SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI (SKPG) KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2013
Kegiatan Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan
DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN ANGGARAN 2013
KATA PENGANTAR KATA PANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmatNya Laporan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) kabupaten Kepulauan Anambas bulan Januari 2013 dapat diselesaikan dengan baik. Tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai dasar untuk mengetahui situasi pangan dan gizi daerah Kabupaten Kepulauan Anambas, yang ada akhirnya dapat dijadikan sebagai rekomendasi kebijakan dan perencanaan program yang berkaitan dengan pangan dan gizi serta rekomendasi kebijakan dan pelaksanaan intervensi bagi penanganan kerawanan pangan dan gizi. Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu pikiran, tenaga dan waktu untuk mendapatkan semua data dan informasi yang berkaitan dengan situasi pangan dan gizi masyarakat kabupaten Kepulauan Anambas terutama kepada tim SKPG atas kerjasama dan komitmennya, serta pihakpihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Demikian kami sampaikan, semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua.
Tarempa,
Januari 2013
ABSTRAK/RINGKASAN
Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) adalah serangkaian proses untuk mengantisipasi kejadian kerawanan pangan dan gizi melalui ruang lingkup kegiatan SKPG yang terdiri daripengumpulan, pemrosesan, penyimpanan, analisis, dan penyebaran informasi situasi pangan dan gizi, serta investigasi mendalam (indepth investigation) bagi desa yang diindikasikan akan terjadi kerawanan pangan dan gizi. Hasil analisis SKPG dapat dimanfaatkan sebagai bahan perumusan kebijakan, perencanaan, penentuan intervensi atau tindakan dalam penanganan kerawanan pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan di tingkat kabupaten. Adapun tujuan kegiatan SKPG ini adalah untuk mendapatkan informasi dan data situasi pangan dan gizi masyarakat kabupaten Kepulauan Anambas yang selanjutnya dijadikan sebagai dasar untuk menyusun kebijakan pemerintah dalam merencanakan program yang berkaitan dengan pangan dan gizi. Analisis situasi pangan dan gizi bulanan disajikan berdasarkan tiga jenis indikator : (1) aspek ketersediaan, terdiri dari luas tanam, luas panen dan puso, (2) aspek akses pangan, dan (3) aspek pemanfaatan pangan. Berdasarkan analisa data aspek Ketersediaan pangan Kabupaten Kepulauan Anambas bulan Januari 2013 dari 7 Kecamatan , terdapat 3 kecamatan berwarna kuning yang termasuk dalam kondisi waspada yaitu kecamatan Jemaja Timur, Siantan, dan Siantan Selatan dan 4 kecamatan berwarna merah yang
termasuk dalam kondisi defisit pangan serealia (padi, jagung) dan umbi-umbian (ubi kayu, ubi jalar) yaitu kecamatan Jemaja, Palmatak, Siantan imur dan Siantan Tengah. Berdasarkan aspek akses terhadap pangan pada bulan Januari 2013 tidak ada Kecamatan yang berada dalam kondisi rawan. Seluruh Kecamatan (kecamatan Jemaja, Jemaja Timur, Palmatak, Siantan, Siantan Timur, Siantan Tengah dan Siantan Selatan) dalam kondisi aman. Berdasarkan Indeks Komposit Ketahanan Pangan (Bulanan) pada bulan Januari 2013, semua kecamatan yang ada di kabupaten kepulauan anambas berada dalam kondisi rawan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................ 2 ABSTRAK/RINGKASAN . 3 DAFTAR ISI 5 DAFTAR TABEL .7 DAFTAR GAMBAR 8 I.PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 9 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. LATAR BELAKANG .................................................................................................................. 9 TUJUAN................................................................................................................................ 12 SASARAN ............................................................................................................................. 13 KELUARAN ........................................................................................................................... 13 RUANG LINGKUP ................................................................................................................. 13
II. GAMBARAN UMUM SITUASI PANGAN DAN GIZI ............................................................................ 14 2.1. KETERSEDIAAN PANGAN ..................................................................................................... 14 2.1.1. PRODUKSI (LUAS TANAM, LUAS PANEN, LUAS PUSO) 15 2.1.2. KONSUMSI PANGAN 18 2.1.3. JUMLAH PENDUDUK .18 2.1.4. CADANGAN PANGAN ..19 2.2. AKSES TERHADAP PANGAN ................................................................................................. 20 2.2.1. PERKEMBANGAN HARGA PANGAN KOMODITAS UTAMA DAN STRATEGIS . 22 2.2.2. JUMLAH KELUARGA PRASEJAHTERA 23 2.3. PEMANFAATAN PANGAN .................................................................................................... 24 2.3.1. STATUS GIZI BALITA . 26 2.3.2. KASUS GIZI BURUK 28 III.METODE SKPG ................................................................................................................................. 31 3.1. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP SKPG .......................................................................... 31 5
3.2. 3.3.
4.1.1. ASPEK KETERSEDIAAN PANGAN .......................................................................................... 35 4.1.2. ASPEK AKSES PANGAN ........................................................................................................ 39 4.1.3. ASPEK PEMANFAATAN PANGAN ......................................................................................... 41 4.1.4 INDEKS KOMPOSIT .............................................................................................................. 44 4.2. PETA SITUASI PANGAN DAN GIZI . 45 V.KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................................................ 47 5.1.KESIMPULAN ............................................................................................................................. 47 5.2. SARAN ...................................................................................................................................... 47 LAMPIRAN 1. SK PENETAPAN TIM POKJA SKPG 2. SUMBER DATA : ASPEK KETERSEDIAAN, AKSES DAN PEMANFAATAN PANGAN 3. HASIL PENGOLAHAN INDIKATOR ASPEK KETERSEDIAAN 4. HASIL PENGOLAHAN INDIKATOR ASPEK AKSES PANGAN 5. HASIL PENGOLAHAN INDIKATOR ASPEK PEMANFAATAN PANGAN
DAFTAR TABEL
Tabel.1
Luas Tanam, Luas Panen, Produksi, Rata-Rata Produksi Padi Menurut Kecamatan Di Kabupaten Kepulauan Anambas 2011 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi Dan Rata-Rata Produksi Palawija Menurut Kecamatan Di Kabupaten Kepulauan Anambas 2011 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi Dan Rata-Rata Produksi Palawija Menurut Kecamatan Di Kabupaten Kepulauan Anambas 2011 Tingkat Konsumsi Energy Dan Protein Masyarakat Indonesia Luas Wilayah, Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Menurut Kecamatan Dikabupaten Kepulauan Anambas Harga-Harga Beberapa Kebutuhan Pokok Menurut Bulan Di Kabupaten Kepulauan Anambas, 2011 Luas tanam tanaman Pangan kabupaten Kepulauan Anambas bulan Januari 2013 Luas panen tanaman pangan Kabupaten Kepulauan Anambas bulan Januari 2013 Luas puso tanaman pangan kabupaten kepulauan Anambas bulan Januari 2013 Identifikasi kecamatan berdasarkan aspek ketersediaan pangan bulanan Perkembangan harga pangan kabupaten kepulauan Anambas Januari 2013 Identifikasi kecamatan berdasarkan aspek akses pangan bulanan Aspek pemanfaatan pangan bulanan kabupaten Kepulauan Anambas Januari 2013 Identifikasi kecamatan berdasarkan aspek pemanfaatan pangan bulanan Skor komposit bulan Januari 2013
16
Tabel 2
17
Tabel 3
17
Tabel 4 Tabel 5
18 19
Tabel 6
23
Tabel 7
36 36
Tabel 8
Tabel 9
36
Tabel 10 Tabel 11
37 39
Tabel 12 Tabel 13
40 41
Tabel 14 Tabel 15
43 44
DAFTAR GAMBAR
Peta Kabupaten Kepulauan Anambas Peta ketersediaan Pangan Peta Akses Pangan Peta Pemanfaatan Pangan Peta Komposit
9 45 45 46 46
PENDAHULUAN
Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan kabupaten termuda di Propinsi Kepulauan Riau. Terbentuk pada tahun 2008, terdiri dari 7 kecamatan, yaitu kecamatan Siantan, Siantan Selatan, Siantan Timur, Siantan Tengah, Palmatak, Jemaja dan Jemaja Timur. Kabupaten yang merupakan batas terluar kepulauan Indonesia ini merupakan gugusan pulau-pulau besar dan kecil yang berada di tengah laut Cina Selatan, berbatasan langsung dengan Negara lain atau lautan Internasional.
