Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MATA KULIAH

TEORI PERENCANAAN

PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DENGAN SISTEM


PERTANIAN BERKELANJUTAN DI SAWAH TARO’OFI
DESA GUNUNG BARU KECAMATAN MORO’O KABUPATEN NIAS BARAT

OLEH

EKA PUTRA JAYA GULO

NIM : 227003005

PROGRAM STUDI PEMBANGUNAN WILAYAH DAN PEDESAAN

FAKULTAS SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022
1.1 Latar Belakang

Pembangunan pertanian mempunyai peran yang sangat strategis


dalam perekonomian nasional dan perekonomian daerah karena sektor
pertanian berfungsi sebagai penyedia bahan pangan untuk ketahanan
pangan masyarakat, sebagai instrumen pengentasan kemiskinan, penyedia
lapangan kerja, pelestarian lingkungan melalui praktek usaha tani yang
ramah lingkungan. serta sumber pendapatan masyarakat. Pembangunan
pertanian diarahkan menuju pembangunan pertanian yang berkelanjutan
sebagai bagian dari sistem pembangunan pertanian berkelanjutan.
Pembangunan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) merupakan
implementasi dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat tani secara luas tanpa mengorbankan
kemampuan memenuhi kebutuhan hidup generasi yang akan datang.
Pembangunan pertanian berkelanjutan harus harus mampu memanfatkan
sumber daya secara efisien dan berinteraksi secara sinergis dengan sub
sistem pembangunan berkelanjutan lainnya (Deplu, 2002 dalam Suwardji,
2004).

Pembangunan pertanian berkelanjutan ini meningkatkan


produksi dan produktivitas pertanian dengan tetap memperhatikan
kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Pembangunan pertanian
dilakukan secara seimbang dan disesuaikan dengan daya dukung
ekosistem sehingga mengurangi kerusakan lingkungan dan kontinuitas
produksi dapat dipertahankan dalam jangka panjang. Menurut Salikin
(2003), bahwa sistem pertanian berkelanjutan dapat dilaksanakan
menggunakan berbagai model antara lain sistem pertanian organik,
integrated farming, pengendalian hama terpadu, dan LEISA (Low External
Input Sustainable Agriculture).

Pada tahun 1960-an terjadi peningkatan produksi yang sangat


signifikan pada tanaman serelia yang dikenal dengan istilah revolusi hijau
(green revolution). Revolusi hijau merupakan upaya dan cikal bakal
kemajuan teknologi pertanian untuk meningkatkan produktivitas hasil
pangan dengan tujuan untuk mengubah penggunaan teknologi tradisional
pada sektor pertanian dengan menerapkan teknologi modern untuk hasil
yang optimal. Revolusi hijau ini bertumpu pada penggunaan masukan
(input) bahan-bahan kimia yang banyak seperti pupuk buatan, herbisida
dan pestisida. Selain memberikan dampak positif revolusi hijau ini
memberikan dampak negatif yaitu ketergantungan petani terhadap pupuk
kimia dan pestisida yang tidak ramah lingkungan sehingga menyebabkan
kerusakan ekosistem.

Kabupaten Nias Barat merupakan daerah otonom yang


terbentuk sesuai dengan Undang – undang Nomor 46 Tahun 2008 tentang
pembentukan Kabupaten Nias Barat. Ibukota Kabupaten Nias Barat
terletak di Desa Onolimbu Kecamatan Lahomi dengan luas wilayah 544.09
km2 yang terdiri dari 8 (delapan) Kecamatan. Jumlah jiwa yang ada di
Kabupaten Nias Barat yaitu 81.863 jiwa dengan sebagian besar mata
pencarian penduduk di Kabupaten Nias Barat yaitu petani padi sawah
dengan luas baku sawah 2.281 Ha (BPS Nias, 2021) yang tersebar di 6
(enam) kecamatan yaitu Mandrehe, Mandrehe Utara, Mandrehe Barat,
Moro’o, Lahomi dan Sirombu. Kabupaten Nias Barat memiliki potensi
sumber daya alam yang utama adalah bidang pertanian tanaman pangan,
khususnya untuk komoditi padi.

Tanaman padi sawah merupakan pekerjaan yang utama di


Kabupaten Nias Barat, sehingga peningkatan produksi dan produktivitas
merupakan suatu keharusan dan menjadi tanggungjawab bersama antara
Pemerintah dan petani. Dalam peningkatan produksi dan produktivitas
harus dilakukan perbaikan kualitas dan kuantitas. Sawah Taro’ofi Desa
Gunung Baru Kecamatan Moro’o merupakan salah satu hamparan sawah
yang ada di Kabupaten Nias Barat. Berdasarkan data BPP Kecamatan
Moro’o (2015) telah dilaksanakan pengukuran secara swadaya pada tahun
2015 sawah ini pernah mendapatkan produktivitas 7,0 ton/ha pada saat
pelaksanaan intesifikasi padi sawah, namun pada tahun 2022 dilakukan
pengukuran secara swadaya pada kegiatan penumbuhan penangkar benih
padi produktivitas hanya sebesar 4,8 ton/ha. Pada saat pelaksanaan
kegiatan penangkar benih padi sawah mengalami banyak kendala seperti
hama dan penyakit tanaman yang sudah melebihi ambang batas ekonomi
dan semakin banyak ditemukan adanya ledakan hama baru dan hama yang
ada menjadi resisten. Hama dan penyakit yang tersebut disebabkan oleh
kerusakan ekosistem sawah karena tingginya tingkat penggunaan pestisida
kimia sintetis yang membunuh musuh alami organisme pengganggu.
Produktivitas ini mengalami penurunan disebabkan juga karena degradasi
tanah pada lahan sawah akibat penggunaan pupuk kimia yang secara
kontinu. Berdasarkan permasalahan dan hal-hal penting terkait dengan
perencanaan pembangunan sebagaimana telah diuraikan, maka penulis
tertarik untuk membahas topik Perencanaan Pembangunan Pertanian
Dengan Sistem Pertanian Berkelanjutan Di Sawah Taro’ofi Desa Gunung
Baru Kecamatan Moro’o Kabupaten Nias Barat.

1.2 Tujuan
Tujuan dari topik ini adalah
a. Perencanaan pembangunan pertanian dengan sistem pertanian
berkelanjutan di Sawah Taro’ofi Desa Gunung Baru Kecamatan
Moro’o.
b. Strategi Perencanaan pembangunan pertanian dengan sistem
pertanian berkelanjutan di Sawah Taro’ofi Desa Gunung Baru
Kecamatan Moro’o.

1.3 Pembahasan
1.3.1 Perencanaan dan Strategi Pembangunan Pertanian dengan sistem
pertanian berkelanjutan
Perencanaan pembangunan pertanian dengan sistem pertanian
berkelanjutan di sawah taro’ofi desa gunung baru kecamatan moro’o
Kabupaten Nias Barat didasari oleh permasalahan degarasi tanah pada
sawah dan dan tingginya tingkat penggunaan pestisida oleh petani.
Perencanaan ini harus didukung oleh sumber daya manusia dan sumber
daya alam, maka direncanakan dan ditentukan strategi pembangunan
pertanian sistem berkelanjutan yang didasari dari permalahan yang ada.
Oleh sebab itu, perlu memahami kondisi wilayah perencanaan meliputi
permasalahan dan potensi yang dimiliki sesuai dengan pendapat Riyadi dan
Deddy (2002: 69-70) bahwa pengetahuan dan pemahaman tentang kondisi
wilayah perencanaan, baik berupa potensi dan masalah bermanfaat dalam
menentukan pilihan strategi yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
wilayah perencanaan serta berpengaruh pula guna memperlancar
pelaksanaannya.
Dalam mengetahui kondisi wilayah perencanaan atau yang disebut
juga kegiatan tinjauan keadaan yang melibatkan Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL) dalam melakukan pengamatan lapangan. Dalam hal ini,
kita melakukan uji laboratorium terhadap kualitas tanah dan residu
pertanian terhadap gabah/beras petani. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
memperoleh informasi yang akurat melalui kajian secara ilmiah tentang
kondisi tanah dan gabah/beras yang dihasilkan sehingga kita dapat
menentukan tujuan dan menyusun strategi pencapaian tujuan tersebut.
Strategi yang digunakan perencanaan pembangunan pertanian
berkelanjutan yaitu dengan memasyarakatkan penerapan pertanian
berkelanjutan. Menurut FAO (1989) Pembangunan pertanian berkelanjutan
menkonservasi lahan, air, sumberdayagenetik tanaman maupun hewan,
tidak merusak lingkungan, tepat guna secara teknis, layak secara
ekonomis, dan diterima secara sosial (FAO, 1989). Strategi yang tersebut
mengacu pada tujuan yang ingin dicapai dengan mengubah pola pikir
petani di Sawah Taroofi Desa Gunung Baru Kecamatan Moro’o Kabupaten
Nias Barat. Dengan cara ini diharapkan mengembalikan kualitas sawah
sehingga memberikan hasil yang lebih baik, meningkatkan nilai jual produk
dan memberikan keuntungan kepada petani karena biaya usaha tani
rendah.
Perencanaan pembangunan pertanian dengan sistem pertanian
berkelanjutan dilakukan dengan pendekatan atau mensosialisasikan
kepada masyarakat kegiatan yang dapat menunjang dan memberikan
kontribusi dalam meningkatkan keuntungan produktivitas pertanian dalam
jangka panjang, meningkatkan kualitas lingkungan, serta meningkatkan
kualitas hidup petani yaitu :
1. Pengendalian hama terpadu, hal ini dilakukan dengan pendekatan untuk
mengendalikan hama yang dikombinasikan dengan metode-metode
biologi, budaya, fisik dan kimia, dalam upaya untuk meminimalkan;
biaya, kesehatan dan resiko-resiko lingkungan dengan cara
menggunakan reptil atau binatang – binatang yang diseleksi untuk
mengendalikan hama atau dikenal musuh alami seperti Tricogama sp.,
menggunakan tanaman-tanaman “penangkap” hama yang berfungsi
sebagai pemikat (atraktan) yang menjauhkan hama dari tanaman.
2. Sistem Rotasi Tanaman, hal ini dilakukan untuk memutus populasi
pertumbuhan hama setiap tahun  meningkatkan kesuburan tanah, serta
mampu membentuk ekosistem mikro yang stabil.
3. Pengelolaan Nutrisi Tanaman, Pengelolaan nutrisi tanaman dengan baik
dapat meningkatkan kondisi tanah dan melindungi lingkungan tanah.
Peningkatan penggunaan sumberdaya nutrisi di sawah seperti
penggunaan pupuk kandang,pupuk organic, pengomposan, penggunaan
kascing, penggunaan pupuk hijau (dedaunan).
Perencanaan pembangunan pertanian disawah Taro’ofi Desa Gunung
Baru Kecamatan Moro’o Kabupaten Nias Barat mengarah pada tahapan
sebagai berikut : (1) Tahap jangka pendek ditujukan untuk merealisasikan
upaya sosialisasi penerapan pertanian berkelanjutan seperti pertanian
organik, (2) jangka menengah bertujuan memperbaiki kondisi tanah pada
lahan pertanian dan (3) jangka panjang untuk mewujudkan kawasan
pertanian organik yang mengarah pada konsep agrowisata. Perencanaan
pembangunan pertanian berkelanjutan sesuai dengan Visi dan Misi Bupati
Nias Barat yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah tahun 2021 – 2026 pada Misi ke -4 yaitu Mengembangkan ekonomi
masyarakat yang berbasis agrominawisata (pertanian, perikanan,
peternakan, pariwisata) dan ekonomi kreatif. Dengan adanya Misi tersebut
Pemerintah Daerah Kabupaten Nias Barat memberikan mandat kepada
Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Nias Barat
untuk merencanakan pengelolaan potensi sumber daya yang dimiliki
dalam suatu kerangka pembangunan pertanian yang kreatif dan bersinergi.
Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Nias
Barat sebagai Dinas teknis dan substansi perencanaan melakukan rencana
pengembangan kawasan pembangunan pertanian berkelanjutan di Sawah
Taro’ofi Desa Gunung Baru sesuai dengan pendekatan atau
mensosialisasikan sistem pertanian berkelanjutan dan membuat
kawasan/demplot kepada petani. Hal ini menjadi Strategi Perencanaan
pembangunan pertanian di Sawah Taro’ofi dengan mengalokasikan
anggaran untuk sosialisasi sistem pertanian berkelanjutan dengan
melaksanakan pelatihan pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati
dan membuat demonstration plot (demplot) di areal sawah Taro’ofi seluas 30
Ha dengan memfasilitasi sarana produksi pertanian dan pelaksananya
adalah petani. Hal ini bertujuan agar petani belajar dan memahami dengan
baik teknologi pertanian berkelanjutan karena menerapkannya secara
langsung. Pelaksanaan demoplot ini merupakan salah satu teknis transfer
teknologi dalam rangka meningkatkan SDM petani yang merupakan salah
satu aspek penting dalam rangka mewujudkan pembangunan pertanian
berkelanjutan sebagaimana disampaikan oleh Hidayat (2007: 49) dan
Sugito (2002: 8).

1.3.2 Faktor Pendukung dan Penghambat


a. Faktor Pendukung
Kondisi sumber daya alam di sawah Taro’ofi Desa Gunung Baru
Kecamatan Moro’o Kabupaten Nias Barat mendukung dalam hal teknis
pelaksanaan karena memiliki sumber mata air yang mendukung
ketersediaan dan pemurnian air sebagai salah faktor penentu dalam
budidaya tanaman, masyarakat Desa Gunung Baru khususnya disawah
Taro’ofi sudah berpengalaman dalam melakukan budidaya padi sawah hal
ini membantu dalam memudahkan penyampaian informasi teknis kepada
petani.
b. Faktor Penghambat
Pelaksanaan pembangunan pertanian berkelanjutan memiliki kendala
yaitu penurunan produktivitas sehingga merugikan petani padi sawah. Pola
pikir petani yang sudah berbudidaya secara konvensional sangat kuat dan
kurangnya pemahaman petani yang benar mengenai konsep dasar sistem
pertanian berkelanjutan serta perilaku yang mendepankan nilai ekonomis
bukan resiko di masa yang akan datang.

1.4 Kesimpulan dan Saran


1.4.1 Kesimpulan
a. Perencanaan pembangunan pertanian dengan sistem pertanian
berkelanjutan dilakukan dengan pendekatan atau mensosialisasikan
kepada masyarakat kegiatan yang dapat menunjang dan memberikan
kontribusi dalam meningkatkan keuntungan produktivitas pertanian
dalam jangka panjang, meningkatkan kualitas lingkungan, serta
meningkatkan kualitas hidup petani.
b. Perencanaan pembangunan pertanian disawah Taro’ofi Desa Gunung
Baru Kecamatan Moro’o Kabupaten Nias Barat mengarah pada
tahapan sebagai berikut : (1) Tahap jangka pendek ditujukan untuk
merealisasikan upaya sosialisasi penerapan pertanian berkelanjutan
seperti pertanian organik, (2) jangka menengah bertujuan
memperbaiki kondisi tanah pada lahan pertanian dan (3) jangka
panjang untuk mewujudkan kawasan pertanian organik yang
mengarah pada konsep agrowisata.
c. Memiliki faktor pendukung antara lain sumber mata air dan
pengalaman petani dalam budidaya padi sawah sedangkan faktor
penghambatnya yaitu Pola pikir petani yang masih konvesional dan
kurangnya pemahaman petani terhadap system pertanian
berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias. 2021. Nias Barat Dalam Angka.
Diakses dari https://niasbaratkab.bps.go.id/publication. Pada
Tanggal 01 Desember 2022.
FAO. 1989. Sustainable Development and Natural Resources Management.
Twenty-Fifth Conference, Paper C 89/2 simp 2, Food and
Agriculture Organization, Rome.
Republik Indonesia. 2008. Undang – undang No. 46 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kabupaten Nias Barat di Provinsi Sumatera Utara.
Lembaran Negara RI Tahun 2008 No. 188. Sekretariat Negara.
Jakarta.
Bappeda Kabupaten Nias Barat. Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Kabupaten Nias Barat 2021 – 2026. 2021.
Sugito, Y. 2002. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan di Indonesia:
Prospek dan Permasalahannya. Prosiding Lakokarya Nasional
Pertanian Organik. Universitas Brawijaya, Malang.
Suwardji. 2004. Olah Tanah Konservasi Untuk Menuju pertanian yang
Berkelanjutan. University of Mataram Press.

Anda mungkin juga menyukai