Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Pengendalian
Gulma Pada Lahan Sawah"

Makalah ini berisikan informasi tentang Cara Pengendalian dan Jenis


Gulma pada Lahan Sawah. Harapan kami semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami
dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat
lebih baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar, sehingga


ketersediaan pangan khususnya beras bagi masyarakat harus selalu terjamin.
Dengan terpenuhinya kebutuhan pangan, maka masyarakat akan memperoleh
hidup yang tenang dan akan lebih mampu berperan dalam pembangunaan.

Permasalahan pangan sepertinya tak pernah lepas dari kehidupan bangsa


Indonesia, terutama petani yang merupakan masyarakat mayoritas Indonesia.
Diantara berbagai masalah pangan yang sedang diderita Indonesia,
ketergantungan terhadap bahan pangan tertentu misalnya beras dan gandum
merupakan hal yang paling memprihatinkan karena menyebabkan ketahanan
pangan nasional menjadi rapuh.

Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil beras baik kualitas
dan kuantitas adalah gangguan gulma. Gulma sebagai organisme pengganggu
tanaman (OPT) termasuk kendala penting yang harus diatasi dalam peningkatan
produksi padi di Indonesia. Penurunan hasil padi akibat gulma berkisar antara 6-
87 %. Data yang lebih rinci penurunan hasil padi secara nasional akibat gangguan
gulma 15-42 % untuk padi sawah dan padi gogo 47-87 % (Pitoyo, 2006).

Program pengendalian gulma yang tepat untuk memperoleh hasil yang


memuaskan perlu dipikirkan terlebih dahulu. Pengetahuan tentang biologis dari
gulma (daur hidup), faktor yang mempengaruhi pertumbuhan gulma, pengetahuan
mengenai cara gulma berkembang biak, menyebar dan bereaksi dengan perubahan
lingkungan dan cara gulma tumbuh pada keadaan yang berbeda- beda sangat
penting untuk diketahui dalam menentukan arah program pengendalian.
Keberhasilan dalam pengendalian gulma harus didasari dengan pengetahuan yang
cukup dan benar dari sifat biologi gulma tersebut, misalnya a) dengan melakukan
identifikasi, b) mencari dalam pustaka tentang referensi gulma tersebut c) serta
bertanya pada para pakar atau ahli gulma. Ketiga cara ini merupakan langkah
pertama untuk menjajaki kemungkinan cara pengendalian yang tepat (Sukma dan
Yakup, 2002).

1.2 Identifikasi Masalah

1. Jenis gulma apa saja yang terdapat pada lahan padi sawah
2. Bagaimana cara pengendalian gulma pada padi sawah

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
jenis-jenis gulma yang ada di lahan sawah dan bagaimana cara pengendaliannya.

1.4 Kegunaan

Kegunaan dari makalah ini adalah diharapkan mahasiswa mengetahui


jenis-jenis gulma yang ada di lahan sawah serta mengetahui cara pengendalian
gulma di lahan sawah tersebut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis Gulma pada Padi Sawah

Jenis gulma yang umumnya tumbuh pada ekosistem padi sawah, adalah
gulma yang tahan genangan. Terdapat 33 jenis gulma yang sering dijumpai
tumbuh di pertanaman padi sawah dengan perincian 10 jenis dari golongan
rumput, 7 jenis golongan teki dan 16 jenis golongan daun lebar. Namun demikian
beberapa gulma dominan yang perlu diketahui dari tiap golongan disajikan dalam
tabel berikut.

Tabel 1. Nama dan Golongan Gulma Dominan di Areal Persawahan


Berdasarkan kedalaman airnya, sifat pertumbuhan gulma dikenal dua tipe,
yaitu gulma lahan sawah perawakan tegak dan gulma yang tumbuh menjalar.
Salah satu gulma yang tumbuh menjalar ialah Salvinia molesta. Akibat adanya
gulma ini menyebabkan oksigen yang terlarut dalam sawah rendah, intensitas
cahaya rendah, bisa terjadi eutrofikasi (adanya daun-daun tua) yang menyebabkan
kadar CO2 yang terlarut tinggi.

Gulma golongan teki yang terdapat di pertanaman padi sawah antara lain
Cyperus difformis, Cyperus kyllingia, Scirpus formicoides, Fimbristylis littoralis
gulma tersebut tidak terlalu menimbulkan gangguan ekonomis, sehingga masih
dapat ditolelir.

Paspalum distichum

Gulma yang biasa terdapat di padi lahan sawah basah dan kering, termasuk
kedalam golongan rumput, perkembangbiakan vegetatifnya dengan menggunakan
akar stolon, dan gulma ini termasuk gulma yang menjalar. Pembajakan yang
tanggung menyebabkan populasinya semakin menyebar, hal tersebut dikarenakan
ketika dilakukan pembajakan alat perkembangbiakan vegetatifnya (stolon)
terputus dan terbawa. Sehingga menyebabkan gulma tersebut menyebar ke tempat
lain.
Echinochloa colonum

Merupakan gulma yang biasa ditemui di lahan sawah basah dan kering.
Gulma ini termasuk kedalam golongan rumput, merupakan gulma semusim,
perkembangbiakannya secara generatif yaitu dengan menggunakan biji. Gulma ini
masih satu marga dengan Echinochloa crusgalli (Jajagoan).

Alternanthera philoxeroides

Gulma ini merupakan gulma yang biasa ditemui pada padi lahan sawah
basah dan kering. Alternanthera philoxeroides merupakan gulma dari golongan
daun lebar, dan perawakannya menjalar. Perkembangbiakan gulma ini secara
generatif, dan merupakan gulma tahunan. Gulma ini di Indonesia banyak tersebar,
tetapi di Malaysia tidak. Sehingga Alternanthera philoxeroides merupakan gulma
karantina.
Cyperus iria

Gulma ini merupakan gulma yang biasa ditemui pada padi lahan sawah
basah dan kering. Gulma ini merupakan gulma dari golongan teki, perawakannya
tegak, merupakan gulma semusim, dan perkembangbiakan gulma ini dominan
secara generatif. Daya saing Cyperus iria tidak terlalu kuat.

Marsilea crenata

Semanggi atau paku bernama ilmiah Marsilea crenata Presl. adalah


tanaman yang termasuk kedalam famili Marsiliaceae. Deskripsi menurut buku
flora (Steenis,dkk. 2005) ( terjemahan)) adalah tumbuhan dengan daun berdiri
sendiri atau dalam berkas, menjari berbilang 4, tangkai daun panjang dan tegak,
panjang 2-30 cm, anak daun menyilang, berhadapan, berbentuk baji bulat telur,
gundul atau hampir gundul, dengan panjang 3-22 cm dan lebar 2-18 cm, urat daun
rapat berbentuk kipas, pada air yang tidak dalam muncul diatas air. Biasanya di
temukan di sawah, selokan dan genangan air dangkal.
2.2 Pengendalian Gulma pada Padi Sawah

Dalam pengendalian gulma pada padi sawah setidaknya terdapat 2 teknik


pengendalian gulma, yaitu pengendalian secara langsung (manual, fisik, kultur
teknis, biologis, dan kimiawi) dan pengendalian tidak langsung (undang-undang
karantina).

2.2.1 Pengendalian Langsung

1. Manual

Pengendalian dilakukan dari tanam sampai < umur tanaman (± 40 hari)


dengan tangan tanpa menggunakan alat bantu kerja. Biasanya rumput dicabut
dengan tangan lalu dibenamkan dalam lumpur. Untuk jenis gulma yang tidak mati
dengan pembenaman dikumpulkan dan dijemur di pematang sawah hingga kering
baru dibenamkan. Cara ini terbukti efektif, karena dapat mengendalikan gulma
yang berdekatan ataupun dalam rumpun tanaman padi. Kelemahan pengendalian
gula dengan cara ini adalah memerlukan banyak tenaga kerja.

2. Fisik

Pengendalian gulma secara fisik ini dapat dilakukan dengan jalan:

Pemangkasan

Pengendalian dilakukan dengan alat bantu kerja yang berupa gasrok atau
landak. Cara pengendalian ini cukup efektif dan cepat, tetapi tidak mampu
mengendalikan gulma yang tumbuh berdekatan maupun di dalam rumpun
tanaman padi. Hasil penelitian pada PTT menunjukkan bahwa penyiangan dengan
cara ini cukup efektif dan bahkan mampu memperbaiki pertumbuhan tanaman.
Akar rambut yang tua dirusak oleh alat penyiang sehingga merangsang
pertumbuhan akar rambut baru. Akar rambut baru tersebut dapat menyerap usur
hara lebih efisien dari dalam tanah.
Penggenangan

Penggenangan efektif untuk memberantas gulma tahunan. Caranya dengan


menggenangi sedalam 15 - 25 cm selama 3 - 8 minggu. Gulma yang digenangi
harus cukup terendam, karena bila sebagian daunnya muncul di atas air maka
gulma tersebut umumnya masih dapat hidup.

Pembakaran

Suhu kritis yang menyebabkan kematian pada kebanyakan sel adalah 45 -


550 C, tetapi biji-biji yang kering lebih tahan daripada tumbuhannya yang hidup.
Kematian dari sel-sel yang hidup pada suhu di atas disebabkan oleh koagulasi
pada protoplasmanya. Pembakaran secara terbatas masih sering dilakukan untuk
membersihkan tempat-tempat dari sisa-sisa tumbuhan setelah dipangkas. Pada
sistem peladangan di luar Jawa cara ini masih digunakan oleh penduduk setempat.
Pembakaran umumnya banyak dilakukan pada tanah-tanah yang non pertanian,
seperti di pinggir-pinggir jalan, pinggir kali, hutan dan tanah-tanah industri.

Keuntungan pembakaran untuk pemberantasan gulma dibanding dengan


pemberantasan secara kimiawi adalah pada pembakaran tidak terdapat efek residu
pada tanah dan tanaman. Keuntungan lain dari pembakaran ialah insekta-insekta
dan hama-hama lain serta penyakit seperti cendawan-cendawan ikut dimatikan.
Kejelekannya ialah bahaya kebakaran bagi sekelilingnya, mengurangi kandungan
humus atau mikroorganisme tanah, dapat memperbesar erosi, biji-biji gulma
tertentu tidak mati, asapnya dapat menimbulkan alergi dan sebagainya.

3. Kultur teknis

Ada beberapa praktek pengendalian gulma secara kultur teknik yang dapat
dipilih berdasarkan kondisi yang paling menguntungkan (Moody dan De Datta,
1982). Berbagai kultur teknik budidaya padi secara tidak langsung dapat menekan
investasi gulma, diantaranya:
Pergiliran Tanaman

Pergiliran tanaman bertujuan untuk mengatur dan menekan populasi


gulma dalam ambang yang tidak membahayakan. Coontoh : padi – tebu – kedelai,
padi – tembakau – padi. Tanaman tertentu biasanya mempunyai jenis gulma
tertentu pula, karena biasanya jenis gulma itu dapat hidup dengan leluasa pada
kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya. Sebagai contoh gulma teki (Cyperus
rotundus) sering berada dengan baik dan mengganggu pertanaman tanah kering
yang berumur setahun (misalnya pada tanaman cabe, tomat, dan sebagainya).
Demikian pula dengan wewehan (Monochoria vaginalis) di sawah-sawah. Dengan
pergiliran tanaman, kondisi mikroklimat akan dapat berubah-ubah, sehingga
gulma hidupnya tidak senyaman sebelumnya.

Budidaya pertanaman

Pada budidaya padi pengolahan tanah, penggunaan benih yang murni


(bebas dari benih gulma), sistem pengairan, dan varietas padi mempunyai peran
dalam mengendalikan gulma secara tidak langsung.

4. Biologis

Pengendalian gulma secara biologis di areal persawahan dilakukan dengan


menggunakan serangga, jamur, dan bisa juga dari gulma sendiri. Keadaan tumbuh
gulma yang lebat dapat juga dimanfaatkan untuk dapat menekan gulma yang ada
di permukaan tanah. Biji-biji gulma yang ada pada permukaan tanah kekurangan
O2 dan kelebihan CO2 sehingga biji gulma tidak dapat berkecambah. Hal ini
disebabkan karena biji gulma di permukaan tanah terendam oleh air sehingga biji
gulma tersebut tidak dapat tumbuh, selain itu sifat gulma yang dapat menekan
pertumbuhan gulma lainnya adalah cepat dan lambatnya gulma tumbuh di
permukaan air. Walaupun berkecambah tidak dapat menembus (tetap terendam) di
bawah permukaan tanah sehingga tidak dapat menekan pertumbuhan gulma di
permukaan tanah. Misalnya Salvinia molesta, Azolla pinnata (mengandung 5 %
kadar bahan kering gulma). Salvinia molesta mempunyai daya saing yang rendah
terhadap tanaman padi.
Keuntungan memanfaatkan Salvinia molesta dalam mengendalikan gulma yang
lain ialah Salvinia molesta hanya memanfaatkan zat hara yang terdapat di dalam
air sehingga tanaman padi tidak terganggu oleh adanya kompetisi hara. Selain
keuntungan, terdapat juga kerugian menggunakan Salvinia molesta sebagai
pengendali untuk gulma lain ialah tidak bisa digunakan untuk Tabela,
mengambang di permukaan air.

5. Kimiawi

Penggunaan herbisida ataupun zat kimia lain untuk membasmi gulma di


lahan persawahan harus dilakukan secara hati-hati dan bijaksana dengan
memenuhi 6 (enam) tepat, yaitu:

Tepat mutu
Tepat waktu
Tepat sasaran
Tepat takaran.
Tepat konsentrasi
Tepat cara aplikasinya

Selain itu, harus pula mempertimbangkan efisiensi, efektivitas, dan aman


bagi lingkungan. Untuk itu, herbisida dapat dikelompokkan berdasarkan cara
kerjanya (kontak atau sistemik), selektivitasnya (selektif atau tidak selektif), dan
waktu aplikasinya (pra-tumbuh atau pasca-tumbuh).

a. Cara kerja herbisida

Herbisida kontak

Herbisida ini hanya mampu membasmi gulma yang terkena semprotan saja,
terutama bagian yang berhijau daun dan aktif berfotosintesis.
Keistimewaannya, dapat membasmi gulma secara cepat, 2-3 jam setelah
disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati. Sehingga
bermanfaat jika waktu penanaman harus segera dilakukan.
Kelemahannya, gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2 minggu
kemudian. Contoh herbisida kontak adalah paraquat.
Herbisida sistemik

Cara kerja herbisida ini di alirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan
mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke
perakarannya.
Keistimewaannya, dapat mematikan tunas - tunas yang ada dalam tanah,
sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Contoh herbisida
sistemik adalah glifosat, sulfosat.

b. Selektivitas herbisida

Herbisida selektif hanya membasmi gulma dan tidak mempengaruhi


pertumbuhan tanaman.

Contoh : Herbisida propanil, membasmi gulma golongan berdaun pita, sedangkan


herbisida 2,41D amina membasmi gulma berdaun lebar dan teki.

Herbisida Tidak Selektif, herbisida ini dapat membasmi gulma sekaligus


tanamannya.

Contoh : Herbisida glifosat, membasmi semua gulma dan tanaman yang


mengandung butir hijau daun.

Selektif tidaknya suatu herbisida tergantung juga takaran yang digunakan.


Semakin tinggi takaran yang digunakan, akan semakin berkurang selektivitasnya.

c. Waktu aplikasi herbisida

Waktu aplikasi herbisida harus disesuaikan dengan tujuan dan sasarannya.


Herbisida untuk penyiapan lahan (pra-tanam), dan herbisida untuk pemeliharaan
(pra-tumbuh dan pasca-tumbuh) berbeda penggunaannya.

Pra-tanam adalah herbisida di semprotkan kepada gulma yang sedang


tumbuh sebagai penyiapan lahan sebelum tanam.
Jenis herbisida yang digunakan biasanya herbisida tidak selektif,
Aplikasi herbisida dilakukan 2-4 minggu sebelum tanam padi
Pra-tumbuh, herbisida yang diaplikasikan sebelum gulma dan tanaman
berkecambah, atau herbisida yang diaplikasikan pada gulma belum
berkecambah tetapi tanaman sudah tumbuh.

Aplikasi herbisida biasanya dilakukan pada 0-4 hari setelah pengolahan tanah
(sebelum atau setelah tanam).

Pasca-tumbuh, aplikasi herbisida ini dilakukan pada gulma dan tanaman


sudah tumbuh.
Aplikasi herbisida pasca-tumbuh untuk penyiangan dilakukan pada 2-3
minggu setelah tanam padi,
Gulma tumbuh sudah berdaun 2 - 4 helai.
Contoh : Herbisida 2,4-D amina, takaran 1,5 liter/ha.
o Aplikasi herbisida pasca-tumbuh untuk penyiapan lahan dilakukan
pada 2-4 minggu sebelum tanam padi. Herbisida yang dipakai
adalah herbisida tidak selektif, sebagai Contoh adalah herbisida
glifosat takaran 4-6 liter/ha.

2.2.2 Pengendalian Tidak Langsung

Pengendalian gulma secara tidak langsung ialah dengan membuat undang-


undang karantina hal ini dimaksudkan agar gulma dari luar tidak masuk ke dalam
suatu daerah, selain itu juga dengan menggunakan varietas unggul, pemupukan
yang berimbang, dan menggunakan bahan tanam atau alat-alat pertanian yang
bebas dari biji gulma.
DAFTAR PUSTAKA

Balitpa. 2004. Pengendalian Gulma pada Lahan Sawah. Balitpa Sukamandi.

IRRI. 1996. Standard Evaluation System for Rice. Manila Filipina.

Jasin. 1992. Zoologi Invertebrata untuk Perguruan Tinggi. Penerbit Sinar Wijaya,
Jakarta.

Moenandir. 1998. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Rajawali Press


Jakarta.

Sery, A.R., Sunarsi, Idris. 2006. Pengelolaan Keong Mas (Pomacea canaliculata)
untuk Pengendalian Gulma pada Tanaman Padi Sawah. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara.

Anda mungkin juga menyukai