Dilihat dari kondisi geografisnya yang terletak ditengah-tengah laut dan terdiri dari gugusan pulau-pulau dimana akses pangan sangat tergantung pada kondisi cuaca dan pasokan luar, boleh dikatakan Kabupaten Kepulauan Anambas termasuk daerah yang rawan pangan. Selama ini pasokan makanan di Kabupaten Kepulauan Anambas diperoleh dari luar, terutama dari Tanjungpinang dan Kalimantan karena keterbatasan produksi pertanian. Beras, sayur mayur, buah-buahan, gula, minyak dan hampir sebagian besar bahan makanan pokok kebutuhan masyarakat kepulauan Anambas diperoleh dari pedagang antar pulau yang datang melalui kapal-kapal Barang, kapal Ikan, kapal Perintis, Binaiyaa maupun kapal feri. Jika cuaca bagus, stok bahan makanan di pasaran stabil dan melimpah. Akan tetapi jika cuaca buruk, angin kuat dan ombak besar maka bisa dipastikan pasokan bahan makanan berkurang dan kalaupun ada harganya cukup mahal. Kondisi seperti ini biasanya terjadi pada musim angin utara, sekitar bulan September s/d Februari. Didorong oleh permasalahan yang dihadapi terutama masalah rawan pangan di Kabupaten Kepulauan Anambas, Pemerintah Kabupaten
Kepulauan Anambas dalam hal ini Dinas Pertanian dan Kehutanan yang membidangi Ketahanan Pangan mulai melakukan kegiatan-kegiatan kearah pengembangan suatu sistem sesuai dengan kebutuhan dan situasi setempat. Salah satunya adalah dengan melaksanakan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG). Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) adalah serangkaian proses untuk mengantisipasi kejadian kerawanan pangan dan gizi melalui
10
ruang lingkup kegiatan SKPG yang terdiri dari pengumpulan, pemrosesan, penyimpanan, analisis, dan penyebaran informasi situasi pangan dan gizi, serta investigasi mendalam (indepth investigation) bagi desa yang
diindikasikan akan terjadi kerawanan pangan dan gizi. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) diawali dengan pelaksanaan kegiatan pengamatan situasi pangan, dengan teknik
penyediaan data/informasi terhadap penanganan masalah gangguan pangan yang berpeluang muncul setiap saat. Perkembangan situasi pangan dapat cenderung menjadi tidak menentu dan sulit dipastikan, baik sebagai akibat pengaruh alam maupun oleh adanya gejala instabilitas seperti krisis ekonomi, sosial dan politik, maka penerapan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi diharapkan dapat dijadikan acuan dalam mendeteksi kondisi awal ketahanan ekonomi, social dan politik. Selain sebagai pendeteksi awal, SKPG berguna dalam perencanaan program pangan dan gizi yang mampu mengoptimalkan koordinasi lintas sektoral antar lembaga. Ketersediaan pangan yang stabil disuatu tempat, artinya pangan dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat dan dapat dikonsumsi masyarakat sesuai dengan kebutuhan. Pengamatan situasi pangan dilaksanakan melalui kegiatan
pemantauan secara langsung atau melalui k pengumpulan data/informasi yang berhubungan dengan ketersediaan pangan yang selanjutnya akan diolah untuk menjadi bahan perumusan kebijakan dalam penanggulangan masalah kerawanan pangan.
11
Implementasi pelaksanaanya SKPG pada akhirnya adalah hubungan yang terkoordinir dengan baik antara pemerintah daerah pusat secara fungsional. Pelaksanaan ini terkait dengan beberapa perangkat hukum antara lain : ( 1 ) UU No.7 Tahun 1996 tentang Pangan, ( 2 ) UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, ( 3 ) UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. ( 4 ) PP No. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan Propinsi Sebagai Daerah Otonom, ( 5 ) Keppres No. 132 Tahun 2001 tentang Dewan Ketahanan Pangan, ( 6 ) Surat Edaran Menteri Kesehatan tanggal 27 juli 2002 No.1107/Menkes/ENII/2000 tentang Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) menjadi kewenangan Propinsi dan Kabupaten/Kota. Berdasarkan uraian diatas dan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan SKPG di Kabupaten Kepulauan Anambas, maka perlu disusun evaluasi pelaksanaan SKPG sebagai bahan masukan dan informasi bagi penentuan kebijakan ditahap selanjutnya. 1.2. TUJUAN Adapun tujuan kegiatan SKPG ini adalah untuk mendapatkan informasi dan data situasi pangan dan gizi masyarakat kabupaten Kepulauan Anambas yang selanjutnya dijadikan sebagai dasar untuk menyusun kebijakan pemerintah dalam merencanakan program yang berkaitan dengan pangan dan gizi.
12
1.3. SASARAN Adapun sasaran dari kegiatan SKPG ini adalah pemerintah dan masyarakat Kabupaten Kepulauan Anambas. 1.4. KELUARAN 1. Tersedianya informasi situasi pangan dan gizi bulanan dan tahunan 2. Tersedianya informasi hasil investigasi daerah/desa yang diindikasikan rawan pangan. 3. Tersusunnya rekomendasi kebijakan dan pelaksanaan intervensi bagi penanganan kerawanan pangan dan gizi. 4. Tersedianya laporan dan rekomendasi kebijakan dan perencanaan program yang berkaitan dengan pangan dan gizi. 1.5. RUANG LINGKUP Ruang lingkup kegiatan SKPG terdiri dari pengumpulan, pemrosesan, penyimpanan, analisis dan penyebaran informasi situasi pangan dan gizi serta investigasi mendalam (indepth investigation) bagi desa yang diindikasikan akan terjadi kerawanan pangan dan gizi. Hasil analisis SKPG dapat dimanfaatkan sebagai bahan perumusan kebijakan, perencanaan, penentuan intervensi atau tindakan dalam penanganan kerawanan pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan di kabupaten Kepulauan Anambas
13
II.
