Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AGROFORESTRY

“Manfaat Agroforestry Terhadap Pencegahan Alang-Alang Berbasis


Naungan ”

Dosen Pengampu :

Retno Sulistyowati, SP., MP.

Nama Anggota :
Ahmad Fauzi NIM 16.141.0003

Mita Hikmatur Romadhana NIM 16.141.0018

Herwinda Erifanti NIM 16.141.0039

Budi Utomo NIM 16.141.0041

Ahmad Bahaudin NIM 16.141.0042

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alakum Wr. Wb.

Puj syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga makalah Agroforestry dapat terselesaikan dengan judul “Manfaat Agroforestry Terhadap
Pencegahan Alang-Alang Berbasis Naungan”

Makalah ini membahas tentang peran system agroforestry yang dapat mencegah pertumbuhan
alang-alang dengan cara naungan.

Penulis menyadari bahwa makalah yang disusun masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari pembaca sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas dari makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Probolinggo, 03 Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………...1

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………..1


1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………….…... 2
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………………2

BAB II ISI ……………………...……………………………………………………………3

2.1 Definisi Alang-alang sebagai gulma …………………………………………….3

2.2 Cara Pencegahan Alang-alang …………………………………………………4

2.3 Manfaat Agroforestri terhadap pencegahan alang-alang …………………….7

BAB III PENUTUP

3.1 kesimpulan……………………………………………………………………….8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wanatani atau agroforestry adalah suatu bentuk pengelolaan sumber daya yang


memadukan kegiatan pengelolaan hutan atau pohon kayu-kayuan dengan
penanaman komoditas atau tanaman jangka pendek, seperti tanaman pertanian. Model-
model wanatani bervariasi mulai dari wanatani sederhana berupa kombinasi penanaman
sejenis pohon dengan satu-dua jenis komoditas pertanian, hingga ke wanatani kompleks
yang memadukan pengelolaan banyak spesies pohon dengan aneka jenis tanaman
pertanian, dan bahkan juga dengan ternak atau perikanan.

Sistem agroforestri sendiri memiliki beberapa manfaat bagi petani, diantaranya :

Manfaat yang didapat petani dari segi lingkungan

a) Mengurangi laju aliran permukaan, pencucian zat hara tanah, dan erosi, karena adanya
pohon-pohon yang menghalangi terjadinya proses-proses tersebut. Sehingga kandungan
unsur hara dalam tanah akan tetap terjaga.

b) Agroforestry dengan tanaman menyerupai hutan akan dapat menghasilkan seresah


yang lebih banyak. Seresah tersebut dapat berasal dari daun-daun pohon yang gugur dan
ranting pohon. Seresah yang ada dipermukaan tanah selanjutnya akan terdekomposisi
serta meningkatan kadar unsure hara tanah.

c) Perbaikan struktur tanah karena adanya penambahan bahan organic yang terus menerus
dari serasah yang membusuk. Tanah akan lebih gembur sehingga tidak memerlukan
pengolahan tanah yang berlebihan.

Pertanian secara etimologi berasal dari kata agri atau agre yang berarti tanah dan
culture atau colere yang berarti pengelolaan. Pengertian pertanian secara luas berarti
pengelolaan tanah. Data menunjukkan, sekarang Indonesia hanya mempunyai sekitar 6,5 juta
hektar sawah, sehingga sangat sulit membayangkan mendapatkan areal baru untuk mencapai
11 juta ha tadi.

Pentingnya pertanian bagi kebutuhan Negara membuat masalah pertanian perlu


dianggap serius terutama masalah pada produksi pertanian. Petani sebagai produsen produk

1
pertanian tidak hanya bersaing dengan produk-produk pertanian di pasar dimestik tetapi juga
bersaing dengan produk pertanian luar negeri di pasar internasional. Namun untuk dapat
menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dan maksimal, terdapat banyak masalah
pertanian yang harus dihadapi petani. Salah satu masalah pertanian tersebut adalah
melimpahnya gulma.

Gulma merupakan tanaman yang tidak di inginkan keberadaannya karena dapat


mengganggu tanaman produksi. Adanya gulma pada lahan pertanian dapat menurunkan hasil
produksi pertanian karena terjadi persaingan tempat, unsure hara, dan cahaya antara gulma dan
tanaman produksi. Namun tidak semua gulma dapat memberikan dampak netagif bagi
pertanian. Salah satu gulma yang dapat dimanfaatkan adalah alang-alang karena pada akarnya
terdapat kandungan alelopati yang berguna sebagai pestisida alami. Oleh karena itu dilakukan
penelitian tentang senyawa alelopati dalam tanamn alang-alang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi alang-alang sebagai gulma?

2. Bagaimana cara pencegahan alang-alang berbasis naungan?

3. Apa saja manfaat agroforestry dalam pencegahan alang-alang berbasis naungan?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi alang-alang sebagai gulma

2. Untuk mengetahui cara pencegahan alang-alang berbasis naungan

3. Untuk mengetahui manfaat agroforestry dalam pencegahan alang-alang berbasis


naungan

2
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Alang-alang

o KINGDOM : Plantae
o SUB KINGDOM : Viridiplantae
o INFRA KINGDOM : Streptophyta
o SUPER DIVISI : Embryophyta
o DIVISI : Tracheophyta
o SUB DIVISI : Spermatophytina
o KELAS : Magnoliopsida
o SUPER ORDO : Lilianae
o ORDO : Poales
o FAMILI : Poaceae
o GENUS : Imperata Cirillo
o SPESIES : Imperata Cylindrical (L) Raeusch

Agoes (2010:1) berpendapat, “Alang-alang adalah jenis rumput menahun dengan

tunas panjang, bersisik, dan merayap dibawah tanah liat. Tanaman ini memiliki ujung

(pucuk) tunas runcing dan tajam seperti ranjau duri yang muncul di tanah. Alang-alang

berbatang pendek, menjulang naik ke atas tanah, dan tingginya berkisar 0,2 - 1,5 m.

Bunganya terkadang memiliki rambut di bawah buku yang berwarna (merah) keunguan.”

Latief (2012:17) berpendapat,“...Tinggi 30 - 180 cm. Batang padat dan daun seperti

rumput.

Dalimartha (2006:2) berpendapat,“...Tanaman yang mudah menjadi banyak ini bisa

ditemukan pada ketinggian 1 - 2.700 m di atas permukaan laut(dpl.). Terna setahun ini

tumbuh tegak dengan tinggi 30 -1 80 cm, berbatang padat, dan berbuku-buku yang berambut

jarang. Daun berbentuk pipa, tegak, berujung runcing, tepi rata, berambut kasar dan jarang.

Warna daun hijau, panjang 12 - 80 cm, dan lebar 5-18 mm. Perbungaan berupa bulir

3
majemuk dengan panjang  tangkai bulir 6 - 30 cm. Panjang bulir sekitar 3 mm, berwarna

putih, agak menguncup, dan mudah diterbangkan angin. Pada satu tangkai terdapat dua bulir

bersusun. Yang terletak di atas adalah bunga sempurna, sedang yang di bawah adalah bunga

mandul. Pada pangkal bulir terdapat rambut halus yang panjang dan padat berwarna putih.

Biji jorong dengan panjang sekitar satu mm berwarna cokelat tua. Akar kaku, berbuku-buku,

dan menjalar”.

Alang-alang sangat membutuhkan cahaya matahari dan termasuk tumbuhan golongan


C4 atau empat karbon asam organik. Golongan ini mempunyai nilai pertukaran CO2 relatif
tinggi dan membutuhkan intensitas cahaya matahari yang tinggi (light demanding) dalam
proses fotosintesis dibandingkan dengan tumbuhan golongan C3, sehingga alang-alang tidak
toleran terhadap naungan. Eusen (1981) dalam Murniati (2002) menyatakan bahwa laju
pertumbuhan relative alang-alang dapat diturunkan 50% dengan menurunkan intensitas
cahaya 80%. Penelitian menggunakan naungan (50% dan 75%) dapat menurunkan secara
drastis berat kering pucuk, berat kering rimpang,dan kandungan karbohidrat total dalam
rimpang (Moosavi-niaand Dore, 1979 dalam Murniati, 2002).

Secara ringkas karakteristik alang-alang adalah:


1) mudah terbakar
2) tumbuh dan berkembang dengan pesat pasca kebakaran
3) membutuhkan intensitas sinar matahari yang tinggi (tidak tahan terhadap naungan
4) mempunyai akar rimpang dalam tanah yang terlindung dari kebakaran dan akan segera
tumbuh setelah kebakaran
5)dapat tumbuh pada kisaran kondisi lingkungan yang lebar (wide range of biophysical
condition) dari tempat yang subur sampai yang tandus dan dari tempat basah sampai yang
Kering.

2.2 Cara Pencegahan Alang-alang


a). Cara Mekanik
Cara ini lebih menekankan pada perusakan secara paksa terhadap fisik alang-alang
seperti penggilasan, pemotongan/pembabatan, pencangkulan dan pembajakan.

b). Cara Kimia

4
Banyak Merk herbisida yang dipromosikan tetapi masinng-masing herbisida
mempunyai efektivitas yang berbeda tergantung pada jenis bahan aktifnya, dosis per
hektarnya, waktu penyemprotan, teknik penyemprotan, dan alat penyemprotnya.

