Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
2021
I. LATAR BELAKANG
Pembangunan nasional memiliki tujuan utama meningkatkan kualitas sumber
daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Salah satu upaya meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dengan pemenuhan kebutuhan dasar. Upaya
pemberdayaan masyarakat pada bidang kesehatan dapat dilakukan dengan
menumbuhkembangkan Posyandu (Depkes RI, 2007)
Balita merupakan individu atau sekelompok individu dari suatu penduduk yang
berada dalam rentan usia tertentu. Usia balita dapat dikelompokkan menjadi tiga
golongan yaitu usia bayi (0 – 2 tahun), golongan batita (2-3 tahun), dan golongan
prasekolah (>3-5 tahun). Adapun menurut WHO, kelompok balita adalah 0 – 60
bulan (Andrianii dan Bambang, 2014).
Masa balita merupakan masa kehidupan yang sangat penting dan perlu perhatian
yang serius. Pada masa ini balita perlu memperoleh zat gizi dari makanan sehari-hari
dalam jumlah yang tepat dan kualitas yang baik (Adriani dan Bambang, 2014).
Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga
diperoleh status gizi yang baik.
Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang
tua. Sebagian besar kejadian kurang gizi dapat dihindari apabila mempunyai cukup
pengetahuan tentang cara pemeliharaan gizi dan mengatur makanan anak. Ketika bayi
memasuki usia 6 bulan ke atas, beberapa zat gizi seperti karbohidrat, protein, dan
beberapa vitamin dan mineral yang terkandung dalam ASI atau susu formula tidak
lagi mencukupi. Oleh sebab itu, sejak usia 6 bulan, kepada bayi selain ASI mulai
diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI) agar kebutuhan gizi bayi terpenuhi.
Dalam emberian MP ASI perlu diperhatikan waktu pemberian MP ASI, frekuensi
porsi, pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan cara pemberiannya.
Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan atau minuman
tambahan yang mengandung zat gizi dan diberikan mulai usia 6-24 bulan untuk
memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Setelah bayi berusia 6 bulan, kebutuhan
zat gizi makin bertambah seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi,
sementara produksi ASI mulai menurun, karena itu bayi membutuhkan makanan
tambahan sebagai pendamping ASI. Pemberian makanan tambahan yang tidak tepat
kualitas dan kuantitasnya dapat menyebabkan gizi kurang yang berdampak pada
gangguan pertumbuhan dan perkembangan apabila tidak segera diatasi (Mutalib,
2017).
WHO merekomendasikan untuk memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi
berusia 6 bulan dan memberikan MP ASI sejak bayi berusia 6-24 bbulan diteruskan
dengan pemberian ASI sampai dengan usia 2 tahun atau lebih. Standar ini
direkomendasikan karena terbukti dapat menurunkan angka kematian anak dan
meningkatkan kualitas hidup ibu.
Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi bayi/anak melalui perbaikan
perilaku masyarakat dalam pemberian makanan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari upaya perbaikan gizi secara menyeluruh. Ketidaktahuan tentang cara
pemberian makanan bayi dan anak dan adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan,
secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah
kurang gizi pada anak. Berdasarkan Pantauan Status Gizi 2017 yang dilakukan
Kementerian Kesehatan, bayi usia dibawah lima tahun (Balita) yang mengalami
masalah pada 2017 mencapai 17,8% sama dengan tahun sebelumnya. Jumlah tersebut
terdiri dari Balita yang mengalami gizi buruk 3,8% dan 145 gizi kurang (Kemenkes
RI,2018)
Pemberian MP ASI pada balita di Posyandu tergantung oleh kader Posyandu.
Menurut teori Laawrence Green , perilaku kader Posyandu dalam penyusunan MP
ASI dipengaruhi oleh faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pemungkin
(enabling factor), dan faktor pendorong (reinforcing factor). Ketiga faktor ini
memiliki hubungan erat dalam pengadaan makanan pendamping ASI agar dapat
terselenggara dengan baik.
Hasil Riskesdas 2010 mengungkapkan masih ada 505 balita yang tidak
melakukan penimbangan secara teratur di Posyandu. Riset tersebut menunjukkan
makin bertambah umur balita, maka tingkat kunjungan ke posyandu untuk melaukan
penimbangan semakin menurun. Kunjungan posyandu secara nasional rata-rata
mencapai 75,1% pada tahun 2012, sedangkan untuk Standar Pelayanan Minimal yaitu
85% (Kemenkes RI,2012)
Jawa Tengah memiliki angka rata-rata kunjungan posyandu (D/S) 78,32% pada
tahun 2011 dan meningkat menjadi 79,0% pada tahun 2012. Dari 35 kabupaten/kota
di Provinsi Jawa Tengah, baru ada 6 kabupaten yang sudah melampaui SPM
Kesehatan Kabupaten/Kota. Rendahnya pencapaian D/S dapat menurunkan tingkat
keberhasilan program pemantauan pertumbuhan balita (N/D). SPM Kesehatan
Kabupaten untuk wilayah Provinsi Jawa Tengah 2012 telah ditentukan yaitu D/S :
80% dan N/D : 83% (Dinkes Jateng, 2012)
Di Kecamatan Bangetayu terdapat 64 posyandu. Sebagian besar kader posyandu
me miliki latar belakang pendidikan SMA dan belum memiliki keterampilan dalam
melakukan variasi menu MP ASI balita yang bergizi. Bubur kacang hijau masih
menjadi primadona di Posyandu tiap bulannya. Maka dari itu, kelompok kami
bermaksud mengadakan kegiatan pelatihan mengenai pembuatan MP ASI balita pada
kader di Kecamatan Bangetayu. Harapan yang dapat dicapai dari kegiatan ini adalah
kader posyandu mampu memberikan variasi menu MP ASI balita, sehingga
kebutuhan gizinya dapat terpenuhi, dapat meningkatkan keterampilan kader dan
partisipasi (D/S) karena adanya MP ASI yang lebih menarik
II. TUJUAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan memahami pembuatan MP
ASI bergizi untuk balita di Posyandu
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Setelah mengikuti pelatihan kader posyandu diharapkan mampu menjelaskan
bahan makanan MP ASI yang bergizi sesuai dengan konsep MP ASI.
2. Setelah mengikuti pelatihan kader posyandu diharapkan mampu membuat MP
ASI berbasis pangan lokal sesuai dengan konsep dasar pembuatan MP ASI
3. Setelah mengikuti pelatihan kader posyandu diharapkan mampu memilih
bahan makanan pangan lokal MP ASI yang berkualitas.
4. Setelah mengikuti pelatihan kader posyandu diharapkan mampu menerapkan
variasi MP ASI dengan prinsip gizi seimbang di posyandu sesuai dengan
persyaratan pembuatan MP ASI.
1. Menjelaskan Gizi 1000 HPK ● Gizi 1000 HPK Ceramah PPT & 30 1
Pemenuhan Gizi ● Pertumbuhan modul menit
1000 HPK dan Dan tumbuh Anak Teori
Tumbuh Kembang kembang anak ● Perkembangan
Anak Anak
● Gizi kurang
2. Menjelaskan Deteksi Dini ● Gizi lebih Ceramah PPT & 30 1
Permasalahan Gizi Masalah Gizi ● Stunting modul menit
Pada Balita Pada Balita ● Pengukuran Teori
antropometri
● Pengertian
3. Penjelasan Konsep Konsep Dasar MPASI Ceramah PPT & 30 1
MPASI Berbahan MPASI Berbahan ● Tujuan modul menit
Pangan Lokal Pangan Lokal Pemberian Teori
Dengan Prinsip Gizi MPASI
Seimbang ● Variasi Bahan
Pangan Lokal
Yang Bergizi
Dan Seimbang
● Contoh Resep
MPASI
Pembukaan
Wawasan
E Pemenuhan Gizi
V 1000 Hari HPK
A
L Deteksi Dini
U Masalah Gizi Balita
A
Penjelasan
SI
Konsep MP-ASI
berbahan pangan
lokal dengan prinsip
gizi seimbang
VI. FASILITAS/PELATIH
Pengetahuan Dan Keterampilan
Pembicara I : Ana Yuliah Rahmawati
Waktu : 30 menit Mampu mampu
menjelaskan bahan
Materi : Konsep 1000 HPK dan Tumbuh Kembang Anak
makanan MP ASI
Pembicara II : Astidio Noviardhi yang bergizi sesuai
Waktu : 30 menit dengan konsep MP
ASI
Materi : Deteksi Dini Masalah Gizi Balita
Mampu membuat
Pembicara III : Tri Kusuma Agung Puruhita MP ASI berbasis
Waktu : 30 menit pangan lokal yang
Materi berkualitas
: Konsep MP-ASI Berbahan Pangan Lokal sesuai
dengan Gizi Seimbang
dengan konsep
dasar pembuatan
VII. PEMBIAYAAN MP ASI
1. Pemasukan mampu
menerapkan variasi
No. Sumber Anggaran Rincian Jumlah
MP ASI dengan
1. kas kelas 46 x @10.000 prinsip
Rpgizi
460.000,00
seimbang di
2. dana kampus 46 x @75.000 Rp 3.450.000,00
Total Rp 3.910.000,00
2. Pengeluaran
Honor
1.
3. Kesekretariatan
4. Sie. Konsumsi
5. Sie. Acara
6. Sie. Dekdok
MMT Rp 150.000,00
Doorprize Rp 250.000,00
TOTAL Rp 3.910.000,00
VIII. SUSUNAN KEPANITIAAN
No Pernyataan YA TIDAK
2 1000 HPK terdiri dari 270 hari selama kehamilan dan 730 hari kehidupan
pertama sejak bayi dilahirkan.
5 Stunting merupakan salah satu masalah gizi anak yang disebabkan oleh
tidak terpenuhinya gizi selama 1000 HPK
10 MP-ASI berbahan dasar Pangan lokal adalah MP-ASI yang terbuat dari
pangan yang dihasilkan dan dikembangkan sesuai dengan potensi,
sumber daya wilayah dan budaya setempat.
EVALUASI KEGIATAN
Workshop : Tanggal :
Instruktur/Institusi :