2.1. KETERSEDIAAN PANGAN Aspek Ketersediaan (Food Availability) yaitu ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang dalam suatu negara baik yang berasal dari produksi sendiri, impor, cadangan pangan maupun bantuan pangan. Ketersediaan pangan ini diharapkan mampu mencukupi pangan yang didefinisikan sebagi jumlah kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat. Ketersediaan Pangan adalah ketersediaan pangan secara fisik di suatu wilayah dari segala sumber, baik itu produksi pangan domestik, perdagangan pangan dan bantuan pangan. Ketersediaan pangan ditentukan oleh produksi pangan di wilayah tersebut, perdagangan pangan melalui mekanisme pasar di wilayah tersebut, stok yang dimiliki oleh pedagang dan cadangan pemerintah, dan bantuan pangan dari pemerintah atau organisasi lainnya. Produksi pangan tergantung pada berbagai faktor seperti iklim, jenis tanah, curah hujan, irigasi, komponen produksi pertanian yang digunakan, dan bahkan insentif bagi para petani untuk menghasilkan tanaman pangan. Pangan meliputi produk serealia, kacang-kacangan, minyak nabati, sayur-sayuran, buah-buahan, rempah, gula, dan produk hewani. Karena porsi utama dari kebutuhan kalori harian berasal dari sumber pangan karbohidrat, yaitu sekitar separuh dari kebutuhan energi per orang per hari, maka yang digunakan dalam analisa kecukupan pangan yaitu karbohidrat yang bersumber dari produksi pangan pokok serealia, yaitu padi, jagung, dan umbi-umbian (ubi
14
kayu dan ubi jalar) yang digunakan untuk memahami tingkat kecukupan pangan pada tingkat provinsi maupun kabupaten.
Produksi adaah peningkatan produksi pangan dan kualitas pangan dapat dilakukan dengan program intensifikasi budidaya dan diversifikasi pangan antara lain dengan usaha pengolahan bahan pangan menjadi produk pangan yang menpunyai nilai tambah. Walau bukan termasuk daerah penghasil beras, namun kabupaten Kepulauan Anambas masih memiliki potensi yang dapat lebih
dikembangkan lagi pada sector ini. Tiga kecamatan, yaitu Jemaja Jemaja Timur dan Palmatak yang memiiki lahan sawah. Luas tanam padi di tahun 2011 adaah 54 ha dengan luas panen 54 ha, dengan total produksi pada tahun 2011 sebesar 324 ton. Angka ini mengalami kenaikan dari tahuntahun sebelumnya (tabel 1). Selain padi, juga terdapat palawija dengan luas panen 107 ha dengan produksi 1155 ton. produksi tanaman palawija pada tahun 2011 untuk komoditi jagung 225 ton, ubi kayu 735 ton, dan ubi jalar 420 ton (tabel 2 dan 3). Luas tanam adalah luas tanaman yang betul-betul ditanam (sebagai tanaman baru) pada bulan laporan, baik penanaman yang bersifat normal maupun penanaman yang dilakukan untuk mengganti tanaman yang dibabat/dimusnahkan karena terserang OPT atau sebab-sebab lain.
15
Luas Panen adalah luas tanaman yang dipungut hasilnya paling sedikit 11 persen dari keadaan normal. Khusus untuk jagung dan kedelai, luas tanaman yang dipanen adalah yang bertujuan menghasilkan pipilan kering (jagung) dan biji kering (kedelai). Luas puso adalah luas tanaman yang mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh serangan OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan), DPI (dampak Perubahan Iklim) dan/atau oleh sebab lainnya (gempa bumi dll) sedemikian rupa sehingga hasilnya kurang dari 11 persen dari keadaan normal. Tabel.1. Luas tanam, luas panen, produksi, rata-rata produksi padi menurut kecamatan di kabupaten kepulauan Anambas 2011
LUAS NO KECAMATAN TANAM (ha) 1 2 3 4 5 6 7 Jemaja Jemaja Timur Siantan Selatan Siantan Siantan Timur Siantan Tengah Pamatak Jumlah total 2011 2010 2009 2008 54 45 36 23 54 41 28 10 324 246 190 136 6,0 6,0 6,8 6,8 7 45 2 LUAS PANEN (ha) 7 45 2 PRODUKSI (ton) 42,0 270,0 12 RATA-RATA PRODUKSI 6 6 6
Sumber : Kepulauan Anambas Dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Anambas
16
Tabel.2. Luas tanam, luas panen, produksi, rata-rata produksi palawija menurut kecamatan di kabupaten kepulauan Anambas 2011
JAGUNG NO 1 2 3 4 5 6 7 KECAMATAN Jemaja Jemaja Timur Siantan Selatan Siantan Siantan Timur Siantan Tengah Pamatak Jumlah total 2011 2010 2009 2008 30 37 22 16 225 167 110 80 49 153 24 6 735 4800 810 300 Berlanjut/continue LUAS PANEN (ha) 2 20 8 PRODUKSI (TON) 15 150 60 UBI KAYU LUAS PANEN (HA) 7 7 9 16 3 3 4 PRODUKSI (TON) 105 105 135 240 45 4 60
Tabel 3.
Luas tanam, luas panen, produksi, rata-rata produksi palawija menurut kecamatan di kabupaten kepulauan Anambas 2011
UBI JALAR KACANG TANAH LUAS PANEN (HA) 3 1 3 PRODUKSI (TON) 9 8 15
NO
KECAMATAN
1 2 3 4 5 6 7
Jemaja Jemaja Timur Siantan Selatan Siantan Siantan Timur Siantan Tengah Pamatak 2011 2010 2009 2008
Sumber : Kepulauan Anambas Dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Anambas
17
2.1.2. KONSUMSI PANGAN Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi kepuasan emosional atau selera, sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam keluarga dan masyarakat
(Sedioetama 1996). Konsumsi pangan merupakan factor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyediakan energy bagi tubuh, mengatur proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan. Tabel. 4. Tingkat Konsumsi Energi dan Protein masyarakat Indonesia.
Uraian Energi (Kalori) TKE Protein (gram) 2005 1996 99,8 55,23 106,2 25,2 2006 1927 96,3 53,66 103,2 24,4 2007 2015 100,7 57,66 110,9 26,2 2008 2038,2 101,9 57,49 110,6 26,6 2009 1927,5 96,4 54,36 104,5 26,6
TKP
Hewani (%)
2.1.3. JUMLAH PENDUDUK Penduduk kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun 2011 menurut proyeksi Badan Pusat Statistik ada sebanyak 39.318 jiwa dengan
18
kepadatan penduduk 61,98 jiwa.km2. kecamatan Siantan memiliki tingkat kepadatan penduduk tertingggi sebesar 231,97 jiwa/km2 dan terendah kecamatan Jemaja Timur dengan tingkat kepadatan sebesar 13,58 jiwa/km2 (tabel 5). Tabel 5. Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan menurut kecamatan di kabupaten Kepulauan Anambas, tahun 2011.
No 1 2 3 4 5 6 7 Kecamatan Jemaja Jemaja Timur Siantan Selatan Siantan Siantan Timur Siantan Tengah Palmatak Luas (Km2) 78,26 154,24 115,48 45,39 88,92 22,14 129,94 634,37 634,37 634,37 634,37 Jumlah Penduduk 5.818 2.094 3.352 10.529 3.400 2.824 11.301 39.318 37.411 35.645 33.586 Kepadatan (/km) 74,34 13,58 29,03 231,97 38,24 127,55 86,97 61.98 58.97 56.19 52.94
Sumber : Kepulauan Anambas Dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Anambas
2.1.4. CADANGAN PANGAN Cadangan pangan adalah persediaan bahan pangan pokok yang disimpan oeh pemerintah dan masyarakat yang dapat dimobiisasi secara cepat untuk keperluan konsumsi maupun menghadapi keadaan darurat dan antisipasi terjadinya gejolak harga. Cadangan pemerintah, masyarakat.
19
pangan
nasional
terdiri daerah
dari dan
cadangan cadangan
pangan pangan
cadangan
pemerintah
Maksud
dan
tujuan
cadangan
pangan
adaah
menyediakan
cadangan pangan komoditi beras sebagai cadangan pangan pokok daerah dalam rangka mencegah dan menanggulangi keadaan darurat, pasca bencana serta mengantisipasi gejiolak harga beras yang signifikan. Pada Tahun 2013 Pemkab Anambas menyalurkan 3.121 jatah raskin untuk Rumah Tangga Sasaran (RTS). Jumlah tersebut terperinci 2.201 berasal dari APBD dan 920 RTS dari APBN. Jumlah penyaluran raskin untuk RTS yang berasal dari dana APBN menurun dibanding tahun 2011 yaitu 2.000 RTS. Penyebab turunnya penerimaan atau penyaluran raskin 2013 diperkirakan karena taraf hidup perekonomian masyarakat Anambas juga meningkat. Sehingga yang berhak menerima raskin berkurang. Sebagai pelengkap Pemkab Anambas melakukan penambahan kuota RTS sebanyak 2.201 RTS dari APBD, agar semua lapisan masyarakat mendapatkan bagian. Pendistribusiannya dilakukan tiap tiga bulan sekali. Untuk satu kepala keluarga sebanyak 15 kg. 2.2. AKSES TERHADAP PANGAN Aspek Akses Pangan (Food Acces) : yaitu kemampuan semua rumah tangga dan individu dengan sumberdaya yang dimiliki untuk memperoleh pangan yang cukup untuk kebutuhan gizinya yang dapat diperoleh dari produksi pangannya sendiri, pembelian ataupun melalui bantuan pangan. Akses rumah tangga dari individu terdiri dari akses ekonomi, fisik dan social. Akses ekonomi tergantung pada, pendapatan, kesempatan kerja dan harga. Akses fisik
20
menyangkut tingkat isolasi daerah (sarana dan prasarana distribusi), sedangkan akses social menyangkut tentang referensi pangan. Atau dapat dikatakan keterjangkauan dalam pengukuran ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga dilihat dari kemudahan rumah tangga memperoleh pangan yang dapat diukur dari pemilikan lahan. Cara memperoleh pangan juga dapat dengan memproleh produksi sendiri dan membeli.
Adapun faktor-faktor yang memepengaruhi Akses pangan dapat dikategorikan dalam faktor-faktor yang bersifat fisik antara lain kelancaran system distribusi, terpenuhinya sarana dan prasana transportasi sehingga tidak menimbulkan terjadinya isolasi daerah. Faktor yang bersifat ekonomi antara lain kemampuan atau peningkatan daya beli masyarakat atau individu dikarenakan adanya kesempatan kerja menyebabkan pendapatan tinggi sehingga harga pangan terjangkau. Faktor yang bersifat social antara lain tidak adanya konflik social yang disebabkan oleh buruknya adat atau kebiasaan, tinggi-rendahnya pengetahuan sehingga berpengarh pada
preferensi atau pemilihan jenis pangan. Suatu contoh adanya pengetahuan tentang asupan gizi pada komoditas pangan yang seharusnya dikonsumsi maka rumah tangga atau individu dengan pendapatan yang tinggi maka tidak mustahil rumah tangga/individu akan memilih komoditas pangan yang memiliki mutu dan kualitas.
21
Kabupaten kepulauan Anambas merupakan daerah yang terdiri dari pulaupulau yang tentunya mengakibatkan adanya penambahan ongkos transportasi yang cukup tinggi untuk berbagai barang yang masuk. Hal ini mengakibatkan harga berbagai barang mengalami penyesuaian harga atau dengan kata lain harga menjadi lebih tinggi.
Berdasarkan data Dinas perindustrian, perdagangan, koperasi dan UKM kabupaten Kepulauan Anambas yang terangkum dalam Anambas dalam angka 2012, Badan Pusat Statistik kabupaten Kepulauan Anambas, harga kebutuhan pokok telah tercatat dan apabila diperhatikan kenaikan harga yang terjadi cukup mengejutkan (tabel 6)
22
Tabel 6. Harga-harga beberapa kebutuhan pokok menurut bulan di Kabupaten Kepulauan Anambas, 2011.
JENIS TERIGU (1 KG) 7100 7200 7200 7200 7200 7200 7500 7500 7500 8000 8000 7200 (1 BTL) 9300 10300 10300 10300 9400 9200 9200 9200 9200 9000 9000 9300 (1 KG) 35000 35000 32000 33000 33000 32000 32000 32000 32000 34000 34000 34000 (1 KG) 80000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 111000 111000 111000
NO
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
BERAS (CITRA MANDIRI 1 KG) 11000 11000 10700 10700 9600 10300 10500 10500 10500 10000 11000 11000
GULA (1KG) 10800 10800 10800 10800 10000 9400 9400 9400 9400 10000 11000 11000
TELUR (1 BTR) 1500 1500 1250 1250 1000 1250 1250 1250 1250 1000 1000 1000
MINYAK GORENG
DAGING AYAM
DAGING SAPI
* Sumber : Anambas dalam angka 2012, Badan Pusat Statistik kabupaten Kepulauan Anambas
Keluarga pra sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need) secara minimal, seperti kebutuhan akan spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB. Indicatornya adalah mereka tidak mampu untuk melaksanakan ha-hal sebagai berikut :
23
a. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga b. Pada umumnya seluruh anggota keluarga, makan dua kali atau lebih dalam sehari. c. Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian berbeda di rumah, bekerja, sekolah atau berpergian. d. Bagian yang terluas dari lantai bukan dari tanah. e. Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sasaran kesehatan.
Dari
data
Sistem
Informasi
Statistik
Pembangunan
Daerah
Tertinggal, tentang Jumah penduduk, keluarga, penduduk miskin dan keluarga prasejahtera dan sejahtera I, menurut kabupaten daerah tertinggal tahun 2011, di paparkan bahwa untuk kabupaten Kepulauan Anambas yang berjumlah
penduduk 39.588 pada pertengahan tahun, mempunyai jumah keluarga/Rumah tangga 11.046. jumlah penduduk miskin/pra sejahtera adalah 1.600 orang atau sekitar 3,95%.
24
Pemanfaatan pangan/ konsumsi terkait dengan kualitas dan keamanan jenis pangan yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi. Ukuran kualitas pangan seperti ini sulit dilakukan karena melibatkan berbagai jenis makanan dengan kandungan gizi yang berbeda-beda, sehingga ukuran keamanan hanya dilihat dari ada atau tidaknya bahan makanan yang mengandung protein hewani dan/atau nabati yang dikonsumsi dalam rumah tangga. Oleh karena itu, ukuran kualitas pangan dilihat dari data pengeluaran untuk konsumsi makanan (laukpauk) sehari-hari yang mengandung protein hewani dan/atau nabati.
Pemanfaatan Pangan erat kaitannya dengan mutu dan keamanan pangan. Mutu dan keamangan pangan tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatan manusia, tetapi juga terhadap produktivitas ekonomi dan
perkembangan sosial baik individu, masyarakat maupun negara. Selain itu mutu dan keamanan pangan terkait erat juga dengan kualitas pangan yang dikonsumsi, yang secara langsung berpengaruh terhadap kualitas kesehatan serta pertumbuhan fisik dan intelgensi manusia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pangan antara lain fasilitas dan layanan kesehatan dengan cara peningkatan fasilitas kesehatan yang memadai dan mempermudah layanan kesehatan, sanitasi dan ketersediaan air dengan kecukupan air bersih hal ini dikarenakan air yang kurang bersih rentan penyakit. Faktor lain yang berpengaruh terhadap penyerapan pangan yaitu pengetahuan ibu rumah tangga yang mana pola makan dan pola asuh kesehatan berdampak pada seberapa besar jumlah asupan gizi yang dikonsumsi. Apabila faktor-faktor tersebut terpenuhi tidaklah
25
mustahil bahwasannya hasil yang diharapkan seperti peluang harapan hidup dari terpenuhinya gizi balita akan memiminkan angka kematian bayi sebagi penerus generasi. Dari beberapa hasil observasi penyerapan pangan, bentuk dari ketahanan pangan menitik beratkan pada pola konsumsi yang diharapkan mampu memenuhi gizi maupun energi, diversifikasi pangan dan adanya jaminan keamanan pangan. Berkaitan dengan keamanan pangan, dari instansi atau badan pengawasan pangan telah melakukan beberapa kegiatan antara lain (a) penyuluhan kepada produsen makanan jajanan dan pedagang melalui pelatihan rencana penjaminan mutu, serta keamanan, mutu, dan gizi pangan; (b) operasionalisasi pengawasan bahan pangan/pangan melalui pengkajian; (c) penyebaran dan publikasi informasi keamanan dan mutu pangan melalui media cetak maupun elektronik; (d) penetapan dan pengusulan peraturan daerah tentang pengendalian Keamanan, mutu dan gizi pangan; (e) inventarisasi institusi daerah yang memiliki kompetensi dalam menangani keamanan, mutu, dan gizi pangan segar, olahan, siap saji dan pangan jajanan.
2.3.1. STATUS GIZI BALITA Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit.
26
Penilaian status gizi dibagi menjadi dua yaitu (1) Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisika; (2) Penilaian status gizi secara tidak langsungdapat dibagi menjadi tiga penilaian yaitu survei konsumsi makanan, statistikvital, dan faktor ekologi. Penilaian antropometri secara umum digunakan untuk melihatketidakseimbangan asupan energi dan protein. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh. Beberapa indeks antropometri yang digunakan untuk menggambarkan prevalensi status gizi diantaranya: Berat Badan Menurut Umur (BB/U). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi. 1. Konsumsi Makanan dan Penyakit Infeksi Konsumsi makanan dan penyakit infeksi yang kurang memenuhi syarat gizi merupakan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan status gizi anak. Gangguan gizi yang kronis pada masa anak akan tampak akibatnya terhadap pertumbuhan pada usia selanjutnya bila tidak segera ditanggulangi. 2. Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan juga menentukan pola makan apa yang dibeli dengan uang tersebut. Jika pendapatan meningkat, pembelanjaan untuk membeli makanan juga meningkat. Dengan demikian pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kualitas makanan yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap status gizi.
27
2.3.2. KASUS GIZI BURUK Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita.
Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu :
1. Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan. 2. Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik.
1. Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat 2. Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak 3. Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk pada balita, yaitu:
1. Keluarga miskin
28
2. Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak 3. Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan dan diare.
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang bisa dijumpai pada anak adalah berupa kondisi badan yang tampak kurus. Sedangkan gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar bisa dibedakan menjadi tiga tipe: marasmus, kwashiorkor dan marasmic-kwashiorkor.
Tipe gizi buruk terbagi menjadi tiga tipe yaitu Kwasiorkor, Marasmus dan Marasmic-Kwashiorkor.
1. Edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah) membulat dan lembab 2. Pandangan mata sayu 3. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok 4. Terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel 5. Terjadi pembesaran hati 6. Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
29
7. Terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis) 8. Sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut 9. Anemia dan diare.
1. Badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit 2. Wajah seperti orang tua 3. Mudah menangis/cengeng dan rewel 4. Kulit menjadi keriput 5. Jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar) 6. Perut cekung, dan iga gambang 7. Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) 8. Diare kronik atau konstipasi (susah buang air).
Marasmic-Kwashiorkor
Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis kwashiorkor dan marasmus disertai edema yang tidak mencolok.
Hingga saat ini di kabupaten Kepulauan Anambas belum ditemukan adanya kasus gizi buruk.
30
III.
METODE SKPG
3.1. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP SKPG Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu atau sekumpulan individu di suatu wilayah untuk memperoleh pangan yang cukup dan sesuai untuk hidup sehat dan aktif.Kerawanan pangan dapat diartikan juga sebagai kondisi suatu daerah, masyarakat atau rumah tangga yang tingkat ketersediaan dan keamanan pangannya tidak cukup untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan sebagian masyarakat. Pada dasarnya keadaan rawan pangan dan gizi merupakan bagian akhir dari suatu rentetan peristiwa yang terjadi melalui proses perubahan situasi. Rawan pangan ialah suatu keadaan di suatu daerah dimana banyak penduduk mengalami kekurangan pangan. Rawan gizi ialah suatu keadaan dimana banyak penduduk mengalami kekurangan gizi. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) adalah serangkaian proses untuk mengantisipasi kejadian kerawanan pangan dan gizi melalui ruang lingkup kegiatan SKPG yang terdiri daripengumpulan, pemrosesan, penyimpanan, analisis, dan penyebaran informasi situasi pangan dan gizi, serta investigasi mendalam (indepth investigation) bagi desa yang diindikasikan akan terjadi kerawanan pangan dan gizi. Hasil analisis SKPG dapat dimanfaatkan sebagai bahan perumusan kebijakan, perencanaan, penentuan intervensi atau tindakan dalam penanganan kerawanan pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan di tingkat kabupaten.
31
3.2. ORGANISASI PELAKSANA SKPG Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu atau sekumpulan individu di suatu wilayah untuk memperoleh pangan yang cukup dan sesuai untuk hidup sehat dan aktif.Kerawanan pangan dapat diartikan juga sebagai kondisi suatu daerah, masyarakat atau rumah tangga yang tingkat ketersediaan dan keamanan pangannya tidak cukup untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan sebagian masyarakat. Pada dasarnya keadaan rawan pangan dan gizi merupakan bagian akhir dari suatu rentetan peristiwa yang terjadi melalui proses perubahan situasi. Rawan pangan ialah suatu keadaan di suatu daerah dimana banyak penduduk mengalami kekurangan pangan. Rawan gizi ialah suatu keadaan dimana banyak penduduk mengalami kekurangan gizi. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) adalah serangkaian
proses untuk mengantisipasi kejadian kerawanan pangan dan gizi melalui ruang lingkup kegiatan SKPG yang terdiri daripengumpulan, pemrosesan, penyimpanan, analisis, dan penyebaran informasi situasi pangan dan gizi, serta investigasi mendalam (indepth investigation) bagi desa yang diindikasikan akan terjadi kerawanan pangan dan gizi. Hasil analisis SKPG dapat dimanfaatkan sebagai bahan perumusan kebijakan, perencanaan, penentuan intervensi atau tindakan dalam penanganan kerawanan pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan di tingkat kabupaten.
32
3.3. MEKANISME KERJA KEGIATAN SKPG Kabupaten Kepulauan Anambas membentuk Pokja/Tim SKPG dengan susunan Pokja/Tim sebagai berikut: 1. 2. Sekretaris : Kepala Bidang Ketahanan Pangan Anggota terdiri dari instansi terkait, yaitu : Dinas Pertanian dan Kehutanan Badan Pusat Statistik Dinas Kesehatan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Dinas Sosial
Tugas umum Tim SKPG di tingkat kabupaten antara lain: a. Menemukenali secara dini dan merespon kemungkinan timbulnya masalah pangan dan gizi b. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan dan intervensi penanganan rawan pangan dan gizi. c. Menggalang kerjasama dengan berbagai institusi termasuk kalangan swasta serta lembaga swadaya masyarakat dalam implementasi rencana tindak lanjut dan intervensi penanggulangan kerawanan pangan dan gizi. Secara khusus tugas Tim SKPG di tingkat kabupaten antara lain: a. Melakukan pertemuan-pertemuan koordinasi teknis konsolidasi data dan informasi pangan dan gizi secara regular (bulanan dan tahunan). b. Melakukan pengolahan dan analisis data bulanan dan tahunan c. Menyiapkan bahan dan menyusun laporan situasi pangan dan gizi bulanan dan tahunan.
33
d. Melaporkan hasil analisa bulanan dan tahunan kepada Tim Pokja pangan dan Gizi Tingkat Provinsi. e. Melakukan investigasi kedalaman masalah pangan dan gizi berdasarkan hasil analisis bulanan dan merumuskan langkah-langkah intervensi.
34
IV.
4.1. ANALISIS INDIKATOR SKPG Analisis situasi pangan dan gizi bulanan disajikan berdasarkan tiga jenis indicator (1) aspek ketersediaan, (2) aspek akses pangan, dan (3) aspek pemanfaatan pangan. 4.1.1. ASPEK KETERSEDIAAN PANGAN Pada bulan Januari 2013, di Kabupaten Kepulauan Anambas hanya ada 1 kecamatan yang melakukan budidaya tanaman padi-padian, yaitu kecamatan Jemaja Timur, dengan luas tanam 32 ha. Tidak ada panen pada bulan ini tetapi terjadi puso seluas 2 ha. Terjadinya puso disebabkan karena pada saat ini curah hujan sangat tinggi, yang mengakibatkan areal persawahan terendam banjir, ditambah dengan air pasang sehingga padi
mengalami kerusakan/puso. Untuk tanaman palawija ( jagung, ubi kayu, ubi jalar dapat dilihat pada tabel 7, 8 dan 9) Budidaya tanaman pangan secara keseluruhan baik itu padi-padian dan umbi-umbian : mempunyai luas tanam sebagai berikut : Jemaja Timur 36 ha, Siantan 12 ha dan Siantan Selatan 8 ha.
35
ha ha Ha 1 2 3 4 5 0 0 0 1 Jemaja 32 4 0 2 Jemaja timur 0 0 0 3 Palmatak 0 1 11 4 Siantan 0 0 0 5 Siantan timur 0 0 0 6 Siantan tengah 0 0 5 7 Siantan selatan *Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kepulauan Anambas
36
37
Tabel 10 diatas adalah hasil analisis data kecamatan berdasarkan aspek ketersediaan pangan. Peta dibuat berdasarkan data bulan Januari tahun 2013 yang dikumpulkan yang selanjutnya diolah melalui proses komputerisasi yang terdiri dari data luas tanam, luas puso kemudian didapatlah skor untuk mendapatkan data kecamatan yang termasuk rawan, waspada atau aman. Pada tabel 10 tergambar dari 7 kecamatan, terdapat 2 kecamatan
berwarna kuning yang termasuk dalam kondisi waspada yaitu kecamatan Siantan, dan Siantan Selatan dan 5 kecamatan berwarna merah yang termasuk dalam kondisi defisit pangan serealia (padi, jagung) dan umbi-umbian (ubi kayu, ubi jalar) yaitu kecamatan Jemaja Timur, Jemaja, Palmatak, Siantan Timur dan Siantan Tengah. Hasil ini diperoleh melalui perhitungan penjumlahan bobot rasio luas
tanam (persentase luas tanam bulan berjalan dibandingkan dengan rata-rata luas tanam bulan bersangkutan 4 tahun terakhir) dengan rasio luas puso (persentase luas puso bulan berjalan dibandingkan dengan rata-rata luas puso bulan bersangkutan 5 tahun terakhir). Warna merah pada peta disebabkan luas tanam pada bulan Januari 2013 lebih kecil bila dibanding rata-rata luas tanam bulan bersangkutan 5 tahun terakhir. Hal ini mengindikasikasikan kemungkinan adanya alih fungsi lahan yang sebelumnya merupakan lahan pertanian menjadi lahan perkebunan. Namun pada kenyataannya 7 Kecamatan tersebut tidak mengalami defisit pangan hal ini disebabkan Kecamatan tersebut memiliki kemampuan daya beli cukup tinggi sehingga ketersediaan pangan di wilayah tersebut dapat tercukupi.