Cara kerja herbisida ada 2 cara yaitu secara mekanik dan sistemik.

c). Cara Vegetatif

Cara vegetatif membutuhkan waktu lama. Penanaman pohon sebaiknya menggunakan


jarak tanam yang cukup rapat sehingga tajuk yang terbentuk antar pohon cepat bertemu
(saling menutup) dan penaungan menjadi merata dan mampu mencegat sinar matahari.
Dengan demikian alang-alang yang berada dibawahnya tidak cukup mendapatkan sinar
matahari sehingga terhambat perkembangannya.

Pelaksanaan cara vegetatif sebaiknya disesuaikan dengan status lahan (dalam kawasan
hutan, di areal perkebunan atau lahan milik penduduk). Beberapa cara vegetatif yang dikenal
sampai saat ini antara lain: 1) Program reboisasi dan pengayaan jenis (enrichment planting),
2)Permudaan alam (natural regeneration), 3)Penghijauan (regreening), 4)Agroforestry dengan
tanaman lorong (alley cropping) atau dengan tumpangsari, 5)Penanaman legum penutup
tanah (leguminous cover crops/LCC).
Dalam makalah yang dibahas yaitu hanya cara vegetative berupa agroforestry berbasis
naungan menggunakan tanaman tahunan/hutan. System naungan dapat menghambat
pertumbuhan alang-alang karena adanya penekanan kadar karbohidrat pada rhizoma.

Berdasarkan fungsi dari pohon, sistem agroforestry mempunyai fungsi utama sebagai
produksi atau konservasi. Fungsi produktif meliputi : makanan, pakan ternak, bahan bakar,
karet, obat dan uang. Fungsi konservasi atau pencegahan meliputi : perbaikan tanah,
pelindung dan nilai spiritual. Berdasarkan kesesuaian waktu, sistem agroforestry secara
temporal (ladang berpindah, atau lebih menetap, dalam kasus pengelolaan rumah kebun yang
intensif). Berdasarkan pola pohon apakah pohon dalam sistem agroforestry dikelola dengan
suatu pola yang teratur (bila ditanaman menurut jarak yang tetap, atau dalam sebaran yang
tidak teratur). (Young, 1977). Dalam kontek pembangunan pertanian berkelanjutan pada
dasarnya berarti kemampuan untuk tetap produktif sekaligus mempertahankan basis
sumberdaya. Menurut Reijntjes dkk., (1992),

Pertanian berkelanjutan mempunyai ciri-ciri : mantap secara ekologis, bisa berlanjut


secara ekonomis, adil, manusiawi dan luwes. Pertanian berkelanjutan dan Pembangunan
pedesaan didefinisikan sebagai pengelolaan dan konservasi sumber daya alam, dan orientasi

5
teknologi dan perubahan institusi dalam suatu cara untuk meyakinkan hasil yang dicapai dan
kepuasan yang berkelanjutan kebutuhan manusia untuk sekarang dan generasi masa datang.
Pembangunan yang berkelanjutan memelihara sumber daya lahan, air dan tanaman dan
genetik hewan yang secara lingkungan tidak terdegradasi, secara teknologi yang tepat, secara
ekonomi dapat berjalan dan secara sosisal dapat diterima (FAO, 1995 dalam Young, 1997).
Secara sederhana penggunaan lahan yang berkelanjutan merupakan sesuatu yang
mempertemukan kebutuhan untuk produksi pengguna lahan sekarang, tetapi memelihara
sumberdaya pokok untuk generasi mendatang yang mana tergantung produksi. Sustainable =
Produksi + Konservasi. Pengaruh interaksi pohon dan tanamam dalam peneglolaan tanah
menunjukkan respon positif (+) terhadap peningkatan produktivitas, memperbaikai kesuburan
tanah, siklus hara, konservasi tanah baik secara langsung maupun tidak langsung.

Interaksi antara komponen kayu dan non-kayu (annual crop) merupakan kunci
suksesnya dalam pengembangan semua sistem agroforestri (Rao dkk., 1998). Karena itu
sangat penting untuk memahaminya dalam memperbaiki sistem tradisional yang telah lama
diterapkan dalam agroforestri. Interaksi biofisik dapat dikelompokkan dalam hal yang
berhubungan dengan kesuburan tanah (meliputi kimia tanah, fisika tanah, dan biologi tanah),
persainga (meliputi interaksi persaingan air tanah, hara, dan radiasi), mikroklimat, hama dan
penyakit tanama) konservasi tanah dan allelopati.

Komponen dalam tumpangsari atau agroforestri sering berbeda sekali dalam ukuran,
dimana tanaman yang berukuran kecil maupun alang - alang sering terhambat
pertumbuhannya karena pengaruh naungan (pohon) dan juga karena persaingan akan hara
dan air. Persaingan akan cahaya merupakan faktor pembatas utama bila air dan hara tersedia
cukup. Tapi di daerah tropik air dan hara (masam, tercuci dan tanah terdegradasi) lebih utama
dibandingkan dengan faktor cahaya. Persaingan tersebut bila msampai menjadi faktor

6
pembatas akan berpengaruh terhadap produksi biomassa baik berupa shoot maupun root.

Gambar alang-alang yang tumbuh liar pada lahan serta yang mulai ditumbuhi
tanaman tahunan.

 Kombinasi yang dipakai untuk mencegah pertumbuhan alang- alang adalah dengan
cara tumpeng sari antara pohon tahunan dengan tanaman penutup tanah.

1. Tanaman penutup tanah (LCC) + pohon cepat tumbuh (FGT)

2. Pohon cepat tumbuh saja

3. Tanaman penutup tanah saja

Berdasarkan hasil data dari peneliti seblumnya, kombinasi dari tanaman penutup tanah
+ pohon cepat tumbuh memberikan hasil yang sangat signifikan atau memuaskan. Pasalnya
cara kerja dari tanamn penutup tanah yaitu dengan tumbuh merambat dan menyebabkan
persaingan pertumbuhan dengan alang-alang. Sedangkan pohon naungan dengan tajuk yang
lebar dapat menyebabkan alang-alang tertutupi dari sinar matahari sehingga pertumbuhannya
terhambat. Kombinasi dua jenis tanaman ini sangat mampu dalam pencegahan pertumbuhan
alang-alang. Besar kecilnya naungan pohon dipengaruhi oleh jarak tanam (kerapatan

7
populasi), lebar dan tinggi tajuk. Semakin besar umur pohon, maka semakin besar tingkat
naungannya..

2.3 Manfaat Agrofoerstry dalam pencegahan alang-alang

Berdasarkan peran agroforestry yang dapat mencegah pertumbuhan alang-alang, ada


beberapa manfaat lagi dalam penerapan agroforestry bseerta manfaatnya, yaitu:
 Adanya interaksi antara pohon dengan tanaman semusim, yaitu dapat
mempertahankan kandungan BO,
 meningkatkan efisiensi penggunaan hara,
 mempertahankan siifat/kondisi fisik tanah,
 menekan populasi gulma,

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan fungsi dari pohon, sistem agroforestry mempunyai fungsi utama sebagai
produksi atau konservasi. Fungsi produktif meliputi : makanan, pakan ternak, bahan bakar,
karet, obat dan uang. Fungsi konservasi atau pencegahan meliputi : perbaikan tanah,
pelindung dan nilai spiritual. Berdasarkan kesesuaian waktu, sistem agroforestry secara
temporal (ladang berpindah, atau lebih menetap, dalam kasus pengelolaan rumah kebun yang
intensif).

Cara vegetatif membutuhkan waktu lama. Penanaman pohon sebaiknya menggunakan


jarak tanam yang cukup rapat sehingga tajuk yang terbentuk antar pohon cepat bertemu
(saling menutup) dan penaungan menjadi merata dan mampu mencegat sinar matahari.
Dengan demikian alang-alang yang berada dibawahnya tidak cukup mendapatkan sinar
matahari sehingga terhambat perkembangannya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ilahang, Budi, WIbawa, G, Joshi, L. 2006. Status dan pengendalian penyakit jamur akar putih
pada sistem wanatani berbasis karet unggul di Kalimantan Barat. Paper presented on
Lokakarya Nasional Jamur Akar Putih. Pontianak, November 30th, 2006.

Anonim. Klasifikasi dan morfologi alang-alang. Diunduh pada


http://agroteknologi.id/klasifikasi-dan-morfologi-alang-alang/ tanggal 03 Desember
2018.

A Pudjiharta, Enny Widyati, Yelin Adalina, dan/And Syafruddin HK. 2008. Jurnal.KAJIAN
TEKNIK REHABILITASI LAHAN ALANG-ALANG (Imperata cylindrical L.
Beauv) (Technical Analisys of Imperata Cylindrical L. Beauv Grassland
Rehabilitation).

9
10

Anda mungkin juga menyukai