Anda di halaman 1dari 8

KERANGKA ACUAN KERJA

KAJIAN PENERAPAN FOOD ESTATE


DI KABUPATEN TUBAN

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH


PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KABUPATEN TUBAN
TAHUN ANGGARAN 2023
Kajian Penerapan Food Estate di Kabupaten Tuban

Kerangka Acuan Kerja (KAK)

A Latar Belakang Food estate merupakan program Pemerintah Indonesia yang bertujuan
untuk meningkatkan produksi pangan melalui pengembangan lahan
pertanian secara terintegrasi. Program ini dicanangkan sebagai upaya
untuk menjawab tantangan ketahanan pangan nasional, terutama dalam
menghadapi perubahan iklim, ketergantungan terhadap impor pangan,
serta pertumbuhan penduduk yang terus meningkat.

Dalam konteks ini, pemerintah melalui program food estate berusaha


untuk mengoptimalkan pengembangan lahan pertanian yang ada,
melakukan pengembangan lahan pertanian baru, serta memperbaiki
produktivitas lahan pertanian yang sudah ada. Program ini diharapkan
dapat meningkatkan produksi pangan nasional dan menjaga ketahanan
pangan nasional, serta memberikan dampak positif bagi perekonomian
dan kesejahteraan petani. Banyak permasalaha pangan yang terus saja
terjadi di Indonesia yang dapat mengancam ketahanan pangan.

Ketahanan pangan nasional yang masih rentan, Meskipun Indonesia


merupakan negara agraris dengan potensi sumber daya alam yang
melimpah, namun ketahanan pangan nasional masih rentan. Hal ini
terlihat dari masih tingginya angka impor bahan pangan dari luar negeri.

Kurangnya pengembangan lahan pertanian, Pengembangan lahan


pertanian masih menjadi permasalahan di Indonesia, khususnya di
daerah-daerah yang terdampak perubahan iklim. Padahal, lahan pertanian
yang baik merupakan syarat penting untuk meningkatkan produksi
pangan dan menjaga ketahanan pangan nasional. Dan penurunan
produktivitas lahan pertanian, Beberapa daerah di Indonesia mengalami
penurunan produktivitas lahan pertanian akibat faktor lingkungan seperti
perubahan iklim dan erosi tanah. Hal ini dapat mempengaruhi
ketersediaan pangan dan mengancam ketahanan pangan nasional.

Tujuan utama diterapkannya konsep food estate adalah untuk


meningkatkan ketahanan pangan nasional Indonesia dengan
menghasilkan bahan pangan dalam jumlah yang cukup dan stabil serta
menjaga ketersediaan pangan yang berkualitas baik sepanjang tahun.
Adapun tujuan lain dari penerapan food estate antara lain: 1)
Meningkatkan produktivitas pertanian: Dengan mengoptimalkan
penggunaan lahan dan menerapkan teknologi pertanian yang tepat,
diharapkan produktivitas pertanian dapat ditingkatkan sehingga dapat
memenuhi kebutuhan pangan nasional dan meningkatkan kesejahteraan
petani. 2) Mengurangi ketergantungan pada impor pangan: Dengan

2
Kajian Penerapan Food Estate di Kabupaten Tuban

meningkatkan produksi pangan dalam negeri, diharapkan ketergantungan


Indonesia pada impor pangan dapat dikurangi sehingga dapat menekan
defisit neraca perdagangan dan meningkatkan nilai tukar rupiah. 3)
Meningkatkan efisiensi produksi: Dengan mengembangkan food estate
yang terintegrasi, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi produksi dan
mengurangi biaya produksi sehingga dapat meningkatkan daya saing
produk pertanian Indonesia di pasar internasional. 4) Mengembangkan
kawasan strategis nasional: Food estate diharapkan dapat menjadi salah
satu kawasan strategis nasional yang dapat menarik investasi,
menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
di sekitarnya.

Penerapan konsep food estate melibatkan keterlibatan pemerintah pusat


dan daerah yang harus sinergi satu dengan lainnya. Berikut adalah
keterlibatan pemerintah pusat dan daerah dalam wewenang food estate.
Pemerintah pusat bertanggung jawab dalam menyusun kebijakan,
regulasi, serta mengalokasikan anggaran untuk mendukung program food
estate secara nasional. Pemerintah pusat juga bertanggung jawab dalam
melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah dan stakeholder lainnya
dalam pelaksanaan program food estate. Pemerintah daerah memiliki
wewenang untuk menentukan lokasi dan mengelola lahan yang akan
digunakan untuk program food estate. Selain itu, pemerintah daerah juga
bertanggung jawab untuk memberikan dukungan dalam penyediaan
infrastruktur yang dibutuhkan, seperti jalan, irigasi, listrik, dan
telekomunikasi. Pemerintah daerah juga berperan dalam mengembangkan
sumber daya manusia, seperti melalui program pelatihan dan pendidikan
bagi petani. Petani berperan sebagai pelaku utama dalam implementasi
program food estate. Mereka bertanggung jawab dalam melakukan
kegiatan budidaya tanaman pangan dan hortikultura di lahan food estate.
Selain itu, petani juga berperan dalam menjaga keberlanjutan program
food estate melalui pengelolaan lahan yang ramah lingkungan dan
penerapan teknologi yang tepat.

Kabupaten Tuban memiliki potensi yang cukup besar untuk menerapkan


konsep food estate. Kabupaten ini terletak di Provinsi Jawa Timur dan
memiliki luas wilayah sekitar 1.996,70 km², dengan mayoritas
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Beberapa potensi yang
dimiliki oleh Kabupaten Tuban untuk menerapkan konsep food estate
antara lain:
 Lahan pertanian yang luas: Kabupaten Tuban memiliki lahan
pertanian yang luas dan potensial untuk pengembangan pertanian.
Lahan pertanian yang ada dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan food estate yang terintegrasi, dimana terdapat

3
Kajian Penerapan Food Estate di Kabupaten Tuban

berbagai jenis tanaman pangan yang dapat ditanam secara


bersamaan.
 Ketersediaan air yang cukup: Kabupaten Tuban memiliki
sumber daya air yang melimpah, terutama dari sungai Bengawan
Solo yang melintasi wilayah ini. Sumber daya air yang melimpah
dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sistem irigasi pada
food estate.
 Kondisi iklim yang mendukung: Kabupaten Tuban memiliki
kondisi iklim yang mendukung untuk pengembangan pertanian,
dengan curah hujan yang relatif tinggi dan suhu yang stabil
sepanjang tahun. Hal ini dapat mendukung produktivitas tanaman
pangan yang ditanam pada food estate.
 Potensi pasar yang besar: Kabupaten Tuban terletak di kawasan
strategis di antara kota-kota besar di Jawa Timur seperti
Surabaya, Malang, dan Semarang. Potensi pasar yang besar di
kawasan ini dapat mendukung pemasaran produk-produk yang
dihasilkan dari food estate.
 Dukungan pemerintah daerah: Pemerintah Kabupaten Tuban
telah menunjukkan dukungannya terhadap pengembangan
pertanian, termasuk melalui program pembangunan infrastruktur
pertanian dan pemberdayaan petani. Dukungan ini dapat
memperkuat implementasi konsep food estate di wilayah ini.

Dengan memanfaatkan potensi-potensi di atas, Kabupaten Tuban


memiliki peluang untuk menerapkan konsep food estate dengan baik dan
dapat menjadi contoh bagi wilayah lain di Indonesia dalam upaya
meningkatkan ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan petani.

Sehingga hasil akhir dari potensi penerapan konsepsi food estate tersebut
antara lain: Peningkatan produksi pangan dalam negeri, Peningkatan
kesejahteraan petani, Peningkatan ketahanan pangan nasional,
Peningkatan ekspor produk pertanian, Peningkatan pembangunan
infrastruktur, dan Peningkatan investasi dan lapangan kerja. Sehingga
kajian yang dilakukan ini harapannya mampu untuk melihat potensi
Kabupaten Tuban dalam menerapkan konsep Food Estate dengan melihat
potensi yang ada.
B Maksud, Tujuan Maksud dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah untuk mengkaji bagaimana
dan Manfaat potensi dan masalah yang perlu untuk diketahui dalam penerapan konsep
Food Estate yang ada di Kabupaten Tuban.
Tujuan dari penyusunan Kajian Penerapan Food Estate di Kabupaten
Tuban ini antara lain:
1. Terinventarisasi dan teridentifikasinya kondisi pertanian di
Kabupaten Tuban.

4
Kajian Penerapan Food Estate di Kabupaten Tuban

2. Terpetakannya potensi komoditas dan lokasi pengembangan Food


Estate di Kabupaten Tuban.
3. Rencana program dalam menunjang Penerapan Food Estate di
Kabupaten Tuban.
Adapun Manfaat dari Pelakansaan pekerjaan ini antara lain adalah:
1. Sebagai data dasar dalam rangka perencanan pengembangan food
estate di Kabupaten Tuban.
2. Panduan bagi Organisasi Perangkat Daerah dalam penyusunan
Rencana Kerja dalam upaya pengembangan Food Estate di
Kabupaten Tuban.

C Dasar Kajian Penerapan Food Estate di Kabupaten Tuban didasarkan pada


Hukum beberapa peraturan perundang-undangan, antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan:
Undang-undang ini memuat ketentuan mengenai hak atas pangan,
ketersediaan pangan, dan pengembangan pertanian berkelanjutan
sebagai bagian dari sistem ketahanan pangan nasional.
2. Peraturan Presiden Nomor 141 Tahun 2015 tentang Rencana Aksi
Nasional Pangan dan Gizi Tahun 2015-2019: Peraturan Presiden
ini merupakan pedoman untuk mengimplementasikan program-
program nasional yang berkaitan dengan pangan dan gizi,
termasuk food estate.
3. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 6 Tahun 2018 tentang
Program Pengembangan Sentra Produksi Pertanian: Peraturan ini
mengatur tentang program pengembangan sentra produksi
pertanian, termasuk food estate, sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas pertanian di Indonesia.
4. Peraturan Menteri PUPR Nomor 24/PRT/M/2017 tentang
Pedoman Teknis Pengembangan Infrastruktur Irigasi Pertanian:
Peraturan ini memuat pedoman teknis pengembangan
infrastruktur irigasi pertanian yang merupakan salah satu
komponen utama dalam penerapan konsep food estate.
5. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 122/Kpts/SR.120/3/2016
tentang Pembentukan Tim Pelaksana Food Estate: Keputusan ini
membentuk tim pelaksana food estate yang bertugas untuk
mempercepat pelaksanaan program food estate dan
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
program tersebut.
6. Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 05 Tahun 2014
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kabupaten Tuban Tahun 2005 – 2025;

5
Kajian Penerapan Food Estate di Kabupaten Tuban

7. Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 17 Tahun 2020


tentang Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Tuban Tahun 2020 – 2040;
8. Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 18 Tahun 2021
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten Tuban Tahun 2021 – 2026

D Ruang Ruang lingkup wilayah Kajian Penerapan Food Estate di


Lingkup Kabupaten Tuban ini adalah di seluruh wilayah di Kabupaten Tuban.
Wilayah

E Ruang Ruang lingkup kegiatan Kajian Penerapan Food Estate


Lingkup di Kabupaten Tuban ini adalah sebagai berikut :
Kegiatan 1. Persiapan dan Kordinasi Awal;
2. Pengumpulan Data Primer dan sekunder terkait pertanian dan
potensi masalahnya di Kabupaten Tuban;
3. Identifikasi dan evaluasi Data;
4. Menginterpretasikan sebaran potensi komoditas unggulan;
5. Analisis, pembahasan dalam pemetaan dan penerapan kajian
food estate di Kabupaten Tuban;
6. Penyusunan Laporan Akhir;
7. Saran dan Rekomendasi;

F Anggaran Anggaran biaya kegiatan Kajian Penerapan Food Estate di


Biaya Kabupaten Tuban ini adalah bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban Tahun
Anggaran 2023 sebesar Rp. 100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah).

G Kebutuhan Kebutuhan personel pelaksanaan kegiatan Kajian Penerapan Food


Personil Estate di Kabupaten Tuban ini adalah sebagai berikut :
a. 1 (satu) orang Penanggung Jawab (Team Leader) dengan
kualifikasi Ahli Pertanian, pendidikan sekurang-kurangnya S2
Pertanian, berpengalaman minimal 4 tahun. Team leader bertugas
mengkoordinasikan dan pendelegasian pekerjaan kepada tenaga
ahli yang lain untuk melakukan pengumpulan dan analisis data
serta melakukan perumusan kebijakan penerapan Food Estate;
b. 1 (satu) orang Tenaga Ahli Perencanana Wilayah dan Kota dengan
kualifikasi minimal S1 Teknik PWK mempunyai berpengalaman
minimal 3 tahun;
c. 1 (satu) orang Tenaga Ahli Sipil/Pengairan dengan kualifikasi
pendidikan minimal S1 Teknik Lingkungan mempunyai
berpengalaman minimal 3 tahun;
d. 1 (satu) orang Asisten Tenaga Ahli dengan kualifikasi minimal S1
dan mempunyai pengalaman minimal 2 tahun;
e. Tenaga surveyor, Operator Komputer dan Administrasi.

6
Kajian Penerapan Food Estate di Kabupaten Tuban

H Jangka Jangka waktu pelaksanaan kegiatan Kajian Penerapan Food Estate di


Waktu Kabupaten Tuban ini adalah 90 (Sembilan Puluh) hari kalender.
Pelaksanaan

No Tahap Kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3

1. Persiapan
2. Inventarisasi kebutuhan dan
pengumpulan data
3. Pengolahan data dan analisis
data
4. Penyusunan Draf Laporan
Pendahuluan
5. FGD 1 Laporan Pendahuluan
6. Validasi data
7. Penyususnan Laporan Akhir
8. FGD 2 Laporan Akhir
9. Finalisasi Laporan Akhir
10. Penyerahan Hasil
Pelaksanaan Pekerjaan

I Produk Produk/Keluaran dari Kajian Penerapan Food Estate di


Keluaran Kabupaten Tuban ini adalah sebagai berikut:
1. Laporan Pendahuluan
 Paling sedikit menjelaskan latar belakang, maksud dan tujuan,
rumusan metodologi serta rencana kerja.
 Dicetak dalam ukuran kertas A4, 70 gram
 Jilid soft cover, full color dan laminasi dove.

 Berjumlah 5 (lima) eksemplar.


 Diserahkan maksimal 30 (tiga puluh) hari setelah
diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
2. Laporan Akhir
 Paling sedikit berisi rekapitulasi data hasil survey,
pembahasan Kajian Penerapan Food Estate di
Kabupaten Tuban, dan analisa penentuan konsep komoditas
unggulan serta rencana program.
 Dicetak dalam ukuran kertas A4, 70 gram
 Jilid soft cover, full color dan laminasi dove.
 Berjumlah 10 (sepuluh) eksemplar.
 Diserahkan maksimal 90 (Sembilan puluh) hari setelah
diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

7
Kajian Penerapan Food Estate di Kabupaten Tuban

3. Executive Summary

 Merupakan ringkasan laporan akhir dari hasil pelaksanaan


pekerjaan.
 Dicetak dalam ukuran kertas A4, 70 gram
 Jilid soft cover, full color dan laminasi dove.
 Berjumlah 5 (lima) eksemplar.
4. Softcopy hasil kegiatan
 Hardisk berkapasitas 1 Tb sebanyak 1 buah, berisikan seluruh
file/ softcopy dari hasil seluruh kegiatan ini berupa hasil
kompilasi data dan analisis, dokumentasi survey dan
FGD/presentasi serta laporan secara keseluruhan.
 Diserahkan maksimal 90 (Sembilan puluh) hari setelah
diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

J Lingkup 1. Penyedia jasa berkewajiban dan bertanggung jawab sepenuhnya


Kewajiban terhadap pelaksanaan kegiatan sesuai dengan ketentuan perjanjian
Penyedia kerjasama yang disepakati.
Jasa 2. Penyedia jasa berkewajiban mengikuti ketentuan teknis yang
ditentukan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja.
3. Penyedia jasa berkewajiban memproses masukan yang didapat
dari hasil diskusi dan pembahasan dari setiap proses kegiatan dan
produk kegiatan
4. Dalam melaksanakan kegiatannya, kegiatan dinyatakan berakhir
sampai dengan selesainya semua kewajiban yang harus dipenuhi
sesuai dengan perjanjian pekerjaan yang disepakati.

K PENUTUP Demikian Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini dibuat, untuk dapat
dijadikan dasar pelaksanaan kegiatan dengan baik dan benar, sesuai
dengan tujuan dan output kegiatan yang diharapkan.

Tuban, Juli 2023


Mengetahui,
KEPALA BAPPEDA LITBANG PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
KABUPATEN TUBAN BAPPEDA LITBANG KAB. TUBAN

Drs. JOKO SARWONO ERYAN DEWI FATMAWATI, SE.,M.Ec.,MSE.,Ak


NIP. 19660426 198602 1 005 NIP. 19790320 200112 2 003

Anda mungkin juga menyukai