RKL); Rencana
4. Wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat
Kelola Lingkungan (RKL); Rencana Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat Pemantauan Lingkungan;
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan 3. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
Pemantauan Lingkungan; 4. wajib menyediakan prasarana atau sarana
5. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; pendukung kegiatan lainnya;
6. wajib menyediakan prasarana atau sarana
pendukung kegiatan lainnya;
c. Rumah Susun Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan:
1. Tidak mengganggu fungsi produksi food estate; 1. Tidak mengganggu fungsi lindung; 1. rekomendasi teknis dari instansi terkait;

2-56
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali
Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Sekitarnya Zona Kendali Ekologis
Zona/Subzona Transportasi
Peruntukan
2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana
3. hanya diperbolehkan pada area tertentu sesuai 3. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Lingkungan (RKL); Rencana
dengan rekomendasi instansi terkait; Kelola Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat
4. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pemantauan Lingkungan; 3. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; 4. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 4. wajib menyediakan lahan parkir sesuai
5. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 5. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
6. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar; standar; 5. wajib menyediakan prasarana atau sarana
7. wajib menyediakan prasarana atau sarana 6. wajib menyediakan prasarana atau sarana pendukung kegiatan lainnya;
pendukung kegiatan lainnya; pendukung kegiatan lainnya;
d. Rumah Adat . Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
10. Kawasan Perdagangan dan Jasa
a. Pasar Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
1. Tidak mengganggu fungsi produksi food estate; 1. Tidak mengganggu fungsi lindung; 1. Rekomendasi teknis dari instansi terkait;
2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana
3. hanya diperbolehkan pada area tertentu sesuai 3. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Lingkungan (RKL); Rencana
dengan rekomendasi instansi terkait; Kelola Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat
4. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pemantauan Lingkungan; 3. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; 4. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 4. wajib menyediakan lahan parkir sesuai
5. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 5. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
6. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar; standar; 5. wajib menyediakan prasarana atau sarana
7. wajib menyediakan prasarana atau sarana 6. wajib menyediakan prasarana atau sarana pendukung kegiatan lainnya;
pendukung kegiatan lainnya; pendukung kegiatan lainnya;
b. Komplek Pertokoan Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
1. Tidak mengganggu fungsi produksi food estate; 1. Tidak mengganggu fungsi lindung; 1. Rekomendasi teknis dari instansi terkait;
2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana
3. hanya diperbolehkan pada area tertentu sesuai 3. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Lingkungan (RKL); Rencana
dengan rekomendasi instansi terkait; Kelola Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat
4. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;

2-57
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali
Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Sekitarnya Zona Kendali Ekologis
Zona/Subzona Transportasi
Peruntukan
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pemantauan Lingkungan; 3. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; 4. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 4. wajib menyediakan lahan parkir sesuai
5. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 5. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
6. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar; standar; 5. wajib menyediakan prasarana atau sarana
7. wajib menyediakan prasarana atau sarana 6. wajib menyediakan prasarana atau sarana pendukung kegiatan lainnya;
pendukung kegiatan lainnya; pendukung kegiatan lainnya;
c. Toko Tunggal Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
1. Tidak mengganggu fungsi produksi food estate; 1. Tidak mengganggu fungsi lindung; 1. Mendapat rekomendasi teknis dari instansi
2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. Rekomendasi teknis dari instansi terkait; terkait;
3. hanya diperbolehkan pada area tertentu sesuai
dengan rekomendasi instansi terkait;
d. Warung Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan Diperbolehkan
1. Tidak mengganggu fungsi produksi food estate;
2. rekomendasi teknis dari instansi terkait;
3. hanya diperbolehkan pada area tertentu sesuai
dengan rekomendasi instansi terkait;
e. Rumah Makan/Restoran Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
1. Tidak mengganggu fungsi produksi food estate; 1. Tidak mengganggu fungsi lindung; 1. Rekomendasi teknis dari instansi terkait;
2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana
3. hanya diperbolehkan pada area tertentu sesuai 3. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Lingkungan (RKL); Rencana
dengan rekomendasi instansi terkait; Kelola Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat
4. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pemantauan Lingkungan; 3. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; 4. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 4. wajib menyediakan lahan parkir sesuai
5. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 5. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
6. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar; standar; 5. wajib menyediakan prasarana atau sarana
7. wajib menyediakan prasarana atau sarana 6. wajib menyediakan prasarana atau sarana pendukung kegiatan lainnya;
pendukung kegiatan lainnya; pendukung kegiatan lainnya;
f. Rumah Toko/Ruko Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
1. Tidak mengganggu fungsi produksi food estate; 1. Tidak mengganggu fungsi lindung; 1. Rekomendasi teknis dari instansi terkait;
2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana
3. hanya diperbolehkan pada area tertentu sesuai 3. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Lingkungan (RKL); Rencana

