Anda di halaman 1dari 32

MENSINTESIS KEBUTUHAN GIS UNTUK PENERAPAN PRESISI

PERTANIAN DALAM SISTEM PERTANIAN BERLANJUT

Oleh:
Adinda Nur Salsabila 185040200111001
Muh. Mahatir 185040200111046
Adhi Firmansyah 185040200111052
Hanifatul Diyah Khumairoh 185040200111074

Kelas : D

Mata Kuliah:
Pertanian Berlanjut

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagaian besar


penduduknya bermatapercaharian sebagai petani. Indoensia juga mempunyai
penduduk dengan jumlah yang tinggi pertumbuhan penduduk atau populasi
yang semakin meningkat, dengan meningkatnya jumlah penduduk maka
kebutuhan akan pangan, papan dan sandang diindonesia akan semakin
meningkat. Pertanian berkelanjutan (Sustainable Agriculture) merupakan
implementasi dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) pada sektor pertanian. Oleh karena itu, petani dapat membuat
keberlangsungan kegiatan pertanian dan lingkungan di sekitarnya khususnya di
Indonesia tetap terjaga sehingga dapat terus memenuhi kebutuhan pangan
masyarakat untuk kedepannya yang semakin meningkat dan lingkungan
disekitar lahan pertanian tetap mendukung. Pertanian berkelanjutan memiliki
tiga dimensi yaitu lingkungan, sosial, dan ekonomi yang harus dipertimbangkan
secara keseluruhan sehingga berfokus hanya pada satu atau dua dimensi
secara terisolasi tidak akan memberikan hasil yang diinginkan. Melindungi dan
meningkatkan kualitas lingkungan alam adalah esensial dan isu kritis terkait,
seperti perubahan iklim, energi, kelangkaan air, keanekaragaman hayati dan
geografi serta degradasi tanah perlu ditangani dengan lebih presisi dan arif.
Dimensi sosial mencakup partisipasi para petani terhadap hal yang berkaitan
dengan petani, hak-hak petani dan kesehatan masyarakat, termasuk ketahanan
dan keamanan pangan serta kesejahteraan hewan dan tanaman juga
merupakan aspek sosial yang penting. Di sisi ekonomi, pertanian berkelanjutan
harus produktif, efisien, dan kompetitif (Seminar, 2016).
Pertanian presisi merupakan aplikasi informasi dan teknologi pada sistem
pengelolaan pertanian untuk mengidentifikasi, menganalisa, dan mengelola
informasi keragaman spasial dan temporal di dalam lahan untuk mendapatkan
keuntungan optimum, berkelanjutan, dan menjaga lingkungan. Pertanian presisi
menggunakan sistem aplikasi sumber daya yang dicocokan dengan kegiatan
budidaya pertanian dengan kondisi tanah dan keperluan tanaman berdasarkan
karakteristik lahan. Sistem tersebut diharapkan dapat memberikan hasil dengan
meminimalisir input ke lahan namun dengan produktivitas yang tetap atau
bahkan meningkat. Selain itu, Selian itu, Pertanian presisi adalah sistem
pertanian terpadu berbasis pada informasi dan produksi, untuk meningkatkan
efisiensi, produktifitas dan profitabilitas produksi pertanian dari hulu ke hilir yang
berkelanjutan, spesifik-lokasi serta meminimalkan dampak yang tidak diinginkan
pada lingkungan.
Presisi pertanian juga dikenal sebagai pertanian rekomendasi, teknologi
tingkat variabel dan pertanian spesifik lokasi. Presisi pertanian dianggap
sebagai sistem pertanian ke-21 abad, karena melambangkan keseimbangan
yang lebih baik antara ketergantungan pada pengetahuan tradisional dan
teknologi intensif informasi dan manajemen. Manajemen pertanian holistik
strategi di mana petani dapat menyesuaikan penggunaan input dan metode
budidaya termasuk benih, pupuk, pestisida, dan aplikasi air, pemilihan varietas,
penanaman, pengolahan tanah, panen untuk mencocokkan berbagai jenis
tanah, tanaman dan karakteristik lapangan lainnya. Presisi pertanian berbeda
dari konvensional pertanian yang didasarkan pada perlakuan seragam di
seluruh bidang. Ini melibatkan pemetaan dan menganalisis variabilitas
lapangan, dan menghubungkan hubungan spasial dengan tindakan
pengelolaan, sehingga memungkinkan petani untuk melihat pertanian, tanaman
dan praktik mereka dari yang sama sekali baru perspektif. Dengan demikian
presisi pertanian memberikan kerangka informasi yang dapat digunakan petani
baik produksi dan keputusan manajemen.
Presisi pertanian dapat merevolusi manajemen pertanian karena
menawarkan berbagai manfaat potensial dalam profitabilitas, produktivitas,
keberlanjutan, kualitas tanaman, perlindungan lingkungan, kualitas hidup
pertanian, keamanan pangan, dan pembangunan ekonomi pedesaan.
Penerapan presisi pertanian yang lebih luas teknologi di Asia dapat
menghasilkan biaya produksi yang lebih rendah, produktivitas yang lebih tinggi,
dan pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik. Misalnya, aplikasi khusus
pestisida pada kapas dan pupuk di perkebunan kelapa sawit, karet, kopi dan teh
di Asia dapat sangat mengurangi dan menurunkan biaya produksi pemuatan
lingkungan bahan kimia. Ketika diterapkan dengan bijaksana, petani bisa
mendapatkan keuntungan dari teknologi presisi pertanian dengan banyak cara.
Dalam jangka pendek, manfaat diagnostik dan pembangunan database akan
sangat besar. Penanam dapat meramalkan dan mengatasi masalah seperti
tekanan air, pemadatan tanah, penyakit, dan hama secara lebih efektif. Manfaat
pembangunan database akan berupa penyimpanan dokumen pertanian yang
akurat untuk manajemen input, properti, mesin dan tenaga kerja, dan
pemantauan kualitas lingkungan yang efisien melalui pencatatan jumlah dan
lokasi aplikasi input. Dalam jangka panjang, petani bisa mengoptimalkannya
agronomi dengan mencari lokasi yang menghasilkan margin keuntungan
maksimum. Presisi pertanian teknologi juga meningkatkan peluang kerja
terampil dalam pertanian, dan menyediakan alat baru untuk mengevaluasi
karakter multifungsi (termasuk fungsi non-pasar) dari pertanian dan pertanahan.
Berkembangnya teknologi dan internet pada era industri 4.0 memberikan
kemudahan bagi setiap manusia untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Potensi setiap manusia memiliki banyak ragam salah satunya
potensi dalam bidang pertanian. Salah satunya potensi yang dimiliki oleh petani
juga dapat dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi baru untuk
mengedukasi petani mengenai kesesuaian lahan dan juga mempermudah
petani untuk membudidayakan produktivitas yang ditanam oleh petani.
Sayangnya, perkembangan teknologi dan internet belum menyentuh dunia
pertanian dengan optimal dalam arti belum semua terlaksanakan didunia
pertanian. Berdasarkan peningkatan kebutuhan masyarakat akan pangan,
kurangnya pemahaman petani dalam sistem pertanian dengan hal tersebut
muncullah aplikasi yang bernama GIS (Chan, 2002). GIS (Geografis Information
System) dalam penerapannya memiliki banyak manfaat diantaranya yaitu
memantau produksi pertanian, menilai resiko usaha pertanian, mengendalikan
hama dan penyakit, memantau budidaya pertanian, presisi pertanian,
mengelola sumberdaya air, dan mengkaji biodiversitas bentang lahan untuk
kegiatan pertanian berlanjut. Menurut Wirosoedarmo et al., (2007) bahwa
Sistem Informasi Geografis (GIS) adalah teknologi informasi spasial yang
menghasilkan data digital untuk fitur dari suatu daerah. Dalam studi ini, Sistem
Informasi Geografis (GIS) teknologi sebagai perangkat lunak pemetaan
diaplikasikan untuk mendukung capture, manajemen, manipulasi, analisis, dan
menampilkan data spasial direferensikan. GIS dapat mengintegrasikan semua
jenis informasi dan antarmuka dengan keputusan alat pendukung. GIS dapat
menampilkan informasi yang dianalisis dalam peta yang memungkinkan lebih
baik pemahaman interaksi antara hasil, kesuburan, hama, gulma dan faktor
lainnya. Banyak jenis perangkat lunak GIS dengan berbagai fungsi dan harga
lebih murah. GIS pertanian komprehensif berisi peta dasar seperti topografi,
jenis tanah, tingkat unsur hara, kelembaban tanah, pH, data rotasi tanaman,
pengolahan tanah, aplikasi nutrisi, hasil panen juga dapat disimpan. GIS
berguna untuk membuat peta kesuburan, gulma dan intensitas hama yang
kemudian dapat digunakan membuat peta yang menunjukkan tingkat aplikasi
nutrisi yang direkomendasikan atau pestisida.
Pemanfaatan internet juga terasa di bidang geografis, pada
pemanfaatannya juga digunakan sebagai penyeberan informasi untuk
mengetahui letak wilayah suatu Negara, kota maupun daerah. Penyebaran
informasi geografis ini dapat berupa data spasial (wilayah) maupun data non
spasial berupa informasi yang berhubungan dengan keberadaan wilayah.
Indonesia merupakan daerah yang sangat rawan terhadap bencana terutama
gempa bumi dan banjir. Hal ini tidak dapat dihindari lagi oleh kita. Oleh karena
itu kita harus menyiapkan baik-baik untuk menghadapinya. Salah satunya
dengan menggunakan GIS. Sistem informasi dapat diartikan juga sebagai suatu
himpunan inter-relasi kerja secara terpadu komponen-komponen mulai dari
pengumpulan, pengambilan, pemrosesan, penyimpanan, distribusi informasi
untuk mendukung perencanaan kontrol dan pengambilan keputusan kerja suatu
organisasi. Kinerja perencanaan, kontrol dan pengambilan keputusan dilakukan
secara serba cakup, terkoordinasi, terpadu, rasional serta mampu
mentransformasikan data menjadi informasi yang bermakna pengetahuan bagi
penggunanya dalam bidang bisnis dan manajemen (Cano,2006). Luaran proses
sistem informasi diharapkan dapat dipakai sebagai jalur komunikasi, proses
transaksi, informasi (kejadian internal dan eksternal) kepada manajemen
sebagai dasar pengambilan keputusan.
BAB II
Karakteristik dan Tantangan Pengembangan Presisi Pertanian dalam
Sistem Pertanian Berlanjut

1. Karaktersitik pertanian presisi


Pertanian merupakan faktor yang menyangga dari ketersediaan
kebutuhan mahkluk hidup, baik dari sandang, pangan maupun papn. Oleh
karena itu perlu adanya keberlanjutan dari pertanian untuk tetap terdapat
pemenuhan hal-hal tersebut. Namun keberlanjutan pertanian hanya dapat
dicapai apabila terdapat ketersediaan sumber daya yang terjaga. Akan tetapi
ketersediaan sumber daya alam kini mula terancam akibat adanya produktivitas
yang berlebih pada 3-4 dekade terakhir. Produktivitas yang tinggi tersebut
didapat dengan menggunakan input yang besar seperti pada pupuk, pestisida,
air, benih serta input-input yang lain. Akibatnya lahan menjadi terdegradasi dan
terjadi penurunan tingkat produktivitas tanaman
Pertanian berlanjut diharapkan dapat dicapai dengan mengurangi input
atau masukan yang mendorong produktivitas tanaman. Terlebih dengan adanya
perbaikan pola makan, peningkatan ekonomi serta urbanisasi dapat mendorong
terjadinya pertanian yang berkelanjutan dengan kualitas yang lebih baik
meningkat. Peningkatan pertanian berlanjut tersebut dapat dicapai dengan
strategi manajemen seperti pertanian presisi yang didukung dengan sistem
yang berupa GIS,GPS serta penginderaan jarak jauh
Pertanian presisi merupakan pertanian pada lokasi yang sesuai pad abad
21 yang sesuai antara keseimbangan lingkungan dan pengetauan teknologi
pertanian moden serta konvensional. Sehingga petani dapat menyesuaikan
pemberan input terhadap tanaman sesuai dengan keadaan tanaman. Baik pada
keadaan karakteritik tana maupun input yang diberikan. Pertanian presisi ini
berbda dengan pertanian konvensiona, dimanapada pertanian secara
konvensional pemberian input dan kegiatan lain disama rata, tidak disesuaikan
dengn keadaan secara khusus. Oleh karena itu pertanian presisi dapat
digunakan untuk penentuan manajemen perawatan dan produksi tanaman.
Peningkatan produksi tanaman dapat dilakukn dengan mengurangi input tanpa
menuunkan hasil produksi tanaman. Sehingga dapat mengurangi dari terjadinya
polusi akiba pembrian input kimia seperti pada pupuk dan pestisida kimia.
Sehingga apabila pertania presisi dilakukan dengan benar maka petani akan
dapat memprediksi masalah yang akan terjadi seperti pemadatan tanah serta
hama dan penyakit yang menyerang. Selain itu pertanian presisi juga harus
didukung oleh adanya basis data yang menyimpan berbagai data yang
dibutuhkan untuk mendukung adanya pertanian presisi. Pertanian presisi juga
mendorong kemampuan dari petani untuk lebh memahami tknologi dan juga
data
Penerapan dari pertanian presisi dilakukan dengan memanfaatkan
teknologi-teknologi modern seperti teknologi
a. GPS
GPS pada pertanian presisi dapa dimanfaatkan untuk meggambarkan
loks secra detal dan spesifik terhadap adanya hama, enyakt serta gulma. Selain
itu GPS juga dapat digunakan untuk melihat dari keadan topografi dan jenis
tanah pada lahan sehingga dapat memprediksi keadaan dan perawatan lahan
yang akan dilakukan
b. GIS
GIS merupakan suatu sistem pengambilan dan penyimpanan data yang
terkomputerisasi dan digunakan untuk pengolaan produktuvitas berdasarkan
faktor agronomi tanaman. GIS dapat menunjukan berbagai data seperti interaksi
antara kesuburan, hama, gulma dan hasil produksi serta pengambilan
keputusan yang tepat berdasarkan keadaan tersebut. Pada GIS terdapat pula
data mengenai data topografi tanah,rotasi tanaman, kesuburan tanamn dan lain
sebagainya. Selain itu fungsi dar GIS adalah untuk dapat membuat rekomendasi
peta berdasarkan hasil analisi dari GIS
c. Sensor Penginderaan jauh
Sensor penginderaan jarak jauh dapat mengidentifikasi suatu bidang dan
menunjuka masala yang terjadi dengan cepat, seingga dapat dilakukan adanya
kegiatan perbaikan sebelum dilakuka adanya penanaman. Selain itu pada
teknologi ini juga daat dimanfaatkan untuk memprediksi dari hasil panen.
Prediksi hasil pnen tersebut diperoleh dari gambran hsil produksi tanaman
dalam musim satu tahun tanam
d. VRT
VRT merpakan komponen yang paling canggih dari teknologi yang
diterapkan untuk pertanian presisi. Pada teknologi ini sistem ditanam di truk atau
alat yang digunakan pada. Pada tknologi ini perlu adanya geoferensi DPS yang
dapat menyimpan rencana aplikasi yang akan dilakukan pada setiap lapangan
e. Sensor
Sensor dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi mengenai biji, protein,
tekanan air, KTK, kedalaman tanah dan lan sebagainya. Sensor dapat makukn
kinerjanya dnegan cepat serta daat menyalurkan data tersebut langsung ke
komputer dan membandingkan dengan aplikasi yag direkomendasikan. Setelah
adanya rekomendasi sensor akan mendistribusikan input yang tepat pada lokasi
trsebut.
Berbagai jenis teknologi yang digunakan untuk presisi tanaman tersebut
pada dasarnya tidak dilakukan di ngara Asia tetapi lebih pada negaa
berkembang. Namun pada dasarnya pertanian presisi tersebut dapat
dimanfaatkan dan dijalankan oleh negara-negara yang ada di Asia dengan
berbagai adaptasi. Sehingga dapat pula pertanian presisi tersebut diterapkan di
Indonesia, terebih pada wilayah dengan pertanian yang maju.
Pada dasarnya penerapan pertanian presisi memang baru dterapkan di
Asia namun tidak untuk manjemen dari pertanian presisi. Petani di Asia telah
menyadari bahwa terdapat kergaman kondisi dari berbagai aspek seperti aspek
tanah, kesuburan tanah dan lain sebagainya pada suatu wilayah lahan,
sehingga para petani melakukukan secara temporal dan spasial sesuai
keadaann lahan. Namun setelah terjadi penganalan Revolusi Hijau pada tahun
1960, para petani melakukan semua kegiatan pertanian secara seragam,
sehingga mempengaruhi dari penyerapan tanaman. Hal tersebut dikarenakan
tidak semua tanaman membutuhkan penangangan yang sama. Sehingga pada
beberapa negara dilakukan pengurangan subsidi untuk mengurangi adanya
pemberian input pertanian untuk mendukung adanya pertanian presisi,
dikarenakan pertanian presisi memberikan hasil yang sama dengan input yang
lebih sedikit. Adanya pengurangan ini merupakan langkah yang tepat, terlebih
pada wilayah Asia yang sektornya banyak berasal dari pertanian
Selain dapat mengurangi input yang diberikan terhadap tanaman,
pertanian presisi juga dapat mengoptimalkan operasi-operasi pertanian berikut.
Operasi pertanian tersebut diantaranya adalah
a. Persiapan lahan yang terdiri dari pengolahan lahan, pengolahan sisa
tanaman dan pengelolaan sisa pasca panen
b. Penanaman yang terdiri dari waktu tanam, populasi tanaman serta
kedalaman tanaman
c. Manajement input yang terdiri dari pemupukan dan perawatan lain
d. Pengecekan keadaan tanaman terhadap hama dan penyakit
e. Panen yang terdiri dari waktu panen, berat hasil panen serta kualitas dan
kuantitas
Namun meskipun pertanian presisi memberikan banyak manfaat terhadap
keberlanjutan pertanian. Penerapan teknologi dari pertanian presisi tidak
seluruhnya harus dilakukan. Hal tersebut dikarenakan pada pertanian presisi
juga memerlukan biaya yang tinggi dalam penerapan teknologinya. Pada
pertanian skala besar dapat menggunakan kombinasi dari VRT sedangkan pada
pertanian skala kecil dapat menggunakan GIS dan penginderaan jauh.
Akan tetapi meskipun pertanian presisi dapat memberikan manfaat
terhadap peningkatan produksi, pengurangan input serta anallisis terhadap
pertanian yang heterogen dalam suatu wilayah. Namun pertanian pertanian
presisi juga mempunyai kendala berupa
a. adanya biaya yang mahal untuk data spasial
b. Adanya keegoisan dari para anggota klompok tani untuk berbagi data
spasial
c. Komplesitas alat dan teknologi yang menbutuhkan ilmu baru bagi para
petani untuk mengoperasikannya
d. Adanya budaya dan sikap dari petani yang menolak mengenai ilmu baru
e. Kurang terbukanya petani terhadap kerusakan lingkungan
f. Lahan yang minim serta adanya heterogenitas jenis tanaman yang
menyulitkan untuk merekap data spasial. Selain itu diperparah dengan
terbatasnya kepemilikan lahan
g. Infrastruktur dan institusi yang kurang mendukung
h. Minimnya kisah sukses dari petani yang menerapkan sistem pertanian
presisi
i. Kurangnya tenaga ahli yang menguasai pertanian presisi
j. Tidak adanya kepastian pengembalian modal terhadap investasi dari alat
dan teknologi
k. Adanya kesenjangan ilmu dan teknologi
2. Karaktersitik dan tantangan pertanian presisi pada daerah Batang Jawa
Tengah
berdasarkan penjelasan mengenai karaktersitik dari pertanian presisi,
bukan tidak mungkin pertanian presisi bisa dilakukan di Asia khususnya di
Indonesia. Terlebih Indonoesia merupakan negara dengan agraris yang 25%
lahannya digunakan untuk pertanian. Sehingga dengan dilakukannya pertanian
presisi maka akan dapat mengurangi adanya input yang diberikan ke lahan dan
tanaman, sesuai dengan konsep dari pertanian presisi. Terlebih dengan keadan
pertanian di Indonesia yang banyak menrapkan pertanian pangan dan
hortikultura, yang merupakan pertanian dengan lahan yang terbuka
(Anggarendra, 2016)
Salah satu daerah yang sektor pertaniannya berasal dari pertanian
pangan dan hortikultura adalah daerah Kabupaten Batang, Jawa tengah.
Kabupaten Batang, merupakan daerah yang berada pada Provinsi Jawa
Tengah yang berbatasan dengan Laut Jawa pada sebelah Utara, Kendal pada
sebelah Timur, Wonosobo dan Banjarnegara pada bagian Selatan dan pada
bagian Barat berbatasan dengan Kota dan Kabupaten Pekalongan. Untuk
wilayahnya sendiri, kabupaten Batang merupakan kabupate dengan kombinasi
berbagai bentuk wilayah, mulai dari daerah pantai, daerah datran rendah serta
pegunungan. Pada wilayah pegunungan merupakan basis tanaman
perkebunan seperi teh, kopi, bawang merah, coklat serta sayuran. Sedangkan
untuk pemanfaatn lahan, lahan dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan
dengan jenis tanah berupa tanah latosol, andsol, aluvial serta podsodolik (Dinas
Komunikasi dan Informatika Kabupaten Batang,2016). Adapun menurut Ula
(2008) kabupaten Batang, Jawa Tengah memiliki karakteristik geografis berupa
tanah gembur dengan jenis tanah berupa latosol dan aluvial, memiliki topografi
yang beragam mulai dari daerah dataran rendah hingga tinggi dengan
kemiringan 0-40% serta curah hujan 2000-3000 mm/tahun.
Adapun pertanian di Kabupaten, Jawa Tengah terdiri dari 5 sektor yaitu
sektor tanaman pangan, hortikutura, kehutanan serta perikanan dan
peternakan. Pada sektor tanaman pangan, padi merupakan komoditas yang
menyumbang produksi terbesar pada sektor tanaman pangan. Pada sektor
tanaman perkebunan, kelapa merupakan komoditas yang menyumbang
produktivitas terbesar. Bahkan pada sektor perkebunan, Kabupaten Batang
merupakan Kabupaten no 2 penghasil kopi pada Provinsi Jawa Tengah

Gambar . Produksi Kopi pada berbagai daerah di Provinsi Jawa Tengah


Selain pada aspek perkebunan terdapat pula subaspek lain seperti pada
tanaman pangan, perkebunan dan kehutanan. Adapun komoditas-komoditas
dari subaspek-subaspek tersebut diantaranya adalah tanaman bawang merah,
jagung, kentang, kubis, ubi jalar, ubi kayu, tomat terong dan tanaman lain

Gambar. Tanaman Bawang Merah di Kabupaten Batang

Berdasarkan karaktersitik-karaktersitik dan beragamnya komoditas dari


pertanian di Kabupaten Batang, Jawa Tengah apabila dilakukan pertanian
presisi maka akan menimbulkan keuntungan dan kendala yang akan dihadapi.
Pada keuntungan yang diperoleh apabila dilakukan pertanian presisi di
Kabupaten Batang, Jawa Tengah adalah adanya peningkatan hasil produksi,
peningkatan hasil produksi tersebut akibat dari adanya pemanfaatan teknologi
yang digunakan tanaman presisi. Teknologi tersebut berupa GIS, GPS, satelit
penginderaan jauh dan sensor yang telah di visualisasi, transfer dan diolah.
Adapun secara rinci manfaat yang didapat dari dilakukannya pertanian presisi
adalah adanya pengaplikasian nutrisi yang tepat dan akurat, pengapikasian
pestisida yang teapt dan akurat, pemanfaatan sumber air yang tepat dan
terukur, perencaan sesuai keadaan serta pengendalian yang dapat dilakukan
dengan tepat dan sesuai secara spasial
Namun, meskipun pertanian presisi memberikan manfaat yang bagi hasil
produksi dan berpengaruh terhadap jumlah input yang diberikan, terdapat
kendala dari adanya pertanian presisi tersebut. Kendala tersebut berupa
kurangnya dana untuk investasi alat dan teknologi yang digunakan, ketentuan
inovasi yang kurang bisa diserap oleh petani, adanya budaya pertanian yang
tidak sejalan dengan pertanian presisi serta kurangnya tenaga kerja yang dapat
mengoperasikan teknologi dari pertanian presisi. Oleh karena itu perlu adanya
startegi untuk mendukung dari berjalnnya pertanian presisi. Strategi tersebut
dapat berupa bimbingan dan pendampingan terhadap petani mengenai
pertanian presisi, menguatkan lembaga agar pertanian presisi dapat dilakukan
dengan bersama sserta konsolidasi dan korporasi antar lembaga yang
berwenang dalam jalannya pertanian presisi
BAB III
Rekomendasi Penerapan dan Pemanfaatan GIS untuk mendukung
Implementasi Pertanian Berlanjut

3.1 Pengertian GIS


Geografi adalah ilmu yang mempelajari permukaan bumi dengan
menggunakan pendekatan keruangan, ekologi, dan kompleks wilayah.
Fenomena yang diamati merupakan dinamika perkembangandan
pembangunan wilayah yang ada dalam keseharian, misalnya informasi
mengenai letak dan persebaran dari kejadian-kejadian alamiah maupun
fenomena terdapatnya sumberdaya. Ketersediaan data yang bersifat geografi,
dimana memiliki atribut utama keruangan, akan memudahkan banyak
kepentingan (Riyanto, Putra dan Indelarko 2009: 35). GIS (Geographic
Information System) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang
memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Dalam arti yang lebih
sempit, yaitu sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun,
menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi geografis,
misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database.
Aplikasi SIG/GIS yang baik adalah apabila aplikasi tersebut dapat menjawab
salah satu atau lebih dari lima pertanyaan dasar di bawah ini, yaitu :
1) Lokasi, dapat dipergunakan untuk menjawab pertanyaan mengenai lokasi
tertentu;
2) Kondisi, dapat dipergunakan untuk menjawab pertanyaan mengenai kondisi
lokasi;
3) Tren, untuk melihat tren dari suatu keadaan;
4) Pola, dapat dipergunakan untuk membaca gejala-gejala alam dan
mempelajarinya; 13
5) Pemodelan, dapat digunakan untuk menyimpan kondisi-kondisi tertentu dan
mempergunakannya untuk memprediksi keadaan di masa yang akan datang
maupun memperkirakan apa yang terjadi pada masa lalu.
Beberapa subsistem dalam Sistem Informasi Geografis (Riyanto, Putra dan
Indelarko 2009: 38) antara lain adalah :
1) Input, mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atau atribut dari
berbagai sumber data. Data yang digunakan harus dikonversikan menjadi
format digital yang sesuai. Proses konversi yang dilakukan dikenal dengan
proses dijitalisasi (digitizing);
2) Manipulasi, proses editing terhadap data yang telah masuk, hal ini dilakukan
untuk menyesuaikan tipe dan jenis data agar sesuai dengan sistem yang
akan dibuat, seperti: penyamaan skala, pengubahan sistem proyeksi,
generalisasi dan sebagainya;
3) Manajemen data, meliputi seluruh aktifitas yang berhubungan dengan
pengolahan data (menyimpan, mengorganisasi, mengelola dan menganalisis
data) ke dalam sistem penyimpanan permanen, seperti: sistem file server
atau database server sesuai kebutuhan sistem;
4) Query, suatu metode pencarian informasi untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh pengguna SIG;
5) Analisis, terdapat dua jenis analisis dalam SIG, yaitu: fungsi analisis spasial
dan analisis atribut; 14
6) Visualisasi (Data Output), penyajian hasil berupa informasi baru atau
database yang ada baik dalam bentuk softcopy maupun dalam bentuk
hardcopy seperti dalam bentuk peta, tabel, grafik dan lain-lain.

3.2 Ciri – ciri GIS


Menurut Demers (1997), ciri-ciri GIS adalah sebagai berikut:
1. GIS memiliki sub sistem input data yang menampung dan dapat mengolah
data spasial dari berbagai sumber. Sub sistem ini juga berisi proses
transformasi data spasial yang berbeda jenisnya, misalnya dari peta kontur
menjadi titik ketinggian.
2. GIS mempunyai subsistem penyimpanan dan pemanggilan data yang
memungkinkan data spasial untuk dipanggil, diedit, dan diperbaharui.
3. GIS memiliki subsistem manipulasi dan analisis data yang menyajikan peran
data, pengelompokan dan pemisahan, estimasi parameter dan hambatan,
serta fungsi permodelan.
4. GIS mempunyai subsistem pelaporan yang menyajikan seluruh atau
sebagian dari basis data dalam bentuk tabel, grafis dan peta.

3.3 Komponen Utama GIS

Komponen Utama GIS (John E. Harmon, Steven J. Anderson, 2003)

Menurut John E. Harmon, Steven J. Anderson, 2003, secara rinci SIG


dapat beroperasi dengan komponen-komponen sebagai berikut :
1. PEOPLE, yang menjalankan sistem meliputi orang yang mengoperasikan,
mengembangkan bahkan memperoleh manfaat dari sistem.
2. METHODS, merupakan prosedur yang digunakan untuk mengolah data
menjadi informasi. Misalnya penjumlahan, klasifikasi, rotasi, koreksi
geometri, query, overlay, buffer, jointable, dsb.
3. DATA, Data Grafis/Spasial ini merupakan data yang merupakan representasi
fenomena permukaan bumi yang memiliki referensi (koodinat) lazim berupa
peta, foto udara, citra satelit dan sebagainya atau hasil dari interpretasi
datadata tersebut. Sedangkan Data Atribut misalnya data sensus penduduk,
catatan survei, data statistik lainnya. Kumpulan data-data dalam jumlah
besar dapat disusun menjadi sebuah basisdata. Jadi dalam SIG juga dikenal
adanya basisdata yang lazim disebut sebagai basisdata spasial
(spatialdatabase).
4. SOFTWARE, Software adalah perangkat lunak SIG berupa program aplikasi
yang memiliki kemampuan pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan, analisis
dan penayangan data spasial (Contoh : ArcView, Idrisi, ARC/INFO, ILWIS,
MapInfo, dll)
5. HARDWARE, Hardware adalah Perangkat keras yang dibutuhkan untuk
aplikasi SIG berupa perangkat komputer, printer, scanner, digitizer, plotter,
receiver GPS dan perangkat pendukung lainnya.

3.4 Cara Kerja GIS


GIS dapat mempersentasikan suatu model “real world” (dunia nyata) di
atas layer monitor komputer sebagaimana lembaran-lembaran peta dapat
mempresentasikan dunia nyata di atas kertas. Walaupun demikian, GIS memiliki
kekuatan lebih dan daya flesksibelitas dari pada lembaran-lembaran peta
kertas. Peta merupakan salah satu bentuk reperesentasi grafis miliki dunia
nyata objekobjek yang direpresentasikan di atas peta disebut sebagai unsur-
unsur peta atau map feature (sebagai contoh adalah sungai, jalan, gunung,
bangunan, dan lainlain) karena peta mengorganisasikan unsur-unsurnya
berdasarkan lokasi masingmasin, maka peta sangat baik di dalam
memperlihatkan hubungan atau relasi yang dimiliki oleh unsur-unsurnya.
Data yang diolah pada GIS ada 2 macam yaitu data geospasial atau yang
biasanya disebut data spasial dan data non-spasial (atribut). Jika pada gambar
diatas data atribut tidak digambarkan karena memang dalam GIS yang
dipentingkan adalah tampilan data secara spasial. Tetapi sebenarnya pada GIS
kadang-kadang juga melibatkan data atribut baik secara langsung maupun
secara tidak langsung. (Muhammad Zaenal Arifin, 2012)
Contoh Aplikasi GIS. (Muhammad Zaenal Arifin, 2012)
GIS mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan yang diantaranya
sebagai berikut:
1. Kelebihan GIS

a) Bersifat Mobile, bisa digunakan dimana saja.

b) Lebih efisien, dan bisa dipadukan dengan GPS.

c) Pengunaan lebih mudah, ringan dan mudah dibawa.

2. Kekurangan GIS

a) User interface ditampilkan dalam layer kecil.

b) Pengaksesan terhadap data GIS dan fungsifungsinya tidak selengkap dan


sekomplek di desktop

3.5 Penerapan GIS


Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem yang berbasis komputer
yang memberikan kemampuan untuk menangani data bereferensi geografis
meliputi pemasukan, pengelolaan, manipulasi dan analisis serta ouput data
(Aronof,1989). Model data digital dalam SIG ada dua macam yaitu format raster
dan vektor. Model raster merupakan model data yang menampilkan,
menempatkan dan menyimpan data spasial dengan struktur matrik yang
membentuk grid. Model data vektor merupakan model data spasial yang
menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan
menggunakan titik, garis, kurva atau polygon dengan atributnya (Prahasta,
2001).
Kegunaan SIG banyak digunakan dalam berbagai bidang ilmu salah
satunya adalah untuk memetakan kesesuaian lahan terutama untuk lahan
pertanian.Dengan menggunakan SIG pengolahan analisis data bisa secara
digital dan lebih cepat dan lebih baik dengan jumlah penyimpanan data yang
relatif lebih besar dari data manual. Karena pada umumnya GIS sangat berguna
bagi menentukan suatu bentang lahan pertanian.
Salah satu produk yang paling umum dari GIS adalah peta. Peta
umumnya mudah untuk membuat menggunakan GIS dan mereka sering cara
yang paling efektif untuk mengomunikasikan hasil dari proses GIS. Oleh karena
itu, GIS biasanya produsen produktif peta. Pengguna GIS harus prihatin dengan
kualitas peta yang dihasilkan karena GIS biasanya tidak mengatur prinsip-
prinsip kartografi umum. Salah satu prinsip-prinsip ini adalah konsep
generalisasi, yang berkaitan dengan isi dan detail informasi pada berbagai
skala. Pengguna GIS dapat mengubah skala dengan menekan sebuah tombol,
tapi konten mengendalikan dan detail sering tidak begitu mudah. Pembuat peta
telah lama diakui bahwa konten dan detail perlu mengubah sebagai perubahan
skala peta. Sebagai contoh, Negara Bagian New Jersey dapat dipetakan pada
berbagai skala, dari skala kecil ke skala 1:500,000 lebih besar dari 1:250.000
dan skala 1:100.000 namun lebih besar, tetapi skala masing-masing
membutuhkan tingkat yang tepat dari generalisasi.
Masa depan GIS untuk studi lingkungan, geografi, geologi, perencanaan,
bisnis pemasaran, dan disiplin lainnya telah diuntungkan dari alat GIS dan
metode. Bersama dengan kartografi, penginderaan jauh, sistem posisi global,
fotogrametri, dan geografi, GIS telah berkembang menjadi sebuah disiplin
dengan basis penelitian sendiri dikenal sebagai ilmu informasi geografis. Pasar
GIS aktif telah menghasilkan biaya yang lebih rendah dan perbaikan terus
menerus dalam perangkat keras GIS, perangkat lunak, dan data.
Perkembangan ini akan mengakibatkan aplikasi yang lebih luas dari teknologi
di seluruh pemerintah, usaha industri, dan. GIS dan teknologi terkait akan
membantu menganalisis dataset besar, yang memungkinkan pemahaman yang
lebih baik dari proses-proses terestrial dan kegiatan manusia untuk
meningkatkan vitalitas ekonomi dan kualitas lingkungan.

Gambar Peta GIS Kabupaten Batang

Kabupaten Batang terletak di pesisir utara Provinsi Jawa Tengah dengan


posisi koordinat antara dan Lintang Selatan dan antara dan Bujur Timur atau
terletak pada mt dan mu dengan luas wilayah ,84 Ha. Kabupaten Batang
memiliki iklim tropis dengan musim hujan pada bulan Oktober-April dan musim
kemarau pada bulan April-Oktober, dimana kedua musim ini silih berganti
sepanjang tahun. Kabupaten Batang mempunyai curah hujan rata-rata sebesar
24,2 mm/hari. Jenis tanah di Kabupaten Batang dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa jenis yang berbeda yaitu meliputi : tanah Aluvial, Aluvial Coklat Tua,
tanah Asosiasi Andosol dll.

3.5 Implementasi GIS dalam Menunjang Pertanian Berkelanjutan


Pertanian berkelanjutan bukanlah pilihan tapi merupakan keharusan yang
perlu dilakukan jika kita ingin terus dapat melakukan pembangunan. Kita telah
menyaksikan pertambahan penduduk dunia yang terus meningkat begitu
besarnya seperti yang terjadi di Indonesia dan menyebabkan penurunan
kualitas sumber daya alam serta kerusakan lingkungan yang sangat cepat.
Konsep sistem pertanian yang berkelanjutan muncul setelah terbukti
pertanian sebagai suatu sistem produksi ternyata juga merupakan sebagai
penghasil polusi. Pertanian bukan hanya penyebab degradasi lahan tetapi juga
penyebab degradasi lingkungan diluar daerah pertanian. Meluasnya lahan-
lahan kritis dan pendangkalan perairan di daerah hilir merupakan bukti nyata
bahwa pertanian yang tidak dikelola dan direncanakan secara berkelanjutan
telah menurunkan kualitas sumber daya alam. Implementasi Sistem Informasi
geografi (SIG) sebagai salah satu teknologi yang mampu merancang suatu
perencanaan pengelolan lingkungan dengan cepat diharapkan mampu
menaggulangi kendala tersebut.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan
pertanian berkelanjutan diantaranya adalah (1) perlu upaya mengurangi
ketergantungan pada sumber energi yang tidak terbaharui dan sumber daya
kimia, (2) perlu mengurangi kontaminasi bahan pencemar akibat efek samping
dari kegiatan pertanian pada udara, air dan lahan, (3) mempertahankan habitat
untuk kehidupan fauna yang memadai, dan (4) dapat mempertahankan sumber
daya genetik untuk tanaman dan hewan yang diperlukan dalam pertanian.
Selain itu pertanian harus mampu mempertahankan produksinya sepanjang
waktu dalam menghadapai tekanan sosial ekonomi tanpa merusak lingkungan
yang berarti (Sinclair, 1987 dalam Suwardji, 2004)
Sutanto (2001) mengatakan bahwa hasil panen secara fisik merupakan
ukuran keberhasilan kelestarian produksi pertanian. Dengan alasan
pertumbuhan dan hasil tanaman sangat tergantung dari banyak faktor termasuk
tanah, iklim, hama dan penyakit. Tetapi pengukuran kelestarian semacam ini
memerlukan ketersediaan data yang baik dalam kurun waktu yang lama,
sehingga kecenderungan hasil yang terukur dalam jangka panjang harus
dipisahkan dari data akibat variasi iklim dan pengolahan yang kurang baik.
Dengan demikian, akan lebih baik apabila kita mempunyai indikator tanah dan
peramalan yang dapat digunakan lebih awal dalam memberikan peringatan
kemungkinan terjadinya penurunan hasil, karena banyak faktor yang
mempengaruhi kesuburan tanah yang terjadi secara sangat lambat.
SIG dengan kemampunnya sebagai penyimpan data yang baik serta
mampu memanejemen data walaupun jumlah data itu begitu besar, akan
sangup menerima tantangan tersebut. Selain dapat memajemen data dari
berbagai bentuk, pengintergrasian antara data spasial dan data atribut dalam
suatu analisis akan dapat memberikan gambaran nyata tentang kondisi suatu
daerah (spasialnya) serta informasi (data atribut) dari daerah tersebut dalam
waktu bersamaan.
Pemisahan data dari keadan normal dengan akibat variasi iklim atau
akibat pengolahan yang kurang baik dapat dilakukan dengan cepat dan mudah
dengan bantuan fungsi klasifikasi dan generalisasi dalam SIG. Proses
peramalan dapat juga dilakukan dengan memanfaatkan data-data yang telah
ada. Pendugan dengan beberapa asumsi tersebut akan langsung
memperlihatkan hasil dalam bentuk suatu peta sehingga dapat menghasilkan
kemungkinan-kemungkinan terbaik dalam pengambilan keputusan suatu
perncanaan serta dengan didukung oleh alternatif-alternatif lain. Penggunaan
data dari citra satelit akan sangat mempengaruhi kecepatan perencanaan
dimana dari data ini kita akan secara cepat mengetahui perubahan-perubahan
yang terjadi pada suatu lahan.
Ada banyak faktor yang mengaruhi implementasi SIG dalam suatu
perkerjaan sehingga sebelum kita mengimplemantasikan SIG untuk menunjang
pertanian berkelanjutan, sebaiknya kita memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Dukungan manajemen
Proyek GIS biasanya dilakukan oleh sebuah instansi atau organisasi.
Dukungan dari pimpinan organisasi akan mempengaruhi kalancaran
implemntasi SIG dimana tanpa dukungan penuh dari pimpinan akan
menyebabkan kecendrungan kegagalan dari implementasi SIG.
2. Keadaan data
Pada awalnya bagian pekerjaan terbesar dari SIG adalah mengkonversi
data dari analog ke data digital. Pekerjaan ini membutuhkan biya yang tidak
sedikit sehingga pertimbangan tentang data-data apa saja yang perlu
dikonversikan merupakan hal sangat penting.
3. Tenaga kerja (user)
Masalah yang sering dihadapi dalam pengimplementasian SIG adalah
kurangnya tenaga kerja yang menjalankan SIG tersebut. Kurangnya tenaga
kerja tersebut disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dari tenaga kerja
tentang SIG. Oleh karena itu pendidikan terhadap tenaga kerja sangat
diperlukan dalam hal ini.
4. Biaya
Biaya merupakan faktor penentu dalam pengimplentasian SIG.
implementasi SIG membutukan biaya yang sangat besar, khususnya pada pada
awal pembentukkannya seperti biaya yang dibutuhkan untuk menyediakan
perangkat keras dan perangkat lunak, biaya pengkonversian data dan lain
sebagainya.

3.6 Pertanian Bawang Putih di Lahan Batang, Jawa Tengah

Gambar Bentang Lahan Bawang Putih di Batang, Jawa Tengah


Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah merupakan sentra penghasil
bawang putih terbesar. Tepatnya di Desa Pranten, Kecamatan Bawang, banyak
para petani bawang putih yang menanam bawang putih. Hasil panen bawang
putih tersebut mencapai 17 ton per ha. Dimana hasil ini cukup banyak sehingga
banyak hasil panen yang di import ke luar negeri khususnya Taiwan. Program
tanam bawang putih di Kabupaten Batang ini sebenarnya telah berjalan kurang
lebih dua tahun. Berawal di tahun 2018 seluas 50 hektare, disusul 2019 seluas
275 hektare. Kini pada 2020 mendapatkan kembali alokasi tanam 115 hektare.
Suyono selaku Wakil Bupati Batang, meyakini bawang putih di wilayahnya akan
terus berkembang, terlebih penyuluh pertanian berperan aktif untuk
mengedukasi para petani hingga produktivitasnya tinggi, di atas produktivitas
nasional, yakni 6 hektare. Dulunya daerah ini terkenal dengan kentang, namun
saat harga kentang jatuh dan ada penawaran tanam bawang putih dan
harganya bagus, petani mulai tertarik menanam.
Data dari Dispaperta (Dinas Pangan dan Pertanian) 2018, Kabupaten
Batang pada tahun 2018 potensi bawang putih ada di tiga kecamatan. Adapun
dispaperta memetakan luasan potensi pertanian bawang putih di Kecamatan
Bawang mencapai 650 ha. Sedangkan di Kecamatan Blado mencapai 275 ha
dan di Kecamatan Raban 75 ha. Hasil panen bawang putih di tiga kecamatan
tersebut mencapai 4 ton per ha. Sementara di tahun 2019, Kabupaten Batang
mendapat alokasi program pengembang kawasan bawang putih seluas 275 ha.
Dari program tersebut produksi tertinggi ada pada Desa Pranten Kecamatan
Bawang dan Desa Gerlang Kecamatan Blado. Produktivitas di dua desa
tersebut mencapai 14 ton per ha setiap sekali musim panen.
Menurut Ula (2008), Sumbangan sektor pertanian terhadap pembentukan
PDRB pada tahun 2006 menempati urutan ke dua setelah sektor industri
pengolahan. Besarnya kontribusi sektor pertanian ini sebesar 26,77%.
Pertumbuhan yang dicapai oleh sektor pertanian tidak terlepas dari dukungan
setiap sektornya. Kontribusi masing-masing subsektor pertanian terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian di Kabupaten Batang
bawang putih (Allium cepa), merupakan jenis komoditas sayuran yang
diproduksi sebesar 10.900 kg.

Prioritas Komoditas Pertanian Unggulan untuk Dikembangkan di Tiap


Kecamatan di Kabupaten Batang (Sumber : BPS Kabupaten Batang Tahun
2006)
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui komoditas pertanian unggulan
yang menjadi prioritas untuk dikembangkan di setiap kecamatan di Kabupaten
Batang, yaitu Komoditas bawang putih dan tomat di Kecamatan Bawang.
Pengembangan komoditas tersebut khususnya komoditas bawang putih dan
tomat di Kecamatan Bawang yang memiliki nilai KS relatif paling tinggi, sehingga
dapat mendukung pertumbuhan ekonomi di tingkat kecamatan yang nantinya
dapat mendukung perekonomian daerah Kabupaten Batang.
Jika telah diketahui komoditas-komoditas unggulan yang dapat
diprioritaskan untuk dikembangkan dimasa-masa yang akan datang pada tiap
kecamatan, maka diharapkan hal tersebut dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi pemerintah daerah Kabupaten Batang untuk lebih
mengoptimalkan peran sektor pertanian dengan tetap mengacu pada potensi
dan kemampuan daerah serta komoditas-komoditas unggulan yang ada
sehingga pada akhirnya diharapkan kontribusi sektor pertanian terhadap
perekonomian daerah Kabupaten Batang dapat ditingkatkan atau minimal dapat
dipertahankan pada masa-masa berikutnya.

Penggunaan Lahan di Wilayah Kabupaten Batang (Sumber : BPS Kabupaten


Batang Tahun 2006)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa secara umum


pemanfaatan lahan yang ada di Kabupaten Batang di bagi menjadi dua yaitu
pemanfaatan untuk lahan sawah dan lahan bukan sawah. Berdasarkan data
yang ada ternyata lahan yang dimanfaatkan untuk lahan sawah sebesar 22,409
ha atau hanya 28,40 % dari luas keseluruhan lahan yang ada. Sedangkan dari
lahan sawah yang ada masih di bagi menjadi beberapa jenis lahan sawah
sesuai dengan jenis pengairannya.
BAB IV
Rekomendasi Teknologi untuk Penerapan Pertanian Presisi

Pertanian presisi ialah kegiatan budidaya pertanian yang mengedepankan


ketepatan jumlah dan guna input yang digunakan dalam usaha pertanian
tersebut (Pitono, 2019). Berdasarkan pengertian tersebut, maka diketahui
bahwa dalam usaha pertanian ini sangat mengedepankan input yang jumlahnya
lebih sedikit daripada pertanian pada umumnya. Input yang lebih sedikit ini tentu
yang dimaksud ialah input yang yang sudah diatur sedemikian rupa dengan
perhitungan dan kondisi dari wilayah pertanian tersebut. Maka dalam melakukan
pertanian presisi ini diperlukan data yang valid dari suatu luasan lahan sehingga
dapat dianalisa lebih lanjut tentang apa yang harus ditambahkan dalam lahan
tersebut.
Pertanian presisi memerlukan teknologi-teknologi yang dapat
daplikasikan pada lahan dengan sesuai. Sesuai di sini ialah teknologi yang
dapat mengetahui kondisi dari lahan yang dimaksud. Teknologi ini dapat berupa
penelitian yang dilakukan pada suatu lahan budidaya tanaman atau suatu
teknologi yang membantu manusia untuk mengetahui kondisi lahan yang
dimaksud. Lalu bagaimana macam-macam teknologi yang dimaksud? Berikut
ialah pemaparan teknologi yang dapat diaplikasikan pada usaha pertanian demi
menciptakan pertanian presisi.
4.1 Penginderaan Jauh
Menurut Puntodewo et al (2003), penginderaan jauh ialah pengambilan
data yang berupa data pengukuran dana tau informasi pada suatu obyek
dengan menggunakan alat perekam tanpa harus melakukan analisa langsung
pada objek yang dimaksud. Data yang diperoleh didapat tanpa memiliki kontak
langsung dengan objek yang dimaksud, maka dari itu, hal ini disebut sebagai
penginderaan jauh, karena manusia mengontrol informasi yang ada dengan
jarak yang jauh dari objek yang diteliti.
Penginderaan jauh memiliki empat komponen dasar, yaitu target, sumber
energi, alur transimisi, dan sensor. Target ialah objek yang hendak dicari dan
diolah datanya, sumber energi ialah pancaran cahaya yang menyinari target,
dalam arti ini ialah cahaya matahari. Matahari menyinarkan cahahayanya pada
objek yang dituju, karena pancaran ini, menyebabkan target dapat diterima oleh
sensor yang ada pada alat penginderaan jauh. Sensor menerima target dalam
bentuk radiasi elektromagnetik, yang akan dicatat lalu data yang sudah jadi akan
diterima staiun penerima dan akan disimpan di stasiun itu. Data yang didapat
diolah dalam bentuk citra yang nanti akan diinterpretasikan hasilnya sesuai
dengan informasi yang dapat dilihat dari citra tersebut dari target dengan
bantuang perangkat lunak yang ada pada komputer. Berikut ialah ilustrasi yang
dapat diketahui dari cara kerja penginderaan jauh dengan empat komponen
dasar yang telah disebutkan:
Komponen Dasar Penginderaan Jauh (Puntodewo et al., 2003)

Interaksi dari sumber energi, target hingga ditangkap oleh sensor, memiliki
penjelasan yang kompleks bagaimana platforms dapat menangkap data yang
dibutuhkan. Penjelasannya ialah sebagai berikut:
a. Interaksi Energi. Gelombang elektromagnetik matahari dipancarkan
(radiated) pada permukaan bumi. Objek yang ada dipermukaan bumi
akan melakukan penyerapan (absorption), pemencaran (scattering),
atau pemantulan kembali (reflectance) terhadap gelombang
elektromagnetik yang dipancarkan dari matahari.

Interaksi Gelombang Elektromagnetik dengan Permukaan Bumi


(Puntodewo et al., 2003)
b. Sensor. Gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh permukaan
bumi memiliki level radiasi yang berbeda karena memiliki spectral yang
menjadi ciri masing-masing. Seperti pemantulan oleh benda ini ialah
tanaman yang memiliki klorofil yang menyerap sinar merah hingga biru
dan memantulkan sinar hijau. Level energi elektromagnetik tertentu ini
ditangkap oleh alat ukur yang bernama radiometer. Data spectral yang
nanti dihasilkan oleh sensor berupa radiometer ini berada dalam kisaran
level yang telah ditentukan sebelumnya.
Karakteristik Sinyal yang Dipantulkan Permukaan Bumi
(Puntodewo et al., 2003)

Berikut ialah tabel yang menyatakan masing-masing band pada sensor,


panjang gelombang yang dapat dideteksi sensor, dan kegunaan dari panjang
gelombang yang diterima:

Jangkauan
Band Kegunaan
Gelombang
Membedakan kejernihan air
0.45-0.52
1 dan membedakan tanah dan
µm; biru
tanaman
0.52-0.60
2 Mendeteksi tanaman
µm; hijau
0.63-0.69
3 Membedakan tipe tanaman
µm; merah
Menganalisa biomasa tanaman
0.76-0.90
dan membedakan batasan tanah
4 µm; reflected
dengan tanaman dan darata dengan
infrared
air
Memperlihatkan kandungan air
1.55-1.75 dalam tanaman dan tanah,
5 µm; reflected membedakan tipe tanaman,
infrared mengetahui kesehatan tanaan,
membedakana awan, salju, juga es
2.08-2.35
Mengetahui adanya bahan
7 µm; reflected
mineral
infrared
Mengetahui kegiatan
10.4-12.5 geothermal, mengukur cekaman
6 µm; thermal pada tanaman, mengatahui
infrared kebakaran, dan mengetahui
kelembaban tanah
Ada beberapa bentuk teknologi penginderaan jauh. Bentuk pertama ialah
teknologi yang dapat digunakan untuk skala objek kecil yaitu Magnetic
Resonance Imaging (MRI), sonogram, dan X-Ray Imaging. Ketiga bentuk ini
digunakan dalam bidang kedokteran untuk mendapatkan citra pada tubuh
manusia. Bentuk-bentuk ini membantu untuk mengatahui kondisi organ dalam
manusia tanpa menyentuh objek yang dimaksud secara langsung. Bentuk
lainnya ialah menggunakan satelit. Energi yang dilepaskan oleh target ke
atmosfer setelah memperoleh energi dari sumber energi ditangkap oleh sensor
satelit. Data yang didapat dicatat lalu dikumpulkan dalam stasiun. Kemudahan
yang ditawarkan oleh teknologi penginderaan jauh ini mengakibatkan perolehan
data dari wilayah yang jauh dari peneliti, misal jauh di daerah pedalaman,
medannya cukup susah, atau bahkan luasan wilayah objek yang dimaksud
cukup luas. Maka dari itu, teknologi penginderaan jauh ini memudahkan
manusia dalam menganalisa data dari jauh.
Penginderaan jauh dipakai dengan tujuan yang berbeda-beda. Tujuan
yang berbeda-beda ini mengakibatkan diperlukannya pemilihan data yang
dibutuhkan. Hal yang perlu diperhatikan ialah tipe dan kemampuan sensor,
platform, penerima data, pengiriman dan pemerosesan. Hal ini perlu
diperhatikan untuk mengatur biaya dan waktu dalam pengolahan yang dipakai.
Hal-hal yang perlu diperhatikan, dijelaskan lebih lengkap di bawah ini:
a. Resolusi sensor, yaitu bergantung data seperti apa yang kita butuhkan.
Selain itu aplikasi pengolahan juga penting untuk diperhitungkan, karena
tiap aplikasi memiliki hal-hal yang harus dipenuhi dalam pengolahannya,
misal luas cakupan area, frekuensi pengukuran, dan jenis energi yang
dapat ditangkap oleh aplikasi tersebut. Resolusi dibagi menjadi resolusi
spasial, spektral, dan temporal. Resolusi sensor ialah detail level yang
ditangkap oleh sensor satelit yang demakin detail data yang dibutuhkan
maka resolusi special yang harus dipenuhi agar data dapat diolah dan
perolehan hasil pengolahan bisa sesuai dengan tujuan Resolusi
spektral ialah kisaran lebar dari spectrum warna yang dapat diterima
sensor. Tiap kebutuhan data lebar spectral yang berbeda. Resolusi
temporal ialah interval waktu pengukuran data yang diperoleh. Misal
dalam pengukuran data produksi tanaman, maka data yang dibutuhkan
ialah dengan interval satu musim tanam.
b. Platform, yaitu alat yang digunakan untuk memperoleh data
penginderaaan jarak jauh yang dibagi menjadi ground-based platforms,
aerial platforms, satellite platforms. Ground-based platforms ialah alat
bersensor yang diletakkan di atas permkaan bumi, seperti menara.
Biasanya digunakan untuk pengukuran suhu, angina, pH air, intensitas
gempa, dan lain-lain. Aerial platforms ialah alat bersensir yang
diletakkan pada atmosfer bumi, misal pada pesawat terbang, balon
udara, helikoper, hingga roket. Data yang didapat ialah data permukaan
bumi sangat detail.
Drone sebagai Aerial Platforms (nias-uas.com)
Satellite platforms ialah alat bersensor yang diletakkan pada satelit yang
mengorbit bumi di luar angkasa, yang mengakibatkan perkembangan ilmu
pengetahuan tentang hal-ha yang seharusnya tidak mungkin, menjadi mungkin.

Macam-macam Satelit yang Mengorbit Bumi (nasa.gov)


c. Komunikasi dan Pengumpulan Data. Kecepatan pengiriman data
bervariasi ragamnya, ada yang cepat dan ada yang lama. Data yang
dikumpulkan dengan ground-based platforms biasanya memiliki sistem
komunikasi dengan radio, transmisi microwave atau computer network.
Data bisa disimpan terlebih dahulu atau diambil secara manual. Data
dari aerial platforms disimpan on board dan diambil saat alat yang
digunakan sudah mendarat. Satelite platforms datanya dikirim ke stasiun
penerima yang ada di bumi. Dapat disimpulkan bahwa data yang didapat
memiliki transmisi yang berberda, yaitu:
i. Dikirim langsung ke stasiun penerima
ii. Disimpan on board lalu dikirim ketika sudah dekat dengan stasiun
penerima
iii. Terus-menerus berantai ke stasin penerima pada orbit bumi
iv. Kombinasi cara-cara di atas
Data yang sudah diterima oleh stasiun tujuan akan diolah dalam
pengkoreksian sistematik, geometric, dan atmosferik yang akan dikonversi
dengan format lebih sederhana yang akan disimpan dalam memori
penyimpanan yang bisa diakses kapan saja. Pengiriman data dari berbagai
taerget ke platforms ialah menggunakan radiasi elektromagnetik. Radiasi
elektromagnetik dipancarkan target ke platforms sehingga dapat ditangkap oleh
sensor platforms.

Energi Elektromagnetik (Puntodewo et al., 2003)

Energi ini merambat dengan gelombang yang memiliki komponen yang


bisa diukur, yaitu panjang gelombang, frekuensi, amplitudo, dan kecepatan.
Elektromagnetik juga memiliki spektrum yang memiliki jangkauan yang luas, dari
panjang gelombang tinggi dan frekuensi rendah yang dimiliki gelombang radio
dan panjang gelombang rendah namun berfrekuensi tinggi pada radiasi sinar-X
dan sinar gamma.

Spektrum Elektomagnetik (Puntodewo et al., 2003)


d. Gelombang Elektromagnetik pada Penginderaan Jauh. Setelah
mengetahui macam-macam gelombang elektromagnetik yang ada, yaitu
dari gelombang radio hingga sinar gamma, hanya beberapa gelombang
yang bisa dimanfaatkan untuk sistem penginderaan jauh pada bidang
pertanian, yaitu:
i. Radio (l = 0,8-100 cm), radar radio dapat digunakan untuk
menganalisa pola cuaca, badai, pembuatan peta permukaan
bumi secara 3D, mengukur curah hujan, dan pergerakan es di
kutub.
ii. Microwave (l = 0,3-300 cm), mengukur penguapan, kandungan
air di awan, dan intensitas hujan dengan aplikasi Tropical Raifall
Measuring Mission’s (TRMM) Microvave Imager (TMI).
iii. Infra merah (l = 0,7-300 µm), penggunaan untuk mengetahui
suhu permukaan dan sebaran vegetasi menggunakan citra
Landsat.
Data yang Diperoleh dengan Menangkap Infra Merah
(Puntodewo et al., 2003)
iv. Sinar tampak (l = 0,4-0,7 µm), digunakan untuk mengetahui
permukaan bumi melalui komposit dari citra Landsat 7.

Data yang Diperoleh dengan Menangkap Cahaya Tampak


(Puntodewo et al., 2003)
4.2 Pengantar Pengolahan Citra
Hasil yang didapat dari sensor yang ada pada platforms akan diterima
lalu kumpulan dari data akan dikirim pada stasiun tujuan. Data yang ada pada
stasiun nantinya akan diproses lalu diinterpretasi oleh para peniliti yang ada di
sana. Beberapa cara untuk mendapatkan data yang lebih akurat ialah dengan
diproses, ditajamkan, dan dimanipulasi. Menurut Puntodewo et al (2003), yang
perlu diketahui terlebih dahulu dalam pengolahan citra yang didapat ialah:
a. Mengubah data menjadi citra. Data yang dikirimkan dari satelit ialah
masih dalam data mentah yang berbentuk kumulan numerik. Maka dari
itu untuk mengubah data yang didapat menjadi citra, perlu mengubah
data yang masih berbentuk bit (angka biner) menjadi byte. Kumpulan
dari byte ini diubah ke citra digital 8-bit yang bisa dibaca oleh software
pengolahan.
b. Pixel. Citra yang diolah memiliki bentuk yang berbeda-beda. Pixel
(Picture Element), yaitu elemen terkecil citra satelit yang dinyatakan
dalam digital number (DN) yang diproses dalam gray scale yang
menunjukkan kisaran warna dari hitam ke putih. Skala yang dipakai ada
256, 0 untuk hitam hingga 255 untuk putih. Bila pixel disusun
berdasarkan susunan yang benar maka akan menghasilkan citra
berbentuk gambar.
Citra Satelit dari Susuna Pixel yang Sesuai Urutan
(Puntodewo et al., 2003)
Citra satelit berupa pixel juga dapat diolah memiliki warna, disebut sebagai
citra multispecteral yang memiliki beberapa DN. Misal Landsat 7, per satuan
pixel memiliki 7 DN dari 7 band yang ada. Band bisa ditampilkan dalam warna
hitam putih atau menggunakan color composite yang terdiri dari 3 band.

Potongan Landsat 7 dan Pixel Penyusun (Puntodewo et al., 2003)


c. Contrast. Salah satu teknik pegolahan data ialah dengan mempertajam
citra satelit yang didapat. Cara yang dilakukan ialah dengan mengolah
contrast dari citra satelit dengan memasukkan algoritma, manipulasi juga
dapat dimasukkan dalam algoritma untuk melengkapi data-data yang
kurang terkumpul. Data dari dua citra yang berbde juga dapat
digabungkan menjadi satu, yaitu disebut sebagai composite, yang
produk akhirnya ilah bernama derived products yang terdiri dari
beberapa perhitungan matematis dan DN mentah.
d. Resolusi. Resolusi citra ialah ciri citra yang menunjukkan tingkat detail
dari citra. Resolusi berdasarkan arti lain ialah area permukaan bumi yang
diwakli oleh pixel sebagai elemen terkecil dari sebuah citra. Pemilihan
resolusi penting dipertimbangkan, tergantung dari data apa yang
dibutuhkan dari sebuah citra, sehingga data dapat terkumpul dan
diproses dengan jelas.
Resolusi Citra (Puntodewo et al., 2003)

Pemilihan suatu citra satelit bukan berarti ada kendala yang dihadapi.
Kendala yang ada pada pengolahan data citra satelit ialah awan yang terkadang
membatasi pandangan dari permukaan bumi, biasanya pada negara-negara
tropis. Masalah tutupan awan ini bisa diatasi dengan kombinasi citra sensor
pasif (misal Landsat) dan citra sensor aktif (misal Radarsat). Bayang topografi
bumi yang biasanya mengakibatkan sebagian permukaan gelap sehingga
susah untuk diinterpretasikan juga jadi masalah. Masalah lainnya ialah masalah
atmosferik seperti ozon, adanya uap air, yang mempengaruhi band pada
sensor, juga masalah derajat kedetailan lahan yang diinginkan sesusuai kualitas
peta yang diinginkan.

Citra True Color Landsat 7 (Puntodewo et al., 2003)

Setelah jenis citra dipilih, maka langkah selanjutnya ialah mengolah hasil
citra tersebut. Pengolahan biasanya menggunakan software yang khusus
digunakan untuk pengolahan data citra yang telah di-install pada computer
sebelumnya. Untuk proses pengolahan ini membutuhkan keterampilan yang
didapatkan dari praktik yang dilakukan berulang-ulang, karena proses
pengolahan data citra sangat komplek. Langkah-langkah pengolahan citra
secara sederhana ialah:
a. Melakukan pengukuran terhadap citra yang dipilih dengan mengetahui
tampilan citra atau melalui keterangan statistics yang tersedia pada data
b. Melakukan koreksi data yang salah dengan mengumpulkan data yang
didapat dari stasiun lain. Misal data curah hujan yang didapat dari
stasiun klimatologi
c. Melakukan penajaman citra secara analisa digital atau visual
d. Melakukan survei lapang untuk mengumpulkan data pada lapangan juga
e. Melakukan klasifikasi sifat citra yag ingin diolah datanya, lalu mengecek
akurasi dengan perhitungan
f. Memasukkan hasil data pengolahan dalam SIG
g. Menginterpretasi hasil dari pengolahan citra
Teknik pengolahan data secara sederhana telah dipaparkan seperti di
atas. Namun, untuk kejelasan selanjutnya diperlukan banyak data yang di-input,
pengoreksian yang berkali-kali, sesuai dengan jenis pemetaan yang diinginkan
agar dapat melakukan klasifikasi sesuai tujuan.

4.3 Pengaplikasian terhadap Pertanian


Telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu teknologi yang dapat
dimanfaatkan dalam pengaplikasian pertanian presisi ialah teknologi
penginderaan jauh. Teknologi penginderaan jauh ini dibagi-bagi kembali
menjadi beberapa teknologi berdasarkan kebutuhan, misal tower, drone, dan
satelit sebagai platforms dari penginderaan jauh. Platforms ini dilengkapai
teknologi sensor yang dapat mendeteksi objek permukaan bumi berdasarkan
gelombang elektromagnetik yang dipancarkan objek dengan bantuan energi
matahari. Lalu citra yang dipilih diolah kembali dengan software GIS yang ada
di computer dengan input-input data yang dimasukkan.
Teknologi penginderaan jauh ini sangat membantu kegiatan pertanian
bila penggunaannya tepat sasaran. Alasan teknologi ini dapat membantu
kegiatan pertanian karena penginderaan jauh memiliki data yang tersebar luas
jangkauannya, dari jenis tanah, curah hujan, hingga pesebaran hama, dan lain
sebagainya, sehingga analisa lahan tidak diperlukan dalam waktu yang lama.
Mungkin ada beberapa data yang harus ditambahkan atau dikoreksi lagi, tapi
penggunaan penginderaan jauh ini dapat mengurangi biaya dan waktu analisa,
sehingga lahan pertanian yang memiliki skala luas dapat dilakukan pengolahan
sesuai dengan pemetaan yang dihasilkan dari penginderaan jauh.

Lahan Bawang Merah dan Agroekosistem Sekitarnya, Batang, Jawa Tengah

Perumpamaan pengaplikasian teknologi penginderaan jauh ialah pada


suatu bentangan agroekosistem yang ada pada Daerah Batang, Jawa Tengah.
Dalam suatu lanskap pertanian yang seluas pada gambar yang dilampirkan,
susah untuk mengetahui karakteristik lahan yang dimaksud sebelum diadakan
budidaya pertanian, karena akan memakan banyak waktu dan biaya untu
melakukan analisa terlebih dahulu. Bila langsung melakukan budidaya
pertanian tanpa melakukan analisa terlbih dahulu, akan terlalu ceroboh dan
beresiko karena tanaman yang kita putuskan untuk ditanam pada suatu lahan,
belum berarti akan cocok untuk tumbuh di lahan tersebut.
Teknologi penginderaan jauh membantu kegiatan pertanian dalam
memudahkan pengambilan data lahan pertanian dalam skala lanskap. Data-
data yang didapatkan dalam bentuk citra nantinya akan diklasifikasikan sesuai
dengan tujuan dari melakukan pengambilan citra, misal untuk mengetahui iklim
suatu tempat, bahay erosi, dan lain sebagainya. Citra yang didapat harus diolah
terlebih dahulu dengan software yang tersedia agar mendapatkan hasil data
dengan algoritma yang tersedia dalam aplikasi. Dengan melakukan analisa
lahan seperti demikian, akan memudahkan petani dalam memutuskan
pengolahan lahan yang akan diaplikasikan hingga jenis tanaman yang akan
ditanam.
Menurut Bongiovanni dan Lowenberg-Deboer (2004), bahwa dengan
melakukan analisa lahan sebelumnya, misal melakukan tes banyak hama yang
terjadi pada suatu lahan, ketahanan hama terhadap insektisida dari tahun ke
tahu, pengaplikasian insektisida yang sebelumnya diukur terlebih dahulu
sebelum diaplikasiakan, menganalisa pengaruh tanah terhadap hasil produksi
dalam satu kali musim, dan segala bentuk pengujian pertanian lainnya,
mengakibatkan adanya perubahan keuntungan secara ekologi (mengurangi
ketidak tepatan insektisida dalam membunuh musuh alami) hingga masalah
ekonomi, terutama dalam peningkatan pendapatan. Dengan teknologi yang
dilakukan analisa sebelumnya, maka dapat mengurangi kerugian yang
ditimbulkan dari suatu kegiatan budidaya pertanian. Hal ini juga berlaku pada
pengaplikasian teknologi penginderaan jauh. Dengan data-data yang
didapatkan dari penginderaan jauh, kita dapat mengetahui karakteristik lahan
secara pasti, sehingga tindakan budidaya pertanian dapat dilakukan lebih hati-
hati, yang nantinya akan menguntungkan pertanian dalam aspek ekologi,
ekonomi, dan sosial.
Contoh tindakan yang tepat dalam budidaya pertanian ialah dengan tidak
melakukan kegiatan budidaya pertanian di lahan yang memiliki kemampuan
lahan yang terbatas. Contoh lainnya ialah dengan membangun teras untuk
pertanian yang berada pada kelerengan untuk mecegah erosi. Memilih tanaman
budidaya yang ditanam pad suatu lahan berdasarkan iklim setempat juga bisa
menjadi acuan ketepatan kegiatan bertani. Pertanian yang mengedepankan
ketepatan dalam bertindak sangat perlu untuk dilakukan untuk meningkatkan
kegiatan produksi pertanian hingga kelestarian lahan pertanian maupun
sekitarnya sehingga tercapai pertanian yang berkelanjutan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

GIS merupakan suatu sistem pengambilan dan penyimpanan data yang


terkomputerisasi dan digunakan untuk pengolaan produktuvitas berdasarkan
faktor agronomi tanaman. GIS dapat menunjukan berbagai data seperti interaksi
antara kesuburan, hama, gulma dan hasil produksi serta pengambilan
keputusan yang tepat berdasarkan keadaan tersebut. Implementasi Sistem
Informasi geografi (SIG) sebagai salah satu teknologi yang mampu merancang
suatu perencanaan pengelolan lingkungan dengan cepat diharapkan mampu
menaggulangi kendala yang ada pada lahan pertanian. Peningkatan pertanian
berlanjut dapat dicapai dengan strategi manajemen seperti pertanian presisi
yang didukung dengan sistem yang berupa GIS,GPS serta penginderaan jarak
jauh. Teknologi penginderaan sangat membantu kegiatan pertanian bila
penggunaannya tepat sasaran disebabkan dapat membantu kegiatan pertanian
karena penginderaan jauh memiliki data yang tersebar luas jangkauannya, dari
jenis tanah, curah hujan, hingga pesebaran hama, dan lain sebagainya,
sehingga analisa lahan tidak diperlukan dalam waktu yang lama. Namun,
terdapat kendala berupa kurangnya dana untuk investasi alat dan teknologi
yang digunakan, ketentuan inovasi yang kurang bisa diserap oleh petani,
adanya budaya pertanian yang tidak sejalan dengan pertanian presisi serta
kurangnya tenaga kerja yang dapat mengoperasikan teknologi dari pertanian
presisi, GIS, GPS, serta penginderaan jarak jauh.

5.2 Saran

Petani dapat memanfaatkan teknologi seperti GIS, GPS, serta


penginderaan jarak jauh guna mendukung presisi pertanian untuk mencapai
peningkatan pertanian berlanjut. Namun sebelum itu petani harus mengatasi
kendala yang ada dengan bekerja sama agar penerapan presisi pertanian dapat
maksimal.
Daftar Pustaka

Arifin, Muhammad Zaenal. 2012. Sistem Informasi Geografis untuk Fasilitas


Perguruan Tinggi Berbasis Android Di Kota Surabaya. Surabaya.
Jurusan Teknik Informatika. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Aronoff, S., 1989, Geographic Information Systems: A Management
Perspective, WDL Publications, Ottawa.
Bongiovanni, R. and J. Lowenberg-Deboer. 2004. Precision Agriculture and
Sustainability. Precision Agriculture Vol. 5. pp. 359-387.
BPS. 2006. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Batang. Badan Pusat
Statistik Kabupaten Batang.
Cano J.J. 2006. Critical Reflections on Information Systems: A Systemic
Approach. Idea Group Publishing
Chan, C, W. 2002. Presisi pertanian untuk pengelolaan tanah. P 15 - 19. Saya
n Jaafar, H, Z, E. ( Eds). Prosiding The Malaysia Society Of Ilmu Tanah
Conference 2002.
Demers, M.N., 1997. Fundamental of Geographic Information Systems, John
Willey and Sons, Inc., New York
Deoranto P. 2001. Analisis Keunggulan Komparatif Usahatani padi di DIY.
Seminar Hasil Penelitian. Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian
Program Pasca sarjana (tidak dipublikasikan).
Dinas Pangan dan Pertanian. 2018. Pemkab Batang Terus Kembangkan
Potensi Pertanian Bawang Putih.
John E. Harmon, Steven J. Anderson. 2003. Design and Implementation of
Geographic Information Systems. John Wiley and Sons : New Jersey.
Nishwatul Ula. 2008. IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN
TINGKAT KECAMATAN DI KABUPATEN BATANG PROVINSI JAWA
TENGAH. Skripsi. FAKULTAS PERTANIAN. UNIVERSITAS SEBELAS
MARET. SURAKARTA.
Riyanto, Putra dan Indelarko. 2009. Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi
Geografis Berbasis Dekstop dan Web. Yogyakarta: Gava Media.
Seminar, K., B. 2016. SISTEM PERTANIAN PRESISI DAN SISTEM
PELACAKAN RANTAI PRODUKSI UNTUK MEWUJUDKAN
AGROINDUSTRI BERKELANJUTAN. Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Sutano, Edison. 2001. Pedoman Karakterisasi, Evaluasi Kultivar Pisang. Solok.
Balai Penelitian Tanaman Buah.
Suwardji, Tejowulan, R., Rakhman, A dan Munir, B. 2004. Rencana strategi
pengembangan lahan kering Provinsi NTB. Pp157
NASA (National Aeoronautics and Space Administration). 2014. What is
Satellite? https://www.nasa.gov/audience/forstudents/5-8/features/nasa-
knows/what-is-a-satellite-58.html. Diakses Tanggal 25 Oktober 2020
Pukul 19.52 WIB.
NIAS (Nevada Institute for Autonomous Systems). 2008. Create a Map from
Drone Data in Real Time. https://nias-uas.com/create-map-drone-data-
real-time/. Diakses Tanggal 25 Oktober 2020 Pukul 17.07 WIB.
Puntodewo, A., S. Dewi, dan J. Tarigan. 2003. Sistem Informasi Geografis:
Untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam. Jakarta. CIFOR (Center for
International Forestry Research).
Wirosoedarmo, R., Rahadi, B., dan Sasmito, DA 2007. PENGGUNAAN Sistem
Informasi geografi (SIG) PADA Penentuan Lahan Kritis di Wilayah sub
DAS Lesti Kabupaten Malang. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia.
EDISI KHUSUS. No 3: 452-456.

Anda mungkin juga menyukai