Anda di halaman 1dari 11

STRATEGI MENINGKATKAN

KETAHANAN PANGAN
LOKAL
Kelompok 11:
Fakhri Fauzan 143020359
Rajba Rohmatullah 143020371
Rd. Allya Siti Zahrah W. 143020374
Miftahul Hasanah 143020381
Fitry Mardiani S 143020399
Ambar Husnul 143020405
Di Indonesia, ketahanan pangan masih berupa wacana.
Permasalahan ketahananpangan masih terus terjadi, yang
mencakup aspek produksi dan ketersediaan pangan. Produksi
bahan pangan belum mampu untuk memenuhi kebutuhan
penduduk. Hal ini disebabkan oleh laju pertumbuhan produksi
pangan yang relatif lebih lambat dari permintaannya. Sejauh ini,
permasalahan tersebut dapat diatasi dengan impor.

Tetapi impor tidak akan membuat bangsa ini berkembang, justru


akan mengancam stabilitas ketahanan pangan dan mengancam
produk dalam negeri. Selain itu, permasalahan distribusi pangan
dari produsen ke konsumen juga masih menuai kendala.
Untuk meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia juga sangat
membutuhkan sumber daya manusia untuk mampu mengolah
kekayaan sumber daya alam. Meskipun di Indonesia lahan untuk
bertani luas, jika sumber daya manusia tidak ada itu sama saja
tidak menghasilkan apapun. Untuk itu sumber daya alam itu harus
juga diikuti dengan sumber daya manusia.

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini


masih diandalkan oleh negara Indonesia karena sektor pertanian
mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis yang
terjadi di Indonesia. Keadaan inilah yang menampakkan bahwa
sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang andal dan
mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai pemicu
pemulihan ekonomi nasional melalui salah satunnya adalah
ketahanan pangan nasional.
Upaya- Upaya untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan Lokal
Menganekaragamkan pangan
Kita tahu bahwa di Indonesia terdapat berbagai makanan selain beras
diantaranya adalah ubi-ubian, jagung, gandum, sagu dan lain sebagainya.
Dengan adanya penganekaragaman pangan ini diharapkan dapat
memantapkan pola konsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan
Aman (B2SA), mendorong peningkatan penganekaragaman konsumsi
pangan masyarakat melalui percepatan penganekaragaman konsumsi
pangan berbasis pangan lokal dan LCM (Lomba Cipta Menu) dan
memfasilitasi laboratorium keamanan pangan segar dan peningkatan
mutu dan keamanan pangan.

Ketersediaan Pangan
1. Meningkatkan ketersediaan pangan yang berasal dari produksi dalam
negeri untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat;
2. Mengkoordinasikan dan mengembangkan cadangan pangan dan
pemantapan kelembagaan pangan ;
3. Meningkatkan peran serta stake holder dan masyarakat dalam upaya
mencegah dan penanggulangi kerawanan pangan.
Distribusi Pangan
Mendorong dan memberikan kontribusi terhadap terwujudnya distribusi pangan
yang efektif dan efisien;
Menumbuh kembangkan koordinasi dan sinergi kebijakan distribusi pangan;
Mendorong peran serta kelembagaan pangan dan masyarakat dalam
meningkatkan kelancaran distribusi, menciptakan stabilisasi harga dan
meningkatkan akses pangan.
Penanganan daerah rawan pangan melalui SIDI (Sistem Informasi Dini) dan
penyusunan peta rawan pangan melalui Sistem Keamanan Pangan dan Gizi
(SKPG).

Penyuluhan
Pengembangan penyuluh dan kelembagaan penyuluh yang handal dan
professional di Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan;
Pemberdayaan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) ditingkat Kecamatan sebagai
home base dan basis penyebaran informasi ketahanan pangan dan agribisnis;
Pengembangan sarana dan prasarana serta penguatan koordinasi program dan
programa penyuluhan ditingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan ;
Peningkatan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi antar pemerintah dalam
penyelenggaraan penyuluhan
Program-Program untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan Lokal

a) Program jangka pendek (sampai dengan 5 tahun)


Program jangka pendek ditujukan untuk peningkatan kapasitas produksi pangan nasional
dengan menggunakan sumberdaya yang telah ada dan teknologi yang telah teruji.
Komponen utama program ini adalah:

1. Ekstensifikasi atau perluasan lahan pertanian (140.000 Ha/tahun)


Ekstensifikasi lahan pertanian ditujukan untuk memperluas lahan produksi pertanian,
sehingga produksi pangan secara nasional yang sekarang dapat ditingkatkan.
Ekstensifikasi dilakukan terutama untuk kedelai, gula dan garam karena rasio impor
terhadap produksi besar (30-70%).

2. Intensifikasi
Program ini diarahkan untuk peningkatan produksi melalui peningkatan produktifitas
pertanian. Intensifikasi ditujukan pada lahan-lahan pertanian subur dan produktif yang
sudah merupakan daerah lumbung pangan seperti Kerawang, Subang dan daerah
pantura lainya di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan propinsi lainnya.

3. Diversifikasi
Kegiatan diversifikasi ditujukan untuk meningkatkan produksi pangan pokok alternatif
selain beras, penurunan konsumsi beras dan peningkatan konsumsi pangan pokok
alternatif yang berimbang dan bergizi serta berbasis pada pangan lokal.
4. Revitalisasi Industri Pasca Panen dan Pengolahan Pangan
Revitalisasi/restrukturisasi industri pasca panen dan pengolahan pangan
diarahkan pada 1) penekanan kehilangan hasil dan penurunan mutu karena
teknologi penanganan pasca panen yang kurang baik, 2) pencegahan bahan
baku dari kerusakan dan 3) pengolahan bahan baku menjadi bahan setengah
jadi dan produk pangan.

5. Revitalisasi dan Restrukturisasi Kelembagaan Pangan


Keberadaan, peran dan fungsi lembaga pangan seperti kelompok tani, UKM,
Koperasi perlu direvitalisasi dan restrukturisasi untuk mendukung
pembangunan kemandirian pangan. Kemitraan antara lembaga perlu didorong
untuk tumbuhnya usaha dalam bidang pangan.

6. Kebijakan Makro
Kebijakan dalam bidang pangan perlu ditelaah dan dikaji kembali khususnya
yang mendorong tercapainya ketahanan pangan dalam waktu 1-5 tahun.
Beberapa hal yang perlu dikaji seperti pajak produk pangan, retribusi, tarif bea
masuk, iklim investasi, dan penggunaan produksi dalam negeri serta kredit
usaha.
b) Program jangka menengah (5-10 tahun)

Program jangka menengah ditujukan pada pemantapan


pembangunan ketahanan pangan yang lebih efisien dan efektip dan
berdaya saing tinggi. Beberapa program yang relevan untuk dilakukan
adalah:

Perbaikan undang-undang tanah pertanian termasuk didalamnya


pengaturan luasan lahan pertanian yang dimiliki petani, pemilikan lahan
pertanian oleh bukan petani. Sistem bawon atau pembagian keuntungan
pemilik dan penggarap, dsb.

Modernisasi pertanian dengan lebih mendekatkan pada pada peningkatan


efisiensi dan produktivitas lahan pertanian, penggunaan bibit unggul, alat
dan mesin pertanian dan pengendalian hama terpadu dan pasca panen
dan pengolahan pangan.
Pengembangan jaringan dan sistem informasi antar
instansi, lembaga yang terkait dalam bidang
pangan serta pola kemitraan bisnis pangan yang
berkeadilan.

Pengembangan prasarana dan sarana jalan di


pertanian agar aktivitas kegiatan pertanian lebih
dinamis.
c) Program jangka panjang (> 10 tahun)

Konsolidasi lahan agar lahan pertanian dapat


dikelola lebih efisien dan efektif, karena masuknya
peralatan dan mesin dan menggiatkan aktivitas
ekonomi dan pedesaan.

Perluasan pemilikan lahan pertanian oleh petani.


TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai