Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Pengendalian
Gulma Pada Lahan Sawah"
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil beras baik kualitas
dan kuantitas adalah gangguan gulma. Gulma sebagai organisme pengganggu
tanaman (OPT) termasuk kendala penting yang harus diatasi dalam peningkatan
produksi padi di Indonesia. Penurunan hasil padi akibat gulma berkisar antara 6-
87 %. Data yang lebih rinci penurunan hasil padi secara nasional akibat gangguan
gulma 15-42 % untuk padi sawah dan padi gogo 47-87 % (Pitoyo, 2006).
1. Jenis gulma apa saja yang terdapat pada lahan padi sawah
2. Bagaimana cara pengendalian gulma pada padi sawah
Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
jenis-jenis gulma yang ada di lahan sawah dan bagaimana cara pengendaliannya.
1.4 Kegunaan
TINJAUAN PUSTAKA
Jenis gulma yang umumnya tumbuh pada ekosistem padi sawah, adalah
gulma yang tahan genangan. Terdapat 33 jenis gulma yang sering dijumpai
tumbuh di pertanaman padi sawah dengan perincian 10 jenis dari golongan
rumput, 7 jenis golongan teki dan 16 jenis golongan daun lebar. Namun demikian
beberapa gulma dominan yang perlu diketahui dari tiap golongan disajikan dalam
tabel berikut.
Gulma golongan teki yang terdapat di pertanaman padi sawah antara lain
Cyperus difformis, Cyperus kyllingia, Scirpus formicoides, Fimbristylis littoralis
gulma tersebut tidak terlalu menimbulkan gangguan ekonomis, sehingga masih
dapat ditolelir.
Paspalum distichum
Gulma yang biasa terdapat di padi lahan sawah basah dan kering, termasuk
kedalam golongan rumput, perkembangbiakan vegetatifnya dengan menggunakan
akar stolon, dan gulma ini termasuk gulma yang menjalar. Pembajakan yang
tanggung menyebabkan populasinya semakin menyebar, hal tersebut dikarenakan
ketika dilakukan pembajakan alat perkembangbiakan vegetatifnya (stolon)
terputus dan terbawa. Sehingga menyebabkan gulma tersebut menyebar ke tempat
lain.
Echinochloa colonum
Merupakan gulma yang biasa ditemui di lahan sawah basah dan kering.
Gulma ini termasuk kedalam golongan rumput, merupakan gulma semusim,
perkembangbiakannya secara generatif yaitu dengan menggunakan biji. Gulma ini
masih satu marga dengan Echinochloa crusgalli (Jajagoan).
Alternanthera philoxeroides
Gulma ini merupakan gulma yang biasa ditemui pada padi lahan sawah
basah dan kering. Alternanthera philoxeroides merupakan gulma dari golongan
daun lebar, dan perawakannya menjalar. Perkembangbiakan gulma ini secara
generatif, dan merupakan gulma tahunan. Gulma ini di Indonesia banyak tersebar,
tetapi di Malaysia tidak. Sehingga Alternanthera philoxeroides merupakan gulma
karantina.
Cyperus iria
Gulma ini merupakan gulma yang biasa ditemui pada padi lahan sawah
basah dan kering. Gulma ini merupakan gulma dari golongan teki, perawakannya
tegak, merupakan gulma semusim, dan perkembangbiakan gulma ini dominan
secara generatif. Daya saing Cyperus iria tidak terlalu kuat.
Marsilea crenata
1. Manual
2. Fisik
Pemangkasan
Pengendalian dilakukan dengan alat bantu kerja yang berupa gasrok atau
landak. Cara pengendalian ini cukup efektif dan cepat, tetapi tidak mampu
mengendalikan gulma yang tumbuh berdekatan maupun di dalam rumpun
tanaman padi. Hasil penelitian pada PTT menunjukkan bahwa penyiangan dengan
cara ini cukup efektif dan bahkan mampu memperbaiki pertumbuhan tanaman.
Akar rambut yang tua dirusak oleh alat penyiang sehingga merangsang
pertumbuhan akar rambut baru. Akar rambut baru tersebut dapat menyerap usur
hara lebih efisien dari dalam tanah.
Penggenangan
Pembakaran
3. Kultur teknis
Ada beberapa praktek pengendalian gulma secara kultur teknik yang dapat
dipilih berdasarkan kondisi yang paling menguntungkan (Moody dan De Datta,
1982). Berbagai kultur teknik budidaya padi secara tidak langsung dapat menekan
investasi gulma, diantaranya:
Pergiliran Tanaman
Budidaya pertanaman
4. Biologis
5. Kimiawi
Tepat mutu
Tepat waktu
Tepat sasaran
Tepat takaran.
Tepat konsentrasi
Tepat cara aplikasinya
Herbisida kontak
Herbisida ini hanya mampu membasmi gulma yang terkena semprotan saja,
terutama bagian yang berhijau daun dan aktif berfotosintesis.
Keistimewaannya, dapat membasmi gulma secara cepat, 2-3 jam setelah
disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati. Sehingga
bermanfaat jika waktu penanaman harus segera dilakukan.
Kelemahannya, gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2 minggu
kemudian. Contoh herbisida kontak adalah paraquat.
Herbisida sistemik
Cara kerja herbisida ini di alirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan
mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke
perakarannya.
Keistimewaannya, dapat mematikan tunas - tunas yang ada dalam tanah,
sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Contoh herbisida
sistemik adalah glifosat, sulfosat.
b. Selektivitas herbisida
Aplikasi herbisida biasanya dilakukan pada 0-4 hari setelah pengolahan tanah
(sebelum atau setelah tanam).
Jasin. 1992. Zoologi Invertebrata untuk Perguruan Tinggi. Penerbit Sinar Wijaya,
Jakarta.
Sery, A.R., Sunarsi, Idris. 2006. Pengelolaan Keong Mas (Pomacea canaliculata)
untuk Pengendalian Gulma pada Tanaman Padi Sawah. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara.