Anda di halaman 1dari 60

0

TUGAS MATA KULIAH


MANAJEMEN PRODUKSI AKUAKULTUR

USAHA PEMBESARAN TERIPANG PASIR (Holothuria scabra)

Oleh:

Ardana Kurniaji (C151140261)


Azhari Tarmizi (C151140091)
Anang Fajrin (C151140101)

MAYOR ILMU AKUAKULTUR


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
1

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Akuakultur merupakan salah satu sektor produksi pangan yang memiliki


laju pertumbuhan tertinggi di dunia, mencapai 8,7% per tahun sejak tahun 1970
(FAO 2009). Akuakultur sendiri merupakan kegiatan menangkarkan atau
memelihara organisme akuatik pada lingkungan terkontrol melalui penerapan
teknologi-teknologi tertentu. Budidaya laut merupakan salah satu usaha perikanan
dengan cara pengembangan sumber-dayanya dalam area terbatas baik di alam
terbuka maupun tertutup (Bardach et al. 1972 ). Salah satu budidaya laut yang kini
mulai dikembangkan adalah budidaya Teripang. Teripang merupakan hewan
avertebrata yang termasuk dalam komoditas budidaya ekonomis penting. Hewan
ini biasanya ditemukan hidup pada dasar substrat pasir maupun dalam lingkungan
terumbu karang.
Di beberapa negara seperti di Australia (Zamora and Jeffs 2012), China
(Erikson and Clarke 2015), India (Eriksoon et ai. 2015), Kanada (Palzat et al. 2008),
Portugal dan Jerman (Godino et al. 2015) teripang atau timun laut merupakan
komoditas unggulan yang terus dikembangkan baik teknologi budidayanya,
stocking hingga distribusi habitat masing-masing jenis teripang yang ada. Hal ini
didasarkan pada alasan berbeda bahwa selain teripang memiliki kandungan protein
tinggi juga merupakan organisme yang penting dalam rantai makanan di terumbu
karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai tingkat struktur pakan (trophic
levels). Teripang berperan penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan
pemakan suspensi (suspensi feeder) (Eriksoon et al. 2015). Beberapa spesies
teripang yang mempunyai nilai ekonomis penting diantaranya teripang putih
(Holothuria scabra), teripang koro (Microthele nobelis), teripang pandan
(Theenota ananas) dan beberapa jenis teripang lainnya.
Teripang pasir memiliki habitat luas sehingga tersebar di hampir seluruh
perairan laut dunia, mulai dari zona pasang surut sampai laut dalam terutama di
Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Barat. Sehingga peluang pemanfaatannya
sangat luas dan hal ini mendorong peluang pasar yang luas pula (Mercier and Hamel
2013; Hendri et al. 2009). Di Indonesia, teripang belum menjadi perhatian utama
dalam kegiatan budidaya, hal ini diduga karena nilai estetika dari teripang yang
2

kurang diminati oleh konsumen dibandingkan dengan komoditas lain. Padahal


menurut Rustam (2006) teripang memiliki 43,1% protein, 2,2% lemak, kadar air
27,1% dan kadar abu 27,6%. Berdasarkan komposisi nutriennya dan kandungan
senyawa bioaktifnya, teripang seringkali dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-
obatan dan yang penting bagi kesehatan (Martoyo dan Winanto 2006; Roihanah et
al. 2012; Kurnila et al. 2011; Pujiono 2007). Secara umum, jenis teripang H. scabra
banyak dipilih sebagai komoditas budidaya karena memiliki harga yang tinggi dari
pada spesies lain, lebih toleran terhadap perubahan lingkungan serta dapat
dibudidayakan dengan padat penebaran tinggi. Teripang ini dipasarkan secara luas
dan dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang mengandung nutrien tinggi
(Gultom 2004) dan sebagai bahan baku pembuat obat-obatan (Martoyo et al. 2002).
Produksi teripang yang cenderung naik dari tahun ke tahun, mendorong
sejumlah pembudidaya dari beberapa daerah mulai melirik peluang usaha ini.
Menurut data KKP (2013), produksi teripang di Indonesia meningkat 41,01% sejak
tahun 2008-2012, yakni dari 219 ton menjadi 475 ton dan pada tahun 2015
diperkirakan bisa mencapai 500 ton.
Tabel 1 Produksi Perikanan Budidaya Laut Menurut Jenis Ikan, 2008-2012
Kenaikan
Jenis Ikan 2008 2009 2010 2011 2012
(%)
Kerapu 4.268 7.848 7.657 8.091 8.786 23,93
Teripang 279 629 476 219 475 41,01
Kakap 707 2.399 2.311 2.129 2.828 33,21
Lobster 292 339 311 225 488 24,27
Bandeng 469 99 311 283 127 17,78
*Sat. Ton (sumber: KKP 2013)
Teripang hingga saat ini banyak tersebar di daerah Riau, Lampung,
Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Timur, Maluku, dan Papua (Azis 1997). Salah
satu daerah yang terus melakukan kegiatan budidaya teripang sejak dulu adalah
Provinsi Sulawesi Tenggara tepatnya di Kabupaten Konawe Selatan, Kolaka dan
Buton. Di Kabupaten Buton, produksinya bisa mencapai 16-20 kg/musim (Hatani
2006), sedangkan di Kolaka produksinya bisa mencapai 15 ton pertahun
(BAPPEDA Kolaka, 2013). Produksi demikian pada dasarnya masih kecil jika
dibandingkan dengan potensi wilayah yang ada, dimana total wilayah yang baru
dikelola hanya 116 ha dari 2.600 ha.
3

Kegiatan budidaya teripang tergolong mudah jika dibandingkan dengan


komoditas perairan laut lainnya. Oleh sebab itulah peluang budidaya teripang bagi
pembudidaya terbuka lebar. Kelompok-kelompok usaha tani yang berfokus dalam
produksi teripang sampai saat ini belum cukup untuk memenuhi permintaan yang
setiap tahunnya mengalami peningkatan. Disisi lain, pemahaman akan manajemen
produksi yang tepat perlu menjadi perhatian utama dalam pengembangan usaha
budidaya teripang, baik dalam tahap perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan evaluasi, sehingga dapat mendorong pendapatan ekonomi yang maksimal.
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam rangka meningkatkan produksi
teripang nasional dan penyediaan suplai stok sepanjang tahun, maka perlu
dilakukan budidaya teripang berbasis pen culture, dengan menggunakan 5 media
berukuran 400m2, sehingga akan diproduki teripang dengan berat basah 7200 kg
dengan siklus produksi 6 bulan dan manajemen stok yang sesuai. Oleh karena itu,
ditulislah makalah ini untuk menyusun manajemen produksi pembesaran teripang
pasir (H. scabra) dengan berdasarkan hasil wawancara dan informasi pendukung
dari hasil diskusi serta literatur yang ada.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari makalah ini adalah untuk menyusun manajemen produksi


pembesaran teripang pasir (H. scabra) dengan berdasarkan hasil wawancara
pembudidaya teripang di Kecamatan Pomala Kabupaten Kolaka dan informasi
pendukung dari hasil diskusi serta literatur yang ada dalam rangka meningkatkan
kapasitas produksi. Manfaat yang dari penulisan makalah ini sebagai informasi
dasar terkait manajemen produksi budidaya teripang yang dilakukan menggunakan
pen culture.
II. KEBIJAKAN STRATEGIS
Visi dan Misi Kegiatan Akuakultur Terpilih
Sebuah lembaga atau perangkat usaha tentunya membutuhkan visi dan misi,
serta susunan organisasi yang baik agar dapat bekerja dalam hal pencapaian tujuan
organisasi. Struktur organisasi berguna dalam menunjang pencapaian misi, visi dan
strategi organisasi, mengorganisasikan sumberdaya supaya efisien, pembagian
tugas dan tanggung jawab yang efektif, berjalannya koordinasi secara efektif,
4

mengembangkan komunikasi ke atas dan ke bawah, pemantauan kegiatan secara


efektif, mekanisme penyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan, sarana
penanganan masalah, membantu memotivasi dan memberikan kepuasan kerja pada
anggota, serta menyiapkan suksesi.

a. Visi
Menjadi perusahaan unggulan yang mampu bergerak dalam produksi
teripang pasir pada tahun 2025.

b. Misi
1. Melakukan usaha pembesaran teripang pasir yang berkelanjutan
2. Membina kerjasama/bermitra dengan pembudidaya lokal
3. Meningkatkan nilai tambah produk melalui penanganan pasca panen

c. Tujuan
1. Produksi dengan menggunakan media pen culture
2. Meningkatkan kapasitas produksi dalam setiap 5 tahun
3. Membina nelayan penangkap benih teripang untuk mendapatkan benih
berkualitas
4. Menerapkan teknologi pengeringan pascapanen dengan pengasapan

III. KEBIJAKAN PRODUKSI

Produksi Sebagai suatu Sistem

Budidaya teripang dilakukan dengan sistem semi intensif yang menggunakan


media pen culture. Sistem produksi dalam usaha pembesaran teripang ini mencakup
tiga unsur yakni input, proses dan output produksi. Proses produksi yang akan
dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1.
5

Input Material

Benih

Media

Pakan

Mesin

Proses Pemberian pakan

Pengontrolan

Sampling

Pemanenan

Pengeringan

Output Teripang Kering

Gambar 1 Bagan tahapan produksi teripang pasir

1. Input Produksi
Input produksi meliputi 5 M (material, machine, method, man, money) serta
penentuan rantai pasok, manajemen persediaan barang-barang yang diperlukan
selama produksi berlangsung.
a. Material and Machine
Material merupakan alat dan bahan baik dalam bentuk invertasi maupun
variable material yang digunakan untuk menjalankan proses produksi.
Lokasi Usaha
Usaha akan dilamksanakan di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, yang
telah disurvei dan memenuhi persyaratan yakni lahan yang digunakan merupakan
perairan umum yang dapat digunakan dibawah izin pemerintah dan sesuai dengan
6

keterlindungan, parameter air, kedalaman air, aksebilitas dan topografi perairan


yang dibutuhkan teripang (Rustam 2006).

1. Keterlindungan
Lokasi budidaya yang dipilih harus terlindung dari pengaruh arus,
gelombang, maupun angin yang besar, karena hal tersebut bisa merusak sarana
budidaya dan menyebabkan perubahan parameter air berfluktuasi. Lokasi yang
terlindung dari pengaruh biasanya di daerah teluk atau yang berada disamping
tanjung (Haris et al. 2011).

2. Kualitas Air
Lokasi budi daya yang dipilih sebaiknya mempunyai kisaran parameter air
yang rata-rata optimal berdasarkan data fluktuasi dari hasil penelitian. Menurut
Haris et al. (2011) parameter yang digunakan oleh pembudidaya di Kec. Pomala
Kab. Kolaka adalah suhu air 24-30C, kadar garam 29-32 ppt, pH air 6,5-
8,5, oksigen terlarut 4-8 ppm, dan mempunyai gerakan air cukup (kecepatan arus
0,3-0,5 m/detik), kedalaman air 0,56-2 meter dan pasang surut 60-98 cm. Namun
studi literatur menunjukkan suhu optimal untuk pertumbuhan teripang adalah 24-
30oC (Murtoyo dan Winanto 2006), salinitas 32-35 (James et al. 1988 in Gultom
2004), kecerahan 50-150 (Murtoyo dan Winanto 2006), pH berkisar 7,0-8,5
(Effendi 2003), Oksigen terlarut 4,5-9,0 ppm (Dwindaru 2010) dan kecepatan arus
0,30 0,50 m/detik (Martoyo dan Winanto 2006).

3. Transportasi dan Komunikasi


Lokasi budi daya harus mudah dijangkau dan diakses secara langsung melalui
kendaraan darat. Hal ini karena berhubungan dengan pengangkutan teripang baik
saat memulai produksi maupun pascapanen Selain itu, sarana produksi harus
mudah diperoleh dari daerah setempat dan pemasaran harus dapat dilakukan
dengan mudah di tempat itu. Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah kemudahan
akses komunikasi langsung dari lokasi budidaya. Tujuannya selain mempermudah
interaksi konsumen juga dapat mempermudah aksebilitas produksi, utamanya
kordinasi struktural perusahaan (Murtoyo dan Winanto 2006).
7

4. Topogrfi
Budidaya teripang juga harus memperhatikan dasar perairan. Biasanya dasar
perairan yang sesuai denga habitat teripang adalah landai, terdiri dari pasir dan
pecahan-pecahan karang, berlumpur, dan banyak ditumbuhi lamun serta rumput
laut. Karang, lamun, serta rumput laut ini selain berfungsi sebagai pelindung, juga
berfungsi sebagai perangkap makanan untuk teripang. Menurut Azis (1997)
teripang umumnya hidup berasosiasi dengan ekosistem terumbu karang dan lamun
pada zona intertidal sampai kedalaman 20 m dengan dasar berpasir halus dengan
tanaman pelindung seperti lamun, terlindung dari hempasan ombak, dan perairan
yang kaya akan detritus. Teripang juga hidup pasa pasir halus dan terlindung dari
hempasan ombak. Disamping budidaya monokultur, system polikultur dan
Integrated Multi-Trophic Aquaculture bisa digunakan untuk budidaya teripang
bersama dengan organisme lain dalam upaya meningkatkan hasil-hasil produksi
perikanan (Yokoyama 2013).

5. Ketersediaan Benih
Ketersediaan benih dalam produksi teripang sangat penting dan harus terus
ada (continue) selama masa produksi. Sumber benih teripang juga harus
bersertifikat dan diketahui mampu menyediakan benih berkualitas baik, karena
benih akan menjamin kelangsungan budidaya teripang. Oleh sebab itu, lokasi
budidaya sebaiknya berdekatan dengan sumber benih atau lokasi yang dipilih
merupakan daerah yang menyediaakan benih alami dan dapat ditangkap
langsung. Terdapatnya benih alami di lokasi itu merupakan petunjuk bahwa lokasi
itu cocok untuk tempat budidaya. Di samping itu, kualitas benih akan terjaga tidak
mengalami stres karena penanganan dan pengangkutan dan tidak perlu lagi biaya
untuk pengangkutan. Bibit yang digunakan pembudidaya teripang di Kab. Kolaka
adalah benih berukuran 5-10 cm dengan jumlah yang ditebar 2.500-25.000 ekor per
siklus dengan luas rata-rata areal produksi 11.200 m2 (Haris et al. 2011).

Persiapan Pen Culture


Pelaksanaan kegiatan produksi yang diterapkan di usaha pembesaran
teripang menggunakan beberapa sarana dan prasarana produksi. Namun media
8

yang digunakan adalah pen culture yang menjadi faktor utama dalam pelaksanaan
produksi. Metode pen culture adalah suatu usaha memelihara jenis hewan laut yang
bersifat melata dengan cara memagari suatu areal perairan pantai seluas
kemampuan atau seluas yang diinginkan sehingga seolah-olah terisolasi dari
wilayah pantai lainnya. Bahan yang digunakan ialah jaring (super-net) dengan mata
jaring sebesar 0,5 1 inci atau dapat juga dengan bahan bambu (kisi-kisi). Dengan
metode ini maka lokasi/areal yang dipagari tersebut akan terhindar dari hewan-
hewan pemangsa (predator) dan sebaliknya hewan laut yang dipelihara tidak dapat
keluar dari areal yang telah dipagari tersebut. Pemasangan pagar untuk memelihara
teripang, baik pagar bambu (kisi-kisi) ataupun jaring super net cukup setinggi 50
cm sampai 100 cm dari dasar perairan. Luas lokasi yang ideal pen culture ini antara
400-1.000 m2 (Epetani-DEPAN 2011).

Gambar 2 Contoh kontruksi Pen culture (KKP 2014)

Kontruksi pen culture meliputi jaring yang dibentuk menjadi kotak


menyerupai kurungan dan dijahit menggunakan tali nilon (3 mm), patok dari kayu
besi yang tahan terhadap air dan tali nilon untuk mengikat jaring pada kayu patok.
Tujuan dari pemasangan pen culture ini agar teripang terhindar dari serangan
predator atau gangguan dari organisme lain. Selain itu juga menjadi pembatas bagi
teripang agar tidak keluar dari lokasi budidaya. Oleh sebab itu untuk memastikan
teripang tidak lolos keluar, waring pen culture dibuat dua lapisan dengan tujuan
untuk menutupi mata jaring lapisan terdalam dari pen culture. Pen culture
9

kemudian dipasang pada lokasi yang telah ditentukan sebelumnya. Pemasangan pen
culture pada bagian dasar dibenamkan ke dalam substrat sedalam 50 100 cm
dengan cara menggali. Hal ini dimaksudkan agar patok kayu kuat untuk menahan
pasang-surut air. Substrat sisa penggalian dimasukkan ke dalam pen culture yang
berfungsi sebagai substrat tempat berlindung teripang sebagaimana kebiasaannya
di alam yang suka membenamkan diri dalam substrat. Untuk mengokohkan
berdirinya pen culture, pada setiap 1 meter diikatkan pada kayu menggunakan tali
nilon (7 mm) yang telah disiapkan sebelumnya dan setiap sudutnya diikatkan
dengan kayu penopang yang besar. Sehingga jika ditotalkan kayu yang dibutuhkan
adalah 80 batang kayu.

Pengadaan Benih
Benih teripang diperoleh dari sumber yang dekat dan mudah untuk diakses
dengan kendaraan darat. Usaha yang dilakukan di Kec. Pomala, benihnya biasanya
diperoleh dari penangkap yang khusus melakukan penangkapan teripang
kemudian menjualnya kepada pembudidaya, namun ada juga sentra pembenihan
yang terletak dekat dengan usaha pembesaran. Selain itu, pembudidaya juga
biasanya dengan sengaja memijahkan teripang di dalam keramba tersendiri untuk
penyediaan stok benih mereka. Teripang yang dijadikan induk ialah yang sudah
dewasa dengan ukuran berat badan 300-500 g/ekor dengan kisaran panjang badan
20-25 cm. Setelah matang gonad, induk teripang akan memijah secara alami tanpa
adanya rangsangan buatan. Pemijahan biasanya terjadi pada malam hari dimulai
dengan induk jantan yang mengeluarkan sperma dan betina mengeluarkan telur.
Proses pemijahan biasanya berlangsung antara 20-60 menit (Rustam 2006).

Gambar 3 Teripang yang siap dipasarkan


10

Benih alam yang berumur 2-3 bulan diperkirakan sudah dapat mencapai
bobot 2050 g/ekor, sehingga sudah layak untuk dibudidayakan pada pen culture.
Pada ukuran tersebut, benih teripang diperkirakan sudah mampu beradaptasi
terhadap kondisi lingkungan pembesaran. Padat penebaran pada pembesaran
teripang harus didasarkan pada ukuran benih dan ketersediaan makanan dalam
areal pembesaran. Biasanya benih teripang berukuran 30-50 gram/ekor
dibudidayakan pada padat tebara 15 ekor/m2. Jika lokasi sumber benih jauh dan
memerlukan pengakutan, maka terlebih dahulu bibit dimasukkan ke dalam kantong
plastik 2 liter dan diisi dengan air dan pasir. Kepadatan setiap kantong dengan berat
30-50 gram perekor adalah 12-16 ekor/kantong.

Pengadaan Pakan
Pada lingkungan alaminya teripang memiliki makanan yang berasal dari
pakan alami berupa plankton, detritus atau sisa-sisa bahan organik, dan sisa-sisa
endapan di dasar laut. Namun demikian, teripang yang dibudidayakan sebaiknya
diberi pakan tambahan untuk mempercepat pertumbuhan. Pakan yang digunakan
untuk pembesaran teripang adalah pakan dari dedak dan kotoran ayam. Biasanya
pakan diberikan dengan cara dicampur 1:1 dalam karung dan diberikan langsung
ke media pembesaran (Rustam 2006). Pentingnya ketersediaan pakan secara
berkelanjutn, maka pada budidaya teripang pakan bias dengan mudah diperoleh
dari pasar dan peternak ayam.

b. Method
Metode budidaya yang diterapkembangkan dalam proses budidaya teripang
menggunakan media pen culture. Periode pemeliharaan teripang mulai dari pasca
penebaran benih sampai panen adalah 6 bulan dan kegiatan pemeliharaan yang
dilakukan relatif sedikit yakni hanya terdiri dari: (a) pemberian pakan berupa pupuk
kandang, dedak, ulfa/lamun dan makanan ikan; (b) pengontrolan berupa perbaikan
kurungan jika ada yang rusak misalnya jaring yang robek atau kayu patoknya
bergeser, (c) membasmi gangguan hama seperti kepiting, lobster bahkan ikan.
Monitoring dapat dilakukan setiap hari dengan sampling setiap 2 minggu untuk
mengetahui pertumbuhan teripang.
11

Padat Penebaran
Teripang merupakan hewan yang gerakannya lamban dan dapat hidup
secara berkelompok. Sehingga upaya peningkatan produksi persatuan luas lahan
dapat dilakukan dengan peningkatan padat penebaran. Padat penebaran untuk budi
daya teripang ditentukan oleh ukuran benih. Benih dengan berat antara 30 - 40
g/ekor ditebarkan sebanyak 15 - 20 ekor/m2, sedangkan benih dengan berat antara
40 - 50 g/ekor padat penebarannya adalah 10 - 15 ekor/m2. Sehingga untuk satu
unit lahan budi daya seluas 400 m2 diperlukan benih teripang sebanyak 8.000 ekor
dengan berat 30 - 40 g/ekor dan panjang 5 - 7 cm/ekor. Sedangkan untuk benih
dengan berat 40 - 50 g/ekor diperlukan sebanyak 4.000 - 6.000 ekor.

Pemberian Pakan
Teripang merupakan hewan melata atau bentik yang bergerak diatas
permukaan substrat. Menurut Hyman (1955) pada umunya teripang adalah
pemakan deposit pasir yang hidup di daerah terumbu karang. Sumber makanannya
terdiri dari kandungan organik dalam pasir atau lumpur, plankton, potongan serasah
karang, dan detritus. Dalam proses pemeliharaan teripang diberi pakan buatan
berupa campuran dedak dengan kotoran ayam. Sebelum ditebar, kotoran ayam atau
dedak dicampur dengan air bersih dan diaduk merata agar tidak hanyut atau
terapung, pemberian pakan dilakukan pada saat air surut. Pada sistem ini teripang
yang dipelihara tidak tergantung dari pakan buatan karena teripang tersebut berada
pada habitat aslinya. Pemberian kotoran ayam ini dimaksudkan untuk merangsang
pertumbuhan diatom yang merupakan makanan utama bagi teripang. Teripang juga
bisa diberikan lamun yang memiliki banyak epifit sehingga dapat digunakan oleh
teripang.
12

Gambar 4 Pemberian pakan tambahan

Kegiatan pembesaran dilakukan selama 6 bulan per siklus budidaya. Dengan


target jika benih teripang yang ditebar adalah 20-30 gram per ekor, maka akan
dipanen dengan berat 200 gram. Hal ini berdasarkan penelitian Hana (2011)
teripang pasir pertumbuhannya 0,268-1,085% perhari dan menurut Yokoyama
(2013) laju pertumbuhan spesifik teripang adalah 1,2-1,9%. Sehingga dapat
mencapai ukuran 200-500 gram setiap 6 bulan. Untuk mengukur pertumbuhan
teripang, maka dilakukan sampling setiap 2 bulan, sehingga akan diketahui
pertambahan teripang berdassarkan pemberian pakan. Pemberian makanan
tambahan sebaiknya dilakukan pada sore hari. Hal ini disesuaikan dengan sifat
hidup atau kebiasaan hidup dari teripang. Pada waktu siang hari teripang tidak
begitu aktif bila dibandingkan dengan pada malam hari, karena pada waktu siang
hari ia akan membenamkan dirinya dibawah dasar pasir/karang pasir untuk
beristirahat dan untuk menghindari/melindungi dirinya dari pemangsa/predator,
sedangkan pada waktu malam hari ia akan lebih aktif mencari makanan, baik berupa
plankton maupun sisa-sisa endapan karang yang berada didasar perairan tempat
hidupnya. Menurut Panggabean (1987) teripang genus Holothuria sp. aktif makan
sepanjang hari baik siang maupun malam.
Pakan diberikan sebanyak 0,3 kg/m2 per 2 minggu dengan cara
memasukkan pakan yang telah dicampurkan tersebut ke dalam karung goni. Setiap
satu karung goni biasanya dapat diisi 15 kg (1:1, dedak dan kotoran ayam) pakan
tambahan yang dapat mencukupi luasan areal pembesaran 50 m2 (Rustam 2006).
13

Sehingga setiap 2 minggu jumlah pakan yang diberikan sebanyak 120 kg untuk satu
areal pen culture berukuran 400 m2, atau sebanyak 8 karung goni berukuran 15 kg,
dengan asumsi setiap 15 kg pakan dapat mencakup 50 m2 luasan areal pen culture.
Sehingga total pakan yang dibutuhkan dalam satu siklus pembesaran teripang per
pen culture mencapai 1.800 kg atau sebanyak 120 karung goni, dimana setiap
bulannya dibutuhkan 180 kg pakan. Untuk 5 pen culture maka total keseluruhan
pakan yang digunakan persiklus adalah 7.200 kg, atau sebanyak 480 karung.

Sampling dan Pengontrolan Hama dan Penyakit


Untuk mengetahui peningkatan bobot teripang yang dibudidayakan, maka
dilakukan sampling setiap dua minggu sekali. Melalui sampling juga akan diketahui
kepadatan teripang dan menyesuaikannya dengan pakan yang akan diberikan.
Untuk sampling dilakukan dengan menimbang dan menghitung bobot biomasa
teripang yang diperoleh dalam setiap luasan 1 m2. Dalam satu petakan pen culture,
sampling diambil minimal 5 tempat dan bisa ditambah menjadi 8 tempat. Sampling
dilakukan pada pagi atau sore hari terutama saat air laut surut supaya pengambilan
dan perhitungan teripang dapat dengan mudah dilakukan. Untuk pengontrolan
dilakukan setiap hari guna mengamati serangan hama. Jika terdapat hama berupa
kepiting atau lainnya, maka bias segera dikeluarkan dari dalam media budidaya.

Perawatan Pen Culture

Untuk memastikan media yang digunakan tetap dalam kondisi yang ideal,
maka perlu dilakukan perawatan selama masa peneliharaan. Perawatan dapat
dilakukan dengan membersihkan pen culture dan mengecek apakah terdapat
kerusakan pada jaring atau pada patok yang digunakan. Hal ini dimaksudkan agar
teripang yang dibudidayakan tidak keluar dari media ketika jaring yang digunakan
rusak atau patok yang jatuh akibat pasang surut air.

c. Man (Karyawan/Tenaga Kerja)


Dalam usaha pembesaran teripang ini, ketenagakerjaan terbagi menjadi dua,
yaitu tenaga kerja tetap (bagian pembesaran) yang terdiri dari Manajer Produksi,
bidang umum, keuangan dan pemasaran serta bidang produksi, masing-masing
bidang membawahi tenaga kerja. Bidang umum membawahi tenaga kerja
14

administrasi perusahaan dan transportasi/keamanan, bidang keuangan dan


pemasaran membawahi bagian pengelolaan hasil pacapanen dan pada bidang
produksi membawahi tenaga kerja bagian pengadaan & pengontrolan stok,
pengontrolan kualitas air dan pen culture & sampling serta penebaran benih dan
pemberian pakan. Sehingga jumlah seluruh tenaga kerja 10 orang. Bagian umum
berfungsi pada bagian administrasi perusahaan berupa perizinan dan transaksi
lainnya, transportasi dan keamanan. Bagian keuangan dan pemasaran berfungsi
dalam megatur keuangan perusahaan dan pemasaran prodak berupa pengolahan
teripang mulai dari pencucian atau pembersihan teripang, perebusan, pembedahan
hingga pengasapan dan pengemasan produk serta distribusi. Bagian produksi
bertanggung jawab untuk melakukan proses produksi sesuai dengan target usaha,
mulai dari awal pemeliharaan sampai dengan panen termasuk dalam hal pemberian
pakan.

Manajer

Kepala Bidang
Kepala Bidang Produksi Kepala Bidang Umum
Pascapanen

Pengadaan & Administrasi


pengontrolan Stok Pengumpulan bahan
baku
Keuangan dan Pemasaran
Proses Pembesaran Pengeringan

Gambar 5 Struktur Organisasi Dalam Usaha Pembesaran Teripang

Unit kerja tersebut memiliki kewenangan untuk melakukan pengelolaan


terhadap unit kerjanya masing-masing terkait dengan fungsi masing-masing unit
serta sumberdaya manusianya. Dengan demikian, untuk tugas dan fungsi masing-
masing unit tersebut, dianggap perlu adanya Job Description masing-masing,
sehingga semua prangkat kegiatan dapat terkontrol dengan baik.
15

Manager Produksi
Tugas :
Memimpin usaha pembesaran dalam mencapai misi, visi dan strategi usaha .
Menentukan strategi, program dan mengorganisasikan sumber daya
manusia.
Mengkordinasikan, mengarahkan, memantau, meninjau, dan mengevaluasi
semua kegiatan
Memperluas strategi pasar; dari segi harga, produk, tempat dan promosi,
yang kesemuanya ditujukan untuk kelancaran pemasaran produk.
Melakukan pengembangan dan perluasan unit usaha budidaya teripang
Wewenang :
Memberikan perintah, arahan dan evaluasi kepada bawahan
Mengambil keputusan atau kebijakan untuk perusahaan
Meminta laporan atau pertanggungg jawaban dari bawahan
Memberikan penghargaan ataupun penindakan terhadap bawahan
Tanggung Jawab :
Kelancaran kegiatan usaha budidaya teripang pasir dan tercapainya target
produksi serta produk dapat menembus pasar
Bagian Administrasi
Tugas:
1. Melaksanakan perintah pimpinan yang berkaitan dengan administrasi,
transportasi dan keamanan dalam perusahaan
2. Melaksanakan pengelolaan dan pengumpulan pencatatan (record keeping)
dalam semua kegiatan perusahaan
3. Melakukan kegiatan arsiparis barang
Wewenang:
1. Mengatur proses administrasi perusahaan dan inventrisasi barang
2. Mengendalikan keamanan perusahaan dan lokasi
Tanggung Jawab :
1. Bertanggung jawab kepada pimpinan tentang administrasi dan keamanan.
16

Bagian Keuangan dan Pemasaran


Tugas
1. Mengelola keluar masuknya uang dalam perusahaan
2. Mengatur interaksi konsumen dan suplai produk
Wewenang:
1. Menentukan langkah untuk pengelolaan dalam menentukan prioritas dalam
pengeluaran uang.
Tanggung Jawab :
2. Bertanggung jawab kepada pimpinan tentang keuangan dan pemasaran.

Bagian Produksi (Penyediaan Stok)


Mengatur persediaan stok terutama benih dan pakan
Melakukan penyeleksian benih yang unggul dan pakan yang berkualitas
Bagian Produksi (Proses Pembesaran)
Mengoperasikan budidaya teripang (penebaran benih dan pemberian pakan)
Ikut menjaga keamanan selama berlangsungnya pemeliharaan
Bertanggung jawab terhadap pen culture yang dikelolanya
Bertanggung jawab ke manager produksi

Bagian Penanganan Pascapanen


Mengumpulkan bahan baku teripang basah yang telah dipanen
Melakukan pengeringan teripang dengan pengasapan

Berdasarkan hasil uraian material, machine, money, man dan method diatas,
maka dapat dirangkumkan seluruh kebutuhan input produksi sebagai berikut:
17

Tabel 2 kebutuhan input produksi


Produksi Produk
Produksi bahan baku
Item Akhir (Pengeringan
(Budidaya Teripang)
Teripang)
a. Pakan a. Kayu Bakar
Dedak (Penggilingan (Pengumpul)
Material padi-Pengumpul) b. Teripang Kering
Kotoran Ayam (Perusahaan-
(Pembudidaya Ayam) Grosir)
b. Benih (Nelayan-Pengumpul)
Mesin Perahu Pengasapan
Persiapan Pen culture
Pembuatan Pen culture
Perebusan
Pengadaan benih
Pembersihan
Metode Penebaran benih
Pembedahan
Pengadaan pakan
Persiapan pengasapan
Pemberian pakan
Pengadaan kayu bakar
Pengontrolan
Pengeringan
Perawatan
Evaluasi
Man 6 pekerja 8 pekerja
Money Rp. 605.320.000 Rp. 442.008.000

Standar Operasional Prosedur (SOP)

Agar semua proses kegiatan pembesaran teripang berjalan dengan baik maka
dibutuhkan standar operasional prosedur yang bisa digunakan sebagai pedoman
atau acuan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat
penilaian kinerja berdasarkan indikator-indikator teknis, administrasif dan
prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja
yang bersangkutan. Tujuan SOP adalah menciptakan komitment mengenai apa
yang dikerjakan oleh satuan unit kerja sesuai dengan visi misi perusahaan.
Standar operasional prosedur merupakan satu set pedoman dalam suatu
organisasi yang menjelaskan prosedur kegiatan rutin. SOP sangat dibutuhkan oleh
suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien,
sehingga pekerjaan dapat terukur. SOP adalah prosedur-prosedur standard yang
mendefinisikan bagaimana proses berbagai tanggung jawab dari unit terkait yang
relevan dengan investigasi mutu layanan.
Standard Operating Procedures (SOP) adalah salah satu aspek penting yang
perlu dibuat dalam rangka mewujudkan tenaga kerja yang memiliki kriteria efektif,
18

efisien dan ekonomis pada seluruh proses dalam penyelenggaraan kegiatan


pembesaran teripang pasir. Untuk mewujudkan tenaga kerja yang memenuhi
krtiteria tersebut maka dibutuhkan tahapan-tahapan yang harus dilalui seperti
proses seleksi tenaga kerja, penempatan tenaga kerja, pemberian gaji intensif. Suatu
organisasi baik bisnis maupun non bisnis tidak akan dapat beroperasi tanpa adanya
faktor sumber daya manusia. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi yang
berkaitan dengan sumber daya manusia, sehingga dapat menentukan bakat dan
keahlian yang disesuaikan dengan kebutuhan operasional yang tersedia dalam
organisasi. Dibutuhkan cara dalam pengelolaan dan perancangan tenaga kerja yang
tepat guna, sehingga orang-orang tersebut (tenaga kerja) bisa efektif dan efisien.
Agar tenaga kerja dapat bekerja dengan efektif dan efisien dalam usaha pembesaran
teripang, maka yang pertama tenaga kerja itu harus:
1. Dimanfaatkan secara efisien dalam lingkup operasional yang ada.
2. Memiliki mutu kehidupan kerja yang baik dalam suasana yang saling terkait
dan saling percaya.
Dengan mempertimbangkan batasan-batasan tersebut diatas, maka akan
dapat dibuat tiga keputusan dalam strategi ketenagakerjaan, yaitu :
1. Perencanaan Tenaga Kerja
2. Desain Pekerjaan
3. Standar Tenaga Kerja

a. Perencanaan Tenaga Kerja


Peranan tenaga kerja sangat menentukan di dalam keberhasilan pembesaran
teripang, sehingga diperlukan perencanaan sumber daya manusia yang baik dan
akurat. Perencanaan sumber daya manusia dibuat untuk dapat mengatasi masalah-
masalah yang menyangkut antara lain kebijakan-kebijakan kestabilan tenaga kerja
dalam usahanya meningkatkan produk teripang yang unggul dan berkualitas.
Kestabilan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah karyawan yang dipertahankan
dalam pembesaran teripang.
- Kebijakan Untuk Menjaga Stabilitas Karyawan
Stabilitas kerja karyawan sangat perlu dijaga, karena akan menentukan
kelangsungan operasional organisasi/perusahaan. Apabila tingkat berhenti dan
masuknya karyawan tinggi, kemungkinan kontinuitas proses konversi dapat
19

terganggu, disertai makin tinggi biaya untuk rekrutmen dan pelatihan bagi
karyawan-karyawan baru. Mengantisipasi stabilitas karyawan, sangat perlu
diketahui kebutuhan tenaga dan memperhitungkan;
1. Pembayaran tenaga kerja
2. Asuransi tenaga kerja
3. Besarnya premi upah yang merupakan ukuran bagi tenaga kerja dapat
meningkatkan kinerja yang merupakan variable cost.
- Penjadwalan Kerja (Work Schedulling)
Penjadwalan kerja dalam kegiatan pembesaran teripang ini adalah full
time dengan system rolling. Sebanyak 5 tenaga kerja mengambil Half Day Work
dengan status part time (pekerjaan dan tugas sesuai kesepakatan pihak manager dan
pekerja). Dari system kerja part time ini bahwa sebanyak 3 tenaga kerja bekerja
pada pagi-sore hari dan 2 pekerja lainnya mengambil part time pada malam hari.
Setiap pekerja mengambil tugas masing-masing dalam kordinasinya dalam unit
kerja seperti pemberian pakan, pengontrolan penculture dan pengontrolan hama dan
penyakit, penyediaan pakan teripang, penyortiran juvenile teripang, pengadaan
benih. Kordinasi setiap tugas kerja langsung dari atasan (manager) sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan pada tiap-tiap waktunya. Sehingga dengan harapan satuan
tugas dan fungsi dapat tercapai dengan baik untuk mencapai hasil produk yang
memuaskan.
- Peraturan Kerja dan Klasifikasi Kerja
Peraturan kerja dibuat untuk membantu dalam tercapainya tujuan visi misi
perusahaan. Selain itu, peraturan kerja akan dapat menyadarkan bagi para tenaga
kerja dalam menjalankan tugas pokoknya dalam usaha pembesaran teripang ini.
Adapun gambaran umum dalam peraturan kerja dalam pembesaran teripang ini
seperti ketaatan pekerja terhadap tugas dan fungsinya dalam satuan kerja, disiplin
waktu dalam operasi kerja, mentaati segala perintah atasan dalam kordinasi
pekerjaan. Aturan kerja dalam usah pembesaran teripang ini dibuat dan disetujui
oleh semua perangkat perusahaan terutama oleh tenaga kerja lapangan. Sebelum
tenaga kerja diangkat sebagai tenaga kerja, proses yang dilakukan sebelum tenaga
kerja diresmikan sebagai tenaga kerja tetap adalah diberikan kesadaran dan ikrar
20

aturan kerja sehingga tenaga kerja yang diangkat dapat menyadari setiap aturan
yang sudah tertulis jelas dalam aturan kerja.
b. Desain pekerjaan atau desain penugasan
Desain pekerjaan atau desain penugasan merupakan sebuah pendekatan yang
menentukan tugas-tugas yang terkandung dalam suatu pekerjaan bagi tenaga kerja.
Desain pekerjaan atau desain penugasan dapat diartikan juga sebagai suatu
pendekatan tugas secara spesifik, yang ditetapkan menjadi suatu uraian tugas
(deskripsi) di antara pekerja pada perusahaan ini.
- Spesialiasi Tenaga Kerja
Spesialisasi tenaga kerja merupakan pembagian tugas secara khusus atau
special, yang dapat dilakukan dengan mengembangkan keterampilan karyawan,
mengurangi kerugian waktu sebagai akibat keengganan karyawan untuk melakukan
peralihan tugas, serta pelatihan untuk menggunakan peralatan secara special atau
khusus. Dalam usaha pembesaran teripang ini, semua pekerja bekerja sama dalam
menjalankan tugasnya. Spesifikasi tugas diberikan secara bergiliran untuk
menghadirkan semngat kerja pada setipa tenaga kerja minsalnya dalam pemberian
pakan, pengadaan pakan dan pengontrolan penculture.
- Pengembangan Tugas/Pekerjaan
Pengembangan tugas tenaga kerja dilakukan untuk dapat meningkatkan
kualitas kerja sehingga menungjang kegiatan produksi pembesaran tripang pasir.
Adapun pengembangan tugas atau pekerjaan dilakukanj dengan cara memperluas
tugas karyawan (job enlargement), melakukan mutasi tugas karyawan (job rotation),
memperkaya tugas karyawan (job enrichment), disertai dengan pemberdayaan
karyawan (employee empowerment).
Memperluas tugas (job enlargement) merupakan penambahan jenis tugas
yang bertujuan selain mengurangi sifat tugas yang monoton sehingga karyawan
menjadi jenuh, tujuan lainnya untuk menambah keterampilan karyawan (dexterity).
Perputaran tugas (job rotation) merupakan system pengembangan karyawan dengan
melakukan mutasi atau rotasi tugas, sehingga setiap tugas yang ada dalam
kelompok kerja dapat dikuasai, apabila suatu kurun waktu kemudian hari ada
promosi bagi karyawan tersebut tidak akan ragu-ragu lagi untuk mengatasi
persoalan yang dihadapinya. Pengayaan tugas (job enrichment) merupakan
21

memperkaya tugas karyawan dengan cara tertentu di dalam tugas yang sama.
Tujuannya adalah meningkatlan kepuasan kerja dan rasa percaya diri bagi
karyawan, serta dapat menciptakan efisiensi bagi perusahaan, artinya apabila tugas-
tugas yang ada dapat diselesaikan karyawan tersebut maka tidak diperlukan
penambahan karyawan untuk melakukannya.
Pemberdayaan pekerja (employee empowerment), merupakan proses
pendelegasian wewenang bagi karyawan dari atasan (manajer atau supervisor)
untuk mempersiapkan kerjanya. Pemberdayaan karyawan merupakan fungsi atasan,
seperti supervise dan pengarahan, serta motivasi bagi karyawan. Kepercayaan diri
di dalam kelompok (self- directed teams) merupakan proses pemberdayaan
karyawan untuk dapat bekerja sama di dalam kelompok, di dalam kesatuan target.
Pemberdayaan pekerja pada pembesaran teripang ini dilakukan seperti pemberian
pelatihan mengenai teknik pembesaran tripang yang baik guna memperluas
pengetahuan tentang peningkatan pengetahuan baru mengenai pembesaran tripang.
- Metode Analisis dan Studi Kerja
Di dalam menjalankan tugas karyawan, apakah pelaksanaan tugas dapat
menciptakan produktivitas kerja atau tidak, maka perlu diadakan analisis dan studi
kerja untuk mengetahui setiap permasalahan yang ada di dalam pelaksanaan tugas
karyawan, di samping untuk pengembangan prosedur dan keamanan kerja, juga
untuk meningkatkan kualitas kerja karyawan. Hal yang dipakai sebagai parameter
keberhasilan pekerja pada pembesaran tripang ini adlah dengan mengetahui nilai
yang diproleh pada hasil panen sebelumnya. Perbandingan panen yang terlihat
dapat dijadikan parameter untuk mengetahui kelayakan pekerjaan dari setiap
karyawan. Sehingga dengan hasil yang diproleh dapat kita jadikan bahan evaluasi
terhadap tugas pekerja dan mendesain pekerjaan yang lebih baik jika terdapat
kekurangan yang ditemukan maka harus segera diperbaiaki.
c. Visualisasi Tempat Kerja
Visualisasi tempat kerja merupakan langkah yang paling baik untuk
melakukan monitoring karyawan di tempat kerja, sekaligus untuk manganalisis
situasi di tempat kerja apakah sudah memadai atau masih dapat lebih ditingkatkan.
Tujuannya untuk meningkatkan komunikasi antar karyawan atau karyawan dengan
atasannya, dan karyawan dengan peralatan yang ada. Visualisasi di tempat kerja
22

dilakukan umpamanya di dalam penggunaan peralatan operasional, gambaran


tingkat persdiaan, gambaran cek-time untuk menyelesaikan suatu pekerjaan,
gambaran informasi kebutuhan persediaan setiap hari, gambaran monitor peralatan
dan mesin yang memerlukan bantuan karyawan, serta gambar prosedur kerja
operasional yang secara spesifik di tempat kerja.
d. Standar Tenaga Kerja (Labor Standards)
Standar tenaga kerja digunakan untuk tujuan:
1. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dalam pekerjaan karyawan, serta
pemanfaatan fasilitas operasional.
2. Untuk membuat forcasting, perencanaan, dan pengawasan.
Kedua tujuan standar tenaga kerja tersebut merupakan dasar untuk membuat
keputusan operasional.
e. Pengalaman Masa Lalu (Work Sampling)
Standar pekerja dapat diestimasi berdasarkan apa yang telah terjadi di masa
lalu yaitu berapa jam kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan.
Cara ini memiliki kelebihan karena relatif murah dan mudah didapatkan. Standar
seperti ini lazimnya didapatkan datanya dari kartu waktu atau dari data produksi.
Akan tetapi kelemahannya adalah tidak objektif dan tidak dapat diketahui
keakuratannya apakah kecepatan kerjanya layak atau tidak, dan apakah kejadian
yang tidak biasa sudah diperhitungkan atau belum. Oleh karena itu penggunaan
teknik ini tidak dianjurkan, maka tiga cara yang lain adalah yang dianjurkan.
Kepemimpinan

Kegiatan kepemimpinan adalah melakukan pengarahan dan mempengaruhi


aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari anggota kelompok. Kepemimpinan
memiliki tiga implikasi yang penting yaitu pertama kepemimpinan melibatkan
orang lain yaitu bawahan atau pengikut, kedua kepemimpinan mencakup distribusi
kekuasaan yang tidak sama antara pemimpin dan anggota kelompok, ketiga
kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk kekuasaan
dalam mempengaruhi perilaku pengikut melalui sejumlah cara.
Agar tujuan usaha pembesaran teripang pasir dapat tercapai maka model atau
gaya kepimpinan yang menjadi landasan adalah:
23

1. Karakter,pimpinan harus memiliki karakter yang kuat berpendirian mantap


sehingga dapat mengambil kebijakan berdasarkan pengalaman dan
pengetahuannya, meskipun bawahan ataupun orang sekitarnya memberikan
masukan-masukan namun keputusan yang tepat harus diambil berdasarkan
perhitungan yang telah ia lakukan.
2. Keteladanan, pimpinan harus memberi keteladanan dalam hal kedisiplinan,
ketegasan, kebersihan, kerapian dan keramah-tamahan.
3. Pengawasan melekat, pimpinan memberikan tugas, wewenang dan pengawasan
yang jelas terarah dan terukur sehingga dapat menggerakkan bawahan untuk
mencapai tujuan dengan baik.
4. Tidak otoriter, dapat menerima saran dan kritik dari bawahan atau pihak lain
yang berkompeten.
5. Bijaksana dan proporsional,pengambilan keputusan didasarkan pada kepatuhan
dan kepatutan terhadap perusahaan dan azas-azas kemnusiaan.
6. Melakukan pertemuan-pertemuan atau rapat kepada bawahan, baik pertemuan
harian (apel pagi), pertemuan mingguan dan bulanan.
7. Melakukan pelatihan bagi tenaga kerja yang belum mengetahui secara rinci
tugas-tuganya

Motivasi

Motivasi dibutuhkan untuk mendorong semangat kerja bawahannya akan


masa depan usaha pembesaran teripang yang akan dikembangkannya. Tujuan
pimpinan usaha untuk memberikan motivasi terhadap bawahannya adalah
bawahannya mau bekerja dengan semangat, tidak merasa terpaksa, mau
bekerjasama dalam tim, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya
upayanya. Beberapa indikator bawahan yang telah termotivasi adalah bawahan
semangat dalam bekerja, datang tepat waktu, kompak dalam timnya, mengerjakan
semua kerja dengan sungguh-sungguh dan akan merasa bangga jika ia telah berhasil
melakukan pemeliharaan dengan panen yang tinggi tingkat kelangsungan hidupnya
(SR) dan FCR yang kecil.
Dinamika motivasional yang dilakukan pimpinan usaha pembesaran teripang
di pen culture motivasinya dalam rangka mengarahkan kemampuan individu dan
dukungan organisasi untuk meningkatkan usaha untuk pencapaian kinerja yang
24

terbaik. Karena setiap pekerja pada usaha ini mempunyai beban dan tanggung
jawab yang berbeda, maka gaji yang diberikan pun tidak sama yaitu sebesar
2.000.000,00 untuk manajer produksi, 1.500.000,00 untuk bagian Administrasi dan
Keuangan, dan 1.200.000,00 untuk teknisi pembesaran. Pada saat musim panen tiba
dan hasil yang dipanen memuaskan maka untuk memotivasi pekerja, pimpinan
memberikan bonus kepada pekerja-pekerjanya.

Komunikasi

Komunikasi dalam kegiatan usaha sangat penting dalam pencapaian tujuan


organisasi. Komunikasi harus efektif antara pimpinan dan bawahan, bawahan ke
pimpinan dan antar bawahan. Fungsi dari komunikasi ini mempengaruhi antara lain
dalam kegiatan penyampaian strategi, tujuan, petunjuk, kebijakan organisasi dan
umpan baliknya atau sebaliknya dari bawah ke atas; menginformasikan
permasalahan, hasil yang telah dicapai, saran, pertanyaan, kebutuhan ataupun antar
rekan kerja; mengkoordinasikan permasalahan, kebutuhan, saran dan umpan balik.
Bentuk komunikasi yang dilakukan pimpinan usaha pembesaran ikan ini
adalah:
1. Komunikasi langsung, yaitu pesan disampaikan secara langsung oleh pimpinan
kepada bawahannya (terjadi secara langsung) dilakukan pada rapat rutin
bulanan untuk menyampaikan tugas dan pekerjaan yang harus dikerjakan.
Penyampaian dilakukan oleh pimpinan kepada semua bawahan.
2. Komunikasi dua arah, yaitu pembicaraan secara langsung antara pimpinan
dengan bawahan dan rekan kerja lain, untuk membicarakan keberadaan usaha
yang telah dilaksanakan maupun yang akan dilaksanakan (terjadi timbal balik).

Keterampilan Interpersonal

Keterampilan interpesonal adalah keterampilan yang diperlukan untuk


mendapatkan kehidupan yang berhasil. Keterampilan tersebut dapat dibagi menjadi
6 area utama, yaitu : tentang diri, keluarga, pekerjaan, komunitas, waktu senggang
(leisure) dan spiritualitas. Berikut ini beberapa keterampilan (skills) yang
dikategorikan oleh UNICEF sebagai communication dan interpersonal skills.
Pimpinan memiliki kemampuan interpersonal sesuai dengan bidang keahlian
yang tergambar dalam struktur organisasi. Pimpinan harus bisa mengendalikan
25

stess, memberikan pengaruh, memecahkan konflik, bisa melakukan negosiasi, dan


bijaksana ketika berinteraksi dengan pihak luar usaha seperti pihak yang akan
memberikan pinjaman untuk pengembangan usaha, pesaing usaha sama lainnya,
bawahannya, SDM tingkat tinggi dan rendah maupun laporan langsung
bawahannya. Pimpinan pun dapat mengatasi berbagai permasalahan dari internal
maupun eksternal dalam usaha.
Aplikasi untuk pengembangan keterampilan interpersonal yang akan
dilakukan adalah dengan mengikutsertakan personal pada pelatihan-pelatihan atau
seminar-seminar yang berkaitan dengan pengembangan diri dan membeli buku-
buku bacaan yang berisi tentang peningkatan atau pengembangan kemampuan
interpersonal.

Dinamika kelompok

Dinamika Kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau
lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu
dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami. Dinamika kelompok
hubungannya dengan produktivitas dapat diklasifikasi dari keterpaduan kelompok
dan norma pelaksanaan kerja.
Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain: membentuk kerjasama saling
menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup, memudahkan segala pekerjaan,
mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi
beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga selesai lebih cepat, efektif dan efesian
serta menciptakan iklim demokratis.

Inovasi dan Perubahan

Proses perubahan secara terencana pada suatu kegiatan usaha ditandai


dengan pembentukan perubahan yang dimulai dengan diagnosa meliputi
pengumpulan dan penyusunan data, yaitu unfreezing (menciptakan keinginan untuk
berubah) dilanjutkan dengan intervensi berupa tindakan changing (melaksanakan
perubahan), kemudian mengevaluasi dengan memberikan dukungan perubahan
yakni refreezing (stabilisasi perubahan) untuk mencapai hubungan akhir. Actuating
dalam inovasi dan perubahan kegiatan usaha adalah mengarahkan tindakan
pengendalian terhadap suatu usaha sesuai dengan pengendalian data hasil evaluasi
26

untuk melaksanakan perubahan baik dalam bentuk perencanaan, organisasi dan


pergerakan kegiatan usaha pembesaran teripang. Adapun bentuk standar
operasional tenaga kerja terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3. Standar Operasional Tenaga Kerja


Tindakan
Standar
Kegiatan Evaluasi
Operasional Ya Tidak
Pemecatan
dilakukan apabila
Perbaikan
Pemberian gaji pegawai tidak
Pembuatan penculture jika
Penculture dibuat tambahan bagi hadir tanpa
Penculture/penga ditemukan
sebanyak 5 dengan yang lembur pada pemberitahuan
ntian penculture kerusakan
luas 20x20. saat pembuatan yang jelas pada
yang rusak seperti jarring
penculture. saat proses
yang sobek.
pembuatan
penculture
Peringatan
Pengadaan pakan Pemberian dilakukan jika
Pengadaan
seperti kotoran motivasi untuk dalam pebuatan
pakan dilakukan
ayam dan dedak. mendorong pakan tidak
2 minggu
Persiapan pakan Pencampuran bahan semangat kerja maksimal.
sebelum
pakan dilakukan pegawai dengan Teguran lebih tiga
penebaran
ketika bahan sudah nuansa penuh kali, maka
dilakukan.
tersedia kekeluargaan manager berhak
memecat pegawai.
Benih disortir Peneguran
dengan ukuran dilakukan apabila
Pembelian benih Pencatatan kinerja
30-50 gram karyawan
Pengadaan dan dari pengumpul kerja karyawan
dengan terlambat atau
penebaran benih setelah itu benih dalam log book
kepadatan malas dalam
ditebar harian manager.
80.000 ekor per melakukan
penculture pekerjaan
Pemberian pakan
dengan mencampur Dorongan
Pemberian
dedak dan kotoran motivasi Karyawan yang
pakan dilakukan
ayam perbandingan dilakukan dan malas dan lalai
1 minggu dua
(1:1) lalu pemberian dalam tugas
Pemberian pakan kali. Apabila
dimasukkan ke apresiasi pada diberikan teguran
pakan habis
dalam karung yang karyawan yang dan peringatan
maka segera
diikat, kemudian bekerja dengan pemberhentian.
diberikan.
diberikan pada tiap- baik.
tiap pencultulture
Pengontrolan hama Diberikan Teguran dan
Perbaikan
seperti kepiting dorongan peringan lebih
Pengontrolan dilakukan
yang merusak jaring semangat setiap dari tiga kali
hama dan apabila terdapat
penculture saat pada pegawai kepada karyawan,
penyakit kerusakan pada
dilakukan setiap dalam melakukan maka dilakukan
penculture
saat. tugasnya. pemecatan.
Mencari
Pemanenan teripang yang
dilakukan secara membenamkan Pemberian gaji
Apabila ada
bertahap, sermua diri pada tambahan
karyawan yang
Panen karyawan bekerja substrat. dilakukan apabila
malas maka akan
sama pada saat Pemanenan jumlah panen
dipotong gajinya.
pemanenan dilakukan pada melebihi target.
dilakukan. saat surut air
laut.
27

d. Money (Modal)
Modal merupakan hal yang penting dalam menjalankan sebuah usaha.
Modal dibutuhkan dalam memenuhi biaya operasional, pengadaan barang dan
berbagai keperluan yang memerlukan anggaran. Modal biasanya berasal dari modal
pribadi, perusahaan lain dan bank atau lembaga simpan pinjam lainnya. Modal yang
akan digunakan dalam kegiatan budidaya teripang ini adalah modal pribadi yang
selanjutnya berasal dri modal saham, laba ditahan dan cadangan yang tersimpan.
Jika dalam menjalankan produksi ditemukan ketidakcukupan modal pribadi
(deficit) maka perlu dipertimbangkan pendanaan usaha yang berasal dari luar yakni
hutang (debt financing). Namun dalam pemenuhan anggaran, perusahaan harus
dapat memiliki alternatif-alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan ini akan
menjadi efisien apabila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal.
Modal yang akan digunakan dalam kegiatan budidaya teripang ini adalah sebesar
Rp 332.613.082,-.

e. Rantai Pasok

Rantai pasok (supply chain) merupakan aktivitas manajemen yang


menyediakan barang-barang (material) dan layanan (services), mengubah menjadi
barang setengah jadi dan barang jadi dan menyampaikannya melalui system
distribusi. Menurut Anwar (2006) Supply chain dapat didefinisikan sebagai
sekumpulan aktifitas (dalam bentuk entitas/fasilitas) yang terlibat dalam proses
transformasi dan distribusi barang mulai dari bahan baku paling awal dari alam
sampai produk jadi pada konsumen akhir. Rantai pasok pada budidaya teripang
dilakukan dengan peramalan permintaan pelanggan, membuat jadwal produksi
untuk memudahkan proses pengendalian, penyiapan jaringan, pemesanan
persediaan dari pemasok barang/material yang diperlukan baik berupa pakan, bibit
maupun alat yang digunakan dalam pembuatan pen culture. Selanjutnya dilakukan
pengelolaan persediaan dengan bahan mentah dan barang jadi kemudian
menjalankan proses produksi dengan metode yang telah ditentukan sebelumnya.
Setelah produksi, maka dilanjutkan dengan menjamin kelancaran transportasi
sumberdaya kepada pelanggan dan melacak aliran sumberdaya material, jasa,
informasi dan keuangan dari pemasok di dalam perusahaan. Dengan demikian,
28

maka rantai pasok akan memberikan dampak positif bagi perkembangan usaha
berupa kepuasan pelanggan, peningkatan pendapatan dan laba, menurunkan biaya,
pemanfaatan asset semakin tinggi dan akan berujung pada peningkatan skala usaha
yang semakin besar.

Pengepul Suplier Dedak Peternak Ayam Suplier Bahan

Benih Pakan Wadah

Proses Pembesaran

Penyedia Kayu Teripang hidup


Bakar

Pengeringan

Teripang Kering

Konsumen Pengepul

Gambar 6 Rantai Pasok Teripang Pasir

f. Manajemen Persediaan

Dalam memenuhi kebutuhan pasar akan teripang maka dilakukan dengan cara
pembesaran dengan menggunakan sistem pen culture selama masa pemeliharaan 6
bulan. Pembesaran teripang dilakukan di Kecamatan Pomala, Kabupaten Kolaka,
Sulawesi Tenggara ini. Benih yang digunakan pada kegiatan usaha budidaya
pembesaran teripang ini didapatkan dari nelayan pengumpul di sekitar peraiaran
Kab. Kolaka, untuk kemudian diadaptasi lalu kemudian dibesarkan dalam pen
culture. Benih teripang sebelum di tebar dalam pen culture dilakukan seleksi
29

keseragaman benih sebelum dilakukan penebaran. Pengumpulan benih dari nelayan


dilakukan dua minggu sebelum penebaran. Apabila jumlah benih yang dibutuhkan
kurang dari kuota maka benih didatangkan dari daerah di regional Sulawesi
Tenggara. Untuk benih yang berasal dari luar Kab. Kolaka, teknik pengangkutan
benih teripang yang dilakukan adalah dengan memasukkan teripang pada kantong
plastik ukuran 3 liter dengan media air dan pasir. Sebelumnya kantong plastik
digelembungkan untuk melihat apakah kantong tersebut bocor atau tidak (Rustam
2006).
Dalam pemeliharaan pembesaran teripang, pakan yang digunakan adalah
pakan yang bersumber dari daun lamun yang ditumbuk dan ulva. Pemberian pakan
tambahan dari bahan baku berupa dedak yang dibeli langsung dari toko-toko
pertanian, sedangkan untuk kotoran ayam dibeli pada rumah usaha pembesaran
ayam. Bahan baku pakan disuplai setiap satu bulan sekali untuk mencegah rusaknya
bahan baku pakan tersebut. Apabila bahan baku pakan sulit untuk didapatkan, dapat
didatangkan dari daerah lain sehingga ketersediaannya dapat kontinyu.

3. Proses Pembesaran

a. Skala Produksi

Skala produksi merupakan cakupan dari rangkaian proses produksi yang


dilakukan meliputi jenis produk yang akan diproduksi, jumlahnya, permintaan dan
pelaksanaannya yang diikuti dengan pengawasan, alat pengendaliannya, strategi,
anggaran, sarana prasarana dan pemasaran. Keseluruhan aktitas tersebut merupakan
skala produksi yang menjadi satu kesatuan dan saling mempengaruhi. Dalam
menetapkan skala produksi pada budidaya teripang, maka hal penting yang perlu
diperhatikan adalah pada saat perencanaan dilakukan. Perencanaan perlu
mempertimbangkan segala bentuk asumsi yang kemungkinan akan mempengaruhi
proses produksi. Jenis produk berupa teripang yang ditargetkan dapat diproduksi
sebanyak 720 kg/tahun berat kering dari 4 pen culture dengan panen parsial
disesuaikan dengan jumlah permintaan pasar yang juga semakin meningkat
pertahunnya. Dengan demikian, pemanfaatan alat pengendalian dan pengelolaan
anggaran dapat dilakukan secara kontinu dan tepat untuk pemaksimalan output.
30

b. Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi dapat diartikan sebagai jumlah maksimum output yang


dapat diproduksi atau dihasilkan dalam satuan waktu tertentu. Untuk meningkatkan
kapasitas produksi maka harus melihat kebutuhan pasar pada masa mendatang
terhadap suatu produk. Dalam menigkatkan kapasitas produksi maka diperlukan
suatu rencana untuk mengembangkan produksi, karena hal tersebut merupakan
sesuatu yang harus dilakukan agar dapat mencapai suatu keuntungan maksimal di
masa mendatang (Suparjo dan Prabowo 2012). Dalam budidaya teripang, kapasitas
produksi bisa mencapai 7.200 kg berat basah per siklus. Dari luas pen culture 20x20
meter sebanyak 5 buah pen culture, dengan asumsi pemanenan 200-250 gram
persiklus (6 bulan) dan tingkat kelangungan hidup 90%, maka setiap pen culture
bisa memproduksi 1.440 kg/400 m2 berat basah atau 144 kg berat kering.
Upaya peningkatan kapasitas produksi bisa dilakukan dengan menganalisa
kebutuhan pasar dimasa mendatang, dimana menurut data KKP (2011) permintaan
teripang terus meningkat, namun produksi hanya mencapai 20.000 ton pertahun.
Dengan rencana pengembangan tersebut, diharapkan bisa meningkat dari 7.200 kg
per siklus menjadi 14.400 kg per siklus, dengan masa pemeliharaan selama 6 bulan
per siklus, bobot rata-rata teripang 200 gr/ekor.

c. Jadwal Produksi
Jadwal produksi diperlukan untuk mengetahui jenis tahapan demi tahapn
yang akan dikerjakan. Jadwal produksi pada budidaya teripang ini dibuat per siklus
6 bulan untuk memudahkan proses pengontrolan dan mendetailkan target kegiatan
(Lampiran 1).

d. Pola Tanam dan Panen


Pola tanam dipengaruhi oleh berbagai factor diantaraya iklim, musim dan
ketersediaan stok. Teripang merupakan hewan avertebrata yang pola
pertumbuhannya berlangsung sepanjang tahun karena pemijahannya berlangsung
sepanjang tahun (Sulardiono 2011). Maka pola tanam budidaya teripang dilakukan
setiap 1 bulan sekali dengan memanfaatkan jumlah pen culture sebanyak 5 buah.
Masing-masing pen culture menampung 8.000 ekor bibit dan dengan jumlah 5 pen
culture, maka target produksi bias mencapai 40.000. Berdasarkan lama produksi
31

persiklus, maka dalam satu pen culture dapat dilakukan pemanenan 1 kali/bulan
setelah 6 bulan siklus pertama, dan nantinya akan diperoleh hasil produksi setiap 1
bulan secara bergantian per pen culture (Lampiran 2).
Proses pemanenan dilakukan dengan panen total. Panen total yakni
pemnanenan yang dilakukan dengan memanen semua teripang, pemanenan dapat
dilakukan setelah ukuran teripang berkisar antara 4 6 ekor per kg (market size).
Untuk mencapai ukuran tersebut biasanya teripang dipelihara selama 6 bulan,
dengan survival rate yang dicapai kurang lebih 80-90% dari total penebaran awal.
Panen dilakukan pada pagi hari sewaktu air sedang surut dan sebelum teripang
membenamkan diri. Panen dilakukan beberapa kali karena banyak yang
membenamkan diri dalam pasir atau lumpur. Untuk mengetahui apakah teripang
sudah terpanen semuanya, dilakukan pengecekan pada air pasang, karena teripang
senang keluar dari persembunyiannya setelah air pasang.

e. Manajemen Stok
Manejemen stok ditujukan untuk mengatur persiapan benih sebelum
penebaran, sehingga keselurhan produksi dapat berlangsung sesuai yang
direncanakan. Pengadaan stok dilakukan seminggu pada bulan sebelum
dilakukannya penebaran, aktifitas pengadaan terdiri dari pemesanan, pembelian,
pengangkutan dan aklimatisasi. Pengadaan stok pada penculture 1 (P1) dilakukan
sebelum bulan pertama, penculture 2 (P2) sebelum bulan kedua dan seterusnya
hingga penculture 5 (P5). Jumlah penebaran adalah 8.000 ekor/media (400 m2),
ukuran 30-50 gram, dengan lama pemeliharaan 6 bulan dan SR 90%. Pemanenan
dilakukan setelah cukup 6 bulan setiap penculture, sehingga pemanenan dapat
dilakukan setiap bulan. Panen akan diperoleh 1.440 kg berat basah
teripang/penculture/siklus (Lampiran 3).

3. Output

a. Nilai Tambah
Nilai tambah (value added) adalah kegiatan atau langkah-langkah dalam
proses produksi yang dilakukan untuk menambah atau mengubah suatu produk agar
memiliki nilai tambah. Pada budidaya teripang ini, nilai tambah dilakukan dengan
32

pengelolaan pascapanen. Pengelolaan teripang pascapanen dilakukan dengan


pembuatan teripang kering dengan pengasapan.

Gambar 7 Hasil Pengolahan teripang pascapanen

Beberapa tahapan yang dilakukan dalam pengolahan teripang hingga siap


untuk dipasarkan menurut Rustam (2006) adalah sebagai berikut:

Teripang hasil panen dicuci terlebih dahulu dengan air bersih, kemudian
direndam dengan air campuran daun pepaya selama kurang lebih 15 menit.
Rendaman ini dimaksudkan untuk melarutkan zat kapur pada bagian kulit luar
teripang.
Teripang yang sudah di rendam dengan air campuran daun pepaya dibersihkan
dengan cara mengelupas kulit bagian luarnya (zat kapur).
Selanjutnya teripang direbus sampai mendidih selama 1 jam, lalu didinginkan
sambil ditiriskan airnya.
Setelah dingin, teripang dibelah pada bagian abdomennya untuk mengeluarkan
isi perutnya. Pada saat pembedahan diusahakan agar tidak banyak melukai otot-
otot bagian tubuh teripang.
Setelah isi perut dikeluarkan, maka teripang siap untuk dipanggang dengan cara
pengasapan hingga kering.
Lama pengasapan berkisar antara 3-5 jam, setelah itu teripang diikat kembali
agar bekas pembedahan pada bagian abdomen tertutup kembali.
33

Teripang yang sudah diikat siap untuk dipacking dan proses pengemasannya
perlu diperhatikan beberapa hal seperti bahan pengukus harus bersih, kering dan
tidak mudah sobek

Penyimpanan produk hasil olahan teripang sebaiknya ditempatkan pada


tempat yang betul-betul kering dan tidak lembab. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari rusaknya atau penurunan mutu dari teripang olahan tersebut. Kualitas
produk olahan teripang yang kurang baik akan mempengaruhi harga pada tingkat
kolektor atau eksportir. Selain pengelolaan menjadi teripang kering, teripang juga
bias diolah menjadi makanan jadi baik kerupuk teripang, bakso teripang dan
beberapa jenis makanan lainnya yang dapat meningkatkan harga jual.

b. Distribusi dan Pemasaran


Distribusi adalah suatu proses penyampaian barang atau jasa dari produsen
ke konsumen, sewaktu dan dimana produk tersebut diperlukan. Distribusi adalah
salah satu aspek dari pemasaran, distribusi juga dapat diartikan sebagai kegiatan
pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang
dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan
yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan). Distribusi
teripang dapat dilakukan langsung maupun tidak langsung. Secara langsung,
konsumen bisa mengakses penjualan teripang di lokasi budidaya dan melakukan
pemesanan (ordering). Sedangkan proses ditribusi tidak langsung dapat dilakukan
melalui perantara kolektor atau pengepul, yang selanjutnya bias dijual atau
disampaikan ke pasar dalam negeri maupun ekspor.

Produksi Sebagai Fungsi Organisasi


1. Produktivitas
Secara teknis produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil yang
dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang diperlukan (input).
Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai
dengan peran tenaga kerja persatuan waktu (Riyanto 1986). Produktivitas
merupakan suatu ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya sumber daya diatur
dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal (Herjanto 2007). Menurut
Budiwati (1985), produktivitas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan
34

suatu industri dalam menghasilkan barang atau jasa. Sehingga semakin tinggi
perbandingannya, berarti semakin tinggi produk yang dihasilkan. Ukuran-ukuran
produktivitas bisa bervariasi, tergantung pada aspek-aspek output atau input yang
digunakan sebagai dasar pengukurannya. Ada dua macam alat pengukuran
produktivitas, yaitu:
a. Physical productivity, yaitu produktivitas secara kuantitatif seperti ukuran (size),
panjang, berat, banyaknya unit, waktu, dan biaya tenaga kerja.
b. Value productivity, yaitu ukuran produktivitas dengan menggunakan nilai uang
yang dinyatakan dalam rupiah, yen, dollar dan seterusnya (Ravianto 1986).
Dalam budidaya teripang produktivitas dapat ditingkatkan dengan
memaksimlkan output dan meminimalkan input melaui peningkatan produksi
dengan sumberdaya yang sama, produksi yang sama namun menggunakan
sumberdaya yang kuran atau dengan produksi yang besar dengan sedikit
penambahan sumberdaya. Jika dibandingkan antara peneluaran dan pendapatan,
maka diketahui bahwa pada kegiatan budidaya teripang ini produktivitas 4,5.
Manfaat dari diketahuinya nilai produktivitas secara organisasi yakni perusahaan
dapat menilai efisiensi konversi sumberdaya aggar dapat meningkatkan
produktivitas melalui efisiensi penggunaan sumberdaya. Selain itu perencanaan
sumberdaya akan lebih efektif dan efisien, baik dalam perencanaan jangka pendek
maupun panjang. Penggunaan produktivitas terus-menerus akan memberikan
informasi yang bermanfaat untuk menentukan dan mengevaluasi kecendrungan
perkembangan produktivitas perusahaan dari waktu ke waktu.

2. Efisiensi

Efisiensi merupakan komponen-komponen input yang digunakan seperti


waktu, tenaga dan biaya dapat dihitung penggunaannya dan tidak berdampak pada
pemborosan atau pengeluaran yang tidak berarti (Adisasmita 2011). Efisiensi dalam
produksi merupakan perbandingan antara output dan input, berkaitan dengan
tercapainya output maksimum dengan sejumlah input. Jika rasio output besar maka
efisiensi dikatakan semakin tinggi. Untuk mengukur tingkat efisiensi, diperlukan
informasi mengenai estimasi input yang digunakan dan estimasi output yang
dihasilkan, kemudian membandingkan antara input dan output tersebut. Efisiensi
35

juga dapat dilihat sebagai produktifitas yaitu perbandingan antara output dan input
(Risandewi 2013).
Menurut Mardiasmo (2009) dalam Risandewi (2013) efisiensi berhubungan
erat dengan konsep produktivitas. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan
menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang
digunakan (cost of output). Pada kegiatan budidaya teripang ini, indikator efisiensi
menggambarkan hubungan antara masukan sumberdaya oleh biaya variable dan
biaya tetap. Selain itu juga ditinjau dari sumberdaya suatu unit organisasi
(misalnya: staf, upah, biaya administratif) dan keluaran yang dihasilkan. Indikator
tersebut memberikan informasi tentang konversi masukan menjadi keluaran (yaitu:
efisiensi dari proses internal).

3. Maksimasi Output dan Minimalisasi Input

Konsep efisiensi dapat dilihat melalui 2 hal, yaitu konsep minimisasi input
dan konsep maksimisasi output. Dalam konsep minimisasi input, yang menjadi
tujuan adalah anggaran/belanja yang minimum, sedangkan fungsi kendalanya
adalah output/utility. Sementara itu, dalam konsep maksimisasi output yang
menjadi tujuan adalah output/utility yang maksimum sedangkan fungsi kendalanya
adalah anggaran atau belanja (Nicholson 1995). Dalam budidaya teripang,
minimalisasi input dapat dilakukan dengan meningkatkan SR benih, SGR teripang
dan efisiensi pakan. Sedangkan pada pascapanen minimalisasi input dilakukan
dengan pemilihan kayu bakat yang lama pakai dan meningkatkan FCR (Gambar 7).

Pembesaran:
- Survival Rate
- SGR
- Efisiensi
Pakan

Usaha budidaya - Keuntungan


Produktivitas - Skala usaha
Teripang - Efisiensi

Pascapanen
- Kayu bakar
- FCR
Gambar 8 Kerangka proses minimalisasi input
36

IV. KEBIJAKAN PENGENDALIAN


Pengendalian Preventif
Pengendalian preventif dilakukan sebelum terjadinya produksi untuk
mencegah terjadinya kerugian saat produksi. Pencegahan preventif diperlukan pada
saat proses perencanaan awal melalui pembentukan asumi-asumsi kerja dan
prediksi solutif pada permasalahan yang diduga muncul dalam proses produksi.
Mempelajari kondisi lokasi yang akan digunakan dalam produksi secara fisika,
kimia, dan biologinya.
Pencegahan kerusakan media dengan mempersiapkan stok atau cadangan dari
bagian-bagian pen culture, karena seringkali hempasan ombak, hama dan factor
lain merusak kondisi media.
Menjamin ketersediaan benih dan pakan secara kintinyu, agar kegiatan produksi
dapat secara berkelanjutan dilakukan.
Merekrut tenaga kerja yang memiliki pengalaman kerja untuk memudahkan
peningkatan kinerja.
Melakukan sosialisasi bersama masyarakat seputar kehadiran lokasi budidaya,
agar tidak terjadi benturan kepentingan utamanya dari sesame pembudidaya.
Membangun jaringan pasar yang siap menerima hasil produksi, agar sewaktu-
waktu jika produksi lebih awal dilakukan akan dengan mudah mengakses pasar.
Menyiapkan langkah solutif lainya yang mencegah terjadinya kerugian.

Pengendalian Pemantauan
Dalam mengkaji kelayakan suatu kegiatan perlunya sistem atau manajemen
yang terkendali, sehingga apa yang diprogramkan dalam sistem kegiatan tersebut
memberikan kontribusi yang layak untuk dikembangkan. Dengan demikian perlu
sistem-sistem tersebut diinterpretasikan dengan konsep yang jelas dan
ankuntabilitas, sehingga apa yang disusun berdasarkan pedoman pelaksanaan
tercapai dan terwujud. Berikut gambaran monitoring dan evaluasi terhadap input,
proses dan output dalam saha pembesaran teripang.
Pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang
sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan
pelaksanaan dengan standar, menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan
37

antara pelaksanaan dan standar, kemudian mengambil tindakan pembetulan yang


diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka
mencapai sasaran (Suharto 1995). Proses pengendalian produksi kegiatan
akuakultur harus dilakukan terhadap input produksi, proses produksi dan output
produksi, dimana proses pengendalian dilakukan berdasarkan poin-poin sebagai
parameter, standar, indikator, monitoring, hasil, evaluasi dan perbaikan (Lampiran
4).
Pengendalian Revresif
Pengedalian represif dilakukan jika seluruh proses selesai dikerjakan. Dalam
pengendalian represif, kerugian atau kesalahan telah terjadi diperbaiki dan diolah
secara evaluatif untuk memperbaiki berbagai kesalahan-kesalahan kerja. Sebagai
contoh pemberian teguran bagi tenaga kerja yang kinerjanya tidak sesuai dengan
standar yang telah ditentukan. Hal ini dimaksudkan agar kesalahan yang sama tidak
akan terjadi selanjutnya. Pengendalian represif ini akan menentukan keberlanjutan
dari proses produksi selanjutnya.
Tabel 4 Pengendalian Preventif, Pemantauan dan Revresif
Standar Tindakan
Uraian Evaluasi
Operasional Ya Tidak
Kedalaman air Kurang dari Menetapkan
Mencari lokasi
0,5 1,0 m 0,5 1,0 m sebagai lokasi
yang memenuhi
pada saat surut pada surut pembesaran
syarat
terendah terendah teripang
Kualitas air
(suhu 24-30oC,
Menetapkan
salinitas 29-32 Kurang dari Mencari lokasi
sebagai lokasi
ppt, DO 4-8 kisaran yang yang memenuhi
pembesaran
ppm, pH 7-8, ditentukan syarat
teripang
kec. Arus 0,3-
0,5 m/detik)
Kelayakan
Topografi
lokasi
dasar perairan
Menetapkan
landai, terdiri Tidak terdapar Mencari lokasi
sebagai lokasi
Input dari pasir. topogrfi yang yang memenuhi
pembesaran
(Preventif) Pecahan ditetapkan syarat
teripang
karang dan
terdapat lamun
Tidak terdapat
Kemudahan Menetapkan
signal telpon Mencari lokasi
komunikasi sebagai lokasi
genggam dan yang memenuhi
dan pembesaran
sulitnya akses syarat
transportasi teripang
mobil
Mensuplay benih
Bobot benih Stok benih Digunakan
sesuai kebutuhan
Benih antara 30 50 tidak dalam proses
dengan membeli
gr per ekor mencukupi pemeliharaan
dari luar daerah
Menggunakan Diaplikasikan Memesan bahan
Kekurangan
Pakan campuran pada teripang baku dari luar
salah satu atau
antara kotoran yang dibesarkan daerah
38

ayam dan seluruh bahan sesuai dengan


dedak (1:1) baku pakan kebutuhan
Pakan dapat
Terdapat Jauh dari didatangkan 1 Manajemen stok
disekitar lokasi lokasi dan minggu lebih dini
budidaya terbatas sebelum dilakukan
pemberian
Pembuatan pen Penculture
culture dapat tidak dapat Perlu mengganti
dilakukan dan dibuat dan Produksi dapat lokasi dan
Penculture
bahannya bahannya dilaksanakan memesan bahan
mudah didangkan dari dari luar daerah
didapatkan jauh
Melanjutkan
Menganalisa
proses
kelayakan lokasi
pembesaran,
SR kurang (kualitas air,
SR SR 90% dan berupaya
dari 90% dsb), serta
untuk
jumlah pakan
meningkatkan
yang diberikan
SR teripang
Melanjutkan Mengevaluasi
Pemberian
proses jumlah pakan
pakan setiap 2 Jumlah pakan
pembesaran, yang diberikan
Pakan minggu sekali yang diberikan
serta melakukan agar mencukupi
(15 kg kurang
peningkatan kebutuhan
pakan/50 m2)
mutu pakan nutrien teripang.
Teripang Terdapat Teripang diberi
terhindar dari perubahan tindakan khusus
Proses Pengecekan
penyakit dan fisiologis dan Produksi berupa karantina
(Pemantauan) hama dan
hama berupa warna, dilanjutkan dan hama
penyakit
crustacean dan terdapat hama dibuang ke luar
molusca dalam media media
Kualitas air
Mengamati
(suhu 24-30oC,
tingkah laku dan
salinitas 29-32 Kurang dari
Produksi terus jika ada indikasi
Kualitas Air ppt, DO 4-8 kisaran yang
dilanjutkan kematian,
ppm, pH 7-8, ditentukan
dilakukan panen
kec. Arus 0,3-
dini
0,5 m/detik)
Terdapat
Melakukan
Tampak baik kerusakan baik Produksi dapat
perbaikan
Penculture dan tidak ada jarring rusak terus
penculture
kerusakan dan kayu dilanjutkan
secepat mungkin
patah
Ukuran
4 6 ekor/kg Mengevaluasi
teripang pada
Ukuran/bobot atau 200 Melanjutkan kualitas air, serta
saat panen
teripang gr/ekor usaha jumlah pakan
kurang dari
(market size) yang diberikan.
200 gr/ekor
Periode
Output Setiap ekor Lebih dari 20
Melanjutkan pengeringan
(Refresif) Pengeringan memiliki berat gram/kurang
usaha ditambah/periode
kering 20 gram dari 20 gram
dikurangi
Penerimaan Penerimaan
Melakukan
Pemasaran mencapai Rp kurang dari Rp Melanjutkan
perbaikan
Teripang 1.080.000.000 1.080.000.000 usaha
kualitas,
/siklus /siklus
39

V. KEBIJAKAN FINANSIAL

Kebijakan Finansial mengarah pada sumberdana yang akan digunakan,


jumlah dana dan alokasinya pada produksi. Sumberdana berasal dari dana probadi
yang apabila mengalami kekurangan, maka akan dilakukan peminjaman berangsur
di bank. Sedangkan jumlah yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 478.688.000 untuk
biaya investasi, Rp 112.560.000 untuk biaya variabel dan Rp 210.053.000 untuk
biaya tetap. Untuk alokasi penggunaan anggaran dapat dilihat pada Gambar 9.

26%
biaya investasi
biaya variabel
60% biaya tetap
14%

Gambar 9 Alokasi dana

Analisis Usaha
a. Asumsi Dasar
Dalam usaha budidaya teripang ini dilakukan asumsi-asumsi dasar guna
perkembangan dan peningkatan produksi dimasa mendatang.
1. Usaha dimulai dari pembesaran untuk jenis teripang pasir dan perhitungan
dilakukan satu siklus 6 bulan dengan target produksi 7,2 ton/siklus.
2. Produk hasil dari proses produksi ini adalah teripang kering seberat 720 kg
3. Analisis usaha yang dilakukan terhadap usaha budidaya teripang mengacu pada
kriteria:
Ukuran penkultur seluas 20 m x 20 m/kolam (400 m2)
Jumlah penkultur 5 buah (2000 m2)
Padat tebar 15-20 ekor setiap m2
Size 20-30 gram/ekor
Kebutuhan bibit 40.000 ekor, survival rate 90%
40

Ukuran panen 200 gram/ekor


Produksi 7200 kg (basah) atau 720 kg (kering)
Lama pemeliharaan 6 bulan per siklus
Sarana budidaya bertahan untuk 4 kali siklus produksi

b. Pembiayaan
Dalam kegiatan produksi terdapat beberapa jenis biaya yang dikeluarkan,
seperti biaya investasi, biaya tetap, dan biaya variabel. Biaya investasi dikeluarkan
diawal usaha, umumnya memiliki umur pakai lebih dari satu tahun. Biaya tetap
merupakan biaya yang pasti dikeluarkan selama satu tahun tanpa memperhatikan
masa produksi. Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan setiap kali
melakukan produksi.
Biaya Investasi dan Biaya Penyusutan
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan ketika pertama kali usaha
akan didirikan. Biaya investasi mempunyai umur barang lebih dari 1 tahun. Biaya
penyusutan adalah biaya yang dikeluarkan dari alokasi biaya investasi untuk
memelihara komponen-komponen investasi
Tabel 5 Rincian biaya investasi dan penyusutan pembesaran teripang
Analisa Analisis usaha
Analisa Usaha 1 Tahun
Harga
Uraian Jumlah Total Umur Eko Penyusutan
satuan
Rp. Rp.
Angka Satuan tahun Rp. 1.000
1.000 1.000
Output
Pengeluaran Produksi Teripang Penyusutan
Investasi (I)

1 Perizinan Usaha 1 Paket 120.000 120.000 4 30.000

2 Pen culture Poin 1-5 354.360


3
Kayu/Patok 120 m 250 30.000 2 15.000
Jaring 60.000 Meter 5 300.000 2 150.000
Paku/Mur 1.200 Kg 4.5 5.400 2 2.700
Tali nilon 3 48 Kg 20 960 2 480
Tali nilon 7 1200 Kg 15 18.000 2 9.000
Perahu 8 Buah 5000 40000 10 4.000
Alat sampling 1 Paket 80.000 80.000 6 13.333,3
3 Peralatan Poin 1-5 55.800
Pisau 48 lusin 50 2.400 2 1.200
Alat pengasapan 24 unit 200 4.800 2 2.400
41

Drum 96 buah 350 33.600 2 16.800


Ember 240 buah 50 12.000 2 6.000
Para-para 24 unit 125 3.000 2 1.500
4 Rumah
Poin 1-8 48.528
Pengolahan
Lahan 100 m2 20 20.000 0 0
Kayu kaso 24 kubik 185 4.440 4 1.110
Paku 5 cm 360 Kg 25 9.000 4 2.250
Paku 12 cm 360 Kg 17 6.120 4 1.530
Paku seng 72 Kg 32 2.304 4 576
Papan 24 kubik 325 7.800 4 1.950
Seng plat 120 M 13 1.560 4 390
Atap seng 8 kaki 288 lembar 33 9.504 4 2.376
Panci perebusan 120 buah 65 7.800 2 3.900
Total
Total Investasi 478.688 319.577
penyusutan

Biaya Variabel
Biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan
seiring lajunya proses operasional produksi.
Tabel 6 Rincian biaya variabel
1 Siklus (6 bulan)
Harga
Uraian Jumlah Satuan/ Total
siklus
Volume Satuan (Rp) (Rp)
Biaya Variabel (VC)
1 Benih
1 Benih Teripang 40.000 ekor 2.000 80.000.000
2 Pakan
1 Dedak 3.600 kg 1.800 6.480.000
2 Kotoran ayam 3.600 kg 1.500 5.400.000
3 Karung 480 buah 1.000 480.000
3 Pascapanen
1 Kayu bakar 50 kubik 1.200.000 60.000.000
2 Tenaga kerja pascapanen 8 orang 1.000.000 40.000.000
Total Biaya Variabel (VC) 112.560.000

Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan selama satu tahun dengan ada
atau tidaknya laju produksi pembesaran. Biaya tetap tidak berubah dengan adanya
pertambahan volume produksi.
42

Tabel 7 Rincian biaya tetap


1 Tahun (12 Bulan)
Harga
Uraian Jumlah Total
satuan
Angka Satuan (Rp) (Rp)
Biaya Tetap (FC)
Penyusutan 30 paket 53.082 53.082
Pemeliharaan
1 Pen culture 120 paket 500.000 60000000
Tenaga Kerja
1 Manajer Produksi 12 bulan 2.000.000 24.000.000
2 Kepala Bidang Umum 12 bulan 1.500.000 18.000.000
3 Kepala Bidang Pascapanen 12 bulan 1.500.000 18.000.000
4 Kepala Bidang Produksi 12 bulan 1.500.000 18.000.000
bulan 1.000.000 72.000.000
5 Tenaga kerja 12
(6 orang)
Total Biaya Tetap 210.053.082

c. Penerimaan

Penerimaan dihitung per tahun yang diperoleh dari hasil penjualan benih
selama satu tahun yang dikonversikan dengan harga jual benih. Dengan target benih
720 kg berat kering ukuran 200 gram/ekor dengan harga Rp 1.500.000/kg

Penerimaan: Hasil Panen = 720 kg


Harga Jual = Rp 1.500.000/kg
Penerimaan = Hasil Panen x Harga Jual
= 720 kg x Rp 1.500.000
= 1.080.000.000
d. Analisis Manfaat

Keuntungan adalah perbedaan antara penerimaan keseluruhan dengan biaya


keseluruhan, dimana besarnya akan menjadi maksimum apabila selisih antara
kedua variabel tersebut semakin besar. Analisis keuntungan pembesaran teripang
ini meliputi jumlah biaya produksi, jumlah keuntungan, Break Event Point (BEP),
R/C Ratio, Payback Period, dan Harga Pokok Produksi (HPP).

Jumlah Biaya Produksi


Biaya produksi atau biaya total merupakan jumlah pengeluaran dari biaya
tetap dan biaya variabel pembesaran teripang.
Total Biaya = Biaya tetap + Biaya Variabel
= Rp 210.053.082 + Rp 122.560.000
= Rp 332.613.082
43

Jumlah Keuntungan
Jumlah keuntungan adalah keuntungan bersih yang didapatkan oleh
perusahaan pembesaran teripang setelah penerimaan dikurangi biaya produksi.
Keuntungan = Penerimaan Total Biaya
= Rp 1.080.000.000 - Rp 332.613.082
= Rp 747.386.918

Tabel 8 Analisa Manfaat


No Item Volume Harga (Rp) Total (Rp)
1 Penerimaan per siklus 720 kg 1.500.000 108.000.000
2 Biaya Investasi 319.577.000
- Penculture 1 paket 474.360.000 474.360.000
- Lahan 100m2 20.000.000 20.000.000
- Peralatan 1 paket 55.800.000 55.800.000
- Rumah Olah 1 paket 48.528.000 48.528.000
3 Biaya Variabel 112.560.000
- Benih Teripang 40.0000 2.000 80.000.000
- Pakan 480 4.300 12.360.000
- Kayu Bakar 50 1.200.000 60.000.000
4 Biaya Tetap 210.053.082
- Perawatan Penculture 30 paket 500.000 60.000.000
- Tenaga Kerja 10 orang 7.500.000* 150.000.000
5 Keuntungan Bersih 747.386.918
Harga Pokok Produksi
6 461.962,6139
(HPP)
Imbangan Penerimaan
7 3,247
Biaya (R/C ration)
Break Even Point
8 140,03
Produksi (BEP) (unit)
Break Even Point Harga
9 265.367.453,46
(BEP) (Rp)
Jangka waktu
10 pengembalian modal 0,640482177
(PP)
11 Keuntungan Bersih 747.386.918
*Tiap tenaga kerja memiliki gaji yang berbeda

Perencanaan Finansial
Analisis finansial dilakukan dengan terlebih dahulu mengelompokkan
komponen yang termasuk manfaat dan komponen biaya untuk menyusun aliran
tunai (cash flow). Penyusunan bermaksud untuk mengetahui kelayakan investasi
secara finansial dan berapa manfaat bersih (net benefit) yang diperoleh. Biaya
44

kegiatan pada budidaya teripang ini adalah biaya investasi, biaya tetap dan biaya
variable sebagaimana yang telah dipaparkan diatas. Setelah manfaat dan biaya
diketahui dan disusun dalam suatu cashflow, kemudian nilai akan didiskonkan
menurut tingkat diskonto tertentu. Akhirnya untuk mengetahui kelayakan finansial
budidaya teripang dilakukan instrumen yang meliputi Payback Period, NPV (Net
Present Value), Gross B/C Ratio, IRR (Internal Rate of Return), Profitability Indeks,
Break Event Point dan Return On Investment.

a. Asumsi Dasar
1. Umur proyek adalah 10 tahun dan pengusaha menggunakan sumber modal
sendiri
2. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito pada
bulan April 2015 sebesar 7,50%.
3. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama yakni 2015
4. Agar lebih realistis maka semua harga input dan investasi diasumsikan naik
sebesar 1% per tahun, kecuali upah tenaga kerja dan biaya listrik naik 2%
pertahun.
5. Volume produksi dan harga output diharapkan naik sebesar 1% pertahun.
Umur proyek 10 tahun. Tingkat diskonto rata-rata 17%, walaupun rata-rata ini
cenderung meningkat sekitar 1-2%. Ini adalah asumsi untuk mengantisipasi
kenaikan suku bunga SBI atau deposito jangka waktu 10 tahun ke depan.
b. Analisis Hasil Inflow
Pada usaha pembesaran teripang ini, arus penerimaan diperoleh dari hasil
penjualan teripang kering. Selain dari nilai penjualan teripang, penerimaan juga
diperoleh dari nilai sisa biaya investasi berupa lahan dan peralatan. Jumlah media
5 set sebesar 20x20 meter. Satu buah penculture dapat memuat 8.000 bibit teripang,
dan dapat menghasilkan berat 200 gram/ekor. Sehingga pemanenan dapat
dilakukan dalam 6 bulan dan dengan hasil 1.440 kg. Sehingga jika dalam 5
penculture bias diperoleh 7.200 kg atau 720 kg berat kering. Produksi teripang pada
tahun pertama adalah 10.080 ekor yang diperoleh dari hasil produksi sebanyak 7
kali dimana tiap produksi menghasilkan 1.440 kg. Untuk tahun kedua sampai tahun
ke-10, total produksi benih sebanyak 17.280 kg yang dihasilkan dari 2 kali periode
produksi dengan jumlah produksi tiap periode adalah 8.640 kg, dan bila dikonfersi
45

menjadi teripang kering menjadi 864 kg. Jumlah produksi per tahun dan nilai dari
penjualan teripang disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Teripang Air Tawar


Jumlah
Harga Satuan
Tahun Ke Produksi Nilai (Rp)
(Rp/Kg)
(Kg)
1 10.080 1.500.000 15120000000
2 17.280 1.500.000 25920000000
3 17.280 1.500.000 25920000000
4 17.280 1.500.000
25920000000
5 17.280 1.500.000
6 17.280 1.500.000 25920000000
7 17.280 1.500.000 25920000000
8 17.280 1.500.000 25920000000
9 17.280 1.500.000 25920000000
10 17.280 1.500.000 25920000000
Total 165.600 222.480.000.000,00

Selain dari penjualan teripang, penerimaan perusahaan juga diperoleh dari


nilai sisa (salvage value) biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun pertama yang
tidak habis terpakai selama umur proyek. Nilai sisa yang terdapat hingga akhir umur
proyek dapat ditambahkan sebagai manfaat proyek. Biaya-biaya investasi pada
usaha pembesaran teripang ini yang tidak habis terpakai antara lain lahan dan
peralatan. Untuk menghitung nilai sisa lahan, diasumsikan bahwa nilai beli sama
dengan nilai jual. Sementara nilai sisa barang peralatan dihitung dengan
mengurangi nilai beli dengan penyusutannya per tahun selama umur proyek. Nilai
sisa dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek
Umur ekonomis
Uraian Nilai (Rp) Penyusutan Sisa (Rp)
(tahun)
Lahan 20.000.000 - - 20.000.000
Perahu 40.000.000 10 4.000.000 15.000.000
Total 35.000.000

c. Analisis Hasil Outflow


Arus pengeluaran terdiri dari pengeluaran untuk biaya investasi, biaya
operasional, dan biaya tetap. Biaya investasi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan
pada tahun pertama proyek yang terdiri dari:
46

1. Lahan digunakan untuk mendirikan rumah pengolahan dan sekaligus sebagi


tempat pengontrolan. Lahan tersebut dibeli seharga Rp 20.000.000.
2. Bangunan sebagai tempat pengolahan, penyimpanan teripang sebelum dijual
pada konsumen.
3. Benih teripang didatangkan dari pengepul yang telah mengumpulkan benih
sesuai kebutuhan perusahaan yakni 8.000/penculture/siklus
4. Umur produktif penculture adalah 2 tahun, kemudian akan dilakukan
reinvestasi atau perbaikan penculture.
5. Peralatan yang digunakan memiliki nilai ekonomis 2tahun, sehingga juga
memerlukan reinvestasi.
Selain biaya investasi juga ada biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan apabila biaya investasi yang dikeluarkan telah habis umur ekonomisnya.
Tidak semua biaya investasi mengalami reinvestasi, hanya beberapa biaya saja yang
umur ekonomisnya tidak selama umur proyek. Biaya reinvestasi yang dikeluarkan
oleh perusahaan terdiri dari:
Tabel 11 Biaya reinvestasi
Jumlah Harga Umur Nilai (Rp)
No Uraian
Angka Satuan Rp.*1.000 Satuan Ekonomis *1.000
1 Kayu/Patok 120 m3 250 30.000 2 15.000
2 Jaring 60.000 Meter 5 300.000 2 150.000
3 Paku/Mur 1.200 Kg 4.5 5.400 2 2.700
4 Tali nilon 3 48 Kg 20 960 2 480
5 Tali nilon 7 1200 Kg 15 18.000 2 9.000
Alat
6 1 Paket 80.000 80.000 6 13.333,3
sampling
7 Pisau 48 lusin 50 2.400 2 1.200
Alat
8 24 unit 200 4.800 2 2.400
pengasapan
9 Drum 96 buah 350 33.600 2 16.800
10 Ember 240 buah 50 12.000 2 6.000
11 Para-para 24 unit 125 3.000 2 1.500
12 Kayu kaso 24 kubik 185 4.440 4 1.110
13 Paku 5 cm 360 Kg 25 9.000 4 2.250
14 Paku 12 cm 360 Kg 17 6.120 4 1.530
15 Paku seng 72 Kg 32 2.304 4 576
16 Papan 24 kubik 325 7.800 4 1.950
17 Seng plat 120 M 13 1.560 4 390
18 Atap seng 8 288 lembar 33 9.504 4 2.376
19 Panci 120 buah 65 7.800 2 3.900
47

Analisis Finansial

Berdasarkan biaya operasional dan seluruh komponen biaya dalam usaha


budidaya teripang maka dapat diketahui komponen analisis finansial.
Tabel 12 Analisis Finansial Budidaya teripang 5 tahun pertama
Tahun Analisis
No Item
0 1 2 3 4 5
1 PENERIMAAN
Penjualan Teripang 1.080.000.000 1.080.000.000 1.080.000.000 1.080.000.000 1.080.000.000
Total Penerimaan 1.080.000.000 1.080.000.000 1.080.000.000 1.080.000.000 1.080.000.000
2 PENGELUARAN
Biaya Investasi 478.688.000 358.688.000
Total Biaya 332.613.082 332.613.082 332.613.082 332.613.082 332.613.082 332.613.082
3 Keuntungan Kotor 747.386.918 747.386.918 747.386.918 747.386.918 747.386.918 747.386.918
Pajak Penghasilan
112.108.037,7 112.108.037,7 112.108.037,7 112.108.037,7 112.108.037,7
(15%)
4 Keuntungan Bersih 635.278.880,3 635.278.880,3 635.278.880,3 635.278.880,3 635.278.880,3 635.278.880,3
Discount Factor
5 1 1,075 1,155625 1,242296875 1,335469141 1,435629326
(7,5%)
6 PV/tahun 635.278.880,3 682.924.796,3 734.144.156 789.204.967,8 848.395.340,3 912.024.990,9
7 NPV 302.665.798,3 281.549.579,8 261.906.585,9 243.634.033,4 226.636.310,1 210.824.474,5
8 Net B/C 1,909963602 1,909963602 1,909963602 1,909963602 1,909963602 1,909963602
9 IRR 14,41
10 DPP 1,58157282 1,582659018

Tabel 13 Analisis Finansial Budidaya teripang 5 tahun kedua


Tahun Analisis
No Item
6 7 8 9 10
1 PENERIMAAN
Penjualan
1.080.000.000 1.080.000.000 1.080.000.000 1.080.000.000 1.080.000.000
Teripang
Total Penerimaan 1.080.000.000 1.080.000.000 1.080.000.000 1.080.000.000 1.080.000.000
2 PENGELUARAN
Biaya Investasi 278.688.000 358.688.000
Total Biaya 332.613.082 332.613.082 332.613.082 332.613.082 332.613.082
Keuntungan
3 747.386.918 747.386.918 747.386.918 747.386.918 747.386.918
Kotor
Pajak Penghasilan
112.108.037,7 112.108.037,7 11.210.8037,7 112.108.037,7 11.210.8037,7
(15%)
Keuntungan
4 635.278.880,3 635.278.880,3 635.278.880,3 635.278.880,3 635.278.880,3
Bersih
Discount Factor
5 1,543301526 1,65904914 1,783477826 1,917238662 2,061031562
(7,5%)
6 PV/tahun 980.426.865,2 1.053.958.880 1.133.005.796 1.217.981.231 1.309.329.823
7 NPV 196115790,3 182433293,3 169705389,1 157865478,2 146.851.607,6
8 Net B/C 1,909963602 1,909963602 1,909963602 1,909963602 1,909963602
9 IRR 14,41
10 DPP 1,58157282 1,582659018
48

Pelaporan Finansial
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa pengembalian modal (PP)
didapati 0,64 tahun berarti dalam waktu 6 bulan keuntungan sudah dapat diperoleh.
Hal ini karena semakin cepat pengembalian modal maka akan semakin baik.
Sedangkan untuk tingkat penjualannya sudah bisa mendapatkan keuntungan.
Adapun nilai B/C Ratio lebih dari 1,909963602, hal tersebut menunjukkan bahwa
budidaya teripang menguntungkan. Kemudian nilai NPV 302.665.798,3
menunjukkan bahwa usaha ini sangat layak untuk dikembangkan dan
menguntungkan. Kriteria lain yang menyatakan bahwa usaha ini layak adalah nilai
IRR yang lebih besar dengan nilai diskonto (discount rate) yang telah ditentukan.

VI. PENUTUPAN

Berdasarkan hasil analisis R/C, maka usaha pembesaran teripang pasir


dengan metode pen culture layak secara ekonomi (R/C = 3,247 > 1) nilai R/C
rasio>1, maka usaha pembesaran ini dikatakan menguntungkan sebab dari 1 satuan
biaya yang dikeluarkan dapat mendatangkan penerimaan sebesar 3,247 satuan. Dari
hasil analisis BEP diperoleh sebesar 140,03 yang berarti usaha ini tidak rugi dan
tidak untung apabila didapatkan keuntungan sebesar nilai BEP dari penjualan tiap
siklus. Dari hasil analisis usaha menunjukkan dalam 1 tahun dapat menghasilkan
keuntungan usaha sebesar Rp. 635.278.880,3/siklus, dengan lama pengembalian
modal/investasi (PP) 0,64 tahun, BEP(Rp) Rp. 265.367.453,46, BEP(unit) 140,03,
dengan total penerimaan sebesar Rp. 1.080.000.000/siklus. Sehingga usaha
pembesaran teripang ini layak untuk dikembangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz A. 1997. Status penelitian teripang komersial di Indonesia. Oseana. 22 (1) : 9


19.
BAPPEDA Kolaka. 2013. Potensi sektor Perikanan dan Kelautan. Website:
http://www.bappeda.kolakakab.go.id. Diakses pada tanggal 29 April
2015.
Bardach, J.E. ; J.H. Ryther and W.O. Mc Larney 1972 - Aquaculture. The farming
and Khusbandry of veshwater and marine organisms. John Wiley &
Sons. Inc; New York : 868 pp.
49

Budiwati, S.I. 1985. Aplikasi Model Perilaku pada Peningkatan Produktivitas


Tenaga Kerja Industri. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.
Dwindaru B. 2010. Variasi spasial komunitas lamun dan keberhasilan transplantasi
lamun di Pulau Pramuka dan Kelapa Dua, Kep.Seribu, Prov. DKI
Jakarta [Skripsi]. Depatemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
71hlm.
Effendi H. 2003. Telaah kualitas air : bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan
perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 hlm.
Effendie MI. 2002. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. 155hlm
Epetani-DEPAN. 2010. Budidaya Teripang. www.epetani-pertanian.go.id. Artikel.
Diakses pada tanggal 29 April 2015.
Eriksson, H. and Clarke, S. 2015. Chinese market responses to overexploitation of
sharks and sea cucumbers. Journal of Biological Conservation,184:
163-173.
Eriksson, H., Conand, C., Lovatelli, A., Muthiga, N. A., Purcell, S. W. 2015.
Governace structures and sustainability in indian ocean sea cucumber
fisheries. Journal of Marine Policy, 56: 16-22.
FAO. 2009. The state of world fisheries and aquaculture 2006. FAO, Rome.
Godino, J. A. D., Slater, M. J., Hannon, C., Wanguermert, M. G. 2015. A new
species for sea cucumber ranching and aquaculture: Breeding and
rearing of Holothuria arguinensis. Journal of Aquaculture, 438: 122-
128.
Gultom CP. 2004. Laju pertumbuhan dan beberapa aspek bio-ekologi teripang pasir
(Holotothuria scabra) dalam kolam pembesaran di laut Pulau Kongsi,
Kepulauan Seribu, Jakarta Utara [Skripsi]. Departemen Ilmu dan
Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 67 hlm.
Gultom, C. P. W. 2004. Laju pertumbuhan dan beberapa aspek bio-ekologi teripang
pasir (Holothuria scabra) dalam kolam pembesaran di laut pulau kongsi,
Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 80 hal.
Hana. 2011. Evaluasi pemacuan stok teripang pada habitat konservasi lamun pulau
pramuka, kepulauan seribu, Jakarta. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 58 hal.
Haris, A., Aslan, L. M., La Ola, L. O., Buraera, Y., Roslinda, Nurdiana, S., Sarini,
A., Abadi, A., Haslianti. Kelayakan dan prospek pengembangan
agribisnis teripang skala rumah tangga di Kecamatan Pomala
Kabupaten Kolaka. Laporan Hasil Penelitian. Universitas Halu Oleo.
Kendari.
Hatani, L. 2006. Potensi pengembangan usaha budidaya teripang di Kec. Kapontori
Kab. Buton. Hasil Survei. Fakultas Ekonomi Universitas Halu Oleo.
Kendari.
Hendri, M., Surnayo, A. I., Pahlevi, R. Y. 2009. Tingkat kelulusan hidup larva
teripang pasir (Holothuria scabra, jaeger) dengan perlakuan pemberian
pakan alami berbeda di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut
Lampung (BBPBL). Jurnal Penelitian Sain, 1 (12): 12110-1-12110-5.
50

Herjanto, E. 2007. Manajemen Operasi. Jakarta: Grasindo


Hyman, L. 1955. The invertebrates: Echinodermata the coelomate billateria. Mc.
Graw-Hill Book Company, IV. New York.
Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP). 2013. Buku Saku Statistik Perikanan
Budidaya Tahun 2012. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, KKP.
121 hal.
Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP). 2009. Indonesian Fisheries Statistics
Index. Ministry of Marine Affairs and Fisheries Japan international
Cooperation Agency (JICA).
Kurnila, R., Astawan, M. Sukarno, Wresdiyanti, T. 2011. Karakteristik Konsentrat
Protein Teripang Pasir (Holothuria scabra J.) dengan bahan pengekstrak
aseton. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 16 (1): 90-102.
Martoyo J, Aji N dan Winanto Tj. 2004. Budidaya Teripang. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Martoyo J, Aji N, & Winanto T. 2006. Budidaya teripang (Ed).Revisi. Penebar
Swadaya. Jakarta. 72 hlm.
Mercier, A. 2013. Sea cucumber aquaculture: hatchery production, juvenile growth
and industry challenge. Memorial University. Canada.
Nicholson, W. 1995. Mikro Ekonomi Intermediate dan Penerapannya, Jilid 1. Raja
Grafindo, Jakarta.
Palzat, D. L., Pearce, C. M., Barnes, P. A., Mckinley, R. S. 2008. Growth and
production of California sea cucumbers (Parastichopus californicus
Stimpson) co-cultured with suspended Pacific oysters (Crassontrea
gigas Thunberg). Journal of Aquaculture, 275: 124-137.
Panggabean, T. M. 1987. Membudidayakan teripang atau ketimun laut dalam
rangka meningkatkan produksi hasil laut Indonesia. Ditjen Perikanan
bekerjasama dengan International Development Research Center.
INFIS Maual Sem 44. 35 hal.
Poerwadarminta. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka : Jakarta.
Pujiono, N. A. 2007. Kajian awal kandungan gizi dan potensi anti-asma dari tepung
teripang getah (Holothuria vacabunda). Skripsi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Rahardjo, A. 2011. Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah. Yang
Menerbitkan Graha Ilmu : Yogyakarta.
Ravianto, J. 1985. Produktivitas dan Manajemen. SIUP : Jakarta.
Risandewi, 2013. Analisis Efisiensi Produksi Kopi Robusta Di Kabupaten
Temanggung (Studi Kasus di Kecamatan Candiroto). Badan Penelitian
dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah Jurnal Litbang Provinsi Jawa
Tengah, Volume 11 Nomor 1
Riyanto, J. 1986. Produktivitas dan Tenaga Kerja. SIUP : Jakarta.
Roihanah, S. Sukoso, Andayani, S. 2012. Aktivitas antibakteri ekstrak teripang
Holothuria sp. terhadap bakteri Vibrio harveyi secara in vitro. Journal
of Life Science, 2 (1): 1-5.
Rustam. 2006. Pelatihan Budidaya Laut (COREMAP FASE II Kab. Selayar).
Yayasan Mattirotasi. Makassar. 11 hal.
Rustam. 2006. Pelatihan Budidaya Laut (COREMAP Fase II Kab. Selayar).
Yayasan Mattirotasi. Makassar.
51

Suharto, I. 1995. Manajemen Proyek: dari Konseptual sampai Operasional. Penerbit


Erlangga, Jakarta. 755 hal.
Sulardiono, B. Kematangan gonad teripang komersial (Holothuridea:
stichopodidae) di perairan karimunjaya, kabupaten jepara, jawa tengah.
Jurnal Saintek Perikanan, 7 (1): 24-31.
Suparjo dan Prabowo, R. 2012. Analisis peningkatan kapasitas produksi dengan
membandingkan antara penambahan shift dan kerja lembur pada UD.
Barokah. Jurnal Institut Teknologi Adhi Tama. Surabaya.
Yokoyama, H. 2013. Growth and food source of the sea cucumber Apostichopus
japonicus cultured below fish cages-potential for integrated multi-
trophic aquaculture. Journal of Aquaculture, 372-375: 28-38.
Zamora, L. N. and Jeffs, A. G. 2012. Feeding, metabolism and growth in respon to
temperature in juvenils of the Australian sea cucumber,
Australostichopus mollis. Journal of Aquaculture, 358: 92-97.
52

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Pembesaran Teripang


MINGGU KE-
ALUR DAN SKEDUL PRODUKSI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
I. PERSIAPAN

1. Pemilihan Lokasi
2. Persiapan Pen culture
3. Penebaran benih
II. PEMELIHARAAN
Per
1. Pemberian pakan 2minggu
2. Perawatan pen culture Bulanan
Per
3. Sampling 2minggu

III. PANEN
IV. PASCAPANEN
1. Pencucian teripang
2. Perendaman daun pepaya
3. Pembedahan
4. Perebusan
5. Pengasapan
6. Penjemuran
7. Pengemasan
8. Pemasaran
53

Lampiran 2 Pola tanam pengembangan usaha pembesaran teripang pasir

Luas Penculture : 400 m2


Jumlah pen culture : 5 buah (2000 m2)
Penebaran : 15-20 ekor/m2
Ukuran benih : 20-30 gr/ekor
Jumlah bibit : 40.000 ekor
Target produksi : 72.000 kg/siklus (berat basah) atau 720 kg/siklus (berat kering)
Periode siklus : 6 bulan
S Bulan ke-
I
P
K
E
L 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
N
U
S
1 1
2
3
4
5
2 1
2

Persiapan
Penebaran benih
Pemeliharaan
Pemanenan
54

Lampiran 3 Manajemen stok usaha pembesaran teripang pasir

1. Pengadaan stok dilakukan seminggu pada bulan sebelum dilakukannya penebaran, aktifitas pengadaan terdiri dari pemesanan, pembelian,
pengangkutan dan aklimatisasi
2. Pengadaan stok pada penculture 1 (P1) dilakukan sebelum bulan pertama, penculture 2 (P2) sebelum bulan kedua dan seterusnya hingga
penculture 5 (P5)
3. Jumlah penebaran adalah 8.000 ekor/media (400 m2), ukuran 30-50 gram, dengan lama pemeliharaan 6 bulan dan SR 90%
4. Pemanenan dilakukan setelah cukup 6 bulan setiap penculture, sehingga pemanenan dapat dilakukan setiap bulan
5. Panen akan diperoleh 1.440 kg berat basah teripang/penculture/siklus

Waktu (bulan ke-)


Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

STOK
Jumlah penculture P1 P2 P3 P4 P5 P1 P2 P3 P4 P5 P1 P2 P3

Jumlah tebar (ekor) 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000

P1 P2 P3 P4 P5 P1 P2 P3 P4 P5 P1 P2
POLA TANAM
SR 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90%

Ukuran benih (gram/ekor) 30-50 30-50 30-50 30-50 30-50 30-50 30-50 30-50 30-50 30-50 30-50 30-50

POLA PANEN
Jumlah panen (kg) 1.440 1.440 1.440 1.440 1.440 1.440 1.440

Ukuran panen (gram/ekor) 200 200 200 200 200 200 200
10

Lampiran 4 Contoh Formulir Pengontrolan


Kolam dan Sistem
No Pen culture Ukuran (pxlxt): .. m x..m x..m Tinggi air : cm
Sistem : Kondisi kualitas air
Substrat : pasir berlamun
Parameter kualitas air
pH : . Suhu : .. DO : .. Akalinitas : .
Salinitas : Amonia : H2S : .. Kecerahan : .
Data Teripang
Tgl tebar : .... Sumber : Jenis : . Strain :
Jml tebar : Ukuran : .
Berat total: . Berat/ekor : .
Kegiatan Rutin
Pemeriksaan pen culture, peralatan Per . Hari
Pemeriksaan kualitas air Per . Hari
Pemeriksaan mortalitas, kesehatan Per . Hari
Sampling Per . bulan
Perlakuan pemberian pakan
Pemberian pakan Waktu:
Jumlah pakan yang diberikan 1. 2.. 3..
Perlakuan khusus lainnya :

Lampiran 5 Perhitungan Analisis Usaha

Break Event Point (BEP)


Break Event Point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan
tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya). BEP sangat
penting dalam membuat usaha agar tidak mengalami kerugian, baik itu usaha jasa maupun
manufaktur, manfaat BEP adalah:
a. Alat perencanaan untuk hasilkan laba
b. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta
hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan
yang bersangkutan.
c. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
d. Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan
dimengerti.
Biaya tetap
BEP (Rp) =
1 (Biaya variabelpenjualan)

BEP (Rp) = Rp 210.053.082


1 - (Rp 450.240.000/ Rp 2.160.000.000)
= Rp 265.367.453,46
Jadi, pendapatan akan memiliki titik impas (tidak untung atau rugi) apabila
penjualan yang dilakukan sebesar Rp 265.367.453,46/tahun
11

Biaya tetap
BEP (unit) =
Harga per unit (Biaya variabelJumlah produksi)

BEP (unit) = Rp 210.053.082


Rp 1.500.000 - (Rp 450.240.000/ Rp 80.000.000)

= 140,03 kg

Jadi, pendapatan akan memiliki titik impas (tidak untung atau rugi) apabila
penjualan sebanyak 140,03 kg/tahun.
R/C Ratio
Perimbangan biaya dengan modal uang yang dikeluarkan merupakan analisa yang
digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu usaha. Adapun R/C Ratio yang didapat
adalah sebagai berikut :
Total Penerimaan
RC =
Total Biaya

R/C = Rp 1.080.000.000
Rp 332.613.082 = 3,247

Nilai R/C rasio >1, maka usaha pembesaran ini dikatakan menguntungkan sebab
nilai R/C adalah 3,247

Payback Period
Payback period (PP) merupakan perhitungan analisis usaha pada budidaya
teripang untuk mengetahui masa kembali modal yang dikeluarkan pada biaya investasi.
Investasi awal
PP =
Keuntungan bersih

PP = Rp. 478.688.000
Rp. 840.986.918

PP = 0,569
Jadi, Modal akan kembali pada 0,569 tahun setelah masa produksi dimulai.

Harga Pokok Produksi (HPP)


HPP adalah perhitungan harga pokok penjualan teripang yang seharusnya agar
tidak merugi.
12

Total Biaya Produksi


HPP =
Jumlah Produksi

HPP = Rp 332.613.082
720 kg
HPP = Rp 461.962,6139

Laba
Jadi, agar perusahaan tidak mengalami kerugian, besarnya harga pokok produksi
adalah lebih dari Rp 331.962,61/kg
Laba = Harga Jual- HPP + Biaya pemasaran
= 1.500.000 - 461.962,6139+ 0
= Rp. 1038037,386/kg
Jadi, laba bersih untuk setiap teripang yang dihasilkan pada usaha pembesaran ini
adalah sebesar Rp. 1038037,386/kg

Lampiran 6 Alat Analisis Finansial

a. Alat Analisis Finansial


NPV (Net Present Value)
NPV yaitu selisih antara Present Value dari investasi dan nilai sekarang dari
penerimaan-penerimaan kas bersih (arus kas operasional maupun arus kas terminal) di
masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga
yang relevan. Analisa NPV dapat diketahui dengan rumus:

(Bt Ct)
NPV =
(1 + i)t
=

Dimana:
B = pendapatan (benefit)
C = pembiayaan (cost)
i = discount rate
t = tahun operasi
Pengambilan keputusan :
Jika, NPV > 1 ; maka usaha tersebut layak,
NPV = 0 ; maka usaha tersebut dapat layak,
NPV < 1 ; maka usaha tersebut tidak layak (Umar, 2003).
13

B/C Ratio (Benefit Cost Ratio)


Usaha dapat dikatakan layak jika, PI > 1. Usaha dapat dikatakan tidak layak jika,
PI < 1 (Umar, 2003).

B/C ratio = Benefit pertahun/Total biaya pertahun


IRR (Internal Rate of Return)
1
= i1 + ( )
1 2
Dimana:
i : tingkat bunga ke-1
I: tingkat bunga ke-2
NPV1 : NPV pada tingkat bunga 1 i
NPV2 : NPV pada tingkat bunga 2 I (Umar, 2003)

PP (Payback Period)
Payback Period merupakan suatu cara penilaian investasi yang didasarkan pada
pelunasan biaya investasi oleh keuntungan atau dengan kata lain waktu yang diperlukan
untuk mengembalikan modal yang ditanam.


PP = x 1 tahun

Return on Investment (ROI)


ROI merupakan nilai keuntungan yang diperoleh pengusaha dari setiap jumlah
uang yang diinvestasikan dalam periode waktu tertentu. Besarnya ROI dapat dihitung
dengan rumus:
()
ROI = x 100%
()

Perhitungan ROI ini digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal


dalam usaha pembesaran teripang. Kriterianya: semakin besar nilai ROI maka semakin
efisien penggunaan modalnya.
Profitability Indeks (PI)
Profitability Indeks (PI) dinyatakan dengan rumus:

PI =

Anda mungkin juga menyukai