2-58
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali
Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Sekitarnya Zona Kendali Ekologis
Zona/Subzona Transportasi
Peruntukan
dengan rekomendasi instansi terkait; Kelola Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat
4. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pemantauan Lingkungan; 3. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; 4. wajib menyediakan lahan parkir sesuai
standar;
g. Bank Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
1. Tidak mengganggu fungsi produksi food estate; 1. Tidak mengganggu fungsi lindung; 1. Rekomendasi teknis dari instansi terkait;
2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana
3. hanya diperbolehkan pada area tertentu sesuai 3. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Lingkungan (RKL); Rencana
dengan rekomendasi instansi terkait; Kelola Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat
4. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pemantauan Lingkungan; 3. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; 4. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 4. wajib menyediakan lahan parkir sesuai
5. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 5. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
6. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar; standar; 5. wajib menyediakan prasarana atau sarana
7. wajib menyediakan prasarana atau sarana 6. wajib menyediakan prasarana atau sarana pendukung kegiatan lainnya;
pendukung kegiatan lainnya; pendukung kegiatan lainnya;
h. Perkantoran Swasta Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
1. Tidak mengganggu fungsi produksi food estate; 1. Tidak mengganggu fungsi lindung; 1. Rekomendasi teknis dari instansi terkait;
2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana
3. hanya diperbolehkan pada area tertentu sesuai 3. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Lingkungan (RKL); Rencana
dengan rekomendasi instansi terkait; Kelola Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat
4. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pemantauan Lingkungan; 3. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; 4. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 4. wajib menyediakan lahan parkir sesuai
5. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 5. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
6. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar; standar; 5. wajib menyediakan prasarana atau sarana
7. wajib menyediakan prasarana atau sarana 6. wajib menyediakan prasarana atau sarana pendukung kegiatan lainnya;
pendukung kegiatan lainnya; pendukung kegiatan lainnya;
i. Gedung Komersial Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
1. Tidak mengganggu fungsi produksi food estate; 1. Tidak mengganggu fungsi lindung; 1. Rekomendasi teknis dari instansi terkait;

2-59
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali
Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Sekitarnya Zona Kendali Ekologis
Zona/Subzona Transportasi
Peruntukan
2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana
3. hanya diperbolehkan pada area tertentu sesuai 3. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Lingkungan (RKL); Rencana
dengan rekomendasi instansi terkait; Kelola Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat
4. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pemantauan Lingkungan; 3. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; 4. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 4. wajib menyediakan lahan parkir sesuai
5. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 5. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
6. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar; standar; 5. wajib menyediakan prasarana atau sarana
7. wajib menyediakan prasarana atau sarana 6. wajib menyediakan prasarana atau sarana pendukung kegiatan lainnya;
pendukung kegiatan lainnya; pendukung kegiatan lainnya;
j. Bengkel Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
1. Tidak mengganggu fungsi produksi food estate; 1. Rekomendasi teknis dari instansi terkait; 1. Rekomendasi teknis dari instansi terkait;
2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana 2. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana
3. hanya diperbolehkan pada area tertentu sesuai Kelola Lingkungan (RKL); Rencana Kelola Lingkungan (RKL); Rencana
dengan rekomendasi instansi terkait; Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat
4. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan Pemantauan Lingkungan; Pemantauan Lingkungan;
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
k. Praktek Dokter/Klinik Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
1. Rekomendasi teknis dari instansi terkait; 1. Rekomendasi teknis dari instansi terkait; 1. Rekomendasi teknis dari instansi terkait;
2. Hanya diperbolehkan pada area tertentu sesuai 2. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana 2. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana
dengan rekomendasi instansi terkait; Kelola Lingkungan (RKL); Rencana Kelola Lingkungan (RKL); Rencana
3. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pemantauan Lingkungan; Pemantauan Lingkungan;
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; 3. Wajib menyediakan lahan parkir sesuai 3. Wajib menyediakan lahan parkir sesuai
4. Wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar; standar; standar;

l. Apotek Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
1. Rekomendasi teknis dari instansi terkait; 1. Rekomendasi teknis dari instansi terkait; 1. Rekomendasi teknis dari instansi terkait;
2. Hanya diperbolehkan pada area tertentu sesuai 2. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana 2. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana
dengan rekomendasi instansi terkait; Kelola Lingkungan (RKL); Rencana Kelola Lingkungan (RKL); Rencana

2-60
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali
Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Sekitarnya Zona Kendali Ekologis
Zona/Subzona Transportasi
Peruntukan

3. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pemantauan Lingkungan; Pemantauan Lingkungan;
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; 3. Wajib menyediakan lahan parkir sesuai 3. wajib menyediakan lahan parkir sesuai
4. Wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar; standar; standar;

m. Hotel/Penginapan Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
1. Tidak mengganggu fungsi produksi food estate; 1. Tidak mengganggu fungsi lindung; 1. Rekomendasi teknis dari instansi terkait;
2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana
3. hanya diperbolehkan pada area tertentu sesuai 3. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Lingkungan (RKL); Rencana
dengan rekomendasi instansi terkait; Kelola Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat
4. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pemantauan Lingkungan; 3. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; 4. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 4. wajib menyediakan lahan parkir sesuai
5. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 5. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
6. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar; standar; 5. wajib menyediakan prasarana atau sarana
7. wajib menyediakan prasarana atau sarana 6. wajib menyediakan prasarana atau sarana pendukung kegiatan lainnya;
pendukung kegiatan lainnya; pendukung kegiatan lainnya;

11. Kawasan Fasilitas Umum dan


Fasilitas Sosial
a. Perkantoran Pemerintahan Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
b. Tempat Peribadatan Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
c. Sekolah Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
d. Rumah Sakit Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
1. Tidak mengganggu fungsi produksi food estate; 1. Tidak mengganggu fungsi lindung; 1. Rekomendasi teknis dari instansi terkait;
2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana
3. hanya diperbolehkan pada area tertentu sesuai 3. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Lingkungan (RKL); Rencana
dengan rekomendasi instansi terkait; Kelola Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat
4. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pemantauan Lingkungan; 3. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;

2-61
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali
Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Sekitarnya Zona Kendali Ekologis
Zona/Subzona Transportasi
Peruntukan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; 4. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 4. wajib menyediakan lahan parkir sesuai
5. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 5. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
6. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar; standar; 5. wajib menyediakan prasarana atau sarana
7. wajib menyediakan prasarana atau sarana 6. wajib menyediakan prasarana atau sarana pendukung kegiatan lainnya;
pendukung kegiatan lainnya; pendukung kegiatan lainnya;
e. Poliklinik/Puskesmas Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
1. Tidak mengganggu fungsi produksi food estate; 1. Tidak mengganggu fungsi lindung; 1. Rekomendasi teknis dari instansi terkait;
2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana
3. hanya diperbolehkan pada area tertentu sesuai 3. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Lingkungan (RKL); Rencana
dengan rekomendasi instansi terkait; Kelola Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat
4. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pemantauan Lingkungan; 3. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; 4. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 4. wajib menyediakan lahan parkir sesuai
5. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 5. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
6. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar; standar; 5. wajib menyediakan prasarana atau sarana
7. wajib menyediakan prasarana atau sarana 6. wajib menyediakan prasarana atau sarana pendukung kegiatan lainnya;
pendukung kegiatan lainnya; pendukung kegiatan lainnya;

f. Terminal/Sub Terminal Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
1. Tidak mengganggu fungsi produksi food estate; 1. Tidak mengganggu fungsi lindung; 1. Rekomendasi teknis dari instansi terkait;
2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana
3. hanya diperbolehkan pada area tertentu sesuai 3. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Lingkungan (RKL); Rencana
dengan rekomendasi instansi terkait; Kelola Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat
4. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pemantauan Lingkungan; 3. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; 4. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 4. wajib menyediakan lahan parkir sesuai
5. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; standar;
5. wajib menyediakan lahan parkir sesuai
6. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
standar; 5. wajib menyediakan prasarana atau sarana
7. wajib menyediakan prasarana atau sarana
6. wajib menyediakan prasarana atau sarana pendukung kegiatan lainnya;
pendukung kegiatan lainnya;
pendukung kegiatan lainnya;
g. Lapangan Olah Raga Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:

2-62
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali
Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Sekitarnya Zona Kendali Ekologis
Zona/Subzona Transportasi
Peruntukan

1. Tidak mengganggu fungsi produksi food estate; 1. Tidak mengganggu fungsi lindung; 1. Rekomendasi teknis dari instansi terkait;
2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
3. hanya diperbolehkan pada area tertentu sesuai 3. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 3. wajib menyediakan lahan parkir sesuai
dengan rekomendasi instansi terkait; 4. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
4. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; standar;
5. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
h. Balai Pertemuan Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
1. Tidak mengganggu fungsi produksi food estate; 1. Tidak mengganggu fungsi lindung; 1. Rekomendasi teknis dari instansi terkait;
2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
3. hanya diperbolehkan pada area tertentu sesuai 3. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 3. wajib menyediakan lahan parkir sesuai
dengan rekomendasi instansi terkait; 4. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
4. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; standar;
5. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
12. Kawasan Peruntukan Lainnya
i. Kantor Kodim Tidak Diperbolehkan Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
1. Tidak mengganggu fungsi lindung 1. rekomendasi teknis dari instansi terkait;
2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana
3. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Lingkungan (RKL); Rencana
Kelola Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat
Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
Pemantauan Lingkungan; 3. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
4. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas; 4. wajib menyediakan lahan parkir sesuai
5. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
standar; 5. wajib menyediakan prasarana atau sarana
6. wajib menyediakan prasarana atau sarana pendukung kegiatan lainnya;
pendukung kegiatan lainnya;
j. Kantor Koramil Diperbolehkan bersyarat, dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan: Diperbolehkan bersyarat dengan ketentuan:
1. Tidak mengganggu fungsi produksi food estate; 1. Tidak mengganggu fungsi lindung 1. Rekomendasi teknis dari instansi terkait;
2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. rekomendasi teknis dari instansi terkait; 2. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana
3. hanya diperbolehkan pada area tertentu sesuai 3. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Lingkungan (RKL); Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat

2-63
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali
Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Sekitarnya Zona Kendali Ekologis
Zona/Subzona Transportasi
Peruntukan
dengan rekomendasi instansi terkait; Kelola Lingkungan (RKL); Rencana Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
4. wajib kajian lingkungan, yaitu Rencana Kelola Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Surat Pemantauan Lingkungan;
Lingkungan (RKL); Rencana Pemantauan Lingkungan Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan 3. wajib Analisis Dampak Lalu Lintas;
(RPL), serta Surat Pernyataan Kesanggupan Pemantauan Lingkungan; 4. wajib menyediakan lahan parkir sesuai
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; 4. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar;
5. wajib menyediakan lahan parkir sesuai standar; standar; 5. wajib menyediakan prasarana atau sarana
6. wajib menyediakan prasarana atau sarana 5. wajib menyediakan prasarana atau sarana pendukung kegiatan lainnya;
pendukung kegiatan lainnya; pendukung kegiatan lainnya;
Sumber : Lampiran III, Draft Perbup Kalimantan Tengah tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Food Estate Dan Sekitarnya Di Provinsi Kalimantan Tengah.

Tabel 2.10. Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang dan Tata Bangunan Kawasan Food Estate dan sekitarnya di Provinsi Kalimantan Tengah

2-64
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
Zona Kendali Ekologis
Zona Kendali dan Sekitarnya Transportasi
No. Zona/Subzona
Peruntukan Ketinggia Ketinggia
KDB KLB Ketinggian KDH KDB KLB KDH KDB KLB KDH
n n
Maks Maks Bangunan Maks Maks Maks Maks Maks Maks Maks
Bangunan Bangunan

ZONA PERUNTUKAN BERDASARKAN RENCANA PENGEMBANGAN FOOD ESTATE DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
A. PERUNTUKAN KEGIATAN INTI PERTANIAN
1. Pertanian Food Estate
a. Area Pembibitan (tempat penyemaian, 10% 0,10 1 80%
pembesaran dan penyiapan bibit
tanaman)
b. Area penanaman 10% 0,10 1 80%
c. Sarana – prasarana pengairan 20% 0,10 1 40%
pertanian
d. Area penjemuran / pengeringan hasil 20% 0,10 1 40%
panen (termasuk green house)
e. Gudang penyimpanan pupuk, 40% 1,00 2 20%
obat&pestisida, perlengkapan dan
alat-alat pertanian
f. Penginapan dan/atau rumah petani 40% 0,80 2 20%
dan kelompok tani
g. Lumbung (penyimpanan hasil panen) 40% 1,00 2 20%
2. Pertanian non Food Estate (pemanfaatan 10% 0,10 1 80%
area/kegiatan selain FE) (kopi, palawija,
dll)
3. Kawasan hijau dan Buffer Zone (tutupan 5% 0,05 1 90%
lahan eksisting pendukung)
B. PERUNTUKAN KEGIATAN PENDUKUNG PERTANIAN
1. Perkantoran pengelola (Off taker) 40% 1,00 3 20%
2. Pusat penelitian dan Riset pertanian 40% 1,00 3 20%
3. Pusat edukasi dan rekreasi agro (Food 40% 1,00 3 20%

2-65
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
Zona Kendali Ekologis
Zona Kendali dan Sekitarnya Transportasi
No. Zona/Subzona
Peruntukan Ketinggia Ketinggia
KDB KLB Ketinggian KDH KDB KLB KDH KDB KLB KDH
n n
Maks Maks Bangunan Maks Maks Maks Maks Maks Maks Maks
Bangunan Bangunan
Estate)
4. Kawasan pergudangan (pendukung 40% 1,00 2 20%
kegiatan penanaman dan pengolahan
serta pemasaran)
5. Pusat Balai latihan kerja 40% 1,00 3 20%
6. Kawasan perumahan dan fasilitas (untuk 40% 1,00 2 20%
karyawan off taker serta pendukung
lainnnya)
7. Pusat pelayanan keuangan dan koperasi 40% 1,00 2 20%
pertanian
8. Pusat wisata kuliner dan makanan hasil 20% 0,80 2 60%
Food Estate
C. PERUNTUKAN KEGIATAN PASCA PRODUKSI PERTANIAN
1. Kawasan pusat pengkemasan hasil panen 40% 1,00 2 20%
Food Estate
2. Kawasan pusat industri makanan (area 40% 1,00 3 20%
pabrik off taker dan lainnya)
3. Kawasan pengolahan limbah industri 20% 0,10 2 20%
makanan
4. Kawasan UMKM 40% 1,00 2 20%
5. Kawasan Pusat pemasaran dan promosi 40% 1,00 3 20%
hasil Food Estate

ZONA PERUNTUKAN BERDASARKAN RTRW PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DAN KEBUTUHAN KAWASAN
A. PERUNTUKAN LINDUNG
1. Kawasan Hutan Lindung 0% - - 90% 0% - - 90%

2-66
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
Zona Kendali Ekologis
Zona Kendali dan Sekitarnya Transportasi
No. Zona/Subzona
Peruntukan Ketinggia Ketinggia
KDB KLB Ketinggian KDH KDB KLB KDH KDB KLB KDH
n n
Maks Maks Bangunan Maks Maks Maks Maks Maks Maks Maks
Bangunan Bangunan
2. Kawasan Konservasi dan Resapan Air 0% - - 90% 0% - - 90%
3. Sempadan Sungai 5% 0,05 1 90% 5% 0,05 1 90% 5% 0,05 1 90%
4. Kawasan Mata Air dan Embung 0% - - 90% 0% - - 90% 0% - - 90%
5 Kawasan RTH Kota 5% 0,05 1 80% 5% 0,05 1 80% 5% 0,05 1 80%
6. Kawasan Cagar Budaya 40% 0,80 2 20% 40% 0,80 2 20% 40% 0,80 2 20%
B. PERUNTUKAN BUDI DAYA
1. Kawasan Hutan Produksi
a. Hutan produksi tetap 5% 0,05 1 90% 5% 0,05 1 90%
b. Hutan produksi terbatas 5% 0,05 1 90% 5% 0,05 1 90%
2. Kawasan Hutan Rakyat/Perkebunan 5% 0,05 1 90% 5% 0,05 1 90% 5% 0,05 1 90%
Rakyat
3. Kawasan Pertanian Masyarakat Umum
yang berada diluar kawasan food estate
a. Tanaman Pangan 5% 0,05 1 80% 5% 0,05 1 80% 5% 0,05 1 80%
b. Hortikultura 5% 0,05 1 80% 5% 0,05 1 80% 5% 0,05 1 80%
c. Perkebunan 5% 0,05 1 80% 5% 0,05 1 80% 5% 0,05 1 80%
d. Peternakan 10% 0,10 1 60% 10% 0,10 1 60% 10% 0,10 1 60%
4. Kawasan Perikanan
a. Perikanan Tangkap 5% 0,05 1 80% 5% 0,05 1 80%
b. Perikanan Budidaya 10% 0,10 1 60% 10% 0,10 1 60%
5. Kawasan Pertambangan
6. Kawasan Industri
a. Industri Kecil yang diusahakan oleh 40% 1,00 3 40% 40% 1,00 3 40% 40% 1,00 3 40%
masyarakat umum
b. Industri Kecil Menengah yang 40% 1,00 3 40% 40% 1,00 3 40%

2-67
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
Zona Kendali Ekologis
Zona Kendali dan Sekitarnya Transportasi
No. Zona/Subzona
Peruntukan Ketinggia Ketinggia
KDB KLB Ketinggian KDH KDB KLB KDH KDB KLB KDH
n n
Maks Maks Bangunan Maks Maks Maks Maks Maks Maks Maks
Bangunan Bangunan
diusahakan oleh masyarakat umum
7. Kawasan Pariwisata
a. Wisata alam 10% 0,10 2 80% 10% 0,10 2 80% 10% 0,10 2 80%
b. Wisata budaya 40% 0,60 2 20% 40% 0,60 2 20% 40% 0,60 2 20%
c. Wisata buatan 40% 0,60 3 20% 40% 0,60 3 20% 40% 0,60 3 20%
8. Kawasan Permukiman Perdesaan
a. Rumah Tinggal Tunggal 40% 0,80 2 20% 40% 0,80 2 20% 40% 0,80 2 20%
b. Rumah Tinggal Kebun 40% 0,80 2 20% 40% 0,80 2 20% 40% 0,80 2 20%
c. Rumah Adat . 40% 0,80 2 20% 40% 0,80 2 20% 40% 0,80 2 20%
9. Kawasan Permukiman Perkotaan
a. Rumah Tinggal Tunggal 40% 1,00 2 20% 40% 1,00 2 20% 40% 1,00 2 20%
b. Komplek Perumahan 60% 1,00 2 20% 60% 1,00 2 20% 60% 1,20 2 20%
c. Rumah Susun 60% 1,00 4 20% 60% 1,00 4 20% 60% 1,20 5 20%
d. Rumah Adat . 40% 1,00 2 20% 40% 1,00 2 20% 40% 1,00 2 20%
10. Kawasan Perdagangan dan Jasa
a. Pasar 60% 1,00 3 20% 60% 1,00 3 20% 60% 1,00 3 20%
b. Komplek Pertokoan 60% 1,20 3 20% 60% 1,20 3 20%
c. Toko Tunggal 60% 1,00 3 20% 60% 1,00 3 20% 60% 1,20 3 20%
d. Warung 40% 1,00 2 20% 40% 1,00 2 20% 60% 1,00 2 20%
e. Rumah Makan/Restoran 40% 1,00 2 20% 40% 1,00 2 20% 60% 1,00 2 20%
f. Rumah Toko/Ruko 40% 1,00 3 20% 40% 1,00 3 20% 60% 1,00 3 20%
g. Bank 60% 1,20 3 20% 60% 1,20 3 20% 60% 1,20 4 20%
h. Perkantoran Swasta 60% 1,20 3 20% 60% 1,20 3 20% 60% 1,20 4 20%
i. Gedung Komersial 60% 1,20 3 20% 60% 1,20 3 20% 60% 1,20 4 20%

2-68
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
Zona Kendali Ekologis
Zona Kendali dan Sekitarnya Transportasi
No. Zona/Subzona
Peruntukan Ketinggia Ketinggia
KDB KLB Ketinggian KDH KDB KLB KDH KDB KLB KDH
n n
Maks Maks Bangunan Maks Maks Maks Maks Maks Maks Maks
Bangunan Bangunan
j. Bengkel 40% 1,00 2 20% 40% 1,00 2 20% 60% 1,00 3 20%
k. Praktek Dokter/Klinik 40% 1,00 2 20% 40% 1,00 2 20% 60% 1,00 3 20%
l. Apotek 40% 1,00 2 20% 40% 1,00 2 20% 60% 1,00 3 20%
m. Hotel/Penginapan 60% 1,20 3 20% 60% 1,20 3 20% 60% 1,20 5 20%
11. Kawasan Fasilitas Umum dan Fasilitas
Sosial
a. Perkantoran Pemerintahan 60% 1,20 3 20% 60% 1,20 3 20% 60% 1,20 4 20%
b. Tempat Peribadatan 60% 1,00 2 20% 60% 1,00 2 20% 60% 1,00 3 20%
c. Sekolah 40% 1,00 2 20% 40% 1,00 2 20% 60% 1,00 3 20%
d. Rumah Sakit 40% 1,00 2 20% 40% 1,00 2 20% 60% 1,00 3 20%
e. Poliklinik/Puskesmas 40% 1,00 2 20% 40% 1,00 2 20% 60% 1,00 3 20%
f. Terminal/Sub Terminal 40% 1,00 2 40% 40% 1,00 2 40% 40% 1,00 2 40%
g. Lapangan Olah Raga 20% 0,10 1 60% 20% 0,10 1 60% 20% 0,10 1 60%
h. Balai Pertemuan 60% 1,20 2 20% 60% 1,20 2 20% 60% 1,20 3 20%
12. Kawasan Peruntukan Lainnya
a. Kantor Kodim 60% 1,00 2 20% 60% 1,00 2 20%
b. Kantor Koramil 60% 1,00 2 20% 60% 1,00 2 20% 60% 1,00 2 20%
Sumber : Lampiran IV, Draft Perbup Kalimantan Tengah tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Food Estate Dan Sekitarnya Di Provinsi Kalimantan Tengah.

