Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

" PERMASALAHAN PANGAN LOKAL DI iNDONESIA "

Di susun oleh:

Nama : Siti Nurain Gulilio

Nim : 751341121029

Kelas/Prodi : 2A/ D-III Gizi

POLITEKNIK KESEHATAN GORONTALO

T.A 2022-2023

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah swt. atas limpahan rahmat, hidayah serta inaya Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tanpa suatu halangan yang berarti. Tidak lupa sholawat
serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah yang berjudul permasalahan pangan lokal diindonesia ini
adalah sebagai pemenuhan tugas yang diberikan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah
direncanakan.

Gorontalo, 26 Januari 2023

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia mengingat pangan
adalah kebutuhan dasar manusia yang harus di penuhi oleh pemerintah dan masayarakat secara
bersama-sama seperti di amanatkan oleh undang-undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan.
Dalam UU tersebut disebutkan pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan,
pengendalian dan pengawasan. Sementara masayarakat menyelenggarakan proses produksi dan
penyediaan, perdagangan, distribusi serta berperan sebagai konsumen yang berhak memperoleh
pangan yang cukup dalam jumlah dan mutu, aman, bergizi, beragam, merata, dan terjangkau oleh
daya beli mereka.

Peraturan Pemerintah No.68 tahun 2002 tentang ketahanan pangan sebagai peraturan
pelaksanaan UU No. 7 tahun 1996 menegaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang
terus berkembang dari waktu ke waktu, upaya penyediaan pangan dilakukan dengan
mengembangkan sistem produksi pangan yang berbasis pada sumber daya kelembagaan dan
budaya lokal, mengembangkan efisiensi sistem usaha pangan, mengembangkan teknologi produksi
pangan, mengembangkan sarana dan prasarana produksi pangan dan mempertahankan dan
mengembangkan lahan produktif. Di PP tersebut juga disebutkan dalam rangka pemerataan
ketersediaan pangan ke seluruh wilayah dilakukan distribusi pangan melalui upaya pengembangan
sistem distribusi pangan secara efisien, dapat mempertahankan keamanan, mutu dan gizi pangan
serta menjamin keamanan distribusi pangan.

Disamping itu, untuk meningkatkan ketahanan pangan dilakukan diversifikasi pangan dengan
memperhatikan sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal melalui peningkatan teknologi
pengolahan dan produk pangan dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi
anekaragam pangan dengan gizi seimbang.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui Masalah yang terkait pangan khususnya pangan lokal


2. Untuk mengetahui Kebijakan pemerintah dalam bidang pangan
3. Untuk mengetahui Solusi yang dilakukan oleh pemerintah dalam menangani masalah pangan
lokal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Masalah yang terkait pangan khususnya pangan lokal
Secara spesifik, permasalahan dalam ketahanan pangan adalah penyediaan, distribusi, dan
konsumsi pangan.
a. Penyediaan pangan
Penyediaan pangan melalui peningkatan produksi pangan dalam negeri dihadapkan pada
masalah pokok, yaitu semakin terbatas dan menurunnya kapasitas produksi.
Desakan peningkatan penduduk beserta aktivitas ekonominya menyebabkan:
1. terjadinya konversi lahan pertanian ke nonpertanian,
2. menurunnya kualitas kesuburan lahan akibat kerusakan lingkungan,
3. semakin terbatas atau tidak pastinya penyediaan air untuk produksi akibat kerusakan
hutan.
b. Distribusi Pangan
Distribusi pangan adalah kegiatan menyalurkan bahan pangan dari point of production
(petani produsen) kepada point of consumption (konsumen akhir). Dengan demikian, perlu
dibuat pola distribusi pangan yang menjamin seluruh rumah tangga dapat memperoleh
pangan dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau.
Permasalahan dalam distribusi pangan antara lain prasarana distribusi darat dan antarpulau,
kelembagaan pemasaran, bervariasinya kemampuan produksi antarwilayah dan
antarmusim, dan keamanan jalur distribusi.
c. Konsumsi Pangan
Permasalahan mengenai konsumsi penduduk Indonesia adalah belum terpenuhinya
kebutuhan pangan karena belum tercukupinya konsumsi energi, meskipun konsumsi protein
sudah mencukupi.

B. Kebijakan pemerintah dalam bidang pangan


Pembangunan pertanian mempunyai tujuan umum yaitu memajukan agribisnis, yaitu dengan
membangun secara sinergis dan harmonis aspek aspek:
1. industri hulu pertanian yang meliputi perbenihan, input produksi lainnya dan alat mesin
pertanian
2. pertanian primer (on-farm)
3. industri hilir pertanian (pengolahan hasil)
4. jasa-jasa penunjang yang terkait dalam memajukan agribisnis. Setiap pelaku agribisnis
mengharapkkan adanya insentif bagi pendapatan dalam menjalankan perannya dalam
perkembangan agribisnis, tanpa adanya insentif tambahan maka mereka akan enggan
menekuni agribisnis, maka kunci dalam meningkatkan kinerja di sektor ini adalah
menciptakan insentif ekonomi yang menunjang daya tarik agribisnis.
Selain hal tersebut di atas, membatasan produk impor juga menjadi salah satu hal yang wahib di
pertimbangkan oleh pemerintah. Di mungkinkan juga dengan peningkatan biaya masuk barang
produk pertanian dari luar. Dengan pembatasan tersebut di harapkan akan lebih memberikan
kesempatan produk local mempunyai pasar di Negara sendiri. Yang tentunya di ikuti
dengan ,kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk. Diversivikasi lahan pertanian menjadi lahan
pemukiman dan industri juga menjadi kendala yang sangat berarti bagi pencapaian ketahanan
pangan lokal maupun nasional, dengan mengacu pada hal tersebut, pemerintah di harapkan
mampu membuat blue print peta lokasi pengembangan sektor pertanian berdasarkan pada
tingkat produktifitas daerah penghasil produk pertanian. Sehingga dengan adanya peta lokasi
tersebut, pemerintah mempunyai pembatasan terhadap adanya diversifikasi lahan pertanian
untuk pemukiman dan industri dan lebih mengoptimalkan peningkatan hasil pertanian pada
lokasi tersebut salah satunya dengan pemperluas lahan pertanian.

