Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH : BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT


DOSEN PENGAMPU : DR. BASRI BABA, SP., MP

PEMELIHARAAN TBM KELAPA SAWIT

Oleh :
Yurni Arrang
(2122040053)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN


PERKEBUNAN
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
MANDALLE
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit memiliki nama latin (Elaeis guineensis Jacq) saat ini
merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting
disektor pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya. Hal ini
disebabkan karena dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau
lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di
dunia (Balai Informasi Pertanian, 1990). Melihat pentingnya tanaman kelapa
sawit ini dan masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan
penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan
kualitas dan kuantitas produksi kelapa sawit secara tepat agar sasaran yang
diinginkan dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah pengendalian hama
dan penyakit. (Sastrosayono 2003). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman
penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan karena
berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit memiliki arti
penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan
kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber
devisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah
berkembang di 22 daerah provinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun
1968 seluas 105.808 ha dengan produksi 167.669 ton, pada tahun 2007 telah
meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO
(Sastrosayono 2003). Produktivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh teknik
budidaya yang diterapkan. Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu
kegiatan budidaya yang sangat penting dan menentukan masa produktif
tanaman. Pengendalian hama dan penyakit yang baik dapat meningkatkan
produksi dan produktivitas tanaman. Untuk memenuhi kebutuhan akan kelapa
sawit, maka dilakukan suatu usaha untuk meningkatkan produksi minyak sawit
yaitu dengan meningkatkan pengolahan di pabrik, memperluas areal pertanaman
dan memperbaiki sistem budidaya yang biasa dilakukan. Tanaman kelapa sawit
berbuah sepanjang tahun namun terdapat bulan-bulan dimana terjadi panen
puncak dan panen rendah. Variasi produksi tanaman kelapa sawit sangat
dipengaruhi oleh faktor iklim. Faktor-faktor lainnya juga turut mempengaruhi
seperti tanah, komposisi umur tanaman, bahan tanaman dan manajemen (Lubis,
1992). Faktor air juga merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Ketersediaan air sangat
dipengaruhi oleh besarnya curah hujan, jumlah air irigasi yang diberikan, dan
kapasitas tanah dalam menahan air. Air yang sedikit maupun berlebihan dapat
berakibat buruk bagi tanaman (Ismantika, 1998). Air merupakan benda yang
amat dibutuhkan mahluk hidup dimuka bumi ini. oleh sebab itu hal-hal yang
berkaitan dengan masalah air patut dicermati lebih lanjut khusus untuk air tanah
yang merupakan sumber air bersih bagi sebagian besar penduduk Indonesia
masalah pemanfaatan dan konservasi air tanah harus mendapat penanganan
yang layak dari yang berwenang. Salah satu parameter penting air tanah dalam
pemanfaatan maupun konservasinya adalah kualitas air tanah. Dalam tulisan ini
akan dicoba cara-cara yang sederhana, cepat, murah dan akurat untuk
mengetahui kualitas air tanah di suatu tempat dengan mengamati beberapa
parameter kimia terkandung. Pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air, untuk bahan baku air umum diisyaratkan sebanyak 45 unsur
atau parameter kimia yang harus diuji. Hal ini tentu memberatkan bagi para
pengguna air tanah, di samping biaya yang cukup mahal untuk uji laboratorium,
anggapan bahwa air tanah selalu mempunyai kualitas baik merupakan alasan
bagi umumnya para pengguna air untuk tidak melakukan uji laboratorium. Untuk
itu dalam tulisan ini akan mengenalkan cara yang cukup murah dan sederhana
untuk mengetahui keadaan kualitas air tanah dengan hanya mengevaluasi
beberapa parameter kimia yang terkandung dalam air tanah, antara lain nilai
daya hantar listrik (DHL), hasil sisa pengeringan atau total zat padat terlarut
(TDS), derajat keasaman (pH), kandungan besi (Fe3*), mangan (Mn2*), nitrogen
dalam bentuk nitrat (NO,") dan sertanitrit (NO2).

B. Tujuan

1. Untuk memberikan informasi mengenai pemeliharaan TBM pada kelapa


sawit.
2. Untuk memberikan informasi mengenai jenis-jenis pemeliharaan TBM
pada kelapa sawit
3. Untuk memberikan informasi mengenai peralatan dalam pemeliharaan
TBM pada kelapa sawit
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemeliharaan TBM Kelapa Sawit


Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan yang
mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia,
karena menjadi salah satu komoditas ekspor Indonesia sebagai penghasil devisa
negara. Pemeliharaan tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tindakan
yang sangat penting dan menentukan masa produktivitas tanaman, salah
satunya adalah kegiatan pemeliharaan TBM. Kegiatan pemeliharaan TBM kelapa
sawit perlu mendapat perhatian khusus baik dari segi teknis maupun manajerial
karena pemeliharaan TBM yang baik akan membentuk figur tanaman yang sehat
dan menentukan waktu panen pertama yaitu akan lebih cepat atau tertunda.

B. Jenis Pemeliharaan TBM Pada Kelapa Sawit


Kegiatan pemeliharaan TBM kelapa sawit meliputi konsolidasi atau sensus
tanaman, penyisipan tanaman, pengukuran pertumbuhan tanaman,
pemeliharaan piringan, jalan rintis dan gawangan, pengendalian hama dan
penyakit, penyiangan, pemupukan, tunas pasir dan kastrasi, pembuatan titi
panen dan TPH.

C. Alat-alat Pemeliharaan TBM


Peralatan pemeliharaan TBM Kelapa sawit meliputi GPS (Global Positioning

System),
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kebunt Bibit
Secara teknis, pelaksanaan pengembangan industri bibit unggul tanaman tebu
dapat dilakukan dengan cara berjenjang, yakni sebagai berikut :

(1). Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU) : Penangkaran bibit penjenis oleh pemilik
varietas atau pemulia (P3GI) dengan tingkat kemurnian 100%.

(2). Kebun Bibit Pokok (KBP) : bahan tanaman dari KBPU, tingkat kemurnian
100%, dilaksanakan oleh P3GI.

(3). Kebun Bibit Nenek (KBN) : bahan tanaman dari KBP, tingkat kemurnian
100%, dilaksanakan oleh PG.

(4). Kebun Bibit Induk (KBI) : bahan tanaman dari KBN, tingkat kemurnian 98%,
dilaksanakan oleh PG.

(5). Kebun Bibit Datar (KBD) : bahan tanaman dari

KBI, tingkat kemurnian 95%, biasanya Dilaksanakan oleh penangkar bibit


swasta. Lokasi pembibitan biasanya dilakukan di dekat areal kebun tebu giling,
sehingga mudah diakses oleh petani di samping mengurangi biaya transportasi.

Pelaksanaan pengembangan bibit tebu unggul dilakukan melalui penerapan


teknologi penangkaran bibit tebu unggul sesuai Standard Operational Procedure
(SOP). Teknis pelaksanaan penangkaran bibit ini secara mudah dapat dikuasai
dan dikembangkan oleh mitra pengguna, yaitu petani tebu yang tergabung dalam
Asosiasi Petani tebu Rakyat Indonesia (APTRI) daerah setempat. Anggota
APTRI telah memiliki kemampuan dan pengalaman yang handal dalam budidaya
tebu, sehingga sudah tidak canggung lagi dalam menerapkan teknologi
penangkaran bibit tebu unggul. Di samping itu, para peneliti dari lembaga-
lembaga penelitian bersama Pusat Penelitian perkebunan Gula Indonesia (P3GI)
dapat dilibatkan untuk melakukan pendampingan kepada petani selama
melaksanakan penangkaran bibit tebu unggul. Pelibatan ini berlangsung hingga
teknologi dan manajemennya benar-benar dikuasai.

B. Jenis Bibit

Berikut beberapa jenis-jenis bibit yang sering digunakan dalam perkebunan tebu:

1.Bibitr atau dederan Bibit yang berasal dari hasil persemaian (Jawa = deder)
setek-setek batang yang dibuat dengan maksud antara lain memperbesar
penangkar. Juga sebagai tempat pertumbuhan peralihan bahan bibit yang telah
cukup umur sambil menunggu penyiapan lahan untuk ditanami.

Selain itu, untuk memperkecil risiko penyulaman karena pada umumnya bibit
yang berasal dari bibit dederan langsung bisa tumbuh, serta sebagai bahan
tanam sulam tanaman yang mati.

2.Bibit setek pucuk merupakan bibit yang diambil dari pucuk tebangan tebu
dengan panjang sekitar tiga ruas. Dedaunan yang masih melekat pada pucuk
tersebut harus dibuang. Pada bibit setek pucuk yang akan digunakan harus
memiliki dua atau tiga mata. Bibit ditanam dengan cara menidurkannya dengan
sedikit ditimbun oleh tanah. Tunas harus diletakkan di sebelah kiri dan kanan.

Anda harus menyiapkan lubang tanam terlebih dahulu, lubang tersebut harus
dikeringkan terlebih dahulu untuk mengurangi tingkat kemasaman tanah.
Bersihkan lubang dari rumput dan masukkan tanah guludan sembari diberi
sedikit air. Kedalaman lubang tanam sekitar 35 cm. Sebaiknya, lubang dibiarkan
sehari semalam sebelum digunakan.

3. Bibit rayungan adalah bibit yang sudah tumbuh, biasanya bibit ini sudah
memiliki dua atau tiga mata. Bibit ini ditanam di lahan dengan kriteria lebar parit
keliling 0,7 m dengan kedalaman 0,7 m, parit malang dengan panjang 100 m,
lebar 0,5 m, dan kedalaman 0,5 m; dan parit mujur dengan lebar 0,7 m dan
kedalaman 0,7 m.

Untuk menanam lubang di lahan sepanjang 10 m, akan membutuhkan 20 bibit


yang ditambah dengan bibit cadangan untuk penyulaman.
4. Bibit bonggol adalah bibit yang biasanya diambil dari bagian bawah pohon
tebu yang baru saja ditebang. Bagian bawah pohon masih terpendam di dalam
tanah. Bibit bonggol biasanya sudah memiliki dua atau tiga mata. Bibit bonggol
yang digunakan akan ditanam dengan posisi agak miring. Penanaman bibit
bonggol sebaiknya dilakukan pada Mei, Juni, dan Juli. Hal ini dikarenakan agar
waktu masak pohon tebu dengan rendemen tinggi terjadi pada saat masa giling
pabrik gula sehingga hasil panen dapat langsung diolah agar kualitas tebu tidak
menurun.

C. Varietas Tanaman Tebu

Varietas bina adalah varietas yang secara resmi telah disahkan oleh pemerintah,
dalam hal ini Menteri Pertanian RI. Baik varietas hasil rakitan sendiri maupun
introduksi, melalui sidang komisi Penilai dan Pelepas Varietas, setelah
memperoleh dokumen dari Lembaga pengusul, akan memberikan saran dan
masukan kepada Badan Benih Nasional untuk usulan pelepasan varietas.
Demikian pula tidak terkecuali untuk peredaran varietas tebu di masyarakat.

Sebagai berikut beberapa contoh varietas tanaman tebu:

1. Varietas Unggul PS 851

PS 851 merupakan varietas unggul baru yang dilepas Menteri Kehutanan dan
Perkebunan (waktu itu) pada tahun 1998. PS 851 sebelumnya dikenal dengan
nomor seleksi PS 85-21460, yang merupakan hasil persilangan Ps 57 (varietas
unggul yang dilepas P3GI tahun 1985) dengan B 37172 (varietas introduksi dari
Barbados, Amerika Latin).

2. Varietas Unggul PS 862

PS 862 sebelumnya dikenal dengan nama seri PS 86-8504 merupakan


keturunan dari induk F 162 (polycross) yang dilepas Menteri Pertanian tahun
1998. PS 862 mempunyai perkecambahan baik dengan sifat pertumbuhan awal
dan pembentukan tunas yang serempak, berbatang tegak, diameter besar,
lubang kecil-sedang, berbunga jarang, umur kemasakan awal tengah dengan
KDT terbatas, kadar sabut sekitar 12%. Mudahnya daun tua diklentek dengan
tanaman tegak dan serempak memberikan tingkat potensi rendemen tinggi.
Kondisi tanah subur dengan kecukupan air sangat membantu pertumbuhan
pemanjangan batang yang normal. Pada kondisi kekeringan atau drainasinya
terganggu akan terjadi pemendekan ruas batang.

3. Varietas Unggul PS 863

PS 863 sebelumnya dikenal dengan nama seri PS 86-17538 merupakan


keturunan dari induk F 162 (polycross) yang dilepas Menteri Pertanian tahun
1998. PS 863 mempunyai perkecambahan baik dengan sifat pertumbuhan awal
dan pembentukan tunas relatif serempak, diameter besar, lubang sedang,
berbunga jarang, umur kemasakan awal tengah dengan KDT terbatas, kadar
sabut sekitar 13%. Kondisi tanah subur dengan kecukupan air sangat membantu
pertumbuhan pemanjangan batang yang normal dan cenderung cepat.

4. Varietas Unggul BULULAWANG (BL)

Varietas BULULAWANG merupakan hasil pemutihan varietas yang ditemukan


pertama kali di wilayah Kecamatan Bululawang, Malang Selatan. Melalui Surat
Keputusan Menteri Pertanian tahun 2004, maka varietas ini dilepas resmi untuk
digunakan sebagai benih bina. BL lebih cocok pada lahan-lahan ringan
(geluhan/liat berpasir) dengan sistem drainase yang baik dan pemupukan N yang
cukup. Sementara itu pada lahan berat dengan drainase terganggu tampak
keragaan pertumbuhan tanaman sangat tertekan. BL tampaknya memerlukan
lahan dengan kondisi kecukupan air pada kondisi drainase yang baik. Khususnya
lahan ringan sampai geluhan lebih disukai varietas ini dari pada pada lahan
berat.

5. Varietas Unggul PSJT 941

PSJT 941 sebelumnya merupakan seri seleksi PSJT94-33 merupakan hasil


persilangan polycross BP 1854 pada tahun 1994, sejak dini disemaikan dan
diseleksi pada tipologi lahan kering di Jatitujuh Jawa Barat. Hasil pengujian di 23
lokasi, PSJT 941 menunjukkan produktivitas yang cukup baik. Karena daya
keprasan sangat baik dan toleransi kekeringan yang tinggi, maka PSJT 941
menunjukkan keunggulan yang sangat nyata di lahan tegalan beriklim kering.

D. Pengadaan Bibit

Penyediaan benih yang seragam, murni (tidak tercampur dengan varietas lain),
sehat, tidak mengalami kerusakan fisik, dan tersedia dalam jumlah besar pada
saat dibutuhkan merupakan suatu keharusan untuk membangun kebun tebu
yang baik. Pengadaan benih tebu dapat dilakukan dengan dua teknologi yaitu
konvensional dan kultur jaringan.

1. Benih Tebu Konvensional

Indrawanto et al. (2010) menyatakan bahwa benih tebu konvensional adalah


benih yang berasal dari batang tebu dengan 2–3 mata tunas atau lonjoran yang
belum tumbuh yang disebut bagal. Biasanya bagal diambil dari batang tanaman
tebu umur 6–8 bulan.

2. Benih Tebu Kultur Jaringan

Penggunaan teknik kultur jaringan bertujuan untuk mengatasi keterbatasan


pengadaan benih tebu secara konvensional. Hal ini disebabkan faktor
penggandaannya yang tinggi sehingga varietas unggul cepat diperbanyak, benih
lebih terjamin kesehatannya, membutuhkan ruang yang relatif kecil, bahan tanam
dan pohon induk sedikit, dan eksplan dapat diproduksi secara cepat dan banyak
(Mariska dan Rahayu 2011).

3. Pengadaan Benih Tebu Bud Chips dan Bud Set

Pengadaan benih dengan teknologi bud chips secara ekonomi dapat menurun-
kan biaya produksi dalam budi daya tebu. Karena ukurannya yang kecil, bud
chips tidak membutuhkan tempat yang luas sehingga memudahkan dalam
transportasi pengiriman. Pada pengembangan tebu varietas baru, pengadaan
benih dengan bud chips sangat menguntungkan karena dapat dilakukan lebih
cepat dan bobot benihnya 80% lebih ringan dibandingkan dengan benih bagal
(Jain et al. 2010; Kuri dan Naik 2015). Hasil penelitian Rokhman et al. (2014),
menunjukkan ada interaksi antara penggunaan benih bagal, bud set, dan bud
chips dengan enam klon yang diuji dalam meningkatkan rendemen.

Benih bud chips atau bud set diambil dari tanaman tebu umur 6–8 bulan, dengan
cara memotong batang tebu yang memiliki minimal 9 ruas. Mata yang digunakan
untuk benih berasal dari daun +5 hingga +11 atau membuang 3 ruas atas dan 2
ruas bawah. Batang tebu yang baru dipanen dan masih dalam bentuk lonjoran,
di-klenthek (dibuka pelepahnya) dan diambil mata tunasnya dengan
menggunakan pemotong atau alat pembuat bud chips dengan diameter ± 2–3 cm
(Gambar 1). Dalam proses pengambilan/pemotongan, posisi mata tunas
diusahakan tetap berada di tengah. Untuk benih bud set, batang tebu lonjoran
dipotong-potong menjadi setek yang berukuran 5 cm dengan satu mata, posisi
mata terletak di tengah-tengah dari panjang setek.
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil pembahasan mulai dari pembahasan mengenai kebun bibit hingga
pengadaan bibit dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa jenis kebun bibit
dimana peruntukanya berbeda-beda, dari segi jenis bibit terdapat beberapa jenis
yang memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing varietas bibit yang
terdapat dalam komoditi tebu terdapat berbagaimacam varietas unggul, serta
pengadaan bibit diperlukan untuk mendukung tercapainya target produksi
maksimal dari lahan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyono, Daru. 2011. “ KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BIBIT TEBU


UNGGUL UNTUK MENUNJANG PROGRAM SWASEMBADA GULA
NASIONAL”. http://103.224.137.161/index.php/JSTI/article/view/877/709
Di akses pada tanggal 20 September 2022.

Pertanianku.com. 2018. “Mengenal Jenis Bibit Tebu yang Sering Ditanam”.


https://www.pertanianku.com/mengenal-jenis-bibit-tebu-yang-sering-
ditanam/ Di akses pada tanggal 20 September 2022.

Benih Perkebunan. 2016. ‘’VARIETAS UNGGUL TEBU’’.


https://www.benihperkebunan.com/index.php/benih-unggul/52-varietas-
unggul-tebu . Di akses pada 20 September 2022.

Purwanti, Rully Dyah dan Parnidi. ‘‘PENGADAAN BENIH TEBU BERMUTU’’.


http://www.litbang.pertanian.go.id/info-teknologi/3499/file/6_RullyDPParni
di.Perbeniha.pdf Di akses pada 20 September 2022.

Anda mungkin juga menyukai