Anda di halaman 1dari 10

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH : BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT


DOSEN : DR. BASRI BABA, S.P., M.P

“PEMELIHARAAN TANAMAN MENGHASILKAN (TM) KELAPA


SAWIT”

Oleh :
RABIA
(2122040038)

PRODI TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN


JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
MANDALLE PANGKEP
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat,
rahmat dan hidayah-Nya, makalah ini dapat terselesaikan. Dalam menyelesaikan makalah
ini, penyusun mengalami banyak kesulitan yang dihadapi. Namun, berkat bimbingan dan
motivasi dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Oleh karena itu, sudah selayaknya penyusun menyampaikan banyak terima kasih
kepada Dosen mata kuliah, orang tua, dan teman-teman serta semua pihak atas motivasi
serta bantuannya baik secara materil maupun spiritual.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan saran, kritik yang bersifat
positif dalam penyempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, sebagai gerbang pembuka
cakrawala berpikir untuk kita.

Mandalle, 25 Oktober 2022

Penyusun
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu jenis
tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting pada sub sektor perkebunan
karena menghasilkan minyak nabati dengan nilai ekonomi terbesar per hektare. Kelapa
sawit dapat menghasilkan minyak dengan rendemen mencapai 21% sehingga dapat
menghasilkan minyak sebanyak 6-8 ton/hektare. Sementara itu tanaman sumber
minyak nabati lainnya hanya menghasilkan kurang dari 2,5 ton/hectare.
Indonesia sebagai salah satu produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia
terus berusaha mempertahankan dan meningkatkan produksinya. Usaha ini terlihat dari
peningkatan luas areal dan produktivitas perkebunan kelapa sawit selama 5 tahun
terakhir di Indonesia. Prospek pasar dunia untuk minyak sawit dan produknya cukup
bagus. Perkebunan kelapa sawit sekarang telah banyak diperluas oleh perkebunan
besar negara (PBN), perkebunan besar swasta (PBS), dan perkebunan rakyat (PR).
Pada tahun 2016 luas perkebunan kelapa sawit Indonesia mencapai 14.048.722
dengan komposisi 7.712.687 ha PBS, 5.697.892 ha PBN, dan 638.143 ha PR. Pada
tahun 2018 mencapai 14.326.350 ha dengan kompnosisi 7.892.706 ha PBS, 614.756
ha PBN, dan 614.756 ha PR. Pada tahun 2019 luas areal perkebunan kelapa sawit
yang terdata untuk sementara ini mencapai 14.724.420 ha, dengan komposisi
8.061.636 ha PBS, 627.042 ha PBN, 6.035.742 ha PR. Luas areal perkebunan kelapa
sawit yang semakin meningkat tiap tahunnya juga dibarengi dengan peningkatan
produktivitas yang mencapai 3.632 ton/ha/tahun.
Peningkatan produktivitas kelapa sawit ini harus dipertahankan dengan cara
melakukan pemeliharaan terhadap kebun kelapa sawit. salah satu pemeliharaan
terhadap tanaman kelapa sawit yaitu dengan cara pengendalian hama dan penyakit
tanaman kelapa sawit yang tepat. Pemeliharaan tanaman kelapa sawit dikelompokkan
menjadi dua fase, yaitu pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) dan
pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM). Pemeliharaan TM kelapa sawit dilakukan
setelah pekerjaan pemeliharaan tanaman kelapa sawit melewati fase TBM.
Pemeliharaan TM kelapa sawit dimulai saat tanaman kelapa sawit siap dipanen pada
umur 30-36 bulan setelah penanaman. Tanaman berproduksi optimal jika dipelihara
dengan baik. Pemeliharaan pada tanaman menghasilkan (TM) meliputi pengendalian
gulma, penunasan pelepah, pengendalian hama penyakit, konservasi tanah dan air,
pemupukan serta pemeliharaan jalan.
Hama dan penyakit dapat menyerang tanaman kelapa sawit mulai dari
pembibitan hingga tanaman menghasilkan. Sebagian besar hama yang menyerang
tanaman kelapa sawit adalah golongan serangga (insekta) dan sebagian dari golongan
mamalia, sedangkan penyakit yang menyerang kelapa sawit disebabkan oleh
mikroorganisme jamur, bakteri, dan virus.
Hama pemakan daun kelapa sawit tidak muncul dalam populasi yang sangat
banyak dan skala areal yang sangat luas secara tiba-tiba. Sistem peringatan dini (SPD)
atau early warning system (EWS) dapat diterapkan untuk mengetahui secara dini. EWS
akan sangat 2 bermanfaat bagi ekosistem tanaman kelapa sawit yang monokultur,
karena sangat rentan dengan outbreak. EWS merupakan suatu sistem pengawasan
terhadap perkembangan populasi hama sebelum hama tersebut mencapai padat
populasi yang dapat menimbulkan tingkat luka ekonomis (economic injury level).
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan apabila tingkat serangan hama
maupun penyakit sudah melewati ambang batas ekonomi yang sudah ditetapkan.
Pengendalian ha ma dan penyakit harus dilakukan dengan segera, rutin dan sistematis
untuk mencegah terjadinya peningkatan serangan hama maupun penyakit. Hama dan
penyakit penting dalam budidaya kelapa sawit dan harus dikendalikan. Oleh karena itu
pengendalian hama dan penyakit harus tepat sasaran dan dilakukan dengan prosedur
yang benar.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui pemeliharaan tanaman
menghasilkan kelapa sawit.
BAB II PEMBAHASAN

A. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)


a. Definisi Pekerjaan
Pemeliharaan pada masa tanaman menghasilkan kelapa sawit adala
seluruh rancangan kegiatan lanjutan dari kegiatan pemeliharaan pada masa
TBM. Pemeliharaan TM merupakan kegiatan untuk mendorong pertumbuhan
tanaman dengan baik yang bertujuan agar tanaman dapat berproduksi dengan
baik dan optimal.
b. Target/Tujuan/Sasaran
Tujuan utama dilakukannya pemeliharaan pada masa TM adalah dihasilkannya
produksi yang tinggi pada masa panen nantinya.
c. Waktu Pelaksanaan dan Rotasi
Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan di TM dimulai sejak tanaman memasuki
masa TM yaitu telah melewati masa TBM yang berkisar 25 - 30 bulan.
d. Pelaksanaan Kegiatan
Seluruh pekerjaan di TM dikerjakan oleh karyawan tetap yang bekerja di
Afdeling tersebut dan diawasi langsung oleh mandor masing-masing pekerjaan.
e. Urutan Pelaksanaan Kegiatan
Beberapa pelaksanaan urutan kegiatan pada TM, diantaranya adalah:
1. Pengendalian gulma (Dongkel Anak Kayu)
Pelaksanaan pada kegiatan ini tergantung pada kerapatan gulma di
lapangan. Cara pelaksanan maupun tukulan yang pertumbuhannya tidak
dkehendaki, maka tumbuhan tersebut akan dibasmi dengan cara didongkel
sampai ke akar tumbuhan tersebut agar tumbuhan tidak dapat tumbuh
Kembali. kegiatan dongkel anak kayu yang merupakan gulma yang dapat
menjadi saingan dari tumbuhan yang dibudidayakan.
2. Prunning ( Penunasan)
Prunning ialah pekerjaan memotong pelepah dengan tujuan menjaga
standar jumlah pelepah tiap pohon kelapa sawit. Jika tanaman terlambat
diprunning maka pelepah akan tumbuh lebat dan akan menyulitkan
pekerjaan
panen sehingga buah akan banyak yang tidak terpanen. Pada saat
penunasan harus
diusahakan sampai batas songgo 2 pada tanaman muda (dua pelepah
dibawah tandan paling bawah harus ditinggalkan)sedangkan pada tanaman
tua bats songgo. Dan jika terlalu cepat ditunas melewati batas songgoh dua,
pohon akan kekurangan daun sehingga berat tandan buah turun. Bekas
potongan tunas harus mepet atau dekat dengan pokok. Setelah dilakukan
penunasan, pelepah disusun digawangan mati dan tidak boleh dibuang ke
piringan, parit, atau pasar pikul.Setelah penunasan langsung dilakukan
penyabetan terhadap gulma yang tumbuh pada batang tanaman dengan
memukul nya pada gulma menggunakan pelepah. Pada tanaman N3 harus
membuang tunas pasir agar memudahkan panen menggunakan dodos.
3. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit merupakan suatu kegiatan yang bertujuan
untuk menekan persebaran hama dan penyakit yang dapat menyebabkan
kerugian maupun kematian pada tanaman kelapa sawit yang juga dapat
menyebabkan penurunan produksi yang akan dihasilkan. Waktu
pelaksanaan kegiatan ini kondisional tergantung jumlah serangan hama dan
penyakit di lapangan. Jika jumlah serangan hama dan penyakit di lapangan
sudah menimbulkan kerugian yang besar bagi tanaman, maka sesegera
mungkin dilakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit ini.
Beberapa tahap dalam kegiatan ini yaitu Global Telling, Effective elling, dan
Natelling. Global Telling merupakan suatu kegiatan pengamatan
keseluruhan dari letak seluruh hama. Efektif Telling merupakan penentuan
luas letak serangan hama, sedangkan Natelling adalah melihat tingkat
keberhasilan dari pemberantasan.
Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan injeksi batang, antara lain: mesin
bor, speed, danracun. Racun yang digunakan adalah Mentene dengan jenis
bahan aktifnya Asepat, dosis yangdiberikan 20 g/pohon
Kedalaman bor adalah 30 cm dengan sudut kemiringan 450. Hal ini
bertujuan agar jika dosis Asepat disuntikkan, carian tidak tumpah ke tanah.
Untuk pencampuran dosisnya adalah 1 : 1, yaitu 1 liter air : 1 kg racun
sehigga didapatkan kira-kira 1.8 liter, 1,8 liter tersebut bisa didapatkan kira-
kira 60 pokok. Dosis untuk satu pokok yaitu 30 cc. Pada ialah proses
kegiatan injeksi batang pada tanaman kelapa sawit.
Di Divisi B khususnya terdapat serangan hama ulat kantong Metisa plana
yang bersarang di dalam daun kering membentuk kantong berwarna
kecoklatan melekat di pelepah daun kelapa sawit. Pengendaliannya secara
kimiawi. dan Ulat Api Setora nitens memiliki ciri seperti ulat bulu yang
berwarna terang yang biasanya memakan daun kelapa sawit dan
penggendaliannya secara kimiawi menggunakan Insektisida berbahan aktif
Deltametrin ditambah dengan campuran bahan aktif Alkyphenol. Gambar 40
merupakan gambar Metisa plana ( ulat kantong ) yanghidup di pelepah daun
kelapa sawit, adalah gambar Setora nitens ( Ulat Api ) yang berada di daun
kelapa sawit dan memakan daun hingga tersisa lidi. Dan serangan dari ulat
kantong oada tanaman kelapa sawit dapat terlihat pada gambar 42 yang
tanaman terlihat mati dan tidak dapat dibudidayakan.
4. Pemupukan
Pemupukan merupakan kegiatan memberikan pupuk ke piringan atau
langsung diberikan ke tanaman menggunakan pupuk organik maupun pupuk
anorganik sebagai penambah unsur hara yang telah diambil oleh tanaman
dengan tujuan untuk mempertahankan kesuburan tanah. Rotasi pemupukan
dilakukan dua kali setahun. Waktu yang paling tepat untuk pemupukan
adalah pada awal musim hujan. Penetapan dosis pupuk/pokokterlebih
dahulu dilakukan kegiatan analisa tanah dan daun. Analisa dilakukan 3 - 5
tahun sekali, sedangkan analisa daun dilakukan 1 tahun sekali. Cara aplikasi
pupuk yaitu ditabur di sekitar piringan mengelilingi tanaman kelapa sawit
dengan jarak 1.5 – 2 m dari batang tanaman. Penaburan menggunakan
takaran yang dibuat dari mangkuk kecil dengan kapasitas 750 g/pokok.
Setelahkegiatan pemupukan selesai, karung goni bekas pupuk harus
dikumpulkan sebagai alat untuk mengontrol jumlah pupuk yang telah
disebar. Pada kegiatan oemupukan dolomite di areal TM dengan caea
ditabukan di sekitar tanaman kelapa sawit.
5. Rawat Jalan Panen dan Rawat Piringan
Jalan panen adalah jalan ditengah-tengah barisan tanaman yang
diperuntukan bagi orang panen agar mudah mencari tandan buah yang
masak dan mengangkut hasilnya. Rawat jalan panen dialakukan dengan
cara menyemprot pasar pikul apabila pasar pikul ditutupi dengan gulma-
gulma.
Piringan adalah daerah sekeliling pohon yang dibersihkan untuk
mempermudah pengumpulan brondolan sewaktu panen maupun untuk
tempat penaburan pupuk. Piringan berbentuk lingkaran dan memiliki jari-jari
minimal 15 cm dari ujung daun terluar. Rawat piringan dilakukan dengan dua
cara yaitu cara manual dan khemis. Cara manual adalah dengan menggaruk
piringan, piringan pokok digaruk bersih dengan pusingan 1 bulan sekali
dengan radius 2 meter,rawat piringan secara manual juga melakukan
aktivitas menarik kacangan atau LCC apabila telah merambat ke daun
kelapa sawit. Sedangkan rawat piringan dengan cara khemis yaitu
melakukan penyemprotan dengan herbisida, rawat piringan secara khemis
dilakukan dengan rotasi 90 hari (4 kali setahun). Jika keadaan tenaga kerja
sulit diperoleh maka rawat piringan dilakukan dengan sistem khemis.
Pemberantasan Lalang adalah kegiatan memberantas setiap lalang
(Imperata cylindrica) yang tumbuh diareal tanaman dan sekitarnya, misalnya
jalan, parit dan gawangan.
Pemberantasan lalang bertujuan agar mempermudah pemanen atau tenaga
kerja perawatan dalam melakukan aktivitas kerja. Pemberantasan lalang
dilakukan dengan cara khemis. Apabila lalang dalam jumlah banyak maka
dilakukan semprot lalang total, sedangkan apabila lalang dalam jumlah
banyak namun hanya pada tempat-tempat tertentu maka dilakukan spot
spraying dan jika ditemukan lalang dalam jumlah sedikit dan
pertumbuhannya jarang atau sedikit maka dilakukan wiping lalang yaitu
kegitan memberantas lalang dengan cara mengelus lalang satu per satu
dengan menggunakan cairan herbisida.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulannya yaitu :
 Pemeliharaan TM adalah untuk menghasilkan tanaman kelapa sawit dengan
produktivitas maksimal dengan biaya produksi serendah mungkin dan
mempertahankan produktivitas yang tinggi secara berkelanjutan dan menjaga
lingkungan perkebunan Setiap kegiatan pemeliharaan tentu menghasilkan
produksi kelapa sawit yang baik.
 Tanaman berproduksi optimal jika dipelihara dengan baik. Pemeliharaan pada
tanaman menghasilkan (TM) meliputi pengendalian gulma, penunasan pelepah,
pengendalian hama penyakit,, pemupukan serta pemelihaaan jalan.
 Tanaman menghasilkan atau TM adalah tanaman yang sudah di panen (diambil
hasilnya) secara rutin. Umumnya, Tanaman ini berumur diatas 3 tahun dan
sampai 25 tahun atau sampai diremajakan kembali/ replanting.
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.polteklpp.ac.id/id/eprint/531/1/Teknis%20Budidaya%20Tanaman
%20Kelapa%20Sawit%20(Elaeis%20guineensis%20Jacq)%20di%20PT.ASAM
%20JAWA.pdf

http://ereport.ipb.ac.id/id/eprint/8438/4/J3T418918-04-Naufal%20Fadhilla-
Pendahuluan.pdf

Anda mungkin juga menyukai