Anda di halaman 1dari 34

Laporam Program Advokasi Gizi

Pencegahan Obesitas di SDN Palebon 01

Disusun Oleh:

SEMESTER VI

SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIK

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

Tahun 2021
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL KEGIATAN
Advokasi Gizi
Pencegahan Obesitas di SDN Palebon 01
Proposal kegiatan Advokasi Gizi ini disahkan pada :
Hari, tanggal : ....
Tempat : Kampus 3 Poltekkes Kemenkes Semarang
Pelaksana,
Ketua Pelaksana Sekretaris

Salma Sekar Madani Putri Mayalisa F.H.


NIM.P1337431218037 NIM. P1337431218008

Dosen Koordinator Mata Kuliah Mengetahui, Ka. Prodi


Advokasi Gizi Sarjana Terapan Gizi dan Profesi
Dietisien

Dr. Heni Hendriyani, SKM, MPH Mohamad Jaelani, DCN,


NIP. 197406081997032002 M.Kes
NIP.196208061991031004

Menyetujui,
Ketua Jurusan Gizi

Susi Tursilowati, SKM, M.Sc


NIP. 196611241991022001
ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................................................... iii
Executive Summary.............................................................................................................................................................. iv
PENDAHULUAN................................................................................................................................................................... 5
A. Latar Belakang.......................................................................................................................................................... 5
B. Besar Masalah - Definisi........................................................................................................................................ 7
C. Dampak Jangka Pendek dan Panjang.......................................................................................................... 10
D. Tujuan........................................................................................................................................................................ 16
E. Manfaat...................................................................................................................................................................... 16
F. Keberhasilan Penanganan Masalah di Dalam dan Luar Negeri.......................................................16
ADVOKASI PROGRAM PENANGANAN.............................................................................................................. 20
A. Usulan Penanganan/Kegiatan Project.......................................................................................................... 20
B. Plan of Action.............................................................................................................................................................. 22
C. Peran Lintas Sektoral Penanganan Obesitas................................................................................................. 24
D. Advokasi........................................................................................................................................................................ 24
E. Pembuatan Komitmen............................................................................................................................................. 25
Lampiran I...................................................................................................................................................................... 26
Lampiran II..................................................................................................................................................................... 28
Dokumentasi...................................................................................................................................................................... 30

iii
Executive Summary
Anak usia sekolah dasar merupakan kelompok anak dengan umur antara 5 tahun hingga
12 tahun yang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Pada kelompok usia ini paling penting
menjaga status gizi agar tetap optimal untuk membantu proses pertumbuhan dan
perkembangannya serta dapat menunjang dalam kegiatan belajar di sekolah. Masalah gizi
pada anak sekolah sangat beragam, seperti masalah gizi kurang, pendek dan obesitas.
Prevalensi pada anak usia 5 - 12 tahun di Indonesia sebesar 18,8% mengalami overweight
dan 10,8% mengalami obesitas (KEMENKES, 2018). Prevalensi overweight pada anak usia
5 - 12 tahun di tingkat Provinsi Jawa Tengah sebesar 10,46% pada laki laki dan 11,7% pada
perempuan, sedangkan untuk prevalensi obesitas pada anak usia 5 - 12 tahun di Provinsi Jawa
Tengah sebesar 10,75% pada laki laki dan 7,31% pada perempuan. Menurut Riskesdas
(2018), kejadian obesitas usia 5-12 tahun di Kota Semarang mencapai sebesar 12,3%. Untuk
Prevalensi overweight dan obesitas pada anak berusia sekolah dasar di Kecamatan
Pedurungan masih tergolong tinggi yaitu sebesar 19,7%.
Obesitas pada masa anak atau remaja beresiko tinggi menjadi obesitas di masa dewasa
dan berpotensi mengalami penyakit metabolik dan penyakit degeneratif di kemudian hari.
Penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes, dll. Dengan
demikian masalah obesitas pada anak sekolah memerlukan perhatian khusus, tidak hanya dari
orang tua, namun bisa dari lingkungan seperti lingkungan sekolah yang mendapatkan
kebijakan dari pemerintah untuk menurunkan angka obesitas pada anak usia sekolah .
Tujuan dari kegiatan ini adalah mengadvokasi Kepala SDN Palebon 01 untuk mencegah
kejadian obesitas di SDN Palebon 01 dengan memberdayakan masyarakat di tingkat sekolah
melalui program preventif, promotif dan kuratif.
Dalam mewujudkan tujuan tersebut, kami membuat rancangan kegiatan dengan nama
“Cerdik Sehat Tanpa Obesitas” dengan berbagai bentuk kegiatan yang diharapkan dapat
mengurangi angka obesitas pada remaja. Kegiatan ini akan di advokasikan kepada pembuat
kebijakan yang ada di SDN Palebon 01. Karena sekolah merupakan tempat yang efektif untuk
mengedukasi dan menerapkan kegiatan dalam menanggulangi angka obesitas.

iv
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obesitas merupakan masalah kesehatan di dunia yang disebabkan suatu kelainan atau
penyakit yang ditandai oleh penimbunan jaringan lemak dalam tubuh secara berlebihan.
Obesitas secara umum diakibatkan karena asupan makanan lebih tinggi dibanding aktivitas
fisik yang dilakukan, sehingga meningkatkan penimbunan lemak yang berlebih. Penyebab
obesitas adalah multifaktor namun lebih banyak dijelaskan oleh ketidakseimbangan asupan
makanan sumber energi dan aktivitas fisik. Obesitas adalah penimbunan lemak berlebihan
yang dapat menimbulkan risiko pada kesehatan dengan ambang batas IMT/U >25 Standar
Deviasi. Obesitas terjadi tidak jauh dari gaya hidup seseorang dari masalah pola makan,
status gizi, dan aktivitas yang biasa dilakukan (Kinasih, 2018). Seseorang yang obesitas
cenderung kurang aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan daya tahan kardiorespirasi.
Faktor penyebab obesitas pada remaja bersifat multifaktorial. Peningkatan konsumsi
makanan cepat saji (fast food), rendahnya aktivitas fisik, faktor genetik, pengaruh iklan,
faktor psikologis, status sosial ekonomi, program diet, usia, dan jenis kelamin merupakan
faktor-faktor yang berkontribusi pada perubahan keseimbangan energi dan berujung pada
kejadian obesitas (Kurdanti, 2015).
Berdasarkan data KEMENKES 2018, Prevalensi overweight dan obesitas pada anak usia
5 - 12 tahun di Indonesia sebesar 18,8% mengalami overweight dan 10,8% mengalami
obesitas. Prevalensi overweight pada anak usia 5 - 12 tahun di tingkat Provinsi Jawa Tengah
sebesar 10,46% pada laki laki dan 11,7% pada perempuan, sedangkan untuk prevalensi
obesitas pada anak usia 5 - 12 tahun di Provinsi Jawa Tengah sebesar 10,75% pada laki laki
dan 7,31% pada perempuan (RISKESDAS, 2018). Di Kota Semarang sebesar 15,57%
mengalami overweight dan 12,30% mengalami obesitas untuk anak usia 5 - 12 tahun. Untuk
Prevalensi overweight dan obesitas pada anak berusia sekolah dasar di Kecamatan
Pedurungan yaitu masih tergolong tinggi yaitu sebesar 19,7% (Mariza, 2013).
Aktivitas fisik yang rendah merupakan faktor eksternal yang paling berpengaruh besar
pada terjadinya obesitas. Olahraga merupakan salah satu bentuk aktivitas fisik yang
menyumbang pengeluaran energi sebesar 20-50%. Setiap melakukan olahraga terjadi

5
pembakaran atau peningkatan metabolisme di dalam tubuh yang membuat tubuh menjadi
panas dan berkeringat. Durasi atau lamanya olahraga dan frekuensi olahraga yang sesuai
akan memberikan manfaat baik bagi tubuh. Olahraga dikatakan kurang jika frekuensi
berolahraga <3 kali/minggu dan berdurasi <30 menit sedangkan, olahraga dengan dikatakan
cukup atau baik jika dilakukan sebanyak minimal 3x/minggu dan berdurasi minimal 30
menit. Kurangnya aktivitas fisik seperti berolahraga dapat menyebabkan terjadinya
kelebihan energi yang kemudian menjadi simpanan lemak di dalam tubuh. Menonton
televisi lebih dari 5 jam dalam sehari meningkatkan prevalensi dan angka kejadian obesitas
pada anak usia 6-12 tahun sebesar 18%, serta menurunkan angka keberhasilan sembuh dari
terapi obesitas sebanyak 33%.
Aktivitas fisik pada anak tergolong ringan disebabkan hanya kegiatan menonton televisi,
sehingga tidak banyak energi yang terpakai, sementara itu konsumsi energi dari makanan
tetap atau meningkat maka terjadilah ketidakseimbangan antara pemasukan dan kebutuhan
energi (Yensasnidar, 2018). Anak - anak menghabiskan rata-rata 2,5 hari menonton televisi
dan setengah jam lebih bermain dengan video game atau terhubung ke internet
(Yensasnidar, 2018). Ada hubungan yang signifikan dengan p= 0,004 < 0,05 disebabkan
karena lebih banyak melakukan aktivitas fisik untuk duduk seperti belajar, nonton televisi,
main playstation dan game online daripada melakukan olahraga atau aktivitas fisik
(Yensasnidar, 2018). Aktivitas anak yang terhubung dengan internet berhubungan dengan
keadaan anak saat ini, dimana pembelajaran atau sekolah yang dilaksanakan secara online di
masa pandemi Covid-19 untuk mengurangi kerumunan di sekolah dan mencegah
penyebaran Covid-19.
Peningkatan jumlah waktu yang dihabiskan untuk melakukan kegiatan menetap salah
satunya adalah mengakses media sosial atau internet telah mengurangi jumlah waktu remaja
yang dapat dihabiskan untuk melakukan aktivitas fisik. Hubungan kejadian obesitas dengan
pengaturan pola makan mulai dari pemilihan bahan makanan, pengolahan bahan makanan
disertai dengan peningkatan aktivitas fisik. Kelompok yang diberikan senam aerobik
ternyata berpengaruh terhadap penurunan berat badan (Pratiwi et al. 2018). selain itu
ditemukan pengaruh signifikan dari kelompok yang diberi latihan senam aerobik mengalami
penurunan persentase lemak tubuh (Sitepu, Tangkudung, and Puspitorini 2020) Dalam “Isi
Piringku” telah terbagi porsi setiap komponennya,yaitu ⅓ makanan pokok, ⅙ lauk (hewani
6
dan nabati), ⅓ sayuran, dan ⅙ buah-buahan. Dengan menjalankan pedoman isi piringku
yang disarankan oleh Kemenkes dan GERMAS, dapat dipastikan kita mendapat gizi yang
seimbang untuk tubuh kita
B. Besar Masalah - Definisi
Kejadian obesitas masih menjadi masalah di Kota Semarang terutama di
Kecamatan Pedurungan. Prevalensi status gizi lebih yaitu overweight dan obesitas di
Kecamatan Pedurungan tergolong tinggi, yaitu sebesar 19,7%. Subjek dengan status gizi
lebih, banyak ditemukan pada usia 11 tahun sebesar 8% (Mariza, 2013). Berdasarkan
pemaparan pada prevalensi di atas, anak dengan obesitas menjadi masalah yang cukup
serius. Determinan dari kejadian obesitas adalah sebagai berikut:
1. Kebiasaan sarapan yang buruk
Meninggalkan sarapan dapat menyebabkan obesitas. Hal ini terjadi karena anak
yang melewatkan sarapan akan merasa lapar dan mereka akan mengkonsumsi makanan
berkalori lebih tinggi yang didapatkan dari makanan jajanan. Penelitian di Amerika
Serikat menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja yang terbiasa melewatkan
sarapan akan memiliki risiko 3 kali lebih tinggi untuk ngemil dan sulit mengontrol
nafsu makan mereka
Penelitian di SD Citarum 01, 02, 03, dan 04 Semarang menunjukkan masih
terdapat 34,83% anak SD jarang sarapan. Selain itu terdapat hubungan yang bermakna
antara kebiasaan sarapan dengan kebiasaan jajan (p=0,000; OR=1.500; CI=0.361-0.693).
Dan kebiasaan jajan meningkatkan risiko terjadinya obesitas sebesar 7 kali.

2. Kelebihan asupan protein dan Asam Lemak omega 6

Tingginya asupan protein pada anak usia 10-12 tahun di Jawa Tengah (113,1%)
disertai terjadinya perubahan pola konsumsi dari pola konsumsi dunia barat yaitu
tingginya asam lemak omega 6 menyebabkan terjadinya obesitas pada anak sekolah
dasar.

Konsumsi protein secara berlebih, protein sel akan dipecah menjadi asam
amino. Pemecahan protein menjadi asam amino akan diubah menjadi asetil KoA yang
akan menghasilkan asam lemak yang berperan dalam pembentukan sel-sel adiposa.

7
Hal ini menyebabkan kenaikan jaringan lemak yang berimbas pada kenaikan berat
badan. Sedangkan tingginya asupan asam lemak omega 6 dapat memblokir kerja
asam lemak omega 3. Serta menghambat proses browning pada sel adiposa dengan
menekan penggunaan trigliserida yang menyebabkan penumpukan simpanan trigliserida.

Penelitian Di SDN Pakunden Semarang menunjukan hasil rata-rata asupan protein


dan asam lemak omega 6 pada kelompok obesitas lebih tinggi daripada kelompok
normal. Dan terdapat hubungan antara asupan protein dan asam lemak omega 6 berlebih
dengan kejadian obesitas pada anak sekolah dasar, dimana subjek dengan asupan protein
berlebih memiliki 4,81 kali lebih besar berisiko obesitas (p=0,003) dan subjek dengan
asupan asam lemak omega 6 berlebih memiliki 5,81 kali lebih besar berisiko obesitas
pada anak sekolah dasar (p=0,02).

3. Faktor Gaya Hidup Berhubungan Dengan Obesitas Anak Sekolah Dasar

Faktor penyebab obesitas adalah kurangnya aktivitas fisik baik kegiatan harian
maupun latihan fisik terstruktur. Penelitian case control dengan sampel 144 anak kelas
4-6 SD Bernadus dan Hj Isriati menyatakan bahwa:
- Terdapat pengaruh yang signifikan antara IMT orang tua (OR = 8,13). Responden
yang memiliki Ayah dan Ibu dengan IMT obesitas beresiko terjadinya obesitas
pada anak sebesar 8 kali dibandingkan dengan responden yang memiliki IMT
Ayah dan Ibu normal.
Kemudian beberapa gaya hidup yang berpengaruh terhadap kejadian obesitas adalah :

- Kebiasaan olahraga berpengaruh sebesar 9,83


- Kebiasaan bermain game berpengaruh sebesar 4,28
- Kebiasaan makan fast food berpengaruh sebesar 15,78
- Kebiasaan minum soft drink berpengaruh sebesar 6,79
- Kebiasaan makan buah dan sayur berpengaruh sebesar 2,7
4. Faktor gen, pejamu, dan lingkungan penyebab obesitas pada anak usia 5-6 tahun

Genetik, gaya hidup, lingkungan dan kebudayaan mempengaruhi kejadian


obesitas pada anak. Faktor-faktor tersebut berhubungan erat dengan regulasi masukan

8
dan keluaran energi pada anak. Kondisi ketidakseimbangan dari regulasi tersebut
menghasilkan energi yang berlebihan dan disimpan dalam bentuk trigliserida.
Berdasarkan penelitian di wilayah Kelurahan Tlogosari Kulon Kota Semarang dengan
partisipan anak SD usia 5-6 tahun sebanyak 88 anak menunjukan bahwa:

- Frekuensi konsumsi fast food ≥ 3 kali per minggu berisiko sebesar 3,8 kali
menyebabkan obesitas
- Kebiasaan screen time >2 jam perhari berisiko 5,9 kali mengalami obesitas
- Latar belakang etnis Jawa berisiko sebesar 0,03 kali mengalami obesitas
- Anak dengan salah satu orang tua obesitas berisiko 3,7 kali lebih besar mengalami
obesitas
- Anak dengan ibu yang tingkat pendidikan rendah mengalami risiko obesitas
sebesar 0,18 kali lebih besar.
5. Konsumsi Fast Food
Kehadiran makanan cepat saji (fast food) dalam industri makanan Indonesia dapat
mempengaruhi pola makan anak sekolah. Fast food adalah istilah untuk makanan yang
penyajiannya memakan waktu singkat, yang dikonsumsi secara instan dan disukai banyak
orang. Konsumsi yang tinggi terhadap fast food atau makanan siap saji dapat
menyebabkan terjadinya gizi lebih atau kegemukan karena kandungan dari fast food
tersebut (Allo dkk, 2013). Demikian juga terhadap fast food lokal, beberapa makanan
siap saji lokal mengandung lemak tinggi seperti bakso, mie ayam, mie goreng, nasi
goreng, batagor, soto, sate, martabak.
Penelitian case control di SMP Nasima Semarang Kota Semarang Jawa Tengah.
Menunjukan rata-rata frekuensi konsumsi western fast food adalah 29 kali/bulan dengan
standar deviasi ± 22,22 kali/bulan. Menghasilkan Sebanyak 22,3% siswa kelas VII dan
VII SMP Nasima Semarang mengalami obesitas. Terdapat hubungan antara western fast
food dengan obesitas dengan nilai p = 0,000 dan OR = 4,694. Ada hubungan antara lokal
fast food dengan obesitas dengan nilai p = 0,000 dan OR = 7,82. Ada hubungan antara
pengetahuan gizi dengan obesitas dengan nilai p = 0,0.

6. Sedentary lifestyle

Penelitian cross sectional pada 2 kelompok yaitu anak tinggi badan bawah
median-obesity (TBBM-O) dan tinggi badan bawah median-non obesity (TBBM-NO)
pada anak SD usia 9-12 tahun di Kota Semarang. Pengukuran sedentary lifestyle
menggunakan Physical Activity Questionnaire for Children (PAQ C). Menunjukkan hasil
bahwa anak stunting dengan sedentary lifestyle tinggi memiliki risiko 4,7 kali lebih besar

9
menjadi obesitas dibandingkan dengan sedentary lifestyle rendah. (CI = 0.481-46.906)
dan (p=0.151).

Dari besarnya masalah yang terjadi maka perlu adanya upaya untuk menanggulangi dan
mencegah kejadian obesitas sejak dini pada anak.

C. Dampak Jangka Pendek dan Panjang


Dampak jangka pendek :
1. Dampak Kesehatan
Obstructive Sleep Apnea (Mendengkur)
Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi saat pernapasan seseorang
terganggu dengan adanya periode henti napas secara berulang pada saat tidur.
Mekanisme terjadinya OSAS pada obesitas karena terdapat penyempitan saluran
nafas bagian atas akibat penimbunan jaringan lemak di dalam otot dan jaringan
lunak di sekitar saluran nafas, maupun kompresi eksternal leher dan rahang
(Mukhlis, 2015).
Kondisi ini menyebabkan otak dan bagian tubuh lain tidak mendapatkan asupan
oksigen yang cukup. Adanya obesitas dan kejadian OSA secara nyata
meningkatkan kejadian penurunan dalam kapasitas aktivitas fisik (OR 9.40, CI
3.79–23.3, P < .001) sesuai dengan usia, hipertensi, diabetes dan sedentary
lifestyle. Hal ini menyebabkan penurunan kemampuan melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari, kurangnya partisipasi sosial dan berisiko tinggi dirawat di
rumah sakit hingga kematian.
2. Dampak Perkembangan
Penurunan Produktivitas
Dikutip dari Journal of Clinical Sleep Medicine penderita obesitas dengan atau
tanpa obstructive sleep apnea secara nyata meningkatkan kejadian penurunan
dalam kapasitas aktivitas fisik (OR 9.40, CI 3.79–23.3, P < .001). Sebagian besar
anak berusia 6-12 tahun tengah memasuki tahap psikomotorik yang aktif untuk
perkembangan keterampilan, keaktifan, dan daya eksplorasinya Apabila kejadian
obesitas ini tidak tertangani, maka memungkinkan terjadinya keterlambatan
dalam perkembangan sesuai dengan anak-anak seusia nya.

Penurunan Nilai Akademik


Efek tidak langsung obesitas terhadap menurunnya fungsi kognitif diduga akibat
dari dampak penyakit yang diderita oleh anak obesitas (diabetes, obstructive sleep
apnea syndrome(OSAS), masalah respirasi), masalah psikososial (rendah diri,
mengisolasi diri, dan depresi) dan kematangan sosial. Terdapat korelasi antara
10
derajat obesitas dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar. Penurunan nilai
rerata matematika ditemukan 15% berhubungan dengan peningkatan persentase
derajat obesitas. Nilai R-square didapatkan 0,152 dengan persamaan regresi
y=98,106- 0,154x dengan nilai p<0,001. Tidak hanya penurunan nilai pada mata
pelajaran eksak saja, namun penurunan ini juga terjadi pada nilai rerata bahasa
Indonesia dengan persentase derajat obesitas ditemukan terdapat hubungan pada
analisis regresi linier yaitu penurunan nilai rerata bahasa Indonesia didapatkan
23% berhubungan dengan meningkatnya persentase derajat obesitas.

Dampak jangka panjang :


1. Dampak Kesehatan
a. Hipertensi

Hipertensi adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah


melebihi 140/90 mmHg pada waktu istirahat dalam jangka waktu yang
lama atau kronis yang pada umumnya tidak menimbulkan gejala atau
menimbulkan gejala awal berupa sakit kepala, mimisan, pening, wajah
kemerahan dan kelelahan serta gejala pada hipertensi menahun seperti
sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan
kabur jika terjadi kerusakan otak mata, jantung dan ginjal serta penurunan
kesadaran hingga koma (Yanti et al., 2018). Salah satu penyebab
terjadinya hipertensi adalah obesitas.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kornelian & Meida (2012),


menunjukkan bahwa seseorang yang obesitas memiliki risiko 4,02 kali
menderita hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas.
Kondisi resistensi insulin dan hiperinsulinemia pada penderita obesitas
menyebabkan peningkatan aktivitas saraf simpatis dan sistem renin
angiotensin yang berfungsi dalam meningkatkan tekanan darah (Yanti et
al., 2018).

Orang yang mengalami obesitas dapat terjadi resistensi insulin dan


gangguan fungsi endotel pembuluh darah yang mengakibatkan
vasokonstriksi dan reabsorbsi natrium di ginjal sehingga menyebabkan

11
terjadinya hipertensi (Haris & Tambunan, 2016). Selain itu, semakin besar
massa tubuh seseorang maka darah yang diperlukan untuk menyalurkan
oksigen dan nutrisi ke otot maupun jaringan akan semakin banyak
sehingga menyebabkan peningkatan jumlah panjang pembuluh darah yang
mengakibatkan resistensi darah yang seharusnya dapat menyalurkan
dengan jarak yang lebih jauh dan terjadi peningkatan tekanan darah yang
diperparah oleh sel-sel lemak yang menghasilkan senyawa yang
merugikan jantung dan pembuluh darah (Yanti et al., 2018).

Dikutip dari Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2018


dalam judul Hubungan Obesitas Dengan Kejadian Hipertensi Pada Usia
Dewasa. Sampel pada penelitian ini yaitu pasien dewasa (usia 26–45
tahun) yang mengalami hipertensi pada 1 tahun terakhir (2016) berjumlah
177 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil 30% dari populasi
sehingga dihasilkan jumlah sampelnya adalah 53 orang
Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan adanya
obesitas dengan kejadian hipertensi. Hasil dari penelitian menunjukkan
dari 53 responden, sebanyak 34 (64,2%) responden mengalami obesitas
dan 42 (79,2%) responden mengalami hipertensi. Hasil penelitian
menunjukkan nilai uji statistik dengan nilai p value=0,031 (< 0,05), hal ini
menunjukkan ada hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi pada usia
dewasa, di mana nilai OR=4,375, yang artinya pasien dewasa akan
beresiko atau berpeluang mengalami hipertensi sebanyak 4,375 kali.

b. Dislipidemia
Dikutip dari Indonesian Journal of Human Nutrition, 2019 dalam
judul Jus Jambu Merah dan Jeruk Siam Menurunkan Trigliserida pada
Wanita Dislipidemia. Sampel dari penelitian ini adalah pasien
dislipidemia di Puskesmas Cisadea Kota Malang yang ditentukan atau
dipilih dengan metode simple random sampling dengan teknik non
probability. Sampel diambil dengan cara convenience sampling sehingga
didapatkan responden sebanyak 16 orang untuk kelompok kontrol dan 16
orang untuk perlakuan. Data karakteristik responden meliputi: usia,
aktivitas fisik, tingkat konsumsi lemak dan serat, dan konsumsi obat.

12
Responden pada kelompok kontrol diberikan konseling gizi
tentang diet untuk dislipidemia yang dilakukan secara home visite oleh
peneliti selama kurang lebih 15 menit mengenai pola makan dan terapi
diet yang tepat pada pasien dislipidemia dengan bantuan leaflet, kemudian
dilakukan pencatatan makan dengan menggunakan form Estimated Food
Record (EFR) selama 3 hari acak. Pada kelompok perlakuan diberikan
konseling gizi yang sama dan juga diberikan jus jambu merah sebanyak
total 470 ml yang dibuat dari 273 g jambu merah ditambah 200 ml air
yang kemudian dibagi menjadi 2 gelas masing-masing berisi 235 ml jus
jambu merah. Selain jus tersebut responden juga diberikan jeruk siam 1
buah (± 130 g). Distribusi jus jambu merah dan jeruk siam dilakukan pada
pagi hari pukul 09.00 dengan petunjuk konsumsi jus pada pukul 10.00 dan
14.00. pemberian jus jambu merah dan buah jeruk dilakukan setiap hari
selama 14 hari. Pemberian perlakuan tersebut mengandung serat 21,5 g.
Untuk perbandingan pemberian intervensi kelompok kontrol
(n=16) yang hanya diberi konseling gizi dan kelompok perlakuan (n=16)
yang diberi konseling gizi serta jus jambu merah yang dibuat dari 273 g
buah dan 1 buah jeruk siam (130 g) dengan kandungan serat 21,5 g selama
14 hari. Hasil penelitian menunjukkan terdapat penurunan trigliserida
antara sebelum dan sesudah perlakuan (dari 221,56 ± 60,02 mg/dl menjadi
194,93 ± 50,23 mg/dl dengan p=0,005).
Hasil Analisis pada penelitian ini menunjukkan nilai p untuk
variabel Obesitas adalah sebesar 0,005 (p<0,05) artinya Obesitas memiliki
hubungan yang signifikan dengan Kejadian Dislipidemia pada Lansia di
Poli Lansia RSUD Bangkinang. Dari hasil penelitian dapat diketahui pula
bahwa obesitas beresiko terhadap kejadian Dislipidemia pada lansia di
Poli Lansia RSUD Bangkinang Kabupaten Kampar dengan nilai OR
sebesar 3,200 (95% CI 1,381-7,416).

c. Diabetes Melitus
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan
kadar gula yang tinggi melebihi nilai normal yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin maupun keduanya. Penyebab dari kelainan
sekresi insulin yaitu gaya hidup yang tidak sehat sehingga dapat memicu
terjadinya diabetes (Rahayu, 2014). Menurut penelitian yang dilakukan
(Trisnawati, 2012) menunjukkan seseorang yang obesitas mempunyai
resiko 7,14 kali lebih besar mengalami diabetes mellitus dibandingkan
dengan seseorang yang tidak obesitas.
13
Adanya pengaruh obesitas terhadap diabetes mellitus disebabkan
oleh pola makan yang tidak sehat seperti mengonsumsi karbohidrat,
protein dan lemak dengan jumlah yang tinggi dan tidak diimbangi dengan
aktivitas fisik yang cukup. Hal ini menyebabkan terjadi peningkatan asam
lemak atau Free Fatty Acid (FFA) dalam sel. Peningkatan FA akan
menurunkan translokasi transporter glukosa ke membran plasma sehingga
menyebabkan resistensi insulin pada jaringan otot dan adiposa (Teixeira-
Lemos dkk,2011).
Dikutip dari American Journal of Clinical Nutrition dalam judul
Adolescent dairy product consumption and risk of type 2 diabetes in
middle-aged women”. Partisipan yaitu 37.038 wanita yang menyelesaikan
kuesioner frekuensi makanan tentang diet mereka selama Sekolah Tinggi.
Peneliti memeriksa insiden T2D (DM Tipe 2) dalam kaitannya dengan
konsumsi produk susu saat Sekolah Tinggi dalam kelompok Studi
Kesehatan Perawat II.
Asupan produk susu selama sekolah menengah dinilai dengan
menggunakan HS-FFQ — 124 item FFQ yang menanyakan peserta
tentang pola makan yang biasa mereka lakukan selama sekolah menengah
(usia 13-17 tahun). Tanggapan diberikan dengan menggunakan ukuran
porsi yang biasa digunakan dan 9 kategori asupan mulai dari "tidak pernah
atau kurang dari sekali per bulan" hingga "6 atau lebih per hari”. Asupan
nutrisi pada HS-FFQ dihitung dengan mengalikan frekuensi konsumsi
setiap unit makanan atau minuman dengan kandungan nutrisi dari porsi
tertentu dan menjumlahkan kontribusi dari semua item. Nilai nutrisi
diperoleh dari Departemen Pertanian AS, produsen makanan, dan sumber
akademis. Mengingat diet remaja oleh peserta NHS II telah terbukti dapat
direproduksi dan HS-FFQ telah terbukti memiliki validitas yang wajar.
Data kami menunjukkan bahwa asupan produk susu yang
lebih tinggi selama masa remaja dikaitkan dengan risiko T2D yang
lebih rendah. Beberapa manfaat asupan produk susu selama SMA
mungkin karena kebiasaan pola konsumsi selama masa dewasa.
14
Individu yang memiliki asupan produk susu saat ini yang tinggi dan
asupan produk susu yang tinggi selama sekolah menengah memiliki risiko
terendah mengembangkan T2D dibandingkan dengan konsumen produk
susu rendah yang konsisten (RR: 0,57; 95% CI: 0,40, 0,82). Ada tren
terhadap penurunan risiko T2D pada konsumen produk susu tinggi saat ini
dengan peningkatan tingkat asupan produk susu selama sekolah
menengah. Tren ini didukung oleh temuan kami, bahwa hubungan antara
asupan produk susu saat ini dan T2D lebih kuat pada mereka yang
memiliki asupan produk susu tinggi selama sekolah menengah atas, dari
tes untuk interaksi menggunakan 1 istilah yang mewakili nilai median
tertiles (P-interaction= 0,049).

d. Stroke
Stroke adalah suatu penyakit yang terjadi pada otak berupa
gangguan fungsi syaraf lokal dan/atau global. Stroke muncul secara
mendadak, progresif dan cepat. Penyebab gangguan fungsi syaraf pada
stroke disebabkan karena adanya gangguan peredaran darah otak non
traumatik (Kemenkes,2013).
Menurut penelitian yang dilakukan (Wayunah&Saefulloh,2017)
hasilnya tidak ada hubungan antara obesitas dengan kejadian stroke. Hasil
penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurfaida,
Munawir dan Suarnianti (2013). Hubungan langsung obesitas dengan
stroke masih belum jelas, namun obesitas berhubungan dengan faktor
resiko stroke yaitu hipertensi, penyakit jantung koroner dan diabetes
mellitus.

2. Dampak Bukan Kesehatan


Tingginya risiko kejadian obesitas, karena pada saat ini obesitas terjadi mulai dari anak-
anak hingga remaja yang semakin hari semakin meningkat. Rerata biaya rawat inap dan
rawat jalan yang dikeluarkan untuk kejadian komorbiditas diperoleh dari data rumah sakit
pemerintah, rumah sakit swasta, dokter, dan puskesmas. Rerata biaya ini diperoleh dari
15
biaya yang dikeluarkan karena enam penyakit penyerta (komorbiditas) dengan
menggunakan asumsi bahwa penyakit tersebut terjadi sebagai hasil paparan dari obesitas.
Kerugian ekonomi akibat obesitas, seperti di Eropa memiliki biaya perawatan obesitas
menggunakan anggaran perawatan kesehatan nasional sebesar $269 juta atau sekitar
2,3% dari total biaya perawatan rumah sakit di Swedia. Thailand mengalami kerugian
ekonomi akibat biaya perawatan sebesar 5.584 juta Bath. Secara nasional, besar potensi
kerugian ekonomi akibat biaya rawat inap dan rawat jalan karena obesitas sebesar Rp
3.492 miliar - Rp 8.717 miliar atau ekitar 0,04 % - 0,10 % dari total PDB Indonesia.

D. Tujuan
a. Tujuan Umum
Melakukan pencegahan obesitas pada anak sekolah di Kecamatan Pedurungan
khususnya di SD Negeri Palebon 01.
b. Tujuan Khusus
1. Mendapatkan dukungan dari UPTD Kecamatan Pedurungan dan Kepala Sekolah
SD Negeri Palebon 01 dalam rangka mencegah obesitas pada anak SD.
2. Mendapatkan dukungan dari UPTD Kecamatan Pedurungan dan Kepala Sekolah
SD Negeri Palebon 01 dalam pembuatan kebijakan untuk program pencegah yang
akan diterapkan sebagai program pencegahan dan penanggulangan obesitas anak
di SD Negeri Palebon
3. Mendapatkan komitmen terkait kegiatan

E. Manfaat
a. Menurunkan angka obesitas di SD Negeri Palebon 01
b. Terlaksananya senam pagi rutin setiap hari Jumat membuat para siswa terbiasa
melakukan aktivitas fisik.
c. Terlaksananya kantin sehat diharapkan mampu membantu para siswa menerapkan
konsumsi makanan yang sehat dan bergizi.

F. Keberhasilan Penanganan Masalah di Dalam dan Luar Negeri


1. Dalam Negeri

16
a. Program Gentas
Gentas adalah program Gerakan Nusantara Tekan Angka Obesitas
yang dikeluarkan atas kewenangan Kementerian Kesehatan yang
bertujuan untuk Pengendalian Obesitas mencegah PTM yang bekerjasama
dengan lintas program, lintas sektor, organisasi profesi, lembaga swadaya
masyarakat dan dunia usaha. Gentas menekankan pola makan yang sehat
dan aktivitas fisik.
Kegiatan ditekankan pada tugas dan tanggung jawab pemerintah di
tiap tingkat administrasi dalam menjalankan kegiatan. Kegiatan gentas
sendiri juga melibatkan semua penyedia layanan kesehatan. Pelaksanaan
kegiatan secara berkesinambungan sepanjang tahun tersebar diseluruh
wilayah Indonesia dengan dukungan Provinsi, Kabupaten/Kota dan mitra
dalam pengendalian obesitas.
b. Mengeluarkan Peraturan Kementrian Kesehatan
Pemerintah juga mengeluarkan regulasi terkait resiko dari obesitas,
yaitu dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30
Tahun 2013 Tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam
dan Lemak Serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap
Saji yang selanjutnya diamandemen dengan Permenkes Nomor 63 Tahun
2015.
c. Program Kantin Sehat di 15 SMP di Kecamatan Depok, Sleman
15 SMP di wilayah Kecamatan Depok, Sleman dilaksanakan kegiatan
edukasi dengan metode ceramah dan tanya jawab pada 30 pengelola
kantin sekolah yang terdiri dari guru atau kepala sekola serta petugas
kantin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian edukasi tentang
kantin sehat secara efektif dapat meningkatkan skor pengetahuan peserta.
Edukasi kesehatan dapat mengubah perilaku melalui meningkatkan
pengetahuan sehingga diharapkan mampu mengubah perilaku pengelola
kantin sekolah ke arah penyelenggaraan kantin sehat sekolah. Program-
program gizi di sekolah telah dilakukan di beberapa negara dengan hasil
yang cukup menjanjikan. Program pencegahan obesitas berbasis kegiatan
17
disekolah yang dapat dilakukan berupa penyuluhan dan edukasi, perbaikan
fasilitas sekolah, kegiatan berbasis aktivitas fisik di sekolah, dan
penegakan peraturan sekolah terkait penyediaan makanan di kantin.
d. Program Senam Sehat
Senam pagi merupakan salah satu kegiatan aktivitas fisik dimana
mendukung untuk mengatasi obesitas pada anak SD. Dibuktikan dari hasil
meta analisis tahun 2017, yang menunjukan bahwa bahwa aktivitas fisik
secara bermakna dpt mencegah terjadinya obesitas sebesar 0,827 kali
dibandingkan anak yang tidak melakukan aktivitas fisik. Salah satu senam
yang dapat diterapkan yaitu senam zumba. Dibuktikan berdasarkan hasil
penelitian bahwa selama 4 minggu dalam melakukan zumba dengan durasi
60 menit setiap kali melakukan mampu membakar 600 hingga 1000 kalori
per jam. Akan tetapi implementasi pada anak sekolah dasar akan
diturunkan durasi zumba menjadi 30 menit sehingga estimasi membakar
kalori sebanyak 300 hingga 500 kalori.

2. Luar negeri
a. Pajak Soda di Amerika Serikat
Penerapan pemberian pajak pada minuman soda di Amerika Serikat
bertujuan untuk mengurangi tingkat penyakit diabetes dan obesitas. Pada
minuman bersoda mengandung tinggi gula sehingga dapat memicu kejadian
obesitas, dan berdampak pada diabetes meellitus. Hasil setoran pajak tersebut
akan digunakan untuk pelayanan kesehatan masyarakat, penyediaan bank
makanan, dan program Pendidikan.
b. Regulasi aturan iklan pelarangan pemasaran makanan tinggi lemak, garam, dan
gula pada anak usia dibawah 16 tahun di Inggris
Menurut pemerintah Inggris, hal tersebut akan mempengaruhi anak-anak.
Dikarenakan anak anak dapat terpengaruh terhadap media. Sehingga pemerintah
Inggris menerapkan Iklan junk food dilarang sebelum jam 21.00 di Inggris.
c. Peraturan Pembatasan Unhealthy Food Pada Kantin Sekolah di Australia

18
Tinjauan sistematis uji coba efektivitas kebijakan yang membatasi ketersediaan
makanan tidak sehat di kantin sekolah secara konsisten melaporkan efek
menguntungkan pada diet anak. Intervensi diberikan dengan meniadakan
makanan berlabel merah dan hitam (un healthy food) pada ketersediaan makanan
di kantin sekolah. Dengan demikian di mana makanan diberikan kepada anak-
anak sebagai bagian dari layanan makanan sekolah diperlukan preferences
makanan sehat sekaligus sebagai edukasi kepada anak di masa mendatang.
Dengan adanya kebijakan ini, pihak sekolah yang mendapatkan kelompok
intervensi (menerapkan peraturan) memungkinkan memiliki menu kantin tanpa
label merah dan hitam daripada sekolah kelompok kontrol (RR = 21,11; 95% CI
3,30 hingga 147,28; p = <0,01). Beberapa kebijakan sekolah saat ini telah efektif
dalam meningkatkan lingkungan makanan dan asupan makanan sehat di sekolah
sebagai upaya pencegahan obesitas di tingkat sekolah.

19
ADVOKASI PROGRAM PENANGANAN

A. Usulan Penanganan/Kegiatan Project


1. Nama Program
“Cerdik Sehat Tanpa Obesitas”
2. Bentuk Kegiatan
a. Kantin sehat
Kegiatan : Kantin sehat merupakan salah satu kegiatan untuk mengatasi
obesitas pada anak SD, dimana pihak sekolah dapat menyediakan kantin
yang menjual makanan sehat untuk anak SD.
Sudah terbukti pada penelitian oleh Ali et al pada tahun 2018 bahwa
konsumsi fast food (makanan tinggi energi) dengan frekuensi >_3 kali
dlm 1 minggu dpt meningkatkan risiko 1,829 kali terhadap kejadian
obesitas anak dan remaja.
Tujuan : Menyediakan dan mengedukasi anak SD sekaligus pengelola
kantin agar mengetahui makanan apa yang sehat untuk dimakan sehingga
dapat memberikan manfaat yg optimal khususnya dalam kesehatan yang
mendukung kecerdasan dan tumbuh kembang anak
Pelaksanaan : kantin sehat dilaksanakan dengan cara kantin sekolah
diwajibkan menjual buah, jajanan yang bebas dari saus, tidak menjual
minuman bersoda, jika terdapat jajanan buatan pabrik maka harus sudah
memiliki izin edar dari BPOM, dan dalam menjajakan dagangannya harus
dengan tempat tertutup dan bersih agar terhindar dari pencemaran fisik
seperti debu dan pencemaran biologis seperti lalat. Didukung dengan
edukasi pada pengelola kantin, guru, dan kepala sekolah mengenai kantin
sehat.

b. Senam Pagi
Kegiatan : Senam pagi merupakan salah satu kegiatan aktivitas fisik yang
mendukung program mengatasi obesitas pada anak SD.

20
Dibuktikan dari hasil meta analisis tahun 2017, yang menunjukan bahwa
bahwa aktivitas fisik secara bermakna dpt mencegah terjadinya obesitas
sebesar 0,827 kali dibandingkan anak yang tidak melakukan aktivitas
fisik.
Tujuan : Melatih motorik serta sebagai edukasi kepada anak SD
pentingnya olahraga, meningkatkan aktivitas anak SD
Pelaksanaan : Dilaksanakan setiap hari jumat dengan durasi 30 menit.
Dimulai pukul 07.15-07.45 Senam yang dilakukan yaitu senam zumba
anak.
3. Waktu dan Tempat Penyampaian Program
Waktu : Selasa, 25 Mei 2021 pukul 08.00 - 10.00 WIB
Tempat : SDN Palebon 01
Jl. Panda Raya No.5, Palebon, Kec. Pedurungan, Kota Semarang,
Jawa Tengah 50246
4. Instrumen
a. Proposal
b. Laptop
c. Proyektor
5. Pihak-pihak yang Terlibat
a. UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Pedurungan
b. Guru, Staff, dan Karyawan Sekolah
c. Mahasiswa
d. Dosen

21
B. Plan of Action

Cerdik Sehat Tanpa Obesitas

No Kegiatan Sasaran Tempat Waktu Uraian Penanggung Keterangan


Jawab

1. UPTD - Melakukan Alat pendukung :


Mengadvokasi SDN Selasa, 25 Mahasiswa Gizi
Pendidikan negosiasi kepada proposal, laptop,
UPTD Palebon 01 Mei 2021
Kota Kepala SDN proyektor
Pendidikan
Semarang 08.00 - Palebon 01
Kota Semarang
10.00 WIB hingga mencapai
dan Kepala
Kepala komitmen dalam
SDN Palebon
SDN pencegahan
01 dengan
Palebon 01 obesitas pada
melakukan
anak
penyuluhan
- Melakukan
mengenai
penyuluhan
obesitas pada
mengenai
remaja dan
bahaya dan cara
pencegahannya
pencegahan
obesitas pada

22
anak
- Penjelasan
program
pelaksanaan
senam pagi
setiap hari Jumat
- Memberikan
informasi
mengenai masalah
jajanan sehat dan
tidak sehat yang
dapat
mempengaruhi
obesitas dengan
program
pengadaan kantin
sehat

23
C. Peran Lintas Sektoral Penanganan Obesitas

Program Lintas sektor Peran

Pencegahan dan UPTD Pendidikan Memberikan dukungan dalam


penanggulangan obesitas Kecamatan Pedurungan membuat keputusan dan
pemberi izin dalam pelaksanaan
program di SD bersangkutan

Pencegahan dan Kepala SDN Palebon 01 Sebagai pembuat keputusan dan


penanggulangan obesitas pemberi izin dalam pelaksanaan
program senam pagi dan
pengadaan kantin sehat

Pencegahan dan Guru dan Staff Menjalankan fungsi koordinasi


penanggulangan obesitas dalam memberikan edukasi
tentang makanan sehat dan
bergizi, sera melakukan
pengawasan terhadap konsumsi
makanan (jajan) anak saat di
sekolah

D. Advokasi

1. Audiens Primer

Audiens primer yaitu UPTD Pendidikan Kecamatan Pedurungan yang memiliki


kewenangan untuk memberikan izin pada SD yang bersangkutan dan Kepala SDN
Palebon 01 yang memiliki kewenangan dalam membuat keputusan

2. Audiens Sekunder

● Guru SDN Palebon 01.


● Staff dan Karyawan SDN Palebon 01.
24
.

3. Kegiatan Advokasi

a. Membuat dan mengajukan proposal kegiatan kepada pihak sekolah.

b. Mempresentasikan dan mendiskusikan tentang program yang diajukan dalam


proposal bersama pihak sekolah.

c. Membentuk komitmen bersama dalam menerapkan beberapa program


kegiatan, seperti penilaian status gizi, penyuluhan tentang obesitas, senam
pagi dan pengadaan kantin sehat.

E. Pembuatan Komitmen
Kegiatan advokasi memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Dalam pelaksanaan
kegiatan advokasi diperlukan pembentukan komitmen bersama pihak-pihak yang terlibat.
Kegiatan advokasi diawali dengan pengajuan proposal kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
program tersebut. Selanjutnya, dilakukan sosialisasi dan diskusi bersama dengan beberapa pihak
yang terlibat mengenai program yang akan dilakukan. Dalam hal ini pembuatan komitmen
dilakukan bersama dengan, Dinas Pendidikan Kecamatan Pedurungan, Kepala Sekolah SDN
Palebon 1, Guru, Staf, serta Karyawan Sekolah. Dalam pembuatan komitmen, secara resmi
dilakukan penandatanganan oleh pihak terkait.

25
Lampiran I
Susunan Panitia
Pelindung : Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Semarang
Susi Tursilowati SKM, MSc PH
Penasehat : Ketua Program Studi Sarjana Terapan Gizi dan Dietetik
Poltekkes
Kemenkes Semarang Muhammad Jaelani, Mkes
Penanggung jawab : 1. Dr. Heni Hendriyani, SKM, MPH
2. Dr. Kun Aris Susiloretni, SKM, MKes
3. Susi Tursilowati SKM, MSc PH
Ketua panitia : Salma Sekar Madani
Wakil : Istiwa Ahlul Kafi
Bendahara : Lulu Umaila
Anyndhita Dhea Pratiwi
Sekretaris : Putri Mayalisa Fathihul Hana
Bunga Intan Sari Dewi
Sie.Acara : Tiara Apriliani
Ratri Dhyanna Sekar K. D
Rosma Nafisa Ulya
Eka Arga Nugraha
Sie.Konsumsi : Irma Anisa Dewi
Salsabila Noviana
Bella Octaviani Mardianta
Sie.Dekdok : Isnaini Handayani
Risma Choirunima
Adinda Nur Faradila
Malina Hida Laely
Alvi Margiyanti
Muh. Evan Abigail
Sie.Perlengkapan : Afinsa Kumalasari Azzahro

26
Difa Sahara Dinarizky
Nanda Fadhila Nurul Fajri
Salma Sekar Madani
Sie.Humas : Shafira Tuhfah Salsabila
Difa Sahara Dinarizky
Hilda Fuad Fadil Baraja
Sari Uswatun Khasanah
Redaksi Materi : Risma Choirunima
Putri Mayalisa Fathihul Hana
Alfiyatul Musabikhah
Bunga Intan Lestari
Sofi Aulia Rahma
Novarizqi Nur Azizah
Sari Uswatun Khasanah
Ratri Dhyanna Sekar Kinasih Kesdu
Septiantika Cahyaditami
Alya Rani Fatini
Nanda Fadila Nurul Fajri
Gigih Waspodo Errin Leswarno
Advokator : Sofi Aulia Rahma
Nabila Ayu Ristanti
Kurnia Desy Ambarwati
Afinsa Kumalasari Azzahro

27
Lampiran II
Rencana Anggaran
1. Anggaran Dana
No Pemasukan Rincian (Rp) Jumlah
Dana Kampus Poltekkes
1 - Rp 2.500.000
Kemenkes Semarang
Total Rp 2.500.000

● Pengeluaran
Harga
No Pengeluaran Volume Total Biaya
Satuan (Rp)
1 Administrasi - - Rp 55.000
2 Poster (A3) 2 lembar 5.000 Rp 10.000
3 Leaflet 20 lembar 3.000 Rp 60.000
4 Subsidi Pulsa 2 orang 25.000 Rp 50.000
Snack Tamu Undangan
5 29 orang 15.000 Rp 435.000
dan Dosen
6 Snack Panitia 10 orang 8.000 Rp 150.000
7 Jeruk Mandarin 3 kg 30.000 Rp 90.000
Transport Tamu
8 20 orang 75.000 Rp 1.500.000
Undangan
9 Kenang-kenangan - - Rp 150.000
Total Rp 2.500.000

2. Susunan Acara

No Waktu Agenda Acara


PJ

1 07.30 – 08.00 Registrasi Salsa, Irma

2 08.00 – 08.10 Pembukaan Maya


MC : Istiwa

3 08.10 – 08.15 Menyanyikan lagu Indonesia Raya Tiara


Dirijen : Nurul

4 08.15 – 08.20 Pembacaan Doa Rosma


28
Pembaca doa : Difa

5 08.20 – 08.30 Laporan kegiatan Ratri


Ketua panitia : Salma

6 08.30 – 08.40 Sambutan UPTD Kec. Pedurungan Difa, Alvi

7 08.40 – 08.50 Sambutan Kepala Sekolah SDN 1 Evan, Sari


Palebon

8 08.50 – 09.00 Sambutan Kajur Gizi Nurul

9 09.00 – 09.10 Persiapan pemaparan video obesitas Dinda


Operator : Hilda

10 09.10 – 09.40 Pemaparan program advokasi Lulu


Pembicara :Nabila, Afinsa, Desy, Sofi
Moderator : Shafira

11 09.40 – 10.10 Diskusi Bunga


Moderator : Shafira

12 10.10 – 10.20 Komitmen Dhea

13 10.20 – 10.30 Penutup Risma

29
Dokumentasi

Gambar 1.1 Sambutan Kepala UPTD


Pendidikan Kecamatan Pedurungan Gambar 1.2 Sambutan Ketua Jurusan Gizi

30
Gambar 3. Sambutan UPTD Pendidikan
Kecamatan Pedurungan

Gambar 1.3 Pemaparan Materi Gambar 1.4 Pemaparan Materi

Gambar1.5 Sesi Tanya Jawab Gambar 1.6 Penandatanganan Komitmen

Gambar 1.7 Foto Bersama Gambar 1.8 Penyerahan Kenang-kenangan

31
DAFTAR PUSTAKA
Jannah, M. and Utami, T. N. (2018) ‘Faktor yang Memengaruhi Terjadinya
Obesitas Pada Anak Sekolah di SDN 1 Sigli Kabupaten Pidie’, Jurnal
Kesehatan Global, 1(3), p. 110. doi: 10.33085/jkg.v1i3.3928
Kurdanti, W. et al. (2015) ‘Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian obesitas
pada remaja’, Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 11(4), p. 179. doi:
10.22146/ijcn.22900.
Kinasih, A., Puspita, D. and Krisnanda, N. E. (2018) ‘Hubungan aktivitas fisik dan
obesitas terhadap peak expiratory flow pada siswa sman 1 candiroto
temanggung jawa tengah’, Ijms, 5(1), pp. 12–17.
Riset Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Tengah. (2018)
Setiawati, F. S. et al. (2019) ‘Intensitas Penggunaan Media Sosial, Kebiasaan
Olahraga, dan Obesitas Pada Remaja Di SMA Negeri 6 Surabaya Tahun
2019’, Amerta Nutrition, 3(3), p. 142. doi: 10.20473/amnt.v3i3.2019.142-
148.
Yensasnidar, Putri, A. and Nurhamidah (2018) ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Obesitas Pada Murid Sd Lubuk Buaya Kota Padang’,
Jurnal Kesehatan Perintis, 5(2), pp. 182–187.
Y. Y. Mariza, dan A. C. Kusumastuti. (2013) ‘Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan
dan Kebiasaan Jajan dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar di Kecamatan
Pedurungan Kota Semarang,’ Journal Of Nutrition College, vol 2, no 1, pp.
207-213, Jan. 2013. https://doi.org/10.14710/jnc.v2i1.2108
de Carvalho, M. M. B., Coutinho, R. Q., Barros, I. M. L., Costa, L. O., Medeiros, A.
K. L., Lustosa, T. C., ... & Pedrosa, R. P. (2018). Prevalence of obstructive
sleep apnea and obesity among middle-aged women: implications for
exercise capacity. Journal of Clinical Sleep Medicine, 14(9), 1471-1475.
Mukhlis, M., & Bakhtiar, A. (2015). Obstructive sleep apnea (OSA), obesity
hypoventilation syndrome (OHS) dan gagal nafas. Jurnal Respirasi, 1(3),
94-102.

32
Hartini, K., Soetjiningsih, S., & Nurani, N. (2016). Korelasi Derajat Obesitas dengan
Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar. Sari Pediatri, 16(1), 41-6.
Amany, T., & Sekartini, R. (2017). Hubungan Antara Status Gizi dengan Prestasi
Belajar Siswa SDN 03 Pondok Cina Depok Tahun 2015. Sari Pediatri, 18(6), 487-
491.

Y. Y. Mariza, and A. C. Kusumastuti, "HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN


SARAPAN DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN STATUS GIZI ANAK
SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG,"
Journal of Nutrition College, vol. 2, no. 1, pp. 207-213, Jan. 2013.
https://doi.org/10.14710/jnc.v2i1.2108

R. K. Rachmawati, M. Ardiaria, and D. Y. Fitranti, "Asupan Protein dan Asam


Lemak Omega 6 Berlebih Sebagai Faktor Risiko Kejadian Obesitas pada Anak
Sekolah Dasar di Semarang," Journal of Nutrition College, vol. 7, no. 4, pp. 162-
168, Nov. 2018. https://doi.org/10.14710/jnc.v7i4.22275

G. E. Nilasari, H. S. Susanto, and A. Wuryanto, "FAKTOR-FAKTOR GAYA


HIDUP YANG BERHUBUNGAN DENGAN OBESITAS ANAK SEKOLAH
DASAR SWASTA BERNARDUS DAN HJ ISRIATI KELAS 4-6 DI
SEMARANG," Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), vol. 3, no. 2, pp. 70-74,
Apr. 2015. [Online].

Oktaviani, M. A., Tursilowati, S., Mintarsih, S. N., & Susiloretni, K. A. (2015).


Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food dan Pengetahuan Gizi Terhadap
Obesitas pada Siswa SMP Nasima Semarang. JURNAL RISET GIZI, 3(2), 24-32.

Puspasari, Indah and Sulchan, Muhammad and Widyastuti, Nurmasari (2017)


Sedentary Lifestyle Sebagai Faktor Risiko Terhadap Kejadian Obesitas Anak
Stunted Usia 9-12 Tahun di Kota Semarang. Undergraduate thesis, Diponegoro
University.

Wolfenden, L., Nathan, N., Janssen, L. M., Wiggers, J., Reilly, K., Delaney, T., ...
& Yoong, S. L. (2017). Multi-strategic intervention to enhance implementation of
healthy canteen policy: a randomised controlled trial. Implementation Science,
12(1), 1-11.

33
34

Anda mungkin juga menyukai