38
4.1.2. ASPEK AKSES PANGAN Aspek akses pangan dinilai dengan pendekatan perkembangan harga pangan komoditas utama dan strategis (Beras, Jagung, Ubi Kayu, Ubi Jalar, Gula Pasir, Minyak Goreng, Daging Ayam dan Telur). Data diperoleh dari hasil survei harga di seluruh Kecamatan setiap bulan oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kepulauan Anambas. Tabel 11. Perkembangan harga pangan Kabupaten Kepulauan Anambas Januari 2013
Harga Rata2 Bulan Berjalan di Tingkat Konsumen Beras Kualitas Sedang Rp/kg 1 2 3 4 5 6 7 Jemaja Jemaja timur Palmatak Siantan Siantan timur Siantan tengah Siantan selatan 12,500 12,500 12,000 12,000 12,500 12,000 12,500 Rp/kg 8,300 8,300 8,000 8,000 8,400 8,000 8,300 Jagung Minyak Gula Goreng Curah Rp/kg 12,500 12,500 12,000 12,000 12,500 12,000 12,500 Rp/Liter 14,500 14,500 14,000 14,000 14,500 14,000 14,500
No
Kecamatan
Ubi Kayu Rp/kg 6,400 6,500 6,300 6,000 6,500 6,200 6,500
Ubi Jalar Rp/kg 10,000 9,800 10,500 10,000 10,000 10,000 10,400
Daging Ayam Rp/kg 32,000 32,000 30,000 30,000 32,000 30,000 33,000
Telur
Berdasarkan aspek akses terhadap pangan pada bulan Januari 2013 tidak ada Kecamatan yang berada dalam kondisi rawan. Seluruh Kecamatan (kecamatan Jemaja, Jemaja Timur, Palmatak, Siantan, Siantan Timur, Siantan Tengah dan Siantan Selatan) dalam kondisi aman. Secara umum harga komoditi di semua wilayah Kecamatan Kabupaten Kepulauan Anambas aman terhadap rawan pangan. Ini dimungkinkan adanya stabilitas harga yang cukup baik.
39
40
Indikator ketiga dari situasi Pangan dan Gizi adalah aspek pemanfaatan pangan. Hasil dari pemanfaatan/penyerapan pangan merupakan gambaran dari
status gizi seseorang terutama pada anak-anak. Dalam hal ini indikator status gizi balita yang dinilai di masing-masing Kecamatan yang dikumpulkan setiap bulan melalui kegiatan penimbangan di posyandu yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Anambas. Tabel 13. Aspek pemanfaatan pangan bulanan Kabupaten Kepulauan Anambas Januari 2013
Jumlah Puskesmas Kecamatan No (Digabung jika lebih dari 1 puskesmas) S 1 1 2 3 4 5 6 7 Jemaja Jemaja timur Palmatak Siantan Siantan timur Siantan tengah Siantan selatan 2 3 879 312 1647 1758 536 445 542 D 4 384 123 1014 378 162 250 162 N 5 242 88 686 178 110 204 103 BGM 6 8 4 13 2 0 9 0 2T 7 6 4 25 0 0 22 0 Balita Terdaftar Jumlah Balita Ditimbang Jumlah Balita Naik BB Jumlah Balita BGM Jumlah Balita Tidak Naik BB
Pada tabel 14.. Identifikasi Kecamatan berdasarkan Aspek Pemanfaatan Pangan Bulanan menunjukkan bahwa ada 6 Kecamatan (kecamatan Jemaja,
Jemaja Timur, Palmatak, Siantan, Siantan Timur dan Siantan Selatan) dalam kondisi rawan sedangkan kecamatan Siantan Tengah berada dalam kondisi aman. Situasi di atas sangat dipengaruhi oleh peran serta masyarakat yang datang ke posyandu untuk menimbang anak balitanya.Selanjutnya persentase
41
kenaikan BB juga menentukan situasi Aspek Pemanfaatan Pangan. Penimbangan BB Balita yang dilakukan secara rutin setiap bulan akan membantu proses pemantauan pertumbuhan anak sehingga kondisi rawan tidak akan terjadi. Oleh sebab itu wawasan masyarakat tentang pentingnya menimbang BB anak Balitanya secara rutin di Posyandu atau pos pelayanan kesehatan lainnya dapat
dipertahankan melalui upaya promosi sampai ke tingkat Desa dan dapat terus disosialisasikan agar deteksi dini status kesehatan balita dapat segera diketahui yang pada akhirnya situasi aman dapat tercapai.
42
43
4.1.4.
INDEKS KOMPOSIT
Indeks Komposit adalah penggabungan ketiga indikator diatas (dikompositkan) menjadi satu informasi situasi pangan dan gizi wilayah. Biasanya tingkat kerawanan berdasarkan tiga nilai indicator dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu wilayah resiko tinggi, sedang dan ringan.
NO 1 1 2 3 4 5 6 7
KECAMATAN 2 Jemaja Jemaja timur Palmatak Siantan Siantan timur Siantan tengah Siantan selatan
IK 3 3 2 3 2 3 3 2
IA 4 1 1 1 1 1 1 1
IP 5 3 3 3 3 3 1 3
Dari hasil penggabungan ketiga indikator tersebut diperoleh hasil bahwa situasi pangan dan gizi di Kabupaten Kepulauan Anambas bulan
Januari 2013 bulan Januari 2013 semua kecamatan yang ada di kabupaten Kepulauan Anambas berada pada warna merah (rawan) perlu penanganan segera. Kondisi di atas lebih banyak dipengaruhi oleh situasi ketersediaan pangan, salah satunya luas tanam pada beberapa komoditi yaitu Padi, Jagung, ubi kayu dan ubi jalar yang luas tanamnya lebih kecil dibanding dengan luas tanam rata-rata 5 tahun pada bulan berjalan yaitu pada bulan Januari sehingga persentase perbandingannya menghasilkan nilai minus (-)
44
selanjutnya bobot yang didapat tinggi yaitu skor 3. Sedangkan pada aspek akses pangan tidak begitu mempengaruhi. 4.2. PETA SITUASI PANGAN DAN GIZI
45
46
V. 1. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa data aspek Ketersediaan pangan Kabupaten Kepulauan Anambas bulan Januari 2013 dari 7 Kecamatan , terdapat 3 kecamatan berwarna kuning yang termasuk dalam kondisi waspada yaitu kecamatan Jemaja Timur, Siantan, dan Siantan Selatan dan 4 kecamatan berwarna merah yang termasuk dalam kondisi defisit pangan serealia (padi, jagung) dan umbi-umbian (ubi kayu, ubi jalar) yaitu kecamatan Jemaja, Palmatak, Siantan timur dan Siantan Tengah. Berdasarkan aspek akses terhadap pangan pada bulan Januari 2013 tidak ada Kecamatan yang berada dalam kondisi rawan. Seluruh Kecamatan (kecamatan Jemaja, Jemaja Timur, Palmatak, Siantan, Siantan Timur, Siantan Tengah dan Siantan Selatan) dalam kondisi aman. Identifikasi Kecamatan berdasarkan Aspek Pemanfaatan Pangan Bulanan menunjukkan bahwa ada 6 Kecamatan (kecamatan Jemaja, Jemaja Timur,
Palmatak, Siantan, Siantan Timur dan Siantan Selatan) dalam kondisi rawan sedangkan kecamatan Siantan Tengah berada dalam kondisi aman. Berdasarkan Indeks Komposit Ketahanan Pangan (Bulanan) pada bulan Januari 2013, semua kecamatan yang ada di kabupaten kepulauan anambas berada dalam kondisi rawan.
47
2. SARAN 1. Meningkatkan produksi dengan intensifikasi dan diversifikasi pangan dan memanfaatkan potensi sumberdaya lokal 2. Meningkatkan pendapatan keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan melalui pemberdayaan ekonomi rumah tangga 3. Pengembangan sistem Distribusi dan stabilitas harga pangan 4. Pengembangan ketersediaan pangan. 5. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk menimbang Berat Badan balitanya di posyandu.
48
LAMPIRAN
49
1. SUMBER DATA a. Aspek Ketersediaan : Dinas Pertanian dan Kehutanan kabupaten Kepulauan Anambas b. Aspek Akses : Dinas Pertanian dan Kehutanan kabupaten Kepulauan Anambas c. Aspek Pemanfaatan : Dinas Kesehatan kabupaten Kepulauan Anambas d. Data Umum : Anambas dalam angka 2012, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Anambas.
50
Luas Tanam Rata2 5 thn pada bulan berjalan ha 8 3.4 8.4 2.7 1.7 1.7 1.8 2.4
Luas Puso Komoditas Pangan KEPULAUAN ANAMBAS JANUARI 2013 Luas Puso Luas Puso Rata2 5 thn pada bulan berjalan ha 8 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
No
Ubi Kayu ha 5
0 0 0 0 0 0 0
Ubi Jalar ha 6
0 0 0 0 0 0 0
Total ha 7
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jemaja Jemaja timur Palmatak Siantan Siantan timur Siantan tengah Siantan selatan
ha 3
0 2 0 0 0 0 0
52
Tabel A11.3
Skor Ketersediaan Pangan Bulanan KEPULAUAN ANAMBAS JANUARI 2013 Luas Tanam Rata2 5 thn pada bulan berjalan ha Luas Puso Rata2 5 thn pada bulan berjalan ha 6= A11.2.8 0 0 0 0 0 0 0 Persentase luas tanam bulan berjalan dibandingkan dengan rata-rata luas tanam bulan bersangkutan 5 tahun terakhir % [r] # Bobot 7 = (3 4) / 4 * 100 8 -100.0 3 328.6 1 -100.0 3 605.9 1 -100.0 3 -100.0 3 233.3 1 Persentase luas puso bulan berjalan dibandingkan dengan rata-rata luas puso bulan bersangkutan 5 tahun terakhir % [r] # Bobot 9 = (5 - 6) / 6 * 100 0.0 200.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
No
Kecamatan
Luas Tanam
Luas Puso
Skor Komposit
Keterangan Komposit
ha 3= A11.1.7 0 36 0 12 0 0 8
1 1 2 3 4 5 6 7 8
2 Jemaja Jemaja timur Palmatak Siantan Siantan timur Siantan tengah Siantan selatan
ha 5= A11.2. 7 0 2 0 0 0.00 0 0
# 11 = 8+10 5 4 5 3 5 5 3
10 2 3 2 2 2 2 2
3 3 3 2 3 3 2
53
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 Jemaja Jemaja timur Palmatak Siantan Siantan timur Siantan tengah Siantan selatan
54
Tabel A2.2 Harga Rata-rata Komoditas 3 Bulan Sebelumnya Kabupaten Bulan Tahun KEPULAUAN ANAMBAS JANUARI 2013 Harga Rata2 3 Bulan Sebelumnya di Tingkat Konsumen No Kecamatan Beras Kualitas Sedang Rp/kg 11 12,500 12,500 12,000 12,000 12,500 12,000 12,500 Jagung Rp/kg 12 8,300 8,300 8,000 8,000 8,400 8,000 8,300 Ubi Kayu Rp/kg 13 6,400 6,500 6,300 6,000 6,500 6,200 6,500 Ubi Jalar Rp/kg 14 10,000 9,800 10,500 10,000 10,000 10,000 10,400 Gula Rp/kg 15 12,500 12,500 12,000 12,000 12,500 12,000 12,500 Minyak Goreng Rp/Liter 16 14,500 14,500 14,000 14,000 14,500 14,000 14,500 Daging Ayam Rp/kg 17 32,000 32,000 30,000 30,000 32,000 30,000 33,000 Telur Rp/butir 18 28,900 28,900 25,500 25,500 28,900 25,500 28,900
1 1 2 3 4 5 6 7 8
2 Jemaja Jemaja timur Palmatak Siantan Siantan timur Siantan tengah Siantan selatan
55
No
Kecamatan
Jagung
Ubi Kayu
Ubi Jalar
Gul a
Minyak Goreng
Daging Ayam
Telur
Ja gu ng
Ubi Jala r
Gul a
Telu r
% [r]
% [r]
% [r]
% [r]
1 1 2 3 4 5 6 7 8
2 Jemaja Jemaja timur Palmatak Siantan Siantan timur Siantan tengah Siantan selatan
% [r] 23 = (715) / 15 * 100 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
% [r]
% [r]
% [r] 26 = (1018) / 18 * 100 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
27 1 1 1 1 1 1 1
28 1 1 1 1 1 1 1
29 1 1 1 1 1 1 1
30 1 1 1 1 1 1 1
31 1 1 1 1 1 1 1
32 1 1 1 1 1 1 1
33 1 1 1 1 1 1 1
34 1 1 1 1 1 1 1
35
8 8 8 8 8 8 8
1 1 1 1 1 1 1
56
No
Pencapaian
Skor / Bobot
Keterangan Komposit
1 1 2 3 4 5 6 7 8 Jemaja
BGM/D (%) 9= 6/4*100 2.1 3.3 1.3 0.5 0.0 3.6 0.0
2T/D (%) 10 = 7/4*100 1.6 3.3 2.5 0.0 0.0 8.8 0.0
N/D (#) 11 3 3 3 3 3 2 3
BGM/ D (#) 12 1 1 1 1 1 1 1
3 3 3 3 3 1 3
Jemaja timur Palmatak Siantan Siantan timur Siantan tengah Siantan selatan
57
58
59