Anda di halaman 1dari 43

Usaha Pembesaran

Teripang Pasir
(Holothuria scabra)
ARDANA KURNIAJI
AZHARI TARMIZI
ANANG FAJRIN
Pendahuluan
Produksi Akuakultur Teripang memiliki Usaha Budidaya
mengalami protein tinggi dan Teripang
peningkatan sejak bahan baku obat-
tahun 1970 (FAO 2009) obatan (Pujiono 2007) Manajemen Produksi

Sebaran: Riau, Usaha Budidaya:


Salah satu budidaya Perencanaan,
Lampung, Sulawesi,
laut komoditas Nusa Tenggara Barat Pengorganisasian,
penting Teripang Pasir dan Timur, Maluku, dan Pelaksanaan,
(Hendri et al. 2009) Papua (Azis 1997) Pengendalian)

Sulawesi Tenggara: Manajemen produksi


Komoditas Internasional pembesaran teripang pasir
sehingga pasarnya terbuka Buton 16-20 kg/musim (H. scabra) dengan
lebar. Harga US$ 200 per kg. (Hatani 2006) berdasarkan hasil
Permintaan nasional 20.000- Kolaka 15 ton pertahun wawancara dan informasi
30.000 ton/th (KKP 2010), (BAPPEDA Kolaka 2013) pendukung dari hasil diskusi
Produk dari teripang
Pendahuluan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk menyusun


manajemen produksi pembesaran teripang pasir (H.
scabra) dengan berdasarkan hasil wawancara
pembudidaya teripang di Kecamatan Pomala
Kabupaten Kolaka dan informasi pendukung dari hasil
diskusi serta literatur yang ada dalam rangka
meningkatkan kapasitas produksi.

Manfaat yang dari penulisan makalah ini sebagai informasi


dasar terkait manajemen produksi budidaya teripang yang
dilakukan menggunakan pen culture.
Kebijakan Strategis

Visi
Menjadi perusahaan unggulan yang mampu bergerak dalam bidang
budidaya teripang pasir yang memiliki manajemen dan struktur organisasi
yang efektif dan efisien dengan target produksi 2 ton perminggu pada tahun
2020.

Misi
1. Melakukan usaha produksi dan pembesaran teripang pasir yang
berkelanjutan melalui usaha peningkatan kapasitas produksi dan faktor
evaluasi.
2. Melakukan peningkatan sektor pengembangan usaha melalui peningkatan
areal produksi dan sarana prasarana yang memadai setiap tahun.
3. Menstabilkan aktivitas produksi harin melalui peningkatkan kinerja elemen
pengelola dan ketenagakerjaan, dengan cara menggambarkan Job
Analisys berupa Job Description dan Job Spesification yang jelas dan tegas
bagi karyawan.
Kebijakan Strategis

Dengan kandungan protein tinggi pada teripang pasir, dan


permintaan yang semakin meningkat, maka tujuan dari
kegiatan akuakultur teripang dalam skala pembesaran adalah
untuk meningkatkan ketersediaan teripang di pasar nasional
maupun internasional secara berkelanjutan melalui
pengembangan kapasitas produksi secara bertahap
menggunakan media pen culture
Kebijakan Produksi

Persiapan Pembesaran Pemanenan Pascapanen

Penentuan Pemberian
pasar Pakan
Persiapan Pencucian

Pemilihan
Pengontrolan Pemanenan Pemberokan
Lokasi
Pembuatan
Sampling Perebusan
Media

Pengadaan Package
Benih

Pengadaan
sarana &
Prasarana
Kebijakan Produksi

Material and Machine

Pemilihan Lokasi
Keterlindungan, Kualitas Air, Transportasi &
Komunikasi, Topografi
Persiapan Pen Culture
Bahan yang digunakan ialah jaring (super-net) (0,5 – 1
inci) dan Pagar setinggi 100 cm dari dasar perairan
Pengadaan Benih
Benih berumur 2-3 bulan (bobot 20–50 g/ekor) berasal
dari hatchery/penangkap

Pengadaan Pakan
Pakan dari dedak dan kotoran ayam, dicampur 1:1
dalam karung dan diberikan langsung ke media
pembesaran (Rustam 2006).
Kebijakan Produksi

Method

Penebaran Benih
10 - 15 ekor/m2. Sehingga untuk satu unit lahan
budi daya seluas 500 m2 = 10.000
Pemberian Pakan
Setiap 2 minggu jumlah pakan yang diberikan
sebanyak 150 kg untuk satu areal berukuran 500 m2
Sampling & Hama
Dilakukan penimbangan setiap 2 minggu dan
pengontrolan hama

Perawatan Pen Culture


Perawatan dapat dilakukan dengan membersihkan
pen culture dan mengecek apakah terdapat
kerusakan pada jaring atau pada patok
Kebijakan Produksi

Man/Karyawan

Manajer
Memimpin, menentukan strategi, engkordinasikan,
mengarahkan, memantau, meninjau, dan mengevaluasi
Administrasi &Keuangan
Melaksanakan perintah pimpinan yang berkaitan dengan
administrasi dan keuangan dalam perusahaan
Tenaga Kerja Tetap
Mengoperasikan budidaya teripang di lapangan dan
memberi pakan serta mengontrol kondisi media

Tenaga Kerja tak tetap


Bertanggung jawab pascapanen dan pengolahan teripang
sampai siap dipasarkan
Kebijakan Produksi

Money

Modal yang akan digunakan dalam kegiatan budidaya teripang ini


adalah modal pribadi yang selanjutnya berasal dri modal saham, laba
ditahan dan cadangan yang tersimpan

Rantai Pasok

Rantai pasok pada budidaya teripang dilakukan dengan peramalan


permintaan pelanggan, membuat jadwal produksi untuk memudahkan
proses pengendalian, penyiapan jaringan, pemesanan persediaan dari
pemasok barang/material yang diperlukan baik berupa pakan, bibit
maupun alat yang digunakan dalam pembuatan pen culture
Kebijakan Produksi

Manajemen Persediaan

Pembesaran teripang dilakukan di Kecamatan Pomala, Kabupaten


Kolaka, Sulawesi Tenggara ini. Benih yang digunakan pada kegiatan
usaha budidaya pembesaran teripang ini didapatkan dari nelayan
pengumpul di sekitar peraiaran Kab. Kolaka, untuk kemudian
diadaptasi lalu kemudian dibesarkan dalam pen culture.

Dalam pemeliharaan pembesaran teripang, pakan yang digunakan


adalah pakan yang bersumber dari daun lamun yang ditumbuk dan
ulva. Pemberian pakan tambahan dari bahan baku berupa dedak
yang dibeli langsung dari toko-toko pertanian, sedangkan untuk
kotoran ayam dibeli pada rumah usaha pembesaran ayam.
Kebijakan Produksi

Skala Produksi

Perencanaan perlu mempertimbangkan segala bentuk asumsi yang


kemungkinan akan mempengaruhi proses produksi. Jenis produk
berupa teripang yang ditargetkan dapat diproduksi sebanyak 720
kg/tahun berat kering dari 4 pen culture dengan panen parsial
disesuaikan dengan jumlah permintaan pasar yang juga semakin
meningkat pertahunnya.

Kapasitas Produksi

Dalam budidaya teripang, kapasitas produksi bisa mencapai 7.200 kg


berat basah per siklus. Dari luas pen culture 20x25 meter sebanyak 4
buah pen culture, dengan asumsi pemanenan 200-250 gram persiklus
(6 bulan) dan tingkat kelangungan hidup 90%, maka setiap pen culture
bisa memproduksi 1.800 kg/500 m2 berat basah atau 180 kg berat
kering.
Kebijakan Produksi

Pola tanam & Panen

pola tanam budidaya teripang dilakukan setiap 2 bulan sekali dengan


memanfaatkan jumlah pen culture sebanyak 4 buah. Masing-masing pen culture
menampung 10.000 ekor bibit dan dengan jumlah 4 pen culture, maka target
produksi bias mencapai 40.000. Berdasarkan lama produksi persiklus, maka
dalam satu pen culture dapat dilakukan pemanenan 1 kali setiap 6 bulan, dan
nantinya akan diperoleh hasil produksi setiap dua bulan secara bergantian per
pen culture (Lampiran 1).

Jadwal Produksi

Jadwal produksi diperlukan untuk mengetahui jenis tahapan demi


tahapn yang akan dikerjakan. Jadwal produksi pada budidaya
teripang ini dibuat per siklus untuk memudahkan proses pengontrolan
dan mendetailkan target kegiatan
Pola Tanam
Waktu (bulan ke-)
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

POLA TANAM

P1 P2 P3 P4/P1 P4 P4 P4
Jumlah penculture

10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000


Jumlah tebar (ekor)

POLA PANEN

90% 90% 90% 90%


SR

200 200 200 200


Ukuran panen (gram/ekor)
1.800 1.800 1.800 1.800
Jumlah panen (kg)
Jadwal
Kebijakan Produksi

Nilai Tambah

- Pembuatan teripang menjadi teripang kering


- Pembuatan teripang asap
- Pembuatan teripang menjadi aneka makanan
- Penyimpanan teripang pada tempat yang baik

Distribusi

Secara langsung, konsumen bisa mengakses penjualan teripang di


lokasi budidaya dan melakukan pemesanan (ordering).

Secara tidak langsung dapat dilakukan melalui perantara kolektor


atau pengepul, yang selanjutnya bias dijual atau disampaikan ke
pasar dalam negeri maupun ekspor.
Kebijakan Produksi

Secara teknis produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil


yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang
diperlukan (input). Produktivitas mengandung pengertian
perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran tenaga kerja
persatuan waktu (Riyanto 1986).

Dalam budidaya teripang jika dibandingkan antara peneluaran dan


pendapatan, maka diketahui bahwa pada kegiatan budidaya
teripang ini produktivitas 4,5.

Manfaat dari diketahuinya nilai produktivitas secara organisasi yakni


perusahaan dapat menilai efisiensi konversi sumberdaya aggar dapat
meningkatkan produktivitas melalui efisiensi penggunaan sumberdaya.
Kebijakan Produksi

Efisiensi merupakan komponen-komponen input yang digunakan


seperti waktu, tenaga dan biaya dapat dihitung penggunaannya dan
tidak berdampak pada pemborosan atau pengeluaran yang tidak
berarti (Adisasmita 2011).

Pada kegiatan budidaya teripang ini, indikator efisiensi


menggambarkan hubungan antara masukan sumberdaya oleh biaya
variable dan biaya tetap.

Selain itu juga ditinjau dari sumberdaya suatu unit organisasi (misalnya:
staf, upah, biaya administratif) dan keluaran yang dihasilkan. Indikator
tersebut memberikan informasi tentang konversi masukan menjadi
keluaran (yaitu: efisiensi dari proses internal
Kebijakan Produksi

Input Variabel:
Jumlah benih
Pakan
Pascapanen

Usaha budidaya Keuntungan


Produktivitas Skala usaha
Teripang Efisiensi

Input Tetap
Pen culture
Tenaga Kerja

Dalam konsep maksimisasi output yang menjadi tujuan adalah output/utility yang maksimum
sedangkan fungsi kendalanya adalah anggaran atau belanja (Nicholson 1995). Dalam
budidaya teripang, maksimasi output dan minimalisasi input dapat dilakukan dengan
menekan pengeluaran pada biaya variable, dan meningkatkan produksi
Kebijakan Pengendalian
Pembentukan asumi-asumsi kerja dan prediksi solutif pada
permasalahan yang diduga muncul dalam proses produksi

Mempelajari kondisi Merekrut tenaga kerja


lokasi yang akan Menjamin yang memiliki
digunakan dalam ketersediaan benih pengalaman kerja untuk
produksi secara fisika, memudahkan
dan pakan secara
kimia, dan biologinya. peningkatan kinerja
kintinyu,

Pencegahan kerusakan Melakukan sosialisasi


media dengan bersama masyarakat
mempersiapkan stok atau Membangun jaringan seputar kehadiran
cadangan dari bagian-
bagian pen culture,
pasar yang siap lokasi budidaya,
menerima hasil
produksi
Contoh formulir identifikasi awal
Kolam dan Sistem
No Pen culture Ukuran (pxlxt): .. m x…..m x…..m Tinggi air : ……cm
Sistem : Kondisi kualitas air
Substrat : pasir berlamun

Parameter kualitas air


pH : ………. Suhu : …….. DO : ……….. Akalinitas : …….
Salinitas : … Amonia : …… H2S : ……….. Kecerahan : …….
Data Teripang
Tgl tebar : .... Sumber : …… Jenis : ………. Strain : ……
Jml tebar : … Ukuran : …….
Berat total: ……………………. Berat/ekor : …………………………….
Kegiatan Rutin
Pemeriksaan pen culture, peralatan Per ……. Hari
Pemeriksaan kualitas air Per ……. Hari
Pemeriksaan mortalitas, kesehatan Per ……. Hari
Sampling Per ……. bulan
Perlakuan pemberian pakan
Pemberian pakan Waktu:
Jumlah pakan yang diberikan 1…. 2….. 3…..
Perlakuan khusus lainnya : …………………………………………………………
Kebijakan Pengendalian
Standar Tindakan
Uraian Evaluasi
Operasional Ya Tidak
Kedalaman air 0,5 – Menetapkan sebagai
Kurang dari 0,5 – 1,0 m Mencari lokasi yang
Kelayakan lokasi 1,0 m pada saat lokasi pembesaran
pada surut terendah memenuhi syarat
surut terendah teripang
Mensuplay benih
Bobot benih antara Stok benih tidak Digunakan dalam sesuai kebutuhan
Benih
Input 30 – 50 gr per ekor mencukupi proses pemeliharaan dengan membeli
dari luar daerah
Menggunakan Diaplikasikan pada
Kekurangan salah satu Memesan bahan
campuran antara teripang yang
Pakan atau seluruh bahan baku dari luar
kotoran ayam dan dibesarkan sesuai
baku pakan daerah
dedak (1:1) dengan kebutuhan
Melanjutkan proses Menganalisa
pembesaran, dan kelayakan lokasi
SR SR 80% SR kurang dari 80% berupaya untuk (kualitas air, dsb),
meningkatkan SR serta jumlah pakan
teripang yang diberikan
Proses Melanjutkan proses
Mengevaluasi
pembesaran, serta
Pemberian pakan jumlah pakan yang
melakukan
setiap 2 minggu Jumlah pakan yang diberikan agar
Pakan peningkatan mutu
sekali (15 kg diberikan kurang mencukupi
pakan untuk
pakan/50 m2) kebutuhan nutrien
mempercepat
teripang.
pertumbuhan teripang
Mengevaluasi
4 – 6 ekor/kg atau Ukuran teripang pada
Ukuran/bobot kualitas air, serta
Output 200 gr/ekor (market saat panen kurang Melanjutkan usaha
teripang jumlah pakan yang
size) dari 200 gr/ekor
diberikan.
Kebijakan Pengendalian

Pengedalian represif dilakukan jika seluruh proses selesai dikerjakan.


Dalam pengendalian represif, kerugian atau kesalahan telah terjadi
diperbaiki dan diolah secara evaluatif untuk memperbaiki berbagai
kesalahan-kesalahan kerja.

Sebagai contoh pemberian teguran bagi tenaga kerja yang kinerjanya


tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Hal ini
dimaksudkan agar kesalahan yang sama tidak akan terjadi
selanjutnya. Pengendalian represif ini akan menentukan keberlanjutan
dari proses produksi selanjutnya
Kebijakan Finansial

Kelayakan finannsial dilakukan terhadap usaha budidaya


teripang dengan kriteria:
 Ukuran penkultur seluas 20 m x 25 m/kolam (500 m2)
 Jumlah penkultur 4 buah (2000 m2)
 Padat tebar 15-20 ekor setiap m2
 Size 20-30 gram/ekor
 Kebutuhan bibit 40.000 ekor, mortalitas 10%
 Ukuran panen 200 gram/ekor
 Produksi 7200 kg (basah) atau 720 kg (kering)
 Lama pemeliharaan 6 bulan per siklus
 Sarana budidaya bertahan untuk 4 kali siklus produksi
 Harga Jual Rp 1.500.000/kg
Kebijakan Finansial
Pembiayaan
Biaya Investasi: Rp 458.688.000

Biaya Variabel: Rp 450.240.000

Biaya Tetap: Rp 116.453.082

Penerimaan
Hasil Panen x Harga Jual: 1.080.000.000

Keuntungan
Total Penerimaan-Total Biaya: 840.987.000/siklus
Biaya Investasi: Rp 458.688.000
Analisa Analisis usaha
Analisa Usaha 1 Tahun
Uraian Jumlah Harga satuan Total Umur Eko Penyusutan
Angka Satuan Rp. 1.000 Rp. 1.000 tahun Rp. 1.000
Output
Pengeluaran Produksi Teripang Penyusutan
Investasi (I)
Perizinan Usaha
120.000 30.000
1 Paket 120.000 4
1 Pen culture Poin 1-5 354.360
Kayu/Patok 120 m3 250 30.000 2 15.000
Jaring 60.000 Meter 5 300.000 2 150.000
Paku/Mur 1.200 Kg 4.5 5.400 2 2.700
Tali nilon 3 48 Kg 20 960 2 480
Tali nilon 7 1200 Kg 15 18.000 2 9.000
Perahu Katinting 8 Buah 5000 40000 10 4.000
Mesin Perahu 8 Buah 10.000 80.000 6 13.333,3
2 Peralatan Produksi Poin 1-5 55.800
Pisau 48 lusin 50 2.400 1 2.400
Alat pengasapan 24 unit 200 4.800 1 4.800
Drum 96 buah 350 33.600 2 16.800
Ember 240 buah 50 12.000 1 12.000
Para-para 24 unit 125 3.000 1 3.000
3 Rumah Poin 1-8 48.528
Pengolahan
Kayu kaso 24 kubik 185 4.440 4 1.110
Paku 5 cm 360 Kg 25 9.000 4 2.250
Paku 12 cm 360 Kg 17 6.120 4 1.530
Paku seng 72 Kg 32 2.304 4 576
Papan 24 kubik 325 7.800 4 1.950
Seng plat 120 M 13 1.560 4 390
Atap seng 8 kaki 288 lembar 33 9.504 4 2.376
Panci perebusan 120 buah 65 7.800 2 3.900
Total Investasi 458.688 Total 53.082
penyusutan
Biaya Variabel: Rp 450.240.000
12 Bulan (Tahun Pertama)

Uraian Jumlah Harga Satuan Total


Angka Satuan (Rp) (Rp)
Biaya Variabel (VC)
1 Benih
1 Benih Teripang 40.000 ekor 2.000 80.000.000
2 Surat Keterangan Asal (SKA) 20 buah 100,000 2.000.000
3 Biaya transportasi 20 paket 1.000.000 20.000.000
2 Pakan
1 Dedak 3.600 kg 1.800 6.480.000
2 Kotoran ayam 3.600 kg 1.000 3.600.000
3 Karung 480 buah 1.000 480.000
3 Pascapanen
1 Kayu bakar 50 kubik 120.000 112.560.000
2 Tenaga kerja pascapanen 4 orang 1.000.000 225.120.000
Total Biaya Variabel (VC) 450.240.000
Biaya Tetap: Rp 116.453.082

1 Tahun (12 Bulan)


Harga
Uraian Jumlah Total
satuan
Angka Satuan (Rp) (Rp)
Biaya Tetap (FC)
Penyusutan 30 paket 53.082 53.082
Pemeliharaan
1 Pen culture 120 paket 500.000 60000000
Tenaga Kerja
1 Manajer Produksi 12 bulan 2.000.000 24.000.000
2 Administrasi dan Keuangan 12 bulan 1.500.000 18.000.000
12 bulan 1.200.000 (4 14.400.000
3 Tenaga kerja
orang)
Total Biaya Tetap 116.453.082
Kebijakan Finansial
Keuntungan Bersih hasil analisa 840.987.000
Total Biaya Hasil analisa 239.013.082
Harga Pokok Produksi (HPP) hasil analisa 331.962
Imbangan Penerimaan Biaya (R/C ration) hasil analisa 4,52
Break Even Point Produksi (BEP) (unit) hasil analisa 77,62
Break Even Point Harga (BEP) (Rp) hasil analisa 199.679.066
Jangka waktu pengembalian modal (PP) hasil analisa 0,55

Komponen Biaya Jumlah (Rp)


Total Biaya (TC) 239.013.082
Penerimaan (TR) 1.080.000.000
Keuntungan 840.987.000
R/C Ratio 4,52
Payback Periode 0,55
BEP (Rp) 199.679.066
BEP (Unit) 77,62
HPP 331,96
PP 0,55
NPV 1 28,56629606
NPV 2 6,24677227
IRR 7,863212281
B/C Ratio 7,037162928
ROI 2,354541649
PI 2,653073592
Kebijakan Finansial

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa pengembalian modal


(PP) didapati 0,55 tahun berarti dalam waktu 6 bulan keuntungan sudah
dapat diperoleh. Hal ini karena semakin cepat pengembalian modal maka
akan semakin baik. Sedangkan untuk tingkat penjualannya sudah bisa
mendapatkan keuntungan.

Dari hasil analisis BEP diperoleh sebesar 77,62 yang berarti usaha ini tidak
rugi dan tidak untung apabila didapatkan keuntungan sebesar nilai BEP
dari penjualan tiap siklus. Adapun nilai B/C Ratio lebih dari 1, hal tersebut
menunjukkan bahwa budidaya teripang menguntungkan. Kemudian nilai
NPV yang lebih besar dari 0 menunjukkan bahwa usaha ini sangat layak
untuk dikembangkan dan menguntungkan. Kriteria lain yang menyatakan
bahwa usaha ini layak adalah nilai IRR yang lebih besar dengan nilai
diskonto (discount rate) yang telah ditentukan.
Kebijakan Finansial

• Usaha dimulai dari pembesaran untuk jenis teripang pasir dan


perhitungan dilakukan satu siklus 6 bulan.
• Pemeliharaan dilakukan dengan 1 pen culture, dan akan
dikembangkan dengan penculture selanjutnya saat pendapatan
telah berganda untuk biaya lahan
• Semua jenis pakan diperoleh dengan membeli dari penjual terdekat.
• Proses budidaya dilakukan dianggap normal dengan 1 tenaga
kerja/pen culture
• Setelah panen, maka diharapkan akan didapati keuntungan
sebanyak 4 kali dari modal
• Agar lebih realistis maka semua harga input dan investasi diasumsikan
naik sebesar 1% per tahun, kecuali upah tenaga kerja dan biaya listrik
naik 2% pertahun.
• Volume produksi dan harga output diharapkan naik sebesar 1%
pertahun. Umur proyek 10 tahun. Tingkat diskonto rata-rata 17%,
walaupun rata-rata ini cenderung meningkat sekitar 1-2%. Ini adalah
asumsi untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga SBI atau deposito
jangka waktu 10 tahun ke depan.
Penutup
 Berdasarkan hasil analisis R/C, maka usaha pembesaran teripang
pasir dengan metode pen culture layak secara ekonomi (R/C =
4,52 > 1) nilai R/C rasio>1, maka usaha pembesaran ini dikatakan
menguntungkan sebab dari 1 satuan biaya yang dikeluarkan
dapat mendatangkan penerimaan sebesar 4,52 satuan.
 Dari hasil analisis usaha menunjukkan dalam 1 tahun dapat
menghasilkan keuntungan usaha sebesar Rp. 840.986.918/tahun,
dengan lama pengembalian modal/investasi (PP) 0,55 tahun,
BEP(Rp) Rp. 199.679.066, BEP(unit) 77,62, dengan total penerimaan
sebesar Rp. 1.080.000.000. Sehingga usaha pembesaran teripang
ini layak untuk dikembangkan.
BEP (RP)

BEP (UNIT)
R/C RATIO
PP (PAYBACK PERIOD)

HPP (HARGA POKOK PRODUKSI


LABA
NPV
BEP

Anda mungkin juga menyukai