2-69
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Tabel 2.11. Ketentuan Insentif dan Disinsentif Kawasan Food Estate dan sekitarnya di Provinsi Kalimanta Tengah
Zona Kendali
Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona/Subzona Zona Kendali Ekologis
Sekitarnya Transportasi
Peruntukan

ZONA PERUNTUKAN BERDASARKAN RENCANA PENGEMBANGAN FOOD ESTATE DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
A. PERUNTUKAN KEGIATAN INTI PERTANIAN
1. Pertanian Food Estate
a. Area Pembibitan (tempat kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
penyemaian, pembesaran dan
penyiapan bibit tanaman)
b. Area penanaman kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
c. Sarana – prasarana pengairan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
pertanian persetujuan lingkungan, persetujuan bangunan
gedung dan sertifikat laik fungsi.
d. Area penjemuran / kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
pengeringan hasil panen persetujuan lingkungan, persetujuan
(termasuk green house) bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi.

e. Gudang penyimpanan pupuk, kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,


obat&pestisida, perlengkapan persetujuan lingkungan, persetujuan bangunan
dan alat-alat pertanian gedung dan sertifikat laik fungsi.
f. Penginapan dan/atau rumah kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
petani dan kelompok tani persetujuan lingkungan, persetujuan bangunan
gedung dan sertifikat laik fungsi.
g. Lumbung (penyimpanan hasil kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
panen) persetujuan lingkungan, persetujuan
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi.
2. Pertanian non Food Estate kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
(pemanfaatan area/kegiatan persetujuan lingkungan, persetujuan
selain FE) (kopi, palawija, dll) bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi.

3. Kawasan hijau dan Buffer Zone kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,


(tutupan lahan eksisting
pendukung)
B. PERUNTUKAN KEGIATAN PENDUKUNG PERTANIAN

2-70
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali
Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona/Subzona Zona Kendali Ekologis
Sekitarnya Transportasi
Peruntukan
1. Perkantoran pengelola (Off kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
taker) persetujuan lingkungan, persetujuan
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi.
2. Pusat penelitian dan Riset kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
pertanian persetujuan lingkungan, persetujuan
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi.
3. Pusat edukasi dan rekreasi agro kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
(Food Estate) persetujuan lingkungan, persetujuan
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi.
4. Kawasan pergudangan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
(pendukung kegiatan persetujuan lingkungan, persetujuan bangunan
penanaman dan pengolahan gedung dan sertifikat laik fungsi.
serta pemasaran)
5. Pusat Balai latihan kerja kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
persetujuan lingkungan, persetujuan
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi.
6. Kawasan perumahan dan fasilitas kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
(untuk karyawan off taker serta persetujuan lingkungan, persetujuan
pendukung lainnnya) bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi.

7. Pusat pelayanan keuangan dan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,


koperasi pertanian persetujuan lingkungan, persetujuan
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi.
8. Pusat wisata kuliner dan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
makanan hasil Food Estate persetujuan lingkungan, persetujuan
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi.
C. PERUNTUKAN KEGIATAN PASCA PRODUKSI PERTANIAN
1. Kawasan pusat pengkemasan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
hasil panen Food Estate persetujuan lingkungan, persetujuan
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi.
2. Kawasan pusat industri makanan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
(area pabrik off taker dan persetujuan lingkungan, persetujuan bangunan
lainnya) gedung dan sertifikat laik fungsi.
3. Kawasan pengolahan limbah kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,

2-71
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali
Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona/Subzona Zona Kendali Ekologis
Sekitarnya Transportasi
Peruntukan
industri makanan persetujuan lingkungan, persetujuan
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi.
4. Kawasan UMKM kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
persetujuan lingkungan, persetujuan
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi.
5. Kawasan Pusat pemasaran dan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
promosi hasil Food Estate persetujuan lingkungan, persetujuan
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi.

ZONA PERUNTUKAN BERDASARKAN RTRW PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DAN KEBUTUHAN KAWASAN
A. PERUNTUKAN LINDUNG
1. Kawasan Hutan Lindung
2. Kawasan Konservasi dan Resapan
Air
3. Sempadan Sungai
4. Kawasan Mata Air dan Embung
5 Kawasan RTH Kota
6. Kawasan Cagar Budaya kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
persetujuan bangunan gedung dan sertifikat persetujuan bangunan gedung dan sertifikat persetujuan bangunan gedung dan sertifikat
laik fungsi. laik fungsi. laik fungsi.
B. PERUNTUKAN BUDI DAYA
1. Kawasan Hutan Produksi
a. Hutan produksi tetap kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
b. Hutan produksi terbatas kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
2. Kawasan Hutan
Rakyat/Perkebunan Rakyat
3. Kawasan Pertanian Masyarakat
Umum yang berada diluar
kawasan food estate

2-72
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali
Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona/Subzona Zona Kendali Ekologis
Sekitarnya Transportasi
Peruntukan
a. Tanaman Pangan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
ruang,
b. Hortikultura kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
ruang,
c. Perkebunan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
ruang,
d. Peternakan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
persetujuan lingkungan, ruang, persetujuan lingkungan, persetujuan lingkungan,
4. Kawasan Perikanan
a. Perikanan Tangkap kesesuaian kegiatan pemanfaatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan
ruang, persetujuan lingkungan, ruang, persetujuan lingkungan,
b. Perikanan Budidaya kesesuaian kegiatan pemanfaatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan
ruang, persetujuan lingkungan, ruang, persetujuan lingkungan,
5. Kawasan Pertambangan
6. Kawasan Industri
a. Industri Kecil yang diusahakan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
oleh masyarakat umum persetujuan lingkungan, persetujuan persetujuan lingkungan, persetujuan persetujuan lingkungan, persetujuan
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi.
b. Industri Kecil Menengah yang kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
diusahakan oleh masyarakat persetujuan lingkungan, persetujuan persetujuan lingkungan, persetujuan
umum bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi.
7. Kawasan Pariwisata
a. Wisata alam kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan
persetujuan lingkungan, persetujuan ruang, persetujuan lingkungan, ruang, persetujuan lingkungan,
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. persetujuan bangunan gedung dan persetujuan bangunan gedung dan
sertifikat laik fungsi. sertifikat laik fungsi.
b. Wisata budaya kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan
persetujuan lingkungan, persetujuan ruang, persetujuan lingkungan, ruang, persetujuan lingkungan,
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. persetujuan bangunan gedung dan persetujuan bangunan gedung dan
sertifikat laik fungsi. sertifikat laik fungsi.
c. Wisata buatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan
persetujuan lingkungan, persetujuan persetujuan lingkungan, persetujuan ruang, persetujuan lingkungan,

2-73
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali
Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona/Subzona Zona Kendali Ekologis
Sekitarnya Transportasi
Peruntukan
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. persetujuan bangunan gedung dan
sertifikat laik fungsi.
8. Kawasan Permukiman Perdesaan
a. Rumah Tinggal Tunggal kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
persetujuan bangunan gedung dan sertifikat laik persetujuan bangunan gedung dan sertifikat persetujuan bangunan gedung dan sertifikat
fungsi. laik fungsi laik fungsi
b. Rumah Tinggal Kebun kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
persetujuan bangunan gedung dan sertifikat laik persetujuan bangunan gedung dan sertifikat persetujuan bangunan gedung dan sertifikat
fungsi laik fungsi laik fungsi
c. Rumah Adat .
9. Kawasan Permukiman Perkotaan
a. Rumah Tinggal Tunggal kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
persetujuan bangunan gedung dan sertifikat persetujuan bangunan gedung dan sertifikat persetujuan bangunan gedung dan sertifikat
laik fungsi laik fungsi laik fungsi
b. Komplek Perumahan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
persetujuan lingkungan, persetujuan persetujuan lingkungan, persetujuan
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi.
c. Rumah Susun kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan
persetujuan lingkungan, persetujuan ruang, persetujuan lingkungan, ruang, persetujuan lingkungan,
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. persetujuan bangunan gedung dan persetujuan bangunan gedung dan
sertifikat laik fungsi. sertifikat laik fungsi.
d. Rumah Adat .
10. Kawasan Perdagangan dan Jasa
a. Pasar kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan
persetujuan lingkungan, persetujuan ruang, persetujuan lingkungan, ruang, persetujuan lingkungan,
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. persetujuan bangunan gedung dan persetujuan bangunan gedung dan
sertifikat laik fungsi. sertifikat laik fungsi.
b. Komplek Pertokoan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan
persetujuan lingkungan, persetujuan ruang, persetujuan lingkungan, ruang, persetujuan lingkungan,
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. persetujuan bangunan gedung dan persetujuan bangunan gedung dan
sertifikat laik fungsi. sertifikat laik fungsi.
c. Toko Tunggal kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan

2-74
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali
Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona/Subzona Zona Kendali Ekologis
Sekitarnya Transportasi
Peruntukan
persetujuan bangunan gedung dan sertifikat ruang, persetujuan bangunan gedung ruang, persetujuan bangunan gedung
laik fungsi. dan sertifikat laik fungsi. dan sertifikat laik fungsi.
d. Warung kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan
persetujuan bangunan gedung dan sertifikat ruang, persetujuan bangunan gedung ruang, persetujuan bangunan gedung
laik fungsi. dan sertifikat laik fungsi. dan sertifikat laik fungsi.
e. Rumah Makan/Restoran kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan
persetujuan lingkungan, persetujuan ruang, persetujuan lingkungan, ruang, persetujuan lingkungan,
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. persetujuan bangunan gedung dan persetujuan bangunan gedung dan
sertifikat laik fungsi. sertifikat laik fungsi.
f. Rumah Toko/Ruko kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan
persetujuan lingkungan, persetujuan ruang, persetujuan lingkungan, ruang, persetujuan lingkungan,
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. persetujuan bangunan gedung dan persetujuan bangunan gedung dan
sertifikat laik fungsi. sertifikat laik fungsi.
g. Bank kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan
persetujuan lingkungan, persetujuan ruang, persetujuan lingkungan, ruang, persetujuan lingkungan,
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. persetujuan bangunan gedung dan persetujuan bangunan gedung dan
sertifikat laik fungsi. sertifikat laik fungsi.
h. Perkantoran Swasta kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan
persetujuan lingkungan, persetujuan ruang, persetujuan lingkungan, ruang, persetujuan lingkungan,
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. persetujuan bangunan gedung dan persetujuan bangunan gedung dan
sertifikat laik fungsi. sertifikat laik fungsi.
i. Gedung Komersial kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan
persetujuan lingkungan, persetujuan ruang, persetujuan lingkungan, ruang, persetujuan lingkungan,
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. persetujuan bangunan gedung dan persetujuan bangunan gedung dan
sertifikat laik fungsi. sertifikat laik fungsi.
j. Bengkel kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan
persetujuan lingkungan, persetujuan ruang, persetujuan lingkungan, ruang, persetujuan lingkungan,
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. persetujuan bangunan gedung dan persetujuan bangunan gedung dan
sertifikat laik fungsi. sertifikat laik fungsi.
k. Praktek Dokter/Klinik kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan
persetujuan lingkungan, persetujuan ruang, persetujuan lingkungan, ruang, persetujuan lingkungan,
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. persetujuan bangunan gedung dan persetujuan bangunan gedung dan
sertifikat laik fungsi. sertifikat laik fungsi.
l. Apotek kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan
persetujuan lingkungan, persetujuan ruang, persetujuan lingkungan, ruang, persetujuan lingkungan,

2-75
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali
Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona/Subzona Zona Kendali Ekologis
Sekitarnya Transportasi
Peruntukan
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. persetujuan bangunan gedung dan persetujuan bangunan gedung dan
sertifikat laik fungsi. sertifikat laik fungsi.
m. Hotel/Penginapan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan
persetujuan lingkungan, persetujuan ruang, persetujuan lingkungan, ruang, persetujuan lingkungan,
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. persetujuan bangunan gedung dan persetujuan bangunan gedung dan
sertifikat laik fungsi. sertifikat laik fungsi.
11. Kawasan Fasilitas Umum dan
Fasilitas Sosial
a. Perkantoran Pemerintahan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
persetujuan lingkungan, persetujuan bangunan persetujuan lingkungan, persetujuan persetujuan lingkungan, persetujuan
gedung dan sertifikat laik fungsi. bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi.
b. Tempat Peribadatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
persetujuan lingkungan, persetujuan bangunan persetujuan lingkungan, persetujuan persetujuan lingkungan, persetujuan
gedung dan sertifikat laik fungsi. bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi.
c. Sekolah kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
persetujuan bangunan gedung dan sertifikat laik persetujuan bangunan gedung dan sertifikat persetujuan bangunan gedung dan sertifikat
fungsi. laik fungsi. laik fungsi.
d. Rumah Sakit kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan
persetujuan lingkungan, persetujuan ruang, persetujuan lingkungan, ruang, persetujuan lingkungan,
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. persetujuan bangunan gedung dan persetujuan bangunan gedung dan
sertifikat laik fungsi. sertifikat laik fungsi.
e. Poliklinik/Puskesmas kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan
persetujuan lingkungan, persetujuan ruang, persetujuan lingkungan, ruang, persetujuan lingkungan,
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. persetujuan bangunan gedung dan persetujuan bangunan gedung dan
sertifikat laik fungsi. sertifikat laik fungsi.
f. Terminal/Sub Terminal kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan
persetujuan lingkungan, persetujuan ruang, persetujuan lingkungan, ruang, persetujuan lingkungan,
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. persetujuan bangunan gedung dan persetujuan bangunan gedung dan
sertifikat laik fungsi. sertifikat laik fungsi.
g. Lapangan Olah Raga kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang
h. Balai Pertemuan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan
persetujuan lingkungan, persetujuan persetujuan lingkungan, persetujuan ruang, persetujuan lingkungan,
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. persetujuan bangunan gedung dan

2-76
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah
LAPORAN PENDAHULUAN

Zona Kendali
Zona Kendali Kawasan Inti Food Estate dan Zona Kendali Aksesibilitas dan Jaringan
No. Zona/Subzona Zona Kendali Ekologis
Sekitarnya Transportasi
Peruntukan
sertifikat laik fungsi.
12. Kawasan Peruntukan Lainnya
a. Kantor Kodim kesesuaian kegiatan pemanfaatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan
ruang, persetujuan lingkungan, ruang, persetujuan lingkungan,
persetujuan bangunan gedung dan persetujuan bangunan gedung dan
sertifikat laik fungsi. sertifikat laik fungsi.
b. Kantor Koramil kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan
persetujuan lingkungan, persetujuan persetujuan lingkungan, persetujuan ruang, persetujuan lingkungan,
bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi. persetujuan bangunan gedung dan
sertifikat laik fungsi.
Sumber : Lampiran V, Draft Perbup Kalimantan Tengah tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Food Estate Dan Sekitarnya Di Provinsi Kalimantan Tengah.

2-77
Penyusunan Perangkat Pengendalian Kawasan Food Estate di Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Tengah

Anda mungkin juga menyukai