C. Solusi yang dilakukan oleh pemerintah dalam menangani masalah pangan lokal
Ketahanan pangan akan dapat terwujud ketika semua orang dimana saja dan kapan saja telah
memiliki akses fisik dan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dan preferensi makanan yang
aman dan bergizi dengan cukup untuk kehidupan yang sehat dan aktif. Hal ini dapat
diidentifikasi dari empat indikator, yaitu
1. ketersediaan pangan secara fisik (physical availability)
2. akses secara ekonomi dan fisik untuk mendapatkan bahan pangan (economic and physical
availability)
3. pemanfaatan bahan pangan (food utilisation
4. stabilitas dari ketiga iasmor tersebut
Salah satu kunci kesuksesan ketahanan pangan adalah adanya perhatian besar pemerintah
terhadap iasm pertanian, terutama pada komoditas lokal. Kerja sama di setiap tingkatan iasm
untuk menjaga iasm ketahanan pangan adalah kunci untuk melewati Covid-19. Beberapa hal
yang dapat dilakukan adalah:
1. Pemerintah dapat melakukan sosialisasi menggencarkan gerakan beli hasil pangan petani
lokal
2. Masyarakat dapat membantu menjaga keseimbangan permintaan dan suplai bahan
pangan dengan tidak melakukan panic buying. Terutama untuk bahan-bahan pangan
dengan umur simpan yang pendek (perishable).
3. Menumbuhkan gerakan iasm yang diinisiasi oleh masyarakat untuk memberikan bantuan
bahan pangan bagi masyarakat lain yang membutuhkan yang akan sangat membantu
terjaganya keseimbangan iasm permintaan dan suplai ketahanan pangan.
4. Dalam rangka menciptakan kestabilan harga pangan dan perwujudan pangan
berkelanjutan, masyarakat juga ias memprioritaskan membeli bahan pangan pada petani
atau produsen kecil secara langsung. Dibandingkan pada distributor yang sering meraup
banyak keuntungan yang menyebabkan petani kecil merugi.
5. Pemanfaatan lahan pekarangan dan strategi urban farming yang sedang marak dilakukan
masyarakat sejak masyarakat harus stay at home perlu lebih digencarkan kembali karena
ias menjadi salah satu solusi pangan mandiri keluarga. Misalnya, dengan membudidayakan
sayuran dengan masa panen singkat seperti bayam, sawi, dan kangkung yang ias dipanen
dalam kurun waktu tiga minggu.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pangan lokal merupakan produk pangan yang telah lama diproduksi, berkembang dan dikonsumsi
di suatu daerah atau suatu kelompok masyarakat lokal tertentu. Umumnya produk pangan lokal
diolah dari bahan baku lokal, teknologi lokal, dan pengetahuan lokal pula. Di samping itu, produk
pangan lokal biasanya dikembangkan sesuai dengan preferensi konsumen lokal pula. Sehingga
produk pangan lokal ini berkaitan erat dengan budaya lokal setempat. Karena itu, produk ini sering
kali menggunakan nama daerah, seperti gudek jokya, dodol garut, jenang kudus, beras cianjur, dan
sebagainya (Hariyadi, 2010).

Potensi ketersediaan pangan lokal Indonesia memang sangat melimpah. Namun demikian, hingga
saat ini kontribusinya dalam mendukung ketahanan pangan masih sangat rendah. Hal ini antara lain
disebabkan oleh kurangnya inovasi teknologi terhadap produk pangan lokal tersebut sehingga
produk yang dihasilkan belum mampu menarik minat konsumen pangan di Indonesia. Untuk itu,
inovasi teknologi produk pangan lokal mutlak harus dilakukan. Inovasi teknologi terhadap pangan
lokal bukan saja terhadap aspek mutu, gizi, dan keamanan, tetapi yang tidak kalah penting adalah
inovasi teknologi terhadap produk pangan juga harus menyentuh aspek preferensi konsumen.
Khususnya di bidang keanekaragaman pangan, teknologi pangan diharapkan dapat berperan dalam
meningkatkan nilai tambah produk pangan lokal. Sehingga produk pangan lokal yang dihasilkan
menarik minat konsumen. Di samping inovasi terhadap produk pangan lokal, faktor yang tidak
kalah penting adalah peran pemerintah daerah dalam mendukung dan memajukan produk pangan
lokal.

B. Saran

Adapun saran yang bisa diberikan adalah sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan masalah
ketahanan pangan yang ada di Indonesia. Karena masih banyak masyarakat yang belum memahami
bagaimana cara atau strategi yang baik guna menjaga ketahanan pangan mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Hariyadi, P. (2010). Mewujudkan Keamanan Pangan Produk-Produk Unggulan Daerah.

Lassa, J. (2005). Politik ketahanan Pangan Indonesia.

Rauf, A. d. (2009). Pemanfaatan komoditas pangan lokal .

Suryana, A. (2005). Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai