Anda di halaman 1dari 8

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PROGRAM PENYEDIAAN DAN PENGEMBANGAN SARANA PERTANIAN


KEGIATAN PENGAWASAN PENGGUNAAN SARANA PERTANIAN
SUB KEGIATAN PENGAWASAN PENGGUNAAN SARANA PENDUKUNG PERTANIAN SESUAI
DENGAN KOMODITAS TEKNOLOGI DAN SPECIFIK LOKASI

BIDANG TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA


DINAS PERTANIAN
KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA
2023
KARANGKA ACUAN KERJA

Organisasi : Dinas Pertanian


Program : Penyediaan dan Pengembangan Sarana Pertanian
Kegiatan : Pengawasan Penggunaan sarana Pertanian
Sub Kegiatan : Pengawasan Penggunaan Sarana Pendukung Pertanian Sesuai Dengan
Komoditas , Teknologi dan Specifik Lokasi
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian memiliki kontribusi dan peran yang cukup strategis dalam
pembangunan, namun dalam perjalanannya memiliki beberapa tantangan dalam
mengembangkan dan membangun sektor pertanian. Adapun beberapa kendala dan
tantangan yang dihadapi dalam pembangunan sektor pertanian adalah sebagai berikut :
1. Pertanian Tidak Ditempatkan Sebagai Sektor Prioritas
Salah satu penyebab tidak optimalnya pembangunan sektor pertanian yang
sampai saat ini masih merupakan tumpuan hidup masyarakat Indonesia adalah
karena pemerintah terlalu sering menempatkan sektor ini bukan sebagai sektor
prioritas. Melainkan sektor pertanian pada umumnya hanya ditempatkan sebagai
sektor pendukung. Saat era modern ini, semestinya pemerintah lebih memberikan
dukungan bagi sektor pertanian agar dapat berkembang lebih cepat. Hal ini
dikarenakan sektor pertanian memiliki berbagai kelebihan seperti mampu menjadi
penyedia pangan nasional, memberi kontribusi besar terhadap PDRB, mampu
menyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia, memiliki potensi lahan yang luas dan
sumber daya alam yang besar serta beragam. Bentuk dukungan yang dapat
diberikan oleh pemerintah bisa berupa kemudahan akses pembiayaan bagi pelaku
sektor ini, pembangunan infrastruktur pendukung pertanian, dan lainnya. Dengan
dukungan pemerintah maka diharapkan komoditas pertanian akan mempunyai
keunggulan daya saing dan kemandirian produk sehingga pada gilirannya akan
membuat produk pertanian Indonesia mampu bersaing baik di pasar domestik
maupun pasar internasional.
2. Adanya Tantangan Pertumbuhan Ekonomi Hijau
Laju pertumbuhan produktivitas faktor total di sektor ini telah melampaui
sektor lainnya. Bahkan buruh dari kegiatan pertanian telah memacu ekspansi
ekonomi dan pertumbuhan lapangan kerja di sektor-sektor lainnya. Namun
demikian, sektor pertanian dianggap akan menghadapi tantangan yang cukup
besar dalam menerapkan strategi pertumbuhan hijau. Kondisi ini dikarenakan
dengan asumsi pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi serta jumlah populasi
dunia dan pendapatan warga dunia yang semakin tinggi. Hal tersebut akan
berpengaruh terhadap tingginya permintaan terhadap berbagai jenis makanan dan
bahan baku pertanian di seluruh dunia. Padahal sumber daya alam akan semakin
langka, terutama tanah dan air yang kedua jenis barang ini justru menjadi andalan
sektor pertanian.
Ekspansi besar yang tidak diantisipasi dalam permintaan untuk produk-
produknya dapat menyebabkan peningkatan kontribusi negatif sektor pertanian
terhadap kualitas lingkungan global. Misalnya, hilangnya keanekaragaman hayati
melalui penggundulan padang rumput dan hutan, adanya tekanan berkelanjutan
pada pasokan air yang semakin langka atau naiknya pencemaran air oleh bahan
kimia dan kotoran hewan. Kontribusi negatif tersebut bisa terus terjadi jika model
pembangunan sektor pertanian terus menggunakan the source exploitation model.
Pembangunan sektor pertanian ke depan hendaknya juga disinergikan
dengan kualitas lingkungan alam. Misalnya dengan meminimalisir penggunaan
pupuk dan pestisida yang menganduk zat kimia anorganik dan dialihkan ke
penggunaan pupuk dan pestisida organik agar hasil tanaman pangan yang
dikonsumsi oleh manusia tetap aman dan tidak merusak lingkungan. Hal ini harus
menjadi pertimbangan pelaku pertanian meskipun sebenarnya penggunaan pupuk
dan pestisida organik biasanya menghasilkan produksi pangan yang rendah. Inilah
tantangan bagi pemerintah khususnya Kementerian Pertanian untuk memikirkan
terobosan solusi terhadap masalah ini, yaitu bagaimana agar produksi pangan
tetap terjaga secara kuantitas dan kualitas lingkungan tetap baik.
3. Adanya Dampak Negatif dari Global Warming
Sektor pertanian mengalami dampak yang besar dari fenomena global
warming. Di antara akibat dari perubahan iklim adalah adanya kelembaban tanah
dan variasi iklim yang sangat fluktuatif yang secara keseluruhan akan mengancam
keberhasilan produksi pangan tersebut. Dampak langsung dari perubahan iklim di
antaranya adalah terjadinya penurunan produktivitas dan produksi pertanian
terutama di subsektor tanaman pangan, sedangkan dampak tidak langsungnya
adalah frekuensi dan intensitas bencana alam (terutama banjir dan kekeringan)
yang semakin meningkat. Akibat dari bencana alam ini adalah terjadinya
penurunan produksi pertanian dan kerusakan infrastruktur pertanian khususnya di
pedesaan. Menurunnya produktivitas pertanian di negara-negara berkembang
sebagai akibat dari perubahan iklim ini.
4. Kurang bekembangnya Industri Pasca Panen
Secara faktual sektor produksi Pertanian (On Farm) pada sektor hilir
tumbuh baik dan bertambah setiap tahun, tetapi permasalahan muncul tidak
dibarengi dengan upaya penguatan di sektor hulu (off farm) atau Pasca Panen. Bila
terjadi over produksi, maka terjadi penurunan harga yang signifikan, dan berujung
pada tingkat kesejahteraan petani yang tidak membaik. Di sektor hulu, harus
dikelola secara sinergis dan terencaca di sektor hilir.
5. Pengembangan kawasan sektor pertanian yang berbasis kawasan sesuai
produk unggulannya
Pengembangan pertanian berbasis Kawasan yang disesuaikan dengan
produk unggulan sangat berhubungan erat dikaitkan dengan jumlah produktivitas
yang konsisten. Di Kabupaten Penajam Paser Utara telah ditetapkan oleh menteri
pertanian di sektor perkebunan sector unggulan adalah kelapa sawit dan lada,
disektor Tanaman Pangan produk unggulan adalah padi, disektor hortikultura
adalah jeruk dan cabai sedangkan di sektor peternakan adalah ternak sapi.
Untuk sektor tanaman pangan (padi) telah ditetapkan dalam bentuk
kawasan persawahan dengan Istilah Daerah Irigasi (DI), Kawasan Perkebunan
Kelapa Sawit telah ditetapkan dengan Kawasan yang disesuaikan dengan Hak Guna
Usaha (HGU). Dibidang Peternakan dan Hortikultura belum dikelola secara
Kawasan dan berdampak pada tidak dihasilkannya produk yang kontinyu dan
berkelanjutan.
6. Berpindahnya IKN ke Kabupaten Penajam Paser Utara
Dengan adanya perpindahan ibukota negara ke Kabupaten Penajam Paser
Utara akan berpengaruh dengan meningkatnya jumlah penduduk sehingga
diperlukan penyediaan pangan yang cukup signifikan. Kabupaten Penajam Paser
Utara diharapkan menjadi daerah penyangga pangan utama bersama daerah
sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk ibukota negara.
Program penyediaan dan pengembangan sarana pertanian dan sub
kegiatan Pengawsasan penggunaan sarana pendukung pertanian sesuai dengan
Komoditas, teknologi dan spesifik lokasi, merupakan salah satu program yang
sangat nyata memiliki peran penting dalam melaksanakan Kegiatan budidaya
dalam rangka meningkatkan produksi, produktifitas komoditas tanaman pangan,
dan hortikultura dalam rangka menjaga stabilitas harga terutama pada komoditas
cabai.
Produksi cabai semakin tahun semakin menurun, dengan adanya
penanaman tanaman baru seperti buah-buahan atau perkabuanan. Sehingga perlu
perhatian khusus dalam pengembangan cabai. Kecepatan dan ketepatan
pengambilan keputusan/kebijakan di bidang penambahan input dalam rangka
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi baik unsur makro maupun unsur mikro.
Tindakan tersebut sangat dipengaruhi oleh Kemampuan pengamatan yang cepat,
tepat, akurat, terkini, dan berkesinambungan.

II. LINGKUP KEGIATAN


II.1 Maksud dan Tujuan
Maksud kegiatan pengembangan budidaya cabai disusun sebagai acuan agar
para petugas pertanian di Kabupaten Penajam Paser Utara dalam melaksanakan
kegiatan penanggulangan dampak bencana secara terarah, tepat, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Tujuan
 Menekan luas serangan organisme pengganggu tanaman pangan /
perkebunan agar tidak berdampak pada penurunan produksi baik pangan,
hortikultura dan perkebunan.
 Mewujudkan pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan dengan
mengurangi bahan kimia pada budidaya.
 Melaksanakan kegiatan penangulangan dampak bencana secara transparan,
efisien, efektif dan dapat dipertanggungjawabkan.
 Mengurangi tambahan pengeluaran/input terhadap skala usaha pertanian bagi
pelaku utama
Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup Kegiatan Penangulangan Dampak Bencana di Bidang
Pertanian/perkebunan meliputi pengendalian organisme pengganggu tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan serta dampak perubahan iklim dengan cara
Gerakan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman, Gerakan dampak
perubahan iklim pembinaan, pengawasan , monitoring dan evaluasi, serta
pelaporan.
II.2 Penerima Manfaat
a. Petani dan petani miskin ekstrim yang tergabung dalam kelompok tani di
Kabupaten Penajam Paser Utara
b. Disalurkannya agro-input (benih/bibit, pupuk, pestisida), dan prasarana lain yang
dibutuhkan secara tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat lokasi.
c. Terlaksananya Gerakan pengendalian organisme pengganggu tanaman dan
Gerakan dampak perubahan iklim.
d. Dimanfaatkannya bantuan sehingga petani penerima bantuan tidak terganggu
pencapaian produksi, produktivitas dan pendapatannya.
e. Pulihnya kegiatan ekonomi masyarakat petani di lokasi bencana.

III. NAMA ORGANISASI


a. Dinas Pertanian Kabupaten Penajam Paser Utara
b. Satker/OPD Dinas Pertanian Kabupaten Penajam Paser Utara
c. PA : Rozihan Asward,SP

IV. SUMBER PENDANAAN


Dana Kegiatan pananggulangan dampak bencana pertanian/perkebuan sub
kegian pengendalian organisme pengganggu tanaman menjadi tanggung jawab
Pemerintah Daerah. Berdasarkan alokasi anggaran penanggulangan dampak bencana
secara memadai setiap tahunnya.
Untuk kegiatan Pengendalian dan Penanggulangan Bencana Pertanian
Kabupaten/Kota ini dialokasikan pagu dana sebesar Rp.833.921.540 (Delapan Ratus
Tiga Pupuh Tiga Juta Sembilan Ratus Dua Puluh Satu Ribu Lima Ratus Empat Puluh
Rupiah) Dengan rincian, belanja bahan dan bibit tanaman berupa belanja pestisida
(Rodentisida, insektisida, fungisida ), belanja Pupuk, belanja ATK, Belanja Jasa Kantor
(Perjalanan dinas)

V. METODE PELAKSANAAN
Dalam rangka terwujudnya kegiatan pananggulangan dampak bencana
pertanian/perkebunan sub kegiatan pengendalian organisme pengganggu tanaman
pertanian/perkebunan yang efektif dan efisien, pengelolaan kegiatan harus dilakukan
dalam suatu mekanisme yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
monitoring/pengamatan dan evaluasi yang terpadu, serta sistem pelaporan yang
terkoordinasi dan menyeluruh.
Pengamatan dilakukan oleh POPT wilayah binaan kemudian di laporkan ke
koordinator POPT dan di Lanjutkan Dinas Pertanian, pelaporan Perlindungan Tanaman
Pangan terdiri dari 8 (delapan) jenis, yaitu Laporan Harian, Laporan Peringatan Dini,
Laporan Setengah Bulanan, Laporan Bulanan, Laporan Musiman, Laporan Tahunan,
Laporan Eksplosi dan Laporan Khusus/Insidentil. Kemudian hasil pelaopran ini akan di
telaah dan menjadi acuan untuk melakukan Tindakan Gerakan pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan atau penanganan dampak perubahan iklim. Dengan
menyalurkan bantuan baik pestisida atau penanganan dampak perubahan iklim.
VI. WAKTU PELAKSANAAN
Kegiatan penanggulangan dampak bencana di bidang pertanian merupakan
salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah untuk mengurangi beban petani di
lokasi yang mengalami bencana serta dalam rangka penanggulangan Kemiskinan
ekstrim Dengan waktu pelaksanaan selama tahun 2024.

Penajam, 13 November 2023


Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan

Gunawan,SP
NIP.19731221 201001 1 002

Anda mungkin juga menyukai