Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekologi Pertanian yang diampu
oleh Ibu Erviyana Windiastuti, S.Si., M.Biotech
Oleh :
UNIVERSITAS SILIWANGI
2024
Pro dan Kontra terkait Program Food Estate
Program ini merupakan inisiatif Presiden Joko Widodo untuk mencegah risiko
kekeringan dan kekurangan pangan yang mungkin terjadi pada saat merebaknya pandemi
Covid-19 pada kuartal II tahun 2020. Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan,
Presiden Jokowi memerintahkan Badan Usaha Milik Negara untuk membuka lahan
persawahan melalui program Food Estate dengan fokus pada lahan basah dan rawa.
Sebelumnya pada tanggal 24 Maret 2020, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) juga
menerbitkan laporan mengenai kemungkinan terjadinya krisis pangan global akibat kebijakan
isolasionis regional yang memutus rantai makanan di berbagai negara.
Pelaksanaan program ini menggunakan anggaran yang cukup besar yaitu ± 9 juta/ha
untuk lahan rawa lama (yang sudah direstorasi) dan ± 30 juta/ha untuk lahan baru, dengan
total anggaran sebesar Rp 2,55 triliun (Kementerian Pertanian, 2020 ) yang fokus pada
budidaya padi di lahan seluas 30.000 hektar. Anggaran besar yang diperlukan membuka
peluang kerjasama investasi dengan pihak swasta sehingga anggaran program tidak
membebani anggaran APBN. Hal ini membuka peluang bagi investor asing untuk menguasai
investasinya. Hal ini tentu saja membuat masyarakat merasa tidak berhak memiliki tanah di
tanah kelahirannya. Permasalahan anggaran merupakan salah satu contoh kelemahan dan
tantangan penerapan program pertanian pangan.
A. Pro
Orang-orang yang pro terhadap program Food Estate ini kebanyakan karena
adanya beberapa dampak positif, seperti pembaguna sejumlah infrastruktur, terciptanya
lapangan pekerjaan, dan Pembangunan ekonomi di sejumlah desa yang dijadikan
sebagai lokasi dilakukannya program ini. Selain itu, program ini juga menerapkan
teknologi yang membuat semua aktivitas lebih produktif dan efisien. Food Estate ini
juga dinilai dapat meningkatkan ketahanan pangan, sesuai tujuan utamanya.
B. Kontra
Meskipun program ini memiliki banyak potensi hingga membuat banyak
orang setuju dan percaya, hasil yang didapat tidak sesuai yang diharapkan. Banyak
tanaman yang tidak tumbuh, dan sistem yang dijalankan banyak tidak sebagaimana
mestinya. Seperti tanaman yang seharusnya ditanam di tanah/lahan gambut tetapi malah
memaikai polybag atau kantong plastik, ada juga terkait pemilihan lahan yang tidak
sesuai atau tidak cocok dengan komoditas yang akan ditanam. Contohnya seperti
komoditas padi yang akan ditanam di lahan gambut akan membuat produktivitasnya
tidak maksimal sehingga effort dan dampak kerusakan lingkungan yang lebih besar, lalu
ada Mahfud MD yang menyoroti tentang komoditas singkong yang ditanam, namun
yang tumbuh bukanlah singkong seperti di awal melainkan komoditas lain yaitu jagung.
Selain itu, banyak yang kontra terhadap program ini adalah karena banyaknya dampak
negatif baik bagi hutan itu sendiri maupun sekitarnya. Seperti lahan hutan yang
seharusnya berfungsi untuk menahan erosi dan banjir dihancurkan untuk program ini,
akibatnya terjadi banjir yang cukup parah pada awal-awal dilakukannya program ini.
Selain itu, program ini mengancam keanekaragaman hayati melalui eksploitasi hutan
dan lahan gambut, upah kecil bagi tenaga kerja lokal dan nilai jual pertanian rakyat
rendah.
Pakar Manajemen Risiko Iklim dari Institut Pertanian Bogor, Rizaldi Boer,
pernah mengatakan bahwa proyek lumbung pangan bisa mengancam komitmen
Indonesia untuk mengatasi krisis iklim, yang seharusnya bisa dicapai dengan penurunan
luas deforestasi dan perbaikan pengelolaan lahan gambut. food estate bukan hanya
solusi atas keterbatasan akses terhadap pangan yang sehat, namun karena penyebab
utama dari masalah ini adalah daya beli masyarakat yang rendah dan bukan dari
kurangnya ketersediaan pangan.
DAFTAR PUSTAKA
Reza Felix Citra, 2024, Program Food Estate: Dari Rencana Hingga Realitas,
https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/program-food-estate-dari-rencana-hingga-
realitas.
CNN, 2024, Mahfud Sorot Food Estate: Tanam Singkong Tumbuh Jagung di Lahan Gambut,
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20240122081959-617-1052672/mahfud-sorot-food-
estate-tanam-singkong-tumbuh-jagung-di-lahan-gambut.
Rizqi Ramdani 2021, Opini: Pro Kontra Food Estate, Antara Mengatasi Krisis Pangan dan
Merealisasi Krisis Ekologi di Indonesia, https://kab.faperta.ugm.ac.id/2021/11/10/opini-pro-
kontra-food-estate-antara-mengatasi-krisis-pangan-dan-merealisasi-krisis-ekologi-di-
indonesia/
Emir Yanwardhana, 2022, Mentan Klaim 3 Food Estate Sukses, Ini Lokasinya,
https://www.cnbcindonesia.com/news/20220411171933-4-330722/mentan-klaim-3-food-
estate-sukses-ini-lokasinya.
Hanni Sofia, 2024, Food estate antara visi ketahanan dan kemendesakan pemenuhan pangan,
https://www.antaranews.com/berita/3934104/food-estate-antara-visi-ketahanan-dan-
kemendesakan-pemenuhan-pangan.
cxomedia.id, 2022, Kegagalan Food Estate dan Dampaknya Bagi Krisis Iklim,
https://www.cxomedia.id/general-knowledge/20221115140419-55-177068/kegagalan-food-
estate-dan-dampaknya-bagi-krisis-iklim