PERSPEKTIF TEKNOLOGI DALAM

PERIKANAN

H. Fauzul Mubin
Technical Support & Hatchery Manager
PT. Matahari Sakti Surabaya
Ph. +62-812-161-4045, E-mail: fhaoez@yahoo.com

POTRET PRODUKSI,DISTRIBUSI DAN TUNTUTAN PASAR GLOBAL

BARGAINING POWER
SELLERS MARKET

Illegal, Unreported &

Unregulated (IUU)

SUSTAINABILITY

QUALITY

DOMESTIC
CONSUMPTION

GLOBAL AND DOMESTIC MARKET

SAFETY

TRACEABILITY
GEOSTRATEGY

Meanwhile......
WAJAH BUDIDAYA PERIKANAN DI INDONESIA:
1. Pemaksaan Lahan dengan melakukan padat tebar melebihi
carrying capacity tanpa teknologi
2. Pola yang dijadikan pakem semata-mata hanya peningkatan
produksi
3. Akibatnya banyak kasus serangan penyakit endemik dan
blooming parasit virulen
4. Tekanan terhadap lingkungan sangat besar dan ekosistem
terutama ekosistem mikro menjadi tidak seimbang.
5. Akibatnya seringkali menggunakan antibiotik dan bahan
sanitizer dengan membabi-buta dan menyebabkan
resistensi dan residual

ANNUAL REPRODUCTION MEET DEMAND: balanced?

PENERAPAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DAN ADALAH

SALAH SATU KUNCI SUKSES DALAM USAHA
PERIKANAN

ASPEK KUNCI BUDIDAYA PERIKANAN

1. TEKNIS BUDIDAYA:

-SESUAI DENGAN KONDISI SETEMPAT : KOLAM / TAMBAK?

(LINGKUNGAN, SARANA, PENGETAHUAN DAN MODAL)

2. MARKET (PASAR): APAKAH DITERIMA OLEH PASAR?

3. APAKAH MENGUNTUNGKAN? Buat Analisa Usaha

TEKNIS BUDIDAYA IKAN

Aspek teknis meliputi:
1. Benih
2. Pakan

3. Manajemen lingkungan (kualitas air)

4. Kontrol Penyakit

Benih
Benih yang baik harus memenuhi persyaratan:
1. KEMAMPUAN BERADAPTASI DENGAN LINGKUNGAN.
-Tidak mudah mengalami tekanan/stres terhadap perubahan
lingkungan baru.

2. MENCAPAI PERTUMBUHAN OPTIMUM.

- Memiliki keseragaman ukuran panen yg baik ( 65 75 % ).
- Nilai yield / daging / karkas yang tinggi (29-35 %)
- Kecepatan pertumbuhan tinggi
3. TINGKAT KELULUSAN HIDUP (SR) TINGGI ( 80-90 %)
- Tahan terhadap infeksi penyakit
4. EFISIEN TERHADAP PAKAN
- FCR (Konversi pakan yang rendah)

Jadi mana kira-kira benih

yang baik:

Ingkang niki....

Nopo Niki......?

MASAMO:
SEKILAS CERITA

SELAYANG PANDANG

MASAMO-Catfish Hatchery adalah unit

pembenihan Lele PT. Matahari Sakti yang beroperasi
mulai tahun 2008. Komoditas utama yang dikembangkan
adalah Lele.
Tujuan Utama MASAMO Catfish Hatchery adalah
melakukan kegiatan breeding dan pemuliaan untuk
menghasilkan calon-calon induk unggul.
2009
Mendatangkan (impor) beberapa strain lele unggul
sebagai sumber plasma nutfah, diantaranya Lele Afrika
(Clarias gariepinus) dan Big head catfish (Clarias
macrocephalus) dari Thailand, serta beberapa strain
unggul dalam negeri (Sangkuriang, Ex-Paiton, dan Local
Dumbo brown catfish).
Sepanjang 2009, tahap awal breeding sudah dilakukan
dan menghasilkan beberapa ko-hort untuk selanjutnya
dilakukan beberapa pengujian

BEBERAPA STRAIN YANG DIMILIKI

Brown Catfish
C. Gariepinus (Impor, 2009)

Sangkuriang
(dari BBPBAT Sukab umi 2008)

Ex- Paiton, 2008-2009

C. Macrocephalus (impor, 2009)

Visual Performance of Catfish Fry

Visual Performance of C. macrocephalus Fry

(Ko-Hort 1)
Visual Performance of C. gariepinus Fry (Ko-Hort 3)

Visual Performance of the hybrid between

C. gariepinus X C. macrocephalus
(Ko-Hort 3)

2010 (program 2010- 2015)

Merintis pembentukan center of fresh water hatchery
Tujuan: menghasilkan calon induk untuk beberapa
komoditas ikan air tawar utama: Lele, Gurame, Patin,
Mas, dan Bawal.

2010
Merintis kerjasama dengan UPR mitra MS untuk menjadi
hatchery plasma, menggunakan induk lele Masamo
Akhir tahun 2010, direncanakan terbentuk 10 plasma
hatchery lele masamo untuk melayani kebutuhan benih
lele pelanggan MS

2011-2012
Membuka Hatchery Masamo yang
terintegrasi dengan Hatchery Mentaris,
Aquatic Animal Health Center dan Feed
Trial di Pasuruan
Meneruskan program pemuliaan dan
produksi induk Lele Masamo dan Lele
Masamo Hybrid

2012-2013
Merintis kerjasama dengan Namsay Farm
dan AIT Thailand
Membuka satellite hatchery di Sumatera
dan Kalimantan
Program Sertifikasi Hatchery dan Rilis
Nasional

RECENT ON

MENTARIS - Tilapia Hatchery adalah unit

pembenihan Nila PT. Matahari Sakti yang beroperasi
mulai tahun 2009, berlokasi di Pasuruan Jawa Timur.

Tujuan Utama MENTARIS - Tilapia Hatchery adalah

melakukan kegiatan breeding dan pemuliaan untuk
menghasilkan benih nila monosex dan calon-calon induk
unggul.

2009
Mendatangkan beberapa strain Nila unggul sebagai
sumber plasma nutfah, dari dalam maupun luar negeri
(Impor). Terutama dari hatchery yang sudah establish
selama puluhan tahun dan sudah bersertifikasi

RECENT ON MATAHARI SAKTI.

KK

BT

RT

GT

GN

RECENT ON MATAHARI SAKTI.

2010
Euryhaline Project
Tujuan: menghasilkan calon induk dan benih
Nila Monosex yang tahan salinitas (>20ppt),
diharapkan 2013-2014 akan dirilis.
2010-2014
Mentaris Unit 2, unit 3, Satellite 1-2, Shrimp
Menghasilkan benih Nila Monosex double
capacity, karena tuntutan kebutuhan benih
dari pelanggan MS
2011-2015
Broodstock Project
Mulai Produksi Induk untuk distribusi 20122015

TEAM HATCHERY Essere

MENTARIS
2010
Numero Uno

Gambar perspektif hatchery Masamo 2012-2013

(in progress)

Beberapa Aplikasi Genetic Improvement

yang dipilih pada Lele masamo di Hatchery MS

Program Controlled Inbreeding

Program Hybridisasi (inter dan antar
spesies)
Program Seleksi (individu dan famili)
Program Perbanyakan Induk Unggul

PROTOCOL YANG DIPERGUNAKAN:

1. Protokol Perbanyakan Galur Murni

2. Protokol Lele Hibrida
3. Protocol Seleksi Individu
4. Protokol Perbanyakan Massal
(SUMBER: Jejaring Broodstock Nasional di BBPBAT Sukabumi
Tahun 2011)

EVALUASI PERFORMA

Visual Calon Induk Per Nopember 2012

EVALUASI PEMIJAHAN
SIKLUS 1 (oktober 2012)
LOKASI
Juml ah Pemijahan
Juml ah Memijah

: PASURUAN
: 10 pa s ang, rasio 1:1 @1 - 1.5kg, a l ami
: 9 pa sang, 7 pa sang bertelur s empurna (70%)

Juml ah Panen
DoC

:
: 40 Ha ri

Komposisi Panen

UKURAN

JUMLAH

2 cm

35,000

11%

3 cm

158,000

49%

4 cm

100,000

31%

5 cm

27,000

8%

TOTAL

320,000

TUJUAN KIRIM
Muni r, Ba nyuwangi, 25.000 ekor
Kha fi dz, Sidoarjo, 10.000 ekor
Guna wan, Tulungagung, 24.000 ekor
Ami r, Mojokerto, 16.000 ekor
Muni r, Ba nyuwangi, 60.000 ekor
Kha fi dz, Sidoarjo, 30.000 ekor
Heri , Mojokerto, 20.000 ekor
Ti kno, Mojokerto, 8.000 ekor
Hudi , Tulungagung, 12.000ekor
Ya nto, Tulungagung, 20.000 ekor
Juweni, Tulungagung, 15.000 ekor
Tri , Mojokerto, 30.000 ekor
Ba mbang, Mojokerto, 23.000 ekor
Ya nto, Tulungagung, 15.000 ekor
Ba ki n, Tulungagung, 12.000 ekor

KETERANGAN
Sel ain wilayah Tulungagung
di a mbil sendiri ke Hatchery
Pengi riman ke Tulungangung
di l akukan dalam wadah
tertutup (Kantong plastik)

SEBARAN UKURAN BENIH HASIL PEMIJAHAN (d-40)

180000

160000

140000

JUMLAH (ekor)

120000

100000

80000

60000

40000

20000

8
UKURAN (cm)

10

12

14

16

REVIEW: MASAMO ON
GROW OUT

masamo

SUMAJI,
M. AMIR,
M. AMIR (2),
TULUNGAGUN KLEGEN,CML,P KLEGEN,CML,P
G
MLG
MLG

FARMER/LOC

POND &
REARING
CONDITION
Pond Size
Stocking
Number
Harvest Number
Total Harvest
Total Feed
DoC
Stocking Size

VALUE

m3

60

24

24

pcs ( bibit )

12,000

3,000

3,000

pcs ( ekor )
kilograms
kilograms
days
centimeter ( cm )

7,306
811
720
80
6

2,808
351
294
59
3-5

2,296
287
250
52
3-5

CALCULATED
Stocking Density
SR
FCR
ABW
ADG
Total Bag
FCE-Sak
Density Ekor
Density berat

pcs / m2 ( bibit )
%
kg Feed / kg Fish
g
g / day
bags of feed
kilo fish / bag feed
panen ekor / m2
panen kilo / m2

200
61
0.89
111
1.4
24
33.8
122
13.5

125
94
0.84
125
2.1
10
35.8
117
14.6

125
77
0.87
125
2.4
8
34.4
96
12.0

Harvest Price
Feed Price
Seed Price

Rp / kilo
Rp / kilo
Rp / ekor

9,600
6,983
95

11,000
7,200
65

11,000
7,200
65

ECONOMICAL
Cost Unit
- Pakan
- Benih
- Others (Ops.)
TOTAL COST
PRODUCTION COST
Revenue
Gross Revenue
Nett income
% Profit
Profit per satuan
lahan
Net Profit/kg

Juta Rp
Juta Rp
Juta Rp
Juta Rp
Rp/Kg

5.03
1.14
0.20
6.37
7,852

2.12
0.20
0.10
2.41
6,871

1.80
0.20
0.10
2.10
7,300

Juta Rp
Juta Rp
%

7.79
1.42
22%

3.86
1.45
60%

3.16
1.06
51%

Rp / m2 / month

8,862

30,703

25,529

Rp/Kg

1,748

4,129

3,700

OTHERS
FEED BRAND
Last Feed Portions Kg
Last FR
%
Seed Origin
Harvest Date

LP
17
2.1%
MASAMO
3/2/2012

LP
8
2.3%
MASAMO
8/3/2012

LP
7
2.4%
MASAMO
8/3/2012

TECH SUPPORT

BP. HERY

BP. HUDA

BP. HUDA

Nila MENTARIS
MENTARIS GROW OUT IN INTENSIVE POND
PERIOD : OCTOBER 14 - PEBRUARY 12 2010

A. TECHNICAL DATA
TRIAL

INITIAL
STOCK (g)

MBW (g)

TOTAL
TOTAL FEED
BIOMASS (Kg)
(Kg)

FCR

DOC
(days-d)

ADG
(gd-1)

SR

KESERAGAMAN
PANEN (%)

H-1

5.54

377

11,056

14,954

1.35

121

3.07

71

85

H-2

2.98

322

5,622

7,282

1.30

121

2.72

111

70

R-1

7.5

326

8,434

10,922

1.29

121

2.63

111

70

EXPONENTIAL GROWTH
MBW SAMPLING (g)
401

DoC (day)
H-1

H-2

R-1

5.54

2.98

7.5

11.85

9.61

16.09

15

17.64

13.27

25.28

22

21.67

16.67

39.51

29

48.02

42.5

66.6

36

66.41

66.19

81.11

43

80.76

77.88

98.5

50

107.91

103.75

120.57

57

133.06

119.58

142.64

66

165.94

140

171.25

73

174.26

159

188.23

80

189.6

172

208.39

87

223.57

193.18

227.2

94

275

222.73

258

101

298.1

265.63

270

108

343.75

306.25

307

117

363.62

314.61

315

121

377.00

332.08

326

351

301

251
H-1
201

H-2
R-1

151

101

51

1
1

11 21 31 41 51 61 71 81 91 101 111 121 131 141 151

RECENT TECHNOLOGIES AND ISSUES

1. BIOFLOCK TECHNOLOGY (BFT)

Pakan
100% N
100% P

Terserap
30% N
32 % P

Terlarut
87% N
10-40% P

Terbuang
70% N
68% P

Terlarut
13% N
60-90% P

Laurel J. Ramseyer and Donald L. Garling

Dari pakan yang dimakan ikan, dihasilkan C

organik, N organik, P organik yang
dikeluarkan oleh ikan lewat insang (sekresi)
dan sebagian dibuang dalam bentuk faeces
(kotoran).
Limbah organik ini yang bereaksi membentuk
amonia, nitrit dan zat lain yang meracuni ikan
dan merusak komposisi media dan
berpotensi besar merangsang pertumbuhan
parasit dan bakteri pathogen (penyakit)

Penggunaan kapur
Karbon dioksida
Menyebabkan pH
dan alkalinitas
turun

Karbon dioksida
Menyebabkan pH
dan alkalinitas
turun

PROTEIN
(BIOFLOC)

IKAN
LELE/NILA

BAKTERI

Karbohidrat :
Tepung tapioka,
terigu, tetes

Energi :
Gerak,
Pertumbuhan,
dll.

AMONIA

Nitrat

Nitrit

Garam dan
kapur

6 CO2 + 12 H2S -- C6H12O6 + 6 H2O + 6 S + energi (kalori)

1. Strong and healthy seed:

Exp: Masamo&Mentaris (Proven)

2. Compatible Feed: LP Series, PREO

3. Compatible Probiotic
Teorinya hanya mengkayakan bakteri indigenous yang sudah
ada dalam sistem, prakteknya tetap ditambahkan bakteri yang
proven mampu membentuk flok, seperti Bacillus subtilis, B.
polymixa, Lactobacillus. plantarum, dll.
4. Carbon source/ Carbohydrate. Exp: Mollases, Starch etc.
5. Pump/Aerator

Dominasi plankton dan zooplankton

- Warna : hijau muda cerah hijau tua pekat
-Bau
: tidak berbau bau lumut
Dominasi bakteri pengurai
- Warna
: coklat teh coklat muda coklat pekat
-Bau
: tidak berbau bau asam amino
Dominasi bakteri photosintetic
- Warna
: coklat keruh merah muda cerah
- Bau
: asam amino atau bau asam (kecut)

Pengukuran Flok yang terbentuk dengan Imhoff Cone,

volume bervariasi tergantung kesuksesan proses
(5-50 ml/l)

Jika volume terlalu

rendah maka
tambahkan
karbohidrat dan jika
terlalu tinggi, lebih
dari 50, maka buka
kran endapan.

Air sampel bak tanpa floc (A) & air sampel bak berbiofloc tebal (B)
terkait kepadatan

Foto Floc di bak

Calculating 25% protein assimilated the rest is

excreted in real time, mostly as NH4 (some as
organic N in feces or feed residue) and it assumed
that the NH4 (ammonium) flux into the water, at
least 50%:

N= Feed x % N feed x % N excretion

In the zero water exchange ponds, all the
ammonium remain in the pond in the partial water
exchange ponds, sedimentation or removal of
sludges reduces the ammonium flux, estimated

Amount of carbohydrate addition needed to

assimilate the ammonium flux into microbial
proteins:
CH= Feed x % N feed x % N excretion/0.05
Example: assuming 32% protein feed pellets
assuming 50% of the feed nitrogen is:
Excreted CH= Feed x 0.0496x 0.05/0.05
CH= Feed x 0.496

20 g Carbohydrates to sequester 1 gram

ammonium nitrogen (C/N >20)
2. C/N ratio based on protein feed (BP-2, 25%), per kg feed:
C

500 g

N - Protein

250 g

amount of C is very close to 50% of total feed

N (prot x 0.155)

38.75 g N/kg Feed

C/N Ratio

12.90

3. C/N ratio based on daily feeding with 0.4 kg feed (BP-2, 25%) and 0.4 kg molasses
C

400 g

N - Protein

100 g

N (prot x 0.155)

15.5 g N/kg Feed

C/N Ratio

25.81

2. MS-TECHNOLOGY PROJECTION
2013 - 2015

2013-2015
1. Growth Promotor Hormon Like Protein
For Fish and Shrimp
2. DNA Vaccine
3. Genetically Strepto-Tolerant Tilapia

3. HOooTss ISSUE...
Early Mortality Syndrome ( EMS )

Early mortality syndrome ( EMS ) atau dikenal sebagai Accute hepatopancreatic

necrosis syndrome ( AHPNS )
Menyerang kebanyakan crustacea, terutama cultivan Pennaeus vannamei.
Sudah outbreak Februari Maret 2013, di hampir seluruh kawasan Asia seperti
China, Thailand, Philipina dan lain-lain.
ITS MULTI BILLION DOLLAR PROBLEM....
(George Chamberlain, president of the Global Aquaculture Alliance)

Asosiasi petambak Thailand bersepakat MENGHENTIKAN SELURUH KEGIATAN

BUDIDAYA UDANG pada 2 bulan ini, sebagai langkah awal mitigasi penyakit
tersebut.
INDONESIA???

Apapun Ikannya, Matahari Sakti Pakannya.

PF128, PF118, PF1000, FL-Series, LP-1, LP-2, LP-3