Anda di halaman 1dari 30

food estate

GUNUNG MAS
Presented by Kelompok 4
anggota kelompok
Dina Hardiyanti (2310631200005)
Raudia Syifa Azahra (2310631200026)
Siti Nur Alifah (2310631200031)
Amanda Apriliana R. (2310631200047)
Aisha Ramadhani (2310631200083)
APA ITU PROGRAM FOOD
ESTATE ???
APA ITU FOOD ESTATE??
Food Estate merupakan konsep pengembangan produksi
pangan yang dilakukan secara terintegrasi dan terdiri atas
pertanian, perkebunan, serta peternakan di lahan yang
luas.

Dalam bahasa lokal, Food Estate adalah lumbung pangan


dengan skala besar yang peruntukannya menjaga
ketahanan pangan nasional. Program pengembangan
Food Estate dijadikan sebagai suatu moda produksi yang
terintegrasi dari hulu ke hilir, dan diimplementasikan
dengan tujuan mewujudkan kebutuhan pangan di
Indonesia.

Digadang-gadang sebagai solusi atas ancaman krisis


pangan, pemerintah menyiapkan total 2,3 juta hektare
lahan pertanian dengan anggaran mencapai Rp 1,2 triliun.
Sumber : Sekretariat Kabinet Republik Indonesia
PENGENALAN PROYEK FOOD
ESTATE GUNUNG MAS
PROYEK FOOD ESTATE
GUNUNG MAS
Proyek Food Estate di Gunung Mas, Kalimantan
Tengah, merupakan bagian dari upaya pemerintah
untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Proyek ini melibatkan pengembangan lahan untuk
berbagai tanaman, termasuk singkong.

Proyek Food Estate di Gunung Mas, Kalimantan


Tengah, didirikan dengan tujuan utama untuk
mencegah ancaman krisis pangan dan meningkatkan
ketahanan pangan nasional agar pertanian tidak
hanya terpusat di pulau jawa.
alasan pemilihan FOOD ESTATE di
gunung mas
1. Kondisi Lahan: Gunung Mas mungkin memiliki lahan yang dianggap cocok untuk proyek
tersebut, seperti eks Proyek Lahan Gambut (PLG).

01 Section
2. Ketersediaan Sumber Daya: Kemungkinan ketersediaan sumber daya, termasuk air dan
tanah yang mendukung pertanian.

3. Ketahanan Pangan Lokal: Jika wilayah tersebut mengalami defisit ketersediaan beras dan
kebutuhan konsumsi yang tinggi, hal ini bisa menjadi alasan untuk memilihnya sebagai
lokasi program Food Estate.

4. Kondisi Sosial-Ekonomi: Pertimbangan terhadap kemiskinan dan pengangguran, serta


dampak program tersebut terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat setempat.
namun kenyataannya.....
food estate gunung mas
Namun, proyek ini juga menimbulkan
sejumlah kontroversi dan kritik.
Meskipun demikian, pemerintah terus
melakukan evaluasi dan perbaikan
untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik. Pada tahun 2023, proyek Food
Estate di Gunung Mas masih menjadi
perhatian, dengan sejumlah laporan
yang menyoroti berbagai aspek dari
proyek ini, termasuk dampak
lingkungan dan kinerja proyek.
PERMASALAHAN DALAM
PROYEK FOOD ESTATE
GUNUNG MAS
Kondisi lahan singkong YANG TIDAK COCOK

Lahan kebun singkong tidak cocok, kebun singkong itu gagal lantaran
kondisi tanah yang tidak cocok, karakteristik tanahnya 70% adalah pasir.
Sementara lahan yang baik untuk menanam umbi kayu adalah tanah
yang memiliki struktur gembur, remah, dan punya banyak bahan organik.
MEMBABAT HABIS HUTAN GUNUNG MAS

Lahan kebun singkong tidak cocok, kebun singkong itu gagal lantaran
kondisi tanah yang tidak cocok, karakteristik tanahnya 70% adalah pasir.
Sementara lahan yang baik untuk menanam umbi kayu adalah tanah
yang memiliki struktur gembur, remah, dan punya banyak bahan organik.
MENABRAK ATURAN DEFORESTASI

Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang seharusnya menjadi syarat perizinan, misalnya,
baru dibuat empat bulan setelah ratusan hektare hutan di Gunung Mas ditebang.
Pola pembangunan yang serampangan menunjukan minimnya kehati-hatian pemerintah
dalam mengelola sumber daya alam yang amat penting bagi dunia.
DAMPAK DARI PROYEK
FOOD ESTATE GUNUNG
MAS
DAMPAK NEGATIF PROYEK FOOD
ESTATE GUNUNG MAS
merusak lingkungan

Proyek Food Estate di Gunung Mas, Kalimantan Tengah, telah menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan. Beberapa laporan menyoroti kerusakan lingkungan
yang disebabkan oleh proyek ini, termasuk deforestasi dan perubahan penggunaan
lahan yang mengakibatkan kerusakan habitat alami dan ekosistem

Dengan demikian, proyek Food Estate di Gunung Mas telah menimbulkan dampak
negatif yang signifikan terhadap lingkungan, dan perlu adanya evaluasi menyeluruh
serta tindakan perbaikan yang lebih baik untuk meminimalkan dampak negatif ini.
berdampak buruk pada lahan

Perubahan lahan gambut menjadi food estate ini juga membawa dampak
buruk bagi lingkungan. Pertama, produktivitas tani lahan singkong
terganggu dan menjadi tidak optimal.
feeding climate change

Di Gunung Mas, Kalimantan Tengah, hutan seluas lebih dari 600 hektar
telah dihabisi. Jika pemerintah tidak menghentikan segera proyek food
estate di kawasan hutan dan di area berhutan, jumlah tersebut akan
terus bertambah. Hal ini akan memperburuk krisis iklim yang tengah kita
hadapi."
MENGHADIRKAN KRISIS PANGAN
bagi WARGA SETEMPAT

Proyek Food Estate di Gunung Mas, Kalimantan Tengah, telah


menimbulkan berbagai permasalahan yang terkait dengan krisis pangan
dan pemerataan hasil tani. Proyek ini telah menuai kecaman karena
dianggap gagal, dan berpotensi menghadirkan krisis pangan bagi
masyarakat setempat
DAMPAK POSITIF PROYEK
FOOD ESTATE
perbaikan infrastruktur

Proyek Food Estate di Gunung Mas telah membantu dalam pembangunan


infrastruktur di wilayah, seperti perbaikan jalan dan irigasi
. Infrastruktur yang baik dapat mendukung pengembangan ekonomi dan
keberlanjutan masyarakat di wilayah tersebut.
Peningkatan lapangan kerja

Proyek Food Estate juga mempengaruhi peningkatan lapangan kerja di


wilayah. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan produktivitas dalam sektor
pertanian dan peningkatan pendapatan bagi masyarakat yang terlibat
dalam proyek
Pertumbuhan ekonomi

Program Food Estate di Gunung Mas juga membantu dalam pertumbuhan ekonomi wilayah.
Dengan memastikan pasokan yang stabil dan aksesibilitas, proyek ini dapat membantu
mengempuaskan potensi ekonomi di wilayah yang sebelumnya tidak dioptimalkan
Adapun salah satu contoh upaya intensifikasi di Kalimantan Tengah telah berhasil
meningkatkan produktivitas di kawasan Pulang Pisau dari tahun ke tahun. Dari
awal dimulai dengan hasil rata-rata 2,5 ton per ha gabah kering panen (GKP)
meningkat menjadi 3,5 GKP ton per ha, dan bahkan sudah mampu mencapai 5,5
ton per ha..
memastikan pasokan selalu stabil

jika program ini berhasil Program Food Estate di Gunung Mas dapat membantu dalam
pertumbuhan ekonomi wilayah. Dengan memastikan pasokan yang stabil Upaya perluasan lahan
pangan melalui program ekstensifikasi dan intensifikasi tanam
Meski membutuhkan waktu untuk meningkatkan kualitas dan pertanaman di lokasi
food estate, namun Kementan mempunyai pengalaman panjang dalam menyiapkan
dan mengolah lahan marginal serupa seperti di Banyuasin, Sumatera Selatan.
an aksesibilitas, proyek ini dapat membantu mengempuaskan potensi ekonomi di
wilayah yang sebelumnya tidak dioptimalkan
SOLUSI PROYEK FOOD ESTATE
GUNUNG MAS
solusi yang bisa dilakukan
1. Evaluasi menyeluruh
Pemerintah perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap proyek Food Estate di Gunung Mas, termasuk
mengevaluasi dampak lingkungan, kinerja proyek, dan manfaat bagi masyarakat setempat

2. Keterlibatan masyarakat
Penting untuk melibatkan masyarakat setempat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi proyek
Food Estate. Keterlibatan masyarakat dapat membantu memastikan bahwa proyek ini memberikan manfaat
yang nyata bagi mereka dan meminimalkan dampak negatif

3. Perbaikan strategi
Pemerintah perlu memperbaiki strategi pelaksanaan proyek Food Estate, termasuk memastikan bahwa
proyek ini berbasis pada penelitian yang kredibel dan memiliki rencana yang terukur untuk mencapai tujuan
ketahanan pangan

4. Tanggung jawab dan pemantauan


Pemerintah pusat perlu mengambil tanggung jawab penuh dalam pemantauan dan pengelolaan proyek
Food Estate di Gunung Mas. Hal ini penting untuk memastikan bahwa proyek ini berjalan sesuai dengan
rencana dan memberikan manfaat yang diharapkan
Solusi dari permasalahan yang ada
Dalam upaya mengembangkan kawasan food estate, fokus utama ditujukan
pada pengembangan komoditas utama seperti padi, hortikultura, perkebunan,
peternakan, dan perikanan. Pendekatan ini dirancang untuk menciptakan
kawasan yang berdaya saing, ramah lingkungan, dan modern dengan alokasi
lahan per cluster mencapai 1.000 hektar. Untuk mencapai keberhasilan ini,
sinergitas dengan berbagai pihak terkait menjadi kunci, dengan mendorong
kerja sama bersama stakeholders dalam pengembangan food estate. Selain itu,
dorongan kuat diberikan untuk membentuk kelembagaan petani berbasis
korporasi, menggalang potensi kolektif dan meningkatkan efisiensi. Untuk
mendukung keberlanjutan operasional, pengelolaan alat dan mesin pertanian
(ALSINTAN) diatur secara terkoordinasi melalui pendekatan Brigade, dengan
fokus pada setiap cluster seluas 1.000 hektar.
SESI DISKUSI
TERIMA KASIH
TERIMA KASIH ATAS
PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai