Anda di halaman 1dari 26

Badan Ketahanan Pangan

Kementerian Pertanian

Petunjuk Teknis

#KenyangGakHarusNasi

BKPKEMENTAN BKPKementan BKP Kementan badanketahananpangan


KATA PENGANTAR

Di Indonesia, beras menjadi sumber


penyedia energi tertinggi dengan rata-rata
konsumsi langsung rumah tangga tahun
2019 sebesar 94,9 kg/kapita/tahun.
Diperlukan lebih kurang 2,5 juta ton
beras per bulan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Penyediaan pangan
(beras) untuk 269 juta penduduk Indonesia
yang terus bertambah hingga diperkirakan mencapai 318,96 juta
pada tahun 2045 tidak mudah, karena memerlukan lahan dan air yang cukup.
Di sisi lain, budidaya pangan dihadapkan oleh alih fungsi lahan
produktif, perubahan iklim yang dapat menyebabkan kekeringan dan gagal
panen, pandemi serta krisis pangan global. Oleh karena itu upaya diversifikasi
pangan perlu dilakukan untuk menjaga ketahanan pangan nasional.

Diversifikasi ke arah konsumsi pangan non beras tidak mudah mengingat


semakin menurunnya konsumsi pangan non beras seperti umbi-umbian dan
serealia lain. Sementara penurunan konsumsi beras juga justru meningkatkan
konsumsi terigu alih alih pangan lokal seperti ubi kayu dan jagung. Padahal
Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan dan Peraturan
Pemerintah Nomor 17 tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi telah
mengamanatkan diversifikasi pangan untuk mengurangi ketergantungan
konsumsi beras dan terigu. Pada tahun 2020, Kementerian Pertanian
menempatkan program diversifikasi pangan lokal sebagai cara bertindak kedua
(CB2) dalam program peningkatan ketersediaan pangan di era normal baru.

i
Program akan difokuskan pada peningkatan penyediaan dan konsumsi jagung,
ubi kayu, sagu, kentang, pisang dan talas untuk memenuhi kecukupan gizi
masyarakat agar dapat hidup sehat, aktif, dan produktif.

Sebagai bagian dari pelaksanaan program diversifikasi pangan lokal non beras,
Badan Ketahanan Pangan menyusun Petunjuk Teknis Diversifikasi Pangan
Lokal sebagai acuan bagi unit kerja ketahanan pangan di daerah untuk
menetapkan target dan mengevaluasi capaian pelaksanaan kegiatan.

Semoga setiap upaya yang dilakukan dapat mendukung percepatan


diversifikasi pangan dan bermuara pada peningkatan kualitas sumberdaya
manusia Indonesia yang sehat, aktif, produktif dan berdaya saing.

Jakarta, Agustus 2020

Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng


Kepala Badan Ketahanan Pangan

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Sasaran 3
BAB II KERANGKA PIKIR 4
A. Konsep Kegiatan 4
B. Strategi Pelaksanaan 11
BAB III PELAKSANAAN 12
A. Edukasi 12
B. Promosi 13
C. Eskalasi UMKM Pangan Lokal 14
BAB IV ORGANISASI DAN TATA KERJA 15
A. Badan Ketahanan Pangan 15
B. Dinas/Unit Kerja Ketahanan Pangan Provinsi 16
BAB V PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN 17
BAB VI PENUTUP 18
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Target Peningkatan Konsumsi Ubi Kayu 7


Tabel 2 Target Peningkatan Konsumsi Jagung 8
Tabel 3 Target Peningkatan Konsumsi Sagu 8
Tabel 4 Target Peningkatan Konsumsi Kentang 9
Tabel 5 Target Peningkatan Konsumsi Pisang 9
Tabel 6 Target Peningkatan Konsumsi Talas 10

DAFTAR GAMBAR

Lokus Pelaksanaan Program Percepatan


Gambar 1 4
Diversifikasi Pangan Lokal

Target Penurunan Konsumsi Beras dan


Gambar 2 5
Peningkatan Konsumsi Pangan Lokal Non Beras

iv
BAB I PENDAHULUAN

Hingga saat ini, beras dan terigu menjadi sumber penyedia energi tertinggi
masyarakat Indonesia. Badan Pusat Statistik mencatat rata-rata konsumsi
beras langsung rumah tangga pada tahun 2019 mencapai 94,9
kg/kapita/tahun. Apabila tidak segera diantisipasi hal tersebut dapat
berpengaruh pada penyediaan beras dalam negeri dan berimplikasi pada
meningkatnya impor terigu. Padahal selain beras dan terigu terdapat berbagai
jenis bahan pangan lokal sumber karbohidrat seperti jagung, ubi kayu, ubi
jalar, talas/keladi/yam, kentang, garut, ganyong, sukun, pisang, sagu,
sorghum/hotong dll.

Hal ini diperkuat oleh pernyataan FAO yang menyebutkan bahwa terdapat lebih
dari 50 ribu jenis tanaman yang dapat dimakan di dunia, namun hanya 15 jenis
tanaman pangan yang menjadi penyedia 90% dari asupan energi. Diantara 15
komoditas pangan tersebut, beras, jagung dan gandum mencukupi 2/3 dari
konsumsi pangan dunia.
Untuk menurunkan ketergantungan
Ubi kayu
Kentang konsumsi pada jenis pangan tertentu
Pisang
Talas perlu dilakukan percepatan diversifikasi
pangan secara menyeluruh, sejak dari
hulu ke hilir. Perbaikan dari sisi hulu
dilakukan dengan melakukan perbaikan
pada teknologi budidaya, pendampingan
serta penyediaan sarana dan prasarana
Sagu Jagung usaha tani.

1
Perbaikan dari sisi akses untuk mendapatkan pangan lokal dilakukan
melalui perbaikan pada teknologi pasca panen yang meliputi penanganan
pasca panen, penyimpanan maupun pengolahan dan memperluas skala
usaha dan pemasaran melalui kemitraan dengan retail dan industri besar.
Selanjutnya upaya perbaikan dari sisi pemanfaatan dilaksanakan melalui
edukasi dan promosi yang diharapkan dapat merubah kebiasaan dan pola
pikir masyarakat terhadap konsumsi pangan lokal non beras.

Perbaikan kegiatan hulu yang meliputi teknis budidaya pertanian dan


pendampingan dilaksanakan secara bersama-sama oleh Direktorat Jenderal
teknis terkait, sedangkan peningkatan dari sisi pemanfaatan dilaksanakan
oleh Badan Ketahanan Pangan. Dalam pelaksanaan kegiatan percepatan
diversifikasi pangan di seluruh Indonesia, Badan Ketahanan Pangan
melakukan edukasi dan promosi pemanfaatan pangan lokal dengan
dukungan dari Dinas Ketahanan Pangan provinsi.

Tujuan Kegiatan
1. Meningkatnya pengetahuan ASN dan
masyarakat mengenai pangan lokal
sumber karbohidrat non beras.
2. Meningkatkan konsumsi pangan
lokal sumber karbohidrat non beras.
3. Mendukung berkembangnya UMKM
pangan local.
Tujuan Juknis
Memberikan arahan bagi aparat
provinsi dalam melaksanakan kegiatan
percepatan diversifikasi pangan di
Daerah.

2
Sasaran Kegiatan
1. Aparatur Sipil Negara di
provinsi dan kabupaten/kota.
2. Pelaku UMKM pangan local.
3. Masyarakat umum.

Sasaran Juknis
Aparat daerah yang
melaksanakan kegiatan
percepatan diversifikasi pangan.

SUBTITLE HERE
3
BAB II KERANGKA PIKIR

Kegiatan percepatan diversifikasi pangan lokal dilaksanakan untuk


meningkatkan konsumsi pangan non beras yaitu jagung, ubi kayu, sagu,
kentang, dan talas di 34 provinsi sesuai pembagian lokus pada Gambar 1.

Gambar 1. Lokus Pelaksanaan Program Percepatan Diversifikasi Pangan Lokal

Pemilihan lokus tersebut didasarkan pada kebiasan konsumsi pangan non


beras masyarakat, sehingga wilayah produsen bahan pangan non beras
tertentu belum tentu menjadi target peningkatan konsumsi komoditas
tersebut. Kebijakan ini diambil dengan pertimbangan bahwa peningkatan
konsumsi akan lebih mudah dilakukan oleh daerah yang terbiasa
mengkonsumsi bahan pangan tersebut.

4
Perhitungan peningkatan konsumsi pangan non beras didasarkan pada target
penurunan konsumsi beras sebanyak 2 kg/kapita/tahun, dari 94,9 kg/kapita per
tahun pada 2019 menjadi 85 kg/kapita/tahun pada 2024. Peningkatan konsumsi
keenam pangan non beras dihitung berdasarkan kontribusi yang ingin dicapai
terhadap penurunan konsumsi beras yaitu 40% untuk ubi kayu, 20% untuk sagu
dan 10% masing-masing untuk jagung, kentang, pisang dan talas.
94,9 (kg/kap/tahun) Penurunan konsumsi
92,9 beras menjadi 85,0
kg/kap/th tahun 2024
2019 90,9

2020 89,0

2021 87,0
2022 85,0
2023
2024
Peningkatan konsumsi
ubi kayu, jagung, sagu,
kentang, pisang dan
talas 2020-2024 2024
2023
3,7
2022 9,5
3,1
2021 7,0
2,4 9,1 2,3
2020 8,6 6,2 4,1
1,8 1,9
2019 8,1
5,4 18,1
1,2 1,5 3,6
7,7 4,5 16,2
3,1
Talas 0,6 3,7 1,1
14,3
Pisang 7,2 0,7 2,7
Kentang 2,9 12,4 (kg/kap/tahun)
2,2
Sagu 0,3 10,5
Jagung 1,7
Ubi Kayu 8,6
Gambar 2. Target Penurunan Konsumsi Beras dan Peningkatan Konsumsi Pangan
Lokal Non Beras
5
Target peningkatan konsumsi pangan non beras nasional pada Gambar 2
digunakan sebagai dasar untuk penghitungan target peningkatan konsumsi
oleh masing-masing provinsi yang menjadi lokus peningkatan konsumsi
pangan tertentu. Target ini kemudian dijadikan dasar oleh provinsi untuk
melakukan kegiatan percepatan diversifikasi pangan. Sebagai contoh, Provinsi
Aceh merupakan lokus peningkatan konsumsi ubi kayu dengan target sebesar
4,13 kg/kap/tahun pada tahun 2020. Kegiatan diversifikasi yang dilakukan oleh
provinsi Aceh adalah dalam rangka meningkatkan konsumsi ubi kayu sebesar
0,01 kg/kap/tahun. Contoh lainnya yaitu Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat
merupakan lokus peningkatan konsumsi ubi kayu dan kentang. Oleh karena itu
upaya diversifikasi pangan sepenuhnya diarahkan pada peningkatan konsumsi
kedua komoditas tersebut sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Detail
target peningkatan konsumsi pangan non beras disampaikan pada tabel 1-6.

6
Tabel 1.
Target Peningkatan Konsumsi Ubi Kayu

Konsumsi Target Konsumsi


No. Provinsi Kg/kap/th Kg/kap/th
2019 2020
1 Aceh 4,04 4,13
2 Sumatera Utara 6,94 7,10
3 Sumatera Barat 5,34 5,46
4 Jambi 8,97 9,18
5 Sumatera Selatan 9,33 9,54
6 Bengkulu 6,65 6,80
7 Lampung 9,50 9,72
8 Bangka Belitung 7,87 8,06
9 Jawa Barat 8,65 8,85
10 DI Yogyakarta 7,36 7,53
11 Banten 8,11 8,29
12 Kalimantan Barat 7,00 7,16
13 Kalimantan Tengah 9,48 9,70
14 Kalimantan Selatan 7,74 7,92
15 Kalimantan Timur 8,51 8,71
16 Kalimantan Utara 9,67 9,89
17 Jawa Tengah 8,04 8,23

7
Tabel 2.
Target Peningkatan Konsumsi Jagung
Konsumsi Target Konsumsi
No. Provinsi Kg/kap/th Kg/kap/th
2019 2020
1 Nusa Tenggara Timur 15,89 16,27
2 Gorontalo 6,97 7,30
3 Jawa Timur 3,74 3,92
4 Nusa Tenggara Barat 2,73 2,87
5 Sulawesi Tengah 2,41 2,53
6 Bali 1,50 1,57
7 Lampung 0,83 0,87

Tabel 3.
Target Peningkatan Konsumsi Sagu
Konsumsi Target Konsumsi
No. Provinsi Kg/kap/th Kg/kap/th
2019 2020
1 Riau 0,22 0,26
2 Kepulauan Riau 0,17 0,20
3 Sulawesi Tenggara 4,49 5,33
4 Maluku 4,13 4,90
5 Papua 6,48 7,68
6 Papua Barat 4,74 5,62
7 Sulawesi Selatan 1,17 1,39

8
Tabel 4.
Target Peningkatan Konsumsi Kentang
Konsumsi Target Konsumsi
No. Provinsi Kg/kap/th Kg/kap/th
2019 2020
1 Sumatera Utara 5,61 6,15
2 Sumatera Barat 7,03 7,71
3 Jambi 6,68 7,33
4 DKI Jakarta 4,78 5,25
5 Jawa Barat 3,37 3,70

Tabel 5.
Target Peningkatan Konsumsi Pisang

Konsumsi Target Konsumsi


No. Provinsi Kg/kap/th Kg/kap/th
2019 2020
1 Sulawesi Utara 9,13 10,90
2 Sulawesi Selatan 10,68 12,75
3 Sulawesi Barat 10,59 12,65
4 Maluku Utara 15,54 18,55

9
Tabel 6.
Target Peningkatan Konsumsi Talas

Konsumsi Target Konsumsi


No. Provinsi Kg/kap/th Kg/kap/th
2019 2020
1 Papua Barat 10,60 10,98
2 Papua 5,27 5,47
3 Maluku 2,22 2,31
4 Sulawesi Tengah 2,02 2,09
5 Sulawesi Utara 1,76 1,83
6 Nusa Tenggara Timur 1,50 1,56
7 Bali 1,21 1,26
8 Kalimantan Barat 0,81 0,84
9 Nusa Tenggara Barat 0,71 0,73
10 Maluku Utara 0,68 0,70
11 Kalimantan Tengah 0,66 0,68
12 Jawa Barat 0,29 0,30
13 Jawa Timur 0,29 0,30
14 Jawa Tengah 0,21 0,22

10
Kegiatan percepatan diversifikasi pangan
dilakukan melalui tiga saluran utama yaitu
edukasi, promosi dan eskalasi UMKM
pangan lokal.

11
BAB III PELAKSANAAN

Edukasi pangan lokal dapat dilaksanakan melalui penyelenggaran talkshow,


webinar, event-event outdoor yang mengusung tema “sehat, bahagia dengan
pangan local”. Edukasi juga dilakukan melalui penyebarluasan informasi melalui
penyebaran leaflet/ poster/banner dan perbanyakan bahan edukasi lainnya.
Edukasi juga dapat dilakukan melalui pemutaran video-video terkait dengan
peningkatan konsumsi pangan lokal. Konsep leaflet/poster/banner dapat
menggunakan desain dari pusat maupun desain lain disesuaikan dengan target
masing-masing provinsi.

Webinar/talkshow dapat diselenggarakan secara offline maupun online melalui


zoom meeting, google meet maupun platform online lainnya yang melibatkan
pemerintah provinsi, praktisi kesehatan, universitas, lembaga-lembaga
penelitian serta masyarakat. Event outdoor dapat berupa gathering, car free
day, jalan sehat dan lain sebagainya dengan memenuhi protokol kesehatan
yang sedang berlaku di wilayah tersebut.

Kegiatan edukasi peningkatan konsumsi pangan lokal dilaksanakan secara


umum dan secara spesifik sesuai target komoditi yang ditetapkan untuk
masing-masing provinsi.

12
Untuk mendukung kegiatan promosi
Kepala Daerah perlu menerbitkan
surat edaran yang berisi anjuran
untuk mengonsumsi pangan lokal
sebagai snack atau pangan utama
dalam acara kedinasan. Selain itu,
kegiatan promosi dapat dilaksanakan
dengan membagikan bahan-bahan
untuk promosi peningkatan
konsumsi pangan non beras. Bahan
yang dibagikan untuk promosi dapat
berupa pangan non beras kemasan
maupun bahan promosi lain seperti
tumbler, kotak makan, tas belanja,
kaos, masker dan lain sebagainya
yang di-branding dengan tagline diversifikasi pangan “sehat, bahagia dengan
pangan lokal” dan disesuaikan dengan target peningkatan konsumsi
komoditas.

Pembagian bahan promosi tersebut dapat dilakukan bersamaan dengan event


edukasi maupun event-event lain yang diselenggarakan oleh dinas ketahanan
pangan atau pemerintah provinsi setempat.

13
Eskalasi UMKM Pangan dilakukan melalui fasilitasi pemasaran produk-
produk UMKM pangan non beras melalui TTIC. Kegiatan yang
dilakukan dapat berupa pengadaan fasilitas outlet pemasaran pangan
lokal di TTIC. UMKM yang mendapatkan prioritas untuk memasarkan
produknya melalui TTIC disesuaikan dengan target komoditas
masing-masing provinsi. Apabila UMKM produk tersebut belum
ditemukan/diusahakan di provinsi terkait, maka outlet dapat diisi
dengan komoditas pangan lokal lain yang banyak dikonsumsi di
wilayah tersebut.

14
BAB IV ORGANISASI DAN TATA KERJA

A. Badan Ketahanan Pangan

Membuat maskot diversifikasi


2 pangan

Membuat video diversifikasi


3 pangan

Membuat desain atau konsep


4 untuk leaflet/poster/banner

15
B. Dinas/Unit Kerja Ketahanan Pangan Provinsi

Membuat surat edaran Gubernur kepada Dinas/OPD

1 Provinsi dan Kabupaten untuk menggunakan pangan


lokal sebagai snack dan makanan utama pada acara
kedinasan (format terlampir)

Melaksanakan Webinar/talkshow/event
2 outdoor yang melibatkan berbagai pihak
di provinsi

Membuat, mencetak atau mengadakan


3 bahan promosi pangan non beras sesuai
dengan target masing-masing provinsi

Menyebarluaskan informasi dan bahan


4 promosi pangan non beras

Megadakan fasilitasi outlet pemasaran


pangan non beras di TTIC provinsi

Membuat laporan pelaksanaan kegiatan

16
BAB V PEMANTAUAN, EVALUASI DAN
PELAPORAN

Pemantauan dilaksanakan untuk memonitor progress kegiatan dan ketepatan


antara tujuan dan sasaran dengan pelaksanaan kegiatan. Evaluasi
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peran dan tanggung jawab
kelembagaan yang menangani kegiatan diversifikasi pangan sekaligus sebagai
upaya antisipasi terhadap pelaksanaan kegiatan sehingga dapat berjalan
lancar sesuai dengan tujuan dan sasaran. Evaluasi juga dilakukan untuk
mengetahui manfaat pelaksanaan anggaran sesuai dengan tujuan
program/kegiatan. Pelaporan dilaksanakan untuk mendokumentasikan hasil
pemantauan dan evaluasi, sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai bahan
pembelajaran dan diseminasi program/kegiatan.

17
BAB VI PENUTUP

Program Diversifikasi Pangan Lokal Non Beras merupakan kegiatan strategis


Badan Ketahanan Pangan yang dimaksudkan untuk meningkatkan konsumsi
pangan sumber karbohidrat non beras sekaligus menurunkan konsumsi beras
sebanyak 2 kg/kapita/tahun. Cakupan kegiatan pada tahun 2020 yang
dilaksanakan oleh badan Ketahanan Pangan meliputi edukasi, promosi, dan
eskalasi UMKM pangan lokal. Kegiatan edukasi dimaksudkan untuk memberikan
pengetahuan kepada pemangku kepentingan dan masyarakat terkait dengan
penyediaan dan manfaat pangan lokal. Kegiatan promosi dilaksanakan untuk
mengenalkan pangan lokal kepada masyarakat, sedangkan eskalasi UMKM
pangan lokal dilaksanakan untuk memberi ruang kepada UMKM pangan lokal
dalam pemasaran produknya sekaligus meningkatkan akses masyarakat dalam
memperoleh pangan lokal tersebut.

Petunjuk Teknis Diversifikasi Pangan Lokal Tahun 2020 ini ditetapkan sebagai
acuan bagi para pemangku kepentingan dalam melaksanakan kegiatan.

18
LAMPIRAN

19
20
Badan Ketahanan Pangan
Kementerian Pertanian
Jl. Harsono RM No. 3, Ragunan
Jakarta 12550 Indonesia
Telp. (021) 7805035, 7805641
Fax. (021) 78846536

Anda mungkin